Pendahuuan
keputusan yang tepat. Laporan keuangan yang dihasilkan melalui proses akuntansi
menjadi alat komunikasi bagi pihak internal maupun pihak external perusahaan. Oleh
karena itu auditor memiliki peran penting sebagai perantara kepentingan investor
kelangsungan hidup perusahaan dimasa depan yang telah dikeluarkan oleh auditor.
Dyer, J.C. dan McHuck (1975) mengungkapkan ketepatan waktu dalam publikasi
concern suatu perusahaan merupakan suatu pekerjaan seorang auditor yang krusial
karena auditor diwajibkan dapat menilai kemampuan suatu perusahaan untuk tetap
perusahaan.
Opini audit going concern merupakan opini audit modifikasi yang dalam
1
Kelangsungan hidup usaha berhubungan dengan manajemen dalam mengelola
tidak terpisahkan dari laporan audit. Laporan audit penting sekali dalam suatu audit
pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang
diperolehnya. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit
sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas
laporan keuangan yang diauditnya. Arens et al. (2006). Saat ini Indonesia sedang
mengalami krisis ekonomi dengan menurunya mata uang rupiah menyebabkan laju
kegiatan usaha suatu entitas bisnis antar Negara menjadi melambat, dengan adanya
hal ini besar kemungkinan akan banyak perusahaan yang bangkrut terutama
perusahaan yang menjalankan kegitan usaha bisnisnya dibidang ekspor dan impor
maupun perusahaan yang menjalankan bisnisnya dibidang jual beli valuta asing
(valas).
akuntansi publik dalam waktu belakangan ini misalnya Kasus. Fenomena ini terjadi
di Indonesia, seperti yang dialami oleh PT. Bank Lippo Tbk yang memperoleh opini
wajar tanpa pengecualian (unqualified) pada tahun 2002 tetapi PT. Bank Lippo Tbk
mengalami kegagalan di tahun 2003 hal ini disebabkan karena PT. Bank Lippo Tbk
mengeluarkan laporan keuangan ganda dengan tiga versi yang berbeda, dan juga
2
pernah dialami oleh PT. Kimia Farma yang telah terbukti melakukan kesalahan dalam
menyampaikan laba bersih yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya pada tahun
mengenai laporan keuangan dan juga seorang auditor bertanggung jawab terhadap
opini yang akan diberikannya dengan adanya going concern maka suatu entitas
tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. Going concern merupakan asumsi
usahanya ( Standar Akuntansi Keuangan, 2002 ). Standar Audit (SA) 570 (IAPI,
audit yang cukup dan tepat tentang ketepatan penggunaan asumsi kelangsungan usaha
oleh manajemen dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan, dan untuk
3
Faktor-faktor keuangan dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui
mengeluarkan opini audit going concern terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan
oleh klien. Ada beberapa faktor keuangan dan non keuangan yang dapat dikaji
sebagai faktor faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern yaitu debt default, disclosure, opini audit tahun sebelumnya, ukuran
(perusahaan dalam membayar utang pokok atau bunga pada waktu jatuh tempo).
menurut PSA No.30 salah satu indikator going concern yang banyak digunakan
kewajiban hutangnya (default). Manfaat status debt default sebelumnya telah diteliti
oleh chen dan church (1992) yang menemukan hubungan yang kuat status default
terhadap opini going concern. Auditor cenderung disalahkan karena tidak berhasil
bangkrut meskipun mendapat opini wajar tanpa pengecualian. biaya kegagalan untuk
mengeluarkan opini going concern akan lebih tinggi ketika perusahaan dalam
4
Disclosure (pengungkapan atas informasi keuangan perusahaan) merupakan
suatu hal yang baru di Indonesia. Menurut Astuti (2012) mengungkapkan bahwa
pengungkapan yang memadai atas informasi keuangan perusahaan menjadi salah satu
dasar bagi auditor dalam memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan
perusahaan. Setiap hal dan informasi akuntansi yang terdapat laporan keuangan
sering digunakan sebagai dasar pertimbangan oleh pihak-pihak tertentu terkait dalam
pihak auditor untuk memprediksi dalam penerimaan opini, terutama opini audit going
sebelumnya seperti Junaidi, Hartono (2010) dan Kumala Sari menyatakan bahwa
Adanya (disclosure) dari perusahaan tentang keraguan atas going concern terlebih
hidupnya.
going concern yaitu opini audit tahun sebelumnya. Tanggung jawab utama direktur
5
atau manajer adalah membuat laporan keuangan yang layak, sehingga dapat
apabila pada laporan audit tahun sebelumnya auditor memberikan opini audit going
kembali opini audit going concern. Secara garis besar, seorang auditor melakukan
pelaksanaan audit, auditor tersebut akan melakukan komunikasi dengan auditor yang
sebelumnya mengaudit perusahaan itu. Jika perusahaan menerima opini audit going
mendapatkan opini serupa (going concern) pada tahun berjalan (Praptitorini dan
perusahaan yang sebelumnya menerima opini going concern meiliki masalah dengan
usahanya atau tidak dapat melanjutkan usahanya ditahun-tahun yang akan datang.
Menurut Ferry dan Jones dalam Sujianto (2001), ukuran perusahaan menggambarkan
besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aset, jumlah penjualan,
rata–rata total penjualan dan rata–rata total aset. Ukuran perusahaan dapat dinyatakan
6
dalam berbagai proksi antara lain penjualan, dan kapasitas pasar. Proksi nilai aktiva
seberapa besar kekayaan yang dimiliki perusahaan dalam rangka melakukan kegiatan
oprasionalnya dan nilai aktiva dipilih karena nilai yang memiliki relatif lebih stabil
dibandingkan dengan proksi lain. Perusahaan dengan total aktiva yang besar akan
menunjukan arus kas yang positif sehingga bias dikatakan bahwa perusahaan tersebut
telah mencapai titik maturity dengan prospek yang baik dalam jangka panjang.
Selain debt default, disclosure, dan opini audit tahun sebelumnya, ukuran
positif cenderung memiliki potensi untuk mendapatkan opini yang baik lebih besar.
semakin kecil kemungkinan auditor untuk mmmenerbitkan opini audit going concern
sebagai aktivitas mencari auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi yang
7
biasanya menggunakan pergantian aditor untuk menghindari penerimaan opini going
concern. Audite yang diaudit oleh kantor akuntan publik baru mungkin lebih luas
meningkatkan atau juga bias dibidang memanipulasi hasil operasi atau kondisi
yang dilakukan oleh Randy Harris dan Wahyu Merianto (2015). Adapun perbedaan
Opini Audit Going Concern. Sedangkan pada penelitian ini adanya penambahan
peusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hanya yang membedakan
pada perusahaan dan tahun penelitiannya saja. Penelitian sebelumnya meneliti pada
tahun 2009-2013, sedangkan penelitian saat ini meneliti pada tahun 2013-2016.
8
Berdasarkan latar belakang dikemukakakn diatas ,maka penelitian ini
bermaksud melakukan penelitian yang dituangkan dalam sebuah skripsi dengan judul
Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ45
Agar penelitian ini dapat lebih terfokus ,maka yang menjadi ruang lingkup
1. Sempel perusahaan yang akan diteliti dalam penelitian ini meliputi perusahaan
LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode pengamatan tahun
diterbitkan oleh semua jenis perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek
9
3. Variabel yang diteliti adalah:
Shoping.
tersebut.
1. Apakah terdapat pengaruh debet default tehadap penerimaan opini audit going
concern?
concern?
going concern?
10
5. Apakah terdapat pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap penerimaan opini
going concern?
1. Untuk menguji dan menganalisis secara empirs mengenai pengaruh debet default
3. Untuk menguji secara empiris mengenai pengaruh opini audit tahun sebelumnya
11
1.5. Manfaat Penelitian
b. Bagi Investor
Untuk memberi acuan dalam melihat kondisi suatu perusahaan dan kemampuan
c. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan referensi bagi
peneliti lainnya di masa yang akan datang serta dapat membantu mereka
dalam memahami faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan opini audit
going concern.
12
2.Tinjaun Pustaka
2.1 Landasan Teori
sebagai suatu kontrak, dimana satu orang atau lebih (prinsipal) meminta pihak lain
(agen) untuk melaksanakan sejumlah pekerjaan atas nama prinsipal, yang melibatkan
pihak yang terlibat dalam kontrak tersebut berusaha untuk memaksimalkan utilitas
mereka, maka ada kemungkinan bahwa agen tidak akan selalu bertindak untuk
pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak keagenan. Kontrak yang efisien merupakan
1. Agen dan prinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen
maupun prinsipal memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga
dirinya sendiri.
2. Risiko yang diterima agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil, yang
diterima.
Eisenhardt (1989) menyatakan ada tiga asumsi sifat manusia terkait teori
keagenan yaitu :
13
a. Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri.
mendatang.
terjadinya konflik keagenan sehingga diperlukan peran pihak ketiga yaitu auditor
perusahaan akan lebih mudah dipercaya oleh investor dan pemakai laporan keuangan
lainnya, apabila laporan keuangan yang mencerminkan kinerja dan kondisi keuangan
dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator dalam hubungan antara
prinsipal dan agen. Pihak ketiga ini berfungsi untuk memonitor perilaku manajer
(agen) apakah sudah bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal. Auditor adalah
14
dengan pihak manajer (agen) dalam mengelola keuangan perusahaan. Auditor
melakukan fungsi monitoring pekerjaan manajer melalui sebuah sarana yaitu laporan
tahunan. Tugas auditor adalah memberikan opini atas laporan keuangan tersebut
Tugas umum dari auditor adalah memberikan opini atas laporan keuangan
semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2001, alenia 1). Dalam melaksanakan
proses audit, auditor dituntut tidak hanya melihat pada hal-hal yang ditampilkan
perusahaan dalm batas waktu tertentu. (SPAP SA 341). Dengan demikian, auditor
Sehingga dalam melakukan general audit, auditor akan memberikan opini atas
kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha dan arus
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik per 31 Maret 2011 (PSA 29 SA seksi
15
a. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku (SAK). Bentuk laporan ini
16
b. Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan (Modified
Unqualified Opinion)
bahasa penjelas yang lain dalam laporan audit, Pendapat yang diberikan ketika
lain.
2. Karena belum adanya aturan yang jelas maka laporan keuangan dibuat
Data keuangan tertentu yang diharuskan ada oleh BAPEPAM namun tidak
disajikan.
17
c. Opini Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
umum (SAK).
diberikan apabila:
secara keseluruhan.
18
3. Opini Tidak Wajar (Adverse Opinion)
Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan oleh auditor
suatu indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko bahwa perusahaan tidak
dapat bertahan dalam bisnis. Going concern merupakan asumsi dasar dalam
19
berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya (Standar
Menurut (Gray et al. 2000) Going concern adalah salah satu konsep penting
yang mendasari pelaporan keuangan (Gray et al. 2000). Tanggung jawab utama
direktur atau manajer adalah membuat laporan keuangan yang layak, sehingga dapat
Altman dan McGough (1974) masalah going concern terbagi dua, yaitu masalah
penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana, serta masalah operasi yang meliputi
tidak dapat bertahan dalam bisnis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari
going concern (AU 341), menyatakan bahwa auditor bertanggung jawab untuk
20
concern selama periode waktu wajar. “periode yang wajar” didefinisikan sebagai
periode yang tidak melebihi satu tahun setelah tanggal neraca auditor.
pantas masih ada, maka laporan auditor biasanya berisi pendapat wajar tanpa
penyimpangan dari standar akuntansi berlaku umum.” Dalam situasi demikian auditor
hanya mungkin member pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat wajar.
(Jusup: 350,2002).
1. Kegiatan usaha yang sangat besar secara berulang dan signifikan atau
21
2. Ketidak mampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh
asuransi.
4. Perkara pengadilan, gugatan hukum, atau masalah serupa yang sudah terjadi
usahanya, maka hal tersebut merupakan ketidak pastian yang material (Arens dkk:
harus mengevaluasi apakah sudah ada pengungkapan yang memadai atas fakta-fakta
yang relevan didalam laporan keuangan, termasuk catatan kaki. Dalam penyusunan
laporan keuangan diasumsikan bahwa perusahaan akan hidup terus dan akan
material skala usahnya. Apabila akan melakukan hal tersebut, maka informasi
laporan keuangan Ghozali dan Charir, (2007). Jika pengungkapan catatan kaki
22
1. Untuk ketidakpastian yang dimasukan dalam Statment FASB No. 5
atau
kesangsian yang besar selama periode waktu yang “wajar” (Arens dkk 41- 42,
1995).
tersebut diungkapkan didalam laporan keuangan secara langsung atau akan kelihatan
apabila dilakukan entitas yang seksama atau laporan keuangan tersebut (Arens
dkk:42, 1995).
perantara penyedia laporan keuangan dan pengguna laporan keuangan. Opini audit
adalah bagian terpenting dari laporan audit auditor atas laporan keuangan yang
diaudit. Opini yang disampaikan dalam tiga paragraf yaitu paragraf pengantar,
paragraf lingkup dan paragraf pendapat. Di paragraf pendapat ini auditor menyatakan
pendapat ats laporan keuangan auditnya. Opini audit yang diberikan oleh auditor
23
melalui beberapa tahapan audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpualan atas
Dalam PSA 30, indikator going concern yang banyak digunakan auditor
debitor (perusahaan) untuk membayar utang pokok atau bunganya pada waktu jatuh
tempo (Chen dan Church, 1992). Manfaat status debt default sebelumnya telah diteliti
oleh Chen dan Church (1992) yang menemukan hubungan yang kuat status default
terhadap opini going concern. Dapat dikatakan bahwa status hutang perusahaan
merupakan faktor pertama yang akan diperiksa oleh auditor untuk mengukur
kesehatan keuangan perusahaan. Ketika jumlah hutang perusahaan sudah sangat besar
maka aliran kas perusahaan tentu banyak dialokasikan menutupi hutangnya, sehingga
dikategorikan dalam keadaan default hutangnya bila salah satu kondisi dibawah ini
1. Perusahaan tidak dapat atau lalai dalam membayar hutang pokok atau bunga.
tidak dituntut atau telah dituntut kreditor untuk masa kurang dari satu tahun.
tempo.
24
Debt default menurut Arens (2006) didefinisikan sebagai kegagalan debitor
(perusahaan dalam membayar utang pokok atau bunga pada waktu jatuh tempo).
Harris dan Merianto, (2015) Apabila hutang ini tidak mampu dilunasi maka kreditor
2.1.5 Disclosure
perusahaan. Informasi yang diungkapkan oleh perusahaan bias berifat positif dan
negatif. Adanya disclosure dari perusahaan tentang keraguan atas going concern
tahunan yang disampaikan direksi atau pengurus organisasi kepada para stakeholder-
nya. Para stakeholder ini adalah para pengguna laporan keuangan, yaitu pihak-pihak
yang berkepentingan terhadap isi laporan keuangan. Informasi yang ada pada laporan
keuangan sangat berguna bagi mereka dalam pengambilan keputusan bisnis. Purba
(19 : 2016).
25
Informasi yang dapat dari suatu laporan keuangan perusahaan tergantung pada
Peraturan Nomer X.K.6 yang berisi tentang : (1) Kewajiban penyampaian laporan
keuangan tahunan bagi emitmen atau perusahaan public, dan (2) bentuk dan isi
untuk melindungi hak pemegang saham yang biasanya terabaikan akibat terpisahnya
pihak manajemen yang mengelola perusahaan dan pemegang saham yang memiliki
modal perusahaan. Perusahaan yang melakukan audit atas laporan keuangannya tentu
akan meningkatkan opini audit wajar tanpa pengecualian. Informasi yang dibuat
(annual report). Annual report adalah laporan perkembangan dan pencapaian yang
berhasil diraih oleh perusahaan yang bersifat keuangan dan non keuangan perusahaan
yang sangat berguna bagi kepetingan investasi stakeholder dan sebagai alat analisis
keuangan bagi stakeholder pada kinerja perusahaan selama satu tahun. Pengungkapan
laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Informasi yang bersifat non
26
mengenai laporan manjemen atas informasi penting mengenai perusahaan seperti
lapran dewan komensaris, laporan direksi, kinerja perusahaan selama satu periode,
penting karena pada kondisi ketidak pastian pasar ,nilai informasi yang relevan dan
3. Laporan Direksi
4. Profil perusahaan
9. Surat pernyataan tanggung jawab Dewan Komensaris dan Direksi atas keberadaan
27
2.1.6 Opini audit tahun sebelumnya
Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima auditee pada
tahun sebelumnya atau 1 tahun sebelum tahun penelitian. Opini audit tahun
sebelumnya ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu auditee dengan opini going concern
(GCAO) dan tanpa opini going concern (NGCAO). Mutchler (1984) dan Bagus
bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya
lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan.
concern yang diterima pada tahun sebelumnya dengan opini audit going concern
tahun berjalan. Ada hubungan positif yang signifikan antara opini audit going
concern tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan. Apabila
pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit going concern, maka
akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going
perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, nilai pasar saham,
dan lain-lain. secara umum biasanya ukuran perusahaan diproksi dengan total aset.
Karena nilai total aset biasanya sangat besar dibandingkan variabel keuangan lainnya.
Mutchler (1985) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini going
28
concern pada perusahaan dengan aset yang lebih kecil. Maka semakin besar aset
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap laporan audit pada perusahaan yang gulung
tikar. Bukti empiris bahwa ada hubungan negatif antara ukuran perusahaan dengan
penerimaan audit going concern. Sari (2012) dan Mutchler et.al. (1997) menjelaskan
bahwa semakin besar ukuran peusahaan akan berpengaruh terhadap pemilihan agen
(pengawasan yang lebih ketat dari permintaan dan masyarakat) yaitu dengan mencari
manajer yang bernar-benar dapat dipercaya dan mengetahui secara jelas sehingga
perusahaan dapat dilihat dari rasio pertumbuhan laba yang positif. Perusahaan yang
mempunyai rasio pertumbuhan laba yang positif cenderung memiliki potensi untuk
29
kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan dalam kondisi persaingan. Perusahaan
auditor cenderung memberikan opini audit going concern kepada perusahaan yang
30
2.1.9 Opinion Shopping
shopping sebagai aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk mencari auditor yang
mau mendukung perlakuan akuntansi yang sesuai dengan kemauan dari pihak
penerimaan opini audit going concern. Terdapat dua cara seperti yang diungkapkan
oleh Teoh (1992) untuk menghindari penerimaan opini audit going concern dari
auditor, yaitu:
2. Apabila auditor yang akan memberikan opini audit going concern tetapindependen,
Manajer ingin laporan audit yang positif (unqualified). Laporan audit yang negatif
31
return dari saham yang dimilikinya. Motivasi untuk opinion shopping bisa juga
beberapa periode tahun agar tidak terjadi strategi pergantian auditor (Lennox, 2002).
dikemukakan oleh Teoh (1992), yaitu cara pertama perusahaan dapat mengancam
melakukan pergantian auditor. Dan auditor akhirnya mengeluarkan opini audit non
going concern untuk mempertahankan kliennya tersebut. Argumen ini sejalan dengan
mengganti auditor setelah menerima opini audit going concern, masih belum jelas
dilakukan. Penelitian ini banyak dilakukan baik di Indonesia maupun luar diluar
Indonesia dengan hasil yang bervariasi juga. Berikut ini dijelaskan penelitian
32
Tabel 2.1
Penelitian sebelumnya
33
2. Irtani Retno Variabel Analisis 1. Financial Distresstidak
Astuti dan Dependen Regresi berpengaruh terhadap
Darsono (2012) :Penerimaan Logistik penerimaan opini audit
opini audit goingconcern.
going concern 2. Debt Default
berpengaruh positif
terhadap kemungkinan
Variabel penerimaan opini audit
Independen : going concern
- Financial 3. Reputasi Auditor
Distress bepengaruh negative
- Debt Default terhadap penerimaan
- Reputasi auditor opini audit going
- Opinion concern
Shopping 4. Opinion
- Disclosure
shoppingberpengaruh
- Audit Lag
negatif terhadap
kemungkinan
penerimaan opini audit
going concern
5. Disclosure berpengaruh
negatif terhadap
kemungkinan
penerimaan opini audit
going concern
6. Audit lagberpengaruh
positif terhadap
kemungkinan
penerimaan opini audit
going concern
3. Nurul Ardiani, Variabel Analisis 1. Audit Tenure tidak
Emrinaldi Nur Dependen : Regresi berpengaruh terhadap
DP dan Nur Penerimaan Logistik kemungkinan
Azlina (2012) opini audit penerimaan opini audit
going concern going concern
2. Disclosure berpengaruh
Variabel positif terhadap
Independen : kemungkinan
- Audit Tenure penerimaan opini
- Dislousure auditgoing concern
- Ukuran KAP 3. Ukuran KAP
- Debet Default berpengaruh positif
34
- Opinion terhadap kemungkinan
Shopping penerimaan opini
- Kondisi auditgoing concern
keuangan 4. Debt Default
berpengaruh positif
terhadap kemungkinan
penerimaan opini audit
going concern
5. Opinion shopping tidak
berpengaruh terhadap
kemungkinan
penerimaan opini audit
going concern
6. Kondisi keuangan
shopping tidak
berpengaruh terhadap
kemungkinan
penerimaan opini audit
going concern
4. Yashinta Putri Variabel Analisis 1. Ukuran perusahaan
Alichia (2013) Dependen: Regresi berpengaruh negatif
Penerimaan Logistik terhadap kemungkinan
opini audit penerimaan opini audit
going concern going concern
2. Pertumbuhan
perusahaan berpengaruh
Variabel negatif terhadap
Independen : kemungkinan
- Ukuran penerimaan opini audit
perusahaan going concern
- Pertumbuhan 3. Opini audit tahun
perusahaan sebelumnya
- Opini audit berpengaruh positif
tahun terhadap kemungkinan
sebelumnya penerimaan opini audit
going concern
5. Komang Variabel Analisis 1. Reputasi
Anggita Dependen : Regresi auditoberpengaruh
Verdianadan Penerimaan Logistik positif terhadap
I Made Karya opini audit kemungkinan
Utama (2013) going concern penerimaan opini audit
going concern
35
Variabel 2. Disclosure berpengaruh
Independen: positif terhadap
- Repurasi kemungkinan
auditor penerimaanopini
- Disclosure audit going concern
- Audit client 3. Audi client tunure
tenure terhadap kemungkinan
penerimaanopini
audit going concern
6. Suriani Gunting Variabel Analisis 1. Ukuran peusahaan tidak
dan linda Dependen : Regresi berpengaruh terhadap
Suryana (2014) Penerimaan Logistik kemungkinan
opini audit penerimaan opini audit
going concern going concern
2. Kondisi keuangan
Variabel berpengaruh positif
Independen : terhadap kemungkinan
- Ukuran penerimaan opini audit
perusahaan going concern
- Kondisi 3. Pertumbuhan
keuangan perusahaan bepengaruh
- Pertumbuhan negatif terhadap
perusahaan kemungkinan
- Reputasi penermaan opini audit
auditor going concern
4. Reputasi auditor
- - berpengaruh positif
- uterhadap kemungkinan
penerimaan opini audit
going concern
7. Dewi Ratna dan Variabel Analisis 1. Kualitas audit
Sri Wuhyui Dependen : Regresi berpengaruh positif
(2014) Penerimaan Logistik terhadap kemungkinan
opini audit penerimaan opini audit
going concern going concern
2. Pertumbuhan
Perusahaan
Variabel berpengaruh negatif
Independen : terhadap kemungkinan
- Kualitas audit penerimaan opini audit
- Pertumbuhan going concern
Perusahaan 3. Likuiditas berpengaruh
36
- Likuiditas negatif terhadap
- Solvabilitas kemungkinan
penerimaan opini audit
going concern
4. Solvabilitas
berpengaruh positif
terhadap kemungkinan
penerimaan opini audit
going concern
8. Randy Harris, Variabel Regresi 1. Debt default
dan Wahyu Dependen : Logistik berpengaruh positif
Merianto Penerimaan terhadap kemungkinan
(2015) opini audit penerimaan opini audit
going concern going concern
2. Disclosure
Variabel berpengaruh negatif
Independen : terhadap kemungkinan
- Debt default penerimaan opini audit
- Disclosure going concern
- Opini audit 3. Opini audit tahun
tahun sebelumnya
sebelumnya berpengaruh positif
- Ukuran terhadap kemungkinan
perusahaan penerimaan opini audit
- Opinion going concern
shopping 4. Ukuran perusahaan
berpengaruh positif
terhadap kemungkinan
penerimaan opini audit
5. Opinion shopping
berpengaruh negatif
terhadap kemungkinan
penerimaan opini audit
going concern
9. Aldy Variabel Analisis 1. Profitabilitas
Ariesetiawan, Dependen : Regresi berpengaruh negatif
dan Sri Rahayu Penerimaan Logistik terhadap kemungkinan
(2015) opini audit penerimaan opini audit
going concern going concern
Variabel 2. Likuiditas berpengaruh
Independen : negatif terhadap
- Profitabilitas kemungkinan
37
- Likuiditas penerimaan opini audit
- Pertumbuhan going concern
perusahaan 3. Pertumbuhan
perusahaan tidak
berpengaruh terhadap
kemungkinan
penerimaan opini audit
going concern
10. Totok Variabel Analisis 1. Kondisi keuangan
Dewayanto Independen : Regresi perusahaan berpengaruh
(2015) - Kondisi Logistik negatif terhadap
keuangan kemungkinan penerimaan
perusahaan opini audit going concern.
- Ukuran 2. Ukuran perusahaan
Perusahaan berpengaruh negatif
- Opini audit terhadap kemungkinan
tahun penerimaan opini audit
sebelumnya going concern.
- Auditor 3. Opini audit tahun
clien tenure sebelumnya berpengaruh
- Opinion positif terhadap
shopping kemungkinan penerimaan
- Reputasi opini audit going concern.
auditor. 4. Auditor client tenure
berpengaruh negatif
Variabel terhadap kemungkinan
Dependen : penerimaan opini audit
Opini Audit going going concern.
concern. 5. Opinion shopping
berpengaruh negatif
terhadap kemungkinan
penerimaan opini audit
going concern
6. Reputasi auditor
berpengaruh positif
terhadap kemungkinan
penerimaan opini audit
going concern
Sumber : Berbagai Jurnal
38
2.3. Kerangka pemikiran
Opini audit sangat diperlukan bagi perusahaan sebagai penjelasan atas
keadaan dan kondisi perusahaan. Hal ini membuat pihak auditor dalam
dan juga bisa mempengaruhi pandangan masyarakat tentang auditor dan kantor
akuntannya.
Opini audit going concern sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu debt
dependen dalam penelitian ini adalah penerimaan opini audit going concern, dan
variabel independen dalam penelitian ini adalah debt default, disclosure, opini
shopping. Berdasarkan hubungan antar variabel tersebut dapat dilihat pada gambar
2.1
39
Variabel Independen ( X )
H1 (+)
Debet Default
X1
Disclousure H2 (+)
X2
Y
H4 (+)
Ukuran perusahaan
X4
H5 (+)
Pertumbuhan
perusahaan
X5
H6 (-)
Opinion Shopping
X6
Sumber : Ariestiawan dan Rahayu (2015) yang telah dimodifikasi oleh peneliti.
Gambar 2.1. Kerangka pemikiran
40
2.4 Pengembangan Hipotesis
perusahaan itu akan menjadi diragukan, oleh sebab itu kemungkinan diberikannya
opini audit going concern akan semakin besar, dan investasi oleh pihak luar akan
menurun.
bahwa debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going
concern. Harris dan Merianto, (2015) penelitian ini didukung dengan penelitian
dari Astuti dan Darsono, (2012) dan Ardiani dkk, (2012). Dalam PSA 30
(perusahaan) untuk membayar utang pokok atau bunganya pada waktu jatuh tempo
(Chen dan Church, 1992). Berdasarkan penjelasan tersebut hipotesis yang akan
41
H1: Debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going
concern.
sebagai lampiran pada laporan keuangan dalam bentuk catatan kaki atau tambahan
prinsipal dan agen mengarah pada kondisi informasi yang tidak seimbang. Hal ini
terjadi karena agen memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan
menggunakan pihak ketiga yaitu auditor untuk melakukan disclosure atas kondisi
prinsipal akan memiliki kepercayaan kepada agen. Karena tujuan prinsipal adalah
semakin mencerminkan keadaan perusahaan yang baik di mata investor, yang akan
meningkatkan investasi.
jelas mengenai kondisi perusahaan yang sebenarnya. Apabila item disclosure yang
yang diungkapkan oleh perusahaan yang mengalami kondisi keuangan yang buruk,
42
maka akan lebih mudah untuk auditor dalam menemukan bukti dalam penilaian
informasi keuangan perusahaan menjadi salah satu dasar bagi auditor dalam
Setiap hal dan informasi akuntansi yang terdapat pada laporan keuangan sering
dalam kontrak. Penelitian ini didukung dari penelitian terdahulu bahwa disclosure
berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Ardiani dkk,
concern.
43
2.4.3 Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Opini Audit Going
Concern
mendapatkan reward atas kinerja yang dianggap baik. Pemberian opini audit going
teori agensi hal itu bukanlah hal yang diinginkan oleh prinsipal atas kinerja agen,
audit going concern, yaitu apabila pada laporan audit tahun sebelumnya auditor
berikutnya akan berpeluang untuk memberi kembali opini audit going concern.
diantaranya yang dilakukan oleh Harris dan Merianto, (2015) mendapatkan hasil
bahwa penerimaan opini audit going concern pada tahun sebelumya berpengaruh
positf dan signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern pada tahun
berjalan. Hal tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Yashinta,
(2013) dan Totok, (2015) yang menunjukkan hasil yang signifikan positif bahwa
44
opini audit tahun sebelumnya yang diberikan auditor kepada auditee akan
berpeluang atas pemberian opini audit going concern dari auditor kepada auditee
pada tahun berikutnya. Atas dasar pemahaman ini maka dapat dirumuskan
H3: Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini
Berdasarkan teori agensi yang diungkapkan oleh Sari (2012) dan Mutchler
akan menjadi subjek pemeriksaan (pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah
dan masyarakat) yaitu dengan mencari manajer yang benar-benar dapat dipercaya
dan mengetahui secara jelas kapabilitas dan personali atas dengan kontrak insentif
dan skema kompensasi operasional yang jelas sehingga memotivasi agen untuk
terhadap prinsipal.
sering mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan kecil karena
kesulitan keuangan yang dihadapinya dari pada perusahaan kecil. Perusahaan besar
45
memiliki akses yang lebih mudah dalam mendapatkan dana baik itu berupa
pinjaman dari kreditur atau dana investasi dari investor, maupun dari sumber dana
eksternal lainnya. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang
bertahan dalam industry. Dari uraian teori diatas dapat disimpulkan bahwa
menerima opini audit going concern akan semakin besar. Berdasarkan uraian
H4: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going
concern.
Copeland, 1992).
46
auditee dapat mempertahankan posisi ekonominya dan lebih dapat mempertahankan
lebih besar ke arah kebangkrutan (Altman, 1968). Penjualan yang terus meningkat
dari tahun ke tahun akan memberi peluang auditee untuk memperoleh peningkatan
laba. Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan auditee, akan semakin kecil
dari Suryana dan Suryani, (2014). Penjualan perusahaan yang meningkat dari
Oleh karena itu semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan perusahaan akan
semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern.
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
47
H5 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif pada penerimaan opini audit going
concern.
antara agen dan prinsipal. Hal ini terjadi karena agen memiliki pengetahuan yang
Pada keadaan informasi yang terbatas yang dimiliki oleh prinsipal, agen dapat
melakukan berbagai cara untuk mendapat penilaian yang lebih baik dari prinsipal
terhadap kinerjanya. Salah satu cara yang dapat dilakukan agen adalah dengan
melakukan opinion shopping. Opinion shopping seperti yang didefinisikan oleh SEC
sebagai aktivitas mencari auditor atau pergantian auditor yang mau mendukung
penerimaan opini going concern dengan dua cara (Teoh, 1992), yaitu:
pergantian auditor.
48
2. Ketika auditor tersebut independen, perusahaan akan memberhentikan
going concern.
perusahaan.
dilakukan oleh Harris dan Merianto, (2015), Astuti dan Darsono, (2012). Tujuannya
adalah memanipulasi hasil operasi atau kondisi keuangan. Berdasarkan uraian diatas
H6: Opinion shopping berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going
concern.
49
3. Metode Penelitian
sempel dalam penelitian ini adalah perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek
keuangan dan annual report sebagai data sekunder. Penggunaan metode tersebut
bertujuan agar memperoleh hasil yang valid dalam menganalisis regresi logistik
menilai model Goodnes of Fit menggunakan uji Hosmer and Lemeshow’s Test,
Ovariall Model Fit, koefisien determinasi, nilai simultan dan nilai stastistik parsial.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
diperoleh dari laporan keuangan tahunan dan annual report dari perusahaan LQ45
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016 yang telah dipublikasikan
untuk umum. Data ini dapat diperoleh dengan mengakses situs resmi Bursa Efek
pengaruh debt default, disclousure, opini audit tahun sebelumnya, ukuran perusahaan,
50
3.2. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu yang dapat mebedakan atau mengubah nilai.
Nilai dapat berbeda dari waktu yang berbeda untuk objek atau orang yang berbeda
(Kuncoro, 2003 : 41). Dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen (terikat)
Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh
variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 2013: 63). Variabel dependen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penerimaan opini audit going concern (Y).
mempengaruhi yang lain (Indriantoro dan Supomo, 2013: 63). Variabel bebas dapat
mambantu menjelaskan apa saja yang terkandung dalam variabel terikat serta
digunakan dalam penelitian ini adalah debt default (X1), disclousure (X2), opini audit
tahun sebelumnya (X3), ukuran perusahaan (X4), pertumbuhan perusahaan (X5), dan
51
3.3. Definisi Oprasional dan Pengukuran Variabel
konsep tersebut, secara oprasional, secara praktik, secara nyatadalam lingkup obyek
penelitian/obyek yang diteliti. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
shopping.
52
3.3.2. Opini Audit Going Concern (Y)
Opini audit going concern adalah opini audit modifikasi yang dalam
audit going concern ini adalah, opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa
penjelas, opini audit tidak wajar, dan tidak memberikan pendapat (Mutchler,1985;
Ramadhany, 2004).
Opini audit going concern ini diukur dengan menggunakan variabel dummy
dimana kategori 1 untuk auditee yang menerima opini audit going concern dan
kategori 0 untuk auditee tidak menerima opini opini audit going concern Haris dan
Merianto, (2015).
kelalaian atau kegagalan perusahaan untuk membayar hutang pokok atau bunganya
pada saat jatuh tempo (Chen dan Church, 1992). Variabel ini diukur dengan
dalam kondisi default dan kategori 0 untuk keadaan utang dalam kondisi tidak default
53
3.3.4. Disclousure (X2)
baik yang positif maupun negatif, yang mempengaruhi atas suatu kepuusan investasi
(Astuti, 2012). Variabel ini diukur dengan mengunakan indeks yang dapat dilihat dari
item informasi yang ada dalam disclousure indeks, sedangkan angka 0 akan diberikan
jika item-item dalam disclousure indeks tidak diungkapkan oleh perusahaan tersebut.
banyak pula informasi yang tersedia. Semakin luasnya informasi keuangan yang
54
maka auditor akan lebih mudah dalam menemukan bukti dalam menilai
Tabel 2.2
Disclosure Items
No Keterangan
1. Ikhtisar data keuangan penting
2. Informasi harga saham tertinggi, terendah dan penutupan
3. Laporan dewan komisaris mengenai penilaian terhadap kinerja direksi
mengenai pengelolaan perusahaan.
4. Laporan dewan komisaris mengenai pandangan atas prospek usaha
perusahaan yang disusun oleh direksi
5. Laporan direksi mengenai kinerja perusahaan
6. Laporan direksi mengenai gambaran tentang prospek usaha
7. Laporan direksi mengenai penerapan tata kelola perusahaan yang telah
dilaksanakan perusahaan
8. Nama dan alamat perusahaan
9. Riwayat singkat perusahaan
10. Bidang dan kegiatan usaha perusahaan meliputi jenis produk dan atau jasa
yang dihasilkan
11. Struktur organisasi dalam bentuk bagan
12. Visi dan misi perusahaan
13. Nama, jabatan dan riwayat hidup singkat anggota dewan komisaris
14. Nama, jabatan dan riwayat hidup singkat anggota direksi
15. Jumlah karyawan dan deskripsi pengembangan kompetensinya (misal :
aspek pendidikan dan pelatihan karyawan yang telah dan akan dilakukan)
16. Uraian tentang nama pemegang saham dan persentase kepemilikannya
17. Nama anak perusahaan dan perusahaan asosiasi, presentase kepemilikan
saham, bidang usaha, dan status operasi perubahan tersebut
18. Kronologis pencatatan saham dan perubahan jumlah saham dari awal
pencatatan hingga akhir tahun buku serta nama Bursa efek dimana saham
perusahaan dicatatkan
19. Nama dan alamat lembaga dan atau profesi penunjang pasar modal
20. Penghargaan dan sertifikasi yang diterima perusahaan baik yang berskala
nasional maupun internasional
21. Nama dan alamat anak perusahaan dan atau kantor cabang atau kantor
Perwakilan
22. Tinjauan operasi per segmen usaha
55
23. Analisis kinerja keuangan yang mencakup perbandingan antara kinerja
keuangan tahun yang bersangkutan dengan tahun sebelumnya
24. Prospek usaha dari perusahaan
25. Aspek pemasaran atas produk dan jasa perusahaan , antara lain : strategi
pemasaran dan pangsa pasar
26. Kebijakan dividen dan tanggal serta jumlah dividen
27. Tata kelola perusahaan (Corporate Governance)
28. Tanggung jawab direksi atas laporan keuangan
29. Laporan keuangan tahunan yang telah diaudit
30. Tanda tangan anggota direksi dan anggota dewan komisaris
31. Informasi tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan
32. Ringkasan statistik keuangan untuk 3-5 tahun
33. Informasi tentang penelitian danpengembangan
Sumber: Fitriani dan Dharma (2007)
Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diberikan oleh auditor
kepada auditee pada tahun sebelumnya atau 1 tahun sebelum tahun penelitian.
Muchler (1985) dan Solikhah (2007) menguji pengaruh ketersediaan informasi publik
Variabel opini tahun sebelumnya khususnya opini audit selain opini audit
sebelumnya menerima opini audit going concern (GCAO) dan memberi kode 0 pada
perusahaan yang non going concern (NGCAO) pada laporan auditan tahun
sebelelumnya.
56
3.3.6. Ukuran Perusahaan (X4)
menurut besar kecilnya. Menurut Heckston dan Milne (1996), ukuran perusahaan
dapat diukur dengan jumlah karyawan, total nilai aset, volume penjualan, atau tingkat
indeks. Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat
dalam bentuk logaritma natural, karena nilai dan sebenarnya yang sangat besar
dibandingkan variabel yang lain. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur
sales growth ratio berdasarkan laporan laba rugi masing-masing auditee. Hasil
57
(Penjualan Bersih t – Penjualan Bersih t-1)
Pertumbuhan Perusaaan =
Penjualan Bersih t-1
Keterangan:
auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi yang diajukan oleh manajemen
ketika mendapatkan opini going concern, dan 0 jika tidak melakukan pergantian
merupakan data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui
perantara. Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan keuangan perusahaan
LQ45 periode 2013-2016 yang diperoleh dari dokumentasi Bursa Efek Indonesia atau
58
Penelitian ini menggunakan data sekunder karena data laporan keuangan
penerimaan opini audit going concren. Selain itu, data sekunder juga bisa
dilakukan dengan cara mengakses langsung situs resmi yang dipublikasikan, jadi
2013-2016.
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari yang kemudian diambil kesimpulannya,
sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2010:173-174).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jenis perusahaan Perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang telah melaporkan laporan keuangan tahunan
dan annual report selama periode 2013-2016. Populasi dalam penelitian ini sebanyak
45 perusahaan dari berbagai jenis perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah sampel yang
59
3.4.3. Teknik Pengambilan Sampel Data
Purposive sampling adalah cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata,
random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto,
2010:183). Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa alasan, misalnya alasan
keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang
3. Perusahaan LQ45 yang melaporan laba bersih setelah pajak negatif selama
periode 2013-2016
4. Perusahaan LQ45 yang tidak menggunakan mata uang rupiah periode 2013-
2016
60
Tabel 2.3
Proses pengolahan sempel
periode 2013-2016
independen
2013-2016
Jumlah Sampel 28 30 32 33
61
3.5 Metode Pengumpulan Data
dengan:
1. Metode Dokumentasi
mengumpulkan data yang diperoleh dari laporan tahunan dan Opini Audit Going
Concern yang dipublikasikan oleh perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek
dibutuhkan.
Studi pustaka atau literatur melalui buku teks, jurnal ilmiah, artikel dan majalah,
serta sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan informasi yang dibutuhkan
62
3.6. Metode Analisis Data
1. Editing
kode adalah proses identifikasi dan klasifikasi data penelitian kedalam skor
3. Tabulating
perhitungan frekuensi dari satu hal atau perkiraan numerik tentang distribusi
dan disebut juga sebagai alat menyusun kategori mengubah variabel interval
4. Pemrosesan Data
Pemrosesan data dalam penelitian ini untuk menyeleksi dan menyusun data
untuk dapat dianalisis yaitu dengan menggunakan software statistik SPSS 22.
63
3.7.Analisis Data
mengenai pengaruh debt default, disclosure, opini audit tahun sebelumnya, ukuran
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,
untuk memperkirakan besar rata-rata populasi yang diperkirakan dari sempel. Standar
digunakan untuk melihat nilai minumum dan maksimum dari populasi. Hal ini perlu
Degan statistik deskriptif, kumpulan data yang diperoleh akan tersaji dengan
ringkasan dan rapi serta dapat memberikan informasi yang inti dari kumpulan data
yang ada. Informasi yang dapat diperoleh dari statistik deskriptif ini antara lain
ukuran pemusatan data, ukuran penyebaran data, serta kecenderungan suatu gugus
data.
64
3.6.2 Analisis Regresi Logistik
regresi logistik (logistic regression). Menurut Ghozali (2011) analisis regresi logistik
cocok untuk penelitian variabelnya bersifat kategorikal (nominal atau non metrik) dan
variabel independenya kombinasi antara metrik dan non metrik. Analisis regresi
Model regresi yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
𝐆𝐂𝐎
Ln = α + β1DEBT + β2ZDISC + β3AUD + β4SIZE + β5SLR + β6OS ε
𝟏 − 𝐆𝐂𝐎
Keterangan :
GCO = Opini going concern (variabel dummy, 1 jika opini going concern, 0 jika non
going concern.
DISC = Disclosure
65
∈ = error item
α = Konstanta
β1 – β4= Koefisien regresi
Uji Goodness of fit uji kelayakan model digunakan untuk mengukur ketepatan
fungsi regresi sempel dan menaksir nilai aktual. Secara statistik Uji Goodness of fit
dapat dilakukan melalui Hosmer and Lemeshow’s Test, Overall Model Fit, koefisien
determinasi, nilai simultan dan nilai statistik parsial. Uji Goodness of fit digunakan
terdapat perbedaan antara data penelitian dengan prediksi. Uji ini melihat
signifikasi dari chi-aquare jika signifikasi dari chi-square lebih besar dari 0,05
maka dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan antara hasil observasi dengan
prediksi.
menilai overall fit model terhadap data. Untuk menilai keseluruhan model
(overall model fit) ditunjukkan dengan likelihood value (-2LL) yaitu dengan
66
model hanya memasukkan konstanta, dengan nilai -2LL pada block 1
berapa banyak variasi dalam data dapat dijelaskan oleh model regresi yang
dibangun. Nilai koefisen determinasi adalah diantara nol dan satu. Nilai
dimasukan ke dalam model. Nilai adjusted nagelkerke dapat naik atau turun
67
4. Uji Signifikan Simultan
dependen. Untuk menguji hipotesis ini digunakan omnibus tes dengan kriteria
pengambilan keputusan yaitu bila nilai dari chi-square pada omimbus test
berpengaruh.
5. Uji parsial
Uji parsial yaitu untuk melihat seberapa jauh pengaruh suatu variabel
concern dapat melihat nilai signifikan dari wald apabila signifikan dari wald
68
Daftar Pustaka
Astuti I. R., Darsono, 2012. Pengaruh Faktor Keuangan Dan Non Keuangan
Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. Diponegoro Journal
Of Accounting. Volume 1, Nomor 2, (1-10)
Ardiani N., Nur E., Azlina N., .2012. Pengaruh Audit Tenure, Disclosure, Ukuran
Kap, Debt Default, Opinion Shopping, Dan Kondisi Keuangan Terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern. Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Riau Volume 20, Nomor 4
Anggita K V., I Made K U., 2013. Pengaruh Reputasi Auditor, Disclosure, Audit
Client Tenure Pada Kemungkinan Pengungkapan Opini Audit Going
Concern. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.3 :530-543.
Arens, A.A., J.E. Randal, and S.B. Mark. 2006. Auditing and Assurance Services : An
Integrated Approach 11th . Singapore: Pearson International Edition
Astuti, Irtani Retno. 2012. Pengaruh Faktor Keuangan dan Non Keuangan terhadap
Penerimaan Opini Audit Going concern. Universitas Diponegoro.
69
Cooke, T. E. 1992. The Impact of Size, Stock Market Listing and Industry Type on
Disclosure In The Annual Report of Japanese Listed Corporasions.
Accounting and Bussiness Research 22 (summer) : 229-237.
Chen, Kevin C. W., and Bryan K. Church. 1992. Default on Debt Obligations and the
Issuance of Opini Going-Concern Opinions. Auditing: A Journal of
Practice & Theory. Vol. 11, No. 2: 30-49.
Diyanti F. T., 2010. Pengaruh Debt Default, Pergantian Auditor, Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. Jurusan
Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2010) 20206377
Dyah M P., Januarti I,. 2011. Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default Dan
Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going Concern.
Universitas Diponegoro Jurnal Akuntansi Dan Keuangan
Indonesia.Volume 8 - No. 1
Fitriani dan Dharma., 2007. Disclosure Index Laporan Tahunan 2004 Emiten Di Bej.
Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma. Vol. 2 .Issn : 1858 - 2559
Gray, Iain and Stuart, M. 2000. The Audit Process, Principles, Practice and Cases
2nd. London: Thomson Learning.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisi
3.Semarang :Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
70
Gozhali, Imam.2013.Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
21Edisi Ketujuh.Semarang: Badan Penerbit Universitas diponegoro.
Harris R., Wahyu M., 2015. Pengaruh Debt Default, Disclosure, Opini Audit Tahun
Sebelumnya, Ukuran Perusahaan, Dan Opinion Shopping Terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern. Diponegoro Journal Of
Accounting, Vol. 4, No. 3: 1-11
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/25994/node/378/peraturan-nomor-xk6
keputusan-ketua-bapepam-dan-lk-nomor-kep-134-bl-2006-tahun-2006
Imam Ghozali dan Anis Charir .2007. Teori Akuntansi, Edisi 3. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro Semarang
71
Junaidi, Jogiyanto Hartono.2010. “Faktor Non Keuangan Pada Opini Going
Concern”. Paper
Disajikan Pada Simposium Nasional Akuntansi Xiii.
Jensen, M.C and Meckling, W.H. 1976. “Theory Of The Firm, Managerial
Behaviour, Agency Costs & Ownership Structure”. Journal of Financial
Economics. Vol 3 October. Pp 305-360.
Komalasari, Argianti. 2004. “Analisis pengaruh kualitas opini auditor dan proxy
going concern terhadap opini auditor.” Jurnal Akuntansi dan Keuangan,
Vol. 9 No. 2, Juli: 1-14
Kartika, Andi. 2012. Pengaruh Kondisi Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur
Di BEI. Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, Mei, Hal: 25-40.
Koh, H.C. dan Tan, S.S. 1999. A Neural Network Approach to The Prediction of
Going Concern Status. Accounting and Business Research, 29 (3).
Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta:Erlangga.
Lenard, Mary, J., A. Perualz, and B. David. 1998. An Analysis of Fuzzy Clustering
and a Hybrid Model for Auditor’s Going Concern. Diunduh tanggal 27
April 2007, http://www3.interscience.willey.com/journal/119931483/.
72
Lennox. C. S. 2002. Opinion Shopping and Audit Committees. Working Paper Series.
Hitotsubashi,
Hongkong University
Praptitorini, Mirna Dyah dan Indira Januarti. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Audit,
Debt Default dan Opinion shopping terhadap Penerimaan Opini Going
concern. Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar
Purba, Marisi P. 2016. Asumsi Going Concer: suatu tujuan terhadap dampak krisis
keuangan atas opini audit dan laporan keuangan. EKUILIBRIA. Candi
Gebang I No. 23 Yogyakarta 55283.
Riswan Yunida dan M. Wahyu Wardhana, 2013, Pengaruh kualitas audit, Kondisi
keuangan perusahaan, Opini audit tahun sebelumnya, Pertumbuhan
73
perusahaan, Terhadap Opini Audit Going Concern, Jurnal INTEKNA,
Vol XIII No. 1, hlm 54-61
Santosa, Arga Fajar dan Linda Kusumaning Wedari. 2007.”Analisis Faktor –Faktor
Yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going
Concern”. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol. 2 No. 11. Desember. Hal 141 –
158.
Setyarno, Januarti, dan Faisal, 2006. “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan
Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan
Terhadap Opini Audit GoingConcern”. Simposium NasionalAkuntansi IX.
Suriani G., Linda S., 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Audit
Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.
Program Studi Akuntansi Stie Mikroskil. Vol 4, No 02.
Sari, A. I. dan Meiranto, W. 2012. Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun
Sebelumnya,
Ukuran Perusahaan, Dan Kepemilikan Perusahaan Terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern. Skripsi, Universitas
Diponegoro.
Setyarno, Eko Budi, Indira Januarti dan Faisal. 2006. “ Pengaruh Kualitas Audit,
Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit ahun Sebelumnya,
Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern”.
Simposium Nasional Akuntansi Padang IX. Pp 1-25.
74
Setiawan, S. 2006. Opini Going Concern dan Prediksi Kebangkrutan Perusahaan.
Jurnal Ilmiah Akuntansi, V (1), 59-67
Teoh, S. 1992. Auditor Independence, Dismissal Threats and The Market Reactions
to Auditor Switches. Journal of Accounting Research.
Tucker, Robert R., Ella Mae Matsumura, dan K. R. Subramanyam. 2003. Going
Concern Judgments: An Experimental Test of TheSelf Fulfilling
Prophecy and Forecast Accuracy. Journal of Accounting & Public Policy,
22(1):h: 401-432
www. Idx.co.id
75