Anda di halaman 1dari 75

1.

Pendahuuan

1.1 Latar Belakang Penelitian

Seiring dengan berkembangnya perusahaan para pengguna laporan keuangan

khususnya investor membutuhkan informasi yang berguna untuk membantu membuat

keputusan yang tepat. Laporan keuangan yang dihasilkan melalui proses akuntansi

menjadi alat komunikasi bagi pihak internal maupun pihak external perusahaan. Oleh

karena itu auditor memiliki peran penting sebagai perantara kepentingan investor

maupun perusahaan sebagai penyedia laporan keuangan. Para pengguna laporan

keuangan biasanya menyebut opini audit going concern sebagai ramalan

kelangsungan hidup perusahaan dimasa depan yang telah dikeluarkan oleh auditor.

Dyer, J.C. dan McHuck (1975) mengungkapkan ketepatan waktu dalam publikasi

laporan keuangan merupakan karakteristik kualitatif yang harus diperhatikan untuk

menghasilkan laporan keuangan memadai. Penilaian mengenai opini audit going

concern suatu perusahaan merupakan suatu pekerjaan seorang auditor yang krusial

karena auditor diwajibkan dapat menilai kemampuan suatu perusahaan untuk tetap

beroprasi menjalan kegiatan usahanya melalui investigasi secara komprehensif yang

berkaitan dengan temuan-temuan yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup

perusahaan.

Opini audit going concern merupakan opini audit modifikasi yang dalam

pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas

kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya (SPAP, 2011).

1
Kelangsungan hidup usaha berhubungan dengan manajemen dalam mengelola

perusahaan dalam mempertahankan hidupnya. Opini audit merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari laporan audit. Laporan audit penting sekali dalam suatu audit

atau proses atestasi lainnya karena laporan tersebut menginformasikan kepada

pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang

diperolehnya. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit

sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas

laporan keuangan yang diauditnya. Arens et al. (2006). Saat ini Indonesia sedang

mengalami krisis ekonomi dengan menurunya mata uang rupiah menyebabkan laju

kegiatan usaha suatu entitas bisnis antar Negara menjadi melambat, dengan adanya

hal ini besar kemungkinan akan banyak perusahaan yang bangkrut terutama

perusahaan yang menjalankan kegitan usaha bisnisnya dibidang ekspor dan impor

maupun perusahaan yang menjalankan bisnisnya dibidang jual beli valuta asing

(valas).

Serta didukung dengan banyaknya kasus manipulasi laporan keuangan yang

dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar seperti profesi akuntansi. Kasus

akuntansi publik dalam waktu belakangan ini misalnya Kasus. Fenomena ini terjadi

di Indonesia, seperti yang dialami oleh PT. Bank Lippo Tbk yang memperoleh opini

wajar tanpa pengecualian (unqualified) pada tahun 2002 tetapi PT. Bank Lippo Tbk

mengalami kegagalan di tahun 2003 hal ini disebabkan karena PT. Bank Lippo Tbk

mengeluarkan laporan keuangan ganda dengan tiga versi yang berbeda, dan juga

2
pernah dialami oleh PT. Kimia Farma yang telah terbukti melakukan kesalahan dalam

menyampaikan laba bersih yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya pada tahun

2001 kejadian ini terungkap setelah di audit oleh Bapepam.

Auditor memiliki kewajiban untuk mengeluarkan opini yang sebenarnya

mengenai laporan keuangan dan juga seorang auditor bertanggung jawab terhadap

opini yang akan diberikannya dengan adanya going concern maka suatu entitas

dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang,

tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. Going concern merupakan asumsi

dasar dalam penyusunan laporan keuangan, suatu perusahaan diasumsikan tidak

bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala

usahanya ( Standar Akuntansi Keuangan, 2002 ). Standar Audit (SA) 570 (IAPI,

2013:3) menyebutkan bahwa auditor bertanggung jawab untuk memperoleh bukti

audit yang cukup dan tepat tentang ketepatan penggunaan asumsi kelangsungan usaha

oleh manajemen dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan, dan untuk

menyimpulkan apakah terdapat suatu ketidakpastian material tentang kemampuan

entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Laporan audit yang

berhubungan dengan going concern dapat memberikan peringatan awal bagi

pemegang saham dan pengguna laporan keuangan lainnya guna menghindari

kesalahan dalam pembuatan keputusan (Mutchler, 1984).

3
Faktor-faktor keuangan dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui

gejala kebangrutan perusahaan dan menjadi pertimbangan auditor dalam

mengeluarkan opini audit going concern terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan

oleh klien. Ada beberapa faktor keuangan dan non keuangan yang dapat dikaji

sebagai faktor faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going

concern yaitu debt default, disclosure, opini audit tahun sebelumnya, ukuran

perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan opinion shopping.

Debt default menurut Arens (2006) didefinisikan sebagai kegagalan debitor

(perusahaan dalam membayar utang pokok atau bunga pada waktu jatuh tempo).

Kegaggalan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya tepat waktu dapat

menyebabkan kelangsungan usaha suatu perusahaan diragukan oleh auditor, karena

menurut PSA No.30 salah satu indikator going concern yang banyak digunakan

auditor dalam meberikan opini audit adalah kegagalan perusahaan memenuhi

kewajiban hutangnya (default). Manfaat status debt default sebelumnya telah diteliti

oleh chen dan church (1992) yang menemukan hubungan yang kuat status default

terhadap opini going concern. Auditor cenderung disalahkan karena tidak berhasil

mengeluarkan opini going concern setelah adanya peristiwa perusahaan yang

bangkrut meskipun mendapat opini wajar tanpa pengecualian. biaya kegagalan untuk

mengeluarkan opini going concern akan lebih tinggi ketika perusahaan dalam

keadaaan default. Karenanya, diharapkan status default dapat meningkatkan

kemungkinan auditor mengeluarkan laporan going concern.

4
Disclosure (pengungkapan atas informasi keuangan perusahaan) merupakan

suatu hal yang baru di Indonesia. Menurut Astuti (2012) mengungkapkan bahwa

pengungkapan yang memadai atas informasi keuangan perusahaan menjadi salah satu

dasar bagi auditor dalam memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan

perusahaan. Setiap hal dan informasi akuntansi yang terdapat laporan keuangan

sering digunakan sebagai dasar pertimbangan oleh pihak-pihak tertentu terkait dalam

kontrak. Tingkat pengungkapan informasi (disclosure) yang diungkapkan oleh

perusahaan melalui laporan keuangan diharpkan dapat memberikan informasi kepada

pihak auditor untuk memprediksi dalam penerimaan opini, terutama opini audit going

concern. Adanya pengungkapan laporan keuangan (disclosure) akan mememudahkan

auditor dalam menilai kondisi keuangan perusahaan. Terdapat beberapa penelitian

sebelumnya seperti Junaidi, Hartono (2010) dan Kumala Sari menyatakan bahwa

perusahaan yang tidak mengungkapkan rasio-rasio keuangan yang bagus dan

mengungkapkan dampak kondisi ekonomi atau keraguan dalam kelangsungan hidup

usahanya akan meningkatkan kemungkininan menerima opini audit going concern.

Adanya (disclosure) dari perusahaan tentang keraguan atas going concern terlebih

bila disertai adanya rencana manajemen perusahaan untuk mengatasinya menunjukan

adanya ketidak mampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan

hidupnya.

Faktor lain yang menentukan auditor dalam mengungkapkan opini audit

going concern yaitu opini audit tahun sebelumnya. Tanggung jawab utama direktur

5
atau manajer adalah membuat laporan keuangan yang layak, sehingga dapat

mencerminkan keberlangsungan usahanya (Stiawan 2006). opini audit tahun

sebelumnya memiliki pengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern,

apabila pada laporan audit tahun sebelumnya auditor memberikan opini audit going

concern maka kemungkinan di tahun berikutnya akan berpeluang untuk memberikan

kembali opini audit going concern. Secara garis besar, seorang auditor melakukan

audit pertama kali terhadap suatu perusahaan biasanya sebelumnya menyetujui

pelaksanaan audit, auditor tersebut akan melakukan komunikasi dengan auditor yang

sebelumnya mengaudit perusahaan itu. Jika perusahaan menerima opini audit going

concern pada tahun sebelumnya maka kecenderungannya perusahaan tersebut akan

mendapatkan opini serupa (going concern) pada tahun berjalan (Praptitorini dan

Januarti, 2007). Penyertaan ini didukung oleh Januarti (2009) menganggap

perusahaan yang sebelumnya menerima opini going concern meiliki masalah dengan

kelangsungan hidupnya, sehingga akan banyak kemungkinannya untuk menerima

opini going concern pada tahun berjalan.

Faktor lain yang mempengaruhi going concern adalah ukuran perusahaan.

Ukuran perusahaan merupakan penentu sebuah perusahaan dapat terus melanjutkan

usahanya atau tidak dapat melanjutkan usahanya ditahun-tahun yang akan datang.

Menurut Ferry dan Jones dalam Sujianto (2001), ukuran perusahaan menggambarkan

besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aset, jumlah penjualan,

rata–rata total penjualan dan rata–rata total aset. Ukuran perusahaan dapat dinyatakan

6
dalam berbagai proksi antara lain penjualan, dan kapasitas pasar. Proksi nilai aktiva

digunakan untuk menjelaskan ukuran perusahaan karena nilai aktiva menunjukan

seberapa besar kekayaan yang dimiliki perusahaan dalam rangka melakukan kegiatan

oprasionalnya dan nilai aktiva dipilih karena nilai yang memiliki relatif lebih stabil

dibandingkan dengan proksi lain. Perusahaan dengan total aktiva yang besar akan

menunjukan arus kas yang positif sehingga bias dikatakan bahwa perusahaan tersebut

telah mencapai titik maturity dengan prospek yang baik dalam jangka panjang.

Selain debt default, disclosure, dan opini audit tahun sebelumnya, ukuran

perusahaan faktor lain yang mempengaruhi adalah pertumbuhan perusahaan.

pertumbuhan perusahaan adalah kemampuan perusahaan dalam mempertahankan

kelangsungan usahanya. Sebuah perusahaan dengan pertumbuhan penjualan yang

positif mempunyai kecenderungan untuk dapat mempertahankan kelangsungan

usahanya. Perusahaan yang mempunyai rasio pertumbuhan perusahaan laba yang

positif cenderung memiliki potensi untuk mendapatkan opini yang baik lebih besar.

Pertumbuhan laba menunjukan kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan dalam

kondisi persaingan. Semakin tinggi pertubuhan penjualan maka perusahaan akan

semakin kecil kemungkinan auditor untuk mmmenerbitkan opini audit going concern

(styarno et al., 2006)

Opinion shopping didefinisikan oleh Security exchange commission (SEC),

sebagai aktivitas mencari auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi yang

diajukan manajemen untuk mencapai tujuan pelaporan perusahaan. Perusahaan

7
biasanya menggunakan pergantian aditor untuk menghindari penerimaan opini going

concern. Audite yang diaudit oleh kantor akuntan publik baru mungkin lebih luas

dengan beberapa pertimbangan. Tujuan melakukan opinion shopping adalah untuk

meningkatkan atau juga bias dibidang memanipulasi hasil operasi atau kondisi

keuangan perusahaan, sehingga perusahaan diharapkan mendapat opini audit wajar

tanpa pengecualian dari auditor (Praptitorini dan januarti, 2007).

Penelitian ini merupakan replika dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian

yang dilakukan oleh Randy Harris dan Wahyu Merianto (2015). Adapun perbedaan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu, pada penelitian sebelumnya

menggunakan variabel independen Debt Default, Disclosure, Opini Audit Tahun

Sebelumnya, Ukuran Perusahaan, Dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan

Opini Audit Going Concern. Sedangkan pada penelitian ini adanya penambahan

variabel independen yaitu Pertumbuhan perusahaan.

Sampel yang digunakan dalam penelitian sebelumnya sama yaitu perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan menggunakan metode

purposive sampling. Sedangkan dalam penelitian selanjutnya menggunakan

peusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hanya yang membedakan

pada perusahaan dan tahun penelitiannya saja. Penelitian sebelumnya meneliti pada

tahun 2009-2013, sedangkan penelitian saat ini meneliti pada tahun 2013-2016.

8
Berdasarkan latar belakang dikemukakakn diatas ,maka penelitian ini

bermaksud melakukan penelitian yang dituangkan dalam sebuah skripsi dengan judul

“Pengaruh Debt Default, Disclosure, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Ukuran

Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan Dan Opinion Shopping Terhadap

Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ45

Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2013-2016)”.

1.2 Ruang Lingkup

Agar penelitian ini dapat lebih terfokus ,maka yang menjadi ruang lingkup

dari penelitian ini meliputi :

1. Sempel perusahaan yang akan diteliti dalam penelitian ini meliputi perusahaan

LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode pengamatan tahun

2013 sampai 2016.

2. Dalam melakukan penelitian ini penulis mengambil laporan keuangan yang

diterbitkan oleh semua jenis perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia untuk periode 2013 sampai 2016.

9
3. Variabel yang diteliti adalah:

a. Variabel independen : Debet Default, Disclousure, Opini Audit Tahun

Sebelumnya, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan dan Opinion

Shoping.

b . Variabel dependen : Penerimaan Opini Audit Going Concern

4. Hubungan diukukur berdasarkan variabel-variabel independen dan dependen yang

selanjutnya diuji untuk mengetahui adanya pengaruh antar variabel-variabel

tersebut.

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

penulis adakan merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh debet default tehadap penerimaan opini audit going

concern?

2. Apakah terdapat pengaruh disclousure terhadap penerimaan opini audit going

concern?

3. Apakah terdapat pengaruh opini audit tahun sebelumnya terdadap penerimaan

opini audit going concern?

4. Apakah terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap penerimaan opini audit

going concern?

10
5. Apakah terdapat pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap penerimaan opini

audit going concern?

6. Apakah terdapat pengaruh opinion shopping terhadap penerimaan opini audit

going concern?

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarakan latar belakang, ruang lingkup dan rumusan masalah yang

dikemukakan maka peneliian ini bertujuan untuk :

1. Untuk menguji dan menganalisis secara empirs mengenai pengaruh debet default

tehadap penerimaan opini audit going concern.

2. Untuk menguji secara empiris mengenai pengaruh disclousure terhadap

penerimaan opini audit going concern.

3. Untuk menguji secara empiris mengenai pengaruh opini audit tahun sebelumnya

terdadap penerimaan opini audit going concern.

4. Untuk menguji secara empisis mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap

penerimaan opini audit going concern.

5. Untuk menguji secara empiris mengenai pengaruh pertumbuhan perusahaan

terhadap penerimaan opini audit going concern.

6. Untuk menguji secara empiris mengenai pengaruh opinion shopping terhadap

penerimaan opini audit going concern.

11
1.5. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat

dan berguna bagi berbagai pihak, antara lain:

a. Bagi Manajer Perusahaan

Sebagai pemahaman untuk manajer perusahaan bahwa dalam meningkatkan

kinerja perusahaan terdapat beberapa faktor penting diantaranya debt default,

disclousure, opini audit tahun sebelumnya, ukuran perusahaan, pertumbuhan

perusahaan dan opinion shopping.

b. Bagi Investor

Untuk memberi acuan dalam melihat kondisi suatu perusahaan dan kemampuan

perusahaan sebelum mengambil keputusan.

c. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan referensi bagi

peneliti lainnya di masa yang akan datang serta dapat membantu mereka

dalam memahami faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan opini audit

going concern.

12
2.Tinjaun Pustaka
2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Agensi (Agency Theoty)


Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keanekaragaman

sebagai suatu kontrak, dimana satu orang atau lebih (prinsipal) meminta pihak lain

(agen) untuk melaksanakan sejumlah pekerjaan atas nama prinsipal, yang melibatkan

pendelegasian beberapa wewenang pembuatan keputusan kepada agen. Jika kedua

pihak yang terlibat dalam kontrak tersebut berusaha untuk memaksimalkan utilitas

mereka, maka ada kemungkinan bahwa agen tidak akan selalu bertindak untuk

kepentingan terbaik prinsipal. Dengan tujuan memotivasi agen, maka prinsipal

merancang kontrak sedemikian rupa sehingga mampu mengakomodasi kepentingan

pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak keagenan. Kontrak yang efisien merupakan

kontrak yang memenuhi dua asumsi yaitu sebagai berikut :

1. Agen dan prinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen

maupun prinsipal memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga

tidak terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan untuk keuntungan

dirinya sendiri.

2. Risiko yang diterima agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil, yang

berarti agen mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan yang

diterima.

Eisenhardt (1989) menyatakan ada tiga asumsi sifat manusia terkait teori

keagenan yaitu :

13
a. Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri.

b. Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa

mendatang.

c. Manusia selalu menghindari risiko.

Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer akan cenderung

bertindak opotunis, yaitu mengutamakan kepentingan pribadi. Hal ini memicu

terjadinya konflik keagenan sehingga diperlukan peran pihak ketiga yaitu auditor

independen untuk mengevaluasi pertanggung jawaban keuagan manajemen, dan

memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh

manajemen. Auditor sebagai pihak yang independen dibutuhkan untuk melakukan

pengawasan terhadap kinerja manajemen apakah telah bertindak sesuai dengan

kepentingan prisipal melalui laporan keuangan. Prinsipal mengharapkan auditor

memberikan peringatan awal mengenai kondisi keuangan perusahaan. Data-data

perusahaan akan lebih mudah dipercaya oleh investor dan pemakai laporan keuangan

lainnya, apabila laporan keuangan yang mencerminkan kinerja dan kondisi keuangan

perusahaan telah mendapat pernyataan wajar dari auditor (Komalasari, 2004).

Setiawan (2006) dalam Prapitorini dan Juniarti (2007) menyatakan bahwa,

dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator dalam hubungan antara

prinsipal dan agen. Pihak ketiga ini berfungsi untuk memonitor perilaku manajer

(agen) apakah sudah bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal. Auditor adalah

pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak prinsipal (shareholder)

14
dengan pihak manajer (agen) dalam mengelola keuangan perusahaan. Auditor

melakukan fungsi monitoring pekerjaan manajer melalui sebuah sarana yaitu laporan

tahunan. Tugas auditor adalah memberikan opini atas laporan keuangan tersebut

mengenai kewajarannya. Selain itu, auditor juga harus mempertimbangkan akan

kelangsungan hidup perusahaan.

2.1.2 Opini Audit

Tugas umum dari auditor adalah memberikan opini atas laporan keuangan

perusahaan. Opini yang diberikan auditor merupakan pernyataan kewajaran dalam

semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan

prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2001, alenia 1). Dalam melaksanakan

proses audit, auditor dituntut tidak hanya melihat pada hal-hal yang ditampilkan

dalam laporan keuangan tetapi juga harus mewaspadai kelangsungan hidup

perusahaan dalm batas waktu tertentu. (SPAP SA 341). Dengan demikian, auditor

memberikan opini audit sudah didasarkan pada keyakinan profesinya.

Sehingga dalam melakukan general audit, auditor akan memberikan opini atas

laporan keuangan perusahaan. Opini yang diberikan merupakan pernyataan

kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha dan arus

kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (IAI 2001).

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik per 31 Maret 2011 (PSA 29 SA seksi

508), opini audit terdiri dari lima jenis yaitu:

15
a. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)

Dengan pendapat yang diberikan ketika audit telah dilaksanakan

sesuai dengan Standar Auditing (SPAP), auditor tidak menemukan kesalahan

material secara keseluruhan laporan keuangan atau tidak terdapat

penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku (SAK). Bentuk laporan ini

digunakan apabila terdapat keadaan berikut:

1. Bukti audit yang dibutuhkan telah terkumpul secara mencukupi dan

auditor telah menjalankan tugasnya sedemikian rupa, sehingga ia dapat

memastikan kerja lapangan telah ditaati.

2. Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam perikatan kerja.

3. Laporan keuangan yang di audit disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi

yang lazim yang berlaku di Indonesia yang ditetapkan pula secara

konsisten pada laporan-laporan sebelumnya. Demikian pula penjelasan

yang mencukupi telah disertakan pada catatan kaki dan bagian-bagian

lain dari laporan keuangan.

4. Tidak terdapat ketidakpastian yang cukup berarti (no material

uncertainties) mengenai perkembangan di masa mendatang yang tidak

dapat diperkirakan sebelumnya atau dipecahkan secara memuaskan.

16
b. Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan (Modified

Unqualified Opinion)

Dalam keadaan tertentu, auditor menambahkan paragraf penjelas atau

bahasa penjelas yang lain dalam laporan audit, Pendapat yang diberikan ketika

suatu keadaan tertentu yang tidak berpengaruh langsung terhadap pendapat

wajar. Keadaan tertentu dapat terjadi apabila:

1. Pendapat auditor sebagian didasarkan atas pendapat auditor independen

lain.

2. Karena belum adanya aturan yang jelas maka laporan keuangan dibuat

menyimpang dari SAK.

3. Laporan dipengaruhi oleh ketidak pastian peristiwa masa yang akan

datang hasilnya belum dapat diperkirakan pada tanggal laporan audit.

4. Tersapat keraguan yang besar terhadap kemampuan satuan usaha dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya.

5. Diantara dua periode akuntansi terdapat perubahan yang material dalam

penerapan prinsip akuntansi.

Data keuangan tertentu yang diharuskan ada oleh BAPEPAM namun tidak

disajikan.

17
c. Opini Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion)

Pendapat yang diberikan ketika laporan keuangan dikatan wajar dalam

hal yang material, tetapi terdapat sesuatu penyimpangan/kurang lengkap

pada pos tertentu, sehingga harus dikecualikan. Dari pengecualian tersebut

yang dapat mungkin terjadi, apabila:

1. Bukti kurang cukup

2. Adanya pembatasan ruang lingkup

3. Terdapat penyimpangan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku

umum (SAK).

Menurut SA 508 paragraf 20 (IAI, 2002:508.11), jenis pendapat ini

diberikan apabila:

1. Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan

lingkup audit yang material tetapi tidak m,empengaruhi laporan keuangan

secara keseluruhan.

2. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip

akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material tetapi tidak

mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan. Penyimpangan

tersebut dapat berupa pengungkapan yang tidak memadai, maupun

perubahan dalam prinsip akuntansi.

18
3. Opini Tidak Wajar (Adverse Opinion)

Pendapat yang diberikan ketika laporan secara keseluruhan ini dapat

terjadi apabila auditor harus memberi tambahan paragraf untuk menjelaskan

ketidakwajaran atas laporan keuangan, disertai dengan dampak dari akibat

ketidakwajaran tersebut, pada laporan auditnya.

4. Opini Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of opinion)

Pendapat yang diberikan ketika ruang lingkup pemeriksaan yang

dibatasi, sehingga auditor tidak melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan

standar auditing yang ditetapkan IAI. Pembuatan laporannya auditor harus

memberi penjelasan tentang pembatasan ruang lingkup oleh klien yang

mengakibatkan auditor tidak memberi pendapat.

2.1.3 Opini Audit Going concern

Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan oleh auditor

untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan

hidupnya. Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan

suatu indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko bahwa perusahaan tidak

dapat bertahan dalam bisnis. Going concern merupakan asumsi dasar dalam

penyusunan laporan keuangan, suatu perusahaan di asumsikan tidak bermaksud atau

19
berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya (Standar

Akuntansi Keuangan, 2002)

Menurut (Gray et al. 2000) Going concern adalah salah satu konsep penting

yang mendasari pelaporan keuangan (Gray et al. 2000). Tanggung jawab utama

direktur atau manajer adalah membuat laporan keuangan yang layak, sehingga dapat

mencerminkan keberlangsungan usahanya (Setiawan 2006). Sedangkan Menurut

Altman dan McGough (1974) masalah going concern terbagi dua, yaitu masalah

keuangan yang meliputi kekurangan (defisiensi) likuiditas, defisiensi ekuitas,

penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana, serta masalah operasi yang meliputi

kerugian operasi yang terus-menerus, prospek pendapatan yang meragukan,

kemampuan operasi terancam, dan pengendalian yang lemah atas operasi.

Menurut (Lenard dkk., 1998). Audit dengan modifikasi mengenai going

concern mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor dapat resiko perusahaan

tidak dapat bertahan dalam bisnis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari

operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemapuan pembayara

hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang.

SAS No 59, the auditor’s consideration of entity’s ablility to continue as

going concern (AU 341), menyatakan bahwa auditor bertanggung jawab untuk

mengevaluasi apakah auditor memiliki keraguan yang mendalam atas kemampuan

entitas untuk melangsungkan usahanya sebagai perusahaan berlanjut atau going

20
concern selama periode waktu wajar. “periode yang wajar” didefinisikan sebagai

periode yang tidak melebihi satu tahun setelah tanggal neraca auditor.

Apabila setelah mempertimbangkan kondisi yang ada dan rencana

manajemen, auditor berkesimpulan bahwa kesaingan besar tentang kemampuan klien

untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya selama periode waktu yang

pantas masih ada, maka laporan auditor biasanya berisi pendapat wajar tanpa

pengecualian disertai paragraph penjelasan tentang ketidakpastian untuk

mencerminkan kesimpulannya. Kesimpulannya auditor tentang kemampuan

perusahaan klien untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya harus dinyatakan

dengan menggunakan kalimat “kesaingan besar tentang kemampuan (perusahaan

klien) untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. ”Jika auditor berkesimpulan

bahwa pengungkapan yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan klien untuk

mempertahankan hidupnya tidak memadai, maka hal itu dinilai sebagai

penyimpangan dari standar akuntansi berlaku umum.” Dalam situasi demikian auditor

hanya mungkin member pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat wajar.

(Jusup: 350,2002).

Menurut Arens dkk (1995:41), faktor yang menimbulkan ketidak pastian

mengenai going concern perusahaan adalah:

1. Kegiatan usaha yang sangat besar secara berulang dan signifikan atau

kekurangan modal kerja.

21
2. Ketidak mampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh

tempo dalam jangka pendek.

3. Kehilanggan pelanggan utama, terjadinya bencana yang tidak dijamin oleh

asuransi.

4. Perkara pengadilan, gugatan hukum, atau masalah serupa yang sudah terjadi

yang dapat membahayakan kemampuan perusahaan.

Apabila auditor meragukan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan

usahanya, maka hal tersebut merupakan ketidak pastian yang material (Arens dkk:

41:1995). Apabila terdapat ketidakpastian yang material, terlebih dahulu auditor

harus mengevaluasi apakah sudah ada pengungkapan yang memadai atas fakta-fakta

yang relevan didalam laporan keuangan, termasuk catatan kaki. Dalam penyusunan

laporan keuangan diasumsikan bahwa perusahaan akan hidup terus dan akan

melanjutkan usahnya dimasa mendatang. Dengan demikian, perusahaan dianggap

tidak bermaksud melikuidasi usahnya dan memperkecil atau mengurangi secara

material skala usahnya. Apabila akan melakukan hal tersebut, maka informasi

mengenai likuidasi atau penurunan skala perusahaan harus diungkapkan dalam

laporan keuangan Ghozali dan Charir, (2007). Jika pengungkapan catatan kaki

memadai, auditor diminta untuk menambahkan suatu paragraf penjelasan pada

laporan audit untuk ketidakpastian yang material dalam kondisi-kondisi berikut:

22
1. Untuk ketidakpastian yang dimasukan dalam Statment FASB No. 5

a. Ketidakpastian itu sangat mungkin dan material; atau

b. Ketidak pastian itu cukup mungkin dan

i. Material dan memungkinkan cukup besar atau mendekati sangat mungkin,

atau

ii. Sangat material

2. Untuk ketidak pastian yang berkaitan dengan kelangsungan perusahaan terdapat

kesangsian yang besar selama periode waktu yang “wajar” (Arens dkk 41- 42,

1995).

Tujuan paragraf penjelasan adalah untuk memberitahu pembaca laporan

keuangan kueungan secara khusus mengenai ketidakpastian itu sekalipun informasi

tersebut diungkapkan didalam laporan keuangan secara langsung atau akan kelihatan

apabila dilakukan entitas yang seksama atau laporan keuangan tersebut (Arens

dkk:42, 1995).

Laporan audit going concern merupakan penilaian auditor yang meragukan

bahwa perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnisnya. Auditor merupakan

perantara penyedia laporan keuangan dan pengguna laporan keuangan. Opini audit

adalah bagian terpenting dari laporan audit auditor atas laporan keuangan yang

diaudit. Opini yang disampaikan dalam tiga paragraf yaitu paragraf pengantar,

paragraf lingkup dan paragraf pendapat. Di paragraf pendapat ini auditor menyatakan

pendapat ats laporan keuangan auditnya. Opini audit yang diberikan oleh auditor

23
melalui beberapa tahapan audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpualan atas

opini yang seharusnya diberikan terhadap laporan keuangan yang di auditnya.

2.1.4 Debt default

Dalam PSA 30, indikator going concern yang banyak digunakan auditor

dalam memberikan keputusan opini audit dalah kegagalan dalam memenuhi

kewajiban hutang perusahaan (default). Debt default didefinisikan sebagai kegagalan

debitor (perusahaan) untuk membayar utang pokok atau bunganya pada waktu jatuh

tempo (Chen dan Church, 1992). Manfaat status debt default sebelumnya telah diteliti

oleh Chen dan Church (1992) yang menemukan hubungan yang kuat status default

terhadap opini going concern. Dapat dikatakan bahwa status hutang perusahaan

merupakan faktor pertama yang akan diperiksa oleh auditor untuk mengukur

kesehatan keuangan perusahaan. Ketika jumlah hutang perusahaan sudah sangat besar

maka aliran kas perusahaan tentu banyak dialokasikan menutupi hutangnya, sehingga

akan menggangu kelangsungan operasi perusahaan. Sebuah perusahaan dapat

dikategorikan dalam keadaan default hutangnya bila salah satu kondisi dibawah ini

terpenuhi (Chen dan Church, 1992), yaitu :

1. Perusahaan tidak dapat atau lalai dalam membayar hutang pokok atau bunga.

2. Persetujuan perjanjian hutang dilanggar, jika pelanggaran perjanjian tersebut

tidak dituntut atau telah dituntut kreditor untuk masa kurang dari satu tahun.

3. Perusahaan sedang dalam proses negoisasi restrukturisasi hutang yang jatuh

tempo.

24
Debt default menurut Arens (2006) didefinisikan sebagai kegagalan debitor

(perusahaan dalam membayar utang pokok atau bunga pada waktu jatuh tempo).

Kegaggalan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya tepat waktu dapat

menyebabkan kelangsungan usaha suatu perusahaan diragukan oleh auditor. Menurut

Harris dan Merianto, (2015) Apabila hutang ini tidak mampu dilunasi maka kreditor

akan memberikan status default. Karenanya diharapkan status default dapat

meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan laporan going concern.

2.1.5 Disclosure

Disclosure adalah pengungkapan informasi yang dilakukan perusahaan,yang

nantinya informasi yang diungkapkan akan digunakan sebagai pertimbangan oleh

investor dan pengguna informasi lainnya untuk melakukan investasi kepada

perusahaan. Informasi yang diungkapkan oleh perusahaan bias berifat positif dan

negatif. Adanya disclosure dari perusahaan tentang keraguan atas going concern

terlebih bila disertai adanya rencana manajemen perusahaan untuk mengatasinya

menunjukan adanya ketidak mampuan perusahaan untuk mempertahankan

kelangsungan hidupnya. Laporan keuangan merupakan bagian penting laporan

tahunan yang disampaikan direksi atau pengurus organisasi kepada para stakeholder-

nya. Para stakeholder ini adalah para pengguna laporan keuangan, yaitu pihak-pihak

yang berkepentingan terhadap isi laporan keuangan. Informasi yang ada pada laporan

keuangan sangat berguna bagi mereka dalam pengambilan keputusan bisnis. Purba

(19 : 2016).

25
Informasi yang dapat dari suatu laporan keuangan perusahaan tergantung pada

tingkat pengungkapan (disclosure) dari laporan keuangan yang bersangkutan.setiap

perusahaan yang go public wajib untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan

seperti yang sudah diatur oleh lembaga keuangan Nomer : KEP-134/BL/2006

Peraturan Nomer X.K.6 yang berisi tentang : (1) Kewajiban penyampaian laporan

keuangan tahunan bagi emitmen atau perusahaan public, dan (2) bentuk dan isi

laporan keuangan tahunan.

Setiap perusahaan wajib melakukan pengungkapan dalam laporan keuangan

untuk melindungi hak pemegang saham yang biasanya terabaikan akibat terpisahnya

pihak manajemen yang mengelola perusahaan dan pemegang saham yang memiliki

modal perusahaan. Perusahaan yang melakukan audit atas laporan keuangannya tentu

akan meningkatkan opini audit wajar tanpa pengecualian. Informasi yang dibuat

perusahaa sebagai bentuk pertanggung jawaban dalam laporan keuangan tahunan

(annual report). Annual report adalah laporan perkembangan dan pencapaian yang

berhasil diraih oleh perusahaan yang bersifat keuangan dan non keuangan perusahaan

yang sangat berguna bagi kepetingan investasi stakeholder dan sebagai alat analisis

keuangan bagi stakeholder pada kinerja perusahaan selama satu tahun. Pengungkapan

yang diharuskan dalam standar akuntansi adalah laporan keuangan tahunan

perusahaan, yang meliputi neraca, laporan laba rugi,laporan perubahan modal,

laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Informasi yang bersifat non

keuangan dapat diungkapkan perusahaan dalam laporan tahunan yang berisi

26
mengenai laporan manjemen atas informasi penting mengenai perusahaan seperti

lapran dewan komensaris, laporan direksi, kinerja perusahaan selama satu periode,

profil perusahaan, strategi perusahaan, prospek perusahaan, dan informasi penting

lainnya yang berhubungan dengan perusahaan.

Sehingga keberadaan disclosure atau pengungkapan dalam perusahaan sangat

penting karena pada kondisi ketidak pastian pasar ,nilai informasi yang relevan dan

realiable tercermin didalamnya. Menurut keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar

Modal dan Lembaga Keuangan Nomor :KEP-134/BL/2006 Peraturan Nomer X.K.6

mengenai penyampaian laporan tahunan emitem atau perusahaan publik, laporan

tahunan wajib membuat hal-hal penting yaitu:

1. Ikhtisar data keuangan yang penting

2. Laporan Dewan Komensaris

3. Laporan Direksi

4. Profil perusahaan

5. Analisis dan pembahasan menajemen

6. Tata kelola perusahaan

7. Tanggung jawab social perusahaan

8. Laporan keuangan auditan (laporan keuangan yang sudah diaudit)

9. Surat pernyataan tanggung jawab Dewan Komensaris dan Direksi atas keberadaan

isi laporan tahunan.

27
2.1.6 Opini audit tahun sebelumnya

Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima auditee pada

tahun sebelumnya atau 1 tahun sebelum tahun penelitian. Opini audit tahun

sebelumnya ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu auditee dengan opini going concern

(GCAO) dan tanpa opini going concern (NGCAO). Mutchler (1984) dan Bagus

Badingatus (2007) melakukan wawancra dengan praktisi auditor yang menyatakan

bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya

lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan.

Penelitian Alexander (2004) memperkuat bukti mengenai opini audit going

concern yang diterima pada tahun sebelumnya dengan opini audit going concern

tahun berjalan. Ada hubungan positif yang signifikan antara opini audit going

concern tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan. Apabila

pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit going concern, maka

akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going

concern pada tahun berikutnya.

2.1.7 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah skala, yaitu diklasifikasikan besar kecilnya

perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, nilai pasar saham,

dan lain-lain. secara umum biasanya ukuran perusahaan diproksi dengan total aset.

Karena nilai total aset biasanya sangat besar dibandingkan variabel keuangan lainnya.

Mutchler (1985) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini going

28
concern pada perusahaan dengan aset yang lebih kecil. Maka semakin besar aset

perusahaan akan semakin kecil kemungkinan perusahaan menerima opini going

concern. Sedangkan Mutchler et.al. (1997) menyatakan bahwa dalam peneltian

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap laporan audit pada perusahaan yang gulung

tikar. Bukti empiris bahwa ada hubungan negatif antara ukuran perusahaan dengan

penerimaan audit going concern. Sari (2012) dan Mutchler et.al. (1997) menjelaskan

bahwa semakin besar ukuran peusahaan akan berpengaruh terhadap pemilihan agen

kareana perusahaan yang besar cenderung akan menjadi subjek pemeriksaan

(pengawasan yang lebih ketat dari permintaan dan masyarakat) yaitu dengan mencari

manajer yang bernar-benar dapat dipercaya dan mengetahui secara jelas sehingga

memotivasi agen untuk bekerja sesuai dengan kepentingan principal dengan

penghargaan yang wajar terhadap principal.

2.1.8 Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan perusahaan adalah sebuah skala untuk mengukur seberapa baik

perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun

dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Pertumbuhan perusahaan ditunjukan

dari seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonomi dalam industri

maupun kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Eko dkk, 2006). Pertumbuhan

perusahaan dapat dilihat dari rasio pertumbuhan laba yang positif. Perusahaan yang

mempunyai rasio pertumbuhan laba yang positif cenderung memiliki potensi untuk

mendapatkan opini yang baik lebih besar. Pertumbuhan laba menunjukkan

29
kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan dalam kondisi persaingan. Perusahaan

dengan negative growth mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar kearah

kebangkrutan. Untuk mengukur pertumbuhan perusahaan, dalam penelitian ini

peneliti menggunakan rasio pertumbuhan laba. Rasio pertumbuhan laba digunakan

karena dapat menggambarkan keadaan perusahaan yang sedang baik.

Pertumbuhan aset perusahaan mengindikasikan pertumbuhan kekuatan

perusahaan dalam industry dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

mempertahankan kelangsungan usahanya. Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari

seberapa baiknya perusahaan mempertahankan posisi ekonominya dalam industry

maupun kegiatan ekonominya (Setyarno dkk 2006). Pertumbuhan perusahaan juga

diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Penjualan yang terus meningkat

dari tahun ke tahun akan memberikan peluang auditee untuk memperoleh

peningkatan laba. Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan semakin kecil

kemungkinan auditor menerbitkan opini modifikasi going concern.

Dengan didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2012)

pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit

going concern. Pertumbuhan perusahaan yang baik mengindikasikan bahwa

perusahaan tersebut akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Sehingga

auditor cenderung memberikan opini audit going concern kepada perusahaan yang

mengalami pertumbuhan baik.

30
2.1.9 Opinion Shopping

SEC (Security Exchange Commision) (1985) mendefinisikan opinion

shopping sebagai aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk mencari auditor yang

mau mendukung perlakuan akuntansi yang sesuai dengan kemauan dari pihak

manajemen, yang bertujuan untuk mencapai tujuan pelaporan perusahaan. Perusahaan

biasanya melakukan pergantian auditor (auditor switching) untuk menghidari

penerimaan opini audit going concern. Terdapat dua cara seperti yang diungkapkan

oleh Teoh (1992) untuk menghindari penerimaan opini audit going concern dari

auditor, yaitu:

1. Perusahaan dapat mengancam melakukan pergantian auditor, sehingga dengan

ancaman tersebut independensi auditor akan menurun sehingga tidak mampu

untuk mengungkapkan masalah-masalah yang terdapat di perusahaan.

2. Apabila auditor yang akan memberikan opini audit going concern tetapindependen,

maka perusahaan akan memberhentikan auditor independen tersebut, atau

sebaliknya akan menunjuk auditor yang cenderung mau memberikan opininon

going concern. Tindakan tersebut disebut sebagai opinion shopping.

Beberapa faktor yang memotivasi manajer untuk melakukan opinion

shopping, diantaranya keinginan untuk mencapai target yang ditetapkan, serta

kebutuhan untuk mem-pertahankan kelangsungan hidup perusahaan (going concern).

Manajer ingin laporan audit yang positif (unqualified). Laporan audit yang negatif

akan mempengaruhi kemampuan perusahaan bertahan di pasar modal, dan nilai

31
return dari saham yang dimilikinya. Motivasi untuk opinion shopping bisa juga

ditimbulkan oleh kemunduran kondisi ekonomi.

Tujuan dalam pelaporan opinion shopping ini adalah untuk memanipulasi

hasil operasi atau kondisi keuangan perusahaan. Pergantian auditor menyebabkan

pengaruh yang buruk, sehingga Negara-negara di eropa menetapkan peraturan

mengenai pergantian auditor, yaitu perusahaan harus mempertahankan auditor dalam

beberapa periode tahun agar tidak terjadi strategi pergantian auditor (Lennox, 2002).

Kondisi di Indonesia lebih sesuai dengan praktik opinion shopping yang

dikemukakan oleh Teoh (1992), yaitu cara pertama perusahaan dapat mengancam

melakukan pergantian auditor. Dan auditor akhirnya mengeluarkan opini audit non

going concern untuk mempertahankan kliennya tersebut. Argumen ini sejalan dengan

pendapat Lennox (2002), dimana dikatakan bahwa walaupun perusahaan sering

mengganti auditor setelah menerima opini audit going concern, masih belum jelas

apakah ini mencerminkan praktik opinion shopping.

2.2 Penelitian sebelumnya

Penelitian mengenai penerimaan opini audit going concern sudah banyak

dilakukan. Penelitian ini banyak dilakukan baik di Indonesia maupun luar diluar

Indonesia dengan hasil yang bervariasi juga. Berikut ini dijelaskan penelitian

terdahulu mengenai penerimaan opini audit going concern.

32
Tabel 2.1
Penelitian sebelumnya

No Nama& Tahun Variabel Alat Hasil Penelitian


Analisis
1. Mirna Dyah Variabel Analisis 1. Debt default
Praptitorini dan Dependen: Regresi berpengaruh positif
Indira Januarti Penerimaan Logistik terhadap kemungkinan
(2011) opini audit penerimaan opini audit
going concern going concern
2. Kualitas audit
Variabel berpengaruh positif
Independen : terhadap kemungkinan
- Debt default penerimaan opini audit
- Kualitas audit going concern
- Opinion 3. Opinion
shopping shoppingberpengaruh
negatif terhadap
Variabel control: kemungkinan
- Kondisi penerimaan opini audit
keuangan going concern
-Audit lag 4. Kondisi keuangan
- Opini audit berpengaruh negatif
tahun terhadap kemungkinan
sebelumnya penerimaan opini audit
- going concern
5. Audit lag berpengaruh
positif terhadap
kemungkinan
penerimaan opini audit
going concern
6. Opini audit tahun
sebelumnya
berpengaruh positif
terhadap kemungkinan
penerimaan opini audit
going concern

33
2. Irtani Retno Variabel Analisis 1. Financial Distresstidak
Astuti dan Dependen Regresi berpengaruh terhadap
Darsono (2012) :Penerimaan Logistik penerimaan opini audit
opini audit goingconcern.
going concern 2. Debt Default
berpengaruh positif
terhadap kemungkinan
Variabel penerimaan opini audit
Independen : going concern
- Financial 3. Reputasi Auditor
Distress bepengaruh negative
- Debt Default terhadap penerimaan
- Reputasi auditor opini audit going
- Opinion concern
Shopping 4. Opinion
- Disclosure
shoppingberpengaruh
- Audit Lag
negatif terhadap
kemungkinan
penerimaan opini audit
going concern
5. Disclosure berpengaruh
negatif terhadap
kemungkinan
penerimaan opini audit
going concern
6. Audit lagberpengaruh
positif terhadap
kemungkinan
penerimaan opini audit
going concern
3. Nurul Ardiani, Variabel Analisis 1. Audit Tenure tidak
Emrinaldi Nur Dependen : Regresi berpengaruh terhadap
DP dan Nur Penerimaan Logistik kemungkinan
Azlina (2012) opini audit penerimaan opini audit
going concern going concern
2. Disclosure berpengaruh
Variabel positif terhadap
Independen : kemungkinan
- Audit Tenure penerimaan opini
- Dislousure auditgoing concern
- Ukuran KAP 3. Ukuran KAP
- Debet Default berpengaruh positif

34
- Opinion terhadap kemungkinan
Shopping penerimaan opini
- Kondisi auditgoing concern
keuangan 4. Debt Default
berpengaruh positif
terhadap kemungkinan
penerimaan opini audit
going concern
5. Opinion shopping tidak
berpengaruh terhadap
kemungkinan
penerimaan opini audit
going concern
6. Kondisi keuangan
shopping tidak
berpengaruh terhadap
kemungkinan
penerimaan opini audit
going concern
4. Yashinta Putri Variabel Analisis 1. Ukuran perusahaan
Alichia (2013) Dependen: Regresi berpengaruh negatif
Penerimaan Logistik terhadap kemungkinan
opini audit penerimaan opini audit
going concern going concern
2. Pertumbuhan
perusahaan berpengaruh
Variabel negatif terhadap
Independen : kemungkinan
- Ukuran penerimaan opini audit
perusahaan going concern
- Pertumbuhan 3. Opini audit tahun
perusahaan sebelumnya
- Opini audit berpengaruh positif
tahun terhadap kemungkinan
sebelumnya penerimaan opini audit
going concern
5. Komang Variabel Analisis 1. Reputasi
Anggita Dependen : Regresi auditoberpengaruh
Verdianadan Penerimaan Logistik positif terhadap
I Made Karya opini audit kemungkinan
Utama (2013) going concern penerimaan opini audit
going concern

35
Variabel 2. Disclosure berpengaruh
Independen: positif terhadap
- Repurasi kemungkinan
auditor penerimaanopini
- Disclosure audit going concern
- Audit client 3. Audi client tunure
tenure terhadap kemungkinan
penerimaanopini
audit going concern
6. Suriani Gunting Variabel Analisis 1. Ukuran peusahaan tidak
dan linda Dependen : Regresi berpengaruh terhadap
Suryana (2014) Penerimaan Logistik kemungkinan
opini audit penerimaan opini audit
going concern going concern
2. Kondisi keuangan
Variabel berpengaruh positif
Independen : terhadap kemungkinan
- Ukuran penerimaan opini audit
perusahaan going concern
- Kondisi 3. Pertumbuhan
keuangan perusahaan bepengaruh
- Pertumbuhan negatif terhadap
perusahaan kemungkinan
- Reputasi penermaan opini audit
auditor going concern
4. Reputasi auditor
- - berpengaruh positif
- uterhadap kemungkinan
penerimaan opini audit
going concern
7. Dewi Ratna dan Variabel Analisis 1. Kualitas audit
Sri Wuhyui Dependen : Regresi berpengaruh positif
(2014) Penerimaan Logistik terhadap kemungkinan
opini audit penerimaan opini audit
going concern going concern
2. Pertumbuhan
Perusahaan
Variabel berpengaruh negatif
Independen : terhadap kemungkinan
- Kualitas audit penerimaan opini audit
- Pertumbuhan going concern
Perusahaan 3. Likuiditas berpengaruh

36
- Likuiditas negatif terhadap
- Solvabilitas kemungkinan
penerimaan opini audit
going concern
4. Solvabilitas
berpengaruh positif
terhadap kemungkinan
penerimaan opini audit
going concern
8. Randy Harris, Variabel Regresi 1. Debt default
dan Wahyu Dependen : Logistik berpengaruh positif
Merianto Penerimaan terhadap kemungkinan
(2015) opini audit penerimaan opini audit
going concern going concern
2. Disclosure
Variabel berpengaruh negatif
Independen : terhadap kemungkinan
- Debt default penerimaan opini audit
- Disclosure going concern
- Opini audit 3. Opini audit tahun
tahun sebelumnya
sebelumnya berpengaruh positif
- Ukuran terhadap kemungkinan
perusahaan penerimaan opini audit
- Opinion going concern
shopping 4. Ukuran perusahaan
berpengaruh positif
terhadap kemungkinan
penerimaan opini audit
5. Opinion shopping
berpengaruh negatif
terhadap kemungkinan
penerimaan opini audit
going concern
9. Aldy Variabel Analisis 1. Profitabilitas
Ariesetiawan, Dependen : Regresi berpengaruh negatif
dan Sri Rahayu Penerimaan Logistik terhadap kemungkinan
(2015) opini audit penerimaan opini audit
going concern going concern
Variabel 2. Likuiditas berpengaruh
Independen : negatif terhadap
- Profitabilitas kemungkinan

37
- Likuiditas penerimaan opini audit
- Pertumbuhan going concern
perusahaan 3. Pertumbuhan
perusahaan tidak
berpengaruh terhadap
kemungkinan
penerimaan opini audit
going concern
10. Totok Variabel Analisis 1. Kondisi keuangan
Dewayanto Independen : Regresi perusahaan berpengaruh
(2015) - Kondisi Logistik negatif terhadap
keuangan kemungkinan penerimaan
perusahaan opini audit going concern.
- Ukuran 2. Ukuran perusahaan
Perusahaan berpengaruh negatif
- Opini audit terhadap kemungkinan
tahun penerimaan opini audit
sebelumnya going concern.
- Auditor 3. Opini audit tahun
clien tenure sebelumnya berpengaruh
- Opinion positif terhadap
shopping kemungkinan penerimaan
- Reputasi opini audit going concern.
auditor. 4. Auditor client tenure
berpengaruh negatif
Variabel terhadap kemungkinan
Dependen : penerimaan opini audit
Opini Audit going going concern.
concern. 5. Opinion shopping
berpengaruh negatif
terhadap kemungkinan
penerimaan opini audit
going concern
6. Reputasi auditor
berpengaruh positif
terhadap kemungkinan
penerimaan opini audit
going concern
Sumber : Berbagai Jurnal

38
2.3. Kerangka pemikiran
Opini audit sangat diperlukan bagi perusahaan sebagai penjelasan atas

keadaan dan kondisi perusahaan. Hal ini membuat pihak auditor dalam

memberikan opininya menjadi lebih berhati-hati, karena sedikit kesalahan dalam

proses audit dapat mengakibatkan terganggunya kelangsungan hidup perusahaan

dan juga bisa mempengaruhi pandangan masyarakat tentang auditor dan kantor

akuntannya.

Opini audit going concern sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu debt

default, disclosure, opini audit tahun sebelumnya, ukuran perusahaan,

pertumbuhan perusahaan dan opinion shopping. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah penerimaan opini audit going concern, dan

variabel independen dalam penelitian ini adalah debt default, disclosure, opini

audit tahun sebelumnya, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan opinion

shopping. Berdasarkan hubungan antar variabel tersebut dapat dilihat pada gambar

2.1

39
Variabel Independen ( X )

H1 (+)
Debet Default
X1

Disclousure H2 (+)
X2

H3 (+) Variabel Dependen (Y)


Opini Audit tahun
sebelumnya
X3 Penerimaan opini Audit
going concern

Y
H4 (+)
Ukuran perusahaan
X4

H5 (+)

Pertumbuhan
perusahaan
X5
H6 (-)

Opinion Shopping
X6

Sumber : Ariestiawan dan Rahayu (2015) yang telah dimodifikasi oleh peneliti.
Gambar 2.1. Kerangka pemikiran

40
2.4 Pengembangan Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Debt Default terhadap Opini Audit Going Concern

Berdasarkan teori agensi, prinsipal menilai kinerja agen menggunakan

pihak auditor, untuk mengetahui keadaan perusahaan. Auditor akan melakukan

pemeriksaan terhadap perusahaan, terutama pada kegiatan utang. Apabila

perusahaan gagal membayar utang (debt default) maka keberlangsungan

perusahaan itu akan menjadi diragukan, oleh sebab itu kemungkinan diberikannya

opini audit going concern akan semakin besar, dan investasi oleh pihak luar akan

menurun.

Beberapa penelitian terdahulu Hasil penelitian terdahulu membuktikan

bahwa debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going

concern. Harris dan Merianto, (2015) penelitian ini didukung dengan penelitian

dari Astuti dan Darsono, (2012) dan Ardiani dkk, (2012). Dalam PSA 30

mengungkapkan indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam

memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban

hutangnya (default). Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitor

(perusahaan) untuk membayar utang pokok atau bunganya pada waktu jatuh tempo

(Chen dan Church, 1992). Berdasarkan penjelasan tersebut hipotesis yang akan

diuji adalah sebagai berikut:

41
H1: Debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going

concern.

2.4.2 Pengaruh Disclosure terhadap Opini Audit Going Concern

Disclosure adalah tingkat pengungkapan atas informasi yang diberikan

sebagai lampiran pada laporan keuangan dalam bentuk catatan kaki atau tambahan

(Tanor, 2009). Berdasarkan teori agensi, menyebutkan bahwa hubungan antara

prinsipal dan agen mengarah pada kondisi informasi yang tidak seimbang. Hal ini

terjadi karena agen memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan

dibandingkan dengan prinsipal. Prinsipal berusaha mengetahui informasi dengan

menggunakan pihak ketiga yaitu auditor untuk melakukan disclosure atas kondisi

perusahaan, sehingga apabila level disclosure yang diungkapkan tinggi, maka

prinsipal akan memiliki kepercayaan kepada agen. Karena tujuan prinsipal adalah

peningkatan investasi, sehingga apabila tingkat disclosure tinggi maka akan

semakin mencerminkan keadaan perusahaan yang baik di mata investor, yang akan

meningkatkan investasi.

Disclosure atas informasi berguna dalam memberikan gambaran yang lebih

jelas mengenai kondisi perusahaan yang sebenarnya. Apabila item disclosure yang

diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan tahunan semakin banyak, maka

disclosure level perusahaan semakin tinggi. Semakin luasnya informasi keuangan

yang diungkapkan oleh perusahaan yang mengalami kondisi keuangan yang buruk,

42
maka akan lebih mudah untuk auditor dalam menemukan bukti dalam penilaian

kelangsungan usaha perusahaan (Junaidi dan Hartono, 2010).

Astuti (2012) mengungkapkan bahwa pengungkapan yang memadai atas

informasi keuangan perusahaan menjadi salah satu dasar bagi auditor dalam

memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan perusahaan. Penelitian

Setiap hal dan informasi akuntansi yang terdapat pada laporan keuangan sering

digunakan sebagai dasar pertimbangan oleh pihak-pihak tertentu yang terkait

dalam kontrak. Penelitian ini didukung dari penelitian terdahulu bahwa disclosure

berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Ardiani dkk,

(2012) dan Verdiana dan Utama, (2013). Tingkat pengungkapan informasi

(disclosure) yang diungkapkan oleh perusahaan melalui laporan keuangan

diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak auditor untuk memprediksi

dalam pemberian opini, terutama opini audit going concern.

H2: Disclosure berpengauh positif terhadap penerimaan opini audit going

concern.

43
2.4.3 Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Opini Audit Going

Concern

Berdasarkan teori agensi, agen akan berusaha memuaskan prinsipal agar

mendapatkan reward atas kinerja yang dianggap baik. Pemberian opini audit going

concern pada tahun sebelumnya oleh auditor akan menjadikan perusahaan

kehilangan kepercayaan diri atas kelangsungan hidupnya, dan dalam perumusan

teori agensi hal itu bukanlah hal yang diinginkan oleh prinsipal atas kinerja agen,

karena akan menyebabkan berkurangnya minat para investor untuk melakukan

investasi. Sehingga pada tahun selanjutnya akan memungkinkan kembali untuk

didapatkan opini audit going concern kembali bagi perusahaan.

Opini audit tahun sebelumnya memiliki pengaruh terhadap pemberian opini

audit going concern, yaitu apabila pada laporan audit tahun sebelumnya auditor

memberikan opini audit going concern maka besar kemungkinan di tahun

berikutnya akan berpeluang untuk memberi kembali opini audit going concern.

Hasil penelitian yang menganalisis pengungkapan penerimaan opini audit going

concern menunjukkan dukungan atas asumsi di atas. Penelitian tersebut

diantaranya yang dilakukan oleh Harris dan Merianto, (2015) mendapatkan hasil

bahwa penerimaan opini audit going concern pada tahun sebelumya berpengaruh

positf dan signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern pada tahun

berjalan. Hal tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Yashinta,

(2013) dan Totok, (2015) yang menunjukkan hasil yang signifikan positif bahwa

44
opini audit tahun sebelumnya yang diberikan auditor kepada auditee akan

berpeluang atas pemberian opini audit going concern dari auditor kepada auditee

pada tahun berikutnya. Atas dasar pemahaman ini maka dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

H3: Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini

audit going concern.

2.4.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern

Berdasarkan teori agensi yang diungkapkan oleh Sari (2012) dan Mutchler

et al. (1997) menjelaskan bahwa semakin besar ukuran perusahaan akan

berpengaruh terhadap pemilihan agen karena perusahaan yang besar cenderung

akan menjadi subjek pemeriksaan (pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah

dan masyarakat) yaitu dengan mencari manajer yang benar-benar dapat dipercaya

dan mengetahui secara jelas kapabilitas dan personali atas dengan kontrak insentif

dan skema kompensasi operasional yang jelas sehingga memotivasi agen untuk

bekerja sesuai dengan kepentingan principal dengan penghargaan yang wajar

terhadap prinsipal.

Mutchler (1985) dalam Alexander (2004) menyatakan bahwa auditor lebih

sering mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan kecil karena

auditor mempercayai bahwa perusahaan besar dapat menyelesaikan kesulitan-

kesulitan keuangan yang dihadapinya dari pada perusahaan kecil. Perusahaan besar

45
memiliki akses yang lebih mudah dalam mendapatkan dana baik itu berupa

pinjaman dari kreditur atau dana investasi dari investor, maupun dari sumber dana

eksternal lainnya. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Yashinta, (2013) menyatakah bahwa perusahaan dengan ukuran

besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau

bertahan dalam industry. Dari uraian teori diatas dapat disimpulkan bahwa

Semakin besar ukuran perusahaan maka kemungkinan perusahaan dalam

menerima opini audit going concern akan semakin besar. Berdasarkan uraian

diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H4: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going

concern.

2.4.5 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern

Pertumbuhan perusahaan yaitu perubahan total aset baik berupa peningkatan

maupun penurunan yang dialami perusahaan selama satu periode. Pertumbuhan

perusahaan diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Rasio ini mengukur

seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam

industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Weston dan

Copeland, 1992).

Penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee. Auditee yang

mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang positif mengindikasikan bahwa

46
auditee dapat mempertahankan posisi ekonominya dan lebih dapat mempertahankan

kelangsungan hidupnya (going concern). Perusahaan yang mengalami pertumbuhan,

menunjukkan aktivitas operasional perusahaan berjalan dengan semestinya sehingga

perusahaan dapat mempertahankan posisi ekonomi dan kelangsungan hidupnya,

sedangkan perusahaan dengan negative growth mengindikasikan kecenderungan yang

lebih besar ke arah kebangkrutan (Altman, 1968). Penjualan yang terus meningkat

dari tahun ke tahun akan memberi peluang auditee untuk memperoleh peningkatan

laba. Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan auditee, akan semakin kecil

kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern.

Dalam penelitian penelitian sebelumnya telah dilakukan pengujian

bagaimana hubungan antara pertumbuhan perusahaan dengan opini audit going

concern. Dari pengujian Setyarno et al (2006) menunjukkan penjualan merupakan

kegiatan operasi utama perusahaan. Sedangkan dalam penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Ariesetiawan dan Sri, (2015) mengungkapkan bahwa perusahaan

tersebut tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Sehingga auditor

cenderung memberikan opini audit going concern kepada perusahaan yang

mengalami pertumbuhan negatif. Namun penelitian ini diperkuat dengan penelitian

dari Suryana dan Suryani, (2014). Penjualan perusahaan yang meningkat dari

tahun ketahun memberi peluang perusahaan untuk memperoleh peningkatan laba.

Oleh karena itu semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan perusahaan akan

semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

47
H5 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif pada penerimaan opini audit going

concern.

2.4.6 Pengaruh Opinion Shopping terhadap Opini Audit Going Concern


Berdasarkan teori agensi, terdapat hubungan yang menuju ketidak seimbangan

antara agen dan prinsipal. Hal ini terjadi karena agen memiliki pengetahuan yang

lebih memadai mengenai keadaan perusahaan dibandingkan dengan prinsipal.

Sehingga diasumsikan bahwa individu-individu dalam perusahaan bertindak untuk

memaksimalkan kepentingan masing-masing. Adanya asimetri informasi mendorong

agen untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui prinsipal.

Pada keadaan informasi yang terbatas yang dimiliki oleh prinsipal, agen dapat

melakukan berbagai cara untuk mendapat penilaian yang lebih baik dari prinsipal

terhadap kinerjanya. Salah satu cara yang dapat dilakukan agen adalah dengan

melakukan opinion shopping. Opinion shopping seperti yang didefinisikan oleh SEC

sebagai aktivitas mencari auditor atau pergantian auditor yang mau mendukung

perlakuan akuntansi yang diajukan manajemen untuk pencapaian tujuan pelaporan

perusahaan. Perusahaan menggunakan pergantian auditor untuk menghindari

penerimaan opini going concern dengan dua cara (Teoh, 1992), yaitu:

1. Perusahaan dapat mengancam melakukan pergantian auditor. Kekhawatiran

untuk diganti mungkin dapat mengikis independensi auditor, sehingga tidak

mengungkapkan masalah going concern. Argumen ini disebut ancaman

pergantian auditor.

48
2. Ketika auditor tersebut independen, perusahaan akan memberhentikan

akuntan publik (auditor) yang cenderung memberikan opini going concern,

atau sebaliknya akan menunjuk auditor yang cenderung memberikan opini

going concern.

Sehingga sebagai aktivitas mencari auditor yang mau mendukung perlakuan

akuntansi yang diajukan oleh manajemen untuk mencapai tujuan pelaporan

perusahaan.

Beberapa penelitian terdahulu Hasil penelitian terdahulu membuktikan bahwa

Opinion shopping berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going

concern. Penelitian tersebut sejalan dari penelitian terdahulu diantaranya yang

dilakukan oleh Harris dan Merianto, (2015), Astuti dan Darsono, (2012). Tujuannya

adalah memanipulasi hasil operasi atau kondisi keuangan. Berdasarkan uraian diatas

maka hipotesis yang diajukan adalah:

H6: Opinion shopping berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going

concern.

49
3. Metode Penelitian

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuantitatif. Populasi dan

sempel dalam penelitian ini adalah perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tahun 2013-2016. Pemilihan sempel dipilih dengan

menggunakan metode purpose sampling. Metode analisis yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan SPSS 22 for Windows untuk menghitung laporan

keuangan dan annual report sebagai data sekunder. Penggunaan metode tersebut

bertujuan agar memperoleh hasil yang valid dalam menganalisis regresi logistik

menilai model Goodnes of Fit menggunakan uji Hosmer and Lemeshow’s Test,

Ovariall Model Fit, koefisien determinasi, nilai simultan dan nilai stastistik parsial.

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

diperoleh dari laporan keuangan tahunan dan annual report dari perusahaan LQ45

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016 yang telah dipublikasikan

untuk umum. Data ini dapat diperoleh dengan mengakses situs resmi Bursa Efek

Indonesia yaitu www.idx.co.id. Data tersebut kemudian dianalisis untuk menunjukan

pengaruh debt default, disclousure, opini audit tahun sebelumnya, ukuran perusahaan,

pertumbuhan perusahaan, dan opinion shopping.

50
3.2. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu yang dapat mebedakan atau mengubah nilai.

Nilai dapat berbeda dari waktu yang berbeda untuk objek atau orang yang berbeda

(Kuncoro, 2003 : 41). Dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen (terikat)

dan variabel independen (bebas).

3.2.1. Variabel Dedependen

Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh

variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 2013: 63). Variabel dependen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah penerimaan opini audit going concern (Y).

3.2.2. Variabel Independen

Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau

mempengaruhi yang lain (Indriantoro dan Supomo, 2013: 63). Variabel bebas dapat

mambantu menjelaskan apa saja yang terkandung dalam variabel terikat serta

menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya.variabel independen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah debt default (X1), disclousure (X2), opini audit

tahun sebelumnya (X3), ukuran perusahaan (X4), pertumbuhan perusahaan (X5), dan

opinion shopping (X6).

51
3.3. Definisi Oprasional dan Pengukuran Variabel

3.3.1. Definisi Variabel Oprasional

Definisi variabel oprasional adalah variabel yang di ungkapkan dalam definisi

konsep tersebut, secara oprasional, secara praktik, secara nyatadalam lingkup obyek

penelitian/obyek yang diteliti. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

variabel bebas dan variabel terikat.

a. Variabel bebas (independent variabel)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, yang menyebabkan

timbulnya variabel terikat. variabel bebas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah debt default, disclousure, opini audit tahun

sebelumnya, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan opinion

shopping.

b. Variabel terikat (Dependent variabel)

Variabel terikat adalah variabel yang digunakan yang dipengaruhi karena

adanya variabel bebas. Variabel terikat tang digunakan dalam penelitian

ini adalah penerimaan opini audit going concern.

52
3.3.2. Opini Audit Going Concern (Y)

Opini audit going concern adalah opini audit modifikasi yang dalam

pertimbangan auditor terdapat ketidak mampuan signifikan atas kelangsungan hidup

perusahaan dalam menjalankan oprasinya dimasa mendatang. Termasuk dalam opini

audit going concern ini adalah, opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa

penjelas, opini audit tidak wajar, dan tidak memberikan pendapat (Mutchler,1985;

Ramadhany, 2004).

Opini audit going concern ini diukur dengan menggunakan variabel dummy

dimana kategori 1 untuk auditee yang menerima opini audit going concern dan

kategori 0 untuk auditee tidak menerima opini opini audit going concern Haris dan

Merianto, (2015).

3.3.3 Debt default (X1)

Debet default adalah kegagalan membayar hutang didefinisikan sebagai

kelalaian atau kegagalan perusahaan untuk membayar hutang pokok atau bunganya

pada saat jatuh tempo (Chen dan Church, 1992). Variabel ini diukur dengan

menggunakan variabel dummy, dengan memberikan kategori 1 untuk keadaan utang

dalam kondisi default dan kategori 0 untuk keadaan utang dalam kondisi tidak default

atau tidak sebelum pengeluaran opini audit.

53
3.3.4. Disclousure (X2)

Disclousure adalah pengungkapan atau pemberian informasi oleh perusahaan,

baik yang positif maupun negatif, yang mempengaruhi atas suatu kepuusan investasi

(Astuti, 2012). Variabel ini diukur dengan mengunakan indeks yang dapat dilihat dari

tingkat pengungkapan atas informasi keuangan perusahaan dibandingkan dengan

jumlah yang seharusnya diungkapkan oleh perusahaan sesuai dengan Keputusan

Ketua Badan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor : KEP-134/BL/2006

Peraturan Nomor X.K.6. Angka 1 diberikan jika perusahaan mengunkapkan item-

item informasi yang ada dalam disclousure indeks, sedangkan angka 0 akan diberikan

jika item-item dalam disclousure indeks tidak diungkapkan oleh perusahaan tersebut.

Dalam menentukan tingkat pengungkapan yang dilakukan perusahaan digunakan

rumus sebagai berikut :

𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐤𝐨𝐫 𝐝𝐢𝐬𝐜𝐥𝐨𝐬𝐮𝐫𝐞 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐧𝐮𝐡𝐢


Disclosure Level =
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐤𝐨𝐫 𝐦𝐚𝐤𝐬𝐢𝐦𝐮𝐦

(Cooke, 1992 dan Hossain, 2008)


Semakin tinggi disclosure level yang dihasilkan perusahaan, maka semakin

banyak pula informasi yang tersedia. Semakin luasnya informasi keuangan yang

diungkapkan oleh perusahaan yang mengalami kondisi keuangan yang buruk,

54
maka auditor akan lebih mudah dalam menemukan bukti dalam menilai

kelangsungan usaha perusahaan (Junaidi dan Hartono, 2010).

Tabel 2.2
Disclosure Items

No Keterangan
1. Ikhtisar data keuangan penting
2. Informasi harga saham tertinggi, terendah dan penutupan
3. Laporan dewan komisaris mengenai penilaian terhadap kinerja direksi
mengenai pengelolaan perusahaan.
4. Laporan dewan komisaris mengenai pandangan atas prospek usaha
perusahaan yang disusun oleh direksi
5. Laporan direksi mengenai kinerja perusahaan
6. Laporan direksi mengenai gambaran tentang prospek usaha
7. Laporan direksi mengenai penerapan tata kelola perusahaan yang telah
dilaksanakan perusahaan
8. Nama dan alamat perusahaan
9. Riwayat singkat perusahaan
10. Bidang dan kegiatan usaha perusahaan meliputi jenis produk dan atau jasa
yang dihasilkan
11. Struktur organisasi dalam bentuk bagan
12. Visi dan misi perusahaan
13. Nama, jabatan dan riwayat hidup singkat anggota dewan komisaris
14. Nama, jabatan dan riwayat hidup singkat anggota direksi
15. Jumlah karyawan dan deskripsi pengembangan kompetensinya (misal :
aspek pendidikan dan pelatihan karyawan yang telah dan akan dilakukan)
16. Uraian tentang nama pemegang saham dan persentase kepemilikannya
17. Nama anak perusahaan dan perusahaan asosiasi, presentase kepemilikan
saham, bidang usaha, dan status operasi perubahan tersebut
18. Kronologis pencatatan saham dan perubahan jumlah saham dari awal
pencatatan hingga akhir tahun buku serta nama Bursa efek dimana saham
perusahaan dicatatkan
19. Nama dan alamat lembaga dan atau profesi penunjang pasar modal
20. Penghargaan dan sertifikasi yang diterima perusahaan baik yang berskala
nasional maupun internasional
21. Nama dan alamat anak perusahaan dan atau kantor cabang atau kantor
Perwakilan
22. Tinjauan operasi per segmen usaha

55
23. Analisis kinerja keuangan yang mencakup perbandingan antara kinerja
keuangan tahun yang bersangkutan dengan tahun sebelumnya
24. Prospek usaha dari perusahaan
25. Aspek pemasaran atas produk dan jasa perusahaan , antara lain : strategi
pemasaran dan pangsa pasar
26. Kebijakan dividen dan tanggal serta jumlah dividen
27. Tata kelola perusahaan (Corporate Governance)
28. Tanggung jawab direksi atas laporan keuangan
29. Laporan keuangan tahunan yang telah diaudit
30. Tanda tangan anggota direksi dan anggota dewan komisaris
31. Informasi tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan
32. Ringkasan statistik keuangan untuk 3-5 tahun
33. Informasi tentang penelitian danpengembangan
Sumber: Fitriani dan Dharma (2007)

3.3.5 Opini Audit Tahun sebleumnya (X3)

Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diberikan oleh auditor

kepada auditee pada tahun sebelumnya atau 1 tahun sebelum tahun penelitian.

Muchler (1985) dan Solikhah (2007) menguji pengaruh ketersediaan informasi publik

terhadap prediksi opini going concern, menggunakan analisis diskriminan dengan

memasukan tipe opini audit tahun sebelumnya sebagai akurasi prediksi.

Variabel opini tahun sebelumnya khususnya opini audit selain opini audit

wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion). Pada penelitian ini merupakan

variabel opini audit tahun sebelumnya menggunakan variabel dummy sehingga

pengukurannya dengan memebrikan kode 1 pada perusahaan yang pada tahun

sebelumnya menerima opini audit going concern (GCAO) dan memberi kode 0 pada

perusahaan yang non going concern (NGCAO) pada laporan auditan tahun

sebelelumnya.

56
3.3.6. Ukuran Perusahaan (X4)

Ukuran perusahaan adalah skala dimana perusahaan dapat diklasifikasikan

menurut besar kecilnya. Menurut Heckston dan Milne (1996), ukuran perusahaan

dapat diukur dengan jumlah karyawan, total nilai aset, volume penjualan, atau tingkat

indeks. Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat

ukuran perusahaan menggunakan total aset. Variabel ukuran perusahaan disajikan

dalam bentuk logaritma natural, karena nilai dan sebenarnya yang sangat besar

dibandingkan variabel yang lain. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur

dengan logaritma natural (natural log) dari jumlah aset.

Size = Logaritma Total Aset

Sumber: Niker dkk (2008)

3.3.7. Pertumbuhan Perusahaan (X5)

Pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan rasio

pertumbuhan penjualan (Setyarno dkk, 2006). Rasio pertumbuhan penjualan

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam pertumbuhan tingkat

penjualannya dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Data ini diperoleh menghitung

sales growth ratio berdasarkan laporan laba rugi masing-masing auditee. Hasil

perhitungan rasio pertumbuhan penjualan disajukan dengan skala rasio.

57
(Penjualan Bersih t – Penjualan Bersih t-1)

Pertumbuhan Perusaaan =
Penjualan Bersih t-1

Sumber : Suriani dan Suryana (2014)

Keterangan:

Tat = Penjualan pada tahun ke t

Tat-1 = Penjualan pada periode sebelumnya

3.3.8. Opinion Shopping (X6)

Opinion shopping didefinisikan oleh SEC (1985) sebagai aktivitas mencari

auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi yang diajukan oleh manajemen

untuk mencapai tujuan pelaporan perusahaan. Variabel ini menggunakan variabel

dummy, kode 1 diberikan kepada perusahaan yang melakukan pergantian auditor

ketika mendapatkan opini going concern, dan 0 jika tidak melakukan pergantian

auditor ketika mendapatkan opini going concern.

3.4. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

3.4.1. Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder. Data sekunder

merupakan data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui

perantara. Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan keuangan perusahaan

LQ45 periode 2013-2016 yang diperoleh dari dokumentasi Bursa Efek Indonesia atau

dengan mengunduh disitus resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id.

58
Penelitian ini menggunakan data sekunder karena data laporan keuangan

telah digunakan dalam berbagai penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

penerimaan opini audit going concren. Selain itu, data sekunder juga bisa

dilakukan dengan cara mengakses langsung situs resmi yang dipublikasikan, jadi

mempermudah peneliti untuk mendapatkan data penelitian. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan laporan keuangan dari perusahaan LQ45 yaitu periode

2013-2016.

3.4.2. Populasi Data dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi merupakan wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari yang kemudian diambil kesimpulannya,

sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,

2010:173-174).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jenis perusahaan Perbankan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang telah melaporkan laporan keuangan tahunan

dan annual report selama periode 2013-2016. Populasi dalam penelitian ini sebanyak

45 perusahaan dari berbagai jenis perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI). Sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah sampel yang

memenuhi kelengkapan data.

59
3.4.3. Teknik Pengambilan Sampel Data

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.

Purposive sampling adalah cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata,

random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto,

2010:183). Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa alasan, misalnya alasan

keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang

besar dan jauh.

Pengambilan sampel perusahaan dilakukan berdasarkan kriteria sebagai


berikut:

1. Perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI periode 2013-2016

2. Perusahaan LQ45 yang telah menerbitkan laporan keuangan yang sudah

diaudit selama periode 2013-2016 dan laporan auditor independen

3. Perusahaan LQ45 yang melaporan laba bersih setelah pajak negatif selama

periode 2013-2016

4. Perusahaan LQ45 yang tidak menggunakan mata uang rupiah periode 2013-

2016

60
Tabel 2.3
Proses pengolahan sempel

Kriteria Sampel 2013 2014 2015 2016

Pengukuran Sampel Kriteria : 1

Perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI 45 45 45 45

periode 2013-2016

Pengukuran Sampel Kriteria : 2

Perusahaan LQ45 yang telah menerbitkan ( 2) ( 3) ( 3) (1)

laporan keuangan yang sudah diaudit selama

periode 2013-2016 dan laporan auditor

independen

Pengukuran Sampel Kriteria : 3

Perusahaan LQ45 yang melaporan laba ( 12 ) ( 11 ) ( 10 ) ( 11 )

bersih setelah pajak negatif selama periode

2013-2016

Pengukuran Sampel Kriteria : 4

Perusahaan LQ45 yang tidak menggunakan ( 3) ( 1) (0) (0)

mata uang rupiah periode 2013-2016

Jumlah Sampel 28 30 32 33

Total Sampel 123

61
3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan

dengan:

1. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan teknik data dengan cara mencari dan

mengumpulkan data yang diperoleh dari laporan tahunan dan Opini Audit Going

Concern yang dipublikasikan oleh perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tahun 2013-2016.

2. Observasi Website Perusahaan

Observasi website perusahaan dilakukan dengan melihat website perusahaan

yang tercantum di Bursa Efek Indonesia dan website www.idx.co.id serta

menggunakan search engine seperti google untuk mendapatakan data yang

dibutuhkan.

3. Metode Studi Pustaka

Studi pustaka atau literatur melalui buku teks, jurnal ilmiah, artikel dan majalah,

serta sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan informasi yang dibutuhkan

juga dijadikan sumber pengumpulan data.

62
3.6. Metode Analisis Data

1. Editing

Tahap pertama metode pengolahan data adalah pengeditan. Editing adalah

proses pengecekan dan penyesuaian yang diperlukan terhadap data penelitian

untuk memudahkan proses pemberian kode dan pemrosesan data dengan

teknik statistik (Indriantoro dan Supomo, 2013 : 167-168).

2. Pemberian kode (Coding)

Tahap kedua metode pengolahan data adalah pemberian kode. Pemberian

kode adalah proses identifikasi dan klasifikasi data penelitian kedalam skor

numerik atau karakter simbol (Indrantoro dan Supomo, 2013 : 165).

3. Tabulating

Tahap ketiga metode pengelohan data adalah tabulating. Tabulating adalah

perhitungan frekuensi dari satu hal atau perkiraan numerik tentang distribusi

dan disebut juga sebagai alat menyusun kategori mengubah variabel interval

menjadi klasifikasi nominal (Kuncoro, 2003 : 69).

4. Pemrosesan Data

Pemrosesan data dalam penelitian ini untuk menyeleksi dan menyusun data

untuk dapat dianalisis yaitu dengan menggunakan software statistik SPSS 22.

63
3.7.Analisis Data

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis regresi

logistik. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai pengaruh debt default, disclosure, opini audit tahun sebelumnya, ukuran

perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan opinion shopping terhadap kemungkinan

penerimaan opini audit going concern.

3.6.1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambran atau deskriptif suatu data yang

dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,

kurtoris, dan skewnss/kemencengan distribusi (Ghozali, 2013:19). Mean digunakan

untuk memperkirakan besar rata-rata populasi yang diperkirakan dari sempel. Standar

deviasi digunakan untuk menilai dispersi rata-rata sempel. Maksimum-minimum

digunakan untuk melihat nilai minumum dan maksimum dari populasi. Hal ini perlu

dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sempel yang berhasil

dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sempel penelitian.

Degan statistik deskriptif, kumpulan data yang diperoleh akan tersaji dengan

ringkasan dan rapi serta dapat memberikan informasi yang inti dari kumpulan data

yang ada. Informasi yang dapat diperoleh dari statistik deskriptif ini antara lain

ukuran pemusatan data, ukuran penyebaran data, serta kecenderungan suatu gugus

data.

64
3.6.2 Analisis Regresi Logistik

Pengujian terhadap hipotisis dalam penelitian ini menggunakan analisis

regresi logistik (logistic regression). Menurut Ghozali (2011) analisis regresi logistik

cocok untuk penelitian variabelnya bersifat kategorikal (nominal atau non metrik) dan

variabel independenya kombinasi antara metrik dan non metrik. Analisis regresi

logistik tidak memerlukan asumsi normalitas pada data-data variabel bebasnya.

Analisis regresi logistik digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel debt

default, disclousure, opini audit tahun sebelumnya, ukuran perusahaan, pertumbuhan

perusahaan, opinion shopping berpengaruh terhadap opini audit going concern.

Model regresi yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
𝐆𝐂𝐎
Ln = α + β1DEBT + β2ZDISC + β3AUD + β4SIZE + β5SLR + β6OS ε
𝟏 − 𝐆𝐂𝐎

Keterangan :
GCO = Opini going concern (variabel dummy, 1 jika opini going concern, 0 jika non
going concern.

DEBT = Debt Default

DISC = Disclosure

AUD = Opini Audit tahun sebelumnya

SIZE = Ukuran perusahaan yang diukur dengan log total aset

SLR = Pertumbuhan perusahaan


OS = Opinion shopping

65
∈ = error item
α = Konstanta
β1 – β4= Koefisien regresi

3.6.3. Goodness of Fit

Uji Goodness of fit uji kelayakan model digunakan untuk mengukur ketepatan

fungsi regresi sempel dan menaksir nilai aktual. Secara statistik Uji Goodness of fit

dapat dilakukan melalui Hosmer and Lemeshow’s Test, Overall Model Fit, koefisien

determinasi, nilai simultan dan nilai statistik parsial. Uji Goodness of fit digunakan

pada penelitian ini adalah menggunakan uji sebagai berikut :

1. Hosmer and Lamesshoe’s Test

Hosmer and Lamesshoe’s Test digunakan untuk mengetahui apakah

terdapat perbedaan antara data penelitian dengan prediksi. Uji ini melihat

signifikasi dari chi-aquare jika signifikasi dari chi-square lebih besar dari 0,05

maka dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan antara hasil observasi dengan

prediksi.

2. Uji Overall Model Fit

Overall Model Fitmenilai keseluruhan model fit yang digunakan untuk

menilai overall fit model terhadap data. Untuk menilai keseluruhan model

(overall model fit) ditunjukkan dengan likelihood value (-2LL) yaitu dengan

cara membandingkan antara nilai -2LL pada block 0 (beginning), dimana

66
model hanya memasukkan konstanta, dengan nilai -2LL pada block 1

(method) dimana model memasukkan konstanta dan variabel independen.

3. Uji Koefisien Determinasi Nagelkerke

Koefisien Determinasi Nagelkerke adalah ukuran yang menunjukan

berapa banyak variasi dalam data dapat dijelaskan oleh model regresi yang

dibangun. Nilai koefisen determinasi adalah diantara nol dan satu. Nilai

determinasi yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen

dalam menjelaskan variabel-variabel dependen amat terbatas. Nilai yang

mendekati satu berarti variabel-variabel independen meberikan hampir semua

infomasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Terdapat kelemahan mendasar terhadap penggunaan koefisien determinasi

yaitu koefisien determinasi bias terhadap jumlah variabel independen yang

dimasukan ke dalam model. Nilai adjusted nagelkerke dapat naik atau turun

apabila suatu variabel independen ditambahkan kedalam model. Jika dalam

uji empiris didapatkan nilai negelkerke negatif, maka nilai adjusted

negelkerke dianggap bernilai nol (Ghozali, 2013 : 97)

67
4. Uji Signifikan Simultan

Menurut Ghozali (2013 :98) uji statistik simultan pada dasarnya

menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukan

dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel

dependen. Untuk menguji hipotesis ini digunakan omnibus tes dengan kriteria

pengambilan keputusan yaitu bila nilai dari chi-square pada omimbus test

kurang dari 0.05 maka dapat disimpulkan keseluruhan variabel bebas

berpengaruh.

5. Uji parsial

Uji parsial yaitu untuk melihat seberapa jauh pengaruh suatu variabel

independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen

(Kuncoro, 2003 : 81). Untuk menetahui apakah variabel debt default,

disclousure, opini audit tahun sebelumnya, ukuran perusahaan, pertumbuhan

perusahaan, dan opinin shopping terhadap penerimaan opini audit going

concern dapat melihat nilai signifikan dari wald apabila signifikan dari wald

kurang dari 0.05 maka variabel bebas secara parsial berpemgaruh

68
Daftar Pustaka
Astuti I. R., Darsono, 2012. Pengaruh Faktor Keuangan Dan Non Keuangan
Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. Diponegoro Journal
Of Accounting. Volume 1, Nomor 2, (1-10)

Ardiani N., Nur E., Azlina N., .2012. Pengaruh Audit Tenure, Disclosure, Ukuran
Kap, Debt Default, Opinion Shopping, Dan Kondisi Keuangan Terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern. Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Riau Volume 20, Nomor 4

Anggita K V., I Made K U., 2013. Pengaruh Reputasi Auditor, Disclosure, Audit
Client Tenure Pada Kemungkinan Pengungkapan Opini Audit Going
Concern. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.3 :530-543.

Arens, A.A., J.E. Randal, and S.B. Mark. 2006. Auditing and Assurance Services : An
Integrated Approach 11th . Singapore: Pearson International Edition

Altman, E. and T. McGough. 1974. Evaluation of A Company as A Going Concern.


Journal of Accountancy, 50-57

Astuti, Irtani Retno. 2012. Pengaruh Faktor Keuangan dan Non Keuangan terhadap
Penerimaan Opini Audit Going concern. Universitas Diponegoro.

Al.Haryono Jusup. 2002. Auditing Buku 2. Yogyakarta, Bagian Penerbit Sekolah


tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Xviii,

Arens dkk. 1995. AUDITING An Integrated Approach, Fourth Edition. Penerbit


Erlangga.

69
Cooke, T. E. 1992. The Impact of Size, Stock Market Listing and Industry Type on
Disclosure In The Annual Report of Japanese Listed Corporasions.
Accounting and Bussiness Research 22 (summer) : 229-237.

Chen, Kevin C. W., and Bryan K. Church. 1992. Default on Debt Obligations and the
Issuance of Opini Going-Concern Opinions. Auditing: A Journal of
Practice & Theory. Vol. 11, No. 2: 30-49.

Diyanti F. T., 2010. Pengaruh Debt Default, Pergantian Auditor, Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. Jurusan
Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2010) 20206377

Dyah M P., Januarti I,. 2011. Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default Dan
Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going Concern.
Universitas Diponegoro Jurnal Akuntansi Dan Keuangan
Indonesia.Volume 8 - No. 1

Dewi R S ., Sri W., 2014. Pengaruh Kualitas Audit, Pertumbuhan Perusahaan,


Likuiditas Dan Solvabilitas Terhadap Opini Audit Going Concern Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei. Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Kompartemen, Vol. Xii No.1.

Fitriani dan Dharma., 2007. Disclosure Index Laporan Tahunan 2004 Emiten Di Bej.
Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma. Vol. 2 .Issn : 1858 - 2559

Gray, Iain and Stuart, M. 2000. The Audit Process, Principles, Practice and Cases
2nd. London: Thomson Learning.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisi
3.Semarang :Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

70
Gozhali, Imam.2013.Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
21Edisi Ketujuh.Semarang: Badan Penerbit Universitas diponegoro.

Ghozali, Imam., (2011) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”.,


Semarang. ISBN. Badan Penerbit Universitas Diponogoro.

Hackston, D. and M. J. Milne, 1996, Some Determintants of Social and Enviromental


Disclosures in New Zealand Companies, Accounting, Auditing and
Accountability Journal, Vol. 9 no. 1:77-108.

Harris R., Wahyu M., 2015. Pengaruh Debt Default, Disclosure, Opini Audit Tahun
Sebelumnya, Ukuran Perusahaan, Dan Opinion Shopping Terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern. Diponegoro Journal Of
Accounting, Vol. 4, No. 3: 1-11

http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/25994/node/378/peraturan-nomor-xk6
keputusan-ketua-bapepam-dan-lk-nomor-kep-134-bl-2006-tahun-2006

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta :


Salemba Empat
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2013. Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP).
Salemba Empat. Jakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba


Empat

Imam Ghozali dan Anis Charir .2007. Teori Akuntansi, Edisi 3. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro Semarang

71
Junaidi, Jogiyanto Hartono.2010. “Faktor Non Keuangan Pada Opini Going
Concern”. Paper
Disajikan Pada Simposium Nasional Akuntansi Xiii.

Jones, F. L. 1996 “The Information Content of The Auditor’s Going Concern


Evaluation”. Journal of Accounting ang Public policy (Spring): 1-27.

Januarti, Indira. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor,


Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia).

Jensen, M.C and Meckling, W.H. 1976. “Theory Of The Firm, Managerial
Behaviour, Agency Costs & Ownership Structure”. Journal of Financial
Economics. Vol 3 October. Pp 305-360.

Komalasari, Argianti. 2004. “Analisis pengaruh kualitas opini auditor dan proxy
going concern terhadap opini auditor.” Jurnal Akuntansi dan Keuangan,
Vol. 9 No. 2, Juli: 1-14
Kartika, Andi. 2012. Pengaruh Kondisi Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur
Di BEI. Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, Mei, Hal: 25-40.

Koh, H.C. dan Tan, S.S. 1999. A Neural Network Approach to The Prediction of
Going Concern Status. Accounting and Business Research, 29 (3).

Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta:Erlangga.

Lenard, Mary, J., A. Perualz, and B. David. 1998. An Analysis of Fuzzy Clustering
and a Hybrid Model for Auditor’s Going Concern. Diunduh tanggal 27
April 2007, http://www3.interscience.willey.com/journal/119931483/.

72
Lennox. C. S. 2002. Opinion Shopping and Audit Committees. Working Paper Series.
Hitotsubashi,

Hongkong University

Mutchler, J.F. 1984. Auditor Perceptions of the Going-Concern Opinion


Decision.Auditing :A Journal of Practice & Theory 3. Spring. pp. 17 –
30.

Mutchler, W. Hopwood, and James M. McKeown. 1997. The Influence of Contrary


Information and Mitigating Factors on Audit Opinion Decisions on
Bankrupt Companies. Journal of Accounting Research. Vol. 35, No. 2:
295-310

Mutchler, J.F. 1985. A Multivariate Analysis of the Auditor’s Going concern


Decision. Journal of Accounting Research. Vol. 23, No.2: 668-682.

Muthahiroh. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Opini Going


Concern
oleh Auditor pada Auditee. Universitas Diponegoro.

Praptitorini, Mirna Dyah dan Indira Januarti. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Audit,
Debt Default dan Opinion shopping terhadap Penerimaan Opini Going
concern. Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar

Purba, Marisi P. 2016. Asumsi Going Concer: suatu tujuan terhadap dampak krisis
keuangan atas opini audit dan laporan keuangan. EKUILIBRIA. Candi
Gebang I No. 23 Yogyakarta 55283.

Riswan Yunida dan M. Wahyu Wardhana, 2013, Pengaruh kualitas audit, Kondisi
keuangan perusahaan, Opini audit tahun sebelumnya, Pertumbuhan

73
perusahaan, Terhadap Opini Audit Going Concern, Jurnal INTEKNA,
Vol XIII No. 1, hlm 54-61

Ramadhany, Alexander. 2004. Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi


Penerimaan Opini Going concern Pada Perusahaan Manufaktur yang
Mengalami Financial Distress Di Bursa Efek Jakarta. Tesis, Universitas
Diponegoro . Semarang

Santosa, Arga Fajar dan Linda Kusumaning Wedari. 2007.”Analisis Faktor –Faktor
Yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going
Concern”. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol. 2 No. 11. Desember. Hal 141 –
158.

Setyarno, Januarti, dan Faisal, 2006. “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan
Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan
Terhadap Opini Audit GoingConcern”. Simposium NasionalAkuntansi IX.

Suriani G., Linda S., 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Audit
Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.
Program Studi Akuntansi Stie Mikroskil. Vol 4, No 02.

Sari, A. I. dan Meiranto, W. 2012. Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun
Sebelumnya,
Ukuran Perusahaan, Dan Kepemilikan Perusahaan Terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern. Skripsi, Universitas
Diponegoro.

Setyarno, Eko Budi, Indira Januarti dan Faisal. 2006. “ Pengaruh Kualitas Audit,
Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit ahun Sebelumnya,
Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern”.
Simposium Nasional Akuntansi Padang IX. Pp 1-25.

74
Setiawan, S. 2006. Opini Going Concern dan Prediksi Kebangkrutan Perusahaan.
Jurnal Ilmiah Akuntansi, V (1), 59-67

Teoh, S. 1992. Auditor Independence, Dismissal Threats and The Market Reactions
to Auditor Switches. Journal of Accounting Research.

Totok Dewayanto., 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan


Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia. Dosen Fakultas Ekonomi Undip. Vol. 6 No. 1
Juni 2015 : 81 – 104

Tucker, Robert R., Ella Mae Matsumura, dan K. R. Subramanyam. 2003. Going
Concern Judgments: An Experimental Test of TheSelf Fulfilling
Prophecy and Forecast Accuracy. Journal of Accounting & Public Policy,
22(1):h: 401-432

www. Idx.co.id

Yashinta P A., 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, Dan


Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern.
Universitas Negeri Padang Fakultas Ekonomi. Jln. Prof. Dr. Hamka
Kampus Air Tawar Padang.

75

Anda mungkin juga menyukai