Anda di halaman 1dari 27

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Sinyal (Signal Theory)

Pada umumnya para investor dianggap memiliki informasi yang

sama tentang prospek sebuah perusahaan seperti para manajernya, hal ini

disebut informasi simetris (symmetric information). Namun kenyataannya,

para manajer sering memiliki informasi yang lebih baik daripada investor.Hal

tersebut disebut informasi asimetris (asymmetric information), dan memiliki

pengaruh yang penting pada struktur modal yang optimal. Perusahaan dengan

prospek yang sangat cerah lebih memilih untuk tidak melakukan pendanaan

melalui penawaran saham baru, sedangkan perusahaan dengan prospek yang

buruk akanmemilih untuk melakukan pendanaan dengan ekuitas pihak luar.

Teori sinyal merupakan tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan

yang memberikan petunjuk kepada para investor mengenai bagaimana cara

pandang manajemen terhadap prospek perusahaan. Adanya pengumuman

penawaran saham biasanya akan dianggap sebagai suatu sinyal bahwa

prospek perusahaan seperti yang dilihat oleh manajemen tidak terlalu cerah

(Brigham dan Houston, 2014: 38-40).

Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya

sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan.

Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh

manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik (Jama’an, 2008).

Kualitas Informasi yang baik bertujuan agar tidak terjadi perbedaan informasi

yang diterima oleh pihak pemilik peusahaan ataupun pihak eksternal

9
10

perusahaan dari pihak pengelola perusahaan. Teori signaling bertujuan

membantu pihak pemilik, pengelola, dan investor mengurangi perbedaan

informasi tentang kondisi perusahaan yang mempengaruhi kualitas laporan

keuangan (Aminah dan Lidya , 2015).

Teori sinyal yang dikemukakan oleh Spence (1973), bahwa sebuah

sinyal yang kredibel dapat menunjukkan perbedaan antara perusahaan

berkualitas tinggi dan perusahaan berkualitas rendah, jika kelompok

perusahaan terakhir gagal memberikan isyarat atau terlalu terbebani dengan

biaya sinyal yang diperlukan.

Teori sinyal bermanfaat untuk menggambarkan perilaku ketika dua

pihak (individu atau organisasi) memiliki akses yang berbeda. Biasanya salah

satu pihak (pengirim) harus memilih bagaimana berkomunikasi, sedangkan

pihak lain (penerima) harus memilih bagaimana menafsirkan sinyal.

Signaling theory secara fundamental berkaitan dengan upaya mengurangi

asimetri informasi antara dua pihak. Penelitian di bidang manajemen juga

telah menerapkan teori signaling untuk membantu menjelaskan pengaruh

asimeteri informasi dalam beragam konteks penelitian (Yuliani, dkk, 2012).

Teori yang menjelaskan pentingnya pengukuran kinerja adalah teori

persinyalan (signalling theory). Teori sinyal membahas bagaimana

seharusnya sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan manajemen (agen)

disampaikan kepada pemilik (prinsipal). Teori sinyal menjelaskan bahwa

pemberian sinyal dilakukan oleh manajemen untuk mengurangi informasi

asimetri. Sinyal (signal) merupakan suatu tindakan yang diambil manajemen


11

perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana

manajemen memandang prospek perusahaan tersebut. Perusahaan dengan

prospek yang sangat cerah lebih memilih untuk tidak melakukan pendanaan

melalui penawaran saham baru, sementara perusahaan dengan prospek yang

buruk memang menyukai pendanaan dengan ekuitas luar. Secara garis besar,

pengumuman penawaran saham biasanya dianggap sebagai suatu sinyal

bahwa prospek perusahaan kurang cerah menurut penilaian manajemennya.

Selanjutnya, hal ini menunjukkan bahwa ketika perusahaan mengumumkan

suatu penawaran saham baru, maka yang lebih sering terjadi, harga sahamnya

akan mengalami penurunan (Brigham dan Houston, 2014: 186).

2.2 Teori Pasar Efisien

Sebuah teori yang disebut Pasar Efisien menyatakan bahwa (1)

saham selalu berada dalam keadaan ekuilibrium yaitu sekuritas dihargai

secara wajar, yang artinya harganya mencerminkan seluruh informasi yang

tersedia kepada publik dan (2) adalah hal yang mustahil bagi seorang investor

untuk secara konsisten “mengalahkan pasar” (Brigham dan Houston,

2014:435).

Konsep yang menjadi proporsi teori Pasar Efisien (Efficient Market)

bahwa seluruh informasi yang tersedia dapat dengan mudah dan murah

ditangkap oleh pasar. Karena dalam pasar efisien dapat diperoleh informasi

tanpa halangan, maka harga-harga aset atau sekuritas secara tepat dan utuh

mencerminkan informasi informasi yang tersedia tentang aset atau sekuritas


12

tersebut. Artinya, harga-harga yang terbentuk di pasar merupakan cerminan

dari informasi yang ada atau “stock price reflect all available information”.

Dengan demikian, suatu pasar dikatakan efisien apabila tidak seorangpun,

baik investor individu maupun investor institusi akan mampu memperoleh

return tidak normal (abnormal return), setelah disesuaikan dengan resiko,

dengan menggunakan strategi perdagangan yang ada (Hadi, 2015:298).

Haugen (2001) dalam Hadi (2015:298) membagi kelompok

informasi dalam pasar efisien menjadi tiga, yaitu (1) informasi harga saham

masa lalu (information in past stock prices), (2) semua informasi publik (all

public information), dan (3) semua informasi yang ada termasuk informasi

orang dalam (all available information including inside or private

information).

Suatu pasar dikatakan efisien apabila harga sekuritas-sekuritasnya

mencerminkan semua informasi yang relevan dengan segera. Karena itu

konsep efisiensi lebih tepat ditafsirkan sebagai konsep yang continuum bukan

dikotomi. Semakin cepat suatu pasar bereaksi terhadap informasi baru

semakin efisien pasar tersebut. Fama (1970) mengklasifikasikan informasi

menjadi tiga tipe yaitu: (1) perubahan harga di waktu yang lalu (past price

change), (2) informasi yang tersedia kepada publik (public information), dan

(3) informasi yang tersedia baik kepada publik maupun tidak (public and

private information) (Rahmawati dan Pandansari, 2016).

Bodie, et al. (2011) menyatakan bahwa ada tiga bentuk untuk

menyatakan efisien pasar modal, yaitu:


13

1. Bentuk efisiensi yang lemah (weak form efficiency)

Dalam keadaan seperti ini pemodal tidak dapat memperoleh tingkat

keuntungan di atas normal dengan menggunakan trading rules yang

berdasarkan atas informasi harga di masa lalu.

2. Bentuk efisiensi setengah kuat (semi strong)

Dengan kata lain, para pemodal tidak dapat memperoleh keuntungan

di atas normal dengan memanfaatkan public information.

3. Bentuk efisiensi yang kuat (strong forms)

Dalam keadaan semacam ini pasar modal akan seperti rumah lelang

yang ideal: harga selalu wajar dan tidak ada investor yang mampu

memperoleh perkiraan yang lebih baik mengenai harga saham.

Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan di Indonesia maka

pasar modal Indonesia mengarah pada pasar modal efisien dalam bentuk

lemah (weak form efficiency), yang dibuktikan oleh hasil penelitian dari

Dosinta (2004) dan Wicaksono (2005).

2.3 Paket Kebijakan Ekonomi Jilid XV Tahun 2017

Latar Belakang paket Kebijakan Ekonomi Jilid XV Tahun 2017

adalah Biaya logistik nasional relatif tinggi di kawasan Asia (24,6% dari

PDB, 2014), dimana kontribusi terbesar pembentuk biaya logistik adalah

ongkos transportasi sebesar 72%, dan memberikan inflasi sebesar 12,11%

(Januari, 2017). Selain itu, porsi biaya logistik sekitar 40% dari harga ritel

barang. Konektivitas angkutan barang belum berkembang di seluruh


14

Indonesia yang membuat sering terjadinya kelangkaan barang, harga yang

bergejolak, dan serbuan impor.

Potensi peluang pasar bagi usaha penyedia jasa logistik di Indonesia

sangat besar. Penelitian Frost and Sullivan, bussiness consultant,

menyebutkan bahwa kegiatan logistik di Indonesia tahun 2016 diperkirakan

mencapai Rp. 2.400T, yang meliputi: jasa transportasi, penyimpanan, dan

delivery sebesar Rp. 498,3T serta kegiatan logistik dari sektor manufaktur,

pertanian, konstruksi, pertambangan, dsb sebesar Rp. 1.901,3T dengan

peningkatan 15,2 % sampai tahun 2019. Potensi ini harus diraih oleh

penyedia jasa logistik nasional.

Cakupan paket kebijakan ekonomi XV meliputi memberikan

peluang pasar kepada pengusaha pelayaran, ocean insurance, dan

pemeliharaan kapal nasional dan meningkatkan daya saing perusahaan

penyedia jasa logistik dengan penjabaran sebagai berikut :

1. Memberikan Peluang Pasar kepada Pengusaha Pelayaran, Ocean

Insurance, dan Pemeliharaan Kapal Nasional

a. Kebijakan angkutan dan asuransi barang ekspor/impor oleh perusahaan

pelayaran nasional, bertujuan untuk membuka peluang pelayaran

nasional melayani angkutan ekspor impor sekitar USD. 600 Juta/tahun,

investasi perkapalan sekitar 70-100 unit kapal baru senilai USD. 700

Juta, asuransi angkutan sebesar 1%-2%, pinjaman perbankan DN

sebesar USD. 560 Juta, dan kesempatan kerja baru sebanyak 2.000

pelaut.
15

b. Revitalisasi Industri Galangan Kapal, Peralatan Kepelabuhanan &

Pelayaran Nasional, bertujuan untuk meningkatkan daya saing galangan

kapal DN dengan memberikan insentif 0% Bea Masuk impor 115 jenis

suku cadang dan komponen kapal laut.

2. Meningkatkan Daya Saing Perusahaan Penyedia Jasa Logistik

a. Peningkatan Keamanan dan Efisiensi Pengiriman Kargo dan Pos Udara

(Regulated Agent/ RA), bertujuan untuk meningkatkan keamanan

pengiriman kargo dan pos udara, dan menghemat biaya angkutan

barang melalui udara hingga 30%.

b. Sinkronisasi Pengaturan Persyaratan Perizinan Angkutan Barang oleh

Daerah, bertujuan untuk memudahkan usaha angkutan barang dan

menghindari pungutan liar dengan tetap memperhatikan kredibilitas

perusahaan angkutan barang.

c. Rasionalisasi Persyaratan Modal Usaha dalam:(1)memperoleh Izin

Angkutan Laut dan Izin Usaha Kepelabuhanan, bertujuan untuk

mendorong revitalisasi dan pengembangan pelabuhan tanpa mengurangi

pertimbangan kredibilitas perusahaan/badan usaha kepelabuhanan; (2)

Memperoleh Izin Usaha Bongkar Muat Barang, untuk mendorong

pelaku usaha untuk memperluas investasi usaha bongkar muat; (3)

Memperoleh Izin Usaha Keagenan Kapal, untuk mendorong pelaku

usaha untuk mengembangkan usaha keagenan kapal; (4) Memperoleh

Izin Usaha Penyelenggaraan Pelabuhan Laut, untuk mendorong pelaku

usaha untuk mengembangkan usaha kepelabuhanan.


16

d. MenghilangkanKetentuan Pembatasan Wilayah Kerja Pengusahaan Jasa

Pengurusan Transportasi Asing, bertujuan untuk memberikan kepastian

usaha.

e. Penyederhanaan Perizinan Penyelenggaraan Pos, bertujuan untuk

mendorong perluasan usaha dan meningkatkan jumlah pelaku usaha

jasa penyelenggara pos.

f. Penguatan Peran Otoritas Pelabuhan (OP) dalam Mengelola Kelancaran

Arus Barang di Pelabuhan, bertujuan untuk menjamin kelancaran arus

barang di pelabuhan agar dapat dengan mudah menjalankan amanat UU

No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

g. Peningkatan Efisiensi Biaya Kepelabuhanan dengan Mengurangi Biaya

Pemindahan Barang (double handling) di Terminal, bertujuan untuk

mengurangi beban biaya logistik di pelabuhan dan memberikan

kepastian pelaku usaha terhadap proses custom clearance dan cargo

release di pelabuhan.

h. Standarisasi Dokumen Pergerakan Arus Barang Dalam Negeri (Manifes

Domestik) Berbasis Elektronik, yang terintegrasi dengan sistem INSW,

bertujuan untuk tersedianya informasi pergerakan arus barang domestik

(melalui darat, laut, dan udara) secara elektronik dan mempermudah

koordinasi dan pengawasan pergerakan barang antar pulau.

i. Peningkatan Kapasitas Pelayaran Nasional Melalui Fasilitas Pengadaan

Kapal Bekas Tertentu di atas Usia 15 s.d. 30 Tahun untuk Angkutan

Khusus, bertujuan untuk memberi peluang lebih besar kepada pelayaran


17

nasional untuk melayani angkutan khusus seperti kapal tanker dan

bulker.

j. Pengembangan Tim SISLOGDA sebagai kelembagaan yang

mendukung kebijakan SISLOGNAS dan konektivitas nasional

termasuk pelaksanaan program TPID untuk Efisiensi Rantai Pasok

Komoditi Penting di Daerah, bertujuan untuk meningkatnya kelancaran

pasokan komoditas barang pokok dan penting di daerah, dan

memudahkan pengendalian dan pemantauan inflasi daerah serta

pengembangan peta transportasi barang

k. Pedoman/Standar Kepatuhan Container Handling (Voluntary Self-

Compliance) antar pengirim, pengangkut, dan trucking untuk

mengurangi risiko kerusakan peti kemas, bertujuan untuk memberikan

kepastian mekanisme tanggung jawab pengembalian uang jaminan peti

kemas oleh agen perusahaan pelayaran kepada consignee atau

forwarder.

l. Penguatan Kelembagaan dan Kewenangan Indonesia National Single

Window (INSW), bertujuan untuk memperkuat wewenang dan lembaga

INSW untuk mendukung efisiensi logistik dan kelancaran ekspor

impor.

m. Pembentukan Tim Tata Niaga Ekspor Impor, bertujuan untuk

mengurangi LARTAS dari 49% menjadi sekitar 19% atau mendekati

rata-rata non tarif barrier negara-negara ASEAN sekitar 17%.


18

2.4 Paket Kebijakan Ekonomi Jilid XVI Tahun 2017

Paket kebijakan diluncurkan dalam bentuk Peraturan Presiden

(Perpres), dengan realisasi dalam dua tahap. Berikut rinciannya:

1. Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) untuk pengawalan dan penyelesaian

hambatan perizinan dalam pelaksanaan berusaha (end to end).

Satgas terdiri dari Satgas Nasional dan Satgas pada

kementerian/lembaga, provinsi, dan kabupaten/kota. Tugasnya koordinasi

untuk meningkatkan pelayanan seluruh perizinan yang menjadi

kewenangannya (end to end). Dalam pelaksanaan tugasnya, Satgas

Nasional membentuk klinik penyelesaian hambatan, di antaranya yaitu

Klinik Tata Ruang dan Kehutanan, Klinik Pertanahan, dan Klinik

Ketenagakerjaan.

Satgas meliputi Leading Sector (utama) dan Satgas Supporting

(pendukung). Satgas Leading Sector bertanggungjawab untuk melakukan

pengawalan, pemantauan, dan penyelesaian hambatan atas perizinan

berusaha di sektornya (end to end) dan melakukan peningkatan pelayanan

seluruh perizinan berusaha di sektornya (end to end). Satgas Leading

Sector pada kementerian/lembaga antara lain berada pada Kementerian

Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Pertanian, Kementerian

Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian, Kementerian

Perhubungan.

Satgas Supporting memberikan dukungan untuk perizinan berusaha

pada leading sector. Satgas Supporting pada kementerian/lembaga


19

berfungsi sebagai Satgas Leading Sector dalam bidang tertentu. Satgas

pada provinsi atau kabupaten/kota dapat menjadi Satgas Leading Sector

dalam hal perizinan berusaha sepenuhnya menjadi kewenangan gubernur

atau bupati/walikota.

Setiap Satgas wajib menyampaikan laporan secara berkala. Satgas

Leading Sector maupun Satgas Supporting menyampaikan laporannya

kepada Satgas Nasional. Satgas Nasional menyampaikan laporannya

kepada Presiden.

2. Penerapan perizinan checklist pada KEK, FTZ, Kawasan Industri, dan

Kawasan Pariwisata.

Perizinan checklist berupa daftar seluruh perizinan yang harus

diselesaikan oleh pelaku usaha dalam waktu tertentu. Setelah pelaku usaha

memperoleh pendaftaran penanaman modal (Indicative Investment

Certificate), pelaku usaha memilih kawasan untuk tempat berusaha.

Perizinan Terpadu Satu Pintu (PTSP) kemudian memberikan kepada

pelaku usaha, berupa akta pendirian dan pengesahan badan usaha, NPWP,

Tanda Daftar Perusahaan, Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing

(RPTKA), Izin mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA), Angka

Pengenal Impor (API), dan Akses Kepabeanan.

Selanjutnya pelaku usaha menandatangani checklist sebagaimana

dimaksud pada huruf a dan checklist tersebut merupakan perizinan

sementara yang mencakup: perizinan lingkungan (UKL-UPL), sertifikat

tanah, rencana teknis bangunan/IMB, dan Izin Usaha.


20

Hal ini diharapkan bisa mempercepat proses pemberian fasilitas

perpajakan, fasilitas kepabeanan dan cukai, serta kemudahan untuk

ketenagakerjaan, keimigrasian, dan pertanahan. Pelaku usaha dapat

melakukan pembebasan tanah dan melakukan konstruksi.

3. Penerapan perizinan dengan penggunaan data sharing.

Untuk perizinan berusaha diluar KEK, FTZ, Kawasan Industri, dan

Kawasan Pariwisata yang belum menggunakan perizinan checklist,

pelaksanaan kemudahan perizinan oleh PTSP dan instansi terkait lainnya

dilakukan melalui penggunaan data secara bersama (data sharing).

Pelaku usaha untuk mendapatkan beberapa perizinan berusaha termasuk

perizinan untuk konstruksi, cukup menyampaikan 1 kali dokumen

persyaratan kepada PTSP. Dokumen persyaratan yang disampaikan

tersebut digunakan oleh PTSP dan instansi terkait lainnya secara bersama

(data sharing) untuk menyelesaikan izin lokasi atau penetapan lokasi, izin

lingkungan, izin gangguan, analisa dampak lalu lintas, persetujuan rencana

teknis bangunan/IMB, perizinan sektor industri serta untuk permintaan

fasilitas perpajakan, kepabeanan, cukai, dan fasilitas lainnya.

2.5 Harga Saham

Saham merupakan salah satu komoditas yang diperdagangkan di

Pasar Modal yang paling popular. Dilihat dari hak yang melekat pada saham,

saham dibagi menjadi dua jenis yakni saham biasa (common stock) dan saham

preferen (Nor Hadi, 2015). Menurut Mulya (2010) saham adalah tanda
21

penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau

perseroan terbatas dimana wujud saham adalah selembar kertas yang

menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang

menerbitkan surat berharga terrsebut. Hartono (2000:8) mengungkapkan

harga saham yang terjadi di bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh

pelaku pasar dan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan

di pasar bursa. Widoatmodjo (2000:45) mengungkapkan harga saham adalah

harga jual dari investor yang satu kepada yang lain. Harga ini terjadi setelah

saham dicatatkan di bursa, baik bursa utama maupun over the counter.

Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa harga saham

adalah harga jual dari investor yang satu kepada yang lain yang terjadi di

pasar bursa pada saat tertentu dan ditentukan oleh pelaku pasar, serta

permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan.

Hadi (2015:123-124) membagi harga saham menjadi:

1. Par value (Nilai nominal/nilai pari) adalah nilai yang tercantum pada

saham bersangkutan. Nilai ini hanya sebatas sebagai fungsi untuk tujuan

akuntansi. Nilai nominal (par value) digunakan untuk dasar pencatatan

modal yang disetor penuh dalam perusahaan.

2. Base price & base value (harga dasar & nilai dasar) adalah bagi saham

yang baru listing, berarti harga perdana saham bersangkutan. Harga dasar

ini dipergunakan untuk menghitung dan menentukan indeks harga saham.

3. Market price & market value (harga pasar & nilai pasar) muncul dari

tingkat penawaran dan permintaan satu saha. Market pice (harga pasar)
22

adalah harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Harga

saham mencerminkan nilai saham emiten yang mengalami naik-turun

sesuai dengan likuiditas saham yang bersangkutan.

2.6 Abnormal return

Hartono (2015) mengemukakan bahwa, return taknormal atau

abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya dengan return

normal atau return yang di ekspektasi. Studi peristiwa menganalisis abnormal

return dari sekuritas yang mungkin terjadi disekitar pengumuman dari suatu

peristiwa. Dalam studi peristiwa abnormal return perlu dihitung tiap-tiap

tanggal (umumnya setiap hari bursa) dalam waktu penelitian untuk masing-

masing sekuritas.

Return realisasian merupakan return yang telah terjadi. Return

realisasian dihitung menggunakan data historis. Return realisasian penting

karena digunakan dasar penentuan return ekspektasian (expected return) dan

resiko dimasa mendatang (Edam dan Mangindaan, 2017).

Return normal adalah return yang seharusnya diperoleh apabila tidak

terjadi peristiwa. Dalam kenyataannya terjadi suatu peristiwa, maka return

yang terjadi bukan return normal lagi, tetapi return total sesungguhnya.

Karena return normal tidak terjadi, maka return normal ini perlu diestimasi

atau diekspektasi. Return normal diestimasi dengan asumsi seandainya

peristiwa tersebut tidak terjadi. Oleh karena itu return normal disebut juga
23

dengan nama return ekspektasian (expected return) atau return estimasian

(estimated return).

Terdapat beberapa model untuk mengestimasi tingkat pengembalian

namun yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pasar (market

model). Model pasar menggunakan resiko pasar untuk menyesuaikan

expected return sesuai dengan tingkat resikonya. Model pasar sering juga

disebut dengan model indeks tunggal (single index model) (Edam dan

Mangindaan, 2017).

Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi

dari suatu pengumuman. Jika pengumuman tersebut mengandung informasi,

maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut

diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan

harga dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan

menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan

menggunakan abnormal return. Jika digunakan (abnormal return) maka

dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan

informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya yang

tidak mengandung informasi tidak akan memberikan abnormal return kepada

pasar (Mahaputra dan Purbawangsa, 2015).

Studi peristiwa (event study) dilakukan untuk menganalisis abnormal

return dari sekuritas yang mungkin terjadi di sekitar pengumuman suatu

peristiwa. Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari

return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Dengan demikian


24

abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi

dengan return expektasinya. Brown dan Warner (1985) dalam Jogiyanto

(2014) mengestimasi expected return dengan menggunakan tiga model yaitu

mean-adjusted model, market model dan market-adjusted model (Rahmawati

dan Pandansari, 2016).

Abnormal return merupakan kelebihan dari imbal hasil yang

sesungguhnya terjadi (actual return) terhadap imbal hasil normal. Imbal hasil

normal merupakan imbal hasil ekspektasi (expected return) atau imbal hasil

yang diharapkan oleh investor. Dengan demikian imbal hasil tidak normal

(abnormal return) adalah selisih antara imbal hasil sesungguhnya yang terjadi

dengan imbal hasil ekspektasi. Return ekspektasi menggunakan model mean-

adjusted model, market model, dan market adjusted model. Dalam penelitian

ini akan digunakan market adjusted model (model disesuaikan pasar) karena

dianggap bahwa penduga terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas

adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model

ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model

estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return

indeks pasar (Purba, 2017).


25

2.7 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Tahun Peneliti Judul Jurnal Variabel Hasil Penelitian
2017 Juandy Gerry Pengaruh Dependen : abnormal Tidak terdapat perbedaan
Edam, Pengumuman return yang signifikan antara
Joanne Paket Kebijakan beberapa hari sebelum dan
Mangindaan Ekonomi JilidIndependen : beberapa hari sesudah
dan Henny XIV terhadap Pengumuman Paket diumumkannya paket
Tarore Abnormal return Kebijakan Ekonomi kebijakan ekonomi jilid XIV
Seluruh Saham di Jilid XIV kepublik tapi terdapat
Bursa Efek Average Abnormal return
Indonesia. yang positif signifikan pada
tanggal pengumuman paket
kebijakan ekonomi jilid
XIV.
2015 I Made Dwi Pengaruh Dependen : abnormal Pemilu legislatif 2014 tidak
Mahaputra Peristiwa Pemilu return saham berpengaruh pada abnormal
dan Ida Legislatif 2014 retun saham.
Bagus Anom terhadap Independen :
Purbawangsa Perolehan Peristiwa Pemilu
Abnormal return Legislatif 2014
Saham LQ 45 di
Bursa Efek
Indonesia
2013 Sri Budiwati Pengaruh Dependen : Return Pergantian Mentri Keuangan
Wahyu Pergantian dan Abnormal return berpengaruh terhadap
Suprapti dan Menteri abnormal return.
Dimas Keuangan Independen :
Wahyu Putra terhadap Return Pergantian Menteri
Pratama dan Abnormal Keuangan
return Saham LQ
45 di Bursa Efek
Indonesia
2017 Terkelin Analisis Dependen : abnormal Pemberlakuan Peraturan
Purba Komparasi return dan volume Pemerintah Nomor 1 Tahun
Abnormal return perdagangan saham 2014 tidak berpengaruh
dan Volume terhadap abnormal return
Perdagangan Independen : dan volume perdagangan
Saham Atas Pemberlakuan saham.
Pemberlakuan Peraturan Pemerintah
Peraturan Nomor 1 Tahun 2014
Pemerintah
Nomor 1 Tahun
26

2014
2013 Indra Sari Pengaruh Dependen : abnormal Sustanbility reporting tidak
Prayosho dan Sustanbility return saham berpengaruh signifikan
Hari Hananto Reporting terhadap abnormal return
terhadap Independen : saham.
Abnormal return sustanbility reporting
Saham pada
Badan Usaha
Sektor
Pertambangan
yang terdaftar di
BEI priode 2010-
2011
2016 Sri Indah Analisis Dependen : abnormal Kebijakan Loan To Value
Yani, dan Pelonggaran return dan trading tidak berpengaruh signifikan
Zainuri, Kebijakan Loan volume activity terhadap abnormal return
Rafael To Value (LTV) dan trading volume activity.
Purtomo terhadap Independen :
Abnormal return Kebijakan Loan To
dan Trading Value (LTV)
Volume Activity
di Bursa Efek
Indonesia:
Pendekatan Event
Study
2016 Ika Yustina Reaksi Pasar Dependen : abnormal Peristiwa bom plaza sarinah
Rahmawati Modal Dari return berpengaruh terhadap
dan Tiara Dampak Peristiwa abnormal return saham.
Pandansari Bom Plaza Independen :
Sarinah terhadap Peristiwa Bom Plaza
Abnormal return Sarinah
Perusahaan LQ
45 yang terdaftar
di BEI
2009 Ferry Pengaruh Dependen : abnormal Pengumuman Indonesia
Budiman dan Pengumuman return dan volume Sustainability Reporting
Supatmi Indonesia perdagangan saham Award (ISRA) berpengaruh
Sustainability terhadap abnormal return
Reporting Award Independen : dan volume perdagangan
(ISRA) terhadap Pengumuman saham.
Abnormal return Indonesia
dan Volume Sustainability
Perdagangan Reporting Award
Saham (ISRA)
27

2014 Elven Martin Reaksi Pasar Dependen : reaksi Kebijakan Pemerintah dalam
Lestari Modal Sebelum pasar modal menaikkan harga bahan
dan Sesudah bakar minyak (BBM) tahun
Kebijakan Independen : 2013 berpengaruh pada
Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah return saham.
Menaikkan Harga dalam menaikkan
Bahan Bakar Harga Bahan Bakar
Minyak (BBM) Minyak (BBM) tahun
Tahun 2013 Pada 2013
Saham LQ-45 di
Bursa Efek
Indonesia (BEI)
2015 M. Yusuf, Pengaruh Dependen : abnormal Pengumuman Hasil
Rini Hidayah Pengumuman return dan volume Pemilihan Umum Presiden
dan Rif’at Hasil Pemilihan perdagangan saham 2014 tidak berpengaruh
Sauqi Umum Presiden pada abnormal return tapi
Baiquni 2014 terhadap Independen : berpengaruh terhadap
Abnormal return Pengumuman Hasil volume perdagangan saham.
dan Aktivitas Pemilihan Umum
Volume Presiden 2014
Perdagangan
Saham

2.8 Kerangka Berpikir

Suatu peristiwa politik seringkali mengakibatkan para pelaku pasar

akan mengalami kesulitan dalam memprediksi kebij akan ekonomi di masa

yang akan datang. Selama periode perubahan politik terjadi, para pelaku

ekonomi biasanya mengumpulkan sebanyak mungkin informasi mengenai

kebijakan pemerintah di masa depan. Sebagai akibatnya, suatu peristiwa

politik dapat mengakibatkan berbagai harapan mengenai kebijakan

pemerintah di masa yang akan datang. Hal ini mungkin mengakibatkan

meningkatnya volatilitas asset pasar atau timbulnya abnormal return. Suatu

peristiwa dikatakan mengandung informasi (information content), jika

peristiwa tersebut akan menghasilkan suatu return yang tidak normal. Pasar
28

akan bereaksi terhadap peristiwa (event) yang menyebabkan terjadinya

abnormal return. Suatu peristiwa dikatakan efisien jika peristiwa tersebut

mengandung informasi yang dikarakteri stikkan dengan adanya abnormal

return dan reaksi yang cepat. Jika tidak terjadi adanya reaksi maka dikatakan

bahwa pasar tersebut tidak efisien. Efisiensi pasar ini akan tercemin dalam

harga saham. Pasar dikatakan efisien apabila informasi yang tersedia

digunakan oleh investor untuk memperkirakan harga saham secara akurat

(Suprapti dan Pratama, 2013).

Pasar modal, sebagai salah satu instrumen perekonomian suatu negara,

sangat dipengaruhi oleh berbagai peristiwa. Semakin penting peran pasar

modal dalam perekonomian suatu negara, semakin sensitive pasar modal

tersebut terhadap berbagai peristiwa di sekitarnya. Suatu peristiwa akan

sangat penting bagi investor di pasar modal apabila peristiwa tersebut

memiliki kandungan informasi, sebab dari informasi yang relevan, investor di

pasar modal dapat menilai prospek kinerja emiten, sehingga investor

memiliki gambaran mengenai risiko dan expected return atas sekuritasnya

dalam rangka membentuk portofolio yang optimal. Informasi yang diperlukan

oleh investor dalam rangka membentuk portofolio yang optimal, dapat

berasal dari peristiwa (event) internal perusahaan (emiten) maupun peristiwa

eksternal perusahaan (Wibowo, 2017).

Informasi yang berasal dari event-event internalperusahaan akan

mempengaruhi harga saham perusahaan yang bersangkutan dan pada

akhirnya dapat menghasilkan abnormal return bagi saham perusahaan


29

tersebut, sedangkan informasi yang berasal dari event-event eksternal

perusahaan atau dari lingkungan ekonomi makro, akan berpengaruh pada

fluktuasi harga dan volume perdagangan seluruh sekuritas pada pasar modal

yang efisien (Wibowo, 2017).

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

Pengumuman paket kebijakan ekonomi XV dan XVI

Abnormal Return

AAR disekitar Peristiwa Perbedaan AAR Sebelum


pengumuan dan Sesudah

One Sample t test dan


Paired sample t test

Sumber : Edam, dkk (2017) yang dimodifikasi guna penelitian.

2.9 Hipotesis

2.9.1. Rata-rata Abnormal return Saham LQ 45 di Sekitar Tanggal

Pengumuman Kebijakan Ekonomi Jilid XV

Teori Pasar Efisien menyatakan bahwa saham selalu berada

dalam keadaan ekuilibrium yaitu sekuritas dihargai secara wajar, yang

artinya harganya mencerminkan seluruh informasi yang tersedia kepada


30

publik dan adalah hal yang mustahil bagi seorang investor untuk secara

konsisten mengalahkan pasar (Brigham dan Houston, 2006:435).

Paket Kebijakan Ekonomi ke 15 tentang Pengembangan Usaha

dan Daya Saing Penyedia Jasa Logistik Nasional. Paket Kebijakan

Ekonomi ini memfokuskan perbaikan sistem logistik. Porsi biaya logistik

menyumbang sekitar 40 persen dari harga ritel barang, dan komponen

terbesar dari logistik, yaitu 72 persen adalah ongkos transportasi

merupakan latar belakang lahirnya kebijakan ini. Indonesia yang

merupakan negara kepulauan sering menyebabkan terjadinya disparitas

harga, fluktuasi, dan kelangkaan stok barang antarwilayah dan antarpulau.

Oleh sebab itu, pemerintah ingin memperkuat sistem logistik dan

meningkatkan daya saing perusahaan penyedia jasa logistik. Selain itu,

kebijakan ini juga memberikan peluang kepada perusahaan pemeliharaan

kapal nasional, asuransi pelayaran (ocean insurance) dan pengusaha

pelayaran untuk berkembang. Dengan demikian, diharapkan biaya logistik

menjadi lebih murah.

Hasil penelitian Edam, dkk (2017) menunjukkan bahwa terdapat

abnormal return positif pada pengumuman kebijakan ekonomi Paket XIV.

Demikian halnya dengan hasil penelitian Suprapti dan Pratama (2013)

menunjukkan bahwa terdapat abnormal return positif pada pergantian

Menteri Keuangan. Maka hipotesis yang diajukan dari uraian tersebut

adalah :
31

H1 : Terdapat rata-rata abnormal return saham LQ-45 di sekitar

tanggal pengumuman kebijakan ekonomi jilid XV.

2.9.2. Rata-rata Abnormal return Saham LQ 45 di Sekitar Tanggal

Pengumuman Kebijakan Ekonomi Jilid XVI

Proporsi teori Pasar Efisien (Efficient Market) bahwa seluruh

informasi yang tersedia dapat dengan mudah dan murah ditangkap oleh

pasar. Karena dalam pasar efisien dapat diperoleh informasi tanpa

halangan, maka harga-harga aset atau sekuritas secara tepat dan utuh

mencerminkan informasi yang tersedia tentang aset atau sekuritas tersebut.

Artinya, harga-harga yang terbentuk di pasar merupakan cerminan dari

informasi yang ada atau “stock price reflect all available information”.

Dengan demikian, suatu pasar dikatakan efisien apabila tidak seorangpun,

baik investor individu maupun investor institusi akan mampu memperoleh

return tidak normal (abnormal return), setelah disesuaikan dengan resiko,

dengan menggunakan strategi perdagangan yang ada (Hadi, 2015:298).

Melalui Pengumuman Kebijakan Ekonomi Jilid XVI, pemerintah

ingin mempercepat proses penerbitan perizinan berusaha sesuai dengan

standar pelayanan, memberikan kepastian waktu dan biaya dalam proses

perizinan dan meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi

kementerian/lembaga (K/L) dan pemerintah daerah (pemda). Selain itu,

kebijakan ini bertujuan menyelesaikan hambatan dalam proses

pelaksanaan serta memanfaatkan teknologi informasi melalui penerapan


32

sistem perizinan terintegrasi (single submission). Latar belakang

dikeluarkannya kebijakan ini adalah perizinan masih bersifat parsial dan

tidak terintegrasi, sekuensial (berurutan), belum seluruhnya menggunakan

teknologi informasi (online), waktu penyelesaian dan biaya perizinan yang

tidak jelas, serta paradigma di tubuh birokrasi sendiri sebagai pemberi izin

dan belum melayani.

Hasil penelitian Suprapti dan Pratama (2013) menunjukkan bahwa

terdapat abnormal return positif pada pergantian Menteri Keuangan.

Demikian halnya dengan hasil penelitian Edam, dkk (2017) menunjukkan

bahwa terdapat abnormal return positif pada pengumuman kebijakan

ekonomi Paket XIV. Maka hipotesis yang diajukan dari uraian tersebut

adalah :

H2 : Terdapat rata-rata abnormal return saham LQ-45 di sekitar

tanggal pengumuman kebijakan ekonomi jilid XVI.

2.9.3. Perbedaan Rata-Rata Abnormal return Saham LQ-45 pada Sebelum

dan Sesudah Pengumuman Kebijakan Ekonomi Jilid XV

Spence (1973) mengemukakan teori sinyal tentang bagaimana

seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna

laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah

dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik.

Kualitas Informasi yang baik bertujuan agar tidak terjadi perbedaan


33

informasi yang diterima oleh pihak pemilik peusahaan ataupun pihak

eksternal.

Paket Kebijakan Ekonomi ini dijabarkan melalui kebijakan

peningkatan peran dan skala usaha yang memberikan peluang bisnis bagi

angkutan dan asuransi nasional, dalam mengangkut barang ekspor impor,

serta usaha galangan kapal/pemeliharaan kapal di dalam negeri. Kebijakan

ini juga akan meningkatkan kemudahan berusaha dan pengurangan beban

biaya bagi usaha penyedia jasa logistik nasional, melalui upaya

pengurangan biaya operasional jasa transportasi, menghilangkan

persyaratan perizinan angkutan barang; meringankan biaya investasi usaha

kepelabuhanan. Paket ini juga bertujuan untuk melakukan penguatan

kelembagaan dan kewenangan Indonesia National Single Window

(INSW). Bentuk kebijakan yang diambil antara lain berupa pemberian

fungsi independensi badan INSW untuk dapat mengembangkan sistem

elektronik pelayanan dan pengawasan ekspor impor, kepabeanan, dan

kepelabuhan di seluruh Indonesia; pengawasan kegiatan ekspor impor

yang berpotensi sebagai illegal trading; kemudahan tersebut diharapkan

akan mampu meningkatkan perputaran jual beli saham di pasar modal

sehingga abnormal return akan meningkat.

Hasil penelitian Edam, dkk (2017) menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan abnormal return positif pada pengumuman kebijakan ekonomi

Paket XIV. Demikian halnya dengan hasil penelitian Budiman dan

Supatmi (2009) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan abnormal return


34

saat Pengumuman Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA).

Maka hipotesis yang diajukan dari uraian tersebut adalah :

H3 : Terdapat perbedaan signifikan rata-rata abnormal return saham

LQ-45 pada sebelum dan sesudah pengumuman kebijakan

ekonomi jilid XV di Bursa Efek Indonesia.

2.9.4. Perbedaan Rata-Rata Abnormal return Saham LQ-45 pada Sebelum

dan Sesudah Pengumuman Kebijakan Ekonomi Jilid XVI

Teori sinyal yang dikemukakan oleh Spence (1973) merupakan

tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan

petunjuk kepada para investor mengenai bagaimana cara pandang

manajemen terhadap prospek perusahaan. Adanya pengumuman

penawaran saham biasanya akan dianggap sebagai suatu sinyal bahwa

prospek perusahaan seperti yang dilihat oleh manajemen tidak terlalu

cerah.

Paket kebijakan ekonomi jilid ke-16 secara garis besar berisi

percepatan pelaksanaan investasi di dalam negeri. Hal tersebut diharapkan

bisa menjadi solusi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di semester

II. Solusinya pertama investasi, pemerintah akan melaunching satu

program besar untuk mempercepat pelaksanaan investasi. Aturan dalam

paket ini akan melibatkan seluruh kementerian dan lembaga (K/L) serta

pemerintah di daerah. Dengan demikian, ada aturan yang sama mulai dari

pusat hingga ke daerah terkait dengan investasi. Pemerintah telah


35

meluncurkan Paket Kebijakan Ekonomi jilid ke-16 mengenai Peraturan

Presiden (Perpres) tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha. Tujuannya

untuk meningkatkan standar pelayanan perizinan berusaha yang efisien,

mudah dan terintegrasi tanpa mengabaikan tata kelola pemerintahan yang

baik. Sehingga diharapkan akan mampu meningkatkan perputaran jual beli

saham di pasar modal sehingga abnormal return akan meningkat.

Hasil penelitian Budiman dan Supatmi (2009) menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan abnormal return saat Pengumuman Indonesia

Sustainability Reporting Award (ISRA). Demikian halnya dengan hasil

penelitian Edam, dkk (2017) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

abnormal return positif pada pengumuman kebijakan ekonomi Paket XIV.

Maka hipotesis yang diajukan dari uraian tersebut adalah :

H4 : Terdapat perbedaan signifikan rata-rata abnormal return saham

LQ-45 pada sebelum dan sesudah pengumuman kebijakan

ekonomi jilid XVI di Bursa Efek Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai