Kelompok 11 :
i
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i
Kesimpulan ............................................................................................................................. 33
Saran....................................................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 35
ii
iii
iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tujuan utama akuntansi keuangan adalah menyusun laporan yang didalamnya harus
menyajikan informasi yang berguna bagi pihak intern maupunpihak ekstern perusahaan.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, akuntanmenemukan banyak celah dalam
pendekatan-pendekatan pelaporan keuanganyang telah ada, untuk melakukan kecurangan.
Hal ini merupakan salah satu sebabmunculnya pengaturan akuntansi baru yang principal
based yaitu IFRS(International Financial Reporting Standart).
1
Dengan kondisi pasar yang semakin dinamis, dan berkembang sangat cepat,akhirnya
konsep historical cost dianggap tidak cocok lagi, karena tidakmencerminkan nilai pasar.
Sebagai gantinya digunakan konsep fair value. Fairvalue ditetapkan oleh International
Accounting Standard Board (IASB) sebagaidasar untuk mengukur aset. Munculnya sebuah
konsep baru dalam dunia akuntansi, justru akan berpengaruh dalam pelaporan keuangan
perusahaan. Dalammakalah berikut ini, penulis akan menyampaikan secara lugas definisi,
konsep fairvalue dalam pencatatan aset tetap, kelebihan dan keunggulan fair value,
dandampak penererapan fair value bagi perusahaan.
1.2.Perumusan Masalah
1.3.Pembatasan Masalah
2
1.4.Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanametode fair
value dapat mempengaruhi kinerja laporan keuangan. Selain itumemberi
pemahaman pada pihak perusahaan tentang bagaimana kelebihan dankekurangan
dari metode historical cost dan fair value. Serta memberikangambaran mengenai
dampak penerapan fair value bagi perusahaan di Indonesia.
1.5.Manfaat Makalah
3
BAB II LANDASAN TEORI
2.1.Definisi Akuntansi
4
2.2. Definisi Aset Tetap
Aset tetap dapat di bedakan menjadi dua (2) jenis berdasarkanpenyusutannya, yaitu:
1. Depreciable assets.Depreciable assets adalah aset tetap yang bisa disusutkan, seperti
bangunan,mesin, peralatan.
5
1) Tanah dan lahan
Bidang tanah terhampar baik yang merupakan tempat bangunan maupunyang masih
kosong. Dalam akuntansi, apabila ada lahan atau tanah yang didirikanbangunan
diatasnya harus dipisahkan pencatatannya dari lahan itu sendiri.
2) Bangunan gedung
Gedung merupakan bangunan yang berdiri di atas bumi ini baik di atastanah atau air,
pencatatannya harus terpisah dari lahan yang menjadi lokasigedung.
3) Mesin
4) Kendaraan
Semua jenis kendaraan seperti: alat pengangkut, truck, mobil, kendaraanroda dua,
dan lain-lain.
5) Perabot
Dalam jenis ini termasuk perabot kantor, perabot laboratorium, perabotpabrik yang
merupakan isi dari suatu bangunan.
7) Prasarana
6
2.4.Depresiasi (Penyusutan)
Semua aset tetap kecuali tanah akan rusak/usang. Untuk beberapa aset
tetap,kerusakan fisik dan usang menyebabkan penyusutan (depresiasi). Ada
beberapapengertian penyusutan yang dikemukakan para ahli.
7
2. Metode unit aktivitas (Unit of activity method)
Untuk menggunakan metode ini, total unit aktivitas untuk seluruh masamanfaat
diestimasikan, dan kemudiann total unit ini sebagai pembagi terhadapbiaya yang
dapat disusutkan. Jumlah yang dihasilkan dari perhitungan tersebutadalah biaya
penyusutan per unit. Biaya penyusutan per unit ini kemudiandikalikan dengan unit
aktivitas selama tahun berjalan untuk menentukan besarnyabeban depresiasi
tahunan.
8
2.5.Penilaian Aset Tetap
Karena harga perolehan dari aset tetap adalah biaya untuk seluruh
masamanfaat, sedangkan setiap tahun selalu ada pengukuran dan pelaporan
terhadapkinerja perusahan yang meliputi penghasilan dan beban maka biaya dari aset
tetaptersebut juga harus dialokasikan sebagai beban yang nantinya beban ini
akandiperbandingkan dengan penghasilan yang diperoleh pada tahun berjalan.
9
2.6.Pengukuran dan Penilaian Historical Cost
Harapan bahwa laporan keuangan audit pribadi akan memberikan basisyang cukup
untuk berinvestasi mencerminkan ketidakpahaman yang serius atasprinsip dan metode
akuntansi publik. Nilai sebagian besar aset dan kewajiban dicatat pada neraca berdasarkan
historical cost yaitu jumlah yang dibayar untukaset individual dan terjadi untuk kewajiban
pada saat diperoleh atau diambil,dikurangi depresiasi dan amortisasi. Oleh karena itu,
balance sheet secara umum tidak mengungkapkan nilai yang dapat diperoleh jika aset
tersebut dijual atau kewajiban dilunasi.
Akuntansi biaya historis adalah nilai moneter dari ekonomi asli yang didasarkan pada
asumsi biaya historis dari unit pengukuran yang stabil. Dalam beberapa keadaan, aset dan
kewajiban dapat ditampilkan pada biaya historis,seakan tidak ada perubahan nilai sejak
tanggal akuisisi. Neraca nilai barang dapatberbeda dari nilai sebenarnya. Biaya historis
dikritik karena ketidaktelitiannya.Berbagai perbaikan pada biaya historis yang digunakan,
banyak yangmembutuhkan penggunaan berhenti dan manajemen dapat sulit
untukmelaksanakan atau memverifikasi. Kecenderungan dalam standar akuntansi adalah
gerakan refleksi yang lebih akurat dari nilai wajar atau pasar, bahkan jikaprinsip biaya
historis tetap digunakan, terutama untuk aset penting kecil.
10
2.7.Pengukuran dan Penilaian Fair Value
Metode pengukuran harga wajar atau fair value telah berlaku di Amerikasesuai
dengan statement No. 157 tentang fair value measurements. Statement inimendefinisikan
fair value, menetapkan kerangka untuk mengukur nilai yang wajar(fair value) sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berterima umum, danmemperluas tentang pengungkapan tentang
pengukuran fair value. Statement iniditerapkan dalam kerangka standar akuntansi yang
membutuhkan ataumengizinkan pengukuran fair value.
Sebelum statement ini, ada beberapa definisi tentang fair value danpedoman
penerapannya dalam prinsip akuntansi sangat terbatas. Selain itupedoman sudah tersebar
diantara banyak pengumuman yang menjelskan perlunyapengukuran fair value. Perbedaan
pedoman itu akan menimbulkan inkonsistensiyang menambah rumitnya prinsip akuntansi.
Dalam membuat statement ini,dewan telah mempertimbangkan perlunya peningkatan
konsistensi dancomparability pengukuran fair value dan untuk memperluas
pengungkapantentang pengukuran fair value.
Definisi fair value tetap menyangkut harga pertukaran atau exchange price.Statement
ini menjelaskan bahwa exchange price adalah harga dari transaksi yangnormal antara pelaku
pasar yang menjual asset atau mentransfer utang di pasardimana entintas yang melaporkan
melakukan transaksi yang menyangkut assetdan utang pada kondisi yang paling
menguntungkan. Transaksi menjual asset ataumentransfer utang adalah transaksi hipotesis
pada tanggal pengukuran, denganmempertimbangkan perspektif pelaku pasar yang
memegang asset dan yangberutang. Oleh karena itu, definisi ini berfokus pada harga yang
akan diterima jika melakukan penjualan asset atau membayar atau mentransfer uang (exit
price),bukan harga yang akan dibayar untuk membeli asset atau menerima utang
(entryprice).
11
BAB III PEMBAHASAN
Aset tetap biasanya memiliki masa pemakaian lebih dari satu tahun,sehingga
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan dalam jangkawaktu yang relatif
lama. Namun, manfaat yang diberikan aset tetap umumnyasemakin lama semakin menurun
manfaatnya secara terus menerus, danmenyebabkan terjadi penyusutan (depreciation).
Faktor yang mempengaruhimenurun kemampuan suatu aset tetap untuk memberikan
jasa/manfaaat yaitu :Secara fisik, disebabkan oleh pemakaian dan keausan karena
penggunaan yangberlebihan dan secara fungsional.
12
Aset tetap sangat berpengaruh dalam laporan keuangan perusahaan karenanilai dari
aset tetap itu sendiri merupakan salah satu yang paling besar nilainyadalam laporan
keuangan. Sehingga dalam penilaiannya di butuhkan adanyarevaluasi terhadap aset tetap
perusahaan. Karena dengan adanya revaluasi itusendiri bertujuan untuk memperbaiki posisi
keuangan dalam rangka tujuanmemperoleh kredit dari bank, proses penjualan aset tetap itu
sendiri.
13
Terjadinya inflasi yang cukup tinggi akan menyebabkan semakin tinggi
ketidakakuratan laporan keuangan yang dihasilkan. Agar dapat mencerminkan keadaan yang
sebenarnya atau paling tidak mendekati keadaan yang sebenarnya,laporan keuangan dapat
disusun dengan menggunakan tingkat harga umum.Semakin tinggi tingkat inflasi maka
semakin besar perbedaan yang dihasilkanantara laporan keuangan yang disusun berdasarkan
nilai historis dengan laporankeuangan yang disusun berdasarkan tingkat harga umum. Jika
inflasi danperubahan harga yang terjadi tidak terlalu tinggi maka perbedaan tersebut
tidakterlalu besar atau bahkan tidak terjadi.
Konsep Nilai Wajar merupakan istilah dalam standar akuntansi, dimana asetdan
kewajiban dicatatkan di dalam laporan keuangan berdasarkan modelrevaluasi. Dengan
penerapan Nilai Wajar diharapkan pengguna laporan keuanganmendapatkan gambaran yang
lebih realistis mengenai jumlah yang tercatat dineraca karena telah disesuaikan dengan
kondisi pasar yang berlaku pada tanggal pelaporan (mark to market).
Menurut PSAK 50, fair value adalah nilai suatu aset untuk dapatdipertukarkan atau
suatu liabilitas diselesaikan antara pihak yang memahami danberkeinginan untuk melakukan
transaksi secara wajar (arms length transaction),bukan atas transaksi paksaan, likuidasi
paksaan, atau penjualan paksaaan(distressed sale). Penggunaan fair value untuk menilai
suatu item di dalamlaporan keuangan bertujuan untuk meningkatkan relevansi laporan
keuangan.Nilai wajar menyediakan informasi penting mengenai asset dan kewajiban
financial jika di bandingkan hanya dengan menggunakan historical cost.
Nilai Wajar adalah konsep yang lebih luas dari Nilai Pasar. Penentuan
akanpenggunaan tertinggi dan terbaik (Highest and Best Use HBU) dari propertiadalah
bersifat fundamental dalam penilaian untuk menghasilkan opini Nilai Pasar(MV), yang
merupakan salah satu dasar penilaian yang membentuk Nilai Wajar. Untuk beberapa kasus,
Nilai Wajar adalah Nilai Pasar, namun dalam kasuslainnya dapat saja berbeda.
14
Menggunakan akuntansi mark-to-market akan berakibat perubahan yangterus-
menerus pada laporan keuangan perusahaan ketika nilai aset mengalamikenaikan dan
penurunan serta laba dan rugi yang dicatat. Hal ini membuatsemakin sulit untuk memastikan
apakah laba dan rugi diakibatkan oleh keputusanbisnis yang dibuat manajemen atau oleh
perubahan yang terjadi di pasar. Masalah lain muncul saat akan mengubah nilai aset
berdasarkan harga pasar adalahpenentuan harga pasar.
15
1. Pendekatan Pasar.
Dalam pendekatan ini, nilai wajar diukur berdasarkan harga pasar atau informasi
relevan lain yang dihasilkan dari transaksi di pasar. Hal ini termasukharga aset
(liabilitas) sejenis yang ada di pasar, dan metode penilaian lain yangkonsisten dengan
pendekatan pasar. Urutan yang digunakan jika nilai wajarmenggunakan pendekatan
pasar adalah, pertama harga pasar aset (liabilitas) padasaat pelaporan, jika tidak
terdapat harga pasar aset (liabilitas) maka menggunakanharga pasar aset (liabilitas)
sejenis, jika tidak terdapat harga pasar aset (liabilitas)sejenis maka menggunakan
model yang konsisten dengan pendekatan pasar(contohnya model matrix pricing, dan
lain-lain).
2. Pendekatan Penghasilan.
3. Pendekatan Biaya.
16
3.3.Definisi Nilai Wajar
PSAK 68 memberikan defenisi seragam pada nilai wajar untuk transaksi yang
mengharuskan atau diperkenankan menggunakan pengukuran nilai wajar di PSAK lain.
Berikut ini adalah perbandingan defenisi nilai wajar anatara PSAK 68 dan PSAK lainnya :
PSAK Sebelumnya
Jumlah suatu asset dipertukarkan atau liabilitas atau diselesaikan antara pihak yang
berkeinginan dan memiliki pengetahuan dalam suatu transaksi yang wajar.
Harga yang akan diterima untuk menjual suatu asset atau harga yang akan dibayar untuk
mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pada tanggal pengukuran.
Nilai wajar dinilai sebagai konsep yang paling sesuai dan relevan untuk penyusunan
laporan keuangan sebuah perusahaan atau entitas bisnis sebab bisa mengambarkan nilai
pasar yang sebenarnya terjadi. Nilai wajar ini digunakan untuk mengukur: satu satu,
sekelompok asset, satu liabilitas, sekelompok liabilitas, konsiderasi bersih dari satu atau
lebih asset dikurangi satu atau lebih liabilitas terkait, satu segmen atau devisi dari sebuah
entitas, satu lokasi atau wilayah dari suatu entitas, satu keseluruhan entitas.
17
1. Aset dan Liabilitas
Pengukuran nilai wajar adalah untuk asset atau liabilities. Ketika mengukur nilai
wajar, entitas memperhitungkan karakteristik aset atau liabilitas jika pelaku pasar
akan memperhitungkan karakteristik tersebut ketika menentukan harga aset atau
liabilitas pada tanggal pengukuran. Karakteristik tersebut misalnya : kondisi dan
lokasi aset; dan pembatasan, jika ada, atas penjualan atau penggunaan aset.
Dampak pengukuran yang timbul dari karakteristik tertentu akan berbeda tergantung
pada bagaimana karakteristik tersebut akan diperhitungkan pelaku pasar.Aset atau
liablitas yang diukur pada nilai wajar yang berdasarkan PSAK 68 dapat terdiri salah
satu sebagai berikut :
a) Aset atau liabilitas yang terdiri sendiri ( contohnya instrumen keuangan atau
non keuangan)
mengukur nilai wajar suatu asset atau liabilities menggunakan asumsi yang akan
digunakan pelaku pasar ketika menentukan harga asset atau liabilities tersebut,
dengan asumsi bahwa pelaku pasar bertindak dalam kepentingan ekonomi
terbaiknya.
· Pasar utama
18
2. Transaksi
b) Jika tidak terdapat pasar utama yang paling menguntungkan ( most advantegous
market ) untuk asset atau liabilitas tersebut.
Entitas tidak perlu melaksanakan pencarian menyeluruh atas semua pasar yang ada
untuk mengidentifikasi pasar utama, atau jika tidak terdapat pasar utama, pasar yang
paling menguntungkan, namun entitas memperhitungkan seluruh informasi yang
sewajarnya tersedia. Jika tidak terdapat bukti yang bertentangan, maka pasar dimana
entitas umumnya melakukan transaksi untuk menjual aset atau mengalihkan liabilitas
tersebut dianggapi sebagai pasar utama, atau jika terdapat pasar utama, pasar yang
paling menguntungkan. Jika terdapat pasar utama untuk aset dan liabilitas, maka
pengukuran nilai wajar mempresentasikan harga di pasar tersebut, bahkan jika harga
di pasar yang berbeda berpotensi lebih menguntungkan pada tanggal pengukuran.
3. Pelaku Pasar
Dalam PSAK 68 mengukur fair value/ nilai wajar, entitas menggunakan asumsi
bahwa pelaku pasar yang menentukan harga aset atau liabilitas berdasarkan
kepentingan ekonomi terbaiknya memenuhi karakteristik seperti independent (not
related parties), knowledgable, able to enter into transaction, and willing to enter.
19
Hal yang dipertimbangkan dalam mengidentifikasi pelaku pasar secara umum
adalah:
1) Aset atau liabilitas (baik berdiri sendiri ataupun aset/liabilitas kelompok)
2) Pasar (baik pasar utama atapun pasar yang paling menguntungkan ketika pasar
utama tidak ada)
3) Pelaku pasar yang melakukan transaks
4. Harga
Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu asset atau harga
yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur di pasar
utama ( pasar yang paling menguntungkan) pada tanggal pengukuran berdasarkan
kondisi pasar saat ini ( yaitu harga keluaran) terlepas apakah harga tersebut dapat
diobservasi secara langsung atau diestimasi menggunakan teknik penilaian.
Harga di pasar utama ( pasar yang paling menguntungkan) yang digunakan untuk
mengukur nilai wajar asset atau liabilitas tidak disesuaikan dengan biaya transaksi
(transaction cost). Biaya transaksi dicatat sesuai dengan pernyataan lain. Biaya
transaksi bukan merupakan karakteristik suatu asset dan liabilitas.
20
Penggunaan tertinggi dan terbaik juga menetapkan premis penilaian (valuation
premise) yang digunakan untuk mengukur nilai wajar. Penggunaan tertinggi dan
terbaik ini didasarkan pada kondisi:
Ø penggunaan kombinasi dengan aset atau liabilitas, yaitu ketika aset digunakan
bersama dengan aset atau liabilitas lain
Ø Liabilitas akan tetap terutang, dan tidak akan diselesaikan atau diakhiri pada
tanggal pengukuran.
Ø Instrumen ekuitas milik entitas sendiri akan tetap beredar dan tidak akan
dibatalkan atau diakhiri pada tanggal pengukuran.
21
3.6.Metode Pengukuran Nilai Wajar ( Fair Value)
Berdasarkan PSAK No. 68 tahun 2013 tentang pengukuran Nilai wajar, teknik
penilaian nilai wajar yaitu :
Pendekatan pasar ( market approach) menggunakan harga dan informasi relevan lain yang
dihasilkan oleh transaksi pasar yang melibatkan asset, liabilitas, atau kelompok asset dan
liabilitas yang identik atau sebanding seperti bisnis.
Pendekatan biaya ( coast approach) mencerminkan jumlah yang diburuhkan saat ini untuk
menggantikan kapasitas manfaat ( service capacity) asset ( sering disebut sebagai biaya
pengganti saat ini)
Ketika aset diperoleh atau liabilitas diambil alih dalam transaksi pertukaran untuk
aset atau liabilitas tersebut, harga transaksi adalah harga yang dibayar untuk memperoleh
aset atau diterima untuk mengambil alih liabilitas (harga masukan (entry price)). Sebaliknya,
nilai wajar aset atau liabilitas adalah harga yang akan diterima untuk menjual aset atau
dibayar untuk mengalihkan liabilitas (harga keluaran). Entitas tidak perlu menjual aset pada
harga yang dibayar untuk memperoleh aset tersebut. Serupa dengan hal tersebut, entitas tidak
22
perlu mengalihkan liabilitas pada harga yang diterima untuk mengambil alih liabilitas
tersebut.
Ketika menentukan apakah nilai wajar pada saat pengakuan awal adalah sama
dengan harga transaksi, entitas memperhitungkan faktor yang spesifik atas transaksi dan aset
atau liabilitas tersebut. Paragraf PP04 menjelaskan situasi dimana harga transaksi mungkin
tidak merepresentasikan nilai wajar aset atau liabilitas pada saat pengakuan awal.
Jika Pernyataan lain mensyaratkan atau mengizinkan entitas untuk mengukur aset
atau liabilitas awalnya pada nilai wajar dan harga transaksi berbeda dari nilai wajar, maka
entitas mengakui keuntungan atau kerugian yang dihasilkan dalam laba rugi, kecuali
dinyatakan lain dalam Pernyataan tersebut.
23
Jika input yang dapat diobservasi membutuhkan penyesuaian menggunakan input
yang tidak dapat diobservasi dan penyesuaian tersebut menghasilkan pengukuran nilai wajar
yang secara signifikan lebih tinggi atau lebih rendah, pengukuran yang dihasilkan akan
dikategorikan dalam Level 3 hirarki nilai wajar. Sebagai contoh, jika pelaku pasar akan
memperhitungkan dampak suatu pembatasan pada penjualan aset ketika mengestimasi harga
untuk aset tersebut, entitas akan menyesuaikan harga kuotasian untuk mencerminkan
dampak dari pembatasan tersebut. Jika harga kuotasian tersebut adalah input Level 2 dan
penyesuaiannya adalah input yang tidak dapat diobservasi yang signifikan terhadap
keseluruhan pengukuran, maka pengukuran tersebut akan dikategorikan dalam Level 3
hirarki nilai wajar.
PSAK 68 menetapkan hirarki nilai wajar yang mengelompokkan input untuk tehnik
penilaian yang digunakan dalam pengukuran nilai wajar menjadi tiga level input yaitu:
• Input Level 1 adalah harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di pasar aktif untuk aset atau
liabilitas yang identik yang dapat diakses entitas pada tanggal pengukuran.
• Input Level 2 adalah input selain harga kuotasian yang termasuk dalam Level 1 yang
dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas, baik secara langsung atau tidak langsung.
• Input Level 3 adalah input yang tidak dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas.
1. Revaluatian Model
24
Nilai wajar dari suatu aset tetap biasanya ditentukan melalui penilaian yangdilakukan
oleh penilai yang memiliki kualifikasi profesional berdasarkan buktipasar. Namun, untuk
aset tetap berupa pabrik dan peralatan biasanyamenggunakan nilai pasar yang ditentukan
oleh penilai. Ini diatur dalam PSAK 16(2011) paragraf 32. Jika tidak ada pasar yang dapat
dijadikan dasar penentuannilai wajar karena sifat dari aset tetap yang khusus dan jarang
diperjual-belikan,kecuali sebagai bagian dari bisnis yang berkelanjutan, maka PSAK 16
(2011)paragraf 33 mengatur bahwa entitas mungkin perlu mengestimasi nilai
wajarmenggunakan pendekatan penghasilan atau biaya pengganti yang telah
disusutkan(depreciated replacement cost approach).
Nilai wajar (fair value) didefinisikan dalam PSAK No.16 sebagai jumlahyang dipakai
untuk mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak yangberkeinginan dan memiliki
pengetahuan yang memadai dalam suatu transaksidengan wajar (arms length transaction).
Menurut Perdana (2010) terdapat tigahirarki dalam mengestimasi nilai wajar, yaitu dengan
menggunakan nilai pasar,komparasi dengan harga pasar dari aset yang dapat
diperbandingkan dengan asetyang dinilai, dan dengan menggunakan estimasi.
Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari suatu aset tetapyang
direvaluasi. Jika nilai wajar dari aset yang direvaluasi berbeda secaramaterial dari jumlah
tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan.Beberapa aset tetap mengalami
perubahan nilai wajar secara signifikan danfluktuatif, sehingga perlu direvaluasi secara
tahunan. Revaluasi tahunan seperti itutidak perlu dilakukan apabila perubahan nilai wajar
tidak signifikan.
25
Namun demikian, aset tersebut mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau lima tahun
sekali. Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka akumulasi penyusutan pada tanggalrevaluasi
diperlakukan dengan salah satu cara berikut ini:
b) Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah tercatat netosetelah
eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari asettersebut. Metode ini sering
digunakan untuk bangunan.
PSAK No. 16 (2011) paragraf 36 juga menyebutkan jika suatu aset tetapdirevaluasi,
maka seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama harus direvaluasi.Aset-aset dalam suatu
kelompok aset tetap harus direvaluasi secara bersamaanuntuk menghindari revaluasi aset
secara selektif dan bercampurnya biayaperolehan dan nilai lainnya pada saat yang berbeda-
beda. Namun, suatu kelompokaset dapat direvaluasi secara bergantian (rolling basis)
sepanjang revaluasi darikelompok aset tersebut dapat diselesaikan secara lengkap dalam
waktu yangsingkat dan sepanjang revaluasi dimutakhirkan.
26
3.9.Perbandingan Historical Cost dengan Fair Value
Dalam membandingan metode historical cost dengan metode fair value,ditemukan
beberapa kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode.Kelebihan dan kekurangan
tersebut antara lain, sebagai berikut:
6. Seberapa bergunanya laporan keuangan tergantung dari current cost atauexit price.
27
Kekurangan Historical cost
1. Adanya pembebanan biaya yang terlalu kecil karena pendapatan untuksuatu hal
tertentu pada saat tertentu akan dibebani biaya yang didasarkanpada suatu nilai uang yang
telah ditetapkan beberapa periode yang lalupada saat pencatatan terjadinya biaya tersebut,
2. Nilai aktiva yang dicatat dalam neraca akan mempunyai nilai yang lebihrendah
apabila dibandingkan dengan perkembangan harga daya beli uangterakhir. Di samping itu
juga terjadi perubahan-perubahan kurs yang cepatatas aktiva dan pasiva dalam valuta asing
yang dikuasai perusahaansehingga mengalami kesulitan dalam perhitungan selisih kurs yang
tepat.
28
Kelebihan Fair Value
3. Auntansi fair value melaporkan aset dan kewajiban dalam carayang ekonomis akan
memperhatikan mereka; fair value mencerminkanunsur pokok ekonomi yang benar.
29
Kekurangan Fair Value
30
berguna dan relevan dalam membedakan risiko antarperusahaan, ketika mengambil
keputusan investasi dan keputusanpemberian kredit.
Terdapat beberapa issue dalam penerapan Nilai Wajar yaitu antara lain:Pertama; Apabila
Nilai Pasar aset saat ini untuk penggunaan alternatifnyamelampaui Nilai Pasar untuk
penggunaan yang ada, terdapat perbedaan mengenai pengungkapan dari fakta ini, apakah
harus dicatatkan di dalam neraca atau cukupdimuat di dalam catatan penjelasan. Kedua;
Dalam penilaian Properti Khususyang tidak memiliki pasar, semula digunakan dasar
penilaian Biaya PenggantiTerdepresiasi (Depreciated Replacement Cost) yang kemudian
digantikan oleh Nilai dalam Penggunaan (Value in Use). Ketiga; Apabila aset dalam
suatukelompok aset (asset class) direvaluasi, maka seluruh aset dalam kelompok asettersebut
harus direvaluasi dan harus selalu di-update berdasarkan nilai saat inipada setiap tanggal
pelaporan keuangan. Keempat; Apabila model revaluasidiadopsi, tidak dimungkinkan
adanya opsi untuk kembali kepada model biaya dimasa depan. Dan Kelima; Persyaratan
mengenai pengungkapan tambahan dalammodel biaya, dalam hal biaya historikal berbeda
secara signifikan dengan nilai saat ini.
Wibisana (2009) juga memberikan catatan bagi penerapan fair value ini.sebagai contoh,
untuk penentuan apakah suatu pasar itu aktif atau tidak aktifadalah persoalan krusial dan
tidak mudah. Selain itu, pasar mungkin aktif untukinstrumen tertentu, dan tidak aktif untuk
instrumen lainnya, dan ini juga tergolonghal yang sulit. Catatan lain lagi adalah, keberadaan
willing sellers dan willingbuyers kadang tidak cukup untuk menjustifikasi apakah suatu
pasar terbilang aktif. Dan, harga yang terbentuk dalam forced transaction, forced
liquidation,atau distressed sales mungkin tidak mencerminkan nilai wajar yang sebenarnya.
Disamping itu, perlu dicermati pula bahwa ada beberapa hal yang krusialyang harus
segera dicarikan solusinya terkait penerapan fair value di Indonesia.Pertama, masalah
perpajakan saat ini kurang kondusif terhadap penerapan nilaiwajar. Mengacu pada pasal 5
31
PMK No. 79 tahun 2008 yang menyatakanpengenaan PPh final sebesar 10% atas selisih
lebih penilaian kembali aset, makaharus dibayar pada tahun tersebut (tidak boleh dicicil
dalam 5 tahun misalnya) dantidak menghasilkan hutang pajak tangguhan yang bisa dibalik
di tahun berikutnyabila nilai aktiva turun. Bayangkan apabila perusahaan memutuskan
memakairevalution model dan setiap tahun harga asetnya meningkat, maka setiap
tahunharus membayar pajak final. Padahal kenaikan harga aset tersebut tidaklahmembawa
aliran kas masuk ke dalam perusahaan. Bila aturan perpajakan tidakmendukung, maka dapat
dipastikan perusahaan akan enggan menerapkanrevaluation model.
Kedua adalah masalah penilai atau appraisal. Standar Penilaian Indonesia(SPI) yang
merujuk kepada International Valuation Standards (IVS) harus memberikan pedoman
mengenai penerapan Nilai Wajar sesuai dengan IFRS danPSAK yang akan terus
diharmonisasikan dari waktu ke waktu.
32
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan
PSAK 68 mendefinisikan nilai wajar (fair value) sebagai “harga yang akan diterima
untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas
dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran”.
Dalam pengukuran nilai wajar, karakteristik aset atau liabilitas (seperti kondisi dan
lokasi, dan pembatasan) diperhitungkan jika karakteristik tersebut dipertimbangkan oleh
pelaku pasar (market participants) pada tanggal pengukuran. Pengukuran nilai wajar
mengasumsikan bahwa transaksi pertukaran terjadi dalam suatu transaksi teratur (orderly
transaction) di pasar utama (principal market), atau jika tidak ada, di pasar yang paling
menguntungkan (most advantageous market).
a. Input Level 1, yaitu harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di pasar aktif untuk aset atau
liabilitas yang identik yang dapat diakses entitas pada tanggal pengukuran.
b. Input Level 2, yaitu input selain harga kuotasian yang termasuk dalam Level 1 yang
dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas, baik secara langsung atau tidak langsung.
c. Input Level 3, yaitu input yang tidak dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas.
33
Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
http://srimulyanil.blogspot.co.id/2015/01/resume-psak-68-pengukuran-nilai-wajar.htm,
http://www.arghajata.com/article/pdf/ajcpub016-1293812727.pdf
Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta : Salemba Empat.Suhayati, Ely, Sri Dewi Anggadini.
2009. Akuntansi Keuangan. Yogyakarta :Graha Ilmu.Suwardjono. 2008.
35