Anda di halaman 1dari 40

FAIR VALUE ACCOUNTING (Pasal 68)

Kelompok 11 :

Kiki Wijayanti 5211171197


Dian Maryana 5211171204
Alvira Hikmalia N 5211171215

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNJANI


JURUSAN AKUNTANSI
CIMAHI
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa,


karena atasberkat rahmat dan karunia-Nyalah, makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik,tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah untukmemenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia,
pada semester IV di tahun ajaran2013/2014, dengan judul “Penerapan
Metode Pengukuran Fair Value dalamAkuntansi”.Dengan membuat tugas
ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengetahuitentang pengaruh yang
terjadi sebagai akibat dari penerapan metode pengukuranfair value dalam
bidang akuntansi, khususnya dalam pencatatan aset tetap.Makalah ini
kami sajikan berdasarkan studi kepustakaan dari berbagai sumber,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna
penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Harapan
kami, semoga makalah ini, dapat memberi wawasan dan pengetahuan bagi
pembaca, khususnyadalam bidang akuntansi mengenai penerapan metode
pengukuran fair value.

Cimahi, 7 November 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang............................................................................................................... 1


1.2. Perumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3. Pembatasan Masalah ...................................................................................................... 2
1.4. Tujuan Makalah ............................................................................................................. 3
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................... 4
2.1. Definisi Akuntansi ......................................................................................................... 4
2.2. Definisi Aset Tetap ........................................................................................................ 5
2.3. Jenis Aset Tetap ............................................................................................................. 5
2.4. Depresiasi (Penyusutan) ................................................................................................. 7
2.5. Penilaian Aset Tetap ...................................................................................................... 9
2.6. Pengukuran dan Penilaian Historical Cost .................................................................... 10
2.7. Pengukuran dan Penilaian Fair Value ........................................................................... 11
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................... 12

3.1. Sejarah Metode Fair Value ........................................................................................... 12


3.2. Konsep Nilai Wajar ..................................................................................................... 14
3.3. Definisi Nilai Wajar ..................................................................................................... 17
3.4. Penerapan pada Aset Nonkeuangan .............................................................................. 20
3.5. Penerapan pada Liabilitas dan Instrumen Ekuitas Milik Entitas Sendiri ........................ 21
3.6. Metode Pengukuran Nilai Wajar ( Fair Value).............................................................. 22
3.7. Nilai Wajar pada Saat Pengakuan Awal ....................................................................... 22
3.8. Hirarki Nilai Wajar ...................................................................................................... 23
3.9. Perbandingan Historical Cost dengan Fair Value .......................................................... 27
BAB IV PENUTUP .................................................................................................................... 33

Kesimpulan ............................................................................................................................. 33
Saran....................................................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 35

ii
iii
iv
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Tujuan utama akuntansi keuangan adalah menyusun laporan yang didalamnya harus
menyajikan informasi yang berguna bagi pihak intern maupunpihak ekstern perusahaan.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, akuntanmenemukan banyak celah dalam
pendekatan-pendekatan pelaporan keuanganyang telah ada, untuk melakukan kecurangan.
Hal ini merupakan salah satu sebabmunculnya pengaturan akuntansi baru yang principal
based yaitu IFRS(International Financial Reporting Standart).

Dalam IFRS dikembangkanlah pendekatan-pendekatan baru dalampelaporan


keuangan untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, danketerbandingan laporan
keuangan. Misalnya, ditingkatkannya pengungkapaninformasi kualitatif transaksi,
pengaturan untuk pelaporan keuanganmenggunakan principal based bukan lagi rule based,
dihapusnya pos-pos luarbiasa, penyajian laporan keuangan diubah untuk mencerminkan sifat
laporankeuangan, dan penggunaan pendekatan pengukuran nilai wajar (fair value).Manfaat
dari program konvergensi IFRS diharapkan akan mengurangi hambatan-hambatan investasi,
meningkatkan transparansi perusahaan, mengurangi biayayang terkait dengan penyusunan
laporan keuangan, dan mengurangi cost of capital.

Sebelum digunakannya IFRS, akuntansi di Indonesia menggunakanhistorical cost


untuk pengukuran transaksinya. Dalam konsep ini, pos-pos laporankeuangan diukur sebesar
cost pada waktu terjadinya transaksi. Biaya ini kemudianakan menjadi dasar pelaporan
besarnya suatu pos untuk periode selanjutnya,selama pos tersebut masih dilaporkan.
Keuntungan dari digunakannya pendekatanhistorical cost ini adalah besarnya pos laporan
keuangan dapat dibuktikan denganmudah karena berdasarkan transaksi yang telah terjadi.
Namun, ketika terjadipenurunan atau peningkatan nilai suatu pos di pasar (bisa jadi karena
inflasi atau deflasi, atau karena kelangkaan produk, dan lain sebagainya), pos yang
dilaporkantidak akan mencerminkan nilai yang berubah ini.

1
Dengan kondisi pasar yang semakin dinamis, dan berkembang sangat cepat,akhirnya
konsep historical cost dianggap tidak cocok lagi, karena tidakmencerminkan nilai pasar.
Sebagai gantinya digunakan konsep fair value. Fairvalue ditetapkan oleh International
Accounting Standard Board (IASB) sebagaidasar untuk mengukur aset. Munculnya sebuah
konsep baru dalam dunia akuntansi, justru akan berpengaruh dalam pelaporan keuangan
perusahaan. Dalammakalah berikut ini, penulis akan menyampaikan secara lugas definisi,
konsep fairvalue dalam pencatatan aset tetap, kelebihan dan keunggulan fair value,
dandampak penererapan fair value bagi perusahaan.

1.2.Perumusan Masalah

Makalah ini mengangkat masalah yang berkaitan dengan penerapan fairvalue


dalam bidang akuntansi. Pelaksanaan sistem akuntansi dengan metode historical cost
ternyata memiliki kekurangan karena tidak menunjukkan kondisisebenarnya dari
laporan keuangan. Untuk itu, muncul standar akuntansi yangmenggunakan metode
fair value sehingga laporan keuangan yang dihasilka dapatlebih relevan dengan
kondisi yang sebenarnya. Namun, penerapan fair valueuntuk mengatasi kekurangan
dari metode historical cost ternyata membawabeberapa dampak bagi perusahaan.
Sehingga penulis memfokuskan masalahdalam makalah ini berkenaan dengan
konsep fair value beserta perbandingannyadengan historical cost. Selain itu, makalah
ini pun akan membahas perdebatanyang terjadi dalam penerapan fair value dan
dampak metode tersebut bagiperusahaan khususnya dalam pencatatan aset tetap.

1.3.Pembatasan Masalah

Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi masalah pada pengaruhfair


value dalam bidang akuntansi bagi perusahaan, khususnya dalam pencatatanaset tetap.
Hal ini dimaksudkan agar penulisan makalah ini dapat secara detailmenjelaskan konsep
penerapan fair value khususnya dalam pencatatan aset tetapdan dampak yang dapat
muncul bagi perusahaan sebagai akibat penerapan fairvalue tersebut.

2
1.4.Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanametode fair
value dapat mempengaruhi kinerja laporan keuangan. Selain itumemberi
pemahaman pada pihak perusahaan tentang bagaimana kelebihan dankekurangan
dari metode historical cost dan fair value. Serta memberikangambaran mengenai
dampak penerapan fair value bagi perusahaan di Indonesia.

1.5.Manfaat Makalah

1. Menambah pengetahuan pihak perusahaan mengenai penerapanpengukuran dan


penilaian akuntansi khususnya aset tetap yang akan danuntuk menambah wawasan
dalam bidang akuntansi.
2. Memberi kontribusi praktis terhadap perusahaan dan manajemen
dalammenjelaskan posisi aset tetap terhadap laporan keuangan perusahaan
agardapat disesuaikan dengan Standar Akuntansi Keuangan.

3
BAB II LANDASAN TEORI

2.1.Definisi Akuntansi

Pengertian akuntansi menurut APB Statement N0. 4 (Tahun 1970) yangberjudul


Basic Concepts and Accounting Principles Underlying FinancialStatemnt of Bussiness
enterprises, akuntansi adalah sebuah aktivitas jasa,dimana fungsinya memberikan
informasi kuantitatif, terutama informasi mengenaikeuangan dan entitas ekonomi, yang
dimaksudkan akan menjadi berguna dalampengambilan keputusan ekonomi (dalam
membuat pilihan diantara alternativeyang ada).

Definisi selanjutnya menurut A Statement of Basic Accounting


Teory(ASOBAT) yang diterbitkan oleh American Accounting Association (AAA)
padatahun 1966, akuntansi didefinisikan sebagai proses mengidentifikasi,
mengukur,dan menyampaikan informasi ekonomi bagi para penggunanya
dalammempertimbangkan berbagai alternative yang ada dan membuat kesimpulan.

Menurut American Institute of Certified Publics Accountants


(AICPA),akuntansi adalah seni pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran
transaksidan peristiwa keuangan dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter,
termasukpenafsiran atas hasil-hasilnya.

Sedangkan menurut Kieso (2002 : 2), akuntansi bisa didefinisikan secaratepat


dengan menjelaskan tiga karakteristik penting dari akuntansi:
(1) pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian informasi keuangantentang
(2) entitas ekonomi kepada (3) pemakai yang berkepentingan.Karakteristik-
karakteristik ini telah dipakai untuk menjelaskan akuntansi selamaberatus-ratus tahun.

4
2.2. Definisi Aset Tetap

Aset tetap seringkali merupakan komponen aset yang cukup signifikandalam


laporan posisi keuangan sebuah entitas. Aset tetap adalah aset berwujudyang (1)
dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa; untuk
direntalkan kepada pihak lain; atau untuk tujuan administratif; dan (2)diharapkan untuk
digunakan selama lebih dari satu periode.

Sedangkan menurut Kieso dkk (2007;566), aset tetap adalah


sumber daya yang memiliki tiga karakteristik, yaitu memiliki bentuk fisik (bentuk dan
ukuranyang jelas), digunakan dalam kegiatan operasional, dan tidak untuk dijual ke
konsumen. Berdasarkan hal tersebut, maka tidak semua aset yang dimiliki oleh
perusahaan dapat dikategorikan sebagai aset tetap. Sebuah aset harus memenuh
ibeberapa karakteristik yang telah disebutkan sehingga bisa dikategorikan sebagai aset
tetap.

2.3.Jenis Aset Tetap

Aset tetap dapat di bedakan menjadi dua (2) jenis berdasarkanpenyusutannya, yaitu:

1. Depreciable assets.Depreciable assets adalah aset tetap yang bisa disusutkan, seperti
bangunan,mesin, peralatan.

2. Nondepreciable assets.Nondepreciable assets adalah aset tetap yang tidak bisa


disusutkan. Asettetap yang termasuk dalam jenis ini hanya satu (1) yaitu tanah
sedangkan asettetap yang lain termasuk dalam kategori depreciable assets.Berdasarkan
PSAK No.16 (2009) aset tetap dapat dibedakan menjadidelapan kelompok sesuai
dengan sifat dan kegunaan yang serupa dalam operasinormal entitas, yaitu:

5
1) Tanah dan lahan

Bidang tanah terhampar baik yang merupakan tempat bangunan maupunyang masih
kosong. Dalam akuntansi, apabila ada lahan atau tanah yang didirikanbangunan
diatasnya harus dipisahkan pencatatannya dari lahan itu sendiri.

2) Bangunan gedung

Gedung merupakan bangunan yang berdiri di atas bumi ini baik di atastanah atau air,
pencatatannya harus terpisah dari lahan yang menjadi lokasigedung.

3) Mesin

Termasuk peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari perusahaan yang


bersangkutan.

4) Kendaraan

Semua jenis kendaraan seperti: alat pengangkut, truck, mobil, kendaraanroda dua,
dan lain-lain.

5) Perabot

Dalam jenis ini termasuk perabot kantor, perabot laboratorium, perabotpabrik yang
merupakan isi dari suatu bangunan.

6) Inventaris atau peralatan

Peralatan yang dianggap merupakan alat-alat besar yang dipergunakandalam


perusahaan.

7) Prasarana

Di Indonesia merupakan kebiasaan perusahaan membuat klasifikasi khususprasarana


seperti jalan, jembatan, pagar, dan lain-lain.

6
2.4.Depresiasi (Penyusutan)

Semua aset tetap kecuali tanah akan rusak/usang. Untuk beberapa aset
tetap,kerusakan fisik dan usang menyebabkan penyusutan (depresiasi). Ada
beberapapengertian penyusutan yang dikemukakan para ahli.

Depresiasi adalah proses pengalokasian cost atau harga perolehan aset


tetapmenjadi biaya selama masa manfaatnya dengan cara yang rasional dan
sistematis.Depresiasi adalah sebagian dari harga perolehan aset tetap yang secara
sistematisdialokasikan menjadi biaya setiap periode akuntansi (Baridwan,
2004:305).Penyusutan/Depresiasi adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat
disusutkandari suatu aset selama umur manfaatnya (IAI, PSAK 16 Revisi 2011).
Daribeberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa depresiasi merupakan suatu
proses untuk pengalokasian harga perolehan aset tetap yang disusutkansepanjang masa
manfaat yang diestimasi dengan cara yang rasional dan sistematis.Ada beberapa metode
yang biasanya digunakan untuk menghitungpenyusutan, yaitu:

1. Metode garis lurus (Straight line method)

Berdasarkan metode garis lurus (straight line method), penyusutan besarnyasama


untuk setiap tahun masa manfaat aset. Dasar perhitungan satu-satunyaadalah waktu.
Supaya dapat menghitung beban penyusutan dengan metode garislurus, cukup
dengan menghitung biaya yang dapat disusutkan. Biaya yang dapatdisusutkan adalah
harga perolehan aset dikurangi nilai sisa. Hal ini menunjukkantotal jumlah nilai yang
dapat disusutkan. Pada metode garis lurus, untukmenentukan beban penyusutan
setiap tahun adalah membagi biaya yang dapatdisusutkan dengan masa manfaat asset

7
2. Metode unit aktivitas (Unit of activity method)

Berdasarkan metode unit aktivitas (init of activity method), masa manfaatdinyatakan


dalam total unit produksi atau tingkat penggunaan aset, bukan dalamsatuan waktu.
Metode unit aktivitas ini cocok digunakan untuk mesin pabrik.Produksi dapat di
hitung dalam jumlah unit yang dihasilkan atau dalam jam kerjamesin. Metode ini
juga dapat digunakan untuk aset seperti peralatan pengangkutan(jarak tempuh dalam
mil) dan pesawat (jam terbang). Metode unit aktivitas secaraumum tidak sesuai untuk
bangunan atau perabot, karena penyusutan aset inibiasanya merupakan fungsi dari
waktu dibandingkan penggunaan.

Untuk menggunakan metode ini, total unit aktivitas untuk seluruh masamanfaat
diestimasikan, dan kemudiann total unit ini sebagai pembagi terhadapbiaya yang
dapat disusutkan. Jumlah yang dihasilkan dari perhitungan tersebutadalah biaya
penyusutan per unit. Biaya penyusutan per unit ini kemudiandikalikan dengan unit
aktivitas selama tahun berjalan untuk menentukan besarnyabeban depresiasi
tahunan.

3. Metode saldo menurun (Declining balance method)

Metode saldo menurun (Declining balance method) menghasilkan bebanpenyusutan


yang terus menurun selama masa manfaat aset. Metode inidinamakan saldo menurun
karena periode penyusutan didasarkan atas nilai buku(harga perolehan dikurangi
akumulasi penyusutan) aset yang terus menurun.Beban penyusutan tahunan dihitung
dengan mengalikan nilai buku pada awaltahun dengan tarif penyusutan saldo
menurun. Tarif penyusutan tetap sama daritahun ke tahun, tetapi nilai buku akan
terus menurun setiap tahun

8
2.5.Penilaian Aset Tetap

Pengakuan awal aset tetap disajikan berdasarkan harga perolehan


asettersebut. Harga perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan
ataunilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada
saatperolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi siap untuk
dipergunakan.

Karena harga perolehan dari aset tetap adalah biaya untuk seluruh
masamanfaat, sedangkan setiap tahun selalu ada pengukuran dan pelaporan
terhadapkinerja perusahan yang meliputi penghasilan dan beban maka biaya dari aset
tetaptersebut juga harus dialokasikan sebagai beban yang nantinya beban ini
akandiperbandingkan dengan penghasilan yang diperoleh pada tahun berjalan.

Setelah pengukuran pengakuan awal, entitas memilih model biaya


ataumodel revaluasi sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakantersebut
terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. Model biayapengukuran aset
tetap dengan mencatat nilai sebesar biaya perolehan dikurangiakumulasi penyusutan
dan akumulasi rugi penurunan nilai, sedangkan modelrevaluasi adalah aset tetap dinilai
kembali dengan nilai wajar pada tanggalrevaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan
akumulasi rugi penurunan nilai.

Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup regular


untukmemastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah
yangditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode laporan. Jikasuatu
aset tetap direvaluasi, maka seluruh aset tetap dalam kelompok yang samaharus
direvaluasi.

Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, maka kenaikan


tersebutdiakui dalam pendapatan komprehensif lain dan terakumulasi dalam ekuitas
padabagian surplus revaluasi. Namun kenaikan itu harus diakui dalam laba rugi
hinggasebesar jumlah penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah
diakuisebelumnya dalam laba rugi.

9
2.6.Pengukuran dan Penilaian Historical Cost

Harapan bahwa laporan keuangan audit pribadi akan memberikan basisyang cukup
untuk berinvestasi mencerminkan ketidakpahaman yang serius atasprinsip dan metode
akuntansi publik. Nilai sebagian besar aset dan kewajiban dicatat pada neraca berdasarkan
historical cost yaitu jumlah yang dibayar untukaset individual dan terjadi untuk kewajiban
pada saat diperoleh atau diambil,dikurangi depresiasi dan amortisasi. Oleh karena itu,
balance sheet secara umum tidak mengungkapkan nilai yang dapat diperoleh jika aset
tersebut dijual atau kewajiban dilunasi.

Akuntansi biaya historis adalah nilai moneter dari ekonomi asli yang didasarkan pada
asumsi biaya historis dari unit pengukuran yang stabil. Dalam beberapa keadaan, aset dan
kewajiban dapat ditampilkan pada biaya historis,seakan tidak ada perubahan nilai sejak
tanggal akuisisi. Neraca nilai barang dapatberbeda dari nilai sebenarnya. Biaya historis
dikritik karena ketidaktelitiannya.Berbagai perbaikan pada biaya historis yang digunakan,
banyak yangmembutuhkan penggunaan berhenti dan manajemen dapat sulit
untukmelaksanakan atau memverifikasi. Kecenderungan dalam standar akuntansi adalah
gerakan refleksi yang lebih akurat dari nilai wajar atau pasar, bahkan jikaprinsip biaya
historis tetap digunakan, terutama untuk aset penting kecil.

10
2.7.Pengukuran dan Penilaian Fair Value

Metode pengukuran harga wajar atau fair value telah berlaku di Amerikasesuai
dengan statement No. 157 tentang fair value measurements. Statement inimendefinisikan
fair value, menetapkan kerangka untuk mengukur nilai yang wajar(fair value) sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berterima umum, danmemperluas tentang pengungkapan tentang
pengukuran fair value. Statement iniditerapkan dalam kerangka standar akuntansi yang
membutuhkan ataumengizinkan pengukuran fair value.

Statement ini menekankan bahwa fair value adalah pengukuran berbasispasar (a


market-based measurement), bukan pengukuran yang spesifik entitas (anentity-specific
measurement). Oleh karena itu, pengukuran fair value harusditentukan berdasarkan asumsi
yang digunakan pelaku pasar dalam menghargaiasset dan utangnya.

Sebelum statement ini, ada beberapa definisi tentang fair value danpedoman
penerapannya dalam prinsip akuntansi sangat terbatas. Selain itupedoman sudah tersebar
diantara banyak pengumuman yang menjelskan perlunyapengukuran fair value. Perbedaan
pedoman itu akan menimbulkan inkonsistensiyang menambah rumitnya prinsip akuntansi.
Dalam membuat statement ini,dewan telah mempertimbangkan perlunya peningkatan
konsistensi dancomparability pengukuran fair value dan untuk memperluas
pengungkapantentang pengukuran fair value.

Definisi fair value tetap menyangkut harga pertukaran atau exchange price.Statement
ini menjelaskan bahwa exchange price adalah harga dari transaksi yangnormal antara pelaku
pasar yang menjual asset atau mentransfer utang di pasardimana entintas yang melaporkan
melakukan transaksi yang menyangkut assetdan utang pada kondisi yang paling
menguntungkan. Transaksi menjual asset ataumentransfer utang adalah transaksi hipotesis
pada tanggal pengukuran, denganmempertimbangkan perspektif pelaku pasar yang
memegang asset dan yangberutang. Oleh karena itu, definisi ini berfokus pada harga yang
akan diterima jika melakukan penjualan asset atau membayar atau mentransfer uang (exit
price),bukan harga yang akan dibayar untuk membeli asset atau menerima utang
(entryprice).

11
BAB III PEMBAHASAN

3.1.Sejarah Metode Fair Value

Seiring perkembangan zaman, ternyata penggunaan historical cost tidak lagirelevan


karena kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan telah terhambat olehtantangan yang
serius. Dan banyak orang yang berpendapat dan yakin bahwastandar akuntansi yang
menggunakan historical cost memainkan peranan pentingsebagai penyebab kerusakan
perekonomian, terutama lembaga simpan pinjamtahun 1980an dan masalah perbankan
1990an. Karena pada waktu itu banyaklaporan keuangan yang tidak mengungkapkan
kerugian segera pada saat terjadi.Sehingga terdapat kesepakatan bahwa standard akuntansi
yang ada perludiperbaiki untuk memastikan bahwa laporan keuangan bermanfaat, relevan,
danterpercaya. Maka, semenjak waktu itu, muncullah pandangan tentang pembuatanlaporan
keuangan berbasis Fair Value.

Pada beberapa tahun kebelakang, IASB (International Accounting StandardBoard)


telah merevisi beberapa Standar Akuntansi Internasional denganmemberlakuan fair value
untuk beberapa ketentuan dalam standar akuntansinya.Salah satu yang menonjol adalah
pengakuan fair value sebagai salah satu opsi(model revaluasi) selain Nilai Buku (historical
cost) dalam penentuan nilai asettetap (property, plant and equipment). Pada ketentuan lain,
fair value jugadigunakan dalam penentuan nilai atas kewajiban (liability) di beberapa
standarlainnya.

Aset tetap biasanya memiliki masa pemakaian lebih dari satu tahun,sehingga
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan dalam jangkawaktu yang relatif
lama. Namun, manfaat yang diberikan aset tetap umumnyasemakin lama semakin menurun
manfaatnya secara terus menerus, danmenyebabkan terjadi penyusutan (depreciation).
Faktor yang mempengaruhimenurun kemampuan suatu aset tetap untuk memberikan
jasa/manfaaat yaitu :Secara fisik, disebabkan oleh pemakaian dan keausan karena
penggunaan yangberlebihan dan secara fungsional.

12
Aset tetap sangat berpengaruh dalam laporan keuangan perusahaan karenanilai dari
aset tetap itu sendiri merupakan salah satu yang paling besar nilainyadalam laporan
keuangan. Sehingga dalam penilaiannya di butuhkan adanyarevaluasi terhadap aset tetap
perusahaan. Karena dengan adanya revaluasi itusendiri bertujuan untuk memperbaiki posisi
keuangan dalam rangka tujuanmemperoleh kredit dari bank, proses penjualan aset tetap itu
sendiri.

Dalam kondisi inflasi, perusahaan perlu mempertimbangkan untukmelakukan


revaluasi karena nilai buku sudah tidak bisa mencerminkan hargapasar yang berlaku saat ini.
Dan juga kenaikan harga yang sangat tinggi di negarakita sebagai akibat turun dan
bergejolaknya mata uang Rupiah terhadap mata uangasing khususnya US Dollar, di samping
telah menurunkan tingkat kesejahteraanmasyarakat Indonesia. juga menyebabkan nilai
historis aset perusahaan yangdinilai dalam rupiah akan sangat jauh berbeda dengan harga
pasarnya dan dapatmengakibatkan kurang serasinya perbandingan antara penghasilan
dengan beban,dan nilai buku dengan nilai intrinsik perusahaan.

Sebelum adanya PSAK 16 Revisi 2007, semua perusahaan di Indonesiamencatat


akuntansi untuk aset tetapnya dengan menggunakan model historicalcost. Namun saat ini di
butuhkan adanya fair value dalam revaluasi aset tetapperusahaan. Beberapa paragrap dalam
PSAK 16 (2007) menjelaskan mengenainilai wajar aset tetap pada saat revaluasi. Nilai wajar
aset tetap biasanyaditentukan melalui penilaian yang dilakukan oleh penilai yang
memilikikualifikasi professional berdasarkan bukti pasar.

Secara umum laporan keuangan disusun berdasarkan model historical costyaitu


menggunakan harga pada saat transaksi dan berasumsi bahwa harga-harga stabil.
Penyusunan laporan keuangan berdasarkan model historical cost ini tidakakan
mencerminkan adanya perubahan daya beli sehingga laporan keuangankurang mampu
mencerminkan keadaan yang sebenarnya jika terjadi perubahan. Hal ini akan menyebabkan
laporan keuangan kehilangan keakuratan maupunketelitiannya. Laporan keuangan tersebut
kurang sesuai jika digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan sehingga pihak ekstern
maupun pihak intern perusahaan dapat kehilangan kepercayaan terhadap laporan keuangan.

13
Terjadinya inflasi yang cukup tinggi akan menyebabkan semakin tinggi
ketidakakuratan laporan keuangan yang dihasilkan. Agar dapat mencerminkan keadaan yang
sebenarnya atau paling tidak mendekati keadaan yang sebenarnya,laporan keuangan dapat
disusun dengan menggunakan tingkat harga umum.Semakin tinggi tingkat inflasi maka
semakin besar perbedaan yang dihasilkanantara laporan keuangan yang disusun berdasarkan
nilai historis dengan laporankeuangan yang disusun berdasarkan tingkat harga umum. Jika
inflasi danperubahan harga yang terjadi tidak terlalu tinggi maka perbedaan tersebut
tidakterlalu besar atau bahkan tidak terjadi.

3.2.Konsep Nilai Wajar

Konsep Nilai Wajar merupakan istilah dalam standar akuntansi, dimana asetdan
kewajiban dicatatkan di dalam laporan keuangan berdasarkan modelrevaluasi. Dengan
penerapan Nilai Wajar diharapkan pengguna laporan keuanganmendapatkan gambaran yang
lebih realistis mengenai jumlah yang tercatat dineraca karena telah disesuaikan dengan
kondisi pasar yang berlaku pada tanggal pelaporan (mark to market).

Menurut PSAK 50, fair value adalah nilai suatu aset untuk dapatdipertukarkan atau
suatu liabilitas diselesaikan antara pihak yang memahami danberkeinginan untuk melakukan
transaksi secara wajar (arms length transaction),bukan atas transaksi paksaan, likuidasi
paksaan, atau penjualan paksaaan(distressed sale). Penggunaan fair value untuk menilai
suatu item di dalamlaporan keuangan bertujuan untuk meningkatkan relevansi laporan
keuangan.Nilai wajar menyediakan informasi penting mengenai asset dan kewajiban
financial jika di bandingkan hanya dengan menggunakan historical cost.

Nilai Wajar adalah konsep yang lebih luas dari Nilai Pasar. Penentuan
akanpenggunaan tertinggi dan terbaik (Highest and Best Use HBU) dari propertiadalah
bersifat fundamental dalam penilaian untuk menghasilkan opini Nilai Pasar(MV), yang
merupakan salah satu dasar penilaian yang membentuk Nilai Wajar. Untuk beberapa kasus,
Nilai Wajar adalah Nilai Pasar, namun dalam kasuslainnya dapat saja berbeda.

14
Menggunakan akuntansi mark-to-market akan berakibat perubahan yangterus-
menerus pada laporan keuangan perusahaan ketika nilai aset mengalamikenaikan dan
penurunan serta laba dan rugi yang dicatat. Hal ini membuatsemakin sulit untuk memastikan
apakah laba dan rugi diakibatkan oleh keputusanbisnis yang dibuat manajemen atau oleh
perubahan yang terjadi di pasar. Masalah lain muncul saat akan mengubah nilai aset
berdasarkan harga pasar adalahpenentuan harga pasar.

Pihak kontra yang menentang akuntansi berdasarkan nilai pasarmenggunakan


argumentasi bahwa market value accounting kurang dapatdipercaya dan menjadi halangan
utama dalam penerapannya dan kukuhmenganggap model historical cost lebih unggul sebab
lebih dapat dipercayai(tingkat reliabilitas-nya lebih tinggi). Mereka ngotot bahwa
subjectivity estimasinilai wajar aktiva (fair value asset) dan liabilities tanpa pasar yang
likuidmembuat laporan keuangan menjadi tidak dapat dipercaya. Tetapi ada jugasebagian
orang beranggapan bahwa subjectivity selalu menjadi bagian dariakuntansi dan masalah
pengukuran dalam melaporkan informasi keuangannyaberdasarkan nilai pasar berhasil
diterapkan perusahaan, juga ketika penggabunganusaha dengan metode pembelian.

Akan tetapi, meskipun mempunyai keunggulan, sistem market valueaccounting


berpotensi rentan terhadap manipulasi dan kesalahan estimasi, tidakditemukan bukti yang
menunjukkan bahwa angka-angka nilai berdasarkan pasardikelola untuk menghindari
peraturan yang membatasi permodalan. Dapatdisimpulkan bahwa, pada akhirnya,
penggunaan market value accounting akanmemberikan dukungan berharga kepada lembaga-
lembaga keuangan. Bahkanmenurut Siahaan (2009), Banyak masalah akuntansi yang dapat
dipecahkandengan menggunakan nilai pasar sebagai dasar pengukuran asset dan
liabilityyang diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan.Dalam penilaian nilai wajar
aset tetap atau pun liabilitas dikenal tiga metodeyang biasa digunakan, yaitu:

15
1. Pendekatan Pasar.

Dalam pendekatan ini, nilai wajar diukur berdasarkan harga pasar atau informasi
relevan lain yang dihasilkan dari transaksi di pasar. Hal ini termasukharga aset
(liabilitas) sejenis yang ada di pasar, dan metode penilaian lain yangkonsisten dengan
pendekatan pasar. Urutan yang digunakan jika nilai wajarmenggunakan pendekatan
pasar adalah, pertama harga pasar aset (liabilitas) padasaat pelaporan, jika tidak
terdapat harga pasar aset (liabilitas) maka menggunakanharga pasar aset (liabilitas)
sejenis, jika tidak terdapat harga pasar aset (liabilitas)sejenis maka menggunakan
model yang konsisten dengan pendekatan pasar(contohnya model matrix pricing, dan
lain-lain).

2. Pendekatan Penghasilan.

Pendekatan ini menggunakan teknik penilaian untuk mengubah nilai masadepan


(contohnya aliran kas atau laba) ke nilai kininya terdiskonto
(discounted).Pengukuran nilai wajar dalam pendekatan ini menggunakan dasar nilai
yangdilihat dari harapan pasar kini atas nilai aset (liabilitas) masa depan.
Pendekatanini termasuk menggunakan nilai kini (present value, option pricing).

3. Pendekatan Biaya.

Pendekatan biaya disebut juga pendekatan biaya pengganti kini (currentreplacement


cost). Biaya pengganti ini adalah jumlah yang diperlukan untukmenggantikan suatu
aset.

4. Pengukuran Aset Tetap

Berdasarkan PSAK No.16 (2011) paragraf 29 yang mengatur mengenai


carapengukuran aset tetap setelah pengakuan awal menyebutkan bahwa suatu
entitasdapat memilih model biaya dalam paragraf 30 atau model revaluasi
dalamparagraf 31 sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan
tersebutterhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. Suatu kelompok
asettetap adalah pengelompokkan aset yang memiliki sifat dan kegunaan yang
serupadalam operasi normal entitas.

16
3.3.Definisi Nilai Wajar

PSAK 68 memberikan defenisi seragam pada nilai wajar untuk transaksi yang
mengharuskan atau diperkenankan menggunakan pengukuran nilai wajar di PSAK lain.

Berikut ini adalah perbandingan defenisi nilai wajar anatara PSAK 68 dan PSAK lainnya :

PSAK Sebelumnya

PSAK 68 : Nilai Wajar

Jumlah suatu asset dipertukarkan atau liabilitas atau diselesaikan antara pihak yang
berkeinginan dan memiliki pengetahuan dalam suatu transaksi yang wajar.

Harga yang akan diterima untuk menjual suatu asset atau harga yang akan dibayar untuk
mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pada tanggal pengukuran.

Nilai wajar dinilai sebagai konsep yang paling sesuai dan relevan untuk penyusunan
laporan keuangan sebuah perusahaan atau entitas bisnis sebab bisa mengambarkan nilai
pasar yang sebenarnya terjadi. Nilai wajar ini digunakan untuk mengukur: satu satu,
sekelompok asset, satu liabilitas, sekelompok liabilitas, konsiderasi bersih dari satu atau
lebih asset dikurangi satu atau lebih liabilitas terkait, satu segmen atau devisi dari sebuah
entitas, satu lokasi atau wilayah dari suatu entitas, satu keseluruhan entitas.

17
1. Aset dan Liabilitas

Pengukuran nilai wajar adalah untuk asset atau liabilities. Ketika mengukur nilai
wajar, entitas memperhitungkan karakteristik aset atau liabilitas jika pelaku pasar
akan memperhitungkan karakteristik tersebut ketika menentukan harga aset atau
liabilitas pada tanggal pengukuran. Karakteristik tersebut misalnya : kondisi dan
lokasi aset; dan pembatasan, jika ada, atas penjualan atau penggunaan aset.

Dampak pengukuran yang timbul dari karakteristik tertentu akan berbeda tergantung
pada bagaimana karakteristik tersebut akan diperhitungkan pelaku pasar.Aset atau
liablitas yang diukur pada nilai wajar yang berdasarkan PSAK 68 dapat terdiri salah
satu sebagai berikut :

a) Aset atau liabilitas yang terdiri sendiri ( contohnya instrumen keuangan atau
non keuangan)

b) Sekelompok aset, sekelompok liabilitas atau sekelompok aset dan liabilitas


( contoh suatu unit penghasil kas atau bisnis)

mengukur nilai wajar suatu asset atau liabilities menggunakan asumsi yang akan
digunakan pelaku pasar ketika menentukan harga asset atau liabilities tersebut,
dengan asumsi bahwa pelaku pasar bertindak dalam kepentingan ekonomi
terbaiknya.

Entitas mengidentifikasi pelaku pasar secara umum, mempertimbangkan faktor yang


spesifik untuk.

· Asset dan liabilitas

· Pasar utama

· Pelaku pasar yang akan melakukan transaksi

18
2. Transaksi

Pengukuran nilai wajar mengasumsikan bahwa aset atau liablitas dipertukarkan


dalam suatu transaksi tertaur antara pelaku pasar untuk menjual aset atau
mengalihkan liabilitas pada tanggal pengukuran berdasarkan kondisi pasar saat ini.
Pengukuran nilai wajar mengasumsikan bahwa transaksi untuk menjual aset atau
mengalihkan liabilitas terjadi :

a) Di pasar utama ( principal market) untuk aset atau liabilitas tersebut,

b) Jika tidak terdapat pasar utama yang paling menguntungkan ( most advantegous
market ) untuk asset atau liabilitas tersebut.

Entitas tidak perlu melaksanakan pencarian menyeluruh atas semua pasar yang ada
untuk mengidentifikasi pasar utama, atau jika tidak terdapat pasar utama, pasar yang
paling menguntungkan, namun entitas memperhitungkan seluruh informasi yang
sewajarnya tersedia. Jika tidak terdapat bukti yang bertentangan, maka pasar dimana
entitas umumnya melakukan transaksi untuk menjual aset atau mengalihkan liabilitas
tersebut dianggapi sebagai pasar utama, atau jika terdapat pasar utama, pasar yang
paling menguntungkan. Jika terdapat pasar utama untuk aset dan liabilitas, maka
pengukuran nilai wajar mempresentasikan harga di pasar tersebut, bahkan jika harga
di pasar yang berbeda berpotensi lebih menguntungkan pada tanggal pengukuran.

3. Pelaku Pasar
Dalam PSAK 68 mengukur fair value/ nilai wajar, entitas menggunakan asumsi
bahwa pelaku pasar yang menentukan harga aset atau liabilitas berdasarkan
kepentingan ekonomi terbaiknya memenuhi karakteristik seperti independent (not
related parties), knowledgable, able to enter into transaction, and willing to enter.

19
Hal yang dipertimbangkan dalam mengidentifikasi pelaku pasar secara umum
adalah:
1) Aset atau liabilitas (baik berdiri sendiri ataupun aset/liabilitas kelompok)
2) Pasar (baik pasar utama atapun pasar yang paling menguntungkan ketika pasar
utama tidak ada)
3) Pelaku pasar yang melakukan transaks

4. Harga

Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu asset atau harga
yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur di pasar
utama ( pasar yang paling menguntungkan) pada tanggal pengukuran berdasarkan
kondisi pasar saat ini ( yaitu harga keluaran) terlepas apakah harga tersebut dapat
diobservasi secara langsung atau diestimasi menggunakan teknik penilaian.

Harga di pasar utama ( pasar yang paling menguntungkan) yang digunakan untuk
mengukur nilai wajar asset atau liabilitas tidak disesuaikan dengan biaya transaksi
(transaction cost). Biaya transaksi dicatat sesuai dengan pernyataan lain. Biaya
transaksi bukan merupakan karakteristik suatu asset dan liabilitas.

3.4.Penerapan pada Aset Nonkeuangan

Nilai wajar dihitung berdasarkan kemampuan pelaku pasar untuk menghasilkan


manfaat ekonomik dari penjualan aset kepada pelaku pasar yang akan menggunakan
aset tersebut dengan penggunaan terbaik dan tertinggi. Hal ini memperhitungkan:

Ø penggunaan yang secara fisik dimungkinkan (physically possible);

Ø secara hukum diizinkan (legally permissible); dan

Ø layak secara keuangan (financially feasible).

20
Penggunaan tertinggi dan terbaik juga menetapkan premis penilaian (valuation
premise) yang digunakan untuk mengukur nilai wajar. Penggunaan tertinggi dan
terbaik ini didasarkan pada kondisi:

Ø penggunaan kombinasi dengan aset atau liabilitas, yaitu ketika aset digunakan
bersama dengan aset atau liabilitas lain

Ø penggunaan aset secara terpisah

3.5.Penerapan pada Liabilitas dan Instrumen Ekuitas Milik Entitas Sendiri

Pengukuran nilai wajar mengasumsikan bahwa liabilitas keuangan atau, liabilitas


non keuangan atau instrumen ekuitas milik entitas sendiri (contohnya kepemilikan
saham yang diterbitkan sebagai pembayaran dalam suatu kombinasi bisnis) dialihkan
kepada pelaku pasar pada tanggal pengukuran. Penerapan pada liabilitas dan
instrumen ekuitas milik entitas sendiri dalam pengukuran nilai wajar mengasumsikan
bahwa:

Ø Liabilitas akan tetap terutang, dan tidak akan diselesaikan atau diakhiri pada
tanggal pengukuran.

Ø Instrumen ekuitas milik entitas sendiri akan tetap beredar dan tidak akan
dibatalkan atau diakhiri pada tanggal pengukuran.

21
3.6.Metode Pengukuran Nilai Wajar ( Fair Value)

Berdasarkan PSAK No. 68 tahun 2013 tentang pengukuran Nilai wajar, teknik
penilaian nilai wajar yaitu :

1. Pendekatan Pasar ( market approach)

Pendekatan pasar ( market approach) menggunakan harga dan informasi relevan lain yang
dihasilkan oleh transaksi pasar yang melibatkan asset, liabilitas, atau kelompok asset dan
liabilitas yang identik atau sebanding seperti bisnis.

2. Pendekatan Biaya ( Cost appoarch )

Pendekatan biaya ( coast approach) mencerminkan jumlah yang diburuhkan saat ini untuk
menggantikan kapasitas manfaat ( service capacity) asset ( sering disebut sebagai biaya
pengganti saat ini)

3. Pendekatan penghasilan ( income approach)

Pendekatan penghasilan ( income approach) mengkonversi jumlah masa depan ( contohnya


arus kas atau penghasilan dan beban) ke suatu jumlah tunggal saat ini (yang didiskontokan).
Ketka pendekatan penghasilan digunakan, pengukuran nilai wajar mencerminkan harapan
pasar saat ini mengenai jumlah masa depan tersebut.

3.7.Nilai Wajar pada Saat Pengakuan Awal

Ketika aset diperoleh atau liabilitas diambil alih dalam transaksi pertukaran untuk
aset atau liabilitas tersebut, harga transaksi adalah harga yang dibayar untuk memperoleh
aset atau diterima untuk mengambil alih liabilitas (harga masukan (entry price)). Sebaliknya,
nilai wajar aset atau liabilitas adalah harga yang akan diterima untuk menjual aset atau
dibayar untuk mengalihkan liabilitas (harga keluaran). Entitas tidak perlu menjual aset pada
harga yang dibayar untuk memperoleh aset tersebut. Serupa dengan hal tersebut, entitas tidak

22
perlu mengalihkan liabilitas pada harga yang diterima untuk mengambil alih liabilitas
tersebut.

Ketika menentukan apakah nilai wajar pada saat pengakuan awal adalah sama
dengan harga transaksi, entitas memperhitungkan faktor yang spesifik atas transaksi dan aset
atau liabilitas tersebut. Paragraf PP04 menjelaskan situasi dimana harga transaksi mungkin
tidak merepresentasikan nilai wajar aset atau liabilitas pada saat pengakuan awal.

Jika Pernyataan lain mensyaratkan atau mengizinkan entitas untuk mengukur aset
atau liabilitas awalnya pada nilai wajar dan harga transaksi berbeda dari nilai wajar, maka
entitas mengakui keuntungan atau kerugian yang dihasilkan dalam laba rugi, kecuali
dinyatakan lain dalam Pernyataan tersebut.

3.8.Hirarki Nilai Wajar

Untuk meningkatkan konsistensi dan keterbandingan dalam pengukuran nilai wajar


dan pengungkapan yang terkait, Pernyataan ini menetapkan hirarki nilai wajar yang
mengkategorikan dalam tiga level (lihat paragraf 76–90) input untuk teknik penilaian yang
digunakan dalam pengukuran nilai wajar. Hirarki nilai wajar memberikan prioritas tertinggi
kepada harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di pasar aktif untuk aset atau liabilitas yang
identik (input Level 1) dan prioritas terendah untuk input yang tidak dapat diobservasi (input
Level 3).

23
Jika input yang dapat diobservasi membutuhkan penyesuaian menggunakan input
yang tidak dapat diobservasi dan penyesuaian tersebut menghasilkan pengukuran nilai wajar
yang secara signifikan lebih tinggi atau lebih rendah, pengukuran yang dihasilkan akan
dikategorikan dalam Level 3 hirarki nilai wajar. Sebagai contoh, jika pelaku pasar akan
memperhitungkan dampak suatu pembatasan pada penjualan aset ketika mengestimasi harga
untuk aset tersebut, entitas akan menyesuaikan harga kuotasian untuk mencerminkan
dampak dari pembatasan tersebut. Jika harga kuotasian tersebut adalah input Level 2 dan
penyesuaiannya adalah input yang tidak dapat diobservasi yang signifikan terhadap
keseluruhan pengukuran, maka pengukuran tersebut akan dikategorikan dalam Level 3
hirarki nilai wajar.

PSAK 68 menetapkan hirarki nilai wajar yang mengelompokkan input untuk tehnik
penilaian yang digunakan dalam pengukuran nilai wajar menjadi tiga level input yaitu:

• Input Level 1 adalah harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di pasar aktif untuk aset atau
liabilitas yang identik yang dapat diakses entitas pada tanggal pengukuran.

• Input Level 2 adalah input selain harga kuotasian yang termasuk dalam Level 1 yang
dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas, baik secara langsung atau tidak langsung.

• Input Level 3 adalah input yang tidak dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas.

1. Revaluatian Model

Berdasarkan PSAK 16 (2011) paragraf 31 menyatakan bahwa setelah diakuisebagai aset,


aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatatpada jumlah
revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangiakumulasi penyusutan dan
akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelahtanggal revaluasi. Revaluasi harus
dilakukan dengan keteraturan yang cukupreguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat
tidak berbeda secara materialdari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar
pada akhir periode pelaporan. Jika entitas mengubah kebijakan akuntansi dari model biaya
ke modelrevaluasi dalam pengukuran aset tetap maka perubahan tersebut berlaku prospektif.

24
Nilai wajar dari suatu aset tetap biasanya ditentukan melalui penilaian yangdilakukan
oleh penilai yang memiliki kualifikasi profesional berdasarkan buktipasar. Namun, untuk
aset tetap berupa pabrik dan peralatan biasanyamenggunakan nilai pasar yang ditentukan
oleh penilai. Ini diatur dalam PSAK 16(2011) paragraf 32. Jika tidak ada pasar yang dapat
dijadikan dasar penentuannilai wajar karena sifat dari aset tetap yang khusus dan jarang
diperjual-belikan,kecuali sebagai bagian dari bisnis yang berkelanjutan, maka PSAK 16
(2011)paragraf 33 mengatur bahwa entitas mungkin perlu mengestimasi nilai
wajarmenggunakan pendekatan penghasilan atau biaya pengganti yang telah
disusutkan(depreciated replacement cost approach).

Nilai wajar (fair value) didefinisikan dalam PSAK No.16 sebagai jumlahyang dipakai
untuk mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak yangberkeinginan dan memiliki
pengetahuan yang memadai dalam suatu transaksidengan wajar (arms length transaction).
Menurut Perdana (2010) terdapat tigahirarki dalam mengestimasi nilai wajar, yaitu dengan
menggunakan nilai pasar,komparasi dengan harga pasar dari aset yang dapat
diperbandingkan dengan asetyang dinilai, dan dengan menggunakan estimasi.

Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat tiga pendekatan yang diakui secarainternasional


dalam menilai aset tetap yaitu pendekatan pasar, pendekatanpendapatan, dan pendekatan
biaya. Masing-masing memiliki kekuatan dankelemahan, dan aplikasinya tergantung pada
tujuan, jenis dari aset tetap yangdilibatkan, keadaan pasar, dan ketersediaan data tertentu
yang harusdipertimbangkan oleh penilai dalam setiap proyek. Semua pendekatan ini
harusmencerminkan, bila mungkin, data pasar.

Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari suatu aset tetapyang
direvaluasi. Jika nilai wajar dari aset yang direvaluasi berbeda secaramaterial dari jumlah
tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan.Beberapa aset tetap mengalami
perubahan nilai wajar secara signifikan danfluktuatif, sehingga perlu direvaluasi secara
tahunan. Revaluasi tahunan seperti itutidak perlu dilakukan apabila perubahan nilai wajar
tidak signifikan.

25
Namun demikian, aset tersebut mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau lima tahun
sekali. Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka akumulasi penyusutan pada tanggalrevaluasi
diperlakukan dengan salah satu cara berikut ini:

a) Disajikan kembali secara porposional dengan perubahan dalam jumlahtercatat bruto


aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi samadengan jumlah revaluasiannya.
Metode ini sering digunakan apabilaaset direvaluasi dengan cara memberi indeks untuk
menentukan biayapengganti yang telah disusutkan.

b) Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah tercatat netosetelah
eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari asettersebut. Metode ini sering
digunakan untuk bangunan.

Jumlah penyesuaian yang timbul dari penyajian kembali atau eliminasiakumulasi


penyusutan membentuk bagian dari kenaikan atau penurunan dalamjumlah tercatat yang
ditentukan sesuai dengan paragraf 39 dan 40.

PSAK No. 16 (2011) paragraf 36 juga menyebutkan jika suatu aset tetapdirevaluasi,
maka seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama harus direvaluasi.Aset-aset dalam suatu
kelompok aset tetap harus direvaluasi secara bersamaanuntuk menghindari revaluasi aset
secara selektif dan bercampurnya biayaperolehan dan nilai lainnya pada saat yang berbeda-
beda. Namun, suatu kelompokaset dapat direvaluasi secara bergantian (rolling basis)
sepanjang revaluasi darikelompok aset tersebut dapat diselesaikan secara lengkap dalam
waktu yangsingkat dan sepanjang revaluasi dimutakhirkan.

26
3.9.Perbandingan Historical Cost dengan Fair Value
Dalam membandingan metode historical cost dengan metode fair value,ditemukan
beberapa kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode.Kelebihan dan kekurangan
tersebut antara lain, sebagai berikut:

Kelebihan Historical cost

Kegunaan historical cost pada akuntansi conventional sudah banyakditentang.


Mereka yang mempertahankan historical cost mempunyai argumentasimengenai posisinya:

1. Historical cost relevan dalam membuat keputusan ekonomi.

2. Historical cost berdasarkan pada transaksi yang sesungguhnya, tidak


padakemungkinan.

3. Selama sejarah, laporan keuangan yang menggunakan historical costsangat


berguna.

4. Pengertian terbaik mengenai konsep keuntungan adalah kelebihan dariharga jual


dari historical cost.

5. Akuntan harus menjaga integritas datanya dari modifikasi internal.

6. Seberapa bergunanya laporan keuangan tergantung dari current cost atauexit price.

7. Perubahan dalam harga pasar dapat diungkapkan sebagai data tambahan.

8. Terjadi ketidakcukupan data dalam membenarkan penolakan historicalcost


accounting.

27
Kekurangan Historical cost

Kekurangan penggunaan nilai historis antara lain:

1. Adanya pembebanan biaya yang terlalu kecil karena pendapatan untuksuatu hal
tertentu pada saat tertentu akan dibebani biaya yang didasarkanpada suatu nilai uang yang
telah ditetapkan beberapa periode yang lalupada saat pencatatan terjadinya biaya tersebut,

2. Nilai aktiva yang dicatat dalam neraca akan mempunyai nilai yang lebihrendah
apabila dibandingkan dengan perkembangan harga daya beli uangterakhir. Di samping itu
juga terjadi perubahan-perubahan kurs yang cepatatas aktiva dan pasiva dalam valuta asing
yang dikuasai perusahaansehingga mengalami kesulitan dalam perhitungan selisih kurs yang
tepat.

3. Alokasi biaya untuk depresiasi, amortisasi akan dibebankan terlalu kecildan


mengakibatkan laba dihitung terlalu besar,

4. Laba/rugi yang terjadi yang dihasilkan oleh perhitungan laba/rugi yangdidasarkan


pada asumsi adanya stable monetary unit tersebut tidaklah riilapabila diukur dengan
perkembangan daya beli uang yang sedangberlangsung,

5. Perusahaan tidak akan memperahankan real-capital-nya dan adakecenderungan


terjadinya kanibalisme terhadap modal sehubungan denganpembayaran pajak perseroan dan
pembangian laba yang lebih besardaripada semestinya,

6. Menyalahi mathematical principle karena berbagai himpunan yang tidaksama


dijumlahkan menjadi satu.

7. Di samping hal-hal di atas akan timbul kesulitan-kesulitan bagimanajemen


perusahaan apabila harus mendasarkan pada laporan akuntansiyang disusun atas dasar
asumsi adanya stable monetary unit.

28
Kelebihan Fair Value

Argumen mengenai kelebihan dari Fair Value, antara lain:

1. Investor-investor berkaitan dengan nilai, bukan biaya, maka melaporkanfair value

2. Relevance. Banyak orang percaya bahwa standard akuntansi historical costtelah


banyak kehilangan relevansinya karena kegagalannya mengukurrealitas ekonomi.
Hampir semua orang setuju bahwa peristiwa ekonomi,yaitu: kejadian yang
mengubah waktu kapan arus kas diterima danjumlahnya yang akan datang harus
tercermin (terungkap) dalam laporankeuangan lembaga. Akan tetapi, seringkali
model historical cost hanyamengukur transaksi sudah selesai dan gagal mengakui
adanya perubahannilai riil lain yang dapat terjadi.3. Reliability. Masalah yang selalu
ada yang tidak dapat dihindari adalahbahwa model akuntansi berdasarkan historical
cost tidak mengakui adanyaperubahan nilai bersifat ekonomis, dan cenderung
membiarkan perusahaan memilih sendiri apakah dan kapan mengakui adanya
perubahan tersebut.Ini mendorong adanya bias dalam pemilihan apa yang
dilaporkan, danmemperburuk kompromi kenetralan dan dipercayainya
informasikeuangan

3. Auntansi fair value melaporkan aset dan kewajiban dalam carayang ekonomis akan
memperhatikan mereka; fair value mencerminkanunsur pokok ekonomi yang benar.

4. Akuntansi fair value adalah solusi kepada permasalahan akuntan dalampengukuran


pendapatan, dan lebih disukai dibanding ratusan peraturanyang mendasari
pendapatan historical cost.

29
Kekurangan Fair Value

Meskipun fair value dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan darihistorical cost


namun terdapat kelemahan dari fair value. Terdapat berapa kritikpenting terhadap fair value:

1. Meskipun bermaksud baik namun perkiraan manajemen tentang fair valuebisa


menjadi salah pada luas berbagai prediksi dan asumsi yang salah.

2. Fair value akan membuat perbedaan penilaian pihak manajemenperusahaan,


sehingga kalau ada control yang kurang baik akanmemungkinkan peluang earning
management. Oportunistik danketidakjujuran manajemen dapat mengambil keuntungan dari
penilaiandan estimasi yang digunakan dalam proses manipulasi dan mengurutkanangka pada
hasil dalam angka pendapatan yang diinginkan.

3. Fair value berusaha menyediakan informasi yang transparan denganmenilai aset


pada tingkat harga yang dihasilkan jika segera dilikuidasi-sehingga sangat sensitif terhadap
pasar.

4. Akuntansi fair value bekerja melalui akuntansi mark-to-market(MTM),yaitu aset


dicantumkan pada harga pasar mereka jikadiperdagangkan secara terbuka. Menggunakan
akuntansi mark-to-marketakan berakibat perubahan yang terus-menerus pada laporan
keuanganperusahaan ketika nilai aset mengalami kenaikan dan penurunan serta labadan rugi
yang dicatat. Hal ini membuat semakin sulit untuk memastikan apakah laba dan rugi
diakibatkan oleh keputusan bisnis yang dibuatmanajemen atau oleh perubahan yang terjadi
di pasar.

5. Volatility. Lembaga keuangan mengatakan bahwa mereka takut


akuntansiberdasarkan pasar akan menyebabkan volatility kinerja lembaga (karenasemakin
mudahnya nilai item-item aktiva dan pasiva berfluktuasi).Walaupun sebenarnya lembaga
keuangan yang senantiasa mengelolabahaya yang mengancam asset dan liability hanya
sedikit takut denganmarket value accounting. Laporan keuangan lembaga keuangan
yangkurang efektif dalam mengelola risiko akan tercermin pada volatility yangselalu ada
dalam setiap usahanya. Para investor dan kreditur akan memilikiinformasi yang lebih

30
berguna dan relevan dalam membedakan risiko antarperusahaan, ketika mengambil
keputusan investasi dan keputusanpemberian kredit.

Sebagaimana diungkapkan Wibisana (2009), dibanding historical cost, fairvalue


memiliki tiga keunggulan, yaitu laporan keuangan menjadi lebih relevanuntuk dasar
pengambilan keputusan; meningkatkan keterbandingan laporankeuangan; dan informasi
lebih dekat dengan apa yang diinginkan oleh pemakailaporan keuangan. Dengan demikian,
potensi laba/rugi sebuah perusahaan jauhjauh hari sudah bisa diprediksikan.

Terdapat beberapa issue dalam penerapan Nilai Wajar yaitu antara lain:Pertama; Apabila
Nilai Pasar aset saat ini untuk penggunaan alternatifnyamelampaui Nilai Pasar untuk
penggunaan yang ada, terdapat perbedaan mengenai pengungkapan dari fakta ini, apakah
harus dicatatkan di dalam neraca atau cukupdimuat di dalam catatan penjelasan. Kedua;
Dalam penilaian Properti Khususyang tidak memiliki pasar, semula digunakan dasar
penilaian Biaya PenggantiTerdepresiasi (Depreciated Replacement Cost) yang kemudian
digantikan oleh Nilai dalam Penggunaan (Value in Use). Ketiga; Apabila aset dalam
suatukelompok aset (asset class) direvaluasi, maka seluruh aset dalam kelompok asettersebut
harus direvaluasi dan harus selalu di-update berdasarkan nilai saat inipada setiap tanggal
pelaporan keuangan. Keempat; Apabila model revaluasidiadopsi, tidak dimungkinkan
adanya opsi untuk kembali kepada model biaya dimasa depan. Dan Kelima; Persyaratan
mengenai pengungkapan tambahan dalammodel biaya, dalam hal biaya historikal berbeda
secara signifikan dengan nilai saat ini.

Wibisana (2009) juga memberikan catatan bagi penerapan fair value ini.sebagai contoh,
untuk penentuan apakah suatu pasar itu aktif atau tidak aktifadalah persoalan krusial dan
tidak mudah. Selain itu, pasar mungkin aktif untukinstrumen tertentu, dan tidak aktif untuk
instrumen lainnya, dan ini juga tergolonghal yang sulit. Catatan lain lagi adalah, keberadaan
willing sellers dan willingbuyers kadang tidak cukup untuk menjustifikasi apakah suatu
pasar terbilang aktif. Dan, harga yang terbentuk dalam forced transaction, forced
liquidation,atau distressed sales mungkin tidak mencerminkan nilai wajar yang sebenarnya.

Disamping itu, perlu dicermati pula bahwa ada beberapa hal yang krusialyang harus
segera dicarikan solusinya terkait penerapan fair value di Indonesia.Pertama, masalah
perpajakan saat ini kurang kondusif terhadap penerapan nilaiwajar. Mengacu pada pasal 5

31
PMK No. 79 tahun 2008 yang menyatakanpengenaan PPh final sebesar 10% atas selisih
lebih penilaian kembali aset, makaharus dibayar pada tahun tersebut (tidak boleh dicicil
dalam 5 tahun misalnya) dantidak menghasilkan hutang pajak tangguhan yang bisa dibalik
di tahun berikutnyabila nilai aktiva turun. Bayangkan apabila perusahaan memutuskan
memakairevalution model dan setiap tahun harga asetnya meningkat, maka setiap
tahunharus membayar pajak final. Padahal kenaikan harga aset tersebut tidaklahmembawa
aliran kas masuk ke dalam perusahaan. Bila aturan perpajakan tidakmendukung, maka dapat
dipastikan perusahaan akan enggan menerapkanrevaluation model.

Kedua adalah masalah penilai atau appraisal. Standar Penilaian Indonesia(SPI) yang
merujuk kepada International Valuation Standards (IVS) harus memberikan pedoman
mengenai penerapan Nilai Wajar sesuai dengan IFRS danPSAK yang akan terus
diharmonisasikan dari waktu ke waktu.

32
BAB IV PENUTUP

Kesimpulan

PSAK 68 mendefinisikan nilai wajar (fair value) sebagai “harga yang akan diterima
untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas
dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran”.

Dalam pengukuran nilai wajar, karakteristik aset atau liabilitas (seperti kondisi dan
lokasi, dan pembatasan) diperhitungkan jika karakteristik tersebut dipertimbangkan oleh
pelaku pasar (market participants) pada tanggal pengukuran. Pengukuran nilai wajar
mengasumsikan bahwa transaksi pertukaran terjadi dalam suatu transaksi teratur (orderly
transaction) di pasar utama (principal market), atau jika tidak ada, di pasar yang paling
menguntungkan (most advantageous market).

Teknik penilaian yang digunakan dalam mengukur nilai wajar memaksimalkan


penggunaan input yang dapat diobservasi yang relevan dan meminimalkan penggunaan
input yang tidak dapat diobservasi. Input tersebut dikategorikan dalam tiga level hirarki nilai
wajar, yaitu:

a. Input Level 1, yaitu harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di pasar aktif untuk aset atau
liabilitas yang identik yang dapat diakses entitas pada tanggal pengukuran.

b. Input Level 2, yaitu input selain harga kuotasian yang termasuk dalam Level 1 yang
dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas, baik secara langsung atau tidak langsung.

c. Input Level 3, yaitu input yang tidak dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas.

33
Saran

Dengan adanya berbagai kelemahan dalam penerapannya, sebelum dilakukan


perpindahan ke Akuntansi Nilai Wajar seharusnya dilakukan kajiansecara hati-hati
mengenai biaya dan manfaat yang diharapkan oleh penggunalaporan keuangan. Namun
demikian, penerapan model Nilai Wajar ini diyakiniakan lebih bermanfaat bagi dunia
investasi, pasar modal, pemilik, kreditur danstakeholder karena Nilai Wajar mengadopsi
prinsip ‘mark to market’ yangseharusnya dapat memberikan gambaran yang lebih
realistis akan jumlah yangtercatat di neraca sehingga penerapannya secara konsisten di
seluruh dunia patutuntuk didukung. Untuk itu diperlukan sosialisasi guna meningkatkan
pemahaman mengenai penerapan model Nilai Wajar dan pengaturannya di dalam
StandarPenilaian kepada pengguna jasa, Penilai, regulator dan stakeholder
sehinggapenerapan Nilai Wajar baik untuk aset maupun kewajiban ini dapat
dilaksanakansecara tepat dan konsisten.

34
DAFTAR PUSTAKA

www. Warsidi. 2016, nilai wajar psak 68 ifrs 13

http://srimulyanil.blogspot.co.id/2015/01/resume-psak-68-pengukuran-nilai-wajar.htm,

http://www.arghajata.com/article/pdf/ajcpub016-1293812727.pdf

Baridwan, Anis. 2009. Bagaimana Menghitung Fair Value. Jakarta: MajalahAkuntan


Indonesia.Fees, Reeve, dan Warren. 2008.

Pengantar Akuntansi.Edisi Kedua Puluh Satu.Jakarta : Salemba Empat.Harahap, Sofyan


Syafri. 2008. Teori Akuntansi. Jakarta : Rajawali Pers.Hery. 2009.

Teori Akuntansi. Jakarta : Kencana.Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Standar Akuntansi


Keuangan. Jakarta: SalembaEmpat.

Kieso, Donald E, Jerry J Weygandt, Terry D Warfield. 2010. IntermediateAccounting,


Thirteenth Edition, International Student Version. New York:John Willey & Sons
Inc.Siahaan, Hinsa (2009).

http://www.fiskal.depkeu.go.id/webbkf/kajian Seminar nasional Mark toMarket


Accounting.pdf, 28 Mei 2010.Soemarso S.R. 2004.

Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta : Salemba Empat.Suhayati, Ely, Sri Dewi Anggadini.
2009. Akuntansi Keuangan. Yogyakarta :Graha Ilmu.Suwardjono. 2008.

35

Anda mungkin juga menyukai