Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori keagenan (Agency Theory)

Menurut Ariasih (2015), teori keagenan merupakan kumpulan

kontrak antara pemilik sumber daya ekonomis dan manajer yang mengurus

penggunaan dan pengendalian tersebut. Hubungan keagenan merupakan

suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (principal) memerintah orang

lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama principal serta memberi

wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi principal.

Dalam hubugannya keagenan tersebut terkadang menimbulkan konflik yang

disebut konflik keagenan tersebut disebabkan karena adanya pemisahan

peran dan perbedaan kepentingan antara pihak agen dan principal.

Umumnya dalam setiap pengambilan keputusan individu cenderung

mementingkan dirinya sendiri. Dalam hal ini agen yang mendapat

kewenangan dari principal akan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk

kepentingannya sendiri. Sedangkan prinsipal sebagai pemilik tentu

mengharapkan agen bekerja sesuai kepentingan perusahaan, karena

manajemen merupakan wakil dari pemegang saham yang lebih mengerti

dalam menjalankan bisnis perusahaan. Principal mengharapkan perusahaan

memperoleh laba dan investor memperoleh hasil berupa deviden dari

investasinya.

Dalam teori keagenan terdapat pemisahan antara pemisahan antara

pihak agen dan principal yang mengakibatkan adanya potensi konflik

11
12

kepentingan antara agen dan principal, hal ini akan mempengaruhi kualitas

laporan keuangan perusahaan. Penyebab konflik ini adalah adanya asimetri

informasi antara agen dan principal. Pihak principal menginginkan luas

pengungkapan informasi yang seluas-luasnya, sedangkan pihak manajemen

akan mempertimbangkan biaya dan manfaat yang diperoleh melalui

pengungkapan informasi tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, terdapat hubungan antara teori keagenan

dengan luas pengungkapan sukarela laporan keuangan perusahaan.

Pengungkapan sukarela diperlukan untuk meminimalkan terjadinya asimetri

informasi yang dapat memicu konflik antara agen dan principal. Diharapkan

dengan adanya pengungkapan sukarela yang memadai dapat memenuhi

kebutuhan informasi tentang keadaan dan semua aktivitas perusahaan.

Disamping itu praktik pengungkapan sukarela memiliki kontribusi untuk

menurunkan biaya agensi yang timbul akibat adanya asimetri informasi

tersebut.

2.1.2 Teori sinyal (Signaling Theory)

Teori sinyal (signaling theory) menjelaskan mengenai dorongan

yang dimiliki perusahaan untuk memberikan informasi yang ada di dalam

perusahaan kepada pihak luar perusahaan (Jogiyanto, 2008:529). Hal ini

senada dengan teori sinyal menurut Wolk, et al. (2001) dimana teori sinyal

menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal.

Dorongan dalam pengungkapan informasi ini didasarkan oleh adanya

asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang

berkepentingan dengan informasi tersebut. Teori sinyal mengemukakan


13

tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal-sinyal pada

pengguna laporan keuangan.

Menurut Riantini (2015), salah satu cara untuk memperkecil asimetri

informasi adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar berupa

informasi keuangan yang dapat dipercaya, dan akan mengurangi

ketidakpastian mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang.

Sinyal yang diberikan dilakukan melalui pengungkapan (disclousure)

informasi akuntansi berupa laporan keuangan. Menurut Putra (2009),

semakin luas pengungkapan oleh perusahaan sebagai sinyal yang diberikan

kepada investor akan menurunkan biaya transaksi dan resiko yang

ditetapkan oleh investor terhadap perusahaan tersebut yang pada akhirnya

akan menurunkan biaya modal ekuitas perusahaan. Sehingga kemungkinan

investor untuk berinvestasi juga semakin besar.

Teori sinyal berperan dalam memberikan sinyal dalam bentuk

informasi dari perusahaan keadaan publik mengenai kondisi sebuah

perusahaan. Informasi yang diberikan tersebut sangat berguna bagi

steakholders terkait dengan pengambilan keputusan dan dalam memprediksi

keadaan perusahaan dimasa depan.

Manajemen akan menyampaikan informasi yang menurut pertimbangannya

sangat diminati oleh investor dan pemegang saham khususnya apabila

informasi tersebut berupa berita baik (good news). Selain itu manajemen

akan cenderung mengungkapakan informasi yang dapat meningkatkan

kredibilitas dan kesuksesan perusahaan meskipun informasi tersebut tidak

diwajibkan daam pengungkapan laporan keuangan.


14

Hubungan signaling theory terkait dengan pengungkapan sukarela,

pengungkapan sukarela merupakan sinyal positif bagi perusahaan. Hal ini

karena pengungkapan sukarela adalah cara yang tepat untuk memberikan

informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemegang saham dan

investor disamping pengungkapan wajib. Pengungkapan sukarela dapat

menjadi good news yang diminati oleh investor dan pemegang saham

sehingga mendorong manajemen untuk melakukan signaling. Namun tidak

semua perusahaan mengungkapkan informasi-informasi yang sama, hal ini

karena adanya perbedaan karakteristik perusahaan satu dengan perusaaan

lainnya. Karakteristik perusahaan misalnya dapat dilihat dari likuiditas,

profitabilitas maupun leverage perusahaan tersebut, disamping ukuran

perusahaan, umur perusahaan dan kepemilikan saham perusahaan.

2.1.3 Rasio likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui

kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Rasio

likuiditas adalah gambaran kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang segera jatuh tempo

dengan sumber jangka pendeknya. Likuiditas dapat dipandang dari dua sisi.

Di satu sisi, tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukan kuatnya kondisi

keuangan perusahaan. Perusahaan semacam ini cenderung untuk melakukan

pengukapan informasi yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin

menunjukan bahwa perusahaan ini kredibel (Fitriani, 2001). Tetapi di pihak

likuiditas dapat juga dipandang sebagai ukuran kinerja manajemen dalam

mengelola keuangan perusahaan. Dari sisi ini likuiditas rendah cenderung


15

mengungkapkan lebih banyak informasi kepada pihak eksternal sebagai

upaya untuk menjelaskan lemahnya kinerja manajemen (Fitriani, 2001).

Menurut Raharjaputra (2009:199) bahwa rasio likuiditas merupakan

rasio yang paling banyak mendapat perhatian baik dari para analisis maupun

investor. Menurut Luciana dan Ikka, (2007) perusahaan yang mampu

memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan baik tentu akan

memberikan informasi positif kepada pihak eksternal perusahaan, hal ini

dilakukan dengan cara melakukan pengungkapan sukarela yang semakin

luas dengan harapan bahwa nilai perusahaan di mata pihak eksternal

perusahaan akan semakin meningkat, dimana perusahaan dengan likuiditas

yang tinggi akan dapat mengurangi risiko investasi mereka.

Dalam penelitian ini tingkat likuditas diukur dengan dengan

menggunakan rasio lancar (current ratio) karena rasio ini paling umum

digunakan untuk menganalisis kemampuan perusahaan dalam membayar

hutang jangka pendeknya.

2.1.4 Rasio Profitabilitas

Rasio Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba

dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.

Profitabilitas merpakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen

dalam mengelola kekayaan perusahaan, Menurut Susbiyani (2000) rasio

profitabilitas adalah rasio yang digunakaan untuk mengukur seberapa efektif

perusahaan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Menurut Darsono

(2005), rasio ini menunjukan kesuksesan manajemen dalam

memaksimalkan tingkat kembalian pada pemegang saham. Semakin tinggi


16

rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat kembalian yang

lebih besar pada pemegang saham.

Denny (2011) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat

profitabilitas suatu perusahaan maka akan memberikan informasi yang

positif bagi para investor maupun calon investor untuk menanamkan

modalnya di perusahaan tersebut dengan ekspektasian bahwa investor akan

memperoleh keuntungan yang lebih tinggi. Menurut Kartika (2009),

informasi positif dari rasio profitabilitas yang tinggi ini membuat pihak

manajemen untuk melakukan pengungkapan sukarela yang lebih luas

dengan memberikan informasi tambahan pada pengungkapan laporan

keuangan tahunan. Rasio Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan

mengunakan ROE (return on equity).

2.1.5 Kepemilikan saham publik

Proporsi kepemilikan saham perusahaan diduga mempengaruhi

luasnya ungkapan sukarela dalam laporan tahunan. Hal ini dapat ditinjau

dari dua aspek, aspek pertama adalah besarnya kepemilikan masyarakat

(publik) dibandingkan dengan kepemilikan pihak tertentu yang merupakan

pihak intern perusahaan (manajerial). Aspek kedua kepemilikan saham

perusahaan adalah besarnya kepemilikan asing dibandingkan dengan

kepemilikan oleh pihak domestik.

Semakin besar kepemilikan saham oleh pihak intern, akan lebih

sedikit informasi yang akan diungkapkan dalam laporan tahunan karena

pihak intern (manajerial) mempunyai akses yang luas terhadap informasi

perusahaan tanpa harus melalui laporan tahunan yang dipublikasikan.


17

Semakin besar porsi kepemilikan oleh publik, maka semakin banyak pihak

yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, sehingga semakin

banyak pula butir-butir informasi tentang perusahaan yang dituntut untuk

dibuka dalam laporan tahunan.

Perusahaan yang sahamnya dimiliki pihak asing menghadapi

tekanan permintaan akan informasi yang lebih banyak. Makin besar porsi

kepemilikan saham asing makin beragam pula informasi yang dibutuhkan

sehingga kualitas ungkapan sukarelanya juga akan meningkat.

2.1.6 Umur Perusahaan

Umur perusahaan menunjukan seberapa lama perusahaan mampu

bertahan. Menurut Marwata (2001) umur perusahaan diperkirakan memiliki

hubungan positif dengan kualitas ungkapan sukarela. Alasan yang

mendasari adalah bahwa perusahaan yang berumur lebih tua memiliki

pengalaman yang lebih banyak dalam mempublikasikan laporan keuangan.

Perusahaan yang memiliki pengalaman lebih banyak akan lebih mengetahui

kebutuhan konstituennya akan informasi tentang perusahaan. Perusahaan

yang memiliki pengalaman lebih banyak akan lebih mengetahui kebutuhan

publik dan investor akan informasi yang diperlukan dalam perusahaan.

Perusahaan yang lebih senior cenderung lebih meningkatkan praktek-

praktek pelaporan keuangan mereka dari waktu ke waktu, sehingga

informasi yang diungkapkan akan lebih luas.

2.1.7 Ukuran Perusahaan


18

Ukuran perusahaan menunjukan besar kecilnya perusahaan dan

struktur kepemilikan yang lebih luas. Besar kecilnya usaha tersebut ditinjau

dari lapangan usaha yang dijalankan. Ada tiga alternatif proksi yang dapat

digunakan untuk menentukan besar kecilnya ukuran perusahaan, yaitu

melalui ukuran aktiva, hasil penjualan bersih, dan kapitalisasi pasar (market

capitalized). Perusahaan yang besar memiliki berbagai macam kelebihan

disbanding perusahaan yang kecil, diantaranya adalah memiliki akses yang

lebih besar dan luas untuk mendapat sumber pendanaan dari luar.

Perusahaan besar cenderung melakukan pengungkapan yang lebih

luas karena perusahaan besar memiliki tanggung jawab yang besar kepada

investor, kreditor, maupun stakeholder lainnya atas investasi yang mereka

tanamkan pada perusahaan tersebut (Luciana dan Ikka, 2007). Disamping

itu perusahaan besar wajib memenuhi peraturan yang ditetapkan oleh badan

regulator dalam operasional perusahaan, sehingga dibutuhkan

pengungkapan yang lebih luas dalam upaya memenuhi tanggung jawab

terhadap regulator (Bintang, 2011).

2.1.8 Leverage

Struktur keuangan perusahaan memiliki kaitan dengan informasi

keuangan yang akan disampaikan kepada para penyedia dana. Rasio

leverage menggambarkan kemampuan perusahaan membayar semua

kewajiban (jangka pendek maupun jangka panjang) atau kewajiban-

kewajiban apabila perusahaan dilikuidasi. Perusahaan yang memiliki rasio

leverage yang tinggi akan memiliki resiko yang tinggi. Perusahaan yang

memiliki resiko yang tinggi mempunyai tingkat pengembalian yang tinggi


19

tetapi banyak investor yang tidak mau menanggungg resiko terlalu besar.

Semakin tinggi rasio leverage berarti kreditor membiayai sebagian besar

pembiayaan perusahaan.

Menurut Marwata (2001), tambahan informasi diperlukan untuk

menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak

mereka sebagai kreditur. Oleh arena itu perusahaan dengan leverage yang

tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas

dari pada perusahaan dengan rasio leverage yang rendah. Pernyataan serupa

juga disampaikan oleh Ainum dan Fuad (2000), bahwa perusahaan dengan

rasio hutang atas modal tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi

dalam laporan keuangan dari pada perusahaan dengan rasio yang rendah.

2.1.9 Laporan keuangan

Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat

digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau

aktivitas suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data

atau aktivitas perubahan tersebut. Pada dasarnya laporan keuangan terdiri

dari laporan neraca (balance sheet), laporan rugi laba (income statement)

serta laporan perubahan modal (retaired earning). Pada prakteknya sering

diikutsertakan laporan keuangan lain yang sifatnya membantu untuk

memperoleh penjelasan lanjut maupun kepentingan analisa, seperti laporan

perubahan modal kerja, laporan sumber dan penggunaan kas, laporan

perubahan laba kotor serta laporan biaya produksi (Andy, 2009). Prilaku

dan kualitas keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas informasi yang

diungkapkan dalam laporan keuangan. Semakin banyak informasi yang


20

diungkapkan maka laporan keuangan akan semakin informatif dan

bermanfaat.

Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (Revisi 2009),

tujuan dari laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi

keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi

sebagian besar kalangan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi

Keuangan per 1 Juli 2009, karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah

mudah dipahami, relevan, mateialitas, keandalan, penyajin jujur, substansi

mengungguli bentuk, netralitas, pertimbangan sehat, kelengkapan, dan dapat

dibandingkan. Laporan keuangan memiliki arti yang sangat penting bagi

pihak yang membutuhkan antara lain adalah investor, karyawan, pemberi

pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah dan

juga masyarakat.

Bagi pihak luar manajemen suatu perusahaan, laporan keuangan

merupakan jendela informasi yang memungkinkan mereka untuk

mengetahui kondisi suatu perusahaan. Informasi yang diperoleh dalam

laporan keuangan tergantung kepada tingkat pengungkapan (disclousure)

dari laporan keuangan tersebut. Disclousure jika dikaitkan dengan laporan

keuangan berarti memberikan data yang bermanfaat kepada pihak yang

memerlukan. Laporan keuangan harus memberikan informasi dan

penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha.

2.1.10 Pengungkapan informasi


21

Pengungkapan secara sederhana dapat didefinisikan sebagai

penyampaian informasi. Menurut pendapat Ghozali dan Chariri, (2007 :

377) pengungkapan (disclosure) artinya tidak menutupi dan

menyembunyikan. Dalam artian ini perusahaan harus terbuka dalam

menyajikan informasi mengenai perusahaan baik informasi keuangan

maupun non keuangan terhadap pihak-pihak yang memelukan informasi

tersebut. Pengungkapan mencakup penyediaan informasi yang diwajibkan

oleh badan berwenang dan pengungkapan yang bersifat sukarela yang

dilakukan oleh perusahaan. Pengungkapan informasi tersebut berupa

laporan keuangan, informasi tentang kejadian setelah tanggal laporan,

analisis manajemen atas operasi perusahaan yang akan datang, dan laporan

keuangan tambahan yang mencakup pengungkapan menurut segmen dan

informasi lainnya diluar harga perolehan (Tristanti, 2012)

Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu dasar

pengambilan keputusan investasi. Pengungkapan laporan keuangan yang

detail akan menggambarkan kinerja perusahaan yang sesungguhnya.

Pengungkapan merupakan bentuk pertanggung jawaban perusahaan kepada

investor dalam memudahkan alokasi sumber daya perusahaan. Nilai

informasi yang relevan dan reliabel yang tercermin dari pengungkapan

laporan keuangan merupakan faktor penting sebagai dasar pengambilan

keputusan.

Menurut Riantini (2015) terdapat dua jenis pengungkapan laporan

keuangan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan standar

yang berlaku di Indonesia, yaitu sebagai berikut:


22

1. Pengungkapan wajib (Mandatory Disclousure )

Merupakan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan yang

diharuskan oleh peraturan yang berlaku (dalam kasus Indonesia sesuai

dengan aturan BAPEPAM dan LK)

2. Pengungkapan sukarela (Voluntary Diaclousure)

Merupakan pilihan bebas manajemen unuk memberikan informasi

perusahaan diluar dari yang diwajibkan, yang dipandang relevan unuk

pengambilan keputusan para pemakai laporan keuangan.

Pengungkapan wajib yang telah disajikan perusahaan sering kali

dianggap kurang mencukupi bagi investor dalam kaitan pengambilan

keputusan investasi. Sehingga pengungkapan sukarela menjadi tambahan

informasi penting bagi investor. Pertimbangan manajemen dalam

mengungkapkan informasi sukarela dipengaruhi oleh faktor biaya dan

manfaat. Manajemen akan mengungkapkan informasi secara sukarela jika

manfaat yang diperoleh dari pengungkapan tersebut lebih besar daripada

biaya yang dikeluarkan perusahaan (Riantini, 2015). Manfaat tersebut

diperoleh karena pengungkapan informasi oleh perusahaan akan membantu

investor dan kreditor dalam memahami resiko investasi.

Ghozali dan Chariri (2007) menyatakan ada tiga konsep

pengungkapan yang lazim digunakan yaitu :

1. Cukup (Adequate)
23

Pengungkapan cukup adalah pengungkapan minimal yang hars

dilakukan agar laporan keuangan tidak menyesatkan pengguna laporan

keuangan.

2. Wajar (Fair)

Pengungkapan wajar adalah pengungkapan yang lebih pada faktor etis

dengan menyediakan informasi dan memberikan perlakuan yang layak

dan adil terhadap pemakai laporan keuangan.

3. Lengkap (Full)

Pengungkapan lengkap adalah pengungkapan semua informasi yang

dimiliki perusahaan, atau sering kali disebut pengungkapan yang

berlebihan.

Pengukuran tingkat kelengkapan pengungkapan sukarela laporan

keuangan tahunan menggunakan daftar item indikator-indikator

pengungkapan sukarela yang digunakan adalah berdasarkan item

pengungkapan sukarela yang digunakan oleh Zaenaf (2014) yang terdiri dari

33 item pengungkapan sukarela sebagai berikut :

1. Statement atau uraian mengenai strategi dan tujuan perusahaan, dapat

meliputi strategi dan tujuan umum, keuangan, pemasaran dan sosial.

2. Uraian mengenai dampak strategi terhadap hasil-hasil pada masa

sekarang dan/atau masa yang akan datang.

3. Bagian atau uraian yang menjelaskan pembagian wewenang dan

tanggung jawab dalam organisasi.

4. Informasi mengenai proyeksi jumlah penjualan tahun berikutnya,

dapat secara kualitatif atau kuantitatif.


24

5. Informasi mengenai proyeksi jumlah laba tahun berikutnya, dapat

secara kualitatif atau kuantitatif.

6. Informasi mengenai proyeksi jumlah aliran kas tahun berikutnya,

dapat secara kualitatif atau kuantitatif.

7. Uraian mengenai kegiatan investasi atau pengeluaran modal yang

telah dan/atau akan dilaksanakan.

8. Uraian mengenai program riset dan pengembangan, yang dapat

meliputi kebijakan, lokasi aktivitas, jumlah karyawan, dan hasil yang

dapat dicapai.

9. Informasi mengenai produk dan jasa utama yang dihasilkan

perusahaan.

10. Informasi mengenai pesanan-pesanan dari pembeli yang belum

dipenuhi dan kontrak-kontrak penjualan yang akan direalisasi di masa

yang akan datang.

11. Informasi mengenai alasan analisis pangsa pasar, dapat secara

kualitatif ataupun kuantitatif.

12. Informasi mengenai analisis pesaing, dapat secara kualitatif ataupun

kuantitatif.

13. Uraian mengenai jaringan pemasaran barang dan jasa perusahaan.

14. Statement perusahaan atau uraian mengenai pemberian kesempatan

kerja yang sama, tanpa memandang suku, agama dan ras.

15. Informasi mengenaijumlah karyawan yang bekerja dalam perusahaan.

16. Uraian mengenai kondisi kesehatan dan keselamatan dalam

lingkungan kerja.
25

17. Uraian mengenai masalah yang dihadapi perusahaan dalam

recruitment tenaga kerja dan kebijakan-kebijakan yang ditempuh

untuk mengatasi masalah tersebut.

18. Informasi mengenai level fisik output atau pemakaian kapasitas yang

dicapai oleh perusahaan pada masa sekarang.

19. Uraian mengenai dampak operasi perusahaan terhadap lingkungan

hidup dan kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk memelihara

lingkungan.

20. Informasi mengenai manajemen senior, yang dapat meliputi nama,

pengelaman dan tanggung jawabnya.

21. Uraian mengenai pembagian tanggung jawab fungsional diantara

dewan komisaris dan direksi.

22. Uraian mengenai kebijakan-kebijakan yang ditempuh perusahaan

untuk menjamin kesinambungan manajemen.

23. Ringkasan statistik keuangan yang meliputi rasio-rasio rentabilitas,

likuiditas, dan solvabilitas untuk 3 tahun lebih.

24. Laporan yang memuat elemem-elemen rugi laba yang

diperbandingkan untuk 3 tahun atau lebih.

25. Laporan yang memuat elemem-elemen neraca yang diperbandingkan

untuk 3 tahun atau lebih.

26. Informasi yang merinci jumlah yang dibelanjakan untuk karyawan,

yang dapat meliputi gaji dan upah, tunjangan dan pemotongan.

27. Informasi mengenai nilai tambah, dapat secara kualitatif atau

kunatitatif.
26

28. Informasi mengenai jumlah kompensasi tahunan yang dibayarkan

kepada dewa komisaris dan direksi.

29. Informasi mengenai biaya yang dipisahkan kedalam komponen tetap

dan variabel.

30. Uraian mengenai dampak inflasi terhadap aktiva perusahaan pada

masa sekarang dan/atau yang akan datang.

31. Informasi mengenai tingkat imbal hasil (return) yang diharapkan

terhadap sebuah proyek yang akan dilaksanakan oleh perusahaan.

32. Informasi mengenai kemungkinan litigasi oleh pihak lain terhada

perusahaan di masa yang akan datang.

33. Informasi mengenai pihak-pihak yang mencoba memperoleh

kepemilikan substansial terhadap saham perusahaan.

Adapun cara yang digunakan dalam menentukan indeks

pengungkapan sukarela tiap perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Pemberian skor untuk setiap item indeks pengungkapan sukarela. Item

yang diungkapkan akan diberi nilai (1) dan item yang tidak

diungkapkan akan diberi nilai (0).

2. Setiap item pengungkapan sukarela diberlakukan sama atau tidak akan

diberikan bobot tertentu.

3. Luas pengungkapan sukarela setiap perusahaan akan diukur

menggunakan indeks, dihtung dengan membagi total skor yang

diperoleh dengan skor yang diperoleh setiap perusahaan, kemudian

dikalikan 100 persen.


27

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian mengenai pengungkapan sukarela laporan keuangan sudah

banyak dilakukan sebelumnya. Penelitian ini dibuat dengan mengacu

beberapa penelitian sebelumnya, karena peran penelitian sebelumnya sangat

berguna bagi penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Hasil penelitian

terdahulu yang berhubungan dengan penelitian masih menghasilkan

penemuan yang berbeda – beda. Hal inilah yang menjadi salah satu sebab

permasalahan ini menarik untuk diteliti kembali.

Pertiwi (2016) meneliti analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

luas pengungkapan informasi sukarela laporan tahunan pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014.

Penelitian ini menggunakan variabel ukuran perusahaan, umur perusahaan,

leverage, kepemilikan saham publik, net profit margin, profitabilitas,

likuiditas, proporsi komisaris independen, ukuran KAP dan luas

pengungkapan sukarela. Hasil dari penelitian ini adalah net profit margin,

kepemilikan saham publik, ukuran KAP, dan likuiditas berpengaruh negatif

terhadap luas pengungkapan sukarela laporan keuangan tahunan perusahaan.

Sedangkan ukuran perusahaan, umur perusahaan, leverage, profitabilitas,

dan proporsi komisaris independen tidak berpengaruh pada luas

pengungkapan sukarela laporan keuangan tahunan perusahaan.

Santiada (2015), meneliti analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

luas pengungkapan informasi sukarela laporan tahunan di Bursa Efek

Indonesia. Objek penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan

manufakur tahun 2011-2013. Variabel yang digunakan adalah likuiditas,


28

leverage, ukuran perusahaan, umur perusahaan dan pengungkapan informasi

sukarela. Hasilnya menunjukan bahwa likuiditas, leverage, dan ukuran

perusahaan tidak berpengaruh, sedangkan umur perusahaan berpengaruh

positif pada luas pengungkapan informasi sukarela.

Pada penelitian Ariasih (2015), pengungkapan sukarela laporan

keuangan tahunan dan faktor-faktor yang mempengaruhi (study pada

perusahaan saham LQ 45) di BEI tahun 2011-2013. Variabel yang

digunakan adalah likuiditas, leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan dan

luas pengungkapan sukarela laporan keuangan. Hasil penelitian ini adalah

profitabilitas berpengaruh positif, leverage berpengaruh negatif, sedangkan

likuiditas dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada luas

pengungkapan sukarela laporan keuangan tahunan.

Riantini (2015) juga meneliti tentang pengaruh diversitas gender,

kebangsaan, dan latar belakang dewan direksi terhadap luas pengungkapan

sukarela pada laporan tahunan perusahaan. Variabel yang dipakai adalah

diversitas gender, kebangsaan, latar belakang dewan direksi dan luas

pengungkapan sukarela. Dalam penelitian pada perusahaan manufaktur,

ditemukan hasil bahwa diversitas gender dan kebangsaan berpengaruh pada

luas pengungkapan sukarela. Namun latar belakang dewan direksi tidak

berpengaruh pada luas pengungkapan sukarela.

Zaenaf (2014), meneliti pengaruh kepemilikan saham publik, umur

listing dan umur perusahaan terhadap pengungkapan sukarela. Pada

penelitian ini variabel yang digunakan adalah kepemilikan saham publik,

umur listing dan umur perusahaan dan luas pengungkapan sukarela. Zaenaf
29

menemukan hasil bahwa kepemilikan saham publik, umur listing dan umur

perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sukarela.

Penelitian Nabor dan Suardana (2014) yang meneliti pengaruh

struktur kepemilikan dan proprietary cost terhadap pengungkapan sukarela

dengan menggunakan variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan

institusional, proprietary cost dan pengungkapan sukarela. Hasil penelitian

ini menunjukan bahwa proprietary cost berpengaruh pada pengungkapan

sukarela dan kepemilikan manajerian dan kepemilikan institusional tidak

berpengaruh pada pengungkapan sukarela laporan keuangan.

Nova (2014), meneliti Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Pengungkapan Sukarela Bank Syariah di Indonesia. Variabel yang

digunakan adalah ukuran perusahaan, likuiditas, profitabilitas, leverage,

tingkat efisiensi dan luas pengungkapan sukarela. Hasil penelitian ini

membuktikan bahwa secara simultan ukuran perusahaan dan profitabilitas

berpengaruh signifikan, sedangkan likuiditas, leverage dan efisiensi tidak

berpengaruh signifikan. Kemudian secara parsial, ukuran perusahaan

berpengaruh positif signifikan, sedangkan profitabilitas, likuiditas, leverage

dan efisiensi berpengaruh negatif signifikan pada luas pengungkapan

sukarela.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Pradifta (2013), Faktor-faktor

Yang Mempengaruhi Kelengkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan

Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia. Variabel yang digunakan adalah

current ratio, return on equity, dan debt to equity ratio. Hasil dari penelitian

ini menunjukan bahwa current ratio, return on equity, dan debt to equity
30

ratio tidak berpengaruh pada kelengkapan pengungkapan laporan keuangan

Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian Wijayanti (2013), juga meneliti tentang pengaruh ukuran

perusahaan, leverage dan profitabilitas terhadap luas pengungkapan

sukarela. Variabel yang digunakan adalah leverage, ukuran perusahaan,

profitabilitas dan luas pengungkapan sukarela. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh pada luas

pengungkapan sukarela, sedangkan leverage dan profitabilitas tidak

berpengaruh pada luas pengungkapan sukarela.

Wiguna (2012), meneliti pengaruh leverage, ukuran perusahaan,

profitabilitas dan likuiditas pada luas pengungkapan sukarela. Variabel yang

digunakan adalah leverage, likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan dan

pengungkapan sukarela. Dalam penelitian ini diperoleh hasil profitabilitas

berpengarh positif pasa luas pengungkapan sukarela. Leverage dan

likuiditas berpengaruh negatif pada luas pengungkapan sukarela. Sedangkan

ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada luas pengungkapan sukarela.

Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2012), tentang pengaruh

profitabilitas, ukuran perusahaan, dan umur listing terhadap luas voluntary

disclosure laporan keuangan tahunan pada perusahaan perbankan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2011. Variabel bebas yang

digunakan adalah profitabilitas, ukuran perusahaan dan umur listing,

sedangkan variabel terikatnya adalah luas voluntary disclosure. Dengan

analisis regresi linear berganda diperoleh hasil bahwa semua variabel bebas
31

berpengaruh positif pada luas voluntary disclosure laporan keuangan

perusahaan.

Baskaraningrum dan Merkusiwati (2012), Pengungkapan Sukarela

Laporan Keuangan Tahunan dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi (Studi

Pada Saham-saham LQ45 di BEI tahun 2010-2011). Variabel yang

digunakan adalah profitabilitas, leverage, likuiditas, dan kepemilikan saham

manajerial. Adapun hasil dari penelitian ini adalah profitabilitas, leverage,

likuiditas dan kepemilikan saham manajerial tidak mempengaruh terhadap

luas pengungkapan sukarela, sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh

negatif terhadap luas pengungkapan sukarela laporan keuangan tahunan

saham-saham LQ45 di BEI periode 2010-2011.

Suta (2012), meneliti Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Luas Pengungkapan Informasi Sukarela Laporan Tahunan (Study Empiris

Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2010).

Variabel bebas yang digunakan adalah ukuran perusahaan, umur

perusahaan, leverage, ownership dispersion, net profit margin, return on

equity, likuiditas dan proporsi dewan komisaris independen, sedangkan

variabel terikatnya adalah luas pengungkapan informasi sukarela laporan

tahunan. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa ukuran perusahaan,

leverage, dan likuiditas berpengaruh signifikan adalah terhadap luas

pengungkapan informasi sukarela. Umur perusahaan, ownership dispersion,

net profit margin, return on equity, dan proporsi dewan komisaris

independen tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan

informasi sukarela.
32

Ekasari (2012), meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur

di bursa efek Indonesia. Variabel yang digunakan adalah rasio likuiditas,

rasio profitabilitas, ukuran perusahaan dan tingkat kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan. Hasil dari penelitian ini menunjukan

bahwa secara simultan dan parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan

antara rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap

tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan

manufaktur di BEI.

Wardani (2012), meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi luas

pengungkapan sukarela menggunakan variabel ukuran perusahaan,

leverage, kepemilikan saham publik, likuiditas, profitabilitas, umur

perusahaan dan luas pengungkapan sukarela. Hasil penelitian ini

menunjukan ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh positif, umur

perusahaan berpengaruh negatif, sedangkan leverage, kepemilikan saham

publik, dan likuiditas tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan

sukarela.

Yunita (2010) dalam penelitiannya mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan (studi pada

perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009),

menggunakan variabel leverage, likuiditas, profitabilitas, kepemilikan

saham publik, umur perusahaan dan kelengkapan pengungkapan laporan

keuangan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa leverage, profitabilitas

dan umur perusahaan berpengaruh positif, namun likuiditas dan kepemilikan


33

saham publik berpengaruh negatif terhadap kelengkapan pengungkapan

laporan keuangan perusahaan.

Kartika (2009), juga meneliti mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Variabel

yang digunakan adalah leverage, likuiditas, profitabilitas, kepemilikan

saham oleh publik, umur perusahaan dan kelengkapan pengungkapan

laporan keuangan. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa profitabilitas

dan kepemilikan saham publik berpengaruh positif terhadap tingkat

kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan leverage,

likuiditas dan umur perusahaan tidak menunjukan pengaruh yang signifikan

terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Lebih jelas

dapat dilihat pada lampiran 2, tabel 2.1 tentang ringkasan hasil penelitian

sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai