Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan yang terjadi pada kondisi lingkungan ekonomi dapat

mempengaruhi kondisi dunia usaha. Terlebih lagi dalam menghadapi

perekonomian pasar bebas yang dapat menambah area pemasaran dan

memunculkan pasar-pasar baru diikuti oleh banyak peluang dan tantangan

baru, sehingga pelaku usaha diharapkan bisa mempertahankan dan

mengembangkan usahanya. Dampak dari hal ini adalah semua negara, baik

negara maju maupun negara berkembang akan menjalin hubungan

internasional yang semakin erat dan akan timbul saling ketergantungan di

bidang ekonomi yang semakin tinggi.

Globalisasi ekonomi diartikan sebagai mendunianya kegiatan

perekonomian dan keterikatan perekonomian. Menurut Ekasari (2012), hal ini

menuntut badan usaha dalam mengembangkan usaha dan meningkatkan

kinerjanya dengan berbagai upaya. Dalam proses pengembangan usaha ini

tentunya diperlukan modal yang tidak sedikit, sehingga badan usaha akan

berusaha mencari tambahan modal yang dapat diperoleh melalui sektor

perbankan dan pasar modal.

Laporan keuangan merupakan media utama untuk menyampaikan

informasi dari pihak manjemen kepada pihak-pihak di luar perusahaan.

Menurut Ariasih (2015) laporan keuangan sebagai dasar pengambilan

keputusan bagi para investor, kreditor dan pengguna informasi lainnya,

1
2

tentunya informasi yang disajikan harus dapat dipahami, relevan, andal dan

dapat diperbandingkan. Oleh karena itu diperlukan pengungkapan informasi

yang memadai agar laporan keuangan dapat digunakan sebagai dasar

pengambilan keputusan yang tepat. Informasi yang diperoleh dari suatu laporan

keuangan perusahaan tergantung pada tingkat pengungkapan dari laporan

keuangan yang bersangkutan.

Menurut Wijayanti (2013) terdapat dua jenis pengungkapan

(disclosure) yang diterbitkan oleh perusahaan. Pengungkapan tersebut adalah

pengungkapan wajib (mandatory disclosure), merupakan pengungkapan yang

diwajibkan peraturan pemerintah dan pengungkapan sukarela (voluntary

disclosure), merupakan pengungkapan yang tidak diwajibkan peraturan.

Kelengkapan pengungkapan informasi akuntansi yang memadai dalam laporan

keuangan sangat diharapkan oleh pengguna sebab informasi yang disajikan

akan mudah dipahami dan tidak menimbulkan salah interpretasi sehingga

laporan keuangan dapat bermanfaat bagi pengguna sebagai dasar dalam

pengambilan keputusan yang tepat.

Tidak semua perusahaan melakukan pengungkapan laporan keuangan

secara lengkap, terutama dalam hal pengungkapan sukarela. Menurut Ekasari

(2012) hal ini disebabkan adanya beberapa kemungkinan diantaranya;

perusahaan merasa sudah pernah melakukan pengungkapan pada periode

sebelumnya sehingga merasa tidak perlu melakukan pengungkapan kembali,

laporan tahunan dibuat untuk keperluan shareholder sehingga informasi yang

dibutuhkan shareholder lain tidak perlu diungkapkan. Perusahaan memilih

media lain untuk pengungkapan selain kepada pemegang saham. Selain itu
3

rendahnya faktor kepedulian sosial yang dimiliki perusahaan juga berpengaruh

terhadap rendahnya tingkat pengungkapan, artinya perusahaan belum

sepenuhnya memanfaatkan laporan keuangan sebagai sarana komunikasi antara

pihak manajemen dan steakholder.

Pengelolaan manajemen yang memiliki filosofi manajerial yang

bebeda-beda dan adanya keleluasaan yang luas dalam kaitan dengan

pengungkapan informasi kepada masyarakat menimbulkan keragaman kualitas

ungkapan dalam laporan perusahaan. Manajemen memiliki beberapa

pertimbangan untuk mengungkapkan informasi sukarela, salah satunya adalah

faktor biaya dan manfaat. Manajemen akan mengungkapkan informasi secara

sukarela apabila manfaat yang diperoleh dari pengungkapan tersebut lebih

besar daripada biaya yang dikeluarkan. Sebaliknya manajemen tidak akan

melakukan pengungkapan apabila akan lebih merugikan daripada kerugian

karena tidak mengungkapkan (Suta, 2012).

Banyak faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan laporan

keuangan pada suatu perusahaan, baik karakteristik perusahaan maupun prilaku

dari dewan direksi dalam perusahaan. Menurut Subiyantoro (2008) dalam

konteks laporan keuangan, penentuan karakteristik bisa dilakukan dengan

menggunakan tiga pendekatan katagori yaitu: karakteristik yang berhubungan

dengan structure, performance dan market. Structure meliputi leverage suatu

perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Performance mencakup likuiditas

perusahaan dan profitnya. Sedangkan market ditentukan oleh faktor-faktor

yang bersifat kualitatif berupa tipe industri, tipe auditor, dan total aktiva

maupun modal sendiri perusahaan.


4

Adanya keragaman kualitas dan luas pengungkapan laporan pada

perusahaan tersebut menjadi motivasi penelitian ini untuk mengkaji faktor-

faktor yang mempengaruhinya. Disamping untuk menunjukan bukti empiris

kepada perusahaan mengenai adanya tuntutan atas transparansi dari pengguna

laporan keuangan dalam kesukarelaan perusahaan menyediakan informasi yang

lebih lengkap tentang strategi jangka panjang serta mendorong untuk

memberikan pengungkapan informasi tambahan diluar pengungkapan wajib

(Ariasih, 2015). Melalui pengungkapan sukarela perusahaan diharapkan dapat

membantu pengambil keputusan dalam menghadapi perubahan kondisi

ekonomi yang terjadi. Sedangkan menurut Wijayanti (2013), pengungkapan

sukarela dapat menjadi value added dimata investor. Salah satunya adalah

pengungkapan sukarela mengenai pengelolaan lingkungan hidup yang penting

bagi kelangsungan industri manufaktur. Isu lingkungan menjadi salah satu

pendorong inovasi dan peningkatan daya saing perusahaan dan berdampak

pada nilai perusahaan di mata investor yang mempengaruhi harga saham

perusahaan.

Permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini memunculkan banyak

respon dari berbagai pihak untuk melakukan upaya untuk mengatasi kerusakan

lingkungan yang terjadi, diantaranya konsumen, steakholder, pemerintah dan

pihak terkait dalam lingkungan baik secara independen, nasional dan

internasional. Dalam situs berita http://www.kompasiana.com (2015), salah

satu contoh kerusakan lingkungan akibat buruknya pengelolaan limbah dapat

kita lihat pada kasus PT Freeport Indonesia di Papua. Pemerintah menilai

bahwa PT Freeport Indonesia telah lalai dalam pengelolaan limbah batuan,


5

mencemari sistem sungai dan lingkungan muara sungai, dengan demikian

melanggar standar baku mutu air, membuang Air Asam Batuan (Acid Rock

Drainage) tanpa memiliki surat izin limbah berbahaya, sampai pada tingkatan

yang melanggar standar limbah cair industri, dan gagal membangun pos-pos

pemantauan seperti yang telah diperintahkan.

Untuk menanggulangi terbatasnya informasi yang jelas dan menyeluruh

mengenai dampak limbah dari kegiatan usaha suatu perusahaan terhadap

kerusakan lingkungan, maka diperlukan pengungkapan pertanggungjawaban

lingkungan dalam pengungkapan Corporate Social Responsibilty (CSR). CSR

menurut Suharto (2009:105) adalah kepedulian perusahaan yang menyisihkan

sebagian keuntungan (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people)

dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur yang tepat

dan profesional. Pengungkapan CSR merupakan pengungkapan suatu

informasi mengenai aktivitas sosial yang dilakukan perusahaan yang

diharapkan dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap perusahaan dan

mempengaruhi kinerja finansial perusahaan. Selain itu tujuan pengungkapan

berkaitan dengan akuntansi pertanggungjawaban sosial adalah menyediakan

informasi yang memungkinkan dilakukan evaluasi pengaruh perusahaan

terhadap masyarakat. Menurut Rinobel (2015) pengungkapan CSR termasuk

dalam kategori pengungkapan sukarela.

Penelitian tentang pengungkapan sukarela laporan keuangan

perusahaan telah banyak dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan

oleh Yunita (2010) menemukan bahwa likuiditas berpengaruh positif pada luas

pengungkapan sukarela laporan keuangan perusahaan, Kartika (2009) dan


6

Pertiwi (2016) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap luas

pengungkapan sukarela laporan keuangan. Hal ini berbeda dengan hasil

penelitian Baskaraningrum (2012), Santiada (2012) dan Ariasih (2015) yang

menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh pada luas pengungkapan

sukarela laporan keuangan. Untuk profitabilitas, dalam penelitian yang

dilakukan oleh Yunita (2010), Wardani (2012), Handayani (2012) dan Ariasih

(2015) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap luas

pengungkapan sukarela laporan keuangan, berbeda dengan hasil penelitian

Nova (2014) yang menemukan hasil bahwa secara parsial, profitabilitas

berpengaruh negatif signifikan pada luas pengungkapan sukarela laporan

tahunan pada Bank Syariah di Indonesia. Sedangkan hasil penelitian Pertiwi

(2016) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap luas

pengungkapan sukarela laporan keuangan.

Penelitian yang dilakukan Kartika (2009) dan Yunita (2010)

menemukan hasil bahwa leverage berpengaruh positif terhadap luas

pengungkapan laporan keuangan. Berbeda dengan hasil penelitian Wiguna

(2012) Ariasih (2015) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif

terhadap luas pengungkapan sukarela laporan keuangan. Sedangkan penelitian

yang dilakukan oleh Wijayanti (2013), Santiada (2015) dan Pertiwi (2016)

menemukan bahwa leverage tidak berpengaruh pada luas pengungkapan

sukarela. Selanjutnya, Zaenaf (2014) dan Kartika (2009) menyatakan bahwa

kepemilikan saham publik berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan

sukarela laporan keuangan. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian

Ariasih (2015) dan Pertiwi (2016) yang menyatakan kepemilikan saham publik
7

berpengaruh negatif terhadap luas pengungkapan sukarela laporan keuangan.

Sedangkan Wardani (2012) menemukan bahwa kepemilikan saham publik

tidak berpengaruh pada luas pengungkapan sukarela.

Pada penilitian Handayani (2012) dan Wardani (2012) menemukan

hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap luas

pengungkapan sukarela laporan keuangan, berbeda dengan hasil penelitian

Baskaraningrum (2012) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh negatif terhadap luas pengungkapan sukarela laporan keuangan.

Namun penelitian yang dilakukan oleh Ariasih (2015), Santiada (2015) dan

Pertiwi (2016) menemukan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada

luas pengungkapan sukarela. Berikutnya Kartika (2009), Zaenaf (2014) dan

Santiada (2015) menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh positif

terhadap luas pengungkapan sukarela laporan keuangan. Hal ini bertentangan

dengan penelitian Wardani (2012) yang menyatakan bahwa umur perusahaan

berpengaruh negatif terhadap luas pengungkapan sukarela laporan keuangan.

Sedangkan penelitian Suta (2012) dan Pertiwi (2016) menemukan bahwa umur

perusahaan tidak berpengaruh pada luas pengungkapan sukarela.

Dalam penelitian ini peneliti memilih perusahaan manufaktur yang

terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2013 sampai dengan tahun

2015 sebagai objek penelitian. Hal ini karena perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia terdiri dari berbagai sub sektor industri

sehingga dapat mencerminkan reaksi pasar modal secara keseluruhan. Selain

itu perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang mengolah sumber daya

dan menghasilkan serta menjual ke publik dalam bentuk barang setengah jadi
8

maupun barang jadi. Proses tersebut menyebabkan perusahaan banyak

berhubungan dan berinteraksi dengan pihak eksternal perusahaan. Akibatnya

perusahaan manufaktur cenderung menjadi sorotan publik sehingga

memungkinkan pengungkapan informasi yang lebih luas daripada perusahaan

nonmanufaktur. Rentangan waktu tiga tahun tersebut diharapkan dapat

menunjukan situasi internal dan eksternal perusahaan masih relatif sama

sehingga mengurangi potensi adanya variabel pengganggu dalam penelitian ini.

Selain itu tahun 2013-2015 dianggap paling dekat dengan kondisi saat ini.

Dengan menggunakan sampel yang relatif baru diharapkan hasil penelitian

lebih relevan untuk memeahami kondisi yang aktual di saat ini. Berdasarkan

uraian diatas maka penelitian ini mengambil judul “Analisis Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela Laporan Keuangan Pada

Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015”.

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, maka pokok

permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah rasio likuiditas berpengaruh pada luas pengungkapan sukarela

laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di BEI?

2. Apakah rasio profitabilitas berpengaruh pada luas pengungkapan sukarela

laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di BEI?

3. Apakah leverage berpengaruh pengungkapan sukarela laporan keuangan

pada perusahaan manufaktur di BEI?


9

4. Apakah jumlah kepemilikan saham publik berpengaruh pada

pengungkapan sukarela laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di

BEI?

5. Apakah ukuran (size) perusahaan berpengaruh pada pengungkapan

sukarela laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di BEI?

6. Apakah umur perusahaan berpengaruh pada luas pengungkapan sukarela

laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di BEI?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas maka tujuan dari penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menguji pengaruh rasio likuiditas pada luas pengungkapan

sukarela laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di BEI.

2. Untuk menguji pengaruh rasio profitabilitas pada luas pengungkapan

laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di BEI.

3. Untuk menguji pengaruh leverage pada luas pengungkapan laporan

keuangan pada perusahaan manufaktur di BEI.

4. Untuk menguji pengaruh jumlah kepemilikan saham publik pada luas

pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di BEI.

5. Untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan pada luas pengungkapan

laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di BEI.

6. Untuk menguji pengaruh umur perusahaan pada luas pengungkapan

laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di BEI.

1.4 Kegunaan Penelitian


10

Diharapkan dari hasil penelitian ini, dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Bagi Mahasiswa / Akademisi

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat berguna untuk

menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi luas pengungkapan sukarela laporan keuangan di

Bursa Efek Indonesia. Selain itu hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

digunakan sebagai literatur dan referensi dalam melakukan penelitian

selanjutnya.

2. Bagi Perusahaan

Untuk perusahaan, diharapkan hasil penelitian ini dapat

memberikan informasi ilmiah yang bermanfaat sebagi acuan dalam

pengambilan keputusan terkait dengan luas pengungkapan laporan

keuangan perusahaan beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

3. Bagi Investor

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai

jumlah informasi yang disediakan perusahaan dengan karakteristik

tertentu yang digunakan untuk pertimbangan pengambilan keputusan

dalam berinvestasi di pasar modal.

Anda mungkin juga menyukai