Anda di halaman 1dari 5

TEORI AKUNTANSI

RINGKASAN MATA KULIAH


PERBANDINGAN AGENCY THEORY DAN SIGNALING THEORY

Oleh :
WELLARIZMA H

116020310011019

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS EKONOMI


JURUSAN AKUNTANSI EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2013

PERBANDINGAN AGENCY THEORY DAN SIGNALING TEORI

Agency theory
Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis
perusahaan yang dipakai selama ini. Teori ini merupakan salah satu teori yang muncul dalam
perkembangan riset akuntansi yang merupakan modifikasi dari perkembangan model
akuntansi keuangan dengan menambahkan aspek perilaku manusia dalam model ekonomi.
agency theory mendasarkan hubungan kontrak antara pemegang saham/pemilik dan
manajemen/manajer. Menurut teori ini hubungan antara pemilik dan manajer pada
hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan yang saling bertentangan (Conflict of
Interest). Premis dari agency theory adalah bahwa agent berprilaku self-interested, risk
averse, rational actors yang selalu berusaha less effort (moral hazard) dan adverse selection.
Agency theory ini berusaha untuk menyelesaikan dua problem yang berkaitan dengan agency
problem, yaitu (1) masalah pengawasan (monitoring) yang timbul karena principal tidak
dapat membuktikan apakah agent telah berprilaku secara tepat; (2) masalah pembagian risiko
(risk sharing) khususnya dalam kasus pengendalian outcome yang timbul ketika principal
dan agent bersikap berbeda mengenai risiko.
Agency theory mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan
mereka sendiri. Pemegang saham sebagai principal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil
keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan. Sedang para agen
disumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang
menyertai dalam hubungan tersebut. Pada pihak agensi memiliki informasi keuangan
daripada pihak principal (keunggulan informasi), sedangkan dari pihak principal boleh jadi
memanfaatkan kepentingan pribadi atau golongannya sendiri (self-interest) karena memiliki
keunggulan kekuasaan (discretionary power).
Terdapat dua tipe hubungan antara agent dan principal, yaitu (1) pertama, hubungan
antara pemilik perusahaan atau shareholder (the principal) dengan top management (the
agent), (2) kedua, hubungan antara top management yang bertindak sebagai principal dengan
manager unit sebagai agents (Jensen dan Meckling 1976). Pertentangan dan tarik menarik
kepentingan antara principal dan agen dapat menimbulkan permasalahan yang dalam Agency
Theory dikenal sebagai Asymmetric Information (AI) yaitu informasi yang tidak seimbang

yang disebabkan karena adanya distribusi informasi yang tidak sama antara principal dan
agen. Karena perbedaan kepentingan ini masing-masing pihak berusaha memperbesar
keuntungan bagi diri sendiri. Principal menginginkan pengembalian yang sebesarnya dan
secepatnya atas investasi yang salah satunya dicerminkan dengan kenaikan porsi deviden dari
tiap saham yang dimiliki. Agen menginginkan kepentingannya diakomodir dengan pemberian
kompensasi/ bonus/insentif/remunerasi yang memadai dan sebesarnya atas kinerjanya.
Principal menilai prestasi Agen berdasarkan kemampuannya memperbesar laba untuk
dialokasikan pada pembagian deviden. Makin tinggi laba, harga saham dan makin besar
deviden, maka Agen dianggap berhasil/berkinerja baik sehingga layak mendapat insentif
yang tinggi.
Sebaliknya Agen pun memenuhi tuntutan Principal agar mendapatkan kompensasi
yang tinggi. Sehingga bila tidak ada pengawasan yang memadai maka sang Agen dapat
memainkan beberapa kondisi perusahan agar seolah-olah target tercapai. Permainan tersebut
bisa atas prakarsa dari Principal ataupun inisiatif Agen sendiri. Maka terjadilah Creative
Accounting yang menyalahi aturan, misal: adanya piutang yang tidak mungkin tertagih yang
tidak dihapuskan; Capitalisasi expense yang tidak semestinya; Pengakuan penjualan yang
tidak semestinya; yang kesemuanya berdampak pada besarnya nilai aktiva dalam Neraca
yang mempercantik laporan keuangan walaupun bukan nilai yang sebenarnya. Atau bisa
juga dengan melakukan income smoothing (membagi keuntungan ke periode lain) agar setiap
tahun kelihatan perusahaan meraih keuntungan, padahal kenyataannya merugi atau laba
turun. Dengan adanya hal tersebut, dalam praktik pelaporan keuangan sering menimbulkan
ketidak transparanan yang dapat menimbulkan konflik principal dan agen. Akibat adanya
perilaku manajemen yang tidak transparan dalam penyajian informasi.

Signaling Theory
Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan
unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan
keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan
masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran
efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh
investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.

Menurut Jogiyanto (2000: 392), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu


pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi.
Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi
pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.
Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi
tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi
tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman
informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume
perdagangan saham.
Menurut Sharpe (1997: 211) dan Ivana (2005:16), pengumuman informasi akuntansi
memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang
(good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan
demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan
saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan,
kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat
dilihat dalam efisiensi pasar.
Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi
signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan.
Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu
informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu
informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya
memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk
diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor
memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat
melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang
diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus
melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan.
Perbedaan Agency Theory dan Signaling Theory
Perbedaan antara kedua teori tersebut adalah berkenaan dengan informasi atau sinyal
yang dikeluarkan atau yang diperoleh. Pada agensi teori, adanya perbedaan kepentingan dan
informasi yang dimiliki dapat menimbulkan adanya asimetri informasi. Salah satu pihak bisa
mendapatkan atau memperoleh informasi yang lebih banyak atau lebih sedikit dari pihak
lainnya. Teori keagenan berasal dari kenyataan bahwa keputusan dilakukan para manajer

sebagai agen yang adakalanya diliuar keinginan shareholders (principals) untuk


meningkatkan kesejahteraan pesaham (ada konflik interest).
Pada teori signaling dinyatakan bahwa apapun informasi (sinyal) yang dikeluarkan
oleh perusahaan, investor berhak untuk tau. Investor pada akhirnya akan menilai apakah
informasi tersebut merupakan sinyal positif (good news) ataukah sinyal negatif (bad news).
Teori signal juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik (prinsipal), dan pihak
luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan kualitas atau integritas
informasi laporan keuangan. Untuk memastikan pihak-pihak yang berkepentingan meyakini
keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak perusahaan (agent), perlu
mendapatkan opini dari pihak lain yang bebas memberikan pendapat tentang laporan
keuangan (Jamaan, 2008).
Agency theory mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan
mereka sendiri. Posisi, fungsi, situasi, tujuan, kepentingan dan latar belakang prinsipal dan
agen yang berbeda dan saling bertolak belakang akan menimbulkan pertentangan dengan
saling tarik menarik kepentingan (conflict of interest) dan pengaruh antara satu sama lain.
Jika suatu perusahaan berbentuk perusahaan perorangan yang dikelola sendiri oleh
pemiliknya, maka dapat diasumsikan bahwa manajerpemilik tersebut akan mengambil setiap
tindakan yang mungkin, untuk memperbaiki kesejahteraannya, terutama diukur dalam bentuk
peningkatan kekayaan perorangan dan juga dalam bentuk kesenangan dan fasilitas eksekutif.
Tetapi, jika manajer mempunyai porsi sebagai pemilik dan mereka mengurangi hak
kepemilikannya dengan membentuk perseroan dan menjual sebagian saham perusahaan
kepada pihak luar, maka pertentangan kepentingan bisa segera timbul. Keadaan ini
menjadikan manajer mungkin saja tidak sedemikian gigih lagi untuk memaksimumkan
kekayaan pemegang saham karena jatahnya atas kekayaan tersebut telah berkurang sesuai
dengan pengurangan kepemilikan mereka. Atau mungkin saja manajer menetapkan gaji yang
besar bagi dirinya atau menambah fasilitas eksekutif, karena sebagian di antaranya akan
menjadi beban pemegang saham lainnya.
Sedangkan pada teori signaling asumsi dasarnya adalah rasional, dalam artian bahwa
pelaku pasar modal memiliki kemampuan melakukan penyesuaian keyakinan yang tepat
sehingga tidak salah menanggapi setiap informasi atau sinyal untuk membuat keputusan
transaksi. Selain itu, diketahui juga bahwa teori ini sangat mengandalkan kepekaan sang
pelaku untuk mencerna dengan baik apakah suatu sinyal merupakan peluang ataukah suatu
tantangan. Lanjut bahwa bermodalkan pemahaman tersebut, pelaku akan menentukan
sikapnya yang termanifestasi dalam keputusan keuangan yang dibuat.

Anda mungkin juga menyukai