Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS KONFLIK & TEORI AGENSI

DIDIK PRASETYO (0910233009) IVANDHANA (09102300084) YUDISTIRA (0910233029)

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA JURUSAN AKUNTANSI 2012

A. Teori Agensi Pemisahan pemilik dan manajemen di dalam literatur akuntansi disebut dengan Agency Theory (teori keagenan). Teori ini merupakan salah satu teori yang muncul dalam perkembangan riset akuntansi yang merupakan modifikasi dari perkembangan model akuntansi keuangan dengan menambahkan aspek perilaku manusia dalam model ekonomi. Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak antara pemegang saham/pemilik dan manajemen/manajer. Menurut teori ini hubungan antara pemilik dan manajer pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan yang saling bertentangan (Conflict of Interest). Dalam konsep Agency Theory, manajemen sebagai agen semestinya on behalf the best interest of the shareholders, akan tetapi tidak tertutup kemungkinan manajemen hanya mementingkan kepentingannya sendiri untuk memaksimalkan utililitas. Manajemen bisaa melakukan tindakan-tindakan yang tidak menguntungkan perusahaan secara keseluruhan yang dalam jangka panjang bisa merugikan kepentingan perusahaan. Bahkan untuk mencapai

kepentingannya sendiri, manajemen bisa bertindak menggunakan akuntansi sebagai alat untuk melakukan rekayasa. Perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen inilah disebut dengan Agency Problem yang salah satunya disebabkan oleh adanya Asimmetric Information. Pertentangan dan tarik menarik kepentingan antara prinsipal dan agen dapat menimbulkan permasalahan yang dalam Agency Theory dikenal sebagai Asymmetric Information (AI) yaitu informasi yang tidak seimbang yang disebabkan karena adanya distribusi informasi yang tidak sama antara prinsipal dan agen. Ketergantungan pihak eksternal pada angka akuntansi, kecenderungan manajer untuk mencari keuntungan sendiri dan tingkat AI yang tinggi, menyebabkan keinginan besar bagi manajer untuk memanipulasi kerja yang dilaporkan untuk kepentingan diri sendiri.

Menurut Scott (2000), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu: 1. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham. 2. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar

pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan. Pemilik atau pemegang saham sebagai prinsipal,sedangkan

managemen sebagai agen. Agency Theory mendasarkan hubungan kontrak agar anggota-anggota dalam perusahaan, dimana prinsipal dan agen sebagai pelaku utama. Prinsipal merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas nama prinsipal, sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh prinsipal untuk menjalankan perusahaan. Agen berkewajiban untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah diamanahkan oleh prinsipal kepadanya. Aplikasi agency theory dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan kemanfaatan secara keseluruhan. Kontrak kerja merupakan seperangkat aturan yang mengatur mengenai mekanisme bagi hasil, baik yang berupa keuntungan,return maupun resiko-resiko yang disetujui oleh prinsipal dan agen. Kontrak kerja akan menjadi optimal bila kontrak dapat fairness yaitu mampu menyeimbangkan antara prinsipal dan agen yang secara matematis memperlihatkan pelaksanaan kewajiban yang optimal oleh agen dan pemberian insentif/imbalan khusus yang memuaskan dari prinsipal ke agen. Inti dari Agency Theory atau teori keagenan adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk

menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan (Scott, 1997). Baik prinsipal maupun agen, keduanya mempunyai posisi daya tawar yang kuat. Prinsipal sebagai pemilik modal mempunyai hak akses pada informasi internal perusahaan, sedangkan agen yang menjalankan operasional perusahaan mempunyai informasi tentang operasi dan kinerja perusahaan secara riil dan menyeluruh, namun agen tidak mempunyai wewenang mutlak dalam pengambilan keputusan, apalagi keputusan yang bersifat strategis, jangka panjang dan global. Hal ini disebabkan untuk keputusan-keputusan tersebut tetap menjadi wewenang dari prinsipal selaku pemilik perusahaan. Adanya posisi, fungsi, kepentingan dan latar belakang prinsipal dan agen yang berbeda saling bertolak belakang namun saling membutuhkan ini, mau tidak mau dalam praktiknya akan menimbulkan pertentangan dengan saling tarik menarik pengaruh dan kepentingan antara satu sama lain. Apabila agen (yang berperan sebagai penyedia informasi bagi prinsipal dalam pengambilan keputusan) melakukan upaya sistematis yang dapat menghambat prisipal dalam pengambilan keputusan strategis melalui penyediaan informasi yang tidak transparan, sedang di lain pihak prinsipal selaku pemilik modal bertindak semaunya atau sewenang-wenang karena ia merasa sebagai pihak yang paling berkuasa dan penentu keputusan dengan wewenang yang tak terbatas, maka kemudian yang terjadi adalah pertentangan yang semakin tajam yang akan menyebabkan konflik yang berkepanjangan yang pada akhirnya merugikan semua pihak. Baik prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomik (homo economicsus) yang berperilaku ingin memaksimalkan kepentingannya masing-masing.

B. Teori Game ( Game Theory ) Teori Game muncul akibat asimetri informasi antara lain : penyimpangan perilaku (moral hazard--MH). Game Theory adalah teori permainan ekonomi economic theory of games atau disingkat dengan game theory. Teori Game : Mendasari isu-isu dalam teori akuntansi keuangan. Memodelkan interaksi dua atau lebih pemain, interaksi sering terjadi dalam keadaan ketidakpastian dan asimetri informasi. Asumsi dari setiap pemain memaksimumkan utilitas harapannya lebih kompleks daripada teori keputusan dan teori investasi 1. Ada banyak tipe teory game, antara lain: a) Non-kooperatif : jika persetujuan tidak mungkin diberdayakan atas setiap anggota, Contoh : industri ologopolistik. b) Kooperatif : setiap pihak dapat masuk ke dalam persetujuan berikat (binding agreement), Contoh : Kartel. 1.1.A non cooperative game model of manager investor conflict (teori game model non cooperative konflik antara manajer investor ) Konflik antara constituencies (kelompok user laporan keuangan) dapat di modelkan dalam sebuah permainan,ketika keputusan dari masing masing constituencies tidak dapat disatukan Investor menginginkan informasi yang relevan dan reliable dalam laporan keuangan untul membantu menilai resiko dan expected value dari investasinya sedangkan manajer tidak ingin mengungkan semua informasi yang di inginkan investor.manager lebih suka tdak mengungkapkan

kebijakan akuntansi.selain untuk manajer juga takut jika terlaly banyak informasi yang di keluarkan akan

menguntungkan kompetitornya.

Situasi seperti ini dimodelkan dalam non cooperative game ,karena sulit untuk mencapai agreement antara manajer dan

investor mengenai informasi spesifik seperti apa yang harus di sediakan. Agreement yang akan di capai akan membutuhkan banyak biaya karena keputusannya harus dinegosiasikan pada semua user yang memiliki kebutuhan yang berbeda terhadap informasi dalam laporan keuangan Situasi mayoritas professional accounting standard setting bodies menggunakan pendekatan decision usefulness yang diturunkan dari teorinya nya. manajer akan menggunakan kebijakan akuntansi yang disarankan standar stater (menggambarkan kepentingan investor ) dan full disclosure . Dalam asumsi positive accounting theory ,manajer adalah invidu rasional yang memicu timbulnya tindakan

opportunistic terlihat jelas bahawa manajemen memiliki kepentingan sendiri untuk memilih kebijakan

akuntansi.sehingga juga dapat diasumsikan bahwa laporan keuangan disajikan dengan full disclosure dan tidak dapat diasumsikan bahwa kebijakan akuntansi di pilih

berdasarkan kegunaannya terhadapop shareholder dan investor. Dari konflik yang terjadi ,terlihat bahwa masalah pemilihan kebijakan akuntansi tergantung dari hasil yang

dihasilkan.sehingga dewan accounting sebainya berfokus pada adanya hasil bagi kedua pihak ketika peraturan atau standard baru.

1.2.Some models of cooperative game theory (beberapa model teori game cooperative) Agreement yang mengabarkan cooperative behavior disebut juga contract adalah interaksi dari dua atau lebih orang atau organisasi diarahkan menuju tujuan bersama yang saling menguntungkan. Sebuah tindakan atau contoh kerja atau bertindak bersama-sama untuk tujuan yang sama atau manfaat, yaitu, aksi bersama..dua tipe kontrak adalah employment constract(antara perusahaan dan top manajer)dan lending contract (antara manajer perusahaan dan bondholder(pemilik obligasi )) Agency theory merupakan cabang dari game theory yang mempelajari desain kontrak untuk memotivasi rational agent agar bertindak berdasarkan kepentingan principal ketika kepentingan agen bertentangan dengan principal Dalam employment contract,pemilik perusahaan sebagai principal dan top manajer sebagai agent yang direkrut untuk menjalankan perusahaan berdasarkan kepentingan pemilik.sedangkan dalam lending contract ,lender (pemilik dana )merupakan principal dan perusahaan sebagai agen. Asumsinya principal dan agen bertindak secara neutral.principal rasional agent merupakan risk averse sedangkan principal risk menginginkan

agent untuk bekerja keras ,tetapi agen cenderung effort averse. Perusahaan dimodelkan terdiri dari 2 individu yang rasional(investor dan manajer ) dengan kepentingan yang bertentangan .kondisi yang terjadi adalah principal tidak dapat mengamati usaha yang dilakukan

oleh manajer (moral hazard),sehingga mendorong manajer untuk shirk on effort (tidak bekerja secara maksimal,bermalas- malasan) Manajer diutility of effort menggambarkan semakin besar effort yang dikeluarkan oleh manajer ,akan semakian besar disutility yang disarankan manajer. Owner diasumsikan rasional dan risk neutral ingin

memaksimalkan expected hasil bagi perusahaan .sedangkan manajer yang diasumsikan rasional risk avers and effort averse ingin memaksimalkan expected utilitas kompensasi yang

diterima .untuk menangani timbulnya sharking ,mengapa tidak memberikan manajemen bagian dari hasil? Masalah yang timbul :hasil perusahaan tidak dapat diketahui sampai kontrak berakhir (dengan asumsi single period),sehingga manajer dibayar saat kontrak jatuh tempo. Dasar pemberian kompensasi manajer adalah pengukuran kinerja seperti net income yang tersedia saat akhir periode. Jadi untuk memotivasi usaha yang dilakukan manajer dapat diberi bagian dari net income perusahaan .komsep reservation utility jika manajer mau bekerja untuk owner dalam suatu periode .kompensasi yang ditawarkan harus cukup besar ,paling tidak termasuk opportunity cost manajer tersebut. C. Impikasi Teori Agensi terhadap Akuntansi 1. Model Egency Holmstrom Holmstrom mengansumsikan bahwa usaha dari agen tidak dapat diamati oleh principal tetapi payoff nya dapat diamati pada akhir periode tertentu .di lain pihak feltham dan Xie (1994) menunjukan bahwa model holmstrom atas kasus payoff tidak dapat diamati ,jika sekumpulan manajer mungkin melakukan aksi konstan. Holmstrom menunujukan secara formal

bahwa sebuah kontrak yang didasarkan pada sebuah perngukuran performa seperti net income kurang efisien daripada first best ,sumber dari kerugian efisiensi adalah kebutuhan agen yang risk averse untuk mentoleransi risiko dalam rangka menghasilkan kecendrungan untuk menolak hal ini mengakibatkan menculnya sebuah pertanyaan apakah secondbest contract dapat dibuat lebih efisien dengan mendasarkannya pada pengukuran second performance dalam penambahannya pada net income, sebagai contoh harga saham juga merupakan informasi mengenai performa manajer. Holmstrom menyatakan bahwa menyediakan pengukuran yang ke dua (harga saham) juga dapat di observasi, dan memberikan beberapa informasi mengenai usaha manajer yang terkandung dalam pengukuran yang pertama .sebagai efeknya ,net income dan harga saham bersama sama akan memberikan refleksi yang lebih baik mengenai usaha manajer sekarang dari pada hanya salah satu saja .tentu saja harga saham cenderung tidak stabil dan dipengruhi oleh kejadian ekonomi secara luas . namun analisa holmstrom menunjukan tidak peduli seberapa

mengganggunya variabel kedua,variabel tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dari second-best constract jika variabel tersebut mengandung paling sedikit beberapa tambahan informasi usaha Pertanyaan yang kemudian muncul menjadi satu dari proporsi relative dari kompensasi yang di dasarkan pada net income ,versus didasarkan pada harga saham ,dalam compensation contarcts ,sehingga ,implikasi menarik dari model holmstrom adalah bahwa seiring dengan net income bersaing dengan sumber informasi lainnya untuk investor dalam teori pasar sekuritas efisien, net income juga bersaing dengan sumber informasi lainnya untuk memotivasi manajer dalam agency theory.

Hal ini memunculkan pertanyaan mengenai apa krateristik yang dimiliki sebuah pengukuran performa jika pengukuran tersebut digunakan untuk konstribusi pada afficient compensation contract.salah satu krakteristiknya adalah sensitivitasnya .sensitivitas adalah rate dimana nilai ekspektasi dari sebuah pengukuran performa meningkat seiring dengan manajer bekerja keras atau menurun jika terjadi sebaliknya .krateristik penting lainnya. Karakteristik yang diperlukan oleh net income jika digunakan untuk mengukur performa tidak sama jika digunakan sebagai input yang berguna dalam keputusan investasi .dapat disimpulkan bahwa tantangan untuk akuntan untuk matain dan meningkatkan peran dari net income sebagai pengukuran performa seorang manajer adalah

menghasilkan angka net income yang mempresentasikan tradeoff terbaik yang mungkin antar sensitivitas dan keakuratan. 2. Rigidity of contracts Contract cenderung untuk rigid pada waktu di tandatangani.Alasan untuk regiditas ini memerlukan beberapa diskusi .di lain pihak ,kita mungkin bertanya jika konsekuensi ekonomi mempunyai tempat dalam contract yang di ikuti oleh manajer ,mengapa tidak menegosiasi ulang contract yang mengikuti perubahan dalam GAAP atau state realisasi lainnya. Kontrak yang tidak mengantisipasi semua state realisasi yang mungkin adalah tidak lengkap. Membangun sebuah provisi normal untuk negosiasi kembali constract dibawah tangan adalah mungkin ,namun jika negosiasi kembali tersebut adalah baik untuk manajer ,prospek dari negosiasi kembali tersebut mengurangi usaha einsentif manajer ,yang tidak termasuk dalam ketertarika investor. Dalam efeknya ,konsekuensi dari memasuki contracts hanya karena itu adalah contracts ,state realisasi yang tidak kelihatan sebelumnya menyebabkan biaya atas perusahaan atau manajer tersebut.manajer yang unfavourably dipengaruhi oleh sebuah perubahan dari peraturan peraturan akuntansi in midstream mungkin ditekan untuk menghilangkan ketidak

sukaan mereka pada akuntans yang memperkenalkan perubahan perturan daripada pihak lainnya. 3. Reconciliation of efficient securities market theory Agency teory mendemonstrasikan kontrak kompensasi yang mungkin paling baik biasanya mensuport kompensasi manajer pada manajer pada satu atau lebih pengukuran performa .kemudian manajer memiliki motivasi untuk memaksimalkan performa mereka .sejak performa yang lebih tinggi membawa pada ekspektasi payoff yang lebih tinggi ,ini merupakan tujuan yang ingin dicapai shareholders. Aligment ini menjelaskan mengapa peraturan akuntansi mempunyai konsekuensi ekonomi ,di samping implikasi dari teori pasar sekuritas yang efisien .kadang itu merupakan rigiditas yang diproduksi oleh the signing of binding,contracts yang tidak lengkap yang menciptakan managers,concern dan yang membawa pada intervensi mereka dalam proses standard setting .regiditas tersebut tidak dapat berbuat apa apa dengan apakah perubahan peraturan akuntansi mempengaruhi arus kas. Sehingga ,konsekuensi ekonomi dan pasar sekuritas efisien tidak selalu tidak konsisten .kadang mereka dapat digabungkan dengan positive accounting theory .dengan dukungan normative dari agency teory yang menyarankan perusahaan memasuki employment dan debt contract yang

bergantung pada informasi akuntansi

Kesimpulan

Agency theory merupakan salah satu teori yang muncul dalam perkembangan riset akuntansi yang merupakan modifikasi dari perkembangan model akuntansi keuangan dengan menambahkan aspek perilaku manusia dalam model ekonomi. Dalam Agency Theory mengenal adanya Asymmetric Information (AI) yaitu informasi yang tidak seimbang yang disebabkan karena adanya distribusi informasi yang tidak sama antara prinsipal dan agen. Agency Theory mendasarkan hubungan kontrak antar anggota-anggota dalam perusahaan dimana prinsipal dan agen sebagai pelaku utama. Prinsipal merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas nama prisipal, sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh prinsipal untuk menjalankan perusahaan. Agen berkewajiban untuk

mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanat oleh prinsipal kepadanya. Inti dari Agency Theory ( Teori Keagenan) adalah pendesainan kotrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan. Inti dari Game Theory itu sendiri lebih kepaada 2 hal yaitu Cooperative & Non Coperative. Implikasi dari Teori Agensi terhadap Akuntansi (1) Model Egency Holmstrom, (2) Rigidity of contracts, (3) Reconciliation of efficient securities market theory.

Anda mungkin juga menyukai