Anda di halaman 1dari 28

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN

PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. KAJIAN PUSTAKA

1. Saham

Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling

diminati investor karena memberikan tingkat keuntungan yang menarik.

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seorang atau

sepihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.

Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim

atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan bentuk hadir

dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). Menurut (Darmadji dan

Fakhruddin : 2012) Saham (stock) merupakan tanda penyertaan atau

pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan

terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa

pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat

berharga tersebut. Sedangkan Saham menurut Fahmi (2015) adalah tanda

bukti penyertaan kepemilikan modal atau dana pada suatu perusahaan

atau kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan

dan di ikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap

pemegangnya.
Berdasarkan Pengertian para ahli diatas, maka peneliti menyimpulkan

bahwa saham merupakan surat berharga yang dikeluarkan perusahaan

yang didalamnya tercantum nilai nominal, nama perusahaan , dan diikuti

dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya.

Menurut Kasmir (2014) jenis-jenis saham dapat ditinjau dalam

beberapa segi antara lain sebagai berikut :

1) Dari segi cara peralihan.

a) Saham atas unjuk (bearer stocks)

Yaitu saham yang tidak mempunyai nama atau tidak tertulis

nama pemilik dalam saham tersebut. Saham jenis ini mudah untuk

dialihkan atau dijual kepada pihak lainnya.

b) Saham atas nama (registered stocts)


Di dalam saham ini tertulis nama pemilik saham tersebut dan

untuk dialihkan kepada pihak lain diperlukan syarat dan aturan

aturan tertentu.

2) Dari segi hak tagih

a) Saham biasa (common stocks)

Bagi pemilik saham ini hak untuk memperoleh deviden akan

didahulukan lebih dulu kepada saham preferen. Begitu pula

dengan hak terhadap harta apabila perusahaan dilikuidasi. Saham

biasa (common stocks) adalah yang paling dikenal masyarakat.

Saham biasa dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau

pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan.


b) Saham preferen (preferred stock),

Saham Preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik

gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa

menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi

juga bisa tidak menghasilkan hasil seperti yang diharapkan

investor.

2. Harga Saham

a. Pengertian Harga Saham

Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam

pengelolaan perusahaan. Sehingga semakin tinggi harga saham yang ada

di pasar atas suatu perusahaan tertentu, maka dapat diartikan

perusahaantersebut dapat mengelola aktiva dengan baik. Harga Saham

Menurut Brigham dan Houston (2010) “Harga saham pada satu waktu

tertentu akan bergantung pada arus kas yang diharapkan diterima di masa

depan oleh investor rata-rata jika investor membeli saham. Sedangkan

menurut Widoatmodjo (2012) harga saham merupakan harga atau nilai

uang yang bersedia dikeluarkan untuk memperoleh atas suatu saham. Dari

pengertian harga saham menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa harga

saham adalah harga yang terbentuk sesuai permintaan dan penawaran di

pasar jual beli saham dan biasanya merupakan harga penutupan.

b. Faktor – faktor yang mempengaruhi Harga Saham

Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat

berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Menurut Brigham &


Houston (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga

saham yaitu:

a) Faktor Internal

1. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti

pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan

produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk, dan

laporan penjualan.

2. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti

pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.

3. Pengumuman badan direksi manajemen (management board of

director announcements) seperti perubahan dan pergantian

direktur, manajemen, dan struktur organisasi.

4. Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan

merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakusisian

dan diakuisisi.

5. Pengumuman investasi (investment announcements), seperti

melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan

usaha lainnya.

6. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti

negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.

7. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan

laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal,

Earning Per Share (EPS), Dividen Per Share (DPS), price


earning ratio, net profit margin, return on assets (ROA), dan

lain-lain.

b) Faktor Eksternal

1. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga

tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai

regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh

pemerintah.

2. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan

karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan

tuntutan perusahaan terhadap manajernya.

3. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements),

seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau

harga saham perdagangan, pembatasan/penundaan trading.

4. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya

pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara.

5. Berbagai isu baik dari dalam dan luar negeri.

c. Jenis-jenis Harga Saham.

Adapun jenis-jenis harga saham menurut Widoatmodjo (2012:54)

jenis-jenis harga saham adalah sebagai berikut:

1) Harga Nominal

Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan

oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan.


Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena

dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.

2) Harga Perdana

Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di

bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan

oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian

akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada

masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana.

3) Harga Pasar

Kalau harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi

kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor

yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham

tersebut dicatatkan di bursa. Transaksi di sini tidak lagi melibatkan

emiten dari penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga di

pasar sekunder dan harga inilah yang benar–benar mewakili harga

perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil

sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit.

Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain

adalah harga pasar.

4) Harga Pembukaan

Harga pembukuan adalah harga yang diminta oleh penjual atau

pembeli pada saat jam bursa dibuka. Bisa saja terjadi pada saat

dimulainya hari bursa itu sudah terjadi transaksi atas suatu saham, dan
harga sesuai engan yang diminta oleh penjual dan pembeli. Dalam

keadaan demikian, harga pembukaan bisa menjadi harga pasar, begitu

juga sebaliknya harga pasar mungkin juga akan mejadi harga

pembukaan, namun tidak selalu terjadi.

5) Harga Penutupan

Harga penutupan adalah harga yang diminta oleh penjual atau

pembeli pada saat akhir hari bursa. Pada keadaan demikian, bisa saja

terjadi pada saat akhir hari bursa tiba-tiba terjadi transaksi atas suatu

saham, karena ada kesepakatan antara penjual dan pembeli. Kalau ini

yang terjadi maka harga penutupan itu telah menjadi harga pasar.

Namun demikian, harga ini tetap menjadi harga penutupan pada hari

bursa tersebut.

6) Harga Tertinggi

Harga tertinggi suatu saham adalah harga yang paling tinggi yang

terjadi pada hari bursa. Harga ini dapat terjadi transaksi atas suatu

saham lebih dari satu kali tidak pada harga yang sama.

7) Harga Terendah

Harga terendah suatu saham adalah harga yang paling rendah yang

terjadi pada hari bursa. Harga ini dapat terjadi apabila terjadi transaksi

atas suatu saham lebih dari satu kali tidak pada harga yang sama.

Dengan kata lain, harga terendah merupakan lawan dari harga

tertinggi.

8) Harga Rata-Rata
Harga rata-rata merupakan perataan dari harga tertiggi dan terendah.

3. Manajemen Keuangan

a. Pengertian Manajemen Keuangan

Menurut Van Horne (2012), Manajemen Keuangan berkaitan dengan

perolehan aset, pendanaan, dan manajemen aset dengan didasari dengan

beberapa tujuan umum. Menurut houston (2010) Manajemen Keuangan

merupakan bidang yang terluas dari tiga bidang keuangan, dan memiliki

kesempatan karir yang sangat luas. Sedangkan Menurut Fahmi (2015)

Manajemen keuangan merupakan penggabungan dari ilmu dan seni yang

membahas, mengkaji dan menganalisis tentang bagaimana seorang

manajer keuangan dengan mempergunakan seluruh sumber daya

perusahaan untuk mencari dana, mengelola dana, dan membagi dana

denan tujuan mampu member profit atau kemakmuran bagi para

pemegang saham dan suistainability (keberlanjutan) usaha bagi

perusahaan.

b. Fungsi Manajemen Keuangan

Menurut (Martono dan Harjito : 2010) terdapat 3 fungsi utama dalam

manajemen keuangan, yaitu :

a) Keputusan investasi

Merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan dikelola oleh

perusahaan. Keputusan investasi adalah yang paling penting diantara

ketiga keputusan lainnya. Hal ini dikarenakan keputusan investasi dan

aliran kas perusahaan untuk waktu yang akan datang.


b) Keputusan Pendanaan

Keputusan Pendanaan ini ada beberapa hal sebagai berikut:

pertama, keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan

untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa hutang jangka

pendek, hutang jangka panjang, dan modal sendiri. Kedua, penetapan

pertimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur

modal yang optimum. Struktur modal optimum merupakan

pertimbangan hutang jangka panjang dan modal sendiri dengan biaya

modal rata-rata minimal.

c) Keputusan Pengelolaan Aset

Apabila aset yang telah diperoleh dengan pendanaan yang tepat,

maka aset tersebut memerlukan pengelolaan secara efisien.

Pengalokasian dana yang digunakan untuk pengadaan dan

pemanfaatan aset menjadi tanggung.

c. Tujuan Manajemen Keuangan.

Menurut Sutrisno (2013) tujuan dari manajemen keuangan ini adalah

untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham atau pemilik.

Kemakmuran para pemegang saham diperlihatkan dalam wujud semakin

tingginya harga saham, yang merupakan pencerminan dari keputusan-

keputusan investasi, pendanaa, dan kebijakan deviden.

4. Pengertian Pasar Modal

Menurut Kasmir (2016), Pasar Modal (capital market) merupakan

pasar diperjualbelikannya modal jangka panjang dalam bentuk surat


berharga seperti saham dan obligasi. Jangka waktu surat berharga yang

ditawarkan biasanya berumur lebih dari 1 tahun. Pengertian pasar modal

menurut Undang-undang Pasar Modal no.8 tahun 1995. “Pasar Modal

yaitu suatu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan

perdagangan efek, perusahaan yang berkaitan dengan efek yang

diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek

yang diterbitkannya”.

5. Kebijakan Hutang

a. Pengertian Kebijakan Hutang

Kebijakan hutang perusahaan merupakan tindakan manajemen

perusahaan yang akan mendanai perusahaan dengan menggunakan modal

yang berasal dari hutang. Menurut Brigham dan Houston (2011)

kebijakan hutang merupakan kebijakan mengenai keputusan yang diambil

perusahaan untuk menjalankan operasionalnya dengan menggunakan

hutang keuangan atau finalcial leverage. Kebijakan hutang juga berkaitan

dengan struktur modal dimana hutang merupakan salah satu komposisi

dalam struktur modal. Perusahaan dinilai berisiko jika memiliki porsi

hutang yang besar dalam struktur modalnya, sehingga dalam pengambilan

keputusan akan penggunaan hutang ini harus mempertimbangkan

besarnya biaya tetap yang muncul dari hutang berupa bunga yang akan

menyebabkan semakin meningkatnya leverage keuangan dan semakin

tidak pastinya tingkat pengembalian bagi para pemegang saham biasa.


Modigliani dan Miller dalam (Husnan, 2010) menunjukkan bahwa

sejauh pembayaran bunga bisa dipergunakan untuk mengurangi pajak,

maka penggunaan hutang memberikan manfaat bagi pemilik perusahaan.

Sebaliknya, pada titik tertentu penggunaan hutang tidak menguntungkan

bila terjadi kebangkrutan dan perbedaan personal tax dan hutang. Dengan

demikian, peningkatan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan,

namun pada titik tertentu juga akan dapat menurunkan nilai perusahaan

Kebijakan hutang perusahaan merupakan kebijakan yang diambil oleh

pihak manajer atau stakeholders (pemangku jabatan) dalam rangka agar

memperoleh sumber pendanaa dari pihak ketiga untuk membiayai

kegiatan operasional perusahaan. Menurut Riyanto (2011:98) pengertian

kebijakan hutang yaitu keputusan yang sangat penting dalam perusahaan.

Dimana kebijakan hutang merupakan salah satu bagian dari kebijakan

pendanaan perusahaan. Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil

pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber daya pembiayaan

bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas

operasional perusahaan.

a. Teori –teori kebijakan Hutang

Ada beberapa teori kebijakan hutang yang dikemukan oleh I Made

Sudana (2011:153) yaitu sebagai berikut:

1. Signaling Theory

2. Trade Of Theory

3. Pecking Order Theory .


1) Signallng Teori

Menurut I Made Sudana (2011:156) , Signaling theory

menyatakan bahwa perusahaan yang mampu mengahasilkan

keuntungan cenderung meningkatkan hutangnya karena tambahan

bunga yang dibayarkan akan diimbangi dengan laba sebelum

pajak. Brigham dan Houston (2011: 186) menyatakan sinyal adalah

suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang

memberikan petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen

memandang prospek perusahaan. Jadi, suatu perusahaan dengan

prospek yang sangat menguntungkan untuk menghindari penjualan

saham, dan sebagai gantinya menghimpun modal baru yang

dibutuhkan dengan menggunakan hutang baru meskipun hal ini

akan menjadi rasio hutang di atas tingkat sasaran. Jika, suatu

perusahaan dengan prospek yang tidak menguntungkan akan

melakukan pendanaan menggunakan saham dimana artinya

membawa investor baru masuk untuk berbagi kerugian.

2) Pecking Order Theory

Pecking order theory menyatakan bahwa manajer lebih


menyukai pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Jika
perusahaan membutuhkan pendanaan dari luar, manajer cenderung
memilih surat berharga yang paling aman, seperti hutang obligasi.
Perusahaan dapat menumpuk kas untuk menghindari pendanaan
dari luar perusahaan.
Menurut ( I Made Sudana (2011:156 ) Teori pecking order

memberikan dua aturan bagi dunia praktik, yaitu:

a. Menerbitkan sekuritas yang risikonya kecil Ditinjau dari sudut

pandang investor, hutang perusahaan masih memiliki risiko

yang relatif kecil dibandingkan dengan saham karena jika

kesulitan keuangan perusahaan dapat dihindari, investor masih

menerima pendapatan yang tetap.

b. Menggunakan pendanaan internal Manajer tidak dapat

menggunakan pengetahuan khusus tentang

perusahaannyauntuk menentukan jika hutang yang kurang

beresiko mengalami mispriced (terjadi perbedaan harga pasar

dengan harga teoritis) karena harga hutang ditentukan semata-

mata oleh suku bunga pasar.

3) Trade of Theory

(Menurut I Made Sudana 2011:153) Teori trade-off merupakan

keputusan perusahaan dalam menggunakan hutang berdasarkan

pada keseimbangan antara penghematan pajak dan biaya kesulitan

keuangan. Menurut Brigham dan Houston (2011:183) Teori

pertukaran (trade-off theory) merupakan teori yang menyatakan

bahwa perusahaan menukar manfaat pajak dari pendanaan hutang

dengan masalah yang ditimbulkan oleh potensi kebangkrutan.

Berikut ada beberapa pengamatan tentang teori ini, yaitu:


1. Adanya fakta bahwa bunga yang dibayarkan sebagai beban

pengurang pajak membuat hutang menjadi lebih murah

dibandingkan saham biasa atau preferen. Secara tidak

langsung, pemerintah membayar sebagian biaya hutang atau

dengan kata lain hutang memberikan manfaat perlindungan

pajak. Sebagai akibatnya, penggunaan hutang dalam jumlah

yang besar akan mengurangi pajak dan menyebabkan semakin

banyak laba operasi (EBIT) perusahaan yang mengalir kepada

investor.

2. Dalam dunia nyata, perusahaan memiliki sasaran rasio hutang

yang meminta hutang kurang dari 100 persen, dan alasannya

adalah untuk membendung dampak potensi kebangkrutan yang

buruk.

b. Pengukuran Kebijakan Hutang

Menurut James C. Van Horne & John M. Wachowocz, JR yang

dialihbahasakan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos (2012:308) ada

beberapa rasio hutang, diantaranya ialah:

1. Rasio hutang terhadap ekuitas (debt to equity ratio)

2. Rasio hutag terhadap total aktiva (debt to total asset ratio)

3. Rasio hutang terhadap total kapitalisasi (debt-to total capitalization

ratio.

Adapun penjelasan dari rasio-rasio di atas adalah sebagai berikut:


a. Rasio hutang terhadap ekuitas (debt to equity ratio)

Rasio hutang terhadap ekuitas dihitung hanya dengan

membagi total hutang perusahaan (termasuk kewajiban jangka

pendek) dengan ekuitas pemegang saham. Para kreditor secara

umum lebih menyukai rasio ini. semakin rendah rasio ini maka

semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan

oleh pemegang saham, dan semakin besar perlindungan bagi

kreditor (margin perlindungan) jika terjadi penyusutan nilai

aktiva atau kerugian besar.

Total liabilitas
DER
Total Ekuitas

b. Rasio Hutang Terhadap Total Aktiva (Debt To Total Asset

Ratio)

Rasio hutang terhadap total aktiva didapat dari membagi

total hutang perusahaan dengan total aktivanya.Rasio ini

berfungsi dengan tujuan yang hampir sama dengan rasio debt

to equity. Rasio ini menekankan pada peran penting perusahaan

hutang bagi perusahaan dengan menunjukan aktiva perusahaan

yang didukung oleh pendanaan hutang. Hal ini menunjukan

bahwa semakin besar persentase perndanaan yang tersedia oleh

ekuitas pemegang saham, semakin besar jaminan perlindungan

yang didapatkan oleh kreditor perusahaan.


TOTAL HUTANG
DAR=
TOTAL AKTIVA

c. Rasio hutang terhadap total kapitalisasi ( debt to total


capitalization ratio)

Dengan total permodalan mewakili semua hutang jangka

panjang dan ekuitas pemegang saham. rasio ini mengukur

peran penting hutang jangka panjang dalam struktur modal

Long term debt


perusahaan. Capitalization Ratio=
Long term debt+ equity

Dari ketiga rasio di atas, Peneliti hanya akan menggunakan

debt to equity ratio (DER) sebagai alat untuk mengukur

Kebijakan Hutang. Karena rasio ini menunjukan persentase

penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi

pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan

perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham.

6. Inflasi

a. Pengertian Inflasi

Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga

secara umum dan terus menerus. Kenaikan hara dari satu atau dua barang

saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas atau

mengakibatkan kenaikan harga . Nopirin (2014) mendefinisikan inflasi


sebagai proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus-

menerus. Menurut Nopirin (2014) terdapat berbagai inflasi, antara lain

a) Jenis Inflasi Menurut Sifatnya

1) Creeping Inflation adalah inflasi yang ditandai dengan kenaikan

harga yang lambat, dengan presentase yang kecil serta dalam

jangka yang relative lama. Laju inflasi rendah (kurang dari 10%

pertahun).

2) Galloping Inflation adalah inflasi yang ditandai dengan kenaikan

harga yang cukup besar (biasanya double digit atau bahkan triple

digit) dan kadang kala berjalan dalam waktu yang relatif pendek

serta mempunyai sifat akselerasi. Artinya harga-harga

minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu atau bulan lalu dan

seterusnya.

3) Hyper Inflation merupakan inflasi yang paling parah akibatnya.

Harga- harga naik sampai 5 atau 6 kali lipat. Masyarakat tidak lagi

berkeinginan untuk menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan

tajam, perputaran uang semakin cepat, harga naik secara akselerasi.

Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit

anggaran belanja.

b) Jenis Inflasi Menurut Sebabnya

1) Demand full inflation adalah inflasi yang bermula dari adanya

kenaikan permintaan total (agregat demand), sedangkan produksi


telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir

mendekati kesempatan kerja penuh.

2) Cost-pushi inflation adalah inflasi yang ditandai dengan

kenaikan harga serta turunnya produksi.

b. Efek Inflasi

Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan alokasi faktor-

faktor serta produksi nasional (Nopirin. 2014). Efek terhadap produksi

pendapatan disebut Equity Effect, sedangkan efek terhadap faktor

produksi dan produksi nasional masing-masing disebut Efficiency dan

Output Effect.

1) Efek Terhadap Pendapatan (Equity Effect)

Sifatnya tidak merata ada yang dirugikan tetapi ada pula yang

merasa diuntungkan dengan adanya inflasi. Pihak-pihak yang

mendapatkeuntungan dari inflasi adalah pihak-pihak yang

memperoleh kenaikan pendapatan dengan presentase yang lebih besar

dari laju inflasi tersebut. Dengan demikian inflasi dapat menyebabkan

terjadinya perubahan besar dalam pola pembagian pendapatan dan

kekayaa masyarakat umum.

2) Efek Terhadap Efisiensi (Efficiency Effect)

Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi.

Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan

berbagai macam barang tertentu yang mengalami kenaikan lebih besar

daripada barang lain, yang kemudian dapat mendorong kenaikan


produksi barang tersebut. Kenaikan barang ini pada gilirannya akan

mengubah pola alokasi faktor produksi tersebut lebih efisienpada

keadaan tidak terdapat inflasi.

3) Efek Terhadap Output (Output Effect)

Dalam analisa kedua efek tersebut terdapat suatu anggapan bahwa

output dalam keadaan tetap. Inflasi mungkin dapat mengakibatkan

kenaikan produksi. Karena dalam keadaan adanya inflasi, biasanya

kenaikan barang mendahulu kenaikan upah sehingga pengusaha

mendapatka keuntungan yang bertambah. Kenaikan ini akan

mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi tersebut

cukup tinggi (hyperinflation) akan mempunyai akibat yang sebaliknya

yaitu penurunan output.

c. Sumber-Sumber Inflasi

Tingkat inflasi domestik akan selalu berubah menyesuaikan diri

dengan tingkat inflasi dunia. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa

perubahan stok uang domestik tidak berpengaruh pada harga-harga

domestik. Ekspansi uang dan kredit yang berlebihan tetap akan

mengakibatkan inflasi domestik yang untuk sementara waktu melebihi

tingkat inflasi dunia. Tetapi situasi itu tidak bisa berlangsung dalam

jangka panjang, karena kelebihan penciptaan uang akan menciptakan

impor sehingga menurunkan cadangan internasional dan pada akhirnya

ketidakmampuan untuk menjaga kurs tetap atau devaluasi.


Di negara berkembang dengan sistem kurs tetap, kebijakan yang

harus diadopsi untuk menghindari tingkat inflasi karena pengaruh inflasi

dunia adalah kebijakan fiscal bukan kebijakan moneter. Jika defisit

anggaran tidak terjaga instrumen kebijakan moneter yang paling tepat

sekalipun akan sulit untuk menjaga inflasi, devaluasi atau keduanya.

7. Laba per saham ( Earning Per share)

Pengertian Laba Per Saham atau earning Per Share (EPS) menurut

Fahmi (2012) adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan

kepada para pemegang saham dari setiap saham yang dimiliki. Semakin

tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena

semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Rasio laba

menunjukkan dampak gabungan dari likuiditas serta manajemen aktiva

dan kewajiban terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan laba.

Jadi, disimpulkan bahwa EPS merupakan suatu rasio yang menunjukkan

jumlah laba yang didapatkan dari setiap lembar saham yang ada. Berikut

rumus dalam menghitung EPS menurut Kasmir (2012:207):

Laba bersih
EPS :
jumlah saham yang beredar
B. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian sudah dilakukan oleh para peneliti untuk melihat

pengaruh dari beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham. Hasil dari

penelitian tersebut selanjutnya dijadikan landasan dalam penelitian dan

menunjukan sudah sejauh mana penelitian mengenai harga saham telah

dilakukan. Hasil dari penelitian-penelitian terdahulu ini kemudian akan

menghasilkan dugaan sementara (hipotesis) bagi penelitian ini. Selain

berpatokan pada pendapat para ahli mengenai variabel yang telah diteliti.

untuk memperkuat landasan dalam melakukan penelitian ini dan bisa

menyimpulkan hipotesis, peneliti mengumpulkan beberapa penelitian

sebelumnya. Penelitian yang dikumpulkan meneliti mengenai variabel

kebijakan hutang yang diproksikan dengan DER, inflasi , laba per saham

( EPS) dan harga saham.

Berikut adalah rangkuman dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh

para ahli sebelumnya tentang harga saham dengan beberapa variabel lain

yang mempengaruhinya selain kebijakan hutang, inflasi dan laba per saham,

berikut ini :

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Metode Hasil
Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian
1 Muhamm Pengaruh Regresi Inflasi
ad Zuhdi Tingkat Linear Berpengaruh
Amin Inflasi, Suku Berganda Negatif
dan Bunga SBI, terhadap harga
Tuban Nilai Kurs Saham
Drijah Dollar
Herawati (USD/IDR),
(2012) dan Indeks
Dow Jones
(DJIA)
terhadap
Pergerakan
Indeks Harga
Saham
Gabungan di
Bursa Efek
Indonesia
(BEI)
(periode
2008-2011).
2 Dhira The Effect of Regresi Inflasi
Dwijayan Macroecono Linear berpengaruh
ti mic Variables Berganda Positif dan
Yogaswa on Stock signifikan
ri, Price terhadap harga
Anggoro Volatility: saham
Budi Evidence
Nugroho from Jakarta
and Composite
Novika Index,
Candra Agriculture,
Astuti and Basic
(2012) Industry
Sector
3 Rachma Analisis Regresi Kebijakan
wati Pengaruh Linear Hutang (DER)
Dewi Rasio Berganda berpengaruh
(2012) Keuangan negatif dan
Dan Makro signifikan
Ekonomi terhadap
Terhadap perubahan
Harga Saham harga saham
Pada Laba Per
Perusahaan saham (EPS)
LQ 45 Yang berpengaruh
Terdaftar Di Positif
Bursa Efek signifikan
Indonesia terhadap harga
(BEI) Tahun saham
2007-2011
4 Astuti, Analisis Regresi Inflasi
Ria ,Eka Pengaruh Linear Berpengaruh
Putri Tingkat Suku Berganda Negatif
Apriani, Bunga (SBI), terhadap Harga
dan Hari Nilai Tukar Saham
Susanta (kurs)
(2013) Rupiah,
Inflasi, dan
Indeks Bursa
Internasional
Terhadap
IHSG.
5 Dorothea Pengaruh Regresi DER
Ratih , Eps, Per, Der, linear berpengaruh
Apriatni Roe Terhadap berganda negatif
E.P ,Sary Harga Saham signifikan
adi Pada terhadap harga
(2013) Perusahaan saham dan
Sektor EPS
Pertambanga berpengaruh
n Yang Negatif
Terdaftar Di terhadap Harga
Bursa Efek Saham
Indonesia
(Bei) Tahun
2010-2012
6 Titin Pengaruh Regresi Kebijkan
Herawati kebijakan Linear hutang (DER)
2013 dividen, Berganda berpengaruh
kebijakan positif dan
hutang, dan tidak
profitabilitas signifikan
terhadap nilai terhadap nilai
perusahaan perusahaan

7 Tharshig Impact of Regresi EPS


a Earning Per Linar berpengaruh
Muruges Share on Berganda Positif dan
u (2013) Share Price signifikan
(Listed terhadap harga
Manufacturin Saham
g Companies
in Sri Lanka)

8 Darnita Analisis Analisis EPS tidak


Elis pengaruh Regresi berpengaruh
(2014) ROA, ROE, Berganda terhadap Harga
NPM, EPS Saham.
dan PER
terhadap
Return
Saham
(Perusahaan
Food &
Beverage yg
terdaftar di
BEI periode
2008-2012)

9 Evan Studi tentang Analisis EPS ber


Andreant hubungan Regresi pengaruh
o ROA, ROE, Berganda positif
Wibowo dan EPS terhadap harga
(2014) terhadap saham
Harga Saham
Perbankan
yang terdaftar
di BEI tahun
2011-2013
10 Bambang Pengaruh Regresi Inflasi tidak
Susanto Inflasi, linear berpengaruh
(2015) Bunga dan berganda secara
Nilai Tukar signifikan
Terhadap terhadap Harga
Harga Saham Saham
(Studi Pada :
Perusahaan
Sektor
Properti Dan
Real Estate
Tercatat BEI)
11 Suprihati The Analysis Regresi Inflasi
(2015) of The linear berpengaruh
Influence of berganda negatif dan
Exchange signifikan
Rate, SBI terhadap harga
Interest Rate, saham
Inflation
Rate, Dow
Jones Index
And Nikkei
225 Index To
IHSG
12 Maria Pengaruh Regresi Inflasi
Ratna Tingkat Suku linear berpengaruh
Marisa Bunga, Nilai berganda negatif
Ginting, Tukar dan signifikan
Topowijo Inflasi terhadap Harga
no, Sri terhadap Saham
Sulasmiy Harga Saham
ati
(2016)

13 Muhamm Pengaruh Regresi Inflasi


ad Fatih kurs rupiah, linear berpengaruh
Munib inflasi dan bi berganda negatif
(2016) rate terhadap terhadap Harga
harga saham Saham
perusahaan
sektor
Perbankan di
Bursa Efek
Indonesia
14 Agung The Influence Regresi DER
Tri of Return on Linear berpengaruh
Atidhira Asset, Debt Berganda positif
(2017) to Equity signifikan
Ratio, terhadap Harga
Earnings per Saham,
Share, and EPS
Company berpengaruh
Size on Share positid
Return in signifikan
Property and terhadap harga
Real Estate saham.
Companies
15 Atim The Regresi DER
Dzajuli Relevance of Linear berpengaruh
(2017) Leverage, Berganda negatif dan
Profitability, signifikan
Market terhadap harga
Performance, saham.
and
Macroecono
mic to Stock
Price
16 Nandan Impact of Regresi EPS
Velankar EPS and DPS linear berpengaruh
(2017) on Stock berganda positif dan
Price a study siginifikan
of selected terhadap harga
public sector saham
banks of
india

C. Kerangka Konseptual

Berdasarkan dari teori–teori dan penelitian terdahulu yang sudah

dikemukakan diatas variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kebijakan

Hutang yang di Proksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER), Inflasi , dan

laba per Saham yang dihitung dengan Dengan Rasio EPS .sedangkan

variabel terikat yaitu Harga Saham Perusahaan Pertambangan sub Sektor

Batubara periode 2011-2017 Maka gambaran rerangka pemikiran ini adalah:

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Kebijakan
Hutang
(DER) H1

Inflasi H2 Harga
Saham
H3

EPS

Merujuk pada pengembangan Hipotesis

D. Pengembangan Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji

apakah variabel-variabel bebas yang diteliti mempunyai pengaruh secara

signifikan terhadap variabel terikat, hipotesis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Harga Saham

Kebijakan Hutang dalam Penelitian ini menggunakan Proksi Solvabilitas

yang di ukur dengan DER (debt Equity Ratio).

Menurut Ajeng D.. (2013) , Rahmawati (2012), Dorethea Ratih, Apriatni,

Saryadi (2013) bahwa DER berpengaruh Negatif terhadap Harga Saham.

Adapun Hipotesis yang dibangun oleh peneliti sebagai berikut:


H1 = Kebijakan Hutang Berpengaruh terhadap Harga Saham

2. Pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham

Menurut Amin, dan Herawati (2012) , Munib (2016) , dalam

penelitiannya bahwa Inflasi berpengaruh Negatif terhadap Harga Saham.

Adapun menurut Yogaswari (2012) dalam penelitiannya bahwa Inflasi

berpengaruh Positif terhadap Harga Saham.

Sehingga Hipotesis yang dibangun yaitu :

H2 : Inflasi Berpengaruh terhadap Harga Saham

3. Pengeruh Laba Per Saham terhadap Harga Saham

Menurut Wibowo (2014) , Murugesu (2013) , dan Idawati (2012) dalam

penelitiannya bahwa EPS berpengaruh Positif terhadap Harga Saham.

Adapun menurut Elis (2014) bahwa EPS tidak berpengaruh terhadap

Harga Saham. Adapun Hipotesis yang dapat dibangun yaitu :

H3 = Laba per Saham berpengaruh terhadap Harga Saham

Anda mungkin juga menyukai