Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN

MATERI RESPONSIBILITY ACCOUNTING

DOSEN PENGAMPU
Taufik Hidayat, S.E, M.Si

Disusun oleh : Kelompok 2


Tri Priyo Saputro - 2162201093

Semester : IV
Program Studi : Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS AHMAD DAHLAN
JAKARTA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai tepat pada
waktunya. Makalah ini kami beri judul “Responsibility Accounting”. Makala h
ini d i susun d alam rangka memenuhi tugas kelompok mata kulia h
Akuntansi Manajemen.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari Dosen


pengampu mata kuliah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan
tambahan wawasan bagi kami sebagai penulis dan bagi para pembaca.

Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Taufik Hidayat, S.E, M.Si selaku Dosen Akuntansi Manajemen. Bahwa kelancaran
dalam penyusunan makalah ini.

Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Maka dari itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun
kemampuan kami, agar kedepannya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, dan bagi kami khususnya
sebagai penulis.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Lampung, 3 April 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR ........................................................................................ 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................5
A. AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN (Responsibility
Accounting) ..........................................................................................5
B. JENIS – JENIS PERTANGGUNGJAWABAN. ..............................7
C. PERAN INFORMASI DAN AKUNTABILITAS. ......................... 8
D. KARAKTERITIK AKUNTANSI PERTANGGUNG JAWABAN
BERBASIS FUNGSIONAL DAN BERBASIS AKTIVITAS. ........9
E. TRASFER PRICING........................................................................ 13

PENUTUP .......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan dan persaingan dunia bisnis dewasa ini mengharuskan


perusahaan untuk memandang jauh kedepan guna mengantisipasi berbagai
kemungkinan yang muncul dan dapat mempengaruhi perkembangan
perusahaannya dimasa mendatang, Setiap perusahaan mempunyai tujuan
yang akan dicapai, baik berupa laba yang maksimal, kelangsungan hidup,
pertumbuhan perusahaan maupun menciptakan kesejahteraan anggota
masyarakat. Pengaruh lingkungan dan perkembangan suatu perusahaan
yang semakin kompleks mengakibatkan tugas manajemen puncak dalam
mencapai tujuan perusahaan semakin sulit dan kompleks pula, Untuk
mengatasi hal tersebut maka perusahaan harus mendapatkan informasi yang
dibutuhkan untuk tujuan pengambilan keputusan. Sehubungan dengan itu
peranan akuntansi pun semakin dibutuhkan terutama untuk memperoleh
informasi tersebut. Peran serta manajer sangat dibutuhkan dalam
mengaktualisasikan peranan akuntansi tersebut sebagai alat pengawasan
biaya dewasa ini kita kenal dengan sistem akuntansi pertanggungjawaban.

Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem yang


disusun sedemikian rupa sesuai dengan sifat dan kegiatan perusahaan
dengan tujuan agar masing-masing unit organisasi dapat
mempertanggungjawabkan hasil kegiatan unit yang berada dibawah
pengawasannya. Menurut sistem ini, unit-unit yang ada dalam organisasi di
bagi menjadi pusat-pusat pertanggungjawaban, dan keseluruhan pusat
pertanggungiawaban ini membentuk jenjang hirarki dalam organisasi.
Setiap pusat pertanggungjawaban mempunyai manajer yang
bertanggungjawab atas kegiatan yang terjadi di dalam pusat yang
dipimpinnya, dan secara periodik manajer tersebut akan
mempertanggungiawabkan hasil kerjanya kepada pimpinan perusahaan.
Dari hasil kerja para manajer pusat pertanggungjawaban kemudian dinilai
prestasi yang telah dicapai oleh masing-masing manajer. Dan berdasarkan
analisa ini, ‘para manajer mencoba mencari jawaban mengapa hasil yang
dicapai tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakannya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN (Responsibility Accounting)

Ada beberapa pendapat mengenai definisi akuntansi pertanggungjawaban,


antara lain dikemukakan oleh Hansen dan Mowen (2009:229) mengatakan
bahwa, “Akuntansi pertanggungjawaban adalah alat fundamental untuk
pengendalian manajemen dan ditentukan melalui empat elemen penting, yaitu
pemberian tanggungjawab, pembuatan ukuran kinerja atau benchmarking,
pengevaluasian kinerja, dan pemberian penghargaan.”

Sedangkan menurut Mulyadi (1997:188) ,mengatakan bahwa:

“Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu system akuntansi yang disusun


sedemikian rupa sehingga pengumpulan serta pelaporan biaya dan pendapatan
dilakukan sesuai dengan pusat pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan
tujuan agar dapat ditunjuk orang atau kelompok yang bertanggungjawab atas
penyimpangan biaya dan atau pendapatan yang dianggarkan”.

Sehingga berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan Bahwa


akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu system yang membandingkan
rencana (anggaran) dengan tindakan (hasil sesungguhnya) dari setiap pusat
pertanggungjawaban yang digunakan untuk mengukur kinerja seseorang atau
kegiatan perusahaan danatau suatu departemen dalam pencapaian tujuan
perusahaan.

Hansen (2012:116) mendefinisikan “akuntansi pertanggungjawaban sebagai


suatu sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat
pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan oleh para manajer
untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka”. Lebih lanjut
Hansen (2012:229) menjelasakan bahwa dalam akuntansi pertanggungjawaban
memiliki empat elemen penting yaitu pembebanan tanggung jawab, pembuatan
ukuran kinerja atau benchmarking, pengevaluasian kinerja dan pemberian
penghargaan. Selanjuntya Anthony & Grovind (2005:42) mendefinisikan
bahwa akuntansi pertanggungjawaban merupakan bagian dari sistem
pengontrolan akuntansi yang merupakan salah satu faktor yang nantinya akan
mendukung implementasi strategi, dimana strategi tersebut merupakan rencana
pencapaian tujuan organisasi.

Karakteristik akuntansi pertanggungjawaban menurut Mulyadi (1997:186),


yaitu:

• Adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban


Akuntansi pertanggungjawaban mengidentifikasi pusat
pertanggungjawaban sebagai unit organisasi seperti departemen, tim

5
kerja, atau individu. Adapun satuan pusat pertanggungjawaban yang
dibentuk, nantinya sistem akuntansi pertanggungjawaban akan
membebankan tanggung jawab kepada individu yang sudah diberikan
wewenang. Tanggung jawab tersebut dibatasi dalam satuan keuangan
(seperti biaya).

• Standar ditetapkan sebagai tolok ukur kinerja manajer yang


bertanggungjawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu
Setelah pusat pertanggungjawaban diidentifikasi dan ditetapkan, sistem
akuntansi pertanggungjawaban menghendaki ditetapkannya biaya
standar sebagai dasar untuk menyusun anggaran. Anggaran berisi biaya
standar yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Biaya standar dan anggaran merupakan ukuran kinerja manajer pusat
pertanggungjawaban dalam mewujudkan sasaran yang ditetapkan
dalam anggaran.

• Kinerja manajer diukur dengan membandingkan realisasi dengan


anggaran
Pelaksanaan anggaran merupakan penggunaan sumber daya oleh
manajer pusat pertanggungjawaban dalam mewujudkan sasaran yang
ditetapkan dalam anggaran. Penggunaan sumber daya ini diukur
dengan informasi akuntansi pertanggungjawaban, yang mencerminkan
ukuran kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dalam mencapai
sasaran anggaran. Dengan informasi akuntansi pertanggungjawaban,
secara prinsip individu hanya dimintai pertanggungjawaban atas biaya
yang ditimbulkan, ia memiliki wewenang untuk mempengaruhinya
secara signifikan. Informasi akuntansi pertanggungjawaban ini
nantinya menyajikan informasi biaya sesungguhnya dan informasi
biaya yang dianggarkan kepada setiap manajer yang
bertanggungjawab, untuk memungkinkan setiap manajer
mempertanggung jawabkan pelaksanaan anggaran mereka dan
memungkinkan mereka untuk memantau pelaksanaan anggaran
mereka.

• Manajer secara individual diberi penghargaan atau hukuman


berdasarkan kebijakan manajemen yang lebih tinggi.
Sistem penghargaan dan hukum dirancang untuk nantinya memacu
para manajer dalam mengelola biaya untuk mencapai target standar
biaya yang dicantumkan dalam anggaran. Atas dasar evaluasi penyebab
terjadinya penyimpangan biaya yang direalisasikan dari biaya yang
dianggarakan, para manajer secara individual diberi penghargaan atau
hukuman menurut sistem penghargaan dan hukuman yang ditetapkan.

6
B. JENIS – JENIS PERTANGGUNGJAWABAN

1. Pusat Biaya (cost center)


Suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya bertanggung jawab
hanya terhadap biaya. Misalnya, departemen produksi (pabrik) yang
mengendalikan biaya manufaktur tetapi tidak mengatur harga atau
membuat kepututsan pemasaran. Ukuran kinerjanya adalah dievaluasi
seberapa baik biaya produksi dikendalikan.
Pusat biaya dibedakan menjadi pusat biaya standart dan pusat biaya
kebijakan
a. Pusat biaya standart adalah pusat biaya yang sebagian besar hubungan
antara input dan outputnya dapat ditentukan secara jelas.
b. Pusat biaya kebijakan adalah pusat biaya yang sebagian besar
hubungan antara input dan outputnya tidak dapat atau sulit ditentukan.

2. Pusat Pendapatan (revenue center)


Suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya hanya bertanggung
jawab terhadap penjualan. Misalnya departemen pemasaran atau
penjualan. Departemen ini mengatur harga dan memproyeksi penjualan.
Karena itu departemen ini dievaluasi sebagai pusat pendapatan. Ukuran
kinerjanya adalah pada omset penjualan yang dihasilkan.
Selisih volume penjualan menunjukkan dampak perubahan volume
penjualan terhadap pendapatan dengan anggapan tidak terjadi perubahan
harga jual.
Selisih harga jual = (harga jual sesungguhnya – harga jual yang
dianggarkan) x volume penjualan yang dianggarkan
Selisih volume penjualan = (volume penjualan sesungguhnya – volume
penjualan yang dianggarkan) x harga jual yang dianggarkan

3. Pusat Laba (profit center)


Suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya bertanggung jawab
terhadap pendapatan maupun biaya. Misalnya divisi pabrik yang mana
manajernya bertanggung jawab untuk membuat dan memasarkan produk
mereka. Oleh karena itu, laba operasi akan menjadi ukuran kinerja yang
penting bagi para manajer pusat laba.
Profitabilitas manajer pusat laba dapat diukur dengan lima tipe
pengukuran :
1) Contribution Margin : alasan utama karena contribution margin adalah
ukuran prestasi yang penting, karena menunjukkan dampak perubaahan
volume penjualan terhadap laba.
2) Laba Langsung : menunjukkan jumlah kontribusi pusat laba untuk
menutup biaya overhead umum dan laba perusahaan
3) Laba Terkendali adalah laba langsung dikurangi biaya alokasian
terkendali dengan anggapan bahwa seluruh biaya langsung merupakan
biaya terkendali

7
4) Laba Sebelum Pajak : tipe pengukuran ini dapat digunakan sebagai
dasar perbandingan dengan perusahaan-perusahaan laindalam industry
yang sama dan sebagai dasar analisis ekonomi lainnya mengenai
Potensi profitabilitas pusat laba.
5) Laba Bersih : alasan menggunakan tipe pengukuran ini adalah
a. Dalam banyak hal, laba bersih adalah persentase tetap dari laba
sebelum pajak sehingga tidak ada manfaatnya memasukkan unsure
pajak penghasilan.
b. Keputusan-keputusan yang mempunyai dampak pada pajak
penghasilan dibuat oleh kantor pusat dan profitabiliitas pusat laba
tidak mempengaruhi atau dipengaruhi oleh keputusan-keputusan
tersebut pada butir (2).

4. Pusat Investasi (investasi center)


Suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya bertanggung jawab
terhadap pendapatan, biaya, dan investasi. Misalnya divisi-divisi. Selain
memiliki kendali terhadap biaya dan keputusan penetapan harga, manajer
divisi juga memiliki kekuasaan untuk membuat keputusan-keputusan
investasi seperti penutupan dan pendirian suatu pabrik, menghentikan atau
meneruskan suatu lini produk. Ukuran kinerjanya adalah laba operasi dan
pengembalian atas investasi.

C. PERAN INFORMASI DAN AKUNTABILITAS

Informasi memiliki peran penting agar para manajer bertanggung jawab


terhadap hasil. Akuntabilitas secara tidak langsung mencerminkan pengukuran
kinerja, yang berarti bahwa hasil actual dibandingkan dengan hasil yang
diperkirakan atau dianggarkan. Sistem pertanggungjawaban, akuntabilitas, dan
evaluasi kinerja seperti ini sering merujuk kepada akuntansi
pertanggungjawaban, karena peran penting yang dimainkan oleh ukuran dan
laporan akuntansi tersebut di dalam proses.

Elemen sistem pertanggungjawaban berdasarkan fungsi terdiri dari beberapa


hal sebagai berikut :
1. Menugaskan tanggung jawab terfokus pada fungsi unit organisasional dan
individu.
2. Penetapan ukuran kinerja menggunakan anggaran dan penghitungan biaya
standar sebagai dasar kriteria aktivitas.
3. Pengukuran kinerja dengan membandingkan hasil sesungguhnya dengan
hasil yang dianggarkan. Kinerja biaya sangat ditekankan.
4. Pemberian penghargaan didesain untuk mendorong para individu
mengelola biaya untuk mencapai atau mengalahkan standar anggaran.

Elemen sistem pertanggungjawaban berdasarkan aktivitas terdiri dari beberapa


hal sebagai berikut :

8
a. Menugaskan tanggung jawab terfokus pada proses dan tim
• Perbaikan Proses, mengacu pada efisiensi proses;
• Inovasi Proses, mengacu pada kinerja proses;
• Pembuatan Proses, mengacu pada instalasi suatu proses baru secara
keseluruhan
b. Penetapan ukuran kinerja berorientasi pada proses, sehingga pada
akhirnya standar seharusnya mencerminkan nilai tambah pada
aktivitas individual dan proses.
c. Pengukuran kinerja meliputi waktu, kualitas dan efisiensi.
d. Pemberian penghargaan berdasarkan grup karena dicapai melalui usaha
tim.

• Ukuran prestasi moneter dan nonmoneter


Prestasi hamper selalu dinyatakan dengan unit moneter (uang), karena unit
moneter dianggap sebagai denominator umum dan dapat dijumlahkan.
Ukuran nonmoneter harus dinyatakan dalam hubungannya dengan
aktivitas atau sumberdaya yang harus mereka pertanggungjawabkan.

• Mengukur efisiensi dan efektivitas


Efisiensi merupakan perbandingan antara biaya sesungguhnya dan
anggarannya, sedangkan efektivitas merupakan perbandingan antara
volume produksi yang dicapai dan volume produksi yang menjadi target.

• Memasukkan unsur biaya dalam menilai prestasi pusat pendapatan


Biaya-biaya penjualan dapat diklasifikasikan menjadi order getting cost
dan order filling cost.
a. Order getting cost adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendapat
order dari konsumen, misalnya biaaya periklanan, gaji dan komisi
pramuniaga, biaya perjalanan, dan telepon. Biaya-biaya tersebut
sering disebut discretionary cost.
b. Filling cost adalah biaya yang dikeluarkan untuk penyerahan barang
sampai ke tangan konsumen, misalnya biaya penyimpangan,
pembungkusan, dan pangangkutan. Biaya- biaya ini termasuk sebagai
engineered cost.

D. KARAKTERITIK AKUNTANSI PERTANGGUNG JAWABAN


BERBASIS FUNGSIONAL DAN BERBASIS AKTIVITAS

a. Akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting)


adalah system yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat
pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan oleh para
manager untuk mengoperasikan pusat pertanggung-jawaban mereka.
Idealnya, system akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan dan
mendukung struktur dari sebuah organisasi, yang mana secara umum sebuah
perusahaan diatur menurut garis-garis pertanggungjawaban.

9
b. Akuntansi pertanggungjawaban mempunyai empat karakteristik yaitu:
identifikasi pusat pertanggungjawaban, adanya standar sebagai tolok ukur
kinerja, kinerja diukur dengan membandingkan realisasi dengan anggaran,
dan adanya hukuman dan penghargaan”. Dari kutipan tersebut dapat
dijelaskan karakteristik akuntansi pertanggungjawaban sebagai berikut:

1. Adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban Sistem akuntansi


pertanggungjawaban mengidentifikasi pusat pertanggungjawaban
sebagai unit organisasi seperti departemen, tim kerja, atau individu.
Apapun satuan pusat pertanggungjawaban yang dibentuk, akuntansi
pertanggungjawaban membebankan tanggung jawab kepada individu
yang diberi wewenang.
2. Adanya standar yang ditetapkan sebagai tolok ukur kinerja Setelah
pusat pertanggungjawaban di identifikasi dan ditetapkan, akuntansi
pertanggungjawaban menghendaki ditetapkannya biaya standar
sebagai dasar untuk menyusun anggaran. Anggaran berisi biaya standar
yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Biaya
standar dan anggaran inilah yang merupakan ukuran kinerja manajer
pusat pertanggungjawaban dalam mewujudkan sasaran yang telah
ditetapkan anggaran.
3. Kinerja manajer diukur dengan membandingkan realisasi dengan
anggaran. Pelaksanaan anggaran merupakan penggunaan sumber daya
oleh manajer pusat pertanggungjawaban untuk mencapai sasaran.
Penggunaan sumber daya ini diukur dengan informasi akuntansi
pertanggungjawaban. Informasi akuntansi pertanggungjawaban
menyajikan informasi mengenai biaya sesungguhnya dan biaya yang
dianggarkan kepada setiap manajer yang bertanggung jawab untuk
memungkinkan mereka mempertanggungjawabkan pelaksanaan
anggarannya. Dengan membandingkan biaya sesungguhnya dengan
biaya yang dianggarkan, dapat diukur kinerja manajer pusat
pertanggungjawaban.
4. Manajer secara individual diberi penghargaan atau hukuman
berdasarkan kebijakan manajemen yang lebih tinggi. Sistem
penghargaan dan hukuman dirancang untuk memacu para manajer
dalam mengelola biaya sehingga tercapai target standar biaya yang
dicantumkan dalam anggaran. Atas dasar evaluasi penyebab terjadinya
penyimpangan biaya yang direalisasi dari biaya yang dianggarkan, para
manajer secara individual diberi penghargaan atau hukuman
berdasarkan standar yang ditetapkan.

c. Akuntansi Pertanggungjawaban berdasarkan Fungsional


Sistem akuntansi pertanggung jawaban untuk suatu lingkungan yang stabil
dihubungkan dengan akuntansi pertanggung jawaban berdasarkan fungsi.
Sistem akuntansi pertanggung jawaban berdasarkan fungsi menugaskan
tanggung jawab pada unit organisasional dan menyatakan ukuran kinerja
berdasarkan factor keuangan. Sistem akuntansi pertanggungjawaban

10
semacam inilah yang biasa dikembangkan oleh sebagian besar perusahaan
yang beroperasi dalam lingkungan yang relatif stabil. Penganggaran dan
kalkulasi biaya standar merupakan tolak ukur aktivitas dari kerangka kerja
fungsional. Sistem reward dirancang untuk mendorong setiap individu agar
mengelola biaya, yaitu untuk mencapai atau membuatnya di bawah standar
yang dianggarkan. Dalam perkembangannya, akuntansi
pertanggungjawaban berdasarkan fungsional sering dianggap tidak mampu
memenuhi kebutuhan lingkungan bisnis yang bersifat dinamis.

d. Akuntansi Pertanggungjawaban berdasarkan Aktivitas


Akuntansi pertanggung jawaban berdasarkan aktifitas di lain pihak adalah
sistem akuntansi pertanggung jawaban yang dikembangkan bagi para
perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan yang terus menerus menurut
perbaikan. Akuntansi pertanggung jawaban berdasarkan aktifitas
menempatkan tanggung jawab pada proses dan menggunakan ukuran
kinerja keuangan dan non keuangan. Waktu, kualitas, dan efisiensi
merupakan dimensi penting dari kinerja karena sistem ini bertujuan untuk
menghasilkan produk dengan biaya rendah, berkualitas tinggi, dan diterima
konsumen tepat waktu. Sistem akuntansi pertanggungjawaban ini
dikembangkan oleh perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan yang
kompetitif dan menuntut perbaikan berkelanjutan (continuous
improvement).
Perubahan dapat dilakukan melalui:
a. Perbaikan proses (improvement process),
b. proses inovasi (innovation process), dan
c. penciptaan proses (process creation).
Karena berbagai perubahan proses tersebut memerlukan aktivitas tim, maka
reward berdasarkan tim lebih sesuai untuk digunakan daripada reward
individu.

• Imbal Hasil atas Investasi (return on investment-ROI-RI,EVA)

Return on investment (ROI) yaitu suatu ukuran kinerja yang biasanya


dipakai oleh pihak manajemen guna mengambil keputusan investasi. ROI
dapat dirumuskan, yaitu:
Laba Operasi
ROI =
Aset operasi rata−rata

11
Dari rumus perhitungan di atas laba operasi yang dimaksudkan merupakan
laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dana setorperasinya merupakan total
aset yang digunakan untuk memperoleh laba operasi. Untuk asset operasi
rata-ratanya dapat di hitung dengan rumus
Nilai buku bersih awal + Nilai buku bersih akhir
Aset operasi rata−rata =
2
Untuk perhitungan ROI yang lebih detail dilakukan pemisahan antara laba
operasi dan aset rata-ratanya ke dalampmargin danpperputaran. Margin
merupakan rasio dari laba operasi terhadap penjualan sedangkan perputaran
merupakan ukuran yang dihitungpdengan membagi pendapatan penjualan
dengan asset operasiprata-rata. Perputaran memperlihatkan jumlah penjualan
yang dihasilkan dari investasi dalam asset operasi. yang dirumuskan:

ROI = Margin x Perputaran

Laba Operasi Penjualan


x
Penjualan Aset Operasirata−Rata

Dalam penggunaan ROI memiliki keunggulan,yaitu :


1. ROI mendorong manajer untuk fokus pada hubungan antira penjualan,
beban, dan investasi sebagaimana yang diharapkan dari seorang manajer
pusat investasi.
2. ROI mendorongpmanajer untuk focus pada efisiensi biaya.
3. ROI mendorongpmanajer untuk focus pada efisiensi asset operasi.

Namun, terdapat pula kelemahan dari penggunaan ROI, yaitu:


1. ROI mengakibatkan focus yang sempit pada probabilitas divisi dengan
mengorbankan profitabilitas keseluruhan perusahaan.
2. ROI mendorong manajer untuk focus pada kepentingan jangka pendek
dengan mengorbankan kepentingan jangka panjang.

• Laba Residu (residual income-RI)


Laba residu merupakan hasil dari pengurangan laba operasi dengan presentase
minimum dari biaya modal dikalikan modal yang dipakai. Laba residu positif
berarti divisi memperoleh lebih banyak dari biaya modal minimum. Laba residu
negative berarti divisi memperoleh lebih sedikit dari biaya modal yang
minimum. Laba residu yang nol berarti divisi mampu tepat sama dengan biaya
modal minimum. Untuk singkatnya dapat dirumuskan, sebagai berikut:
Tingkat Imbal Hasil Minimum x Aset Operasi Rata−Rata
Laba residu = laba operasi

12
Dalam penggunaan laba residu memiliki keunggulan yaitu membantu para
manajer untukpmenerima proyekpapapunyangpmenghasilkan tingkatpdiatas
minimum. Akan tetapi, penggunaan laba residu memiliki kelemahan yaitu
beroientasi jangka pendek dan ukuran absolute dari profitasbilitas.

• Nilai Tambah Ekonomi (economic value added- EVA)


EVA merupakan laba operasi setelah pajak dikurangi dengan total biaya modal
tahunan. Apabila nilai EVA positif, perusahaan mampu memperoleh tambahan
kekayaan. Tetapi, jika nilai EVA negative, berarti perusahaan tidak mampu
mengelola modalnya dengan baik. EVA menekankan pada laba operasi setelah
pajak dan biaya modal actual. Para investor lebih memilih penggunaan EVA
sebab mengkaitkan antara laba dengan jumlah sumber daya yang dibutuhkan
untuk pencapaiannya. EVA dapat dirumuskan sebagai berikut.
EVA = EAT − (% biaya modal aktual x total modal yang dipakai)

Penggunaan EVA membantu mendorong jenis perilaku yang sesuai dengan


berbagai divisi dengan menunjukkan penekanan bahwa pendapatan operasi tidak
cukup.

E. TRASFER PRICING

DEFINISI TRANSFER PRICING

Transfer pricing adalah harga yang dibebankan satuan usaha individual dalam
suatu perseroan multi satuan usaha atas transaksi di antara mereka sendiri.
Konsep ini digunakan bila setiap satuan usaha dikelola sebagai suatu pusat laba,
yang masing-masing bertanggung jawab atas laba dari modal yang di
investasikan. Dengan praktek transfer pricing, perusahaan akan melaporkan rugi
sehingga tidak perlu membayar pajak.

Bukan rahasia umum untuk meminimalisasi pajak, perusahaan sering melakukan


transfer pricing guna memaksimalkan keuntungan. Bagi kalangan pebisnis,
pajak tetap saja dipandang sebagai beban yang mengurangi kecil keuntungan.
Atas dasar itu wajar jika mereka merekayasa suatu transaksi untuk
meminimalisasi beban pajak dengan transfer pricing. Transfer pricing
merupakan terminologi yang secara umum merujuk pada upaya rekayasa alokasi
keuntungan antar beberapa perusahaan dalam satu grup perusahaan
multinasional. Secara keseluruhan yang terpenting dari akhir kegiatan adalah
laba setelah pajak dari grup.

Transfer pricing menyebabkan ketidakadilan dalam perpajakan karena


perbedaan struktur perusahaan. Perusahaan yang dipecah-pecah menjadi suatu
grup dapat merekayasa laba sehingga meminimalkan pajak. Sementara itu,

13
perusahaan tunggal harus membayar pajak seperti apa adanya. Untuk
menegakkan keadilan perpajakan dimaksud, buku Tax Law Design and Drafting
terbitan IMF 1996, merekomendasikan dua pendekatan. Pertama, dengan
merumuskan dalam ketentuan domestik, suatu Negara dapat mengambil laba
global grup dan mengalokasikan sebagian laba tersebut berdasar formula
tertentu kepada sumber yang berada di negaranya dan kemudian memajaki
bagian laba dimaksud.

Kedua, suatu Negara dapat menentukan laba dari cabang usaha (bentuk usaha
tetap) atau anak perusahaan yang beroperasi di Negaranya terpisah dari grup
berdasar harga yang wajar yang seharusnya terjadi apabila transaksi dilakukan
dengan pihak di luar grupnya (arm's length price).

Dari kedua pendekatan tersebut, UU Pajak Penghasilan (PPh) menyebut


pendekatan kedua (pendekatan harga dan laba wajar- arm's length profits). Hal
ini sejalan dengan praktik pemajakan internasional yang berterima umum dan
dianjurkan untuk negara-negara anggota OECD.

Pasal 18 ayat (2) UU PPh menegaskan pemberlakuan arm's length price dan
profit tersebut dengan memberikan kewenangan kepada Dirjen Pajak untuk
menghitung kembali laba fiscal dan menentukan utang sebagai modal, apabila
terdapat transaksi antara pihak yang terdapat hubungan istimewa. Untuk
operasionalisasi Pasal 18 ayat (2) dimaksud. diterbitkan SE No.04/PJ.7/1993.
Nampaknya Surat Edaran ini merujuk pada Pedoman Transfer Pricing OECD
tahun 1979.

Subtansi dalam Surat Edaran tersebut lebih bersifat normatif, sehingga


operasionalisasi dalam praktik mengalami kesulitan. Hal ini dapat dimaklumi
karena kondisi dan istrumen pendukung upaya mengatasi transfer pricing di
Indonesia masih langka. Data pembanding harga, biaya dan laba kotor dari dunia
perdagangan, industry dan sector lainya sulit didapatkan. Sehingga kebanyakan
koreksi dari pemeriksaan atas transfer pricing dengan mudah dapat dipatahkan
oleh wajib pajak di Pengadilan Pajak.

a. Tujuan Transfer Pricing

Tujuan penerapan harga transfer adalah untuk mentransmisikan data


keuangan di antara departemen-departemen atau divisi-divisi perusahaan
pada waktu mereka saling mengunakan barang dan jasa satu sama lain (Henry
Simanora, 1999:273). Selain tujuan tersebut, transfer pricing terkadang
digunakan untuk mengevaluasi kinerja divisi dan emotivasi manajer divisi
penjual dan divisi pembelian menuju keputusan-keputusan yang serasi
dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan. Transfer pricing system should
satisfy three objektives: acurate performance evaluation, goal congruance,
and preservation of divisional autonomy (Joshua Ronen and George

14
McKiney, 1970:100-101) Sedangkan dalam lingkungan perusahaan
multinasional, transfer pricing digunakan untuk meminimalkan pajak dan bea
yang mereka keluarkan di seluruh dunia.Transfer pricing can effect overall
corporate incame taxes, this is particulary true for multinational corporations
(Hansen and Mowen, 1996:486)

b. Metode Transfer Pricing

Beberapa metode transfer pricing yang sering digunakan oleh perusahaan-


perusahaan konglomerasi dan divisionalisasi/departementasi yaitu:

1. Harga Transfer dasar Biaya (Cost – Based Transfer Pricing)

Perusahaan yang meggunakan metode transfer atas dasar biaya


menetapkan harga transfer atas biaya variable dan tetap yang bias dalam
3 pemilihan bentuk yaitu : biaya penuh (full cost), biaya penuh
ditambahkan mark-up (full cost plus markup) dangan bunga antara
biaya variable dan tetap (variabel cost plus fixed fee)

2. Harga Transfer atas Dasar Harga Pasar (Market Basis Transfer


Pricing)
Apabila ada suatu pasar yang sempurna, metode transfer pricing atas
dasar pasar inilah merupakan ukuran yang paling memadai karena
sifatnya yang independen. Namun keterbatasan informasi pasar yang
terkadang menjadi kendala dalam mengunakan transfer pricing yang
berdasarkan harga pasar.

3. Harga Transfer Negosiasi (Negotiated Transfer pricing)

Dalam ketiadaan harga, beberapa perusahaan memperkenalkan divisi-


divisi dalam perusahaan yang berkepentingan dengan transfer pricing
untuk menegosiasikan harga transfer pricing yang diinginkan. Harga
transfer mencerminkan prespektif control abilitas yang inheren dalam
pusat-pusat pertanggung jawaban karena setiap divisi yang
berkepentingan tersebut pada akhirnya yang akan bertanggung jawab
atas harga transfer yang dinegosiasikan.

15
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya,
dapat diambil beberapa kesimpulan:
Akuntansi pertanggungjawaban sebagai suatu sistem yang mengukur berbagai
hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban menurut informasi
yang dibutuhkan oleh para manajer untuk mengoperasikan pusat
pertanggungjawaban mereka. Akuntabilitas secara tidak langsung
mencerminkan pengukuran kinerja, yang berarti bahwa hasil aktual
dibandingkan dengan hasil yang diperkirakan atau dianggarkan.
Empat jenis pusat pertanggungjawaban adalah pusat biaya, pusat pendapatan,
pusat laba, dan pusat investasi. Laba residu adalah merupakan hasil dari
pengurangan laba operasi dengan presentase minimum dari biaya modal
dikalikan modal yang dipakai.
Dengan diterapkannya sistem akuntansi pertanggungjawaban yang baik akan
menyebabkan terciptanya suatu pengendalian. Akuntansi pertanggungjawaban
juga sebagai sarana untuk mengevaluasi kemampuan setiap manajer, selain itu
akan dibentuk landasan terciptanya suatu sistem pengukuran prestasi kerja.

B. Saran
Agar makalah ini dapat tersusun dengan subtansi yang baik dan bermanfaat
untuk khalayak umum. Penyusun mengharapkan kritik dan saran bersifat
membangun makalah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Image, 2021. Google Image Akuntansi Pertanggungjawaban.


Mulyadi, 2010. Akuntansi Pertanggungjawaban. Jakarta
Samryn, 2007. Akuntansi Pertanggungjawaban dalam Penilaian Kinerja. Jakarta.
Viyanti & Setin. 2010. Akutansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat Pengendalian
Manajemen Terhadap Penilaian Prestasi Kerja. Bandung Maranatha
Sugiri, Slamet. 1999. Akuntansi Manajemen. Edisi Revisi. Yogyakarta : UPP-AMP
YKPN.

Internet :

https://accounting.binus.ac.id/2021/09/14/akuntansi-pertanggung-jawaban-
sebagai-alat-penilaian-kinerja-part-1/ (dikutip, Sabtu Pukul 13.00 WIB 2
April 2023)
http://portaluniversitasquality.ac.id:55555/15/4/BAB%20II.pdf (dikutip, Sabtu
Pukul 13.00 WIB 2 April 2023)
https://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/download/2542/2308 (dikutip, Sabtu
Pukul 13.00 WIB 2 April 2023)
http://muchy-muchy.blogspot.com/2012/04/bab-vii-akuntansi-
pertanggungjawaban.html (dikutip, Sabtu Pukul 13.00 WIB 2 April
2023)
http://www.google.com/url.IKIN_SOLIKIN%2FAkuntansi_Pertanggungjawaban.
pdf/ (dikutip, Sabtu Pukul 13.00 WIB 2 April 2023)
http://dwiermayanti.wordpress.com/2009/10/23/akuntansi-pertanggungjawaban/
(dikutip, Sabtu Pukul 13.00 WIB 2 April 2023)
http://akuntansimanajemenku.blogspot.com/2013/01/responsibility-
accounting.html (dikutip, Sabtu Pukul 13.00 WIB 2 April 2023)

17

Anda mungkin juga menyukai