Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN

Dosen Pengampu:

Nurdina, S.E.,M.SA.

Disusun oleh :

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA

2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdullillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena
atas rahmat dan inayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Akuntansi Pertanggungjawaban” dengan tepat pada waktunya.
Makalah ini di susun dan dibuat berdasarkan materi-materi yang ada bertujuan
agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa dalam belajar serta
dapat memahami nilai-nilai dasar yang dikembangkan dalam berpikir dan
bertindak

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


kekurangan dan jauh dari kesempurnaan serta kesalahan baik dalam penulisan dan
penyusunannya. Untuk itu di harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan tugas makalah ini.
Kami selaku penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.

Senin, 05 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................4
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
2.1 Akuntansi Pertanggungjawaban................................................................6
2.2 Akuntansi Pertanggungjawaban VS Akuntansi Konvensional.................6
2.3 Jaringan Pertanggungjawaban...................................................................8
2.4 Jenis-Jenis Pertanggungjawaban...............................................................8
2.5 Menetapkan Pertanggungjawaban...........................................................11
2.6 Perencanaan, Akumulasi Data, dan Pelaporan berdasarkan Pusat
Pertanggungjawaban..........................................................................................11
2.7 Asumsi Keperilakuan dari Akuntansi Pertanggungjawaban...................14
2.8 Manajemen Berdasarkan Perkecualian...................................................14
2.9 Manajemen Berdasarkan Tujuan.............................................................15
2.10 Kesesuaian Antara Jaringan Pertanggungjawaban dan Struktur
Organisasi...........................................................................................................17
2.11 Penerimaan Tanggungjawab...................................................................18
2.12 Kapabilitas untuk Mendorong Kerja Sama.............................................18
BAB III..................................................................................................................20
PENUTUP..............................................................................................................20
3.1 Kesimpulan..............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada awal berdirinya suatu organisasi, telah dirumuskan tujuan
yang akan dicapai untuk kepentingan bersama. Pencapaian tujuan
oraganisasi sangat dipengaruhi oleh perilaku manusia dalam organisasi,
tidak bisa diklasifikasikan kalau orang-orang yang terlibat didalamnya
memiliki warna yang berbeda dan kepentingan yang berbeda pula.

Dalam akuntansi keperilakuan yang berbicara tentang perilaku


selalu berbarengan dengan akuntansi pertanggungjawaban dimana
merupakan penjelas akuntansi perencanaan, pengukur, pengevaluasi
kinerja organsasi, pemegang kendali bagi orang-orang yang
bertanggungjawan menjalankan operasi dan jawaban bagi masalah umum
pada akuntansi manajemen, serta merupakan komponen penting dari
sistem pengendalian sebab pada laporan pertanggungjawaban mencakup
semua aspek perilaku yang dikendalikan oleh perusahaan

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan akuntansi pertanggungjawaban?
2. Apa perbedaan akuntansi petanggungjawaban dengan akuntansi
konvensional?
3. Bagaimana jaringan pertanggungjawaban?
4. Apa saja jenis-jenis pusat pertangunggjawaban?
5. Bagaimana menetapkan pertanggungjawaban?
6. Apa saja perencanaan, akumulasi data, dan pelaporan berdasarkan
pusat pertanggungjawaban?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa itu akuntansi pertanggungjawaban
2. Untuk mengetahui perbedaan akuntansi pertanggungjawaban dengan
akuntansi konvensional
3. Untuk mengetahui jaringan pertanggungjawaban
4. Untuk mengetahui jenis-jenis pusat pertanggungjawaban
5. Untuk mengetahui cara menetapkan pertanggungjawaban
6. Untuk mengetahui perencanaan, akumulasi data, dan pelaporan
berdasarkan pusat pertanggungjawaban
1.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting) adalah
istilah yang digunakan untuk menjelaskan akuntansi perencanaan serta
pengukuran dan evaluasi kinerja organisasi sepanjang garis
pertanggungjawaban. Garis pertanggungjawaban ini meliputi pendapatan,
serta biaya-biaya yang diakumulasikan dan dilaporkan oleh pusat
pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban merupakan bagian
dalam organisasi yang diakumulasikan secara menyeluruh untuk
kepentingan pencatatan. Asumsinya bahwa seseorang pada pusat
pertanggungjawaban mempunyai pengendalian terhadap seluruh catatan-
catatan tersebut.

Akuntansi pertanggungjawaban adalah akuntansi manajemen


terhadap pengetahuan umum bahwa masalah-masalah bisnis dapat
dikendalikan seefektif mungkin dengan mengendalikan orang-orang yang
bertanggungjawab menjalankan operasi tersebut. Akuntansi
pertanggungjawaban adalah komponen yang penting dari sistem
pengendalian keseluruh perusahaan.

Adapun tujuan dari akuntansi pertanggungjawaban khususnya


berasal dari fakta bahwa struktur akuntansi pertanggungjawaban
memberikan suatu kerangka kerha yang bearti untuk melakukan
perencanaan, agregasi data, dan pelaporan hasil kinerja operasi
pertanggungjawaban dan pengendalian.

2.2 Akuntansi Pertanggungjawaban VS Akuntansi Konvensional

Akuntansi pertanggungjawaban tidaklah melibatkan deviasi


apapun dari prinsip akuntansi yang siterima secara umum. Akuntansi
pertanggungjawaban berbeda dengan akuntansi konvensional dalam hal
cara operasional direncanakan dan cara data akuntansi diklasifikasikan
serat diakumulasikan.

Dalam akuntansi konvensional, data diklasifikasikan berdasarkan


hakikat atau fungsinya dan tidak digambarkan sebagai individu-individu
yang bertanggungjawab atas terjadinya dan pengendalian terhadap data
tersebut.

Akuntansi pertanggungjawaban meningkatkan relevansi dari


informasi akuntannsi dengan menetapkan suatu kerangka kerja untuk
perencanaan, akumulasi data dan pelaporan yang sesuai dengan struktur
organisasi dan hierarki pertanggungjawaban dari suatu perusahaan.
Akuntansi pertanggungjawaban memberikan suatu sentuhan pribadi
terhadap mekanisme akumulasi data yang impersonal dalam akuntansi
konvensional dengan membahasnya bersama manager segmen secara
langsung, serta menyediakan tujuan dan hasil kinerja actual atas faktor-
faktor operasional kepada siapa para manager tersebut bertanggungjawab
dan mampu melakukan pengendalian. Berbagai data operasional tidak
hanya diklasifikasikan, diakumulasikan, dan dilaporkan berdasarkan
jenisnya tetapi juga berdasarkan individu-individu yang telah diberikan
tanggungjawab atasannya.

Akuntansi pertanggungjawaban melaporkan baik siapa yang


membelanjakan uang tersebut maupun apa yang dibeli oleh uang
tersebut. Oleh karena itu akuntansi pertanggungjawaban menambahkan
dimensi manusia pada perencanaan, akumulasi data dan pelapor. Karena
biaya dianggarkan dan diakumulasikan sepanjang garis
pertanggungjawaban, laporan yang diterima oleh manager segmen sangat
sesuai untuk evaluasi kinerja dan alokasi penghargaan. Akuntansi
pertanggungjawaban menimbulkan kesadaran terhadap biaya dan
pendapatan diselutuh organisasi serta motivasi manajer segmen untuk
berusaha mencapai tujuan.
2.3 Jaringan Pertanggungjawaban

Akuntansi pertanggungjawaban didasarkan pada pemikiran bahwa


seluruh biaya dapat dikendalikan dan msalahnya hanya terletak pada
penetapan titik pengendaliannya. Untuk tujuan ini, struktur organisasi
perusahaan dibagi-bagi kedalam suatu jarinagn pusat-pusat
pertanggungjawaban secara individual, atau sebagaimana didefinisikan
oleh National Association of Accounts, kedalam unit-unit organisasi
yang terlibat dalam pelaksanaan fungsi tunggal atau sekelompok fungsi
yang berkaitan, yang memiliki seorang kepada yang bertanggungjawab
untuk aktivitas unit tersebut.

Untuk menciptakan struktur jaringan pertanggungjawaban yang


efisien, tanggungjawab dan lingkup dari wewenang untuk setiap individu
dari eksekutif puncak sampai ke karyawan ditingkat paling rendah harus
di definisikan secara logis dan jelas.

Tidak boleh ada tanggungjawab yang tumpang tindih pada


tingkatan hierarki yang berbeda. Oarng yang dibebankan tanggungjawab
sebaiknya diberikan wewenang yang memadai untuk pekerjaan yang
diharapkan. Tanggungjawab sering kali menimbulkan kesalahpahaman,
kebingungan, duplikasi usaha, atau pengabaian kinerja. Jaringan
pertanggungjawaban yang berfungsi dengan baik harus mengandung
kesesuaian yang sempurna antara tanggung jawab dan wewenang
disemua tingkatan.

2.4 Jenis-Jenis Pertanggungjawaban

Pusat-pusat pertanggungjawaban (responsibility center) individual


berfungsi sebagai kerangka kineja untuk mengukur dan mengevaluasi
kinerja dari manajer segmen. Kinerja manajer dalam keranga kerja
akuntansu pertanggungjawaban disamakan dengan kemampuan mereka
untuk mengelola faktor-faktor operasional tertentu yang dikendalikan.
Pusat pertanggungjawaban dikelompokkan dalam 4 ketogori:
1. Pusat Biaya
Pusat biaya merupakan bidang tanggung jawab
menghasilkan suatu produk atau memberikan suatu jasa. Manajer
yang bertanggung jawab atas pusat biaya memiliki diskesi dan
kendali hanya atas penggunaan sumber daya fisik dan manusia
yang diperlukan untuk melaksanakan tugas yang diberikan
kepadanya. Mereka tidak memiliki kendali atas pendapatan,
karena fungsi pemasaran bukanlah tanggung jawabnya.
Selama proses perencanaan, para manajer pusat biaya
diberikan kuota produksi dapat berpartisipasi dalam menetapkan
tujuan biaya yang realistis dan adil untuk tingkat output yang di
antisipasi. Hasil kinerja dilaporkan secara periodic kepada
manajer dalam bentuk laporan yang membandingkan biaya actual
tang terjadi dengan biaya yang dianggarkan. Pusat-pusat biaya
merupakan bentuk pertanggungjawaban nyang diguanakan secara
luas. Contoh umum pusat biaya antara lain: depatemen
pengiriman, departemen penerimaan, departemen kredit, dan
departemen pelanggan.
2. Pusat Pendapatan
Manajer dipusat pendapatan tidak mempunyai diskresi
maupun pengendalian terhadap investasi pada aktiva atau biaya
dari barang atau jasa yang akan dijual. Mereka hanya memiliki
kendali terhadap biaya pemasaran langsung dan kinerja mereka
akan diukur dalam hal lemampuan mereka untuk mencapai target
penjuakan yang telah ditentukan sebelumnya dalam batasan beban
tertentu. Salah satu contoh dari pusat pendapatan antara lain :
departemen pemasaran, pusat distribusi, bagian barang jualan di
toko serba ada, atau tenaga penjual individual.
3. Pusat Laba
Pusat laba adalah segmen dimana manajer memiliki
kendali atas pendaptan maupun biaya, manajer dievaluasi
berdasarkan efesiaensi mereka dalam menghasilkan pendapatan
dan mengendalikan biaya. Diskresi yang mereka miliki terhadap
biaya meliputi beban produk atau jasa.
Konversi atas suatu pusat biaya meliputi biaya menjadi
pusat laba dicapai dengan biaya transfer yang bertindak sebagai
harga jual internal dan menciptakan pendapatan serta laba
artifisial untuk segmen tersebut. Kinerja dari manajer pusat laba
dievaluasi berdasarkan target laba yang direncanakan seperti
tingkat pengembalian minimum yang diharapkan dan tingkat
halangan untuk laba residual.
4. Pusat Investasi
Manajer pusta investasi bertanggung jawab terhadap
investasi dalam aktiva serta pengendalian atas pendapatan dan
biaya. Mereka bertanggung jawab untuk mencapai margin
kontribusi dan target laba tertentu serta efesiaensi dalam
penggunaan aktiva. Mereka diharapkan untuk mencapai
keseimbangan yang sehat antara laba yang dicapai dan investasi
dalam sumber daya yang digunakan. Kriteria yang digunakan
dalam mengukur kinerja mereka dan menentukan penghargaan
mereka meliputi tingkat pengembalian atas aktiva, rasio
perputaran, dan laba residual.
5. Pusat Biaya Teknik
Pusat biaya teknik merupakan pusat biaya yang sebagaian
besar biayana memiliki hubungan fisik yang erat dengan output
yang dihasilkan. Manajer pusat biaya teknik ini akan diukur
efesiensi dan efektifitasnya. Efesiensi diukur dengan
membandingkan antara biaya standar dengan biaya yang
sesungguhnya terjadi. Kinerja manajer tersebut dikatakan
efesiensi jika nilai biaya actual melebihi nilai biaya standard yang
telah ditetapkan.
6. Pusat Biaya Kebijakan
Pusat biaya kenijakan adalah pusat biaya yang sebagian
besar biayanya tidak mempunyai hubungan yang erat dengan
output yang dihasilkan. Contoh pusat biaya kebijakan adalah unit
administrasi dan unit pendukung lainnya (seperti departemen
akuntansi, departemen hukum, departemen hubungan industrial,
dan departemen hubungan masyarakat), departemen penelitian
dan pengembangan serta pemasaran. Output pusat biaya
kebijakan tidak dapat diukur dengan satuan nilai moneter.

2.5 Menetapkan Pertanggungjawaban


Setelah memilih jenis dari struktur organisasi, maka tugas penting
berikutnya dalam membangun suatu sistemn pertanggungjawaban yang
efektif secara keperilakuan adalah menggambarkan pertanggungjawaban.
Pengaruh perilaku yang menguntungkan diri pembebanan tanggung
jawab atas fungsi-fungsi tertentu kepada individu didukung dengan riset-
riset empiris. Sayangnya, saling ketergantungan dari berbagai segmen
suatu organusasu sering kali menimbulkan kesulitan dalam membuat
gambaran tanggung jawab atas suatu aktivitas atau fungsi yang mungkin
pada kenyataannya membagi tanggung jawab tersbut dengan atasannya.
Manajer-manajer segmen dengan tanggung jawab atas tugas tertentu
mungkin tidaklah independen satu sama lain dan tanggung jawab mereka
bisa saja tumoang tindih.

Penggambaran terakhir dari pertanggungjawaban seharusnya


seimbang dan diterima oleh semua pihak yang terlibat. Jika dilakukan
secara memadai, maka hal tersebut seharusnya bersifat superior secara
motivasional dibandingkan dengan praktik-praktik umum yang
menganggap manajer bertanggung jawab atas hal-hal yang tidak dapat
mereka ubah.

2.6 Perencanaan, Akumulasi Data, dan Pelaporan berdasarkan Pusat


Pertanggungjawaban
` Ketika struktur jaringan pertanggungjawaban yang baik dibangun,
maka hal ini menjadi suatu wahana untuk perencanaan, akumulasi data,
dan pelaporan. Setiap elemen biaya atau pendapatan, baik yang berasa
dalam anggaran maupun dalam akumulasi hasil aktual. Seharusnya
ditelusuiri ke segmen jaringam pertanggungjawaban di mana tanggug
jawab atas hal tersebut.

1. Anggaran Pertanggungjawaban
Untuk maju secara kronologis, disusunlah anggaran yang
membenbankan target biaya dan pendapatan kepada setiap
segmen jaringan. Hal ini merupakan basis untuk mengevaluasi
kinerja orang yang bertanggung jawab atas setipa unit organisasi.
Karakteristik dari anggaran pertanggungjawaban adalah
bahwa manajer pusat bertanggungjawab dibebani target kinerja
hanya untuk pos-pos pendapatan dan biaya yang dapat mereka
kendalikan. Walaupun kepala dari pusat pertanggungjawaban
tidak memiliki kendali sepenuhnya atas elemen-elemen biaya
tertentu, jika mereka mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap jumlah biaya yang terjadi, maka biaya-biaya tersebut
bisa dianggap “dapat dikendalikan” pada tingkat mereka dan
dapat dibebankan kepada pusat pertanggungjawaban mereka.
Proses penyusunan anggaran akan efektif jika dimulai dari
tingkat organisasi atau tingkat jaringan paling bawah untuk mana
anggaran disusun dan kemudian diteruskan ke tingkat yang lebih
tinggi melalui suatu rantau komando yang berbentuk seperti
piramida. Setiap orang yang bertanggung jawab atas suatu pusat
biaya dianggap bertanggung jawab untuk menyiapkan estimasi-
estimasi anggaran untuk pos-pos beban yang dikendalikan
olehnya.
2. Akumulasi Data

Untuk memfasilitasi perbandingan periodik dengan


berbagai perencanaan anggaran, akumulasi pos-pos laba dan
beban actual haruslah mengikuti pola jaringan
pertanggungjawaban. Hal ini membutuhan adanya klasifikasikan
tiga dimensi terhadap biaya dan pendapatan selama akumulasi
data. Kedua, dalam setiap pusat pertanggungjawaban, biaya
tersebut diklasifikasikan bersadarkan apakah biaya tersebut
dikasifikasikan berdasarkan jenis biaya, atau berdasarkan pos-pos
pealaporan seperti gaji, perlengkapa, bahan baku, dan sewa.

Jenis akumulasi data ini memberikan kepada manajemen


informasi yang terkait dengan beberapa dari operasinya. Dimasa
lalu, akumulasi data tiga dimensi secara teknik adalag sulit karena
hanya ada sistem yang manual atau semi-otomatis yang tersedia
untuk akumulasi data. Tetapi, peralatan pemrosesan data secara
elektronik sekarang ini memungkinkan akumulasi dan perincian
data dengan cara apapun yang diinginkan.

3. Pelaporan Pertanggungjawaban

Pada akhir dari sistem akuntansi pertanggungjawaban


adalah laporan pertanggungjawaban atau laporan kinerja secara
periodik. Laporan-laporan ini merupakan media lewat mana
biaya-biaya dikendalikan, efesiensi manajerial diukur, dan
pencapaian tujuan dinilai. Alat pengendalian ini melaporkan apa
yang terjadi baik berdasarkan akun maupun berdasarkan tanggung
jawab fungsional dari individu-individu. Laporan kinerja
didistribusikan kepada manajemen puncak dan manajer di tingkat
yang lebih rendah.

Untuk meningktakan efesiensi, sistem pelaporan


pertanggungjawaban seharusnya didasarkan pada apa yang
disebut dengan “laporan bentuk piramida” atau prinsip
“teleskop”. Hal ini bearti bahwa setiap manajer pusat
pertanggungjawaban hanya menerima lporan pengendaliannya
sendiri bahwa laporan rinci tingkat terendah diterbitkan terlebih
dahulu. Kontribusi utama dari akuntansi pertanggungjawaban
adalah bahwa akuntansi pertanggungjawaban memungkinkan
manajemen untuk mengndalikan biaya dan efesiensi melalui
pembebanan tanggung jawab untuk biaya tersebut kepada oarng-
orang yang melaksanakan berbagai tugas.

2.7 Asumsi Keperilakuan dari Akuntansi Pertanggungjawaban


Perencanaan pertanggungjawaban, akumulasi data, dan sistem
pelaporan didasarkan pada beberapa asumsi yang berkenaan dengan
operasi dan perilaku manusia, meliputi:

1. Manajemen berdasarkan perkecualian (MBE) mencakupi untuk


mengendalikan operasi secara afektif
2. Manajemen berdasarkan tujuan (MBO) akan menghasilkan
anggaran, biaya standard, tujuan organisasi, dan rencana praktis
untuk mecapainya yang disetujui bersama
3. Struktur pertanggungjawaban dan akuntanbilitas mendekati
struktur hierarki organisasi
4. Para manajer dan bawahannya rela menerima
pertanggungjawaban dan akuntanbilitas yang dibebankan kepada
mereka melalui hierarki organisasi
5. Sistem akuntansi pertanggungjawaban mendorong kerjasama
bukan persaingan

2.8 Manajemen Berdasarkan Perkecualian


Manajemen berdasarkan perkecualian mengasumsikan bahwa
untuk mengelola dan mengendalikan aktivitas organisasi dengan paling
efektif, manajer sebaiknya menggonsentrasikan perhatian mereke pada
bidang-bodang dimana hasio aktual menyimoang secara sebstansial dari
tujuan yang di anggarkan atau standard. Para pendukung pendekatan ini
mengklaim bahwa pendekatan ini menghasilkan penggunaan waktu
manajemen yang langka secara efesiensi, berkonsentrasi pada perbaikan
inefesiensi, dan mendorong tindakan yang diinginkan.
Pada banyak contoh, hanya varians yang tidak menguntungkan
titik-titik masalah yang jelas segera mendapatkan perhatian. Pengkuan dan
perhatian yang diberikan pada varians yang menguntungkan sama sekali
tidak ada atau lebih lemah dibandingkan dengan respon terhadap varians
yang tidak menguntungkan. Karena alasan ini, manajer pusat
pertanggungjawaban sering kali memandang laporan kinerha sebagai alat
yang menekan kegagalan. Manajer tingkat yang lebih rendah cenderung
melihat laporan-laporan tersebut sebagai hukuman dan bukan informasi.
Mereka mencoba membela kekurangan mereka dengan mempertanyakan
kewajaran dan keadilan norma-norma kinerja dan teknik-teknik yang
digunakan salam akumualsi data kinerja. Pendekatan ini mungkin juga
mengakibatkan manajer menjadi telalu hati-hati dan enggan mencoba
pendekatan baru dimana risiko kegagalan tinggi. Namun “bermain dengan
aman” dalam jangka pendek dapat berpengaruh negative terhadap posisi
persaingan dan profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang. Kondisi
ini juga akan meurunkan kretivitas dan inovasi karyawan.

2.9 Manajemen Berdasarkan Tujuan


Akuntansi pertanggungjawaban memfasilitasi manajemen
berdasarkan tujuan atau manajemen berdasarkan pengendalian diri. Hal ini
merupakan suatu pendekatan manajemen yang didesain untuk mengatasi
berbagai respon manusia yang disfungsional yang dipicu oleh usaha
manusia untuk mengndalikan operasi menggunakan dominasi. Orang-
orang membenci batasan-batasan biaya , mereka ingin melaukan tugas
dengan cara mereka sendiri karena yakin bahwa mereka mampu
mengarahkan diri dan pekerjaan mereka sendiri.

Sebagai teknik pengendalian manajemen, manajemen berdasarkan


tujuan memfasilitasi keinginan akan pengendalian diri dan memberikan
kesempatan kepada para manajer dan bawahannya untuk
memformulasikan tujuan dan aktivitas secara bersama-sama bagi pusat
pertanggungjawaban mereka. Tujuan ini haus selaras dengan tujuan
perusahaan secara menyeluruh.

Untuk memperoleh motivasi dan komunikasi yang optimal dari


manajemen berdasarkan tujuan dan sistem akuntansi pertanggungjawaban,
kondisi-kondisi lingkungan tertentu yang menguntungkan harus ada atau
dipandang ada. Kondisi-kondisi tersebut antara lain meliputi hal-hal
berikut:

1. Dalam menetapkan tujuan pusat pertanggungjawaban, manajemen


puncak harus menyediakan arahan secara keseluruhan dengan
menspesifikasi tujuan dan cita-cita perusahaan secara
keseluruhan.
2. Motivasi akan meningkat jika orang-orang oercaya bahwa
pencapaian tujuan perusahaan akam memenuhi kebutuhan
probadi mereka secara simultan
3. Jika orang-orang memandang tujuan organisasi sesuai dengan
tujuan mereka, maka mereka akan mengintregasikan tujuan
perusahaan dan keselarasan tujuan di capai.
4. Manajer pusat pertanggungjawaban adalah penting dalam proses
ini. Hubungan pribadi mereka dengan bawahannya berpengaruh
terhadap diterimanya atau ditolaknya tujuan perusahaan.
5. Dalam formulasi bersama dari tujuan kinerja dan rencana
tindakan terperinci manajemen puncak dan manajer pusat
pertanggungawaban harus memaksimalkan keselarasan anatara
kebutuhan probadi dan aspirasi karier dari kelompok kerja serta
tujuan perusahaan secara keseluruhan.

Ketika mengevaluasi kinerja aktual dengan mengetahui tujuan kinerja


yang diinformasikan bersama, manajer pusat pertanggungjawaban pada
semua tingkatan harus menahan diri dari penggunaan hasil kinerja sebagai
cara mencari kambing hitam atau dengan cara menghukum. laporan
tersebut adalah alat untuk menelusuri deviasi yang menguntungkan
maupun tidak menguntungkan dalam pencapaian biaya dan pendapatan ke
individu yang berada pada posisi terbiak untuk menjelaskan penyebabnya.
Pendekatan ini menekankan bahwa manajer pusat pertanggungjawaban
hanya dianggap bertanggung jawab atas pos-pos pendapatan dan beban
yang mereka ubah.

Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu kajian dalam


akuntansi yang lebih memfokuskan diri pada aspek-aspek tanggungjawab
dari salah satu atau lebih anggota organisasi atas suatu kerjaan, bagian,
atau segmen teretntu. Tidak hanya itu, akuntansi pertanggungjawaban juga
melibatkan aspek-aspek keperilakuan dari anggota organissi. Hal ini
disebabkan karena ekuntansi pertanggungjawaban dapat dipandang
sebagai alat pengendalian bagi organisasi. Kinerja setiap individu,
kelompok, maupun divisi dapat dijelaskan dari laporan-laporan yang
diungkapkan dalam akuntansi. Oleh karena itu, aspek-aspek keperilakuan
juga menjadi sorotan penting dalam implenmtasi akuntansi
pertanggungjawaban.

Permasalahan yang terkait dengan keperilakuan dalam akuntansi


pertanggungjawaban dapat berdampak serius bahi individu maupun
organisasi. Perilaku menyimoang dari yang diharapkan, rendahnya
motivasi, dan tidak layaknya para manajer pusat bertanggungjawab adalah
contoh-contoh dari dampak yang dihasilkan akibat gagalnya pusat
pertanggungjawaban untuk mengakomodasi aspek-aspek keperilakuan
secara tepat. Dengan demikian, aspek keperilakuan menjadi aspek penting
lain disamping aspek perancangan jaringan pusat pertanggungjawaban.

2.10 Kesesuaian Antara Jaringan Pertanggungjawaban dan Struktur


Organisasi
Akuntansi pertanggungjawaban mengasumsikan bahwa
pengendalian oraganisasi ditingkatkan dengan penciptaan jarigan pusat
pertanggungjawaban yang sesuai dengan struktur organisasi formal.
Maksud manajemen puncak untuk mendelegasikan dan menyebarkan
dijelaskan oleh “hierarki wewenang” atau “struktur organisasi” yang
menugaskan wewenang dan tanggung jawab untuk tugas-tugas tertentu
berdasarkan tingkatan hierarki untuk capaian pembagian kerja yang bearti.

Ketika wewenang diberikan kepada manajer individual mereka


memandangnya sebagai kekuasaan untuk bertindak secara resmi dalam
lingkup delegasi mereka untuk memengaruhi perilaku dari bawahannya.
Sayangnya, banyak organisasi diganggu oleh kelemaham-kelemahan yang
parah dalam delegasi. Karena pusat pertanggungjawaban merupakan dasar
dari keseluruhan sistem akuntansi pertanggungjawaban, kerangka kerja
untuk itu seharusnya didesain secara hati-hati. Struktur organisasi harus
dianalisis terhadap kelemahan dalam pendelegasian dan penyebaran.

2.11 Penerimaan Tanggungjawab


Elemen yang paling penting dalam keberhasilan suatu sistem
akuntansi pertanggungjawaban adalah penerimaan manajer pusat
pertanggungjawaban atas tanggung jawab yang diberikan sebagai suatu
yang seimbang dan kerelaan mereka dimintai pertanggungjawaban.

Kerelaan untuk menerima tanggung jawan bergantung pada


bagaimana mereka memandang diskresi dan pengendalian mereka atas
sumber daya manusia dan fisik yang diperlukan untuk melaksanakan
tugas yang telah ditetapkan. Mereka akan bereaksi ke arah yang semakin
menguntungkan jika budaya organisasi memberikan kepada mereka
kebebasan untuk melakukan kewajiban mereka dengan cara mereka
sendiri sepanjang mereka memperoleh hasil yang dikehendaki. Karena
tahap evaluasi kinerja dari akuntansi pertanggungjawaban
mengungkapkan baik keberhasilan maupun kegagalan kinerja, terdapat
kepercayaan implisit antara mereka yang dikendalikan dengan atasan
mereka.

2.12 Kapabilitas untuk Mendorong Kerja Sama


Akuntansi pertanggungjawaban meningkatkan kerjasama
organisasi dengan menunjukkan kepada manajer bagaimana aktivitas
mereka sesuai dengan gambaran keseluruhan dan bahwa setiap orang
bekerja untuk tujuan bersama. Akuntansi pertanggungjawaban juga
meningkatkan kesetiaan pada perusahaan, harga diri, dan rasa penting
mengizinkan orang untuk memformulasi tujuannya sendiri dan membuat
keputusannya sendiri dalam kerangka kerja delegasi
pertanggungjawaban. Mereka akan memandang segmen mereja dan diri
mereka sendiri sebagai bagian yang penting dari perusahaan secara
keseluruhan dan akan lebih rela untuk berjuang mencapai tujuan. Mereka
akan menerima laporan kinerka sebagai suatu alat yang bermanfaat untuk
melakukan koreksi atas tindakan.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pencapaian tujuan organisasi sangat dipengaruhi oleh perilkau


manusia dalam organisasi. Biasanya, sebuah perusahaan di organisasi
sepanjang garis pertanggungjawaban. Keteka organisasi menjadi
bertambah besar, garis pertanggungjawaban menjadi lebih besar dan lebih
banyak. Struktur trasional menjadi tidak praktis. Praktek konteporer saat
ini sedang bergerak menuju suatu hierarki yang datar. Struktur ini, yang
mengandalkan tim-tim kerja, konsisten dengan desentralisasi. Oleh karena
itu penerapan metode-metode dan teknik akuntansu manajemen harus
dipertimbangkan perilaku manusia

Secara umum akuntansi pertanggungjawaban dapat dikatakan


sebagai suatu sistem yang meliputi perencanaan, pengukuran, dan evaluasi
informatika atau laporan akuntansi dalam suatu organisasi yang terdiri dari
beberapa pusat pertanggungjawaban dimana tiap-tiap pusat
tanggungjawaban dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab
atas aktifitas yang dipimpinnya

Perbedaan mendasar akuntansi pertanggungjawaban dan akuntansi


konvensional adalah terletak pada perencanaan, klasifikasi, dan
pengumpulan data. Akuntansi konvensional mengklasifikasiakn data
berdasarkan pada sifat atau dari fungsi biaya, sedangkan akuntansi
pertanggungjawaban lebih menitikberatkan pada pertanggungjawaban atas
kejadian dan kontrol secara individual.
DAFTAR PUSTAKA
Ikhsan, Arfan dan Muhammad Ishak. 2008. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta :
Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai