Anda di halaman 1dari 13

PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN: PUSAT PENDAPATAN DAN PUSAT BIAYA

((Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Sistem Pengendalian Manajemen )

Dosen Pengampu : Vino Vebrianto S.E.,AK.,M.Ak.,CA.

Disusun oleh :

Aditia Rizki Maulana


Fresa Darmawan

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TEKONOLOGI DIGITAL

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pusat Pendapatan dan Pusat
Biaya ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Sistem Pengendalian Manajemen. Selain itu, makalah ini
juga bertujuanuntuk menambah wawasan tentang Pusat Pendapatan dan Pusat Biaya bagi para
pembaca danjuga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Nama dosen., selaku dosen matakuliah Sistem
Pengendalian Manajemen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.Saya juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagisebagian pengetahuannya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari,makalah yang saya tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 21 Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Kerangka Masalah ...................................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pusat Pertanggungjawaban ....................................................................................... 3

2.2 Pusat Pendapatan ........................................................................................................ 8

2.3 Pusat Biaya ................................................................................................................ 10

BAB II PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era globalisasi sekarang ini, terutama di indonesia, persaingan antara


perusahaan semakin ketat, baik dalam bidang industri, jasa maupun perdagangan. Perusahaan
diwajibkan untuk dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang kondusif dan mampu
menggerakkan roda pembangunan dan mempersiapkan diri menuju kemandirian. Untuk
mewujudkan itu semua, perusahaan benar-benar harus mempersiapkan diri dan memperhatikan
tingkat efektifitas dan efisiensi perusahaan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
menentukan sistem pemasaran yang tepat untuk produk yang dijual oleh perusahaan guna
meningkatkan jumlah penjualan.

Karena semakin ketatnya persaingan antar perusahaan untuk memasarkan produknya,


terdapat banyak cara yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan jumlah
penjualannya baik berupa penjualan tunai, kredit, maupun angsuran. Sekarang ini ada sistem
penjualan baru di samping cara penjualan yang dilakukan perusahaan secara tunai, kredit dan
angsuran yaitu dikenal dengan penjualan secara konsinyasi. Penjualan konsinyasi dapat diartikan
sebagai pengiriman atau penitipan barang dari pemilik kepada pihak lain yang bertindak sebagai
agen penjualan dengan memberikan keuntungan berupa komisi sesuai dengan perjanjian yang
telah disepakati oleh kedua belah pihak. Hak milik dari barang tetap masih berada pada pemilik
sampai barang tersebut terjual, sistem penjualan konsinyasi ini dapat dipakai untuk semua jenis
produk.

Pemanfaatan jurnal konsinyasi dalam bidang akuntansi membentuk dasar untuk mencatat
setiap fase transaksi konsinyasi secara akurat, termasuk proses penitipan barang, penjualan, dan
pembayaran komisi. Ini memberikan kemampuan kepada para akuntan dan manajer keuangan
untuk memantau dengan tepat aset yang ditempatkan dalam konsinyasi, menilai performa
penjualan, serta mencatat transaksi komisi yang muncul. Oleh karena itu, pemahaman mendalam
mengenai jurnal konsinyasi menjadi kunci utama untuk memastikan kelengkapan dan akurasi
laporan keuangan, serta untuk memastikan efisiensi dalam operasional.

1
Meskipun demikian, penggunaan jurnal konsinyasi tidak selalu mudah, dan terdapat aspek-
aspek tertentu yang memerlukan perhatian khusus. Dari penyelesaian transaksi hingga perhitungan
komisi, setiap langkah memerlukan manajemen yang hati-hati agar hasil akhir mencerminkan
kondisi keuangan yang sebenarnya. Karena itulah, penelitian dan pemahaman yang mendalam
terkait konsep dan aplikasi jurnal konsinyasi menjadi penting bagi praktisi akuntansi, mahasiswa,
dan para pelaku bisnis.

1.2 Kerangka Masalah

1. Apa yang Dimaksud Jurnal Konsinyasi dalam akuntansi?

2. Apa saja karakteristik Akuntansi Konsinyasi dalam akuntansi?

3. Apa saja jenis-jenis jurnal Konsinyasi ?

4. Bagaimana contoh kasus Jurnal Konsinyasi dalam akuntansi?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana jurnal konsinyasi

2. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik akuntansi konsinyasi

3. Untuk mengetahui bagaimana jenis-jenis jurnal konsinyasi

4. Untuk mengetahui bagaimana contoh kasus jurnal konsinyasi dalam akuntansi

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pusat Pertanggungjawaban
2.1.1 Pengertian Pusat Pertanggungjawaban
Pusat pertanggungjawaban adalah satu unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer
pertanggungjawaban. Umumnya sebuah perusahaan terdiri dari beberapa pusat
pertanggungjawaban yang masing-masing ditunjukkan dalam satu kotak dalam bagan struktur
organisasi. Pusat pertanggungajawaban ini membentuk suatu hirearki. Tingkatan terendah adalah
pusat pertanggungjawaban untuk unit, seksi, bagian atau unit organisasi kecil lainnya. Tingkatan
yang lebih tinggi adalah departemen, unit usaha atau divisi. Semua ini adalah pusat-pusat
pertanggungjawaban. Tanggung jawab manajer pusat pertanggungjawaban adalah untuk
menciptakan hubungan yang optimal antara sumber daya input yang digunakan dengan output
yang dihasilkan dikaitkan dengan target kinerja. Input diukur dengan jumlah sumber daya yang
digunakan sedangkan output diukur dengan jumlah produk/output yang dihasilkan.
2.1.2 Karakteristik Pusat Pertanggungjawaban
Pusat pertanggungjawaban melakukan kegiatan untuk mencapai satu atau lebihtujuan yang
disebut objective. Organisasi secara keseluruhan mempunyai goal, manajersenior menetapkan
strategi untuk mencapai goal. Objective berbagai pusatpertanggungjawab dalam suatu organisasi
membantu implementasi strategi. Karena organisasi merupakan sekumpulan pusat
pertanggungjawaban, maka apabila setiap pusat pertanggungjawaban mencapai objective-nya,
maka goal organisasi akan tercapai.
Pusat pertanggungjawaban menerima input, dalam bentuk bahan baku, tenagakerja dan
jasa. Dengan menggunakan modal kerja (persediaan, piutang) perlengkapanpabrik dan asset
lainnya, pusat pertanggungjawaban melakukan kegiatan untukmengubah input menjadi output
baik dalam bentuk barang atau jasa. Pada pabrik bentukoutputnya adalah produk. Pada unit staff,
seperti sumber daya manusia, trasportasi,teknisi, akuntansi dan administrasi, serta outputnya
adalah jasa.
2.1.3 Hubungan antara Input dan Output
Manajemen bertanggung jawab terhadap keserasian antara input dan output.Hubungan
input dan output bisa berbentuk sebab akibat dan langsung. Pengawasandifokuskan pada
memproduksi output pada saat dibutuhkan, jumlah yang diinginkanmenurut spesifikasi yang benar

3
dan standar mutu, serta input yang minimum. Misalnyainput berupa bahan baku pada bagian
produksi, output-nya bisa menjadi input bagi bagian finishing. Akan tetapi dalam sejumlah situasi,
input tidak secara langsungberkaitan dengan output yang dihasilkan.

Biaya pengiklanan adalah input yang ditujukan untuk meningkatkan hasil penjualan;
namun karena penghasilan juga dipengaruhi sejumlah faktor lain selain iklan, maka kaitan antara
meningkatnya biaya iklan dengan meningkatnya penghasilan tidak selalu tampak dan lagi pula
keputusan manajemen untuk meningkatkanpengeluaran untuk iklan tampaknya lebih berbasis
pada penilaian subjektif daripadaberdasarkan data. Sementara itu, dalam litbang, hubungan antara
input dan outputbahkan lebih bersifat kabur; hasil dari litbang yang dilakukan pada masa
sekarangbarangkali tidak bisa diketahui selama beberapa tahun dan jumlah optimum yang
harusdibelanjakan oleh sebuah perusahaan untuk litbang tidak bisa ditentukan.
2.1.4 Menghitung Input dan Output
Dalam sistem pengendalian manajemen terdapat perhitungan seperti jumlah jamkerja,
banyaknya jumlah listrik yang digunakan, banyaknya jumlah kertas yangdigunakan, hal tersebut
disebut dengan bentuk unit moneter. Jumlah moneter biasanyadiperoleh dengan mengalikan
jumlah unit dengan harga per unit. Hasil perkalian inidisebut “Cost”, sehingga dapat dikatakan
cost adalah ukuran moneter untuk jumlahinput yang digunakan oleh suatu pusat
pertanggungjawaban.
Walaupun cost merupakan ukuran untuk input, untuk ukuran output biasanyalebih sulit.
Pada organisasi yang berorientasi laba, pendapatan merupakan ukuran dari outputnya, tapi output
sebenarnya tidak terbatas pendapatan saja. Jika bagian penelitiandan pengembangan melakukan
penelitian untuk menghasilkan produk dengan penggunaan bahan baku yang lebih efisien, tentu

4
saja output tersebut tidak bisa diukurdengan pendapatan saja. Contoh lainnya adalah biaya iklan,
pelatihan sumber dayamanusia, biaya aktivitas litbang, biaya promosi penjualan.
Bagian tersulitnya adalah saat pengukuran output pada perusahaan nirlaba,biasanya
perusahaan tersebut adalah rumah sakit, panti asuhan, dan lain-lain. Banyak organisasi tidak
berusaha untuk mengukur output dari pusat pertanggung-jawabanseperti itu. Mengingat
keterbatasan tersebut, kemudian mereka menggunakan suatuperkiraan atau pengganti dari output.
Lebih mudah untuk mengukur biaya inputdaripada untuk menghitung nilai output. Tidak ada tolak
ukur untuk mengukur ouputbahkan organisasi-organisasi tidak berupaya untuk mengukur output
dari masing-masing pusat tanggungjawab.
2.1.5 Efisiensi dan efektivitas
Konsep input, output, dan biaya digunakan untuk menjelaskan makna dari efisiensi dan
efektivitas, yang merupakan dua kriteria dengan mana kinerja pusat pertanggungjawaban dinilai.
Kedua istilah ini hampir selalu digunakan dalam suatu perbandingan dan bukan dalam makna
absolute. Biasanya tidak dinyatakan bahwa suatu pusat, katakanlah pusat pertanggungjawaban A,
80 % efisien; tetapi lebih tepat jika dikatakan bahwa pusat pertanggung jawaban tersebut lebih
(atau kurang) efisien dibandingkan dengan para pesaingnya, lebih (atau kurang) efisien
dibandingkan dengan pusat pertanggungjawaban B.
Efisiensi adalah rasio output terhadap input, atau jumlah output per unit input. Pusat
pertanggungjawaban A lebih efisien daripada pusat pertanggungjawaban B (1) jika menggunakan
jumlah sumber daya yang lebih sedikit daripada pusat pertanggungjawaban B, namun
memproduksi jumlah output yang sama, atau (2) menggunakan jumlah sumber daya yang sama
namun memproduksi jumlah output yang lebih besar.
Perlu dicatat bahwa kriteria pertama tidak mengharuskan agar output dikuantitatifkan;
tetapi adalah perlu untuk menilai bahwa output dan kedua unit tersebut hampir sama. Jika demikian
halnya, dengan mengasumsikan bahwa kedua pusat tanggung jawab tersebut menjalankan
pekerjaan mereka dengan memuaskan dan besarnya masing-masing pekerjaan tersebut bisa
dibandingkan, maka unit dengan input yang lebih rendah adalah yang lebih efisien. Akan tetapi,
dalam kriteria kedua di mana input adalah sama namun dengan outputnya berbeda, maka
dibutuhkan beberapa tolak ukur output kuantitatif; shingga merupakan perhitungan yang lebih
sulit.

5
Dalam banyak pusat tanggung jawab, efisiensi dikur dengan cara membandingkan biaya
aktual dengan standar, di mana biaya-biaya tersebut harus dinyatakan dalam output yang diukur.
Meskipun metode ini dapat digunakan, tetapi metode ini mempunyai dua kelemahan utama : (1)
biaya yang tercatat bukanlah tolak ukur atas sumber daya yang sebenarnya digunakan, dan (2)
standar pada hakikatnya merupakan perkiraan tentang apa yang idealnya harus tercapai dalam
kondisi yang ada.
2.2 Pusat Pendapatan
Pusat pendapatan adalah pusat pertanggung jawaban yang keluannya diukur dalam rupiah,
kalau pusat kalau pusat pendapatan berwenang dalam menentukan harga jual, sedangkan
sedangkan masukannya tidak berhubungan dengan keluaran, sehingga tidak dapat dengan dihitung
labanya. Masukan pusat pendapatan tidak dapat dihubungkan dengan pendapatan karena kedua
hal tersebut umumnya memang sulituntuk dihubungkan. Contoh pusat pendapatan bagian
pemasaran. Sementara contoh biaya yang sulit untuk dihubungkan dengan pendapatan adalah
biaya penelitian pemasaran, pengumpulan informasi tentang pesaing, iklan, dan hubungan
masyarakat.
Manajer pusat pendapatan tidak mengetahui bahwa diperlukan perbandingan antara
pendapatan dan biaya untuk menghasilkan keputusan yang maksimal. Karena itu keputusan yang
ada tidak bisa dibuat oleh pusat pendapatan yang pada gilirannya tidakbisa membuat keputusan
tentang harga jual. Kinerja keuangan pusat pendapatan diukuratas dasar pendapatan yang
diperoleh, yaitu perkalian antara unit yang dijual denganharga jualnya. Penentuan tentang
keberhasilan pusat pendapatan dilakukan denganmembandingkan antara pendapatan yang
sesungguhnya diperoleh dengan pendapatanyang dianggarkan.
Di pusat pendapatan, suatu output diukur secara moneter, akan tetapi tidak ada upaya
formal yang dilakukan untuk mengaitkan input dengan output. Pada umumnya, pusat pendapatan
merupakan unit pemasaran/penjualan yang tak memiliki wewenang untuk menetapkan harga jual
dan tidak bertanggung jawab atas harga pokok penjualan dari barang-barang yang mereka
pasarkan. Penjualan atau pesanan aktual diukur terhadap anggaran dan kuota, dan manajer
bertanggung jawab atas beban yang terjadi secara langsung di dalam unitnya, akan tetapi ukuran
utamanya adalah pendapatan.
2.3 Pusat Biaya

6
Pusat biaya adalah pusat biaya teknis dan pusat biaya kebijakan, keselararasantujuan
pribadi dan tujuan perusaahan dan tujuan perusahaan dalam pusat biayakebijakan, dan akhirnya
pengendalian pusat biaya. Pusat biaya adalah pusatpertanggung jawaban yang oleh sistem
pengendalian manajemen masuknya diukurdalam satuan moneter, sedangkan keluarnya tidak
diukur dalam satuan moneter.Terdapat dua macam pusat biaya, yaitu pusat biaya teknik dan pusat
biaya kebijakan. Hal ini sesuai dengan biaya yang terjadi yaitu biaya teknik yang merupakan biaya
yang jumlahnya dapat ditaksir secara pasti sesuai dengan output yang dihasilkan, misalnya biaya
tenaga kerja langsung, biaya bahan baku, suku cadang dll. Sedangkan biaya kebijakan adalah biaya
yang tidak dapat ditentukan secara pasti karena dikaitkandengan kebijakan manajemen. Alasan
tidak mengukur keluaran pusat biaya adalahpusat biaya tidak bertanggung jawab atas nilai keluar
dan keluaran sukar diukur.
1. Pusat Biaya Teknik
Ciri-ciri pusat biaya Teknik adalah :
Input-inputnya dapat diukur secara moneter.
Input-inputnya dapat diukur secara fisik.
Jumlah dollar optimum dan input yang dibutuhkan untuk Memproduksi satu unit output
dapat ditentukan.
2. Pusat Biaya Kebijakan
Pusat biaya kebijakan meliputi unit-unit administratif danpendukung (seperti akuntansi,
hukum, hubungan industrial, hubunganmasyarakat, sumber daya manusia.) operasi
penelitian danpengembangan, serta hampir semua aktivitas pemasaran. Dalampusat biaya
ini, output tidak bisa diukur secara moneter.
a. Persiapan Anggaran
Model anggran incremental menggunakan tingkat biaya sekarangda ri pusat biaya
kebijakan sebagai titik awalnya. Jumlah inidisesuaikan dengan tingkat inflasi, perubahan-
perubahan bebanpekerjaan yang diantisipasi, pekerja khusus, dan jika datanyasudah
tersedia biaya dari berbagai pekerjaan yang dapatdibandingkan dalam unit-unit yang sama.
b. Variasi Biaya
Tidak seperti di pusat biaya Teknik yang sangat dipengaruhi olehperubahan volume jangka
pendek, biaya dalam pusat biayakebijakan cukup terlindungi dari fluktuasi jangka pendek.
c. Jenis Pengendalian

7
Keuangan Pengendalian keuangan dalam pusat biaya kebijakan berbedadengan pusat biaya
Teknik. Di pusat biaya Teknik sasarannyaadalah menjadi kompetitif dalam biaya dengan
cara menentukanstandar dan mengukur biaya actual terhadapt standar tersebut.
d. Pengukuran Kinerja
Tugas utama seorang manajer pusat biaya kebijakan adalah untukmencapai output yang
diinginkan. Membelanjakan suatu jumlahyang “sesuai dengan anggaran’ untuk
mengerjakan hal yangdianggap memuaskan; jumlah yang melebihi anggaranmerupakan
alasan untuk prihatin, sementara jumlah yang kurangdari anggaran akan mengindikasikan
bahwa pekerjaan yangdirencanakan belum selesai dilaksanakan.

BAB III

PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Tanggung jawab manajer pusat pertanggungjawaban adalah untuk menciptakanhubungan
yang optimal antara sumber daya input yang digunakan dengan output yangdihasilkan dikaitkan
dengan target kinerja. Input diukur dengan jumlah sumber dayayang digunakan sedangkan output
diukur dengan jumlah produk/output yang dihasilkan.
Pusat pertanggungjawaban melakukan kegiatan untuk mencapai satu atau lebihtujuan yang
disebut objective. Organisasi secara keseluruhan mempunyai goal, manajersenior menetapkan
strategi untuk mencapai goal. Objective berbagai pusat pertanggungjawab dalam suatu organisasi
membantu implementasi strategi. Manajemen bertanggung jawab terhadap keserasian antara input
dan output. Hubungan input danoutput bisa berbentuk sebab akibat dan langsung. Pengawasan
difokuskan padamemproduksi output pada saat dibutuhkan, jumlah yang diinginkan menurut
spesifikasiyang benar dan standar mutu, serta input yang minimum.
Pusat pendapatan adalah pusat pertanggung jawaban yang keluannya diukurdalam rupiah,
kalau pusat kalau pusat pendapatan berwenang dalam menentukan hargajual, sedangkan

8
sedangkan masukannya tidak berhubungan dengan keluaran, sehinggatidak dapat dengan dihitung
labanya. Selain itu, pusat biaya adalah pusat biaya teknis danpusat biaya kebijakan, keselararasan
tujuan pribadi dan tujuan perusaahan dan tujuanperusahaan dalam pusat biaya kebijakan, dan
akhirnya pengendalian pusat biaya.Terdapat dua macam pusat biaya, yaitu Pusat biaya teknik dan
Pusat Biaya Kebijakan.

DAFTAR PUSTAKA

Weygandt, J. J., Kieso, D. E., & Kimmel, P. D. “ Jurnal Konsinyasi dalam akuntansi” Financial
Accounting: IFRS. Wiley.2015 (Diakses pada 20 Februari 2024)

9
Warren, C. S., Reeve, J. M., & Duchac, J. Accounting. Cengage 2016 (diakses pada 10 januari
2024)
Andriana, D., & Balqis, K. (2021). Peranan Akuntansi Pertanggungjawaban Dalam Kinerja Manajer
Pusat Pertanggungjawaban. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol, 3(1).
Bambang Wahyudi. 2022. Manajemen Sumber Daya. Jakarta: Bumi Aksara.
Basri. A. F. M., Dan Rivai, V. 2020. Performance Appraisal. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada
Sumarsan, T. (2023). Sistem Pengendalian Manajemen: Konsep, Aplikasi, dan Pengukuran
Kinerja.

10

Anda mungkin juga menyukai