Anda di halaman 1dari 29

PENGANTAR MANAJEMEN BIAYA

DAN KONSEP DASAR MANAJEMEN BIAYA


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Biaya

Disusun Oleh :

1. M. Fajri Taruna Kharisma 01031281924028


2. Adelia Ramadhini 01031381924099
3. Dwiegha Jessica Maria Sihombing 01031381924126
4. Annisa Zulaika 01031381924158

Dosen Pengampu :
EFVA DONATA GHOZALI, SE, M.SI, AK

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021-2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Pengantar Manajemen Biaya dan Konsep Dasar
Manajemen Biaya” dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang Manajemen Biaya dan
Konsep Dasar Manajemen Biaya yang kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami
dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang ini bisa memberikan manfaat dan
berguna serta dapat memberikan inspirasi untuk pembaca.

Palembang, 27 Januari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Manajemen Biaya.............................................................................3
2.2 Macam-Macam Manajemen Biaya.....................................................................3
2.3 Fungsi Manajemen Biaya....................................................................................4
2.4 Manfaat Manajemen Biaya.................................................................................4
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Biaya.....................................5
2.6 Peran Akuntan Manajemen................................................................................7
2.7 Akuntansi dan Perilaku Etika.............................................................................9
2.8 Sertifikasi...........................................................................................................10
2.9 Pembayaran Biaya: Direct Tracing, Driver Tracing, dan Allocation...............11
2.10 Biaya Produk.....................................................................................................15
2.11 Laporan Keuangan Eskternal...........................................................................18
2.12 Sistem Manajemen Biaya Berbasis Fungsional (Functional-Based Cost) dan
Berbasis Aktivitas (Activity-Based Cost)............................................................20
BAB III....................................................................................................................................25
3.1 Kesimpulan........................................................................................................25
3.2 Saran..................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................26

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada lingkup kerja dunia bisnis, suatu perusahaan tidak akan pernah cukup
dengan memegang sebuah laporan manajemen yang berjangka pendek saja. Mereka
juga perlu menyiapkan beberapa dokumen yang harus dipersiapkan dari sekarang
untuk beberapa tahun ke depan dalam prospek atau jangka panjang. Maka dari itu
manajemen perusahaan harus mampu untuk menghasilkan dan meningkatkan
competitive advantages perusahaan dengan cara melakukan tindak lanjut terhadap
manajemen biaya perusahaan. Manajemen biaya akan berjalan dengan sempurna
apabila dikemas dengan beberapa strategi handal dan unik. Adapun indikator dari
keberhasilan perusahaan mencapai suatu target, yakni dilihat dari sisi keuangan dan
non-keuangan. Sisi keuangan seperti perusahaan memperoleh profit atau laba,
sedangkan sisi non-keuangan seperti produk mengalami perkembangan bentuk atau
variansi, kualitas produk bertambah, dan tingkat kepuasan pelanggan meningkat.
Manajemen biaya memiliki peran penting yaitu mengidentifikasi, mengukur,
mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan informasi kehandalam faktor-faktor
kritis yang dibutuhkan oleh seorang manajer untuk mengembangkan strategi-strategi
keberhasilan. Di dalam proses pengembangan keputusan strategis itulah diharapkan
competitive advantages perusahaan dapat mengalami peningkatan. Pada penyusunan
makalah pengantar manajemen biaya dan konsep dasar manajemen biaya ini
diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi lebih jauh terkait
manajemen biaya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan manajemen biaya?
2. Apakah jenis-jenis dari manajemen biaya?
3. Apakah fungsi dari manajemen biaya?
4. Apakah manfaat yang didapatkan dari manajemen biaya?
5. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen biaya?
6. Bagaimanakah peran seorang akuntan manajemen?
7. Bagaimanakah hubungan antara akuntansi dan perilaku etika?
8. Apakah sertifikasi yang diperoleh akuntan manajemen?
9. Bagaimanakah pembebanan biaya yang terjadi dalam manajemen biaya?
1
10. Apakah yang dimaksud dengan biaya produk?
11. Bagaimanakah output dari laporan keuangan manajemen biaya?
12. Bagaimanakah sistem manajemen yang fungsional-based cost dan activity-based
cost?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan manajemen biaya
2. Mengetahui jenis-jenis dari manajemen biaya
3. Mengetahui fungsi dari manajemen biaya
4. Mengetahui manfaat yang didapatkan dari manajemen biaya
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen biaya
6. Mengetahui bagaimana peran seorang akuntan manajemen
7. Mengethaui bagaimana hubungan antara akuntansi dan perilaku etika
8. Mengetahui apa saja sertifikasi yang diperoleh akuntan manajemen
9. Mengetahui bagaimana pembebanan biaya yang terjadi dalam manajemen biaya
10. Mengetahui apa yang dimaksud dengan biaya produk
11. Mengetahui bagaimana output dari laporan keuangan manajemen biaya
12. Mengetahui bagaimana sistem manajemen yang fungsional-based cost dan
activity-based cost

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Biaya


Manajemen Biaya adalah suatu sistem atau proses menemukan dan menjalankan
suatu proyek atau pekerjaan dengan sempurna. Hal ini mencakup perencanaan,
estimasi, anggaran, pembiayaan, pendanaan, pengelolaan, pengendalian, dan
perbandingan antar biaya, sehingga pekerjaan dapat selesai sesuai dengan waktu yang
ditetapkan. Dalam bisnis, peran manajemen biaya adalah perencanaan dan
pengendalian bisnis, peningkatan pemantauan biaya bisnis pengoptimalan kinerja hasil
produksi di masa mendatang, dan dasar dalam membuat keputusan.

Pengertian manajemen biaya menurut para ahli :


A. Yudi Herliansyah
Yudi Herliansyah berpendapat bahwa pengertian manajemen biaya adalah
suatu filosofi yang dilakukan untuk memperbaiki secara kontinyu dalam hal
meningkatkan pelayanan dengan biaya yang ekonomis yang juga ditunjukkan
dengan sikap proaktif yang mendasar bahwa masing-masing biaya produksi adalah
keputusan mutlak manajemen dalam menentukan serta mencapai tujuan
perusahaan.
B. Deden Mulyana
Deden Mulyana berpendapat bahwa manajemen biaya adalah suatu sistem
yang dibentuk untuk menyuguhkan informasi yang bersifat keuangan, maupun non
keuangan bagi manajemen perusahaan untuk mampu mengidentifikasi berbagai
macam potensi penyempurnaan, perencanaan, dan juga pembuatan kebijakan
operasional terkait pengadaan dan pemanfaatan berbagai sumber yang diperlukan
oleh perusahaan.

2.2 Macam-Macam Manajemen Biaya


a) Biaya Bahan Baku Langsung dan Tidak Langsung
Biaya bahan baku langsung berarti biaya bahan baku dari sebuah produk atau objek
lainnya, sedangkan biaya bahan baku tidak langsung berarti biaya bahan baku yang
digunakan dalam proses produksi tetapi bukan bagian dari produk yang telah dibuat.

3
b) Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Tidak Langsung
Biaya tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja yang memproduksi produk atau
jasa, hal ini termasuk waktu istirahat tenaga kerja seperti waktu makan. Semestara
biaya tenaga kerja tidak langsung berarti pengawasan, penanganan bahan baku,
pelatihan dan pengendalian mutu yang dilakukan oleh tenaga kerja.
c) Biaya Tidak Langsung Lain
Biaya tidak langsung lain biasanya dibutuhkan ketika ingin menghasilkan produk
atau jasa. Hal-hal seperti biaya fasilitas, biaya peralatan yang dipakai ketika
menghasilkan suatu produk atau jasa, serta biaya untuk pendukung lainnya.
d) Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Biaya tetap sebagai salah satu total biaya yang tak berubah walau output mengalami
perubahan dalam rentang waktu tertentu. Sementara biaya variabel adalah sebuah
biaya yang terkait dengan setiap perubahan dari total biaya yang telah ditetapkan.
e) Biaya Per Unit
Biaya per unit adalah biaya rata-rata yang dihitung dari pembagian total biaya
produksi dengan jumlah unit output.

2.3 Fungsi Manajemen Biaya


Adapun 4 fungsi manajemen biaya utama, yaitu :
1) Untuk mengidentifikasi biaya suatu kegiatan perusahaan.
2) Berguna dalam memperoleh informasi tentang tingkat efisiensi, efektivitas, serta
nilai-nilai keuangan dalam kegiatan bisnis.
3) Untuk meningkatkan kinerja perusahaan di masa depan.
4) Untuk dapat mencapai tiga fungsi biaya di atas secara bersamaan dalam lingkungan
yang mengalami perubahan teknologi.

2.4 Manfaat Manajemen Biaya


Berikut adalah 7 manfaat dari manajemen biaya, yaitu :
1) Dapat merencanakan dan mengendalikan bisnis
Salah satu manfaat yang dapat dirasakan langsung adalah mampu membuat
perusahaan lebih terorganisir karena perencanaan periode. Tanpa merencanakan
proyek terlebih dahulu, akan sangat mendukung kondisi organisasi karena jika
tidak mengerti cara mengatur keuangan dengan baik, maka bisnis dapat bangkrut
dengan cepat. Namun, sejak adanya manajemen biaya, pengguna dapat merasakan
4
kinerja yang lebih rapi dan mendapatkan bayangan yang jelas mengenai Langkah
apa yang akan diambil selanjutnya.
2) Upaya peningkatan pelacakan biaya perusahaan
Biasanya dalam sebuah organisasi terjadi pertayaan-pertanyaan tentang
transparasi biaya, maka dari itu jika menggunakan manajemen biaya sebuah
perusahaan dapat melacak dengan mudah biaya apa saja yang digunakan dalam
perusahaan.
3) Mengoptimalkan kinerja siklus hidup produk
Manajemen biaya ini juga memberikan manfaat untuk meningkatkan
produktivitas. Kinerja produksi barang akan semakin lancar jika keuangan telah
dikelola dengan baik dan apabila dilakukan rutin maka produktivitas akan
meningkat secara bertahap.
4) Sebagai dasar dalam mengambil keputusan
Menggunakan manajemen biaya bisa dijadikan jalan yang konkret bila ada
hambatan dalam perusahaan. Biasanya perseteruan yang terkait dengan kondisi
keuangan dapat diselesaikan dengan benar, sehingga mampu memberikan
bayangan untuk mencapai keputusan bersama.
5) Manajemen investasi yang lebih efisien
Manfaat manajemen biaya untuk mengelola perusahaan dalam investasi yaitu,
pengeluaran dapat dibatasi sesuai dengan organisasi target. Secara tidak langsung,
hal ini akan menghemat dana, jadi dana dapat dialokasikan ke hal lain dalam
perusahaan.
6) Mengukur hasil kinerja
Dengan adanya manajemen biaya, perusahaan dapat mengukur kinerja saat ini.
Jika ingin mengetahui bagaimana hasil dari sebuah kinerja, pengusaha hanya perlu
melihat melalui sistem.
7) Dukungan dalam otomatisasi aktivitas dan filosofi pemanufakturan
Salah satu keuntungan dari manajemen biaya dalam suatu perusahaan ialah
adanya otomatisasi aktivasi. Segala perencanaan dan biaya telah ditetapkan dengan
rinci sehingga pengusaha dan pekerjanya bisa langsung mengevaluasi.

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Biaya


Selama beberapa dekade terakhir, tekanan persaingan di seluruh dunia,
deregulasi, pertumbuhan industri jasa, dan kemajuan teknologi informasi dan
5
manufaktur telah mengubah sifat ekonomi dan menyebabkan banyak perusahaan di
industri manufaktur dan jasa secara dramatis mengubah cara mereka beroperasi.
Perubahan ini, pada gilirannya, telah mendorong pengembangan praktik manajemen
biaya yang inovatif dan relevan.
2.5.1 Kompetensi Global
Lingkungan persaingan yang baru meningkatkan permintaan tidak hanya
informasi yang lebih banyak tetapi juga informasi yang lebih valid. Juga
dengan cepatnya perkembangan sistem transportasi dan komunikaso
membawa pada pasar global untuk perusahaan-perusahaan manufaktur dan
jasa.
2.5.2 Pertumbuhan Industri Jasa
Adanya deregulasi di sektor jasa membuat persaingan di industri jasa
lebih meningkat. Meningkatnya persaingan di perusahaan jasa menyebabkan
manajer pada perusahaan jasa membutuhkan informasi biaya yang akurat
untuk perencanaan, pengendalian, perbaikan secara kontinyu, dan
pengambilam keputusan.
2.5.3 Kemajuan Teknologi Informasi
Dengan kemajuan teknologi informasi, computer digunakan untuk
memonitor dan mengontrol operasi. Hasilnya sistem operasional terintegrasi
secara penuh dengan bagian pemasaran dan data akuntansi. Lalu,
meningkatnya kemampuat secara akurat dalam menghitung biaya produk
karena perkembangan dalam peralatan.
2.5.4 Kemajuan Dalam Lingkungan Manufaktur
A. Teori Kendala (Theory of Constraint)
Metode yang digunakan secara kontinyu untuk memperbaiki aktifitas pabrikasi
dan nonpabrikasi.
B. Just-In-Time Manufacturing
Merupakan demand-pull sistem dimana perusahaan akan memproduksi produk
hanya saat dibutuhkan dan hanya dalam kuantitas tertentu yang diminta oleh
konsumen.
C. Manufaktur Terintegrasi Komputer
Metode yang merupakan otomatisasi dari lingkungan pabrikasi.
2.5.5 Orientasi Pada Konsumen

6
Perusahaan bersaing tidak hanya dalam teknologi dan pabrikasi,
melainkan juga dalam kecepatan pengiriman dan respon untuk mengirimkan
‘nilai’ kepada konsumen. Perusahaan pastinya harus memenuhi kebutuhan
konsumen internalnya, seperti fungsi staf mendukung fungsi lini.
2.5.6 Pengembangan Produk Baru
Manajemen mengakui bahwa proporsi biaya produksi dapat ditentukan
selama tingkat pengembangan dan desain dari produk baru. Kebutuhan untuk
mengendalikan biaya mendorong penggunaan target costing dan activity-based
management.
2.5.7 Total Quality Management (TQM)
Perbaikan secara kontinyu dan eliminasi terhadap pemborosan
merupakan dua prinsip dasar yang menentukan pabrikasi yang unggul.
2.5.8 Waktu Sebagai Elemen Kompetitif
Waktu adalah elemen yang paling penting dalam seluruh fase dari mata
rantai kegiatan perusahaan. Penurunan waktu yang tidak memberikan nilai
tambah berarti meningkatkan kualitas.
2.5.9 Efisiensi
Kualitas dan waktu sangatlah penting, tetapi memperbaiki keduanya
secara bersamaan memperbaiki kinerja keuangan, maka akan sia-sia.

2.6 Peran Akuntan Manajemen


Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk menghasilkan informasi keuangan
yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk pelaporan internal dan eksternal. Ini tanggung
jawab untuk mengumpulkan, memproses, dan melaporkan informasi yang akan
membantu manajer dalam perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan
lainnya.
2.6.1 Perencanaan
Rumusan rinci tindakan masa depan untuk mencapai tujuan tertentu
adalah kegiatan manajemen yang disebut perencanaan. Oleh karena itu,
perencanaan penetapan tujuan dan pengidentifikasian metode untuk mencapai
tujuan tersebut. Sebuah perusahaan mungkin memiliki tujuan untuk
meningkatkan profitabilitas jangka pendek dan jangka panjang dengan
meningkatkan kualitas produk secara keseluruhan. Dengan meningkatkan
kualitas produk, perusahaan harus dapat mengurangi skrap dan pengerjaan
7
ulang, mengurangi jumlah keluhan pelanggan dan jumlah garansi, mengurangi
sumber daya yang ditugaskan untuk inspeksi, dan seterusnya, sehingga
meningkatkan profitabilitas. Hal ini dicapai dengan bekerja sama dengan
pemasok untuk meningkatkan kualitas bahan baku yang masuk, membentuk
lingkaran kendali mutu, dan mempelajari cacat untuk memastikan
penyebabnya.
2.6.2 Mengontrol
Proses Pengawasan Rencana dan mengambil tindakan korektif yang
diperlukan sebagai pengendalian. Kontrol biasanya dicapai dengan
penggunaan umpan balik. Umpan balik adalah informasi yang dapat
digunakan untuk menemukan atau mengoreksi langkah-langkah yang tepat
diambil untuk mengimplementasikan suatu rencana. Berdasarkan umpan balik
tersebut, seorang manajer dapat memutuskan untuk membiarkan implementasi
berlanjut sebagaimana adanya, mengambil tindakan korektif dari beberapa
jenis untuk mengembalikan tindakan tersebut agar selaras dengan rencana
awal, atau melakukan perencanaan ulang di tengah jalan.
Umpan balik adalah aspek penting dari fungsi kontrol. Di sinilah
akuntansi sekali lagi memainkan peran penting. Laporan akuntansi yang
memberikan umpan balik dengan membandingkan data yang direncanakan
(dianggarkan) dengan data aktual disebut laporan kinerja.
2.6.3 Perbaikan Terus-Menerus
Dalam lingkungan yang dinamis, perusahaan harus terus meningkatkan
kinerja mereka untuk tetap kompetitif atau untuk membangun keunggulan
kompetitif. Perbaikan berkelanjutan memiliki tujuan untuk melakukan lebih
baik dari sebelumnya dan melakukan lebih baik dari para pesaing. Perbaikan
terus-menerus telah didefinisikan sebagai "pengejaran tanpa henti untuk
perbaikan dalam penyampaian kepada pelanggan." Dalam istilah praktis,
perbaikan berkelanjutan berarti mencari cara untuk meningkatkan efisiensi
secara keseluruhan dengan mengurangi pemborosan, meningkatkan kualitas,
dan mengurangi biaya. Manajemen biaya mendukung terus-menerus dengan
memberikan informasi yang membantu mengidentifikasi cara untuk
meningkatkan dan kemudian melaporkan metode yang telah diterapkan. Ini
juga memainkan peran penting dengan mengembangkan sistem kontrol yang
mengunci dan mempertahankan setiap perbaikan yang direalisasikan.
8
2.6.4 Pengambilan Keputusan
Proses memilih diantara alternatif yang bersaing adalah pengambilan
keputusan. Keputusan dapat ditingkatkan jika informasi tentang alternatif
dikumpulkan dan tersedia kepada manajer. Salah satu peran utama dari sistem
informasi akuntansi adalah untuk menyediakan informasi yang memfasilitasi
pengambilan keputusan. Fungsi manajerial yang merupakan bagian penting
dari perencanaan dan pengendalian. Seorang manajer tidak dapat
merencanakan tanpa membuat keputusan. Manajer harus memilih antara
tujuan dan metode yang bersaing untuk melaksanakan tujuan yang dipilih.

2.7 Akuntansi dan Perilaku Etika


Etika bisnis adalah mempelajari apa yang benar atau salah di lingkungan kerja
dan memilih apa yang benar. Etika bisnis juga dapat digambarkan sebagai ilmu perilaku
untuk lingkungan kerja. Prinsip perilaku etis yang mencakup kepedulian terhadap
kesejahteraan orang lain, menghormati orang lain, dapat dipercaya dan jujur, adil,
berbuat baik, dan mencegah kerusakan pada yang lain. Untuk profesional seperti
akuntan, manajer, insinyur, dan dokter, prinsip-prinsip etis dapat diperluas untuk
mencakup konsep-konsep seperti objektivitas, penerapan penuh, kerahasiaan, uji tuntas,
dan menghindari konflik kepentingan.
2.7.1 Manfaat Perilaku Beretika
Perhatian terhadap etika bisnis dapat membawa manfaat yang signifikan
bagi sebuah perusahaan. Perusahaan dengan kode etik yang kuat dapat
menciptakan loyalitas pelanggan dan karyawan yang kuat. Mengamati praktik
etis sekarang dapat menghindari biaya litigasi di kemudian hari. Perusahaan
dalam bisnis untuk jangka panjang menemukan bahwa membayar untuk
memperlakukan semua konstituen mereka dengan jujur dan adil. Selain itu,
perusahaan yang lebih menghargai orang daripada keuntungan dan dipandang
dapat beroperasi dengan integritas dan kehormatan lebih mungkin untuk bisnis
yang sukses secara komersial dan bertanggung jawab. Pengamatan ini
didukung oleh penelitian AS tahun 1997 dan penelitian Inggris tahun 2007
tentang etika dan kinerja keuangan. Kedua studi menemukan bahwa
perusahaan publik dengan penekanan pada etika mengungguli perusahaan
tanpa penekanan tersebut.

9
2.8 Sertifikasi
Berbagai sertifikasi tersedia untuk akuntan manajemen. Tiga dari sertifikasi
utama yang tersedia adalah Sertifikat Akuntansi Manajemen, Sertifikat Akuntansi
Publik, dan Sertifikat Audit Internal. Setiap sertifikasi menawarkan keuntungan khusus
bagi seorang akuntan manajemen. Dalam setiap kasus, pelamar harus memenuhi
persyaratan pendidikan dan pengalaman khusus dan lulus ujian kualifikasi untuk
menjadi bersertifikat.
2.8.1 Sertifikat Akuntansi Manajemen
Pada tahun 1974, Institut Akuntan Manajemen (IMA) mengembangkan
Sertifikat Akuntansi Manajemen untuk memenuhi kebutuhan spesifik akuntan
manajemen. Seorang Akuntan Manajemen Bersertifikat (CMA) telah lulus
ujian kualifikasi yang ketat, memenuhi persyaratan pengalaman, dan
berpartisipasi dalam pendidikan berkelanjutan. Ujian kualifikasi mencakup
empat bidang: (1) analisis bisnis, (2) akuntansi dan pelaporan manajemen, (3)
strategi manajemen, dan (4) aplikasi bisnis. Bagian pemeriksaan
mencerminkan kebutuhan akuntansi manajemen dan menggarisbawahi
pengamatan sebelumnya bahwa akuntansi memiliki lebih dari rasa
interdisipliner daripada bidang akuntansi lainnya.
2.8.2 Sertifikat Akuntan Publik
Sertifikat Akuntansi Publik adalah sertifikasi tertua di bidang akuntansi.
Berbeda dengan bukti penunjukan CMA, tujuan Sertifikat Publik adalah untuk
memberikan kualifikasi profesional minimal untuk auditor ekstemal.
Tanggung jawab auditor eksternal adalah untuk memberikan jaminan tentang
informasi yang terkandung dalam laporan keuangan perusahaan. Secara
hukum, hanya Akuntan Publik Bersertifikat (CPA) yang diizinkan untuk
eksternal sebagai auditor. CPA harus lulus ujian nasional dan dilisensikan
oleh negara tempat mereka berlatih. Meskipun Sertifikat Akuntansi Publik
tidak memiliki orientasi akuntansi manajemen, banyak akuntan manajemen
yang memegangnya.
2.8.3 Sertifikat dalam Audit Internal
Sertifikasi lain yang tersedia untuk akuntan manajemen adalah Sertifikat
Audit Internal, yang dikelola oleh Institute of Internal Auditors (IIA). Sebagai
bagian penting dari lingkungan pengendalian perusahaan, auditor internal, dan
menilai berbagai aktivitas di dalam perusahaan. Sementara auditor internal
10
independen dari departemen yang diaudit, mereka melapor kepada manajemen
puncak perusahaan. Karena audit internal berbeda dari audit eksternal dan
akuntansi manajemen, banyak auditor internal merasa perlu untuk sertifikasi
khusus. Untuk mencapai status Certified Internal Auditor (CIA), seseorang
harus lulus ujian teknis yang dirancang untuk memastikan kompetensi dan
memiliki dua tahun pengalaman kerja yang relevan.

2.9 Pembayaran Biaya: Direct Tracing, Driver Tracing, dan Allocation


Untuk mempelajari sistem manajemen biaya, perlu untuk memahami arti biaya
dan menjadi akrab dengan terminologi biaya yang terkait dengan sistem. Seseorang
juga harus memahami proses yang digunakan untuk membebankan biaya. Pembebanan
biaya adalah salah satu proses kunci dari sistem akuntansi biaya. Sebelum membahas
proses pembebanan biaya, pertama-tama kita perlu mendefinisikan apa yang kita
maksud dengan biaya.
Biaya adalah kas atau aset nonkas yang dikorbankan untuk barang dan jasa yang
diharapkan membawa manfaat saat ini atau masa depan bagi organisasi. Biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan manfaat di masa depan. Dalam perusahaan yang
menghasilkan laba, manfaat masa depan biasanya berarti pendapatan. Karena biaya
digunakan untuk menghasilkan pendapatan, biaya tersebut dikatakan kadaluarsa. Biaya
yang kedaluwarsa disebut biaya. Dalam setiap periode, beban dikurangkan dari
pendapatan pada laporan laba rugi untuk menentukan laba periode tersebut.
Banyak biaya tidak kedaluwarsa dalam periode akuntansi tertentu. Biaya yang
belum kedaluwarsa ini diklasifikasikan sebagai aset dan muncul di neraca. Komputer
dan bangunan pabrik adalah contoh aset yang bertahan lebih dari satu periode
akuntansi. Perhatikan bahwa perbedaan utama antara biaya yang diklasifikasikan
sebagai beban atau sebagai aset adalah waktu. Pembedaan ini penting dan akan
meningkat dalam pengembangan konsep biaya lainnya nanti dalam teks.
2.9.1 Objek Biaya
Sistem akuntansi biaya disusun untuk mengukur dan membebankan
biaya ke objek biaya. Objek biaya adalah setiap item, seperti produk,
pelanggan, departemen, proyek, dan sebagainya, yang biayanya diukur dan
dibebankan. Misalnya, jika kita ingin menentukan berapa biaya untuk
memproduksi sepeda, maka objeknya adalah sepeda. Jika kami ingin
menentukan biaya operasi departemen pemeliharaan di dalam pabrik, maka
11
objek biayanya adalah departemen pemeliharaan. Jika kita ingin menentukan
biaya pengembangan mainan baru, maka biaya objek adalah proyek
pengembangan mainan baru. Objek biaya juga bisa menjadi aktivitas, unit
dasar pekerjaan yang dilakukan dalam suatu organisasi. Aktivitas dapat
didefinisikan sebagai kumpulan tindakan dalam organisasi yang berguna bagi
manajer untuk tujuan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan.
Dalam beberapa tahun terakhir, aktivitas telah muncul sebagai objek biaya
penting. Aktivitas memainkan peran penting dalam membebankan biaya ke
objek biaya lainnya dan merupakan elemen penting dari sistem manajemen
berbasis aktivitas. Contoh kegiatan termasuk peralatan untuk produksi,
memindahkan bahan dan barang, membeli suku cadang, menagih pelanggan,
membayar tagihan, mengawasi peralatan, mempersiapkan pesanan, merancang
produk, dan memeriksa produk. Perhatikan bahwa suatu aktivitas dijelaskan
oleh kata kerja tindakan (misalnya, membayar dan merancang) dan objek
(misalnya, tagihan dan produk) yang menerima tindakan tersebut. Perhatikan
juga bahwa kata kerja tindakan dan objek mengungkapkan tujuan yang sangat
spesifik.
2.9.2 Akurasi Tugas
Menetapkan biaya secara akurat ke objek biaya sangat penting. Makna
kami tentang penilaian tidak didasarkan pada pengetahuan tentang beberapa
biaya "sebenarnya" yang mendasarinya. Sebaliknya, ini adalah konsep relatif
dan berkaitan dengan pengajaran dan logika metode pembebanan biaya yang
digunakan.Tujuannya adalah untuk mengukur dan menetapkan biaya sumber
daya yang mungkin digunakan oleh objek biaya. Beberapa metode
pembebanan biaya yang jelas lebih akurat daripada yang lain.
Pembebanan biaya yang terdistorsi dapat menghasilkan keputusan yang
salah dan evaluasi yang buruk. Misalnya kita ambil contoh yaitu seorang
manajer sedang memutuskan apakah akan tetap memproduksi daya (power)
secara internal atau membeli saja dari suatu perusahaan utilitas tertentu. Dalam
menentukan keputusan tersebut, tentunya manajer akan melakukan penilaian
secara akurat terhadap biaya produksi daya (power) secara internal dan biaya
yang dikeluarkan atas pembelian daya (power) dari perusahaan lain sebagai
dasar analisisnya. Apabila biaya produksi daya terlalu besar dibandingkan
dengan biaya pembelian, maka manajer akan memutuskan untuk menutup
12
departemen daya internal dan membeli daya dari perusahaan luar. Hal ini
membuktikan bahwa pembebanan biaya yang buruk akan mengeluarkan biaya
yang mahal.
A. Ketertelusuran (Traceability)
Keakuratan pembebanan biaya dapat ditingkatkan melalui hubungan antara
biaya dengan objek biaya. Secara umum, biaya terbagi atas biaya langsung dan
tidak langsung. Biaya langsung adalah biaya yang dapat ditelusuri dengan mudah
dan akurat ke objek biaya, sedangkan biaya tidak langsung adalah biaya yang
tidak dapat ditelusuri dengan mudah dan akurat ke objek biaya. Jadi fungsi
ketertelusuran (traceability) disini membantu untuk membebankan biaya secara
langsung ke objek biaya dengan cara yang layak secara ekonomi melalui
hubungan sebab akibat. Semakin banyak biaya yang dapat ditelusuri ke objek,
semakin besar akurasi pembebanan biaya. Contoh hubungan manajemen biaya
adalah seperti pabrik yang merupakan objek biaya dan biaya pemanasan dan
pendinginan pabrik yang merupakan biaya langsung. Contoh lainnya, jika objek
biaya adalah produk yang diproduksi di pabrik, maka biaya utilitas merupakan
biaya tidak langsung.

B. Metode Penelusuran (Methods of Tracing)


Menelusuri biaya ke objek biaya dapat terjadi dengan salah satu dari dua
cara berikut : (1) Penelusuran Langsung (Direct Tracing) dan (2) Penelusuran
Penggerak (Driver Tracing). Penelusuran Langsung (Direct Tracing) adalah
proses mengidentifikasi dan membebankan biaya ke objek biaya secara khusus
atau pengamatan fisik terkait dengan objek biaya. Misalkan objek biaya adalah
departemen daya (power), maka biaya yang dapat diidentifikasi secara spesifik
(dengan pengamatan fisik) contohnya seperti gaji supervisor departemen daya
dan biaya bahan bakar yang digunakan untuk menghasilkan daya.
Namun tidak semua biaya dapat ditelusuri secara fisik dengan jumlah yang
pasti. Adanya keterbatasan tersebut, maka dibentuklah alternatif lain yaitu
Penelusuran Penggerak (Driver Tracing). Pemicu (driver) adalah faktor yang
menyebabkan perubahan dalam penggunaan sumber daya, penggunaan aktivitas,
biaya, dan pendapatan. Jadi driver tracing adalah proses penggunaan pemicu
(driver) untuk membebankan biaya ke objek biaya. Jika sebelumnya direct
tracing melalui pengamatan fisik, maka driver tracing menggunakan penalaran

13
sebab-akibat. Contoh pemicu seperti per jam, per unit, per tenaga kerja, per
meter, dan sebagainya. Jadi misalnya mesin pabrik digunakan selama 20.000 jam
dan biaya listrik yang dibebankan per jamnya adalah $0,50; dengan demikian
biaya listrik yang dibebankan ke aktivitas produksi adalah $10.000.

C. Menetapkan Biaya Tidak Langsung (Assigning Indirect Costs)


Pembebanan biaya tidak langsung ke objek biaya disebut alokasi. Karena
biaya tidak langsung tidak bersifat kausal terhadap objek biaya, maka
pengalokasian biaya tidak langsung didasarkan pada convenience (kenyamanan)
atau beberapa asumsi hubungan. Hampir serupa dengan yang dijelaskan
sebelumnya, adapun cara pengalokasian biaya yang ditetapkan secara
proporsional seperti per jam, per tenaga kerja, dll. Mengalokasikan biaya tidak
langsung secara sewenang-wenang ke objek biaya akan mengurangi akurasi
pembebanan biaya secara keseluruhan.

D. Pembebanan Biaya Diringkas (Cost Assignment Summarized)

Maka dapat disimpulkan terdapat tiga metode pembebanan biaya ke objek


biaya, yakni Penelusuran Langsung (Direct Tracing), Penelusuran Penggerak
(Driver Tracing), dan Alokasi. Direct Tracing merupakan metode yang paling
tepat untuk digunakan karena pembebanan dilakukan berdasarkan pengamatan
fisik. Driver Tracing merupakan metode yang bergantung pada faktor kausal
yang dikenal dengan pemicu (driver) untuk pembebanan biaya ke objek biaya.

14
Alokasi merupakan metode pembebanan biaya yang paling tidak akurat, namun
metode ini sangat sederhana dan murah untuk diterapkan.

2.10 Biaya Produk


Hal terpenting pada objek biaya adalah hasil output yang diberikan suatu
organisasi. Dua jenis output tersebut adalah produk berwujud (tangible products) dan
layanan jasa (services). Produk berwujud adalah barang yang diproduksi dengan
mengubah bahan mentah menjadi barang jadi melalui penggunaan tenaga kerja dan
input modal seperti pabrik, tanah, dan mesin. Contohnya seperti televisi, mobil,
pakaian, furnitur, dll. Layanan jasa adalah tugas atau aktivitas yang dilakukan untuk
atau oleh pelanggan menggunakan produk atau fasilitas organisasi. Contohnya seperti
pertanggungan asuransi, perawatan kesehatan, penyewaan mobil, akuntansi, dll.

Layanan jasa memiliki tiga sifat yang berbeda dengan produk berwujud, yakni
tidak berwujud (intangibility), tidak tahan lama (perishability), dan tidak dapat
dipisahkan (inseparability). Tidak berwujud (intangibility) berarti bahwa pembeli
layanan jasa tidak dapat melihat, merasakan, mendengar, atau merasakan suatu jasa
sebelum dibeli. Tidak tahan lama (perishability) berarti bahwa layanan jasa tidak dapat
disimpan. Tidak dapat dipisahkan (intangibility) berarti bahwa produsen dan pembeli
jasa biasanya harus berhubungan langsung agar pertukaran dapat terjadi.

Organisasi yang menghasilkan produk berwujud disebut organisasi manufaktur,


sedangkan organisasi yang menghasilkan produk tidak berwujud disebut organisasi
jasa.

2.10.1 Definisi Biaya Produk


Biaya produk (cost product) merupakan biaya yang diterapkan ke
produk baik yang dibeli maupun yang diproduksi dengan tujuan untuk dijual.
Pada perusahaan manufaktur, biaya produk meliputi harga atau biaya
pembelian dan juga biaya pengiriman. Definisi dari biaya produk sendiri
dikelompok dalam tiga kategori diantaranya adalah (1) value-chain product
cost yang bertujuan pada keputusan harga, keputusan campuraan produk, dan
analisis profitabilitas strategis; (2) operating product cost yang bertujuan pada
keputusan desain strategis dan analisis profitabilitas taktis; (3) traditional
product cost yang bertujuan pada pelaporan keuangan eksternal. Biaya produk
meliputi biaya penelitian dan pengembangan (R&D cost), biaya produksi

15
(production cost), biaya pemasaran (marketing cost), dan biaya layanan
pelanggan (customer service) sebagaimana yang terlihat pada gambar berikut.

2.10.2 Biaya Produk dan Laporan Keuangan Eksternal


Tujuan penting dari sistem manajemen biaya adalah perhitungan biaya
produk untuk pelaporan keuangan eksternal. Total biaya produksi suatu
produk terdiri atas Biaya Produksi yang merupakan biaya yang terkait dengan
pembuatan barang atau penyediaan jasa dan Biaya Nonproduksi yang
merupakan biaya yang terkait dengan fungsi penelitian dan pengembangan,
penjualan, dan administrasi. Biaya produksi dapat diklasifikasi lagi menjadi
bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead.

A. Bahan Baku Langsung


Adalah bahan baku yang secara langsung dapat ditelusuri ke barang atau jasa
yang diproduksi. Biaya bahan baku ini dapat dibebankan langsung ke produk
karena pengamatan fisik digunakan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi
oleh setiap produk. Misalnya, baja di dalam produksi mobil, bahan denim di
celana jeans, kayu di furnitur, dsb.

B. Tenaga Kerja Langsung


Adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri secara langsung ke barang atau
jasa yang diproduksi. Sama dengan bahan baku langsung, pengamatan fisik juga
digunakan untuk mengukur jumlah tenaga kerja yang digunakan saat

16
menghasilkan suatu produk atau jasa. Misalnya, koki di restoran, mandor di
pabrik, perawat di rumah sakit, dsb.

C. Overhead
Semua biaya selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung
dikelompokkan ke dalam overhead. Biaya tidak langsung dapat dikategorikan ke
dalam overhead. Termasuk biaya penyusutan bangunan dan peralatan, biaya
pemeliharaan, pajak properti, biaya listrik, biaya keamanan pabrik, dsb. Untuk
kasus tertentu seperti bahan baku langsung yang tidak dapat dihitung secara
signifikan dapat dimasukkan ke dalam kategori overhead. contohnya seperti
banyaknya lem yang digunakan dalam produksi furnitur. Begitu juga untuk biaya
lembur tenaga kerja langsung dapat dibebankan sebagai overhead juga.

D. Biaya Utama dan Konversi


Kedua istilah biaya berikut ini telah banyak digunakan dalam manajemen
biaya. Biaya utama (prime costs) adalah jumlah biaya bahan baku langsung dan
tenaga kerja langsung. Biaya ini dapat ditelusuri langsung ke produk dan
bervariasi secara langsung dengan jumlah produk yang dihasilkan. Biaya konversi
(conversion costs) adalah jumlah dari biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead. Biaya ini merupakan sumber biaya yang mengubah bahan mentah
menjadi bahan jadi.

E. Biaya Nonproduksi
Untuk pelaporan keuangan eksternal jumlah dan waktu manfaat dari biaya
nonproduksi tidak dapat diperkirakan secara wajar, maka dari itu biaya ini disebut
biaya periode yang dibebanakan pada saat periode terjadinya dan tidak dapat
diinventarisasi. Biaya ini dapat diklasifikasi menjadi tiga kategori, yaitu (1) Biaya
Penelitian dan Pengembangan (R&D) adalah pengeluaran yang ditujukan untuk
mengembangkan produk dan proses baru, atau untuk memodifikasi produk atau
proses yang sudah ada. Contohnya meliputi penelitian laboratorium, pencarian
aplikasi, pengujian produk, desain produk, dll. (2) Biaya Pemasaran adalah biaya
yang diperlukan untuk memasarkan dan mendistribusikan produk atau jasa.
Contohnya meliputi gaji dan komisi tenaga penjualan, iklan, pengiriman, layanan
pelanggan, dll. (3) Biaya Administrasi adalah biaya yang terkait dengan
administrasi umum organisasi yang memiliki tujuan pada pencapaian misi

17
perusahaan secara keseluruhan. Contohnya meliputi gaji eksekutif puncak, biaya
hukum, pencetakan laporan tahunan, akuntansi umum, dll.

2.11 Laporan Keuangan Eskternal


Pada penyusunan laporan laba rugi, biaya produksi dan nonproduksi akan
dipisahkan. Karena biaya produksi merupakan biaya yang diinventarisasi sampai unit
terjual, sedangkan biaya nonproduksi dari pemasaran dan administrasi dianggap
sebagai biaya periode. Dalam pelaporan keuangan, biaya produksi akan dicatat pada
laporan laba rugi sebagai beban atau harga pokok penjualan dan dicatat pada laporan
posisi keuangan sebagai persediaan. Lain halnya dengan biaya nonproduksi, hanya
dicatat pada laporan laba rugi sebagai beban atau biaya yang harus dikurangkan tiap
periode.

2.11.1 Laporan Laba Rugi : Perusahaan Manufaktur


Berikut adalah bentuk dari laporan laba rugi berdasarkan klasifikasi fungsional
untuk perusahaan manufaktur.

18
Pendapatan berdasarkan klasifikasi fungsional disebut sebagai
absorption-costing income atau full-costing income karena biaya produksi dan
biaya nonproduksi sepenuhnya dibebankan ke produk dalam mencapai
pendapatan operasional. Ada dua kategori fungsional utama dari biaya yaitu
Harga Pokok Penjualan dan Biaya Operasional. Harga Pokok Penjualan adalah
biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead yang melekat pada
unit yang terjual.

A. Harga Pokok Produksi


Harga Pokok Produksi menunjukkan total biaya produksi barang yang
diselesaikan selama periode berjalan. Satu-satunya biaya yang dibebankan ke
barang yang diselesaikan adalah biaya produksi bahan langsung, tenaga kerja
langsung, dan overhead. Rincian pembebanan biaya diberikan ditampilkan dalam
Laporan Harga Pokok Produksi berikut.

19
B. Harga Pokok Penjualan
Setelah pernyataan harga pokok produksi disiapkan, harga pokok penjualan
dapat dihitung. Harga pokok penjualan adalah biaya produksi dari unit yang dijual
selama periode tersebut. Penting untuk diingat bahwa harga pokok penjualan
mungkin sama atau tidak sama dengan harga pokok produksi. Selain itu, kita
harus ingat bahwa harga pokok penjualan adalah beban, dan termasuk dalam
laporan laba rugi.

2.11.2 Laporan Laba Rugi : Organisasi Layanan


Harga pokok penjualan pada laporan laba rugi untuk organisasi jasa
memang berbeda dengan laporan laba rugi untuk organisasi manufaktur dalam
beberapa hal utama. Untuk satu hal, perusahaan jasa tidak memiliki persediaan
barang jadi karena jasa tidak dapat disimpan, meskipun dimungkinkan untuk
memiliki barang dalam proses untuk jasa. Selain itu, beberapa perusahaan jasa
menambahkan biaya pemenuhan pesanan ke harga pokok penjualan. Biaya
penyimpanan barang, pengambilan dan pengepakan, dan pengiriman ke
pelanggan disajikan sebagai bagian dari harga pokok penjualan. Karena biaya
R&D bukan merupakan komponen utama dari operasi organisasi jasa, biaya
tersebut biasanya digabungkan dengan biaya operasi lain dan tidak dilaporkan
secara terpisah.

2.12 Sistem Manajemen Biaya Berbasis Fungsional (Functional-Based Cost) dan


Berbasis Aktivitas (Activity-Based Cost)
Sistem manajemen biaya dapat secara luas diklasifikasikan sebagai berbasis
fungsional atau berbasis aktivitas. Kedua sistem ini ditemukan dalam praktik. Saat ini,
sistem manajemen biaya berbasis fungsional lebih banyak digunakan daripada sistem
berbasis aktivitas. Ini berubah, bagaimanapun, karena kebutuhan akan informasi biaya
yang lebih akurat meningkat. Hal ini terutama berlaku untuk organisasi yang
menghadapi keragaman produk yang meningkat, kompleksitas produk yang lebih
banyak, siklus hidup produk yang lebih pendek, persyaratan kualitas yang meningkat,
dan tekanan persaingan yang ketat.
2.12.1 Sistem Manajemen Biaya Berbasis Fungsional (Functional-Based Cost) :
Ikhtisar Singkat
A. Akuntansi Biaya Berbasis Fungsional

20
Sebuah sistem akuntansi functional-based costing mengasumsikan bahwa
biaya produksi adalah fungsi linier dari unit atau volume produk yang dihasilkan.
Jadi, unit produk atau lainnya penggerak yang sangat berkorelasi dengan unit yang
diproduksi, seperti jam tenaga kerja langsung dan jam mesin, adalah satu-satunya
penggerak yang dianggap penting. Penggerak berbasis unit atau volume ini
digunakan untuk membebankan biaya produksi ke produk. Sistem akuntansi biaya
yang hanya menggunakan penggerak aktivitas berbasis unit untuk membebankan
biaya ke objek biaya disebut sistem biaya berbasis fungsional.
Tujuan penetapan biaya produk dari sistem akuntansi biaya berbasis
fungsional biasanya dipenuhi dengan membebankan biaya produksi ke persediaan
dan harga pokok penjualan untuk tujuan pelaporan keuangan.
B. Kontrol Operasional Berbasis Fungsional
Sistem pengendalian operasional berbasis fungsional membebankan biaya
ke unit organisasi dan kemudian meminta manajer unit organisasi bertanggung
jawab untuk mengendalikan biaya yang dibebankan. Kinerja diukur dengan
membandingkan hasil aktual dengan standar atau hasil yang dianggarkan.
Penekanannya adalah pada ukuran kinerja keuangan (ukuran nonkeuangan
biasanya diabaikan).
Sistem penghargaan digunakan untuk memotivasi individu-individu ini
untuk mengelola biaya. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa memaksimalkan
kinerja organisasi secara keseluruhan dicapai dengan memaksimalkan kinerja
subunit organisasi individu (disebut sebagai pusat pertanggungjawaban).

2.12.2 Sistem Manajemen Biaya Berbasis Aktivitas (Activity-Based Cost) : Ikhtisar


Singkat
A. Akuntansi Biaya Berbasis Aktivitas
Sistem akuntansi biaya berbasis aktivitas menekankan penelusuran atas
alokasi. Peran penelusuran penggerak diperluas secara signifikan dengan
mengidentifikasi penggerak yang tidak terkait dengan volume produk yang
dihasilkan (disebut penggerak aktivitas berbasis non-unit). Sistem akuntansi biaya
yang menggunakan penggerak aktivitas berbasis unit dan non-unit untuk
membebankan biaya ke objek biaya disebut sistem Activity-Based Costing (ABC).

21
Penetapan biaya produk dalam sistem berbasis aktivitas cenderung
fleksibel. Sistem manajemen biaya berbasis aktivitas mampu menghasilkan
informasi biaya untuk berbagai tujuan pengelolaan, termasuk tujuan pelaporan
keuangan. Definisi biaya produk yang lebih komprehensif ditekankan untuk
perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan yang lebih baik.
B. Kontrol Operasional Berbasis Aktivitas
Subsistem kontrol operasional berbasis aktivitas juga berbeda secara
signifikan dari sistem berbasis fungsional. Activity-Based Mangement (ABM)
berfokus pada pengelolaan aktivitas dengan tujuan meningkatkan nilai yang
diterima oleh pelanggan dan keuntungan yang diterima oleh perusahaan dalam
memberikan nilai ini. Ini mencakup analisis penggerak, analisis aktivitas, dan
evaluasi kinerja dan menggunakan ABC sebagai sumber informasi utama.
Pendekatan baru ini berfokus pada akuntabilitas untuk kegiatan daripada
biaya dan menekankan maksimalisasi kinerja seluruh sistem daripada kinerja
individu. Aktivitas melintasi lini fungsional dan departemen, berfokus pada seluruh
sistem, dan memerlukan pendekatan global untuk mengontrol. Pada dasarnya,
bentuk kontrol ini mengakui bahwa memaksimalkan efisiensi subunit individu
tidak selalu mengarah pada efisiensi maksimum untuk sistem secara keseluruhan.

2.12.3 Pilihan Sistem Manajemen Biaya

22
Sistem manajemen biaya berbasis aktivitas menawarkan manfaat yang
signifikan, termasuk akurasi penetapan biaya produk yang lebih besar,
pengambilan keputusan yang lebih baik, perencanaan strategis yang
ditingkatkan, dan peningkatan kemampuan untuk mengelola aktivitas.
Dalam memutuskan apakah akan menerapkan sistem manajemen biaya
berbasis aktivitas, seorang manajer harus menilai pertukaran antara biaya
pengukuran dan biaya kesalahan. Biaya kesalahan adalah biaya yang terkait
dengan pengambilan keputusan yang buruk berdasarkan biaya produk yang
tidak akurat atau, lebih umum, informasi biaya yang buruk. Sistem manajemen
biaya yang lebih kompleks menghasilkan biaya kesalahan yang lebih rendah
tetapi memiliki biaya pengukuran yang lebih tinggi. Secara optimal, sistem
manajemen biaya akan meminimalkan jumlah biaya pengukuran dan
kesalahan. Untuk beberapa organisasi, sistem biaya yang optimal mungkin
bukan ABM system (Sistem B dalam Exhibit 2-9) meskipun merupakan sistem
yang lebih akurat.
Bergantung pada trade-off, sistem manajemen biaya yang optimal
mungkin merupakan sistem berbasis fungsional yang lebih sederhana (Sistem
A dalam Exhibit 2-9). Ini bisa menjelaskan, sebagian, mengapa sebagian besar
perusahaan masih mempertahankan sistem jenis ini.

Sementara itu, biaya kesalahan juga meningkat dan bergeser ke kanan.


Munculnya e-commerce dan penghapusan banyak hambatan perdagangan

23
lintas batas telah membawa lebih banyak pemain, baik domestik maupun
internasional, di arena persaingan.
Deregulasi di beberapa industri juga telah mendatangkan pesaing yang
berspesialisasi dalam produk tunggal. Jika sistem manajemen biaya tidak
menghasilkan informasi biaya yang akurat untuk produk, perusahaan dapat
memutuskan untuk menghentikan apa yang tampaknya menjadi produk yang
tidak menguntungkan karena overcosting, dan berkonsentrasi untuk
memproduksi apa yang tampaknya menjadi produk yang sangat
menguntungkan karena undercosting. Biaya kesalahan lain, yang meningkat
untuk beberapa perusahaan, adalah biaya perilaku tidak etis. ABM system
yang melacak penjualan polis berdasarkan jenis, usia pemegang polis, agen,
dan tujuan pemegang polis dapat memberikan sinyal peringatan dini masalah.
Seperti yang diilustrasikan pada Exhibit 2-10, sistem manajemen biaya
yang lebih akurat diamanatkan karena perubahan dalam biaya pengukuran dan
biaya kesalahan. Perusahaan, kemudian, harus mempertimbangkan untuk
menerapkan ABM system jika mereka telah mengalami penurunan biaya
pengukuran dan peningkatan biaya kesalahan. Meskipun sebagian besar
perusahaan masih menggunakan sistem manajemen biaya berbasis fungsional,
penggunaan biaya berbasis aktivitas dan manajemen berbasis aktivitas
menyebar, dan minat pada sistem manajemen biaya kontemporer tinggi.

24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebuah instansi atau perusahaan sangat memerlukan kehadiran dari manajemen,
karena manajemen merupakan jantungnya perusahaan agar dapat bergerak
sebagaimana layaknya. Manajemen berperan dalam menciptakan inovasi dan strategis
yang mampu untuk menghasilkan sebuah daya saing atau competitive advantages
pada perusahaan, begitu juga menaikkan mutu untuk tim manajemen itu sendiri.
Tidak hanya manajemen yang baik saja yang diperlukan perusahaan, tetapi koordinasi
yang teratur juga diperlukan seperti manajemen biaya. Manajemen biaya yang
terorganisir berperan penting pada perusahaan dalam menumbuhkan loyalitas
terhadap pelanggan dan peningkatkan daya saing antar perusahaan.

3.2 Saran
Makalah yang telah dibuat penulis ini masih jauh dari kata sempurna. Apabila
masih terdapat informasi yang belum tepat dan masih kurang, dengan berbesar hati
kami menerima agar makalah ini dapat diperbaharui. Kami juga menyarankan agar
sebaiknya membaca dan menambahkan informasi dari beberapa referensi terpercaya
karena makalah ini dibuat berdasarkan satu buku panduan saja.

25
DAFTAR PUSTAKA

Daulay, A. R., Nabilla, R., & Luthfiyah, D. U. (2020). Makalah Pengantar Manajemen Biaya
dan Konsep Dasar Manajemen Biaya. Retrieved from academia.edu:
https://id.scribd.com/document/499506617/Makalah-Kelompok-1-Pengantar-
Manajemen-Biaya-dan-Konsep-Dasar-Manajemen-Biaya

Hansen, D. R., Mowen, M. M., & Guan, L. (2009). Cost Management Accounting & Control
6th Edition. Mason: South-Western Cengage Learning.

26

Anda mungkin juga menyukai