Anda di halaman 1dari 63

MAKALAH

AKUNTANSI MANAJEMEN

Dosen Pengampu :
H. YUDI RAHMAN, S.E., M.M

Disusun Oleh :
KELOMPOK 10
DWI HENDRA WIJAYA (NPM 19113220215756)
IMAWAN REZHA S. (NPM 19113220215414)
AZIMI (NPM 19113220215475)
M FERNANDA D P (NPM 19113220215452)
MUHAZERACHMAN (NPM 19113220215759)
NON REG A BANJARBARU
JURUSAN MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PANCASETIA (STIEPAN)


BANJARMASIN, KAMPUS BANJARBARU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala bimbingan dan petunjuk
yang telah diberikan-Nya sehingga Makalah Akuntansi Manajemen ini dapat diselesaikan
dalam keadaan seperti saat ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan.
Akhirnya, penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi orang banyak.
Khususnya mahasiswa.

Banjarbaru, Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................ 1
1.3. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 1
1.4. Metode Penulisan ............................................................................................ 2
BAB II ISI
2.1. Aspek Akuntansi Manajemen ......................................................................... 3
2.2. Activity Based Coasting dan Activity Based Managemen .............................. 4
2.3. Konsep Biaya dan Biaya Relevan ................................................................... 11
2.4. Perencanaan dan Pengendalian Laba ............................................................... 16
2.5. Perilaku Biaya.................................................................................................. 19
2.6. Keputusan Khusus, Biaya dan Pendapatan Relevan ....................................... 25
2.7. Penetapan Harga .............................................................................................. 28
2.8. Penganggaran dan Anggaran Fleksibel ........................................................... 39
2.9. Analisis Penyimpanan ..................................................................................... 47
2.10. Penentuan Harga Transfer ............................................................................. 48
2.11. Masalah Internasional dalam Akuntansi Manajemen .................................... 52
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 58
3.2. Saran ............................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mengoperasikan sebuah organisasi yang kompleks (besar dan rumit) dengan efisien
dan efektif, manajemen membutuhkan informasi terinci tentang operasi perusahaan.
Seperti berapa jumlah bahan yang harus disediakan, darimana bahan diperoleh, berapa
jumlah peralatan yang terpakai, berapa karyawan yang layak diperkerjakan dll.
Semua persoalan tersebut dapat diatasi oleh manajemen apabila manajemen
memperoleh informasi yang tepat untuk digunakan sebagai dasar kebijakannya. Oleh
Karena itu manajemen harus memperoleh informasi tentang masukan dan keluaran operasi
atau perusahaan untuk dasar operasinya. Tanpa informasi tentang masukan dan keluaran,
maka tidak mungkin manajemen dapat mengambil keputusan dengan tepat.
Mengatasi hal tersebut diperlukan sistem informasi yang memadai yaitu sistem
informasi untuk perencanaan, pengelolaan, pengendalian dan pengambilan keputusan.
Sistem informasi yang berhubungan dengan masalah akuntansi atau keuangan merupakan
tugas dan tanggung jawab dari akuntan manajemen dan sistem informasi yang
berhubungan dengan akuntansi tersebut disebut Akuntansi Manajemen.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian akuntansi manajemen?
2. Apa itu sistem akuntansi manajemen?
3. Apa saja fokus terkini akuntansi manajemen dan peran akuntan manajemen?
4. Apa saja konsep dasar akuntansi manajemen?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian akuntansi manajemen?
2. Mengetahui itu sistem akuntansi manajemen?
3. Mengetahui saja fokus terkini akuntansi manajemen dan peran akuntan
manajemen?
4. Mengetahui saja konsep dasar akuntansi manajemen?

1
1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini merupakan metode tinjauan
kepustakaan yang bertujuan untuk mempelajari referensi yang relevan.

2
BAB II
ISI

2.1 Aspek Akuntansi Manajemen


Akuntansi manajemen merupakan informasi keuangan dihasilkan oleh tipe
akuntansi manajemen yang dimanfaatkan oleh pemakai interen entitas. [Mulyadi:
(2001:2] Akuntansi manajemen merupakan kegiatan yang masih menghasilkan
informasi keuangan untuk manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan dalam
menjalankan fungsi manajemen. [Halim & Supormo (2000:3)] Secara umum,
akuntansi manajemen adalah salah satu bidang akuntansi yang bertujuan menyajikan
laporan-laporan untuk tujuan dan kepentingan pihak internal perusahaan dalam
melaksanakan suatu proses manajemen yan terdiri atas sebuah perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan serta pengendalian.
Sistem informasi akuntansi manajemen adalah sistem informasi yang
menghasilkan output dengan menggunakan input dan memprosesnya untuk mencapai
tujuan khusus manajemen. Tujuan sistem akuntansi manajemen: 1.) Menyediakan
informasi untuk pembiayaan jasa, produk dan objek lain yang menjadi
kebutuhan/kepentingan manajemen. 2.) Menyediakan informasi untuk perencanaan,
pengendalian, pengevaluasian dan perbaikan berkelanjutan. 3.) Menyediakan
informasi untuk pengambilan keputusan.
Lingkungan bisnis yang berubah begitu cepat yang sangat mempengaruhi
perkembangan konsep dan praktik akuntansi manajemen. Akuntansi manajemen
harus mampu menyediakan informasi yang memungkinkan manajer untuk berfokus
pada nilai pelanggan (costumer value), manajemen mutu total (total quality
management), kompitisi berbasis waktu (time based competition) dan pemanfaatan
teknologi informasi. 1) Activity based management. Manajemen berbasis aktifitas
adalah suatu sistem yang luas dan terintegrasi yang berfokus pada perhatian
manajemen terhadap aktifitas, bertujuan untuk meningkatkan nilai pelanggan dan
laba yang dihasilkan. 2) Orientasi pada pelanggan merupakan perbedaan antara apa
yang diperoleh pelanggan (kepuasan pelanggan) dengan apa yang diberikan oleh
pelanggan (pengorbanan pelanggan). 3) Penempatan strategi, manajemen biaya
strategi merupakan penggunaan informasi biaya untuk mengembangkan dan

3
mengidentifikasikan strategi yang lebih baik yang akan menghasilkan keunggulan
kompetitif yang berkesinambungan. 4) Kerangka kerja rantai nilai.
a. Rantai nilai internal adalah rangkaian nilai aktivitas yang diperlukan untuk
mendesain, mengembangkan, memproduksi memasarkan dan mendistribusikan
produk dan jasa kepada pelanggan.
b. Rantai nilai industri adalah rangkaian aktivitas penciptaan nilai yang terhubung
mulai dari bahan baku mentah sampai dengan pembuangan produk akhir oleh
pengguna akhir.
Peran seorang akuntan manajeman dalam organisasi adalah sebagai pendukung
organisasi. Akuntan manajemen bertanggungg jawab untuk mengidentifikasi,
mengumpulkan, mengukur, menganalisis, menyiapkan, menginteprentasikan dan
mengkomunikasikan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen untuk pengambilan
keputusan. Akuntan manajemen biasanya terlibat secara langsung dalam proses
manajemen sebagai anggota penting dalam tim manajemen misalnya sebagai
kontroler (kepala bagian akuntansi) dan manajer akuntan biaya. Akuntan manajemen
bertugas membantu orang-orang ini (line position), yaitu pihak yang bertanggungg
jawab langsung dalam melaksanakan tujuan dalam organisasi, misalnya manajer
bagian produksi. Dalam hal ini, akuntan manajemen berada dalam posisi staff (staff
position), yaitu posisi yang mendukung tugas lini dan tidak bertanggungg jawab
langsung terhadap tujuan dasar organisasi.

2.2 Activity Based Costing dan Activity Based Management


2.2.1 Activity Based Costing
Activity-Based Costing (ABC) adalah konsep perhitungan biaya dalam
akuntansi manajemen yang didasarkan pada aktivitas-aktivitas bisnis dalam
organisasi yang dapat diterapkan untuk menghitung biaya produk dengan lebih
akurat. Produk merupakan hasil aktivitas-aktivitas bisnis dan aktivitas-aktivitas
tersebut memanfaatkan sumberdaya yang berarti menimbulkan biaya. Biaya produk
dihubungkan ke aktivitas-aktivitas bisnis relevan dan kemudian ke sumberdaya-
sumberdaya yang dimanfaatkan.
Activity-Based Costing (ABC) adalah suatu sistem informasi akuntansi yang
mengidentifikasi berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan

4
mengumpulkan biaya dengan dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari
aktivitasnya. ABC memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan
aktivitas untuk memproduksi, mendistribusikan atau menunjang produk yang
bersangkutan.
Tujuan Activity Based Costing adalah untuk menglokasikan biaya ke transaksi
dari aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu organisasi dan kemudian
mengalokasikan biaya tersebut secara tepat ke produk sesuai dengan pemakaian
aktivitas setiap produk. Full costing dan variable costing (konvensional)
menitikberatkan penentuan harga pokok produk pada fase produk saja, sedangkan
untuk Activity Based Costing menitikberatkan penentuan harga pokok produk pada
semua fase pembuatan produk yang terdiri dari:
1. Fase design dan pengembangan produk
 Biaya design (design expenses)
 Biaya pengujian (testing expenses)
2. Fase produksi
 Unit level activity cost
 Batch level activity cost
 Product sustaining activity cost
 Facility sustaining activity cost
3. Fase dukungan logistic
 Biaya iklan (advertising expenses)
 Biaya distribusi (distribution expenses)
 Biaya garansi produk (product guarantee expenses)
 Penerapan Activity Based Costing
Menurut Hansen dan Mowen (2003: 122-127) proses penerapan Activity Based
Costing systems dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu:
1. Tahap Pertama
Pada tahap pertama ini dalam penerapan Activity Based Costing systems
ialah sebagai berikut:
 Mengidentifikasi aktivitas.
 Membebankan biaya ke pool biaya aktivitas.

5
 Aktivitas yang berkaitan dikelompokkan untuk membentuk kumpulan
sejenis.
 Biaya aktivitas yang dikelompokkan dijumlah untuk mendefinisikan
kelompok biaya sejenis.
 Menghitung tarif (overhead) kelompok.
2. Tahap Kedua
Dalam tahap ini biaya setiap kelompok overhead ditelusuri ke
produk dengan menggunakan tarif kelompok yang dikonsumsi oleh masing-
masing produk sehingga biaya aktivitas yang ada dibebankan kepada produk
terhadap setiap aktivitas. Kemudian biaya overhead perunit diperoleh
dengan menelusuri biaya-biaya overhead dari kelompok-kelompok tertentu
pada produk. Total biaya tersebut kemudian dibagi dengan jumlah unit yang
diproses akan menghasilkan biaya overhead perunit.
Menurut Blocher, Chen dan Lin (2003: 109) terdapat tiga langkah utama
dalam merancang sebuah Activity Based Costing systems yaitu:
1. Mengidentifikasi biaya sumber daya dan aktivitas.
2. Membebankan biaya sumber daya ke aktivitas.
3. Membebankan biaya aktivitas ke objek biaya
4. Proses Penerapan Activity Based Costing
Menurut Garrison dan Norean ( 2003: 322 ) membagi proses penerapan
Activity Based Costing Systems menjadi enam tahap yaitu :
1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas dan pool aktivitas.
2. Bila mungkin menelusuri langsung ke aktivitas dan objek biaya.
3. Membebankan biaya ke pool biaya aktivitas.
4. Menghitung tariff aktivitas.
5. Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan tariff aktivitas dan
ukuran aktivitas.
6. Menyusun laporan manajemen.
Manfaat sistem biaya Activity Based Costing (ABC) bagi pihak manajemen
perusahaan ialah:
1. Suatu pengkajian sistem biaya ABC dapat meyakinkan pihak manajemen bahwa
mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetatif.

6
Sebagai hasilnya mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara
simultan focus pada pengurangan biaya yang memungkinan. Analisis biaya ini
dapat menyeroti bagaimana mahalnya proses manufacturing, hal ini pada
gilirannya dapat memacu aktivitas untuk mengorganisasi proses, memperbaiki
mutu, dan mengurangi biaya.
2. Pihak manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran
kompetitif yang lebih wajar.
3. Sistem baiaya ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan (management
decision making) membuat-membeli yang manajemen harus lakukan, disamping
itu dengan penentuan biaya yang lebih akurat maka keputusan yang akan diambil
oleh pihak manajemen akan lebih baik dan tepat. Hal ini didasarkan bahwa
dengan akurasi perhitungan biaya produk yang menjadi sangat penting dalam
iklim kompetisi dewasa ini.
4. Mendukung perbaikan yang berkesinambungan (continous improvement) melalui
analisa aktivitas sistem ABC memungkinkan tindakan eleminasi atau perbaikan
terhadap aktivitas yang tidak bernilai tambah atau kurang efisien. Hal ini
berkaitan erat dengan masalah produktivitas perusahaan.
5. Memudahkan penentuan biaya-biaya yang kurang relevan (cost reduction) pada
sistem tradisional banyak biaya-biaya yang kurang relevan yang tersembunyi.
Sistem ABC yang transparan menyebabkan sumber-sumber biaya tersebut dapat
diketahui dan dieliminasi.
6. Engan analisis biaya yang diperbaiki, pihak manajemen dapat melakukan analisis
yang lebih akurat mengenai volume produksi yang diperlukan untuk mencapai
impas (break even) atas produk yang bervolume rendah.
Biaya overhead pabrik (manufacturing overhead costs) adalah biaya
produksi yang tidak masuk dalam biaya bahan baku maupun biaya tenaga kerja
langsung. Apabila suatu perusahaan juga memiliki departemen-departemen lain
selain departemen produksi maka semua biaya yang terjadi di departemen pembantu
tersebut (termasuk biaya tenaga kerjanya) dikategorikan sebagai biaya overhead
pabrik.
Biaya overhead pabrik biasanya muncul dari biaya-biaya yang harus
dikeluarkan untuk pemakaian bahan tambahan, biaya tenaga kerja tak langsung,

7
pengawasan mesin produksi, pajak, asuransi, hingga fasilitas-fasilitas tambahan yang
diperdalam ABC, proses identifikasi aktivitas merupakan salah satu bagian yang
penting dari tahapan tahapan pembebanan biaya overhead pabrik. Tahap pertama
pada identifikasi aktivitas, aktivitas yang luas dikelompokkan ke dalam 4 kategori
aktivitas, yaitu:
1. Unit Level Activities (tingkat unit)
Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan sekali untuk setiap unit
sehingga biaya produk yang berhubungan dengan aktivitas yang dibebankan
berdasarkan jumlah unit yang diproduksi. Misalnya jam tenaga kerja langsung.
Semakin banyak jumlah unit yang diproduksi maka semakin banyak juga tenaga
kerja langsung dibutuhkan.
2. Bacth Level Activity (tingkat bacth)
Berupa ativitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mendukung produksi
sejumlah order tertentu (batch). Aktivitas ini dilakukan sekali untuk setiap batch
sehingga biaya produksi yang berhubungan dengan aktivitas ini dibebankan
berdasarkan jumlah batch yang diproduksi misalnya biaya set-up mesin. Semakin
banyak unit yang diproduksi tidak mempengaruhi biaya pada aktivitas set-up,
tetapi semakin sering set-up dilakukan maka semakin besar pula biaya set-up
mesin.
3. Product Sustaining Activities
Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan
eksistensi suatu produk, pemeliharaan produk, pengembangan produkdan inovasi
produk. Beban biaya yang terjadi pada aktivitas ini dapat ditelusuri pada setiap
jenis produk yang dihasilkan, tetapi sumber daya yang dikonsumsi tidak
tergantung pada jumlah unit ataupun batch dari produk yang dihasilkan
perusahaan. Semakin banyak jenis produk yang dihasilkan maka semakin sering
aktivitas ini dilakukan sehingga semakin besar biaya yang dibutuhkannya.
4. Facility Sustaining Activities.
Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan
eksistensi perusahaan, seperti pemasaran, sumber daya manusia, pengembangan
sistem, pemeliharaan fasilitas dan lain-lain. Tetapi aktivitas ini tidak berhubungan
dengan jumlah produk, batch maupun jenis produk.

8
Sedangkan pada saat melakukan pembebanan biaya dari tiap kelompok
tersebut, biaya yang muncul tersebut diklasifikasikan sesuai dengan kelompok
aktivitasnya, sehingga dalam membebankan biaya sistem ABC dapat digambarkan
dengan dua tahapan, yaitu:
 Aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi keinginan customer
mengkonsumsi sumber daya dalam sejumlah uang tertentu.
 Biaya setiap sumber daya yang dikonsumsi oleh setiap aktivitas harus
dibebankan objek biaya atas dasar unit aktivitas yang dikonsumsi oleh
objek biaya itu sendiri bukan dalam proses produksi.

2.2.2 Activity Based Mangement


Activity Based Management (ABM) adalah pengelolan aktivitas untuk
meningkatkan nilai (value) yang diterima oleh pelanggan dan untuk meningkatkan
laba melalui peningkatan nilai (value) tersebut. Suatu perusahaan dapat melakukan
evaluasi biaya dan nilai (value) dan suatu aktivitas proses dengan ABM sehingga
terjadi perbaikan posisi kompetitif dan meningkatnya efisiensi proses.
Activity Based Management ini merupakan pendekatan manajemen yang
berfokus untuk dapat:
1. Meningkatkan nilai yang diterima oleh pelanggan dari setiap aktivitas yang
dilakukan.
2. Menentukan aktivitas perusahaan yang merupakan aktivitas value added dan
aktivitas non-value added.
3. Meningkatkan value added activity dan mengurangi bahkan menghilangkan non-
value added activity.
4. Memperbaiki laba dengan memberikan nilai pelanggan.
Keunggulan utama pendekatan ABM yaitu:
1. ABM mengukur efektivitas proses dan aktivitas bisnis kunci dan
mengindentifikasi bagaimana proses dan aktivitas tersebut dapat diperbaiki untuk
menurunkan biaya dan meningkatkan nilai (value) bagi pelanggan.
2. ABM memperbaiki fokus manajemen dengan cara mengalokasikan sumber daya
untuk menambah nilai aktivitas kunci, pelanggan kunci, produk kunci, dan metode
untuk mempertahankan keunggulan kompetitif perusahaan.

9
Adapun sebuah perusahaan menggunakan Activity Based Management (ABM)
ini dengan maksud untuk:
1. Mengurangi harga produk dan mengoptimalkan desain produk.
2. Mengurangi biaya-biaya perusahaan.
3. Membantu perusahaan dalam mempertimbangkan peluang bisnis baru.
Activity Based Management (ABM) merupakan payung bagi perubahan
budaya yang diperlukan untuk persaingan global. Komponen-komponen yang
mendukung keberhasilan ABM meliputi:
1. Just In Time (JIT) Merupakan sistem produksi yang komprehensif dan sistem
manajemen persediaan dimana bahan baku dan suku cadang dibeli dan
diproduksi sebanyak yang dibutuhkan dan pada saat yang tepat pada setiap tahap
proses produksi.
2. Strategic Planning Suatu perencanaan yang menyeluruh dan terpadu yang
mengkaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan
dirancang untuk pencapaian tujuan perusahaan melalui pelaksanaan yang tepat
oleh perusahaan.
3. Activity Accounting Akuntansi yang berkaitan dengan aktivitas-aktivitas di dalam
operasi perusahaan.
4. Life Cycle Management Melibatkan manajemen aktivitas mulai dari tahap
pengembangan untuk menjamin agar biaya daur hidup secara total jumlahnya
lebih rendah dibandingkan kompetitor.
5. Performance Management Suatu kegiatan mengelola kinerja yang berorientasi
kepada pandangan strategic ke masa depan sehingga kinerja tersebut dapat
digunakan sebagai alat komunikasi untuk pihak-pihak yang membutuhkannya.
6. Investment Management Bagaimana seorang manajer investasi mengelola uang,
dimana dalam proses ini dibutuhkan pemahaman terhadap berbagai piranti
investasi, dan berbagai strategi yang dapat digunakan untuk menyeleksi piranti
tersebut.
7. Continuous Improvement Teknik manajemen dimana para manajer dan pekerja
setuju terhadap program continuous improvement dalam hal kualitas dan factor
keberhasilan kritis.

10
8. Benchmarking Proses mengidentifikasikan faktor keberhasilan kritis (critical
success factor) yang dicapai perusahaan lain atau unit lain di perusahaan dengan
tujuan mengimple mentasikannya sebagai perbaikan dalam proses perusahaan
untuk mencapai kinerja yang baik.
9. Target Costing Menentukan biaya yang diharapkan untuk suatu produk
berdasarkan harga yang kompetitif sehingga produk tersebut akan dapat
memperoleh laba yang diharapkan.
10. Customer Value Analysis Suatu analisa yang dilakukan untuk menentukan
apakah suatu aktivitas memiliki nilai (value) bagi pelanggan atau tidak dengan
cara melihat apa yang diperoleh pelanggan dibandingkan dengan pengorbanan
untuk memperoleh suatu produk atau jasa. Komponen-komponen tersebut
digunakan untuk mengelola aktivitas-aktivitas agar dapat mengeliminasi
pemborosan. Misalnya mengeliminasi pemborosan dengan menekan persediaan
(persediaan nol), mengeliminasi aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah,
mengefisiensikan aktivitas bernilai tambah yang tidak efisien, mengeliminasi
kerusakan (kerusakan nol), mengeliminasi pengerjaan kembali (pengerjaan
kembali nol), mengurangi setup mesin (menjadi satu), meningkatkan
ketrampilan karyawan.

2.3 Konsep Biaya dan Biaya Relevan


2.3.1 Konsep Biaya
Konsep biaya merupakan konsep yang terpenting dalam akuntansi
manajemen dan akuntansi biaya. Adapun tujuan memperoleh informasi
biaya digunakan untuk proses perencanaan, pengendalian dan pembuatan keputusan.
Tujuan lain mengapa kita harus memahami konsep dan definisi biaya karena ada
beberapa istilah yang menyerupai biaya dalam konteks cost, ada pula beban
(expenses) dan kerugian (loss), keduanya juga merupakan pengorbanan sumber
ekonomi namun untuk lebih jelasnya dipilah kembali bahwa beban (expenses) adalah
bagian dari cost sedangkan kerugian (loss) adalah pengorbanan sumber daya namun
tidak menghasilkan pendapatan atau tidak mencapai tujuan yang ingin dicapai
organisasi/ perusahaan.

11
Biaya (cost) merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang bertujuan
memperoleh aktiva, maka akan dicatat sebagai cost aktiva (Harga Pokok Aktiva),
sedangkan beban (expense) merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang bertujuan
untuk memperoleh pendapatan (revenue) maka akan ditandingkan dengan
pendapatan untuk menentukan laba.
Biaya diklasifikasikan kedalam beberapa jenis penggolongan berdasar
tujuannya antara lain:
1. Hubungan dengan pengeluaran kas
a) Biaya tunai
b) Biaya tidak tunai
2. Kapitalisasi biaya
a) Pengeluaran pendapatan
b) Pengeluaran modal
3. Biaya Pabrikasi
a) Harga pokok produk
b) Bahan langsung
Biaya Bahan Baku adalah bahan mentah yang digunakan untuk
memproduksi barang jadi yang secara fisik dapat diidentifikasi pada barang jadi.
Contoh: kertas pada pembuatan buku, lensa pada pembuatan kacamata, kulit pada
pembuatan jaket kulit dan sebagainya
Biaya Bahan penolong adalah bahan yang digunakan pada suatu produk tapi
pemakaiannya relatif kecil atau rumit untuk diidentifikasi langsung pada produk
jadi. Contoh: straples pada buku, mur pada tangkai kacamata, benang pada jaket.
c) Tenaga kerja langsung
Biaya tenaga kerja adalah gaji, insentif, bonus dan sejenisnya yang langsung
diberikan pada karyawan bagian produksi.
d) Overhead pabrik
4. Peramalan perilaku biaya/ volume produksi
a) Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang bila dihubungkan dengan volume
b) Biaya tetap

12
Biaya tetap adalah biaya yang secara total tidak akan berubah jumlahnya
meskipun aktivitas maupun volume produksi berubah.
c) Biaya semi variabel
5. Pembebanan biaya terhadap obyek yang dibiayai
a) Biaya langsung
b) Biaya tidak langsung
6. Pengambilan keputusan taktis
a) Biaya diferensial
b) Biaya tenggelam
c) Biaya kesempatan
d) Biaya tambahan
7. Peran biaya dalam membentuk produk
a) Biaya utama
b) Biaya conversi
8. Pelaporan keuangan eksternal
a) Harga pokok penjualan
b) Biaya penjualan
c) Biaya administrasi dan umum
d) Biaya non operasi

2.3.2 Biaya Relevan


Semua bentuk pengambilan keputusan oleh manajemen harus
mempertimbangkan semua faktor yang dapat mempengaruhi pengambilan 20
keputusan, salah satu faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan adalah
faktor biaya yang disebut dengan biaya relevan. Menurut Mulyadi (1992) biaya
relevan adalah biaya masa yang akan datang yang diperkirakan akan berbeda atau
terpengaruh oleh suatu pengambilan keputusan pemilihan diantara berbbagai macam
alternatif. Oleh karena itu, biaya tersebut adalah relevan dengan analisis yang
dilakukan dalam pengambilan keputusan tersebut.
Biaya relevan menurut Supriyono (1992) meliputi semua biaya yang akan
terpengaruh oleh suatu pengambilan keputusan, karena itu biaya tersebut harus
dipertimbangkan di dalam pengambilan keputusan tertentu tersebut. Selain itu, biaya
relevan menurut Hansen & Mowen (2009) merupakan biaya masa depan yang

13
berbeda pada setiap alternatif. Semua keputusan berhubungan dengan masa depan
sehingga hanya biaya masa depan yang dapat menjadi relevan dengan keputusan.
Namun, untuk menjadi relevan, suatu biaya tidak hanya harus merupakan biaya masa
depan, tetapi juga harus berbeda dari satu alternatif dengan alternatif lainnya.
Apabila biaya masa depan terdapat pada lebih dari satu alternatif maka biaya tersebut
tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan. Biaya demikian disebut biaya tidak
relevan. Kemampuan untuk mengidentifikasi biaya relevan dan tak relevan
merupakan suatu keterampilan pengambilan keputusan yang penting.
Biaya relevan untuk pengambilan keputusan didasarkan kepada konsep
“different analysis for different purposes”, yang berarti bahwa untuk tujuan yang
berbeda diperlukan analisa yang berbeda pula. Oleh karena itu, terdapat beberapa
konsep biaya relevan untuk berbagai pengambilan keputusan, yaitu:
1. Biaya Diferensial (Differntial Cost) adalah biaya yang berbeda pada berbagai
alternatif pengambilan keputusan yang mungkin untuk dipilih. Dalam
pengambilan keputusan, biaya diferensial dibandingkan dengan penghasilan
diferensial untuk menentukan besarnya laba diferensial.
2. Biaya Treceabel (Treceable Cost) adalah yang dapat diakui jejaknya pada
produk, pesanan, pusat biaya, departemen, atau divisi tertentu di dalam suatu
perusahaan.
3. Biaya Kesempatan (Opportunity Cost) adalah penghasilan atau penghematan
biaya yang dikorbankan karena dipilihnya satu alternatif tertentu, sehingga
penghasilan atau penghematan biaya tersebut perlu diperhitungkan sebagai biaya
pada alternatif tertentu.
4. Biaya Incremental (Incremental Cost) adalah biaya-biaya yang ditambahkan atau
biaya-biaya yang tidak akan dikorbankan apabila suatu alternatif (proyek)
tertentu tidak dipilih untuk dilaksanakan.
Biaya relevan dapat diketahui melalui analisis biaya yang meliputi langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Menghimpun seluruh biaya yangg berkaitan dengan masing-masing alternatif
yang dipertimbangkan.
2. Mengeliminasi sunk cost.

14
3. Mengeliminasi biaya yang tidak berbeda diantara alternatif yang
dipertimbangkan.
4. Mengambil kesimpulan berdasarkan data biaya lain yang tersisa, yang
merupakan biaya yang berbeda. Biaya tersebut merupakan biaya yang relevan
dengan pengambilan keputusan.
Penerapan analisa biaya relevan dapat bermanfaat bagi manajemen dalam
pengambilan keputusan. Berikut adalah jenis-jenis keputusan dalam analisis biaya
relevan menurut Mulyadi (1997):
1. Make or Buy decisions
Keputusan atau membuat sendiri dihadapi oleh manajemen terutama dalam
perusahaan yang produknya terdiri dari bebrbagai komponen dan yang memproduksi
berbagai jenis produk. Tidak selamanya komponen yang membentuk suatu produk
harus diproduksi sendiri oleh perusahaan, jika memang pemasok luar dapat memasok
komponen tersebut dengan harga yang lebih murah daripada biaya untuk
memproduksi sendiri komponen tersebut.
2. Keep or drop decisions
Perusahaan yang menghasilkan lebih dari satu macam keluarga produk atau
product line atau yang memiliki berbagai departmen penghasil laba, ada kalanya
manajemen puncak menghadapi salah satu keluarga produknya salah satu
departemennya mengalami kerugian usaha yang diperkirakan ajkan berlangsung
terus. Dalam menghadapi kondisi ini manajemen perlu mempertimbangkan
keputusan menghentikan atau tetap melanjutkan produksi produk atau kegiatan usaha
departemen yang mengalami kerugian tersebut.
3. Special order decisions
Umumnya perusahaan membangun pabriknya dengan kapasitas yang mampu
memenuhi permintaan pasar tertinggi beberapa tahuin yang akan datang. Jika
perusahaan membangun pabriknya dengan kapasitas yang hanya mampu memenuhi
permintaan pasar sekarang, hal ini akan berakibat dilakukannya ekspansi pabrik
secara terus-menerus. Dengan demikian, umumnya perusahaan memiliki kapasitas
yang menganggur, yang sering sekali mendorong manajemen puncak untuk
mempertimbangakan penetapan harga jual dibawah harga jual normal. Tentu saja

15
penetapan harga jual yang demikian hanya diterapkan pada pesanan khusus yang
tidak berdampak terhadap penjualan yang reguler.
4. Decisions to sell process further
Adakalanya manajemen puncak dihadapkan pada pilihan menjual produk
tertentu pada kondisinya sekarang atau memprosesnya lebih lanjut menjadi produk
lain yang lebih tinggi harga jualnya. Dalam pengambilan keputusan semacam ini,
informasi akuntansi diferensial yang diperlukan oleh manajemen adalah pendapatan
diferensial dengan biaya diferensial jika alternatif memproses lebih lanjut dipilih.

2.4 Perencanaan dan Pengendalian Laba


Proses Perencanaan dan Pengendalian Laba (PPL) sangat penting untuk
mengintregasikan antara fungsi planning, leading dan controlling. Program PPL bukan
sekedar master budget. Dalam pengertian yang lebih luas program PPL merupakan
penerapan berbagai konsep manajemen dengan menggunakan berbagai pendekatan, teknik
dan langkah-langkah yang urut. Secara rinci gambaran umum mengenai proses PPL yang
sekaligus dapat menunjukan hubungan antar fungsi-fungsi manajemen, fase-fase urutan
dan tanggungjawab utama manajemen.
Perencanaan dan pengendalian laba komprehensif adalah suatu model khusus yang
didesain untuk membantu manajemen melaksanakan proses manajemen secara efektif
dengan penekanan khusus pada fungsi-fungsi perencanaan dan pengendalian.
Sesuai dengan pengertian tersebut, elemen-elemen dan kunci PPL komferhensif
adalah sebagai berikut:
1. Suatu pendekatan yang sistematis dan formal
2. Sebagai penekankan pada fungsi-fungsi perencanaan dan pengendalian
3. Berisi tujuan- tujuan, sasaran-sasaran, rencana laba jangka panjang, rencana laba jangka
pendek, laporan pelaksanaan, dan tindak lanjut.
Proses perencanaan dan pengendalian laba jangka pendek ini dapat diikhtisarkan
sebagai meliputi unsur-unsur berikut:
1. Mencapai suatu rencana atau program yang dapat diterima.
2. Mengukur pelaksanaan yang sesungguhnya (actual) terhadap rencana (dan terhadap
norma standar lain yang berhubungan).
3. Memutuskan dan melaksanakan tindakan perbaikan atau koreksi.

16
Secara garis besar konsep perencanaan dan pengendalian laba meliputi:
1. Proses manajemen yang terdiri dari planning, organizing, staffing, leading and
controling.
2. Kesepakatan manajerial agar semua tingkatan manajemen dapat berpartisipasi secara
efektif.
3. Struktur organisasi yang jelas terutama terutama yang menyangkut wewenang dan
tanggung jawab manajemen pada berbagai tingkatan
4. Proses perencanaan manajemen
5. Proses pengendalian manajemen
6. Koordinasi yang terus- menerus dan konsisten dari semua fungsi- fungsi manajemen
7. Feedforwad, feedback, follow-up, dan replanning dilakukan terus menerus melalui
saluran komunikasi baik dari atas maupun dari bawah
8. Rencana laba strategis jangka panjang
9. Rencana laba taktis jangka pendek
10. Sistem akuntansi pertanggung jawaban
11. Penggunaan prinsip pengecualian
12. Program manajemen perilaku
Ada tiga bentuk komunikasi dalam perencanaan dan pengendalian laba, yaitu:
1. Feedforward adalah komunikasi perencanaan (perencanaan tujuan- tujuan,
perencanaan sasaran-sasaran, dan perencanaan laba) dari manjemen tingkat atas ke
manajemen tingkat rendah. Feedforward dipergunakkan untuk mengukur keberhasilan
pelaksanaan dengan cara membandingkan antara aktuak dengan yang direncanakan.
2. Feedback adalah komunikasi hasil evaluasi pelaksanaan dengan menggunakan
laporan- laporan pelaksanaan. Feedback dapat digunakan untuk mengadakantindakan
korektif dan perencanaan kembali.
3. Replanning didasarkan pada feedback. Replanning digunakan untuk revisi
perencanaan karena pelaksanaannya menggunakan deficiency dan untuk mengambil
manfaat dari kondisi- kondisi atau peristiwa-peristiwa baru yang tidak terantisipasi
diwaktu yang lalu.
Di dalam perencanaan dengan pendekatan perencanaan dan pengendalian laba,
secara keseluran manajemen perlu memperhatikan hubungan antara tujuan- tujuan

17
(objectives), sasaran-sasaran (goals), dan rencana-rencana laba (profit plants). Hubungan-
hubungan tersebut diyunjukan pada gambar dibawah ini:

TUJUAN- TUJUAN PERUSAHANAA


(Umum dan Jangka Panjang)
Ekonomis; Pelanggan; Pekerja; Pemilik; Sosial; Output

SASARAN-SASARAN PERUSAHAAN
Produk; Jasa; Pangsa Pasar; Profitabilitas; Laba; Pertumbuhan

RENCANA-RENCANA LABA
(Disusun dan dikuantifikasi)

Rencana laba strategis: Rencana laba taktis:


Umum; Jangka Panjang; Rinci; Jangka Pendek;
Tanggung Jawab tingkat atas; Tanggung Jawab semua Tingkat;
kuantitatif Kuantitatif

Tujuan-tujuan perusahaan merupakan tingkat perencanaan yang paling dasar yang


akan menentukan arah perusahaan jangka panjang. Tujuan-tujuan perusahaan harus
dinyatakan secara tertulis dengan menakankan pada harapan-harapan ekonomis, para
penyelenggara, para pekerja, para pemilik, output dan tanggung jawab – tanggung jawab
sosial.
Sasaran-sasaran perusahaan merupakan tingkat merupakan tingkat perencanaan
yang lebih rendah berikutnya dan berjangka pendek atau menengah. Sasaran-sasaran
perushaan berisi harapan dimasa yang akan datang yang lebih spesifik, misalnya produk
jasa, market share, profitabillity, retirn of invesment dan pertumbuhan.
Rencana-rencana laba disusun berdasarkan sasaran- sasaran perusahaan yang telah
ditetapkan dan dinyatakan dalam bentuk kuantitatif. Rencana laba biasanya terdiri dari dua
bagian rencana yang tidak terpisahkan, yaitu rencana laba strategis jangka panjang dan
rencana laba taktis jangka pendek.

18
2.5 Perilaku Biaya
Perilaku biaya (cost behavior) mengacu pada reaksi biaya terhadap aktivitas
perusahaan. Jika aktivitas naik atau turun, maka biaya tertentu akan naik atau turun juga
atau mungkin tetap. Untuk tujuan perencanaan, manajer harus dapat mengantisipasi situasi
yang akan terjadi dan jika suatu biaya diharapkan akan berubah, maka manajer harus dapat
mengestimasi seberapa besar perubahannya. Untuk membantu tugas manajer tersebut,
biaya biasanya dikategorikan sebagai variabel, tetap, atau semi variabel.
Ada tiga tipe pola perilaku biaya yaitu biaya Variabel, biaya Tetap, dan biaya Semi
Variabel. Ketiga pola perilaku biaya ini ditemukan dalam kebanyakan organisasi. Proporsi
relatif masing-masing tipe biaya tersebut disebut sebagai struktur biaya (cost structur).
Sebagai contoh, sebuah perusahaan mungkin memiliki lebih banyak biaya tetap dari pada
biaya variabel dan biaya semivariabel. Ada juga perusahaan yang biaya variabelnya lebih
banyak dari pada dibandingkan biaya tetap dan biaya semivariabel. Struktur biaya akan
sangat mempengaruhi dalam pembuatan keputusan.

1. Biaya Variabel (Variable Cost)


Biaya Variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah secara proporsional terhadap
perubahan tingkat aktivitas. Jika tingkat aktivitasnya dilipatduakan, maka total biaya
variabelnya juga akan berlipat dua. Jika aktivitas naik 10% maka total biaya variabel
akan naik sebesar 10% juga. Suatu biaya dikatakan variable karena ada sesuatu hal yang
disebut basis aktivitas. Basis aktivitas (activity base) merupakan ukuran segala sesuatu
yang menyebabkan adanya biaya variabel atau biasa disebut dengan penggerak biaya atau
pemicu biaya (cost driver).
Contoh dari basis aktivitas yang umum yaitu: jam tenaga kerja langsung, jam mesin,
unit yang diproduksi, dan unit yang dijual. Porsi biaya variabel dan tipe biaya variabel
dalam organisasi sangat tergantung pada tujuan dan struktur organisasi.
Ada juga biaya variabel per unit, yaitu biaya variabel yang selalu konstan atau tetap.
Contoh pembeda antara total biaya variabel dengan biaya variabel per unit yaitu
perusahaan Nooksack Expeditions yang memberikan jasa wisata penelusuran sungai
dengan menyediakan peralatan dan makanan kepada tamunya. Makanan dibeli dari
perusahaan yang ekslutif dengan harga $30 untuk setiap tamu. Biaya $30 per tamu tidak
akan berubah dan tidak dipengaruhi oleh berapapun jumlah tamu yang berpartisipasi dalam

19
penelusuran sungai. Perbandingan perilaku biaya variabel baik per unit maupun secara
total.
Jumlah Tamu Biaya Makanan setiap tamu Total Biaya makanan
250 30 $ 7.500
500 30 $ 15.000
750 30 $ 22.500
1.000 30 $ 30.000

Biaya Variabel meningkat secara total sejalan dengan aktivitasnya, sedangkan biaya
variabel per unitnya konstan.
 Contoh Biaya Variabel
Jenis Organisasi Biaya yang biasanya bersifat Variabel terhadap
volume output
Perusahaan dagang Harga pokok (produk) penjualan
Perusahaan Manufaktur Biaya produksi (BB, TKL)
Porsi variabel biaya overhead
Perusahaan dagang dan Biaya penjualan, umum dan adm.
Perusahaan Manufaktur Komisi, biaya pengiriman, dll
Perusahaan Jasa Bahan habis pakai, perjalanan, dll

 Biaya Variabel Sejati vs Biaya Variabel Bertahap


Tidak semua biaya variabel memiliki pola yang sama. Beberapa biaya variabel
berperilaku sebagai biaya variabel sejati (true variable) atau variabel proporsial
(proportionately variable). Sedangkan lainnya memiliki pola bertahap (step-variable).
Biaya variabel sejati bahan langsung dianggap sebagai biaya variabel sejati (true variable)
atau biaya variabel proporsional karena jumlah yang digunakan selama satu periode akan
memiliki proporsi langsung dengan tingkat aktivitas produksi. Lebih jauh, bahan langsung
yang dibeli tetapi tidak di gunakan dapat disimpan di gudang dan digunakan lagi pada
eriode mendatang.
Biaya variabel bertahap upah tenaga kerja pemeliharaan biasanya dianggap variabel
tetapi biaya tenaga kerja ini tidak memiliki perilaku yang sama dengan biaya bahan
langsung. Tidak seperti biaya bahan langsung, waktu kerja bagi tenaga pemeliharaan

20
biayasanya ditentukan dalam bentuk borongan. Selain itu, jam kerja pemeliharaan yang
tidak dimanfaatkan tidak dapat disimpan dan di gunakan dalam periode mendatang. Jika
waktu yang tersedia tidak digunakan secara efektif, maka akan hilang begitu saja. Selain
itu, para tenaga pemeliharaan akan bekerja secara asal apabila pengawasannya tidak baik
tetapi mereka akan bekerja secara intensif kalau diawasi secara ketat. Sumber daya yang
diperoleh dalam jumlah besar (seperti pekerja pemeliharaan) dan yang biayanya meningkat
atau berkurang hanya karena adanya perubahan yang besar dalam tingkat aktivitas, disebut
biaya variabel bertahap (step-variable cost). Perilaku biaya variabel bertahap berbeda
dengan perilaku biaya variabel sejati.
 Asumsi Linearitas dan Rentang Relevan
Berkaitan dengan biaya variabel, diasumsikan adanya hubungan yang linear antara
biaya dan volume, kecuali dalam kasus biaya varabel bertahap. Ekonom dengan tepat dapat
menggambarkan biaya yang biasanya diklasifikasikan sebagai biaya variabel
sesungguhnya memiliki perilaku kurvilinear. Meskipun beberapa biaya tidak sepenuhnya
linear pada diplot sebagai fungsi volume, biaya kurvilinear merupakan garis lurus (linear)
dalam rentang sempit suatu aktivitas yang disebut sebagai rentang relevan (relevant range).
Rentang relevan adalah rentang aktivitas yang mencakup validitas asumsi yang dibuat oleh
manajemen mengenai perilaku biaya. Sebagai contoh, bagian garis yang masuk dalam
rentang yang relevan merupakan biaya kurvilinear dengan tigkat keakuratang yang tinggi.

2. Biaya Tetap (Fixed Cost)


Biaya Tetap merupakan biaya yang selalu tetap secara keseluruhan tanpa terpengaruh
oleh tingkat aktivitas. Biaya tetap tidak terpengaruh oleh perubahana aktivitas. Karena total
biaya bersifat konstan, jumlah biaya tetap per-unit akan semakin kecil bila tingkat
aktivitasnya naik. Biaya rata-rata per unit akan turun tetapi dengan tingkat penurunan yang
semakin kecil. Aspek biaya tetap ini dapat membingungkan. Meskipun demikian tetap
penting untuk menyajikan biaya tetap ini dengan basis rata-rata per-unit. Biaya per unit
yang terdiri atas elemen biaya tetap dan biaya variabel dasajikan untuk laporan eksternal.
Untuk kepentingan internal, biaya tetap tidak perlu disajikan perunit karena dapt
membingungkan. Berdasarkan pengalaman, untuk kepentingan internal, untuk mudahnya
(dan juga aman) biaya tetap disajikan secara total.
 Tipe-tipe biaya tetap :

21
Biaya tetap biasanya disebut biaya kapaitas (capacity cost) sebab biaya tersebut
terjadi karena adanya gedung, peralatan, karyawan profesional yang terlatih dan item
lainnya yang dibutuhkan untuk menyediakan kapasitas pokok untuk mempertahankan
aktivitasnya. Untuk tujuan perencanaan, biaya tetap dipilah menjadi biaya yang telah
ditentukan (commited) dan biaya yang dikeluarkan berdasarkan kebijakan manajemen
(discretionary).
Biaya tetap yang telah ditentukan (committed fixed cost) berkaitan dengan investasi
fasilitas, peralatan, dan struktur organisasi pokok dalam suatu perusahaan. Contoh biaya ini
meliputi penyusutan gedung dan peralatan, pajak bangunan, asuransi, dan gaji manajemen
puncak dan karyawan operasional. dua faktor yang berkaitan dengan biaya tetap yang telah
ditentukan adalah:
1.) Biaya – biaya tersebut bersifat jangka panjang.
2.) Tidak dapat dikurangi menjad nol meskipun pada jangka pendek tanpa
mengganggu tingkat profitabilitas atau tujuan jangka panjang organisasi. Struktur
organisasi dan fasilitas yang penting dijaga keutuhannya. Biaya untuk merekrut mereka
kembali akan jauh lebih besar daripada penghematan jangka pendek yang mungkin
diperoleh.
Keputusan untuk mendapatkan peralatan dalam jumlah besar atau aktivitas lain yang
menyebabkan munculnya biaya tetap yang telah ditentukan harus mempertimbangkan
perencanaan jangka panjang. Manajemen harus melakukan analisis yang mendalam
terhadap berbagai alternatif yang tersedia sebelum mengambil keputusan. Sekali keputusan
kembali, biaya yang terjadi tidak dapat dihindarkan selama beberapa tahun ke depan.
Strategi manajemen harus diarahkan untuk memanfaatkan sumber daya perusahaan
seefektif mungkin.
 Biaya Tetap Kebijakan.
Biaya ini disebabkan oleh keputusan tahunan yang dibuat oleh manajemen untuk
membelanjakan biaya tetap tertentu. Contoh biaya tetap kebijakan termasuk iklan, riset,
hubungan masyarakat, program pengembangan manajemen, dan magang untuk para
mahasiswa. Ada dua perbedaan pokok antara biaya tetap yang telah ditentukan dengan
biaya tetap kebijakan biasanya untuk jangka waktu yang lebih pendek. Sebaliknya, seperti
yang telah dijelaskan di atas, biaya tetap yang telah di tentukan melibatkan perencanaan

22
untuk beberapa tahun ke depan. Kedua, biaya tetap kebijakan dapat dibuat untuk jangka
pendek dengan pengaruh negatif yang minimal terhadap tujuan perusahaan jangka panjang.
Suatu biaya akan diklasifikasikan sebagai biaya tetap yang telah ditentukan atau
biaya tetap kebijakan sangat tergantung pada strategi manajemen. Karakteristik yang
terpenting dari biaya tetap kebijakan bahwa manajemen tidak terpaku pada keputusan yang
berkaitan dengan biaya terrsebut. Mereka masih dapat melakukan penyesuaian dari tahun
ke tahun atau mungkin dalam waktu kurang dari satu tahun karena kondisi memang
menuntut modifikasi keputusan manajemen.
 Tren Biaya Tetap
Dibeberapa perusahaan menunjukkan bahwa biaya tetap semakin besar porsinya
dibandingkan dengan biaya variabel. Sebagai contoh, pegawai administrasi di safeway dan
kroger memasang harga pada barang secara manual. Sekarang, sebagian besar toko
dilengkapi dengan pembaca barcode yang dapat memasukkan harga dan informasi lainnya
secara otomatis. Sekarang program komputer sudah dirancang untuk melengkapi formulir
pajak yang diperlukan dan program tersebut juga menyediakan informasi perencanaan
pajak dan konsultasi yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
Program tersebut dirancang dengan mengumpulkan pengetahuan dari beberapa orang
yang ahli di bidang perpajakan. Meskipun semakin banyak pekerjaan manusia telah di
gantikan dengan mesin, permintaan secara keseluruhan terhadap pekerjaan yang di tangani
oleh manusia tidak berkurang. Sebagai konsekuensinya, biaya kompensasi untuk pegawai
tersebut relatif tetap dan lebih bersifat biaya tetap yang di tentukan (commited fixed cost)
daripada biaya tetap kebijakan (discretionary fixed cost).
 Biaya Tetap dan Relevan
Pembahasannya sudah dimulai pada topik biaya variabel juga penting dalam
memahami biaya tetap khususnya biaya tetap kebijakan. Tingkat biaya tetap kebijakan
biasanya ditentukan di awal tahun dan tergantung pada dukungan yang diperlukan untuk
program yang direncanakan seperti iklan dan pelatihan. Selanjutnya, cakupan program ini
tergantung tingkat aktivitas yang sudah diantisipasi untuk tahun yang bersangkutan. Oleh
karenanya, perencanaan tingkat aktivitas akan mempengaruhi total biaya tetap kebijakan.
Biaya tetap kebijakan lebih mudah untuk disesuaikan dibandingkan dengan biaya
tetap yang telah ditentukan. Biaya tetap yang telah ditentukan tampak kurang fleksibel dan
biaya ini terdiri atas biaya gedung, peralatan, dan gaji karyawan ini. Sangat sulit untuk

23
membeli setengah perangkat peralatan atau seperangkat manajer lini produk. Rentang
relevan aktivitas untuk biaya tetap adalah rentang aktivitas pada saat grafik biaya tersebut
berbentuk garis lurus. Pada saat perusahaan memperluas tingkat aktivitasnya, perluasan
tersebut menuntut fasilitas lebih banyak atau tim manajemen kunci yang dibutuhkan unttuk
perluasan tersebut. Akibatnya, semakin banyak fasilitas yang dibangun dan posisi baru
manajemen akan mengakibatkan biaya tetap yang telah ditentukan.

3. Biaya Semivariabel (mixed cost)


Merupakan biaya yang terdiri atas elemen biaya variabel maupun biaya tetap.
Disebut juga dengan biaya campuran. Biaya semi variabel memiliki karakteristik sebagai
berikut :
1) Biaya semi variabel jumlah totalnya berubah sesuai dengan perubahan volume
kegiatan, akan tetapi sifat-sifat perubahannya tidak sebanding. Semakin tinggi
volume kegiatan semakin besar jumlah total biaya, semakin rendah volume
kegiatan semakin rendah pula jumlah total biaya, tetapi perubahannya tidak
sebanding (not proportional).
2) Biaya semi variabel per satuan berubah terbalik dihubungkan dengan perubahan
volume kegiatan tetapi sifatnya tidak sebanding. Sampai dengan tingkat kegiatan
tertentu, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin
rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan.
Contoh biaya semi variabel misalnya : biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap,
biaya kendaraan, biaya listrik, biaya telpon. Untuk tujuan perencanaan, pembuatan
keputusan, dan pengendalian biaya maka biaya semi variabel harus dipisahkan ke dalam
biaya tetap dan biaya variabel. Pendekatan dan teknik yang dapat digunakan untuk
memisahkan biaya semi variabel.
Hubungan antara biaya semivariabel dengan tingkat aktivitaas dalam persamaan
garis lurus adalah Y=a+bx
Y = total biaya semivariabel
a =total biaya tetap
b =biaya variabel per unit aktivitas
x =tingkat aktivitas
Persamaan ini membuat mudah perhitungan total biaya semivariabel untuk setiap
tingkat aktivitas dalam rentan yanf relevan

24
 Diagram perilaku biaya
1. Perilaku biaya tetap
2. Perilaku biaya variabel
3. Perilaku biaya semivariabel
 Perbedaan tipe-tipe perilaku biaya adalah:
a. Biaya tetap, sejumlah biaya yang perubahan biayanya bukan ditentukan atau
dipengaruhi oleh besarnya aktivitas operasional perusahaan.
Contoh: beban sewa, beban penyusutan, beban bunga dst
b. Biaya variabel, sejumlah biaya yang perubahan biayanya ditentukan atau
dipengaruhi oleh besarnya aktivitas operasional perusahaan.
c. Contoh: bahan baku, bahan bakar, beban upah, dst.
d. Biaya semi variabel, sejumlah biaya yang perubahan biayanya ditentukan dan
sekaligus tidak ditentukan oleh besarnya aktivitas operasional perusahaan.
Maksudnya suatu item biaya dalam jumlah tertentu sudah menjadi biaya tetap
sedangkan selebihnya adalah unsur semi variabel. Contoh: biaya listrik (listrik
untuk penerangan = biaya tetap, listrik untuk menggerakkan mesin pabrik =
biaya variabel), biaya pemeliharaan kendaraan (biaya pemeliharaan kendaraan
yang rutin dikeluarkan, seperti ganti ban, ganti oli, overhaul = biaya tetap,
sedangkan biaya yang dikeluarkan tidak rutin atau insidentil seperti meratakan
bekas penyok diserempet bajaj atau metromini dan lain sebagainya = biaya
variabel).

2.6 Keputusan Khusus, Biaya dan Pendapatan Relevan


Suatu data dikategorikan sebagai data relevan (biaya relevan) jika data tersebut
memberikan pengaruh berbeda dalam alternative keputusan. Data relevan dalam
pengambilan keputusan taktis meliputi pendapatan dan biaya-biaya seperti diuraikan
berturut – turut dibawah ini. Item data relevan dalam suatu alternative keputusan tidak
mutlak menjadi data relevan dalam alternative keputusan pada kesempatan dan ditempat
lain. Oleh karena itu harus digunakan pendekatan karakteristik konsep biaya atau
pendapatannya.
Biaya relevan (relevant cost) adalah suatu konsep biaya yang dapat digunakan
dalam keputusan tertentu yang berhubungan dengan alternative yang akan dipilih.

25
dua kriteria biaya relevan adalah :
1. Diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Dari sisi pandang ini biaya
relevan merupakan biaya taksiran
2. Berbeda diantara berbagai alternative yang dipertimbangakan. Suatu biaya dapat
dikategorikan sebagai biaya relevan jika sudah menjadi unsur masuk dalam sebagai
item yang diperbandingkan diantara alternative yang tersedia.
Pendapatan yang diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang dan berbeda
diantara alternative dipertimbangkan sebagai pendapatan relevan. termasuk dalam kategori
biaya relevan adalah biaya difrensial, biaya tambahan, biaya kesempatan, biaya
terhindarkan dan biaya yang dapat dikendalikan. Konsep dasarnya adalah biaya yang
berbeda untuk tujuan berbeda.
Biaya Relevan (relevant cost) Sodikin (2015:133) biaya relevan (relevant cost)
adalah biaya yang akan terjadi di masa yang akan datang dan berbeda diantara pelbagai
alternative yang sedang dipertimbangkan di dalam suatu keputusan. Dua kriteria: (1) akan
terjadi, dan (2) berbeda, merupakan suatu kesatuan yang harus terpenuhi agar biaya dapat
dinamakan biaya relevan. Sebagai contoh, anggaplah sebuah perusahaan sedang
mempertimbangkan apakah akan membeli mesin fotocopy merek ABATA atau BATASA.
Baik membeli ABATA ataupun BATASA, perusahaan harus mempekerjakan operator
dengan gaji per bulan Rp.30.000. oleh karena besarnya gaji yang dibayarkan sama, biaya
gaji dalam kasus ini bukanlah merupakan biaya relevan. Apabila dalam kasus ini, gaji
operator untuk mesin ABATA Rp.30.000 tetapi untuk mesin BATASA hanya Rp.25.000
per bulan, gaji operator adalah biaya relevan. Selisih gaji operator sebesar Rp.5.000 disebut
biaya diferensial (differential cost). Biaya diferensial adalah perbedaan biaya relevan
antara dua alternatif atau lebih. Hanse dan Mowen (2015:70), biaya relevan adalah biaya
masa depan yang berbeda pada setiap alternative. Semua keputusan berhubungan dengan
masa depan sehingga hanya biaya masa depan yang dapat menjadi relevan dengan
keputusan. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa relevant cost adalah
biaya masa yang akan datang yang dapat dihindarkan (avoidable cost) karena memilih
alternative lain dalam pengambilan keputusan. Semua biaya yang terjadi didalam
perusahaan adalah biaya yang dapat dihindarkan kecuali biaya tenggelam (sunk cost) dan
biaya masa yang akan datang yang tidak berbeda diantara berbagai alternative yang
tersedia. Tetapi perlu diperhatikan bahwa biaya yang dianggap relevan untuk situasi

26
pengambilan keputusan tertentu, boleh jadi tidak relevan untuk keputusan yang lain
(different cost for different purpose). Sunk cost adalah biaya yang sudah terjadi di masa
lampau dan tidak dapat dihindarkan oleh manajer apapun alternative yang akan diambil.
Kecenderungan untuk memasukkan biaya tenggelam dalam kerangka pengambilan
keputusan terjadi khususnya terhadap nilai buku aktiva tetap lama. Yang penting adalah
bagaimana memperlakukan nilai bukuaktiva tersebut supaya memberikan kontribusi pada
keputusan yang akan datang dan menjadi faktor yang relevan, misalnya menjual aktiva
lama tersebut. Biaya relevan disebut juga konsep biaya yang dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan tertentu yang berhubungan dengan alternative yang akan dipilih.
Termasuk dalam kategori biaya relevan adalah biaya diferensial, biaya tambahan, biaya
kesempatan, biaya terhindarkan, dan biaya yang dapat dikendalikan. Konsep dasarnya
adalah biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda pula.
Konsep Biaya Relevan untuk pengambialan keputusan Dalam pengambilan
keputusan dibidang biaya harus diperhatikan relevansinya. Seperti dalam proses
pengambilan keputusan jangka pendek seorang manajer dihadapkan pada waktu yang
terbatas, sehingga kemampuan untuk hanya mempertimbangkan hal-hal yang relevan saja
merupakan hal yang sangat mutlak. Berkaitan dengan kondisi tersebut maka dikenal
dengan adanya biaya relevan. Pengambilan keputusan dengan menggunakan konsep biaya
relevan umumnya digunakan untuk keputusan tingkat taktis sebagai penjabaran dari
keputusan strategis dari manajemen puncak. Pemahaman mengenai konsep biaya relevan
ini terutama bermanfaat dalam aplikasi pemilihan alternative keputusan dari berbagai
alternative yang tersedia. Membuat keputusan taktis terdiri dari pemilihan alternatif dengan
suatu pandangan terbatas.
1. Kenali dan definisikan masalah
2. Identifikasi alternative sebagai solusi yang memungkinkan dari masalah,
mengeliminasi alternative terhadap kemungkinan yang belum jelas.
3. Mengidentifikasi biaya-biaya dan manfaat yang terkait dengan masing-masing
alternative. Mengelompokka biaya-biaya dan manfaat yang relevan atau tidak
relevan dengan mengeliminasi ketidakrelevan biaya dengan menggunakan
pertimbangan.

27
4. Membandingkan biaya-biaya yang relevan dan manfaat untuk masing-masing
alternatif, dan menghubungkan masing-masing alternative ke semua tujuan strategi di
dalam perusahaan dan memperhatikan faktor-faktor kualitatif penting lainnya.
Aplikasi biaya relevan untuk pengambilan keputusan taktis Pengambilan keputusan
(decision making) adalah memilih salah satu diantara pelbagai alternatif tindakan yang ada.
Pemilihan ini biasanya menggunakan dasar ukuran tertentu, apakah portabilitas atau
penghematan biaya Salah satu tugas pokok manajer adalah membuat keputusan
berdasarkan informasi akuntansi yang relevan. Keputusan itu terdiri dari keputusan rutin
dan keputusan khusus.Yang dimaksud keputusan rutin adalah keputusan operasi sehari –
hari sesuai dengan fungsi – fungsi manajemen (pemasran, pruduksi, dan keuangan).
Menurut Sodikin, 2015 keputusan khusus yang diambil oleh manajer antara lain tentang:
1. Menolak atau menerima order khusus
2. Menambah atau memberhentikan departemen atau produk
3. Membeli dari luar atau memproduksi sendiri
4. Memproses setelah split-off point atau langsung menjual
5. Memilih produk

2.7 Penetapan Harga


2.7.1 Definisi Harga
Menurut Stanton, (1984) Harga adalah Price is valueexpressed in terms of
dollars and cens, or any other monetary medium of exchange. yang kurang lebih
memiliki arti harga adalah nilai yang dinyatakan dalam dolar dan sen atau medium
moneter lainnya sebagai alat tukar.
Menurut Basu Swastha (1986: 147) Harga diartikan sebagai Jumlah uang
(kemungkinan ditambah barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah
kombinasi dari barang beserta pelayanannya.
Menurut menurut Alex S Nitisemito (1991:55) Harga diartikan sebagai nilai
suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai
tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang
dimiliki kepada pihak lain.
Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan
jasa) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu

28
barang atau jasa, Tjiptono (2001 : 151). Dan harga merupakan unsur satu–satunya
dari unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi
perusahaan di banding unsur bauran pemasaran yang lainnya (produk, promosi dan
distribusi).

2.7.2 Konsep dan Peranan Harga


“Pada tingkat harga, bila manfaat yang dirasakan konsumen meningkat, maka
nilainya akan meningkat pula, Demikian pula pada tingkat harga tertentu, nilai suatu
barang atau jasa akan meningkat seiring dengan meningkatnya manfaat yang
dirasakan”
Asumsi:
• Harga bisa diungkapkan dengan berbagai istilah : misalnya Iuran, tarif, Sewa,
Bunga, Komisi, Upah, Gaji, Honorarium dsb.
• Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung pada laba perusahaan :
Laba = Pendapatan Total– Biaya Total ( Harga per unit x Kuantitas yg terjual)–(
Biaya Tetap)
• Disudut pandang konsumen harga seringkali digunakan sebagai indikator Nilai,
bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu
barang atau jasa.
• Nilai (value) didefinisikan sebagai rasio antara manfaat yg dirasakan terakhir.
Harga dapat dirumuskan :

Manfaat Yang Dirasakan


Nilai =
Harga

Ada dua Peranan Utama Dalam Proses Pengambilan Keputusan Para Pembeli
1. Peranan Alokasi Dari Harga:
• Fungsi harga dalam membatu para pembeli untuk memutuskan cara
memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yg diharapkan berdasarkan daya beli
• Dapat membantu pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya
belinya pada berbagai jenis barang dan jasa
• Dapat membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia

29
• Memutuskan alokasi dana yang dikehendaki
2. Peranan Informasi dari Harga :
• Fungsi harga dalam mendidik konsumen mengenai faktor-faktor produk,
seperti kualitas
• Membantu pembeli dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk
menilai faktor Produk/ manfaat secara abjektif
Sasaran Penetapan Harga
1. Berorientasi pada Laba
- Untuk mencapai target laba investasi laba penjualan bersih
- Untuk memaksimalkan laba
2. Berorientasi Pada Penjualan;
- Untuk meningkatkan Penjualan
- Untuk mempertahankan atau meningkatkan bagian pasar dan penjualan
3. Berorientasi Pada Status Quo, yaitu;
- Untuk menstabilkan laba
- Untuk menangkal Persaingan
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penetapan Harga:
1. Permintaan Produk
2. Reaksi Pesaing
3. Bauran Pemasaran
4. Target dan Bagian saham pasar
5. Biaya untuk memproduksi

2.7.3 Tujuan Penetapan Harga


1. Tujuan Berorientasi pada Laba
• Dalam era persaingan global, kondisi yang dihadapi semakin kompleks dan
semakin banyak variabel yang berpengaruh terhadap daya saing setiap
perusahaan, sehingga tidak mungkin suatu perusahaan dapat mengetahui
secara pasti tingkat harga yang dapat menghasilkan laba maksimum.
• Oleh karena itu ada pula perusahaan yang menggunakan pendekatan target
laba, yakni tingkat laba yang sesuai atau pantas sebagai sasaran laba.
• Ada dua jenis target laba yang biasa digunakan, yaitu target marjin dan
target ROI (Return On Investment)

30
2. Tujuan Berorientasi pada Volume
• Selain tujuan berorientasi pada laba, ada pula perusahaan yang menetapkan
harganya berdasarkan tujuan yang berorientasi pada volume tertentu atau
yang biasa dikenal dengan istilah volume pricing objective.
• Harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume
penjualan atau pangsa pasar.
• Tujuan ini banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan penerbangan.
3. Tujuan Berorientasi pada Citra
• Citra (image) suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan
harga.
• Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau
mempertahankan citra prestisius.
• Sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk membentuk citra nilai
tertentu (image of value), misalnya dengan memberikan jaminan bahwa
harganya merupakan harga yang terendah di suatu wilayah tertentu.
• Pada hakekatnya baik penetapan harga tinggi maupun rendah bertujuan
untuk meningkatkan persepsi konsumen terhadap keseluruhan bauran
produk yang ditawarkan perusahaan.
4. Tujuan Stabilisasi Harga
• Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu
perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan
pula harga mereka.
• Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi harga
dalam industri-industri tertentu (misalnya minyak bumi).
• Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk
mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan
harga pemimpin industri (industry leader).
5. Tujuan-tujuan lainnya
• Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing,
mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau
menghindari campur tangan pemerintah.

31
2.7.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penetapan Harga
1. Faktor Internal
a. Tujuan Pemasaran Perusahaan ;
• (makimalisasi laba; mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan;
meraih pangsa pasar yang besar; menciptakan kepeminpinan dlm hal
kualitas; mengatasi persaingan; melaksanakan tanggung jawab sosial ;
dll.)
b. Strategi Buran Pemasaran ;
• (harga perlu dikoordinasikan dan saling menduung dengan bauran
pemasaran lainya yaitu pruduk, ditribusi dan promosi )
c. Biaya ;
• (merupakan faktor ygpaling menetukan harga minimalyang harus
ditetapkan agar perusahaan tdk mengalami kerugian, dalam hal ini
biaya tetap dan variabel)
d. Organisasi ;
• Manajemen perlu memutuskan siapa di dalam organisasi yang harus
menetapkan harga.
• Setiap perusahaan menangani masalahpenetapan harga menurut caranya
masing-masing.
• Pada perusahaan kecil, umumnya harga ditetapkan oleh manajemen
puncak.
• Pada perusahaan besar, seringkali masalah penetapan harga ditangani
oleh devisi atau manajer suatu lini produk.
• Dalam pasar Industri, para wiraniaga diperkenankan untuk bernegoisasi
dengan pelanggannya guna menetapkan rentang (range) harga tertentu.
• Dalam indutri penetapan harga merupakan faktor kunci (misalnya
perusahaan minyak, penerbangan luar angkasa) biasanya setiap
perusahaan memiliki departemen penetapan harga tersendiri yang
bertanggung jawab kepada dept. Pemasaran atau manajemen puncak.
• Pihak-pihak lain yang mempunyai pengaruh terhadap penetapan harga
adalah manajer penjualan, manajer produksi, manajer keuangan dan
akuntan

32
2. Faktor Ekternal
a. Sifat Pasar dan Permintaan; setiapperusahaan perlu memahami sifat dan
permintaan yang dihadapinya, apakah termasuk pasar persingan sempurna,
persaingan monopolistik, oligopoli, atau monopoli. Faktor lain yang tdk
kalah pentingnya adalah elastisitas permintaan
b. Persaingan (Porter)
Ada lima kekuatan pokok yang berpengaruh dalam persaingan suatu
industri:
• Persaingan dalam industri yang bersangkutan
• Pruduk Substitusi
• Pemasok
• Pelanggan dan
• Ancaman-ancaman baru
Informasi yg dibutuhkan untuk menganalisis karakteritik persaingan yg
dihadapi:
• Jumlah Perusahaan dalam Industri
• Ukuran relatif setiap anggota dalam Industri
• Deferensiasi Produk
• Kemudahanuntuk memasuki industri yg bersangkutan

2.7.5 Tujuan Penetapan Harga


Pada dasarnya ada empat jenis tujuan penetapan harga, yaitu:
1. Berorientasi pada Laba, bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang
dapat menghasilkan laba yang paling tinggi atau sering disebut ”maksimisasi
laba”.
2. Berorientasi pada Volume, bahwa penetapan harga sedemikian rupa agar dapat
mencapai tingkat volume penjualan tertentu, nilai penjualan atau pangsa pasar
tertentu.
3. Berorientasi pada citra (image), bahwa penetapan harga tertentu dapat
membentuk citra perusahaan, misalnya menetapkan harga tinggi dapat
membentuk citra perusahaan yang prestisius, sementara menetapkan harga

33
rendah memungkinkan menjaga nilai perusahaan tertentu (menjaga harga yang
terendah di suatu daerah).
4. Berorientasi pada Stabilitas Harga, hal ini dilakukan untuk mempertahankan
hubungan yang stabil antara suatu perusahaan dan harga pemimpin industri
(industry leader).

2.7.6 Metode Penetapan Harga


Ada beberapa metode yang dapat digunakan sebagai rancangan dan variasi,
dalam penetapan harga menurut Marras (1999: 181-185), harga dapat ditentukan atau
dihitung :
1. Harga didasarkan pada biaya total ditambah laba yang diinginkan (cost plus
pricing method).
2. Harga yang berdasarkan pada keseimbangan antara permintaan dan suplai.
3. Penetapan harga pasar yang ditetapkan atas dasar kekuatan pasar.
4. Harga yang berdasarkan keseimbangan antara suplai dan permintaan.
5. Penetapan harga atas dasar kekuatan pasar.

2.7.7 Penyesuaian-Penyesuaian Khusus Terhadap Harga


Penyesuaian khusus terhadap harga menurut daftar (list price) terdiri atas :
1. Diskon,
Diskon merupakan potongan harga yang diberikan oleh penjual kepada pembeli
sebagai penghargaan atas aktivitas tertentu dari pembeli yang menyenagkan bagi
penjual. Dalam strategi pemasaran dikenal empat bentuk diskon,yaitu
a. Diskon kuantitas,
b. Diskon musiman,
c. Diskon kas (cash discount),
d. Trade discount.
2. Allowance
Seperti halnya dengan diskon, allowance merupakan pengurangan dari harga
menurut daftar (list price) kepada pembeli karena adanya aktivitas-aktivitas tertentu
yang dilakukan pembeli.
Ada tiga bentuk allowance yang b iasa digunakan yaitu:
a. Trade-in Allowance
b. Promotional Allowance

34
c. Product Allowance
3. Penyesuaian Geografis (Geographical Adjustment)
a. Penyesuaian geografis merupakan penyesuaian terhadap harga yang
dilakukan oleh produsen atau juga wholesaler sehubungan dengan biaya
transportasi produk dari penjual ke pembeli.
b. Biaya transportasi ini merupakan salah satu unsur penting dalam biaya
variable total, yang tentunya akan menentukan harga akhir yang harus dibayar
oleh pembeli.

2.7.8 Strategi Penetapan Harga


Secara garis besar strategi penetapan harga dapat dikelompokan menjadi8
kelompok, yaitu:
1. Strategi penetapan harga produk baru
2. Strategi penetapan harga produk yang sudah mapan.
3. Strategi fleksibilitas harga
4. Strategi penetapan harga lini produk
5. Strategi leasing
6. Strategi bundling-pricing
7. Strategi kepemimpinan harga
8. Strategi penetapan harga untuk membentuk pangsa pasar

2.7.9 Strategi Penetapan Harga Produk Baru


1. Harga yang ditetapkan atas suatu produk baru harus dapat memberikan pengaruh
yang baik bagi pertumbuhan pasar.
2. Selain itu juga sedapat mungkin mencegah timbulnya persaingan sengit .
3. Pada hakikatnya ada dua strategi pokok dalam menetapkan harga produk baru,
yaitu skimming pricing dan penetration pricing.
Skimming Pricing:
1. Strategi ini merupakan strategi yang menetapkan harga tinggi pada suatu produk
baru.
2. Biasanya strategi ini dilengkapi dengan aktivitas promosi yang gencar.
3. Produk-produk yang harganya ditetapkan dengan strategi ini, diantaranya produk-
produk yang berkaitan dengan teknologi baru (seperti stereo set, telpon selular,
perangkat keras computer, dan lain-lain).

35
Tujuan strategi ini pada dasarnya adalah:
1. Untuk melayani para pelanggan yang tidak terlalau sensitive terhadap harga,
selagi persaingan belum ada.
2. Untuk menutup biaya-biaya promosi dan riset dan pengembangan secepat
mungkin melalui marjin yang besar.
3. Untuk membatasi permintaan hingga tingkat yang tidak melampaui kapasitas
produksi perusahaan.
4. Untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan terjadinya kekeliruan dalam penetapan
harga, karena akan jauh lebih mudah untuk menurunkan harga awal yang
dirasakan konsumen terlampau mahal daripada menaikan harga awal yang terlalu
murah agar dapat menutup semua biaya yag dikeluarkan.
Skimming pricing ccocok digunakan dalam situasi sebagai berikut:
1. Produk baru memiliki karakteristik unik/khas yang sangat diharapkan /disukai
konsumen dan tidak ada atau hanya sedikit tersedia produk substitusi.
2. Cukup banyak pelanggan yang bersedia untuk membeli produk pada tingkat harga
awal yang tinggi. Biasanya pelanggan yang termasuk kategori ini adalah mereka
yang berpenghasilan tinggi dan suka mengikuti trend.
3. Sifat permintaan yang dihadapi tidak pasti.
4. Perusahaan telah mengeluarkan dana sangat besar untuk riset dan pengembangan
suatu produk baru.
5. Harga awal yang tinggi tersebut tidak akan menjadi daya tarik bagi masuknya
para pesaing. Disamping itu ada hambatan masuk bagi pesaing,misalnya berupa
hak paten.
6. Pelanggan menginterpretasikan harga tinggi sebagai indicator kualitas yang tinggi.
7. Bila produk baru yang dihasilkan sangat inovatif sehingga pasar diperkirakan
memerlukan waktu lama sebelum memasuki tahap kedewasaan dalam PLC.
Penetration Pricing:
1. Dalam strategi ini harga ditetapkan relatif rendah pada tahap awal product life
cycle (PLC).
2. Tujuannya adalah agar dapat meraih pangsa pasar yang besar dan sekaligus
menghalangi masuknya para pesaing.

36
3. Dengan harga yang rendah maka perusahaan dapat pula mengupayakan
tercapainya skala ekonomis dan menurunya biaya per unit.
4. Stategi ini memiliki perspektif jangka panjang di mana laba jangka pendek
dikorbankan demi tercapainya keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.
5. Ada beberapa situasi yang sesuai dengan penerapan stategi ini,di antaranya:
a. Produk yang dihasilkan memiliki daya tarik tertentu bagi pasar.
b. Banyak segmen pasar yang sensitive terhadap harag.
c. harga awal yang rendah mengurangi minat pesaing untuk memasuki pasar.
d. Biaya produksi per unit dan biaya pemasaran menurun drastic seiring dengan
meningkatkan volume produksi.
6. Hasil yang dapt diperoleh dari strategi ini adalah tingkat penjualan dan pangsa
pasar yang tinggi, dan skala ekonomis yang pada gilirannya menyebabkan biaya
menjadi lebih rendah dan daya saing perusahaan semakin besar.
7. Ada empat bentuk harga yang biasanya dipergunakan dalam penetration pricing,
yaitu:
a. Harga yang dikendalikan (restrained price)
Restrained price adalah harga yang ditetapkan dengan tujuan untuk
mempertahankan tingkat harga tertentu selama periode inflasi. Dalam hal ini
kondisi lingkungan menjadi dasar dalam menentukan tingkat harga yang
ditetapkan.
b. Elimination price
Elimination price merupakan harga yang ditentukan pada suatu tingkat
tertentu yang dapat menyebabkan pesaing-pesaing tertentu (terutama yang
kecil) keluar dari persaingan.
c. Promotion price
Promotion price adalah harga yang ditetapkan rendah dengan kualitas yang
relatif sama,dengan tujuan untuk mempromosikan produk tertentu.
d. Keep-out Price
Keep out Price adalah harga yang ditetapkan pada suatu tingkat tertentu
sehingga dapat mencegah para pesaing memasuki pasar.

37
2.7.10 Strategi Penetapan Harga Produk Yang Sudah Mapan
Faktor yang menyebabkan suatu perusahaan harus selalu meninjau kembali
strategi penetapan harga produk-produknya yang sudah ada di pasar
1. Adanya perubahan dalam lingkungan pemasaran, misalnya ada pesaing besar
yang menurunkan harganya.
2. Adanya pergeseran permintaan, misalnya terjadi perubahan selera konsumen.
Memiliki tiga alternative strategi, yaitu:
a. Mempertahankan Harga,
Strategi ini dilaksanakan dengan tujuan mempertahankan posisi dalam pasar
(misalnya pangsa pasar dan profitabilitas perusahaan) dan untuk meningkatkan
citra yang baik di masyarakat
Ada beberapa persyaratan atau kondisi yang sesuai untuk menerapkan strategi
ini, diantaranya:
• Pasar yang dilayani perusahaan tidak terpengaruh oleh perubahan
lingkungan.
• Ada ketidakpastian berkaitan dengan reaksi pelanggan dan pesaing
terhadap perubahan harga.
• Image masyarakt terhadap perusahaan dapat ditingkatkan dengan
merespon permintaan atau pendapat public untuk mempertahankan
harga.
b. Menurunkan Harga,
Ada tiga alasan yang mendorong suatu perusahaan perlu menurunkan harga
• Strategi defensive, dimana perusahaan memotong harga guna
menghadapi persaingan yang semakin ketat
• Strategi ofensif, dimana perusahaan berusaha memenangkan persaingan.
¨ Hal ini erat hubungannya dengan konsep kurva pengalaman yang
intinya menyatakan bahwa biaya perusahaan akan menurun dalam
persentase terentu setiap kali pengalamannya berlipat ganda.
¨ Hal ini mengandung makna bahwa perusahaan yang memiliki
pengalaman lebih banyak akan memiliki tingkat biaya yang lebih rendah
daripada perusahaan yang pengalamannya masih terbatas.

38
¨ Biaya yang rendah ini akan sangat menguntungkan. Karena dapat
menghasilkan laba besar.
• Respon terhadap kebutuhan pelanggan yang disebabkan oleh perubahan
lingkungan.
¨ Adanya inflasi yang berkelanjutan dan tingkat harga yang semakin
melonjak dapat menyebabkan konsumen menjadi sensitive terhadap
harga dan setiap alternative produk yang ada.
¨ Mereka menjadi semakin selektif dalam berbelanja.
¨ Oleh karena itu, agar perusahaan bisa mendapatkan perhatian dari
konsumen, maka perlu menurunkan harganya
c. Menaikan Harga
• Menaikan harga produk biasanya dilakukan dengan tujuan untuk
mempertahankan profitabilitas dalam periode inflasi, mengambil
keuntungan dari diferensiasi produk (baik diferensiasi riil maupun
diferensiasi persepsi) atau untuk melakukan segmentasi pasar yang
dilayani.
• Dalam situasi inflasi, harga perlu disesuaikan bila perusahaan bermaksud
untuk mempertahankan profitabilitasnya.
• Hal ini karena semua elemen dan jenis biaya menjadi meningkat pada
periode inflasi.
• Secara konseptual peningkatan harga yang dilakukan harus ditetapkannya
pada suatu tingkat yang memungkinkan besarnya laba sama baik sebelum
maupun adanya inflasi.

2.8 Penganggaran dan Anggaran Fleksibel


2.8.1 Anggaran
Anggaran (Budget) adalah rencana kuantitatif aktivitas usaha sebuah organisasi
(pemasaran, produksi dan keuangan) anggaran mengidentifikasi sumber daya dan
komitmen yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan organisasi selama periode
dianggarkan.

39
Anggaran adalah pendekatan yang formal dan sistematis dalam pelaksanaan
tanggungjawab manajemen di daslam perencanaan, koordinasi dan pengawasan.
Anggaran disusun setelah semua tujuan dan program kerja disusun.
Penganggaran adalah penciptaan suatu rencana kegiatan yang dinyatakan
dalam ukuran keuangan. Penganggaran memainkan peran penting di dalam
perencanaan, pengendalian, dan pembuatan keputusan. Anggaran juga untuk
meningkatkan koordinasi dan komunikasi.
1. Karakteristik Anggaran:
a) Anggaran mengestimasi potensi laba satuan bisnis
b) Anggaran dinyatakan dalam istilah moneter, walaupun jumlah moneter
dapat saja ditunjang oleh jumlah non moneter (missalnya, unit yang dijual
atau diproduksi).
c) Mencakup periode satu tahun.
d) Anggaran merupakan komitmen manajemen; manajer sepakat untuk
mengemban tanggung jawab atas pencapaian tujuan yang dianggarkan.
e) Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh otoritas yang lebih tinggi
ketimbang oleh pihak yang menganggarkan (budgetee).
f) Begitu disetujui, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi yang
ditetapkan.
g) Secara berkala, kinerja finansial sesungguhnya dibandingkan dengan
anggaran, dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.
2. Tujuan Pokok Anggaran
a) Memprediksi transaksi dan kejadian finansial serta non finansial di masa
yang akan datang.
b) Mengembangkan informasi yang akurat dan bermakna bagi penerima
anggaran.
3. Manfaat Penganggaran
a) Anggaran menunjukkan kepada manajemen
b) Angka laba yang dikehendaki oleh perusahaan.
c) Sumber daya yang diharapkan dapat dihasilkan atau digunakan selama
periode anggaran yang akan datang.
d) Memberikan landasan untuk pengambilan keputusan alternatif yang terbaik.

40
4. Kegunaan anggaran
a) Dapat dipakai untuk merumuskan anggaran sebelum adanya data taksiran
tingkat aktivitas.
b) Dapat dipakai setelah adanya data untuk menghitung berapa seharusnya
biaya untuk tingkat aktivitas aktual.
c) Membantu manajemen dalam menghadapi ketidak pastian dengan
memampukan mereka untuk melihat taksiran hasil dalam kisaran aktivitas
tertentu.
5. Sistem Penganggaran
a. Sistem anggaran tradisional
Sistem anggaran tradisional adalah sistem anggaran yang berdasarkan jenis-
jenis pengeluaran dan penerimaan. Dasar pemikirannya adalah setiap
pengeluaran negara harus didasarkan pada perhitungan dan penelitian yang ketat
agar tidak terjadi pemborosan dan penyimpangan atas dana yang terbatas.
Ciri-ciri sistem anggaran tradisional:
• Anggaran diklasifikasikan menurut jenis pengeluaran dan penerimaan.
• Berorientasi ke belakang (backward oriented), artinya anggaran tahun
sebelumnya dijadikan acuan untuk menyusun anggaran tahun berjalan.
• Bersifat incremental karena memasukkan unsur tambahan/marjinal
terhadap anggaran tahun yang lalu sebagai dasar penyusunan anggaran
tahun berikutnya.
• Menitik beratkan pada input dari semua kegiatan daripada outputnya.
b. Anggaran berbasis kinerja (performance budgeting system)
Anggaran berbasis kinerja merupakan pendekatan penyusunan anggaran
berdasarkan beban kerja dan unit cost data ke dalam setiap kegiatan yang
terstruktur dalam suatu program untuk mencapai tujuan. Dasar pemikirannya
adalah penganggaran harus dapat digunakan sebagai alat menajemen sehingga
penyusunan anggaran harus dapat memberikan hasil yang berguna bagi
pengambilan keputusan manajerial (legislatif/eksekutif). Oleh karena itu,
anggaran harus dianggap sebagai program kerja.Anggaran berbasis kinerja
memusatkan perhatian pada pengukuran efisiensi hasil kerja dengan tujuan
memaksimumkan output yang dapat dihasilkan dari input tertentu.

41
Tiga unsur pokok anggaran berbasis kinerja, yaitu:
• Pengeluaran pemerintah dikelompokkan menurut program dan kegiatan
• Performance measurement (pengukuran hasil kerja)
• Program reporting (pelaporan program)
Ciri-ciri anggaran berbasis kinerja:
 Klasifikasi anggaran didasarkan pada program dan kegiatan
 Penekanan pada pengukuran hasil kerja dan bukan pada aspek
pengawasan
 Setiap kegiatan harus dilihat dari segi efisiensi dengan memaksimalkan
output
 Memerlukan standar pengukuran hasil kinerja.
c. Zero-based budgeting (ZBB)
ZBB adalah sistem anggaran yang mengasumsikan bahwa kegiatan pada
tahun anggaran yang bersangkutan dianggap berdiri sendiri, tidak ada kaitannya
dengan anggaran yang lalu. Dasar pemikirannya adalah anggaran tidak selalu
didasarkan pada kegiatan di masa yang lalu tetapi anggaran harus diciptakan dari
sesuatu yang sedang atau akan dilakukan. Setiap kegiatan harus dapat
diformulasikan ke dalam paket keputusan (decision package). ZBB lebih
memusatkan perhatian pada sasaran untuk memperbaiki manajemen melalui
perbaikan pelayanan manajerial dengan menekankan penilaian atas permintaan
pendanaan unit-unit pelaksana.
Langkah-langkah penyusunan ZBB:
 Penentuan keputusan manajemen
 Pembentukan paket keputusan
 Konsolidasi skala prioritas
 Alokasi dana
Karakteristik ZBB:
 Dimulai dari kondisi belum adanya sumber daya
 Perlu dibuat urutan terhadap tujuan-tujuan dan program-program
organisasi
 Memerlukan perhatian terhadap prioritas operasi entitas dan alternatif-
alternatifnya.

42
d. Planning, programming, and budgeting system (PPBS)
PPBS merupakan proses perencanaan, penyusunan program, dan
penganggaran suatu organisasi yang diikat dalam satu sistem sebagai satu
kesatuan yang terpadu, bulat, dan tidak terpisahkan. Dasar pemikirannya adalah
anggaran merupakan hasil kerja dari suatu proses kegiatan-kegiatan perencanaan
yang dituangkan dalam program.
Sasaran utama dari PPBS adalah:
• Membantu pemimpin dalam membuat keputusan menyangkut usaha-
usaha untuk mencapai tujuan
 Merasionalkan penggunaan sumber-sumber yang terbatas untuk
mencapai tujuan sehingga dapat berdaya guna dan berhasil guna
 Sinkronisasi dan integrasi aparat organisasi dalam proses perencanaan
 Untuk menjamin komitmen perencanaan tiap-tiap tahun, yaitu anggaran
tahunan yang berdasarkan rencana jangka menengah dan rencana jangka
panjang.
6. Tipe Anggaran
1. Ceiling Budget
Tipe anggaran yang dipakai untuk tujuan-tujuan pengawasan
dinamakan Ceiling Budget. Anggaran jenis ini mengawasi suatu instansi
secara langsung dengan cara menentukan batas-batas pengeluaran melalui
peraturan penggunaan/pemberian, atau secara tidak langsung dengan cara
membatasi penghasilan instansi pada sumber yang diketahui dan jumlah
yang terbatas.
2. A Line-Item Budget
Tipe ini menggolongkan pengeluaran-pengeluaran berdasarkan jenis,
digunakan untuk mengawasi jenis-jenis pengeluaran dan juga jumlah
totalnya.
3. Performance and Program Budget
Tipe ini berguna untuk menspesifikasi aktivitas-aktivitas atau
program-program berdasarkan mana dana digunakan, dan dengan cara
demikian membantu dalam evaluasinya. Dengan cara memisahkan
pengeluaran-pengeluaran berdasarkan fungsi (seperti kesehatan atau

43
keamanan public) atau berdasarkan jenis pengeluaran (seperti kepegawaian
dan peralatan) atau berdasarkan sumber penghasilan seperti pajak
kekayaan atau biaya-biaya pemakaian (user fees), para administrator dan
para anggota legislatif bisa mendapatkan laporan-laporan yang tepat
mengenai transaksi-transaksi keuangan, untuk mempertahankan baik
efisiensi ke dalam maupun pengawasan dari luar.

2.8.2 Anggaran Fleksibel


Anggaran fleksibel (disebut juga dengan anggaran variabel) didasarkan atas
pengetahuan tentang perilaku pola biaya. Anggaran fleksibel dibuat untuk suatu
rentangan aktivitas (range of activities), bukan hanya untuk satu tingkatan aktivitas
saja., dan pada intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan pada
tingkat-tingkat kegiatan yang berbeda. Idealnya, anggaran fleksibel disusun sesudah
kita memiliki analisa terperinci tantang bagaimana setiap biaya dipengaruhi oleh
perubahan-perubahan kegiatan.
Anggaran fleksibel disusun berdasarkan kepada pola prilaku biaya, dimana
biaya terlebih dahulu dipisahkan menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Biaya tetap
Biaya yang umumnya selalu konstan, bahkan di masa sulit. Biaya tetap tidak
terpengaruh oleh perubahan-perubahan dalam aktivitas operasi sampai pada
kondisi tertentu, kondisi dimana sesuai dengan kapasitas yang tersedia. Contoh ,
biaya sewa gedung, gaji pegawai.
2. Biaya Variabel.
Biaya yang umumnya berubah-rubah sesuai dengan volume bisnis. Makin
besar volume penjualan anda, makin besar pula biaya yang harus anda keluarkan.
Kalau contoh yang gampang, biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja dalam
pembuatan sebuah produk adalah biaya variabel.
Anggaran ini disebut fleksibel karena dapat disesuaikan dengan volume
kegiatan sebenarnya terjadi, sehingga dalam pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan
dengan lebih tetap dan akurat. Anggaran ini mengaitkan volume aktivitas dengan
jumlah rupiah yang dianggarkan. Bermanfaat terutama dalam menaksir dan
mengendalikan biaya pabrik dan beban operasi.

44
Sebuah anggaran yang fleksibel dapat membantu manajer untuk membuat
perbandingan lebih valid. Hal ini dirancang untuk menunjukkan pendapatan yang
diharapkan dan pengeluaran diizinkan untuk jumlah aktual unit yang diproduksi
dan dijual. Anggaran Fleksibel membandingkan dengan pengeluaran aktual dan
pendapatan adalah mungkin untuk membedakan efisiensi asli.
Anggaran yang dibuat sebelum awal suatu periode adalah anggaran induk;
anggaran tersebut menjelaskan harapan-harapan dan merupakan cetak biru
(blueprint) dari operasi untuk periode yang akan datang. Anggaran tersebut
merupakan anggaran tetap (stutic budget) karena dibuat hanya untuk tingkat
output tertentu. Anggaran induk berfungsi sebagai panduan penting, bahan
perbandingan, atau tolak ukur (benchmark) dalam mengawasi dan mengendalikan
operasi serta untuk evaluasi kerja.
Namun, kondisi operasi jarang berubah menjadi seperti yang diharapkan atau
yang diprediksi ketika anggaran tersebut dibuat. Ketika output yang dihasilkan
berbeda dari output yang dianggarkan, atau kondisi operasi aktual menyimpang
dari yang dianggarkan akibat faktor-faktor di luar kendali perusahaan, perusahaan
perlu menyatukan perubahan-perubahan ini dan merevisi anggaran induk sebelum
menentukan efisiensi operasi.
Sebelum anggaran fleksibel dapat dihasilkan, manajer harus mengidentifikasi
biaya tetap dan yang variable. Pengeluaran diperbolehkan pada biaya variabel
kemudian dapat meningkat atau menurun sebagai tingkat perubahan aktivitas.
"Biaya tetap" adalah biaya-biaya yang tidak akan menambah atau mengurangi
rentang aktivitas tertentu. Sebuah anggaran yang fleksibel diharapkan
menunjukkan pendapatan dan biaya untuk berbagai tingkat produksi atau aktivitas
penjualan. Ini jauh lebih berguna daripada statis anggaran yang tetap pada jumlah
tunggal aktivitas perusahaan diasumsikan, yang kemungkinan akan menyimpang
jauh dari aktivitas yang sebenarnya selama periode anggaran.
Anggaran fleksibel (flexible budgeti) merupakan anggaran yang meyesuaikan
pendapatan dan beban dengan jumlah output aktual yang dicapai. Aktivitas
penyesuaian anggaran melibatkan 2(dua) asumsi penting tentang perilaku biaya :
a. Total Biaya Variable berubah dalam tingkat proporsi langsung dengan
perubahan aktivitasnya,

45
b. Biaya Tetap tidak beruban sepanjang dalam cakupan aktivitas tertentu.
Disamping itu pula terdapat sekurang-kurangnya ada 3(tiga) faktor penting
dalam seleksi basis aktivitas untuk Anggaran Fleksibel:
a. Basis aktivitas dan Overhead variable seharusnya berkorelasi.
b. Aktivitas seharusnya tidak dinyatakan dalam mata uang dollar atau mata uang
lain. Contoh, Baiaya Tenaga Kerja Langsung biasanya adalah pilihan terburuk
dari sebuah basis aktivitas karena perubahan dalam tingkat upah tidak
menghasilkan perubahan proporsional di dalam Overhead.
c. Basis aktivitas harus sederhana dan mudah dimengerti.
3. Tahap-tahap penyusunan Anggaran fleksibel
a. Menentukan kisaran relevan atas aktivitas yg diharapkan berfluktuasi masa
periode yang akan datang.
b. Menganalisis biaya pada relevant range dalam elemen variabel tetap dan semi
variable.
c. Memisahkan biaya berdasarkan perilakunya dan menetupan tarif untuk biaya,
tetap variabel dan semi variabel.
d. Menggunakan tarif untuk bagian variabel dari biaya, menyusun sebagai
budget yg memperlihatkan biaya-biaya apa yang akan dikeluarkan pada
berbagai titik operasi pada semua relevant range.
e. Melakukan analisis Varians khusus Overhead dan Factory Overhead atas
Biaya Variabel dan Biaya Variabel untuk mengukur kinerja perusahaan.
Contoh: seandainya para manager dapat memperkirakan bahwa volume
sesungguhnya adalah 10.000 unit maka anggaran induk akan ditetapkan
sebesar volume tersebut.
Varians anggaran tetap dapat dipecah kedalam dua kategori utama yaitu
• Varians Volume Penjualan
Perbedaan antara jumlah anggaran fleksibel dan jumlah anggaran
tetap. Harga jual dan variabel per ubit adalah tetap.
• Varians Aggaran Fleksibel
Perbedaan antara jumlah sesungguhnya dengan jumlah anggarn
fleksibel untuk keluaran sesungguhnya tercapai.

46
2.9 Analisis Penyimpangan
Selisih yang terjadi dalam biaya standar yang telah ditentukan dengan biaya
yang sesungguhnya terjadi disebut dengan varians atau penyimpangan. Dengan
melakukan analisis varian, biaya yang terjadi akan diperoleh informasi apakah
penyimpangan yang terjadi besar atau kecil. Bagian mana yang akan bertanggung
jawab atas terjadinya varian tersebut.
Rumus umun analisis varians:
Varian Total= (AP x AQ)-(SP x SQ)
Keterangan:
 SP adalah standar harga per unit suatu input
 SQ adalah kuantitas standar input yang diizinkan untuk output actual
 SP x SQ adalah biaya input yang direncanakan/dianggarkan
 AP x AQ Adalah biaya input aktual
 AP adalah harga aktual per unit input
 AQ adalah kuantitas input aktual yang digunakan
1. Model Satu Selisih
Selisih biaya dapat dihitung
Selisih= (Kst x Hst) – (Kses-Hses)
Ket :
 Kst = Kualitas standar
 Kses = kualiatas sesungguhnya
 Hst = Harga Standar
 Hses = Harga Sesungguhnya
Apabila biaya standar > biaya sesungguhnya maka terjadi selisih
menguntungkan, dan apabila biaya standar < biaya sesungguhnya maka
terjadi selisih rugi.
2. Metode Dua Selisih
Selisih Harga (SH) dihitung sebagai berikut
SH= (Hses-Hst) x Kses
Apabila Hses > Hst maka terjadi selisih merugikan, dan apabilan Hses < Hst
maka terjadi selisih harga yang menguntungkan.
Selisih kuantitas (SK) dihitung sebagai berikut:

47
SK= (Kses-Kst) x Hst
Apabila Kses > Kst maka terjadi selisih harga yang merugi, dan apabila Kses
< Kst maka terjadi selisih menguntungkan.
3. Metode Tiga Selisih
Metode tiga selisih menghitung tiga jenis yaitu: selisih harga, selisih
kuantitas, dan selisih gabungan.
SH = (Hses – Hst) x Kses atau Kst mana yang lebih kecil
SK= (Kses- Kst) x Hses atau Hst mana yang lebih kecil
SG= (Hses-Hst) x (Kses –Kst)
 Jika Hst < Hses dan Kst < Kses maka :
SH = (Hses- Hst) x Kst maka selisih rugi
SK = (Kses-Kst ) x Hst maka selisih rugi
 Jika Hst > Hses dan Kst > Kses maka:
SH= (Hses-Hst) x Kses maka selisih menguntungkan
SK= (Kses-Kst) x Hses maka selisih menguntungkan
SG= (Hst-Hses) x (Kst-Kses) maka selisih menguntungkan
 Jika Hst < Hses dan Kst < Kses maka:
SH= (Hses-Hst) x Kst maka selisih rugi
SK= (Kst-Kses) x Hst maka selisih menguntungkan
SG=0
 Jika Hst > Hses dan Kst < Kses maka:
SH= (Hst-Hes) x Kst maka selisih menguntungkan
SK= (Kst-Kses) x Hses maka selisih rugi
SG= 0

2.10 Penentuan Harga Transfer


2.10.1 Pengertian Harga Transfer
Harga transfer adalah nilai yang diberikan atas suatu transfer barang atau jasa
dalam suatu transaksi yang setidaknya salah satu dari dua pihak yang bertransaksi
merupakan pusat laba. Untuk organisasi yang terdesentralisasi, keluaran dari sebuah
unit dipakai sebagai masukan bagi unit lain. Transaksi antar unit ini mengakibatkan
timbulnya suatu mekanisme transfer pricing. Transfer pricing didefenisikan sebagai

48
suatu harga jual khusus yang dipakai dalam pertukaran antar divisional untuk
mencatat pendapatan unit penjual (selling division) dan unit divisi pembeli (buying
divison). Pada penjelasan ini pengertian harga transfer dibatasi pada nilai yang
diberikan atas suatu transfer barang atau jasa dalam suatu transaksi yang setidaknya
salah satu dari kedua pihak yang terlibat adalah pusat laba.
Harga transfer dalam arti luas adalah harga barang dan jasa yang ditransfer
antar pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi tanpa memandang bentuk
pusat pertanggungjawaban. Dalam arti sempit, harga transfer adalah harga barang
atau jasa yang ditransfer antar pusat laba atau setidak-tidaknya salah satu dari pusat
pertanggungjawaban merupakan pusat laba. Untuk pembahasan lebih lanjut, maka
harga transfer ini digunakan untuk kepentingan penilaian kemampuan laba divisi. Di
dalam suatu perusahaan terdapat:
1. Divisi yang menjual produk (barang/jasa) = penjual.
2. Divisi yang membeli produk (barang/jasa) = pembeli.
Oleh karena itu dalam divisi-divisi tersebut perlu dibuat 2 (dua) macam keputusan,
yaitu:
1. Keputusan pemilihan sumber, adalah menetapkan membeli dari luar
perusahaan atau eksternal (pemasok) atau membeli dari dalam perusahaan
atau internal (divisi penjual).
2. Keputusan penetapan (penentuan) besarnya harga transfer

2.10.2 Tujuan Harga Transfer


Penentuan harga transfer antar pusat sangat penting jika:
1. Transaksi transfer barang atau jasa antar laba cukup signifikan.
2. Biaya barang atau jasa yang ditransfer merupakan komponen penting
produk akhir.
3. Portabilitas merupakan pertimabngan penting di dalam penilaian prestasi
divisi.
Sistem Harga Transfer bertujuan:
1. Untuk memberikan informasi relevan pada setiap pusat laba dalam
menentukan harga transfer.
2. Untuk memotivasi manajer pusat laba pengirim, pusat laba penerima, dan
kantor pusat dalam membuat keputusan yang tepat.

49
3. Untuk menyajikan laporan laba setiap divisi yang secara layak mengukur
prestasi divisi.

2.10.3 Sasaran Harga Transfer


Harga transfer merupakan mekanisme untuk mendistribusikan pendapatan jika
pusat laba atau lebih bertanggung jawab atas pengembangan, pembuatan, dan
pemasaran saseuatu sihingga masing-masing harus berbagi pendapatan yang
dihasilkan ketika produk tersebut terjual.
Harga Transfer harus dirancang sedemikian rupa supaya mencapai beberapa
sasaran sebagai berikut: (1). Memberikan informasi yang relevan kepada masing-
masing unit usaha untuk menentukan penyesuaian yang optimum antara biaya dan
pendapatan perusahaan (2). Menghasilkan keputusan yang bertujuan sama
maksudnya, sistem harus dirancang agar keputusan yang meningkatkan laba unti
usaha akan meningkatkan laba perusahaan. (3). Membentu pengukuran kinerja
ekonomi dari tiap unit usaha. (4). Sistem harus mudah dimengerti dan dikelola.

2.10.4 Penentuan Harga Transfer


Secara umum harga transfer dapat ditentukan dengan menggunakan metode-
metode berikut:
1. Harga Transfer Berdasarkan Harga Pasar (Market-Based Transfer Prices).
Harga transfer berdasarkan harga pasar dipandang sebagai penentuan harga
transfer yang paling independen. Barang-barang yang diproduksi unit penjual
dihargai sama dengan harga yang berlaku di pasar, pada sisi divisi penjual ada
kemungkinan untuk memperoleh profit, pada sisi pembeli harga yang dibayarkan
adalah harga yang sewajarnya.
Namun yang menjadi kelemahan utama dari sistem ini adalah jika harga
suatu produk ternyata tidak tersedia di pasar. Tidak semua barang-barang yang
diperjual-belikan antar divisi tersedia di pasar, misalnya pada suatu industri yang
terdeferensiasi dan terintegrasi seperti industri kertas, jika divisi penjual harus
mengirim kertas yang setengah jadi ke divisi lain, pasar tidak menyediakan harga
kertas mentah atau setengah jadi.
Namun, jika harga pasar tersedia atau dapat diperkirakan maka ada baiknya
menggunakan harga pasar. Meskipun demikian, jika tidak ada cara untuk

50
memperkirakan harga kompetitif, pilihan lainnya adalah mengembangkan harga
transfer berdasarkan biaya (cost-based transfer price).
2. Harga Transfer Berdasarkan Biaya (Cost-based Transfer Prices)
Perusahaan menggunakan metode penetapan harga transfer atas dasar biaya
yang ditimbulkan oleh divisi penjual dalam memproduksi barang atau jasa,
penetapan harga transfer metode ini relatif mudah diterapkan namun memiliki
beberapa kekurangan.Pertama, penggunaan biaya sebagai harga transfer dapat
mengarah pada keputusan yang buruk, jika seandainya unit penjual tidak dapat
memproduksi dengan optimal sehingga menghasilkan biaya yang lebih tinggi
daripada harga pasar, maka dapat terjadi kecenderungan pembelian barang dari
luar. Kedua, jika biaya digunakan sebagai harga transfer, divisi penjual tidak akan
pernah menghasilkan laba dari setiap transaksi internal. Ketiga, penentuan harga
transfer yang berdasarkan biaya berarti tidak ada insentif bagi orang yang
bertanggung jawab mengendalikan biaya.
Umumnya perusahaan menetapkan harga transfer atas biaya berdasarkan
biaya variabel dan atau biaya tetap dalam bentuk: biaya penuh (full cost), biaya
penuh ditambah mark-up (full cost plus markup) dan gabungan antara biaya
variabel dan tetap (variable cost plus fixed fee).
3. Harga Transfer Negoisasi (Negotiated Transfer Prices)
Dalam ketiadaan harga, beberapa perusahaan memperkenankan divisi-divisi
dalam perusahaan yang berkepentingan dengan transfer pricing untuk
menegosiasikan harga transfer yang diinginkan. Harga transfer negoisasi memiliki
beberapa kelebihan. Pertama, pendekatan ini melindungi otonomi divisi dan
konsisten dengan semangat desentralisasi. Kedua, manajer divisi cenderung
memiliki informasi yang lebih baik tentang biaya dan laba potensial atas transfer
dibanding pihak-pihak lain dalam perusahaan.
Harga transfer negosiasian mencerminkan prespektif kontrolabilitas yang
inheren dalam pusat-pusat pertanggungjawaban karena setiap divisi yang
berkepentingan tersebut pada akhirnya yang akan bertanggung jawab atas harga
transfer yang dinegosiasikan. Namun transfer pricing ini tidak begitu mudah untuk
ditentukan karena posisinya pada situasi sulit yang bisa menimbulkan conflict of
interest diantara kedua belah pihak yang terlibat, yaitu divisi penjual dan divisi

51
pembeli. Artinya, tidak akan ada satu metode transfer price yang terbaik, yang
akan diterima mutlak oleh kedua belah pihak.

2.11 Masalah Internasional dalam Akuntansi Manajemen


Dunia bisnis menginginkan adanya kemampuan bisnis dan keuangan dalam diri para
akuntan manajemen. Pekerjaan akuntan manajemen dalam perusahaan internasional
menjadi lebih menantang seiring dengan perkembangan lingkungan yang semakin tidak
terduga dan perubahan sifat bisnis global yang senantiasa terjadi. Akuntan manajemen
harus selalu mengetahui isu-isu terkini (up to date) dalam berbagai area bisnis, mulai dari
ekonomi, politik, pemasaran, manajemen, hingga teknologi sistem informasi. Selain itu,
akuntan manajemen harus mengenal berbagai aturan akuntansi keuangan dalam negara
tempat perusahaannya beroperasi.

2.11.1 Tingkat Keterlibatan dalam Perdagangan Internasional


Perusahaan multinasional atau Multi National Company (MNC) adalah
perusahaan yang menjalankan bisnis di banyak negara, dimana tingkat kemakmuran
dan pertumbuhannya bergantung pada lebih dari satu negara. Perusahaan yang
terlibat dalam bisnis internasional dapat melakukan 3 (tiga) macam aktivitas, yaitu
ekspor impor, membeli anak perusahaan yang dimiliki penuh (wholly owned
subsidiary), atau berpartisipasi dalam joint venture.
1. Import & Export
Import adalah proses membawa produk dari suatu negara asing, sedangkan
export adalah proses mengirimkan produk ke negara asing. Impor/ekspor merupakan
aktivitas yang lebih kompleks dari jual/beli barang di dalam negeri.Ada berbagai
peraturan ekspor/impor yang harus dipenuhi serta sistem tarif yang berbeda antar
negara.Akuntan manajemen harus memahami peraturan dan kebiasaan yang berlaku
serta memastikan bahwa pencatatan akuntansi dilakukan dengan benar dan
mekanisme pengendalian internal berjalan dengan baik.
Dalam mekanisme perdagangan internasional, biasanya suatu negara memiliki
zona perdagangan asing (foreign trade zone), yaitu area dari suatu bagian yang
secara fisik ada di wilayah suatu negara tetapi dianggap sebagai area perdagangan di
luar negara tersebut. Berbagai keuntungan bagi perusahaan yang melakukan aktivitas
perdagangan internasional dapat diperoleh dengan beroperasi di zona perdagangan

52
asing ini, antara lain: penundaan pembayaran bea masuk dan kerugian terkait dengan
modal kerja, penghematan biaya perdagangan, perakitan komponen bertarif tinggi ke
dalam produk akhir bertarif lebih rendah, dll. Akuntan manajemen harus memahami
biaya yang muncul dari bahan-bahan yang diimpor. Dia harus mampu mengevaluasi
manfaat potensial dari zona perdagangan asing dalam mempertimbangkan lokasi
pabrik. Adanya pakta perdagangan antar berbagai negara juga akan mempengaruhi
besarnya tarif yang dibebankan, antara lain memungkinkan tarif impor yang lebih
rendah untuk barang-barang yang diproduksi di negara-negara yang terlibat dalam
kesepakatan.
2. Anak Perusahaan yang Dimiliki Penuh (wholly owned subsidiary)
Suatu perusahaan mungkin saja untuk membeli perusahaan yang sudah berjalan
di luar negeri dan menjadikannya anak perusahaan yang dimiliki sendiri sepenuhnya
oleh perusahaan induk. Fasilitas produksi dan distribusi yang sudah mapan akan
memberikan keuntungan. Namun strategi ini cukup mahal dan tidak serta merta
menjamin kesuksesan. Jika hukum dari suatu negara mengijinkan, sebuah perusahaan
multinasional dapat mendirikan anak perusahaan ataupun kantor cabang di negara
tersebut. Hal ini akan mempermudah operasi perusahaan multinasional. Perusahaan
dapat secara langsung membangun fasilitas produksi dan distribusi produknya di
negara lain.
Outsourcing (yaitu pembayaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan kepada
pihak lain untuk suatu urusan bisnis yang semula dilakukan sendiri oleh internal
perusahaan) merupakan salah satu strategi bisnis yang dilakukan untuk menghemat
biaya. Dalam konteks perusahaan multinasional, outsourcing berarti memindahkan
suatu fungsi bisnis ke negara lain. Akuntan manajemen harus memahami berbagai
biaya dan keuntungan yang timbul dari outsourcing, antara lain: ketentuan pajak,
tingkat pendidikan di negara lain, dan infrastuktur yang tersedia.
3. Joint Venture
Joint venture (patungan) adalah suatu bentuk kemitraan yang mana beberapa
investor bergabung dalam kepemilikan perusahaan. Terkadang joint venture memang
dibutuhkan karena adanya peraturan hukum. Di Cina, misalnya, perusahaan
multinasional tidak diperbolehkan untuk membeli perusahaan ataupun mendirikan

53
perusahaan cabangnya sendiri, sehingga perusahaan multinasional perlu membentuk
joint venture dengan perusahaan di Cina.

2.11.2 Pertukaran Mata Uang Asing


Pada saat perusahaan beroperasi di lingkungan bisnis internasional,
digunakanlah mata uang asing. Mata uang asing dapat ditukarkan dengan mata uang
dalam negeri melalui suatu nilai tukar (exchange rate).Masalah muncul karena nilai
tukar mata uang dapat berubah setiap hari sehingga terjadi ketidakpastian akibat
fluktuasi nilai tukar. Akuntan manajemen memainkan peran penting dalam
manajemen risiko mata uang (currency risk management), yaitu pengelolaan yang
dilakukan perusahaan terhadap risiko transaksi, ekonomi, dan risiko translasi sebagai
akibat dari fluktuasi nilai tukar mata uang.
• Risiko transaksi, yaitu kemungkinan bahwa transaksi kas di masa datang
dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar mata uang
• Risiko ekonomi, yaitu kemungkinan bahwa nilai sekarang dari arus kas di masa
datang dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar mata uang
• Risiko translasi/akuntansi, yaitu suatu tingkat dimana laporan keuangan
perusahaan dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar mata uang
Perdagangan mata uang dilakukan dengan menggunakan spot rate, yaitu nilai
tukar suatu mata uang terhadap mata uang lainnya dalam satu kurun waktu singkat
(satu hari). Jika mata uang suatu negara menguat terhadap mata uang negara lain, hal
itu disebut apresiasi. Sebaliknya, depresiasi terjadi jika mata uang suatu negara
relative melemah dibandingkan mata uang negara lain. Apresiasi mata uang akan
menimbulkan keuntungan nilai tukar (exchange gain), sedangkan depresiasi akan
menimbulkan kerugian nilai tukar (exchange loss).
Hedging
Salah satu cara mengamankan pertukaran mata uang asing dari keuntungan
ataupun kerugian adalah melalui "hedging (lindung nilai)". Biasanya suatu forward
exchange contract digunakan sebagai hedge. Forward contract meminta pembeli
untuk menukarkan sejumlah tertentu mata uang pada nilai tukar tertentu (forward
rate) pada suatu waktu (tanggal) tertentu di masa yang akan datang. Tentu saja
hedging dapat juga dilakukan dengan menyepakati pertukaran suatu mata uang

54
dengan mata uang lainnya pada waktu tertentu di masa yang akan datang. Perusahaan
dapat menjaminkan semua atau sebagian saja dari transaksinya.
Hedging juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengelola risiko ekonomi.
Risiko ekonomi ini dapat mempengaruhi kemampuan persaingan relatif dari
perusahaan, bahkan sekalipun perusahaan tersebut tidak pernah berpartisipasi secara
langsung dalam perdagangan internasional. Akuntan manajemen harus memahami
posisi perusahaan dalam perekonomian global. Akuntan menyediakan struktur
keuangan dan komunikasi bagi perusahaan. Dalam menyusun anggaran induk,
misalnya, anggaran penjualan harus memperhatikan kemungkinan menguat atau
melemahnya mata uang negara lain. Perusahaan induk sering menyatakan kembali
laba semua anak perusahaannya dalam mata uang negara perusahaan induk.Hal ini
dapat menimbulkan laba atau rugi akibat penilaian kembali mata uang asing dan
dapat mempengaruhi laporan keuangan anak perusahaan dan perhitungan ROI dan
EVA yang terkait.Akuntan manajemen harus memahami sumber dari risiko translasi
ini.

2.11.3 Desentralisasi
Desentralisasi di MNC
Pada dasarnya, alasan MNC untuk melakukan desentralisasi sama dengan alas
an yang digunakan oleh perusahaan nasional ketika memilih desentralisasi. Manfaat
desentralisasi di MNC:  Kualitas informasi lebih baik pada tingkat lokal dan
mampu meningkatkan kualitas keputusan  Manajer lokal di MNC mampu untuk
memberikan respon yang lebih cepat dalam pembuatan keputusan  Meminimalkan
keterbatasan dalam masalah sosial, hukum, dan bahasa.  Melatih dan memotivasi
manajer lokal untuk mengambil keputusan operasional sehari-hari sehingga
manajemen puncak dapat lebih memusatkan perhatian pada masalah-masalah
strategis.  Memberikan pengalaman yang berharga bagi manajer anak perusahaan
di luar negeri melalui interaksi dengan manajer kantor pusat maupun manajer luar
negeri lainnya.

55
2.11.4 Mengukur Kinerja Pada Perusahaan Multinasional
Pengukuran Kinerja di MNC
Evaluasi terhadap manajer seharusnya tidak melibatkan faktorfaktor yang tidak
dapat ia kendalikan, misalnya fluktuasi mata uang, pajak, dll. Divisi yang nampak
sama sekalipun mungkin menghadapi kondisi ekonomi, sosial dan kondisi politik
yang berbeda. Sulit untuk membandingkan kinerja manajer divisi di suatu negara
dengan kinerja manajer divisi di negara lain.
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi evaluasi kinerja di MNC: 1.
Hukum dan politik, meliputi kualitas, efisiensi dan efektivitas struktur hukum,
pengaruh politik pertahanan, pengaruh kebijakan asing, tingkat kesadaran politik,
tingkat control pemerintah terhadap bisnis. 2. Ekonomi, meliputi pengaturan sistem
perbankan sentral, stabilitas ekonomi, keberadaan pasar modal, batasan mata uang. 3.
Sosial, meliputi sikap sosial terhadap industri dan bisnis, sikap kultural terhadap
kekuasaan dan bawahan, sikap kultural terhadap produktivitas dan etika kerja, sikap
sosial terhadap keuntungan material, keragaman budaya dan ras. 4. Pendidikan,
meliputi tingkat bebas buta huruf, tingkat pendidikan formal dan pelatihan, tingkat
pelatihan teknis, tingkat kualitas pengembangan manajemen.

2.11.5 Penetapan Harga Transfer dan Perusahaan Multinasional


Transfer Pricing di MNC
Untuk perusahaan multinasional, transfer pricing harus memenuhi dua tujuan:
(1) evaluasi kinerja, dan (2) penentuan optimal atas pajak penghasilan. Jika harga
transfer di MNC ditetapkan oleh perusahaan induk, maka penggunaan ROI dan EVA
sebagai pengukur kinerja keuangan tidak lagi tepat karena manajer tidak memiliki
kontrol terhadapnya. Mengingat bahwa tiap-tiap negara memiliki tarif pajak yang
berbeda, MNC memanfaatkan transfer pricing untuk memindahkan biaya ke Negara
yang memiliki tarif pajak tinggi dan memindahkan pendapatan ke negara dengan
tariff pajak rendah.
Pemanfaatan Penetapan Harga Transfer untuk Mempengaruhi Pajak yang
Dibayar:

56
Tindakan Dampak Perpajakan
Perusahaan anak di Belgia memproduksi
suatu komponen dengan biaya 100 per Tarif pajak 42%
unit. Tagihan terhadap komponen Pendapatan 100 – biaya 100 = 0 Pajak
ditransfer ke pusat reinvoicing di Puerto dibayar = 0
Rico dengan harga transfer 100 per unit.
Pusat reinvoicing di Puerto Rico, juga
Tarif pajak 0%
merupakan perusahaan anak, mentransfer
Pendapatan 200 – biaya 100 = 100
tagihan komponen ke perusahaan anak
Pajak dibayar = 0
dengan harga transfer 200 per unit
Perusahaan anak di Amereika Serikat Tarif pajak 35%
menjual komponen kepada perusahaan Pendapatan 200 – pajak 200 = 0 Pajak
eksternal dengan harga 200 per unit. dibayar = 0

2.11.5 Etika dalam Lingkungan Bisnis Internasional


Etika bisnis merupakan masalah pelik dalam konteks negara individual, tetapi
dalam konteks global, etika bisnis merupakan masalah yang jauh lebih baik. MNC
menghadapi isu-isu etika yang mungkin tidak muncul dari perusahaan domestik.
Masing-masing negara memiliki kebiasaan dan hukum bisnis yang berbeda dari
negara lain. Perusahaan harus mempertimbangkan apakah suatu kebiasaan bisnis
tertentu hanya sekedar cara yang berbeda dalam menjalankan bisnis atau sudah
merupakan pelanggaran terhadap kode etik bisnis. Sistem dasar yang kuat sangat
penting bagi kepastian berbagai kontrak dan berfungsi sebagai landasan bagi
kepercayaan dalam urusan etika.

57
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Akuntansi manajemen adalah salah satu bidang akuntansi yang bertujuan menyajikan
laporan-laporan untuk tujuan dan kepentingan pihak internal perusahaan dalam
melaksanakan suatu proses manajemen yang terdiri atas sebuah perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan serta pengendalian.

3.2 Saran
Untuk mahasiswa, dengan penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa lebih
mempelajari tentang akuntansi manajemen agar kedepannya lebih memahami dan
menambah wawasan pengetahuan yang memungkinkan mahasiswa berkesempatan untuk
memperbaiki cara dan sikap dalam memahami materi akuntansi manajemen.

58
DAFTAR PUSTAKA

Asmarani, J., T. & Agustinus, D., M. 2018. Makalah Penentuan Harga Transfer. Fakultas
Ekonomi.

Bagus, M., I., G., Veronicca, C., D., Agnes, E., A., T., Shindy, P., I., A., & Mustika, S., Y.
2017. Makalah Penganggaran untuk Perenvaan dan Pengendalian. STIE AMM
Mataram.

DosenPendidikan.Com. 2014. Materi Activity Based Costing.


https://www.dosenpendidikan.co.id/contoh-activity-based-costing/
Diakses pada tanggal 6 Oktober 2021

D2bnuhatama. 2021. Activity Based Management (ABM).


http://d2bnuhatama.blogspot.com/2012/06/activity-based-management-abm.html
Diakses pada tanggal 6 Oktober 2021

Edutainment. 2013. Makalah Penetapan Harga.


http://ikokz14.blogspot.com/2013/10/makalah-penetapan-harga.html
Diakses pada tanggal 10 Oktober 2021

F. Emor, C. 2019. Analisis Biaya Relevan dalam Pengambilan Keputusan Membeli Atau
Mempertahankan Aktiva Tetap Pada Pt. Jor Gabrindo. Jurnal EMBA. 7(1): 911 –
920.

Hariri. 2017. Masalah Internasional dalam AKuntansi Manajemen. Universitas Islam


Malang.
http://fe.unisma.ac.id/MATERI%20AJAR%20DOSEN/AKMEN/HRR/Pert%2013%
20Akmen.pdf
Diakses pada tanggal 10 Oktober 2021

Janiez. 2017. Biaya Relevean dan Pendapatan Relevan.


http://myekonotes.blogspot.com/2017/12/biaya-relevan-dan-pendapatan-relevan.html
Diakses pada tanggal 9 Oktober 2021

Khatimah, H. & Hatta, S. 2017. Anggaran Fleksibel.


http://vanillaoreo16.blogspot.com/2017/09/makalah-anggaran-fleksibel.html
Diakses pada tanggal 10 Oktober 2021

Maulana, Y. 2016. Konsep Biaya.


http://yasirmaulana.com/konsep-biaya/
Diakses pada tanggal 6 Oktober 2021

Merti, D., Mustika, D. & Alianda, I. 2017. Makalah Akuntansi Manajemen Dan Biaya
Penganggaran, Biaya Standar dan Analisis Penyimpangan. Fakultas Ekonomi.

59
Sukman. 2015. Makalah Penentuan Harga Transfer.
http://sukman21.blogspot.com/2015/06/makalah-penentuan-harga-transfer.html
Diakses pada tanggal 10 Oktober 2021

Tebey. 2016. Perencanaan dan Pengendalian Laba.


http://anggaranperusahaan4c.blogspot.com/2016/04/perencanaan-dan-pengendalian-
laba_25.html
Diakses pada tanggal 9 Oktober 2021

60

Anda mungkin juga menyukai