Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGUNGKAPAN DAN TRANSPARANSI PENGENDALIAN INTERNAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tata Kelola Perusahaan

DOSEN PEMBIMBING :

Rahayu Dewi Zakiyah RF.SE.,M.Akun., CTT.

Disusun Oleh :

Doraputri Nur Afidah (190221100143)

Melati Wulan Ningrum (190221100166)

Salsabilla Khaerina (190221100171)

Chamalat Nur Azizah (190221100185)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Pengungkapan Dan Transparansi
Pengendalian Internal”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan mata kuliah Tata Kelola Perusahaan. Dalam Penulisan makalah ini penulis
merasa masih banyak kekurangan baik dalam teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :

1. Ibu Rahayu Dewi Zakiyah RF.SE.,M.Akun., CTT. selaku Dosen Tata Kelola Perusahaan
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Trunojoyo Madura.
2. Teman-teman Program Studi Akuntansi Kelas D Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Trunojoyo Madura.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal pada mereka
yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin
Yaa Robbal „Alamiin.Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bangkalan, 24 Mei 2021

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................................i

Daftar Isi....................................................................................................................................ii

Bab 1 ..............................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan Pembahasan...........................................................................................2
1.4 Tinjauan Pustaka................................................................................................2

Bab 2...............................................................................................................................4

2.1 Peran Akuntansi Profesional..............................................................................4


2.2 Peran Pengendalian Internal...............................................................................4
2.3 Pelaksanaan Prinsip Pengungkapan...................................................................8
2.4 Penerapan ASEAN CG Scorecard.....................................................................9

Bab 3.............................................................................................................................10

3.1 Kesimpulan .....................................................................................................11


3.2 Saran.................................................................................................................11

Daftar Pustaka.........................................................................................................................12

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Prinsip transparansi mengharuskan informasi tersedia dan dapat langsung diakses oleh pihak-
pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Prinsip pengungkapan dan
transparansi menyatakan bahwa perusahaan harus mengungkapkan semua informasi material
mengenai perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Beberapa informasi material tersebut
antara lain kondisi keuangan, struktur kepemilikan, transaksi pihak berelasi, dan tata kelola
perusahaan. Laporan keuangan perusahaan harus diaudit oleh auditor eksternal yang
independen dan kompeten, serta media komunikasi harus memberikan akses informasi yang
relevan yang sama, tepat waktu, dan efisien dari sisi biaya untuk semua pemangku
kepentingan.
Aturan pengungkapan yang transparan akan mengurangi ketidakseimbangan informasi
sehingga kemungkinan terjadinya tindakan yang dapat merugikan perusahaan dapat
diperkecil. Adanya praktik pengungkapan yang baik disuatu pasar modal dapat
meningkatkan minat investor untuk berinvestasi dan juga melindungi investor. Informasi
yang disampaikan perusahaan kepada investor perlu disediakan secara reguler, dapat
diandalkan, dan dapat dibandingkan dengan cukup rinci agar investor dapat menilai
akuntabilitas manajemen, dan mengambil keputusan
Terdapat dua jenis pengungkapan, yaitu pengungkapan wajib dan pengungkapan
sukarela. Regulator mrnrtapkan pengungkapan wajib apa saja yang harus dilakukan
perusahaan. Peraturan Bapepam- LK mengharuskan perusahaan publik untuk menyampaikan
laporan keuangan tengah tahunan dan tahunan (X.K.2), serta menyampaikan laporan tahunan
(X.K.6). Bursa efek indonesia juga mengatur kewajiban perusahaan tercatat untuk
menyampaikan laporan keuangan interim ( Peraturan No I-E). Perusahaan secara sukarela
juga dapat melakukan pengungkapan sukarela, melebihi pengungkapan wajib yang
diharuskan regulator. Yang perlu diungkapkan adalah yang material yaitu informasi yang jika
tidak diungkapkan atau disajikan secara tidak wajar akan mempengaruhi pengambilan
keputusan ekonomis oleh pengguna informasi.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Peran Akuntansi Profesional?
2. Bagaimana Peran Pengendalian Internal dan Manajemen Risiko dalam Mengurani
Konflik Keagenan dan Penegakan GCG?
3. Bagaimana Pelaksanaan Prinsip Pengungkapan dan Transparansi di Indonesia Menurut
Hasil Penilaian Bank Dunia dan IICD-ASEAN CG Scorecard?
4. Bagaimana Menggunakan ASEAN CG Scorecard untuk Menilai Praktik Pengungkapan
dam Transparansi?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk Mengetahui Peran Akuntansi Profesional.
2. Untuk Mengetahui Peran Pengendalian Internal dan Manajemen Risiko dalam Mengurani
Konflik Keagenan dan Penegakan GCG.
3. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Prinsip Pengungkapan dan Transparansi di Indonesia
Menurut Hasil Penilaian Bank Dunia dan IICD-ASEAN CG Scorecard.
4. Untuk Mengetahui Penggunaan ASEAN CG Scorecard untuk Menilai Praktik
Pengungkapan dam Transparansi.

1.4 Tinjauan Pustaka

Menurut James M Reeve, dkk (2013:9) pengertian akuntansi adalah suatu sistem informasi


yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai aktivitas dan kondisi
ekonomi perusahaan. Sedangkan, Frederich D.S. Choi, Gerhard G. Mueller mendefinisikan
Akuntansi sebagai suatu proses pengindentifikasian, pengukuran dan pengkomunikasian
informasi ekonomi agar memungkinkan pemakai untuk membuat pertimbangan dan
keputusan-keputusan. Sementara itu, S. Munawir (2005 ) Akun tansi adalah seni daripada
pencatatan, penggolongan dan peringkasan dari pada peristiwa-peristiwa dan kejadian-
kejadian dan setidak-tidaknya sebagaian bersifat keuangan dengan cara yang secepat-
cepatnya dan petunjuk atau dinyatakan dengan uang, serta penafsiran terhadap hal-hal yang
timbul dari padanya.

2
Pengendalian Internal menurut Horngren (2009:390) dalam Dewi, dkk, pengendalian
intern adalah rencana organisasional dan semua tindakan yang dirancang untuk
mengamankan aktiva, mendorong karyawan untuk mengikuti kebijakan perusahaan,
meningkatkan efisiensi operasi, memastikan catatan akuntansi yang akurat dan dapat
diandalkan. Sedangkan menurut Hery (2016:159) pengendalian internal adalah seperangkat
kebijakan dan prosedur untuk melindungi aset atau kekayaan perusahaan dari segala bentuk
tindakan penyalahgunaan, menjamin tersedianya informasi akuntansi perusahaan yang
akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan (peraturan) hukum/Undang-Undang serta
kebijakan manajemn telah dipatuhi atau dijalankan sebagaimana mestinya oleh seluruh
karyawan perusahaan. Pengendalian internal dilakukan untuk memantau apakah kegiatan
operasional maupun financial perusahaan telah berjalan sesuai dengan prosedur dan
kebijakan yang telah ditetapkan oleh manajemen. 10 Dengan adanya atau penerapan sistem
pengendalian internal secara ketat maka diharapkan bahwa seluruh kegiatan operasional
perusahaan dapat berjalan dengan baik menuju tercapainya maksimalisasi profit. Manajemen
resiko.

GCG menurut Agoes (2011:101) “Sebagai suatu sistem yang mengatur hubungan
peran Dewan Komisaris peran Direksi, pemegang saham, dan pemangku kepentingan
lainnya. Tata kelola perusahaan yang baik juga disebut sebagai proses yang transparan atas
penentuan tujuan perusahaan, pencapainya dan penilaian kinerjanya.” Sedangkan menurut
Forum for Corporate Governance in Indonesia/FCGI (2001) GCG adalah “Seperangkat
peraturan yang menetapkan hubungan antara pemangku kepentingan pengurus, pihak
kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal
lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem
yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.” Dan menurut Tunggal (2012:24)
“sistem yang mengatur, mengelola dan mengawasi proses pengendalian usaha untuk
menaikan nilai saham, sekaligus sebagai bentuk perhatian kepada stakeholders, karyawan
dan masyarakat sekitar.”

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Peran Akuntansi Profesional

Adapun peran akuntansi professional terkait prinsip pengungkapan dan transparansi

adalah :

a) Akuntan manajemen mempunyai peranan dalam menyiapkan laporan keuangan


sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku, serta memastikan perusahaan
menyampaikan informasi yang transparan, akurat, dan tepat waktu ke pemegang
saham dan pemangku kepentingan.
b) Akuntan manajemen membantu Direksi dan satuan tugas terkait dalam merancang
dan mengimplementasikan system informasi dan system pengendalian internal yang
mendorong keterbukaan terhadap pemegang saham. Akuntan public pada saat
melakukan audit juga melakukan pengujian atas pengendalian internal dan
memberikan rekomendasi perbaikan yang diperlukan.
c)  Auditor internal secara berkala melakukan pengujian atas pengendalian internal
serta melaporkan hasilnya kepada Direksi dan Dewan Komisaris (juga Komite
Audit). Auditor internal membantu Direksi dalam memperkuat dan meningkatkan
pengendalian internal. Auditor internal memberikan saran/masukan unutk
memeperbaiki proses mengidentifikasikan risiko dan manajemen risiko.
d) Akuntan professional sebagai anggota Komite Audit, membantu Dewan Komisaris
dalam melakukan fungsi pengawasan atas system pelaporan keuanang, system
penegndalian internal dan manjamen risiko perusahaan serta ketaatan terhadap
aturan yang berlaku, termasuk aturan terkait pengungkapan dan tranparansi.

2.2 Peran Pengendalian Internal dan Manajemen Risiko dalam Mengurangi Konflik
Keagenan dan Penegakan Good Corporate Governance

4
Sistem tata kelola perusahaan yang efektif memungkinkan perusahaan mencapai
tingkat kepatuhan dan kinerja yang sesuai ekspektasi pemegang saham dan pemangku
kepentingan. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian internal yang efektif dan
manajemen resiko dalam proses bisnis normal dan juga proses tata kelola perusahaan,
dan kedua hal tersebut membentuk kerangka akuntabilitas dan pelaporan reguler ke
pemegang saham (HK CPA,2005)
Pengendalian internal sangat penting untuk memastikan keberhasilan operasi
perusahaan dan berjalannya operasi sehari-hari perusahaan, serta membantu perusahaan
mencapai tujuan usahanya. Cakupan pengendalian intern sangat luas, yaitu termasuk
semua pengendalian yang terkait proses strategis, tata kelola, dan manajemen, yang
mencakup semua aktivitas dan operasi perusahaan. Tidak hanya terbatas pada aspek
keuangan dan pelaporan semata. Cakupannya juga bukan hanya semata aspek kepatuhan,
tetapi juga aspek kinerja perusahaan.

Pengendalian internal (COSO, 2013) adalah proses, yang dipengaruhi oleh dewan,
manajemen, dan personel lain diperusahaan, yang dirancang untuk memberikan
keyakinan memadai terkait pencapain tujuan berikut :

1. Efektivitas dan efisiensi operasi


2. Keandalan pelaporan keuangan
3. Kepatuhan terhadap hukum dan regulasi yang berlaku

Kerangaka pengendalian internal COSO (2013) menyebutkan tiga kategori tujuan


yang terkait dengan aspek pengendalian internal yang berbeda-beda, yaitu tujuan operasi,
tujuan pelaporan, dan tujuan kepatuhan.

2.2.1 Pengendalian Internal terdiri dari 5 komponen yang terintegrasi yaitu (COSO,2013):

1. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan Pengendalian adalah kumpulan standar, proses dan struktur


yang memberikan dasar untuk menjalankan pengendalian internal dalam
perusahaan. Direksi dan Dewa Komisaris adalah pihak yang bertanggung jawab
untuk memberikan contoh (sering disebut istilah tone at the spot) pentingnya
pengendalian internal bagi seluruh karyawan di perusahaan. Lingkungan
pengendalian terdiri atas nilai integritas dan etika organisasi, parameter yang
memungkinkan Dewan Komisaris untuk menjalankan fungsi pengawasannya, dan

5
mempertahankan orang – orang yang kompeten, serta ukuran, insentif dan
imbalan kenerja yang sesuai untuk mendorong akuntabilitas atas kinerja.

2. Penilaian Risisko

Penilaian resiko adalah proses dinamis dan interatif untuk


mengidentifikasi dan menilai risiko dari pencapaian tujuan perusahaan. Penilaian
risiko merupakan dasar untuk menentukan bagaimana mengelola risiko. Sebelum
melakukan penilaian risiko, perusahaan perlu menetapkan tujuan perusahaan,
yang kemudian dikaitkan dengan berbagai tingkat yang ada di perusahaan terkait
dengan operasi, pelapor dan kepatuhan. Manajemen menetapkan tujuan tersebut
dengan cukup jelas yang memungkinkan mereka unutk mengidentifikasi dan
menganalisis risiko dari tujuan tersebut. Penilaian risiko juga mengharuskan
manajemen untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko dari tujuan tersebut.
Penilaian risiko juga mengharuskan manajemen mempertimbangkan pengaruh
dari kemungkinan perusahaan yang etrjadi dalam lingkungan ekternal dan
perubahan dalam model bisnis perusahaan yang dapat menyebabkan pengendalian
internal menjadi tidak efektif.

3. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian dalam tindakan yang dilakukan berdasarkan


kebijakan dan prosedur untuk memastikan arahan manajemen untuk memitigasi
risiko untuk mencapai tujuan telah dijalankan. Aktivitas tersebut dilakukan di tiap
tingkat dalam perusahaan, dalam setiap proses bisnis. Beberapa aktivitas tersebut
antara lain otoritas dan persetujuan, varifikasi, rekosiliasi, dan penitian kinerja
bisnis. Dalam aktivitas pengendalian diperlukan adanya pemisahaan tugas, yang
apabila tidak dimungkinkan maka perlu diganti dengan aktivitas pengendalian
yang lain.

4. Informasi dan Komunikasi

Informasi sangat penting bagi perusahaan untuk menjalankan


pengendalian internal. Manajemen mendapatkan atau menghasilkan dan
menggunakan informasi yang relevan dari berbagai sumber (internal & ekternal)
untuk mendukung berfungsinya komponen pengendalian internal. Komunikasi
adalah proses berkelanjutan dan interatif untuk menyediakan, membagi, dan
mendapatkan informasi yang diperlukan. Komunikasi internal adalah cara
mendiseminasikan informasi di dalam perusahaan. Komunikassi ekternal
memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan informasi yang relevan dari luar
dan memberikan informasi yang diperlukan pihak ekternal

6
5. Aktivitas Monitoring

Monitoring adalah evaluasi untuk menilai apakah tiap elemen dari


pengendalian internal sudah ditetapkan berfungsi sebagaimana seharusnya.
Evaluasi terus menerus diterapkan dalam proses bisnis yang berbagai tingkat di
perushaan akan memberikan informasi yang tepat waktu. Evaluasi terpisah yang
dilakukan secara periodik dapat dilakukan secara periodic dapat dilakukan sesuai
kebutuhan. Temuan dari monitoring akan dievaluasi terhadap kriteria yang
ditetapkan regulator, badan yang menetapkan standar yang diakui, atau Direksi
dan Dewan Komisaris. Setiap defisiensi dikomuniskasikan ke Direksi dan dewan
Komisaris.

Risiko merupakan elemen yang tidak dapat dihindari dari suatu bisnis.
Setiap perusahaan harus dapat mengidentifikasi dan mengevaluasi berbagai risiko
yang dihadapinya dan menggunakan hasil analisis tersebut dalam pengambilan
keputusan perusahaan. Berikut beberapa jenis risiko yang umumnya dihadapi
perusahaan :
1. Risiko Bisnis, seperti strategi bisnis yang salah dan target pengambilalihan
2. Risiko Keuangan, seperti risiko kredit, risiko tingkat bunga, penyalahgunaan
sumber daya keuangan perusahaan, dan terjadinya fraud
3. Risiko Kepatuhan, seperti melanggar aturan regulator pasar modal dan aturan
Bursa Efek
4. Risiko Operasi dan Lainnya, seperti operasi proses manajemen yang tidak
efektif dan efisien, serta kehilangan asset.

Manajemen risiko penting untuk mengurangi kemungkinan tujuan


perusahaan tidak tercapai karena adanya kejadian yang tidak terduga, dan
pengendalian internal adalah salah satu cara mengelola risiko (HK CPA, 2005)

Perusahaan perlu menerapkan manajemen risiko secara efektif, yang


disesuaikan dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran, dan kompleksitas usaha serta
kemampuan perusahaan. Perusahaan perlu menyeimbangkan antara mengambil
risiko dan menghindari risiko.

Direksi bertanggung jawab dalam perancangan dan implementasi sistem


pengendalian internal yang dibantu oleh unit audit internal dan Dewan Komisaris
melakukan pengawasan. Dalam pelaksanaan tugas tersebut, salah satu unit
membantu Direksi adalah unit audit internal. Auditor internal wajib menguji dan
mengevaluasi pelaksanaan sistem manajemen risiko sesuai dengan kebijakan
perusahaan.

Laporan tahunan perusahaan diharuskan mengungkapkan mengenai :

7
1. Sistem pengendalian internal
Paling kurang mengenai pengendalian keuangan dan operasional, serta
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan lainnya, dan reviu atas
efektivitas sistem pengendalian internal.
2. Sistem manajemen risiko,
Paling kurang mengenai gambaran umum mengenai sistem manajemen
risiko perusahaan, jenis risiko dan cara pengelolaannya, san reviu atas
efektivitas sistem manajemen risiko perusahaan.

2.3 Pelaksanaan Prinsip Pengungkapan dan Transparansi di Indonesia Menurut Hasil


Penilaian Bank Dunia dan IICD-ASEAN CG Scorecard
2.3.1 Hasil Penilaian oleh Bank Dunia

Pada saat world Bank (2010) melakukan studi belum ada aturan mengenai
kewajiban pengungkapan pemegang saham ultimat, sehingga salah astu
kelemahan yang disebutkan oleh Bank Dunia adalah belum adanya kewajiban
tersebut. Namun pada tahun 2012, Bapepam-LK telah merevisi peraturan X.K.6
yang mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan mengenai pemegang saham
ultimat tersebut.

Hasil studi World Bank (2010) memberikan beberapa rekomendasi terkait


pengungkapan dan transparansi, yaitu:

1. Regulasi yang lebih baik terkait pengungkapan kepemilikan dan


pengungkapan non keuangan lainnya.
2. Mengharuskan perusahaan untuk mengungkapkan ketaatan terhadap kode
GCG
3. Meningkatkan kapabilitas Bapepam-LK untuk mengawasi pengungkapan
perusahaan.
Pengungkapan aspek non keuangan perlu diatur secara lebih efektif dan
dipatuhi oleh perusahaan public. Pengungkapan tersebut antara lain mencakup
remunasi anggota dewan (termasuk remunasi tiap individu anggota dewan,
kebijakan remunerasi, dan kaitannya dengan kinerja jangka panjang perusahaan
serta kebijakan manajemen risiko dan konfilk kepentingan).

2.3.2 Hasil Penelitian oleh IICD – ASEAN CG Scorecard


Rata – rata skor untuk kategori ini relative yang paling tinggi dibandingkan
skor di kategori lain karena beberapa praktik pengungkapan telah diwajibkan oleh

8
Bapepam-LK atau BEI. Rata- rata skor ini adalah 53,7 pada tahun 2012 dan 63,5
pada tahun 2013, dengan skor maksimum 85,0 dan skor minimum 19,5 untuk
tahun 2012 dan 90,0 dan 33,3 untuk tahun 2013. Beberapa pengungkapan yang
diwajibkan antara lain, indicator kinerja keuangan, transaksi pihak berelasi (nama
pihak-pihak berelasi, sifat, dan nilai transaksi pihak berelasi).. laporan keuanagn
interim, dan laporan keuangan auditan. Laporan keuangan auditan harus
dipublikasi dalam waktu 90 hari sejak tanggal tutup buku serta harus ada
pernyataan Direksi yang menyatakan kewajaran laporan keuangan. Berikut adalah
beberapa area yang masih perlu ditingkatkan dalam katagori ini :
1. Perusahaan public hanya mengungkapkan kepemilikan langsung oleh
pemegang saham besar, anggoya direksi dan komisaris. Perusahaan public
belum melakukan pengungkapan kepemilikan tidak langsung dari pihak –
pihak tersebut.
2. Perusahaan public jarang yang melakuakn pengungkapan di laporan
tahunan terkait dengan ketaantan terhadap kode GCG, karena belum ada
aturan yang mewajibkan.
3. Perusahaan pubik melakuakn pengungkapan profil anggota Direksi dan
Komisaris, tetapi kebanyakan tidak mengungkapkan jabatan yang dipegang
anggota dewan di peusahaan terdaftar lainnya.
4. Sebagian besar perusahaan public juga tidak mengungkapkan audit fee dan
non-audit fees yang dibayarkan kepada KAP yang mengaudit perusahaan
mereka.

2.4 Menggunakan ASEAN CG Scorecard untuk Menialai Praktik Pengungkapan dan


Transparansi
Berikut adalah hal – hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penialaian praktik
pengungkapan dan treansparansi di perusahaan terbuka dengan menggunakan
ASEAN CG S corecard :
 Struktur Kepemilikan yang transparansi mengungkapan identitas pemegang
saham dengan kepemilikan 5% atau lebih, pengungkapan kepemilikan saham
ini dilakukan secara langsung maupun tidak langsung dari pemegang saham
mayoritas ataupun substansi, pengungkapan kepemilikan saham langsung dan
tidak langsung dilakukan juga oleh direktur serta komisaris.
 Kualitas laporan tahunan terkait dengan pengungkapan risiko utama, tujuan
perusahaan, indicator kinerja keuangan dan non keuangan, kebijakan dividen,
kebiajakan whistle-blowing, informasi mengenai direktur dan komisaris

9
seperti biografi pelatihan yang diikuti, jumlah rapat, jumlah kehadiran dalam
rapat remunerasi.
 Pengungkapan transaksi pihak berelasi kebijakan review dan persetujuan
terhadap transaksi pihak berelasi, informasi pihak berelasi, serta jumlah
transaksi.
 Pengungkapan transaksi perdagangan orang dalam oleh pihak-pihak dalam
perusahaan
 Pengungkapan audit fee dan non audit fee serta besaran non audit fee apakah
lebih besar daripada audit fee, karena besaran fee akan berpengaruh pada
kualitas audit suatu perusahaan, Ketika audit fee lebih besar dari non audit fee
maka kualitas audit dalam suatu perusahaan akan menjadi lebih baik jika
dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki non audit fee lebih banyak
daripada audit fee.
 Penggunaan saluran komunikasi untuk pelaporan interm website, analysts
briefing serta press conferences.
 Informasi yang terdpat dalam website harus mencakup segala informasi yang
lengakap dan terbaru, informasi ini terkait dengan laporan tahunan dan
laporan keuangan, anggaran dasar, panggilan RUPS, operasi bisnis
pertengahan, penerbitan laporan keuangan dan laporan tahunan secara tepat
waktu serta pernyataan laporan keuangan tahunan oleh dewan direksi.
 Penerbitan laporan keuangan serta penerbitan laporan tahunan secara tepat
waktu serta pernyataan laporan keuangan oleh direksi
 Pengungkapan nomor kontak pihak ataupun unit yang bertanggung jawab atas
hubungan investor.

Dalam ASEAN Corporate Covernance Scorecard sebuah perusahaan dapat


menerima tambahan maupun pengurangan untuk beberapa hal, yaitu:

 Bonus, bonus didapat apabila perusahaan dapat mengumumkan laporan


keuangan dalam waktu kurang dari 60 hari serta apabila perusahaan dapat
mengungkapkan rincian dari remunerasi dari presdir atau presiden
direktur.

10
 Pinalti, perusahaan mendapat pinalti atau pengurangan apabila perusahaan
menerima opini audit selain opini wajar tanpa pengecualian serta apabila
perusahaan merevisi laporan keuangan selain karena alasan perubahan dari
kebijakan akuntansi.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa komponen pengendalian internal terdiri atas
lima komponen yang terintegrasi diantaranya; lingkungan pengendalian, penilaian resiko, aktivitas
pengendalian, informasi dan komunikasi, dan aktivitas monitoring. Manajemen risiko penting untuk
mengurangi kemungkinan tujuan perusahaan tidak tercapai karena adanya kejadian yang tidak
terduga. Akuntan profesional juga turut andil terkait prinsip pengungkapan dan transparansi dalam
menyiapkan laporan keuangan sesuai standar akuntansi yang berlaku. Pelaksanaan prinsip
pengungkapan dan transparansi di indonesia terbagi menjadi dua, yang pertama hasil penilaian oleh
bank dunia yang memberikan rekomendasi terkait pengungkapan dan transparansi dan yang kedua
hasil penilaian oleh IICD-ASEAN CG Scorecard namun ada beberapa area yang masih perlu
ditingkatkan. Selain itu perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian praktik pengungkapan dan
transparansi di perusahaan terbuka dengan menggunakan ASEAN CG Scorecard adakalanya
diberikan bonus dan penalti untuk beberapa hal terkait. Dengan demikian maka akan menimbulkan
keyakinan bahwa operasi perusahaan berjalan secara efektif dan efisien serta memungkinkan
perusahaan mencapai tingkat kepatuhan dan kinerja yang sesuai ekspektasi pemegang saham dan
pemangku kepentingan

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekuarangan. Untuk kedepannya
penulis akan menjelaskan makalah secara lebih fokus dan detail. Kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk penulis sebagai evaluasi.

11
Daftar Pustaka

Ikatan Akuntan Indonesia. (2015). Modul Chartered Accountant. ETIKA PROFESI DAN TATA
KELOLA KORPORAT. Diakses dari http://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/eptkk/

Darmawan, A. (n.d.). Definisi Good Corporate Governance Menurut Para Ahli.


https://adarmawan117.home.blog/2019/06/30/definisi-good-corporate-governance-menurut-para-ahli/

Tokopedia. (n.d.). Pengendalian Internal. https://kamus.tokopedia.com/p/pengendalian-intern/

12

Anda mungkin juga menyukai