Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PENGENDALIAN INTEREN DAN KAS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Lanjutan


Dosen Pengampu: Anang Haris Firmansyah, M.Pd.

Disusun oleh
Kelompok 3:

1. Calvin Nova Putra P (1860401222057)


2. Inka Aulia Annisa F (1860401222069)
3. Kiki Melinda (1860401222072)
4. Wahyu Tri P (1860401222083)

PS-3B
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
AGUSTUS 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul,
“PENGENDALIAN INTEREN DAN KAS” dapat kami selesaikan dengan baik
dan tepat waktu. Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca tentang pengendalian interen dan kas. Begitu pula atas
limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami
sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui
kajian pustaka maupun melalui media internet.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
makalah ini. Kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak
kontribusi bagi kami, dosen mata kuliah kami, Bapak Anang Haris Firmansyah,
M.Pd dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang membantu kami dalam
berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah
SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran
yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.
Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan, atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah
ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami menerima kritik dan saran
seluas-luasnya dari pembaca agar penyusun dapat membuat karya makalah yang
lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Tulungagung, 29 Agustus 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... iii
A. Latar Belakang ............................................................................................ iii
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... iv
C. Tujuan ......................................................................................................... iv
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 1
A. Kecurangan dan Komponen Pengendalian Interen ...................................... 1
B. Prinsip Pengendalian Interen........................................................................ 3
C. Manfaat Pengendalian Interen...................................................................... 5
D. Pengendalian Penerimaan Kas ..................................................................... 5
E. Rekening Giro Bank sebagai Alat Pengendalian ....................................... 10
F. Contoh Kasus dan Penyelesaiannya ........................................................... 16
1. Contoh kasus .......................................................................................... 16
2. Penyelesaian ........................................................................................... 18
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 22
A. Kesimpulan ................................................................................................ 22
B. Saran ........................................................................................................... 23
DAFTAR RUJUKAN ......................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum, setiap bisnis, besar atau kecil, perlu memiliki uang tunai
untuk memenuhi kebutuhan atau operasional bisnis, besar atau kecil. Uang tunai
adalah sumber daya atau sarana yang paling mudah disalahgunakan. Oleh karena
itu, diperlukan pengendalian internal yang memadai. Pengendalian internal
merupakan suatu sistem dan prosedur yang digunakan oleh suatu perusahaan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu menyusun laporan keuangan yang
akurat dan mendorong kepatuhan terhadap kebijakan dan peraturan yang telah
ditetapkan. sistem pengendalian internal perusahaan. Dalam suatu perusahaan
penerapan pengendalian intern sangatlah penting terutama pengendalian intern
atas arus kas masuk dan arus kas keluar, karena kas mempunyai ciri-ciri yang
tidak dimiliki oleh aktiva lancar lainnya. untuk segera menguangkannya. ,
mudah diangkut dan dikirim dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu,
bagian pendapatan dan pengeluaran perusahaan harus dapat beroperasi sebaik
mungkin untuk menghindari penyalahgunaan dan penggelapan uang.
Melindungi uang tunai dan memastikan keakuratan catatan akuntansi
kas sangat penting sebagai bagian dari pengendalian kas internal. Pengendalian
internal yang baik harus mampu mencegah kecurangan seperti mengubah
perhitungan laporan dan memiliki proses pencatatan yang tepat untuk
melaksanakan pengendalian yang wajar atas aset, kewajiban, pendapatan dan
beban. . Pengendalian yang rumit belum tentu mampu menghindari kesalahan
yang disebabkan oleh konspirasi karyawan untuk melakukan penipuan, dan
penipuan dapat membuat pengendalian tersebut tidak berguna.
Untuk menciptakan sistem pengendalian internal yang baik, manajemen
harus menetapkan wewenang setiap orang. Jika konstruksi tanggung jawab tidak
jelas dan terjadi kesalahan, maka akan sulit menentukan siapa yang bertanggung
jawab atas kesalahan tersebut. Dalam proses penerapannya, perusahaan harus
melakukan peninjauan terhadap sistem pengendalian internal untuk
memperbaiki kesalahan dan penyimpangan yang mungkin timbul, serta dapat
mengambil tindakan perbaikan jika terjadi penyimpangan, menunjukkan titik-

iii
titik kelemahan sistem pengendalian internal perusahaan. Perusahaan harus
menyadari perlunya manajemen yang baik dengan menerapkan pengendalian
internal yang memadai untuk mencapai manajemen kinerja bisnis yang lebih
baik. Pengendalian internal yang memadai tidak menjamin penyimpangan
tindakan yang merugikan bisnis dapat dihindari, namun tetap dilakukan upaya
untuk mengurangi risiko terjadinya kecurangan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud kecurangan dan komponen pengendalian interen?
2. Bagaimana prinsip pengendalian interen?
3. Apa saja manfaat pengendalian interen?
4. Bagaimana pengendalian penerimaan kas?
5. Apa yang dimaksud rekening giro bank sebagai alat pengendalian?
6. Apa saja contoh kasus dan penyelesaian dari pengendalian interen dan kas?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kecurangan dan komponen
pengendalian interen.
2. Untuk mengetahui bagaimana prinsip pengendalian interen
3. Untuk mengetahui manfat dari pengendalian interen.
4. Untuk mengetahui prosedur pengendalian penerimaan kas.
5. Untuk mengetahui maksud dari rekening giro bank sebagai alat
pengendalian.
6. Untuk mengetahui kasus serta cara penyelesaian dari pengendalian interen
dan kas.

iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kecurangan dan Komponen Pengendalian Interen
Pengendalian internal (internal control) meliputi semua perencanaan dari
suatu organisasi dan semua metode serta prosedur yang diterapkan oleh
manajemen dalam rangka untuk
1. menjaga harta perusahaan dari pencurian oleh karyawan, perampokan, serta
penggunaan yang tidak diotorisasi
2. meningkatkan akurasi dan kepercayaan dari catatan akuntansi dengan cara
mengurangi risiko kesalahan (error) dan iregularitas (irregularities) dalam
proses akuntansi yang dilakukan.
Pengendalian intern juga berbentuk laporan keuangan kita mengetahui
bahwa laporan keuangan berisi informasi keuangan yang sangat dibutuhkan,
baik oleh manajemen yang bertanggungjawab atas kebenaran informasi tersebut,
maupun oleh pihak-pihak di luar perusahaan yang akan menggunakan informasi
keuangan untuk berbagai pengambilan keputusan (kreditur, investor,
pemerintah, dan sebagainya). Oleh karena itu, informasi dalam laporan
keuangan harus bisa diandalkan, artinya informasi tersebut harus bebas dari
kesalahan, baik kesalahan yang tidak disengaja (error), maupun yang disengaja
oleh pembuat Taporan (management fraud).
Berbagai kemungkinan timbulnya kesalahan tak disengaja sangat
mungkin terjadi pada berbagai tahapan proses akuntansi. Pada saat pegawai
menjurnal suatu transaksi, kesalahan bisa berupa salah dalam mencantumkan
angka yang dicatat, atau salah dalam menentukan akun yang didebet dan
dikredit. Kesalahan semacam ini bisa terjadi karena faktor-faktor manusiawi
seperti kelelahan, kehilangan konsentrasi, atau karena tidak memahami prinsip-
prinsip akuntansi yang seharusnya diterapkan. Kesalahan lain semacam itu bisa
terjadi juga dalam tahapan pencatatan lain, seperti misalnya pada saat melakukan
posting, membuatpenyesuaian, atau bahkan pada saat menyusun laporan
keuangan dari catatan-catatan akuntansi.
Kesalahan fatal mungkin terjadi karena memang disengaja oleh pembuat
laporan keuangan. Motif kesengajaan bisa bermacam-macam, tergantung

1
kepentingan si pembuat laporan keuangan. Sebagai contoh, manajemen sengaja
menerapkan prinsip akuntansi secara salah agar laporan laba-rugi menghasilkan
laba yang tinggi, sehingga manajemen mendapat bonus dan penghargaan lain
yang tinggi. Dalam situasi sebaliknya, manajemen sengaja melaporkan laba
yang rendah agar pajak yang harus dibayar juga menjadi lebih rendah dari
jumlah yang seharusnya.
Kesalahan bisa juga terjadi di luar bagian akuntansi tetapi akan
berdampak pada catatan akuntansi dan pada akhirnya akan menyebabkan
laporan keuangan menjadi keliru. Sebagaimana diketahui, pencatatan akuntansi
selalu didasarkan pada bukti transaksi. Bagian akuntansi tidak akan melakukan
pencatatan tanpa adanya bukti transaksi. Sebagai contoh, transaksi pembelian
akan dicatat dalam jurnal, berdasarkan faktur pembelian dari pemasok yang
disampaikan bagian pembelian ke bagian akuntansi. Apabila data dalam faktur
pembelian keliru alau sengaja dibuat keliru, akibat adanya permainan antara
bagian pembelian dengan pihak pemasok, maka data yang dicatat dalam jurnal
juga akan menjadi keliru. Contoh lain, pembayaran gaji pegawai akan dicatat
dalam jurnal berdasarkan bukti pembayaran gaji yang data pendukungnya dibuat
oleh bagian personalia (daftar gaji, presensi pegawai, kartu jam kerja, dan
sebagainya). Apabila bukti pembayaran gaji keliru atau sengaja dibuat keliru
oleh bagian personalia, maka jurnal yang dibuat oleh bagian akuntansi juga akan
menjadi keliru.
Pengendalian Interen terdiri atas semua metoda dan tindakan yang saling
berkaitan yang diterapkan dalam suatu organisasi untuk mengamankan aset,
meningkatkan keandalan catatan akuntansi, meningkatkan efisiensi operasi, dan
menjamin kesesuaian dengan ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku.
Sistem pengendalian interen memiliki lima komponen utama sebagai berikut:
1. Lingkungan pengendalian. Merupakan tanggung jawab manajemen untuk
menegaskan bahwa integritas merupakan nilai suatu organisasi dan bahwa
aktivitas tidak etis tidak dapat ditelorensi. Merupakan tugas manajemen
untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi terciptanya pengendalian.

2
2. Penilaian risiko. Perusahaan harus mengidentifikasi dan menganalisis
berbagai factor yang bisa menimbulkan risiko bagi perusahaan dan harus
menentukan bagaimana mengelola risiko tersebut.
3. Aktivitas pengendalian. Untuk mengurangi terjadinya penyelewengan,
manajemen harus merancang kebijakan dan prosedur untuk menghadapi
risiko tertentu yang dihadapi perusahaan.
4. Informasi dan komunikasi. Sistem pengendalian interen harus
mengomunikasikan semua informasi penting ke semua lapisan dalam
organisasi, baik ke bawah mau pun ke atas, serta mengomunikasikan
informasi ke pihak eksteren yang sesuai.
Monitoring. Sistem pengendalian interen harus memonitor secara
periodik dengan memadai. Penyimpangan yang signifikan harus dilaporkan
kepada manajemen puncak dan/atau dewan komisaris.1
B. Prinsip Pengendalian Interen
Masing-masing komponen pengendalian interen di atas sangatlah
penting dan berkaitan satu sama lain. Namun dalam uraian berikut, kita akan
fokus pada satu komponen yaitu aktivitas pengendalian, karena aktivitas-
aktivitas ini merupakan tulang punggung upaya perusahaan dalam menghadapi
risiko seperti misalnya dalam mencegah terjadinya penyelewengan (fraud).
Aktivitas pengendalian yang diterapkan dalam perusahaan bisa berbeda antara
perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya, tergantung pada bagaimana
manajemen menilai risiko yang dihadapinya. Penilaian ini sangat bergantung
pada dan dipengaruhi oleh besar-kecilnya perusahaan dan sifat perusahaan yang
bersangkutan. prinsip aktivitas pengendalian,
1. Dibentuk Pertanggungjawaban (Establishment of Responsibility)
Pengendalian akan efektif jika hanya satu orang yang bertanggung
jawab atas tugas yang diberikan. Pembentukan pertanggungjawaban
meliputi otorisasi dan persetujuan atas suatu transaksi.
2. Pembagian Tugas Harus Jelas (Segretion of Duties)
Ada dua prinsip umum yang perlu diperhatikan, yaitu

1
AI.Haryono Jusup, Dasar Dasar Akuntansi Jilid 2, (Yogyakara: Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi, 2019) hlm. 5

3
a) Tanggung jawab atas pekerjaan-pekerjaan harus diberikan kepada
individu yang berbeda dan
b) Tanggung jawab untuk memelihara pencatatan harus terpisah dengan
tanggung jawab untuk menjaga fisik aset.
3. Prosedur Dokumentasi Harus Ada (Documentation Procedure)
Dokumen sebagai bukti transaksi harus memenuhi syarat dalam
prosedur dokumentasi. Ada beberapa prinsip dalam prosedur dokumentasi,
yaitu:
a) semua dokumen harus diberi nama terlebih dahulu (pre-numbered)
yang tercetak serta semua dokumen harus dipertanggungjawabkan.
b) dokumen sebagai bukti pencatatan akuntansi (journal) disampaikan ke
bagian akuntansi untuk meyakinkan bahwa transaksi telah dicatat tepat
waktu.
4. Pengendalian secara Fisik, Mekanik, dan Elektronik
Harus Ada Pengendalian ini sangat penting karena akan
meningkatkan akurasi akuntansi. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem
yang dapat mencegah dan mendeteksi kesalahan, baik kesalahan disengaja
maupun tidak disengaja. sehingga laporan keuangan bisa dipercaya
kebenarannya.
Sistem tersebut mencakup organisasi perusahaan secara keseluruhan
dan tidak hanya menyangkut bagian akuntansi semata-mata, karena transak
perusahaan dilakukan oleh berbagai bagian dalam organisasi perusahaan.
Sistem yang lazim diterapkan dalam perusahaan untuk meningkatkan
keandalan catatan akuntansi dan laporan keuangan perusahaan disebut
sistem pengendalian interen.
5. Verifikasi Internal yang Independen Harus Ada (Independent Internal
Verification)
Guna menciptakan pengendalian yang efektif perlu dibentuk bagian
verifikasi yang bertugas me-review, merekonsiliasi, serta menjaga
pengendalian internal agar lebih efektif. Untuk menciptakan pengendalian
internal yang efektif, verifikasi internal harus dilakukan sebagai berikut.
1. Verifikasi harus dilakukan secara periodik atau mendadak.

4
2. Verifikasi harus dilakukan oleh karyawan (petugas) yang independen.
3. Saran disampaikan kepada manajer untuk dilakukan tindakan koreksi.
Keterbatasan pengendalian internal ialah sebagai berikut:
1. Ada kemungkinan beban untuk mendesain pengendalian internal lebih
besar dibandingkan manfaat yang diperoleh;
2. Ada faktor sumber daya manusia;
3. Besarnya perusahaan (rize).2
C. Manfaat Pengendalian Interen
Apabila prinsip-prinsip pengendalian interen seperti telah diuraikan diatas
diterapkan dalam suatu perusahaan dan berjalan dengan efektif, maka
pengendalian intereb akan memberi manfaat berikut bagi perusahaan:
1. Menjamin bahwa semua transaksi dicatat secara lengkap dan akurat.
2. Memastikan bahwa hanya transaksi yang telah diotorisasi yang dapat
dilaksanakan.
3. Menjamin Lahwa semua transaksi didukung dengan dokumen yang
memadai.
4. Menjamin bahwa asset dan kewajiban perusahaan telah ditetapkan dengan
benar, sehingga dapat digunakan sebagai informasi yang dapat diandalkan
untuk pengambilan keputusan dalam mengoperasikan perusahaan.
5. Meminimalkan risiko terjadinya kecurangan dan penyalahgunaan aset
perusahaan.
D. Pengendalian Penerimaan Kas
Kas merupakan aset perusahaan yang siap digunakan untuk diubah
menjadi aset yang lain, misalkan di gunakan untuk membeli persediaan barang,
membeli aset tetap (tanah, gedung, mesin dan sebagainya). Kas juga mempunyai
sifat mudah digelapkan dan disembunyikan. Karena sifatnya yang demikian, kas
merupakan aset perusahaan yang sangat rentan terhadap kecurangan. Selain itu,
karena volume transaksi kas sangat besar, berbagai kemungkinan kekeliruan bisa
terjadi dalam melaksanakan transaksi kas dan pencatatannya. Untuk

2
Wibowo dan Abu bakar, Akuntansi Keuangan Dasar 1, (Jakarta: Cikal Sakti, 2008) hlm.
178-180

5
mengamankan kas dan menjamin ketelitian pencatatan akuntansi untuk kas,
maka prinsip pengendalian interen terhadap kas harus diterapkan dengan ketat.3
Kas merupakan aktiva lancar yang paling likuid, yang berarti dapat
digunakan secara langsung untuk keperluan operasional perusahaan. Kas terdiri
dari uang tunai dan saldo perusahaan di bank. Uang tunai terdiri dari uang kertas
dan uang logam. Saldo perusahaan di bank dapat berupa rekening koran atau
tabungan perusahaan di bank.
Dalam sebuah perusahaan, sumber penerimaan kas dapat berasal dari
a. Adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang
diimbangi dengan penerimaan kas, berkurangnya persediaan baraang
dagangan karena adanya penjualan tunai, adanya penurunan piutang dagang
dengan bertambahnya kas.
b. Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap, baik yang berwujud
maupun yang tidak berwujud (intangible assets), atau adanya penurunan
aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas.
c. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal
oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas.
d. Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau dividen dari investasinya,
sumbangan ataupun hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan
pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya. 4
Pengendalian interen yang baik terhadap kas memerlukan prosedur-
prosedur yang memadai untuk melindungi penerimaan kas maupun pengeluaran
kas. Dalam merancang prosedur-prosedur tersebut hendaknya diperhatikan tiga
prinsip pokok pengendalian intern. Pertama, harus terdapat pemisahan tugas
secara tepat, sehingga petugas yang bertanggungjawab menangani transaksi kas
dan menyimpan kas tidak merangkap sebagai petugas pencatat transaksi kas.
Kedua, semua penerimaan kas hendaknya disetorkan seluruhnya ke bank secara
harian, Ketiga, semua pengeluaran kas hendaknya dilakukan dengan

3
AI.Haryono Jusup, Dasar Dasar Akuntansi..., hlm. 12–13
4
Thomas Sumarsan, Akuntansi Dasar dan Aplikasi dalam Bisnis, (Jakarta Barat: Permata
Puri Media, 2011) hlm. 2

6
menggunakan check; kecuali untuk pengeluaran yang kecil jumlahnya
dimungkinkan untuk menggunakan uang tunai, yaitu melalui kas kecil.
Prinsip pertama diperlukan agar petugas yang bersangkutan dengan
transaksi kas tidak dapat dengan mudah melakukan penggelapan kas, kecuali
bila mereka bersekongkol. Prinsip kedua dirancang agar petugas yang
menangani kas tidak mempunyai kesempatan untuk menggunakan kas
perusahaan untuk keperluan pribadi. Prinsip ketiga (semua pembayaran
dilakukan dengan menggunakan check) selain merupakan akibat prinsip kedua,
juga dimaksudkan agar semua transaksi kas memiliki pencatatan yang terpisah
dan dilakukan oleh pihak di luar perusahaan (eksteren). Hasil pencatatan yang
dilakukan oleh bank dituangkan dalam laporan bank yang dapat dijadikan
konfirmasi atas catatan yang dilakukan oleh perusahaan.
Prosedur-prosedur yang digunakan untuk mengawasi kas, bisa berbeda-
beda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya. Hal ini tergantung
pada berbagai faktor, seperti besarnya perusahaan, jumlah karyawan, sumber-
sumber kas, dan sebagainya. Oleh karena itu hendaknya difahami bahwa
prosedur-prosedur yang akan diuraikan di bawah ini hanyalah merupakan
sekedar contoh dari praktik yang banyak di gunakan pada berbagai perusahaan.
a) Penerimaan kas dari Penjualan Tunai di Kasa
Dengan melalui mesin register kas di Kasa pada saat transaksi
penjualan terjadi. Untuk menjamin bahwa angka rupiah yang dimasukkan
(dicatat) ke dalam mesin register kas sesuai dengan harga jual yang
sesungguhnya, maka mesin register kas harus ditempatkan pada loket kasir
sedemikian rupa, sehingga dapat terbaca oleh si pembeli. Selain itu petugas
diwajibkan untuk menjalankan mesin register kas yang ditandai dengan
keluamya bunyi "kring", sebagai tanda bahwa mesin telah mencatat data
yang dimasukkan ke dalamnya. Hal terakhir yang perlu diperhatikan adalah
merancang mesin tersebut sedemikian rupa, sehingga mesin register kas
hanya dapat dibuka oleh orang yang berwenang. Hal ini dimaksudkan agar
catatan dalam mesin register kas bisa dipercaya karena tidak mudah diubah
oleh sembarang orang dan bersifat permanen. Banyak perusahaan yang
menghubungkan mesin register kasnya langsung ke komputer. Komputer

7
diprogram agar dapat mencatat data yang dimasukkan oleh petugas
penjualan ke dalam mesin register kas, langsung ke catatan akuntansi. Cara
lain (yang sebenarnya sudah agak kuno) ialah dengan menempatkan
gulungan kertas pencatat dalam mesin register kas. Pada setiap jam tertentu,
petugas pemeriksa membuka mesin untuk mengambil kertas pencatat dan
memindahkannya ke catatan akuntansi.
Seperti telah disebutkan di atas, pemegang kas harus dipisahkan dar
petugas pencatat transaksi kas. Dalam hal penjualan tunai, pemisahan ini
dimulai dari penanganan mesin register kas. Petugas penjualan yang
mengoperasikan mesin register kas, tidak diperkenankan untuk merangkap
sebagai petugas pembuka mesin register kas. Pada jam-jam tertentu atau
pada akhir jam kerja, petugas penjualan harus menghitung uang yang ada
dalam mesin register kas. Hasil perhitungan beserta uangnya kemudian
diserahkan kepada kasir. Seperti halnya petugas penjualan, kasir juga
menangani kas, oleh karena itu ia tidak diperkenankan merangkap sebagai
petugas pencatatan transaksi kas. Petugas ketiga, biasanya dari Bagian
Akuntansi, memeriksa hasil catatan komputer melalui mesin register kas
(atau kertas catatan dalam mesin register kas) dan membandingkannya
dengan uang yang diterima kasir sebagaimana tercantum dalam laporan
yang dibuat kasir. Apabila digunakan kertas pencatat dalam mesin register
kas, maka data dalam kertas pencatat tersebut dijadikan dasar untuk
membuat jurnal atas transaksi-penjualan tunai. Petugas di Bagian Akuntansi
melakukan pencatatan transaksi kas, tetapi ia tidak mempunyai kewenangan
menangani kas (menerima, mengeluarkan, atau menyimpan kas).
Sebaliknya petugas penjualan dan kasir berurusan langsung dengan kas
yang sesungguhnya, tapi ia tidak melakukan pencatatan akuntansi. Gambar
1-2 di bawah ini melukiskan proses penerimaan kas di kasa.
Kadang-kadang terjadi perbedaan antara data yang tercantum dalam
pita register kas dengan kas yang sesungguhnya ada. Hal ini biasa terjadi
karena petugas kasa memberi pengembalian uang kepada pembeli dalam
jumlah yang tidak sesuai dengan jumlah yang seharusnya (karena tidak
tersedia uang pas), atau sebaliknya petugas kasa menerima uang dari

8
pembeli yang lebih besar dari jumlah seharusnya. Jika hal ini terjadi maka
selisih antara jumlah yang sesungguhnya ada dengan jumlah yang tercantum
dalam pita register kas dilaporkan dalam akun yang disebut Selisih Kas.
Sebagai contoh, data dalam pita register kas menunjukkan jumlah
Rp14.410.500,00, tetapi kas yang sesungguhnya ada berjumlah
Rp14.400.250,00, atau terjadi kekurangan kas sebesar Rp9.250,00. Situasi
ini dicatat dengan membuat jurnal sebagai berikut:

Kas............................................... 14.400.250
Selisih kas.................................... 9.250
Penjualan................................. 14.410.500

Rekening Selisih Kas adalah rekening nominal dan dengan demikian


dilaporkan dalam laporan laba-rugi. Jika rekening ini bersaldo debet, maka
dikelompokkan sebagai beban lain-lain, dan jika bersaldo kredit
dikelompokkan sebagai pendapatan lain-lain.
b) Penerimaan kas melalui pos
Penerimaan kas melalui pos dapat berujud check yang diterima
dalam amplop atau berupa poswesel. Apabila check diterima melalui pos,
maka pada saat amplop dibuka harus dihadiri oleh dua orang petugas.
Seorang diantaranya membuat daftar check yang diterima sebanyak 3 (tiga)
rangkap. Dalam daftar tersebut dicantumkan nama pengirim, maksud
pembayaran, dan jumlah rupiahnya. Lembar pertama berserta check- check
yang diterima, dikirimkan kepada kasir. Lembar kedua dikirimkan kepada
Bagian Akuntansi, sedangkan lembar ketiga disimpan oleh petugas yang
bersangkutan sebagai arsip.
Apabila penerimaan kas melalui pos berupa poswesel, maka seperti
halnya penerimaan check melalui pos, penanganannya dilakukan oleh dua
orang petugas. Petugas pertama membuat daftar poswesel yang diterima
sebanyak 3 (tiga) rangkap, sedangkan petugas kedua bertugas menguangkan
poswesel ke Kantor Pos. Petugas ini harus mendapat penunjukkan dari
perusahaan untuk menguangkan poswesel atas nama perusahaan dan

9
memiliki kartu C7. Pendistribusian daftar penerimaan poswesel, sama
seperti halnya daftar penerimaan check.
Kasir menyetorkan check dan uang (yang berasal dari poswesel yang
telah diuangkan) ke bank, dan petugas di Bagian Akuntansi mencatat
transaksi penerimaan kas dalam jumal. Dengan demikian apabila saldo
menurut laporan bank direkonsiliasi (hal ini akan dibahas kemudian) oleh
orang keempat, maka kesalahan atau kecurangan yang dilakukan oleh
petugas penerima pembayaran melalui pos, kasir, atau petugas di Bagian
Akuntansi, akan dapat segera diketahui. Kesalahan atau kecurangan akan
dapat diketahui karena kas yang disetorkan ke bank harus sama jumlahnya
dengan catatan yang dibuat oleh ketiga petugas lainnya. Dengan cara
demikian, kecurangan jelas akan sulit dilakukan, kecuali mereka
bersekongkol. Petugas penerima pembayaran melalui pos harus melaporkan
penerimaan tersebut kepada si pengirim. Jika hal ini tidak dilakukan,
pengirim pasti akan menanyakannya. Kasir harus menyetorkan seluruh
uang yang diterimanya, sebab saldo menurut laporan bank harus sama
dengan saldo kas menurut catatan di Bagian Akuntansi. Petugas di Bagian
Akuntansi dan petugas yang akan melakukan rekonsiliasi tidak menangani
uang atau check yang diterima, sehingga mereka tidak mempunyai peluang
untuk menggunakan atau menyelewengkan kas Perusahaan.5
E. Rekening Giro Bank sebagai Alat Pengendalian
Dalam penerimaan kas salah satu praktik pengendalian yang baik adalah
mewajibkan bendahara perusahaan untuk selalu menyetorkan penerimaan kas
harian secara utuh ke bank. Artinya, kas yang diterima setiap hari (dari penjualan
tunai maupun dari sumber-sumber lainnya) tidak boleh digunakan untuk
pengeluaran kas melainkan menyetorkan seluruh kas yang diterima seutuhnya
ke bank pada hari itu juga atau selambat-lambatnya keesokan harinya. dalam hal
pengeluaran kas salah satu praktik pengendalian intern yang baik adalah
mewajibkan bendahara perusahaan untuk melakukan pengeluaran kas dengan
menggunakan cek kecuali untuk pengeluaran yang berjumlah kecil atau tidak

5
AI.Haryono Jusup, Dasar Dasar Akuntansi..., hlm. 13–15

10
praktis jika dibayar dengan cek. apabila prinsip-prinsip pengendalian intern di
atas diterapkan perusahaan maka sebagian besar kas nilai perusahaan tidak
berada di perusahaan melainkan tersimpan dengan aman di bank kas yang berada
di perusahaan hanyalah kas kecil yang jumlahnya sangat sedikit dibandingkan
dengan khas milik perusahaan yang disimpan di bank.6
1. Rekening Giro Bank
Untuk dapat memahami bagaimana rekening giro di bank berperan
dalam pengendalian intern kas kita harus memahami mekanisme
pengoperasian giro bank pertama-tama untuk menghindari kesalahpahaman
perlu diketahui bahwa simpanan di Bank dapat dilakukan dalam bentuk giro
tabungan dan deposito. dari ketiga bentuk simpanan di atas hanya simpanan
berbentuk giro yang dapat diperlakukan sebagai kas karena giro memenuhi
persyaratan bisa digunakan sebagai alat pembayaran seperti halnya uang
tunai dan bisa digunakan setiap saat. tabungan dan deposito berjangka tidak
memenuhi kedua persyaratan tersebut sehingga tabungan dan deposito tidak
bisa disetarakan dengan kas oleh karena itu dalam uraian selanjutnya
rekening giro dicatat dalam pembukuan sebagai kas di bank atau disingkat
kas. empat kegiatan yang harus dipahami agar kita memahami bagaimana
rekening giro di bank merupakan rasi adalah sebagai berikut. pertama
adalah membuka rekening giro kedua adalah penyetoran ke bank ketiga
adalah pembayaran dengan menarik cek keempat adalah beban administrasi
bank jasa giro dan bunga dan yang terakhir adalah laporan bank.
2. Rekonsiliasi rekening giro bank
Kas adalah aktiva yang paling likuid karena merupakan media
pertukaran. Kas mudah disembunyikan dan relatif mudah dicuri. Akibatnya,
sebagian besar perusahaan menciptakan pengendalian khusus untuk kas
yaitu dengan menyimpan kas dalam rekening bank dimana dokumen yang
digunakan untuk mengendalikan rekening bank salah satunya dengan
menggunakan sistem rekonsiliasi bank.

6
Ibid., hlm. 36–37

11
Rekonsiliasi bank adalah suatu daftar yang berisi penyebab perbedaan
selisih saldo kas antara catatan perusahaan dan catatan bank. Sering kali
terjadi selisih antara saldo kas menurut catatan akuntan perusahaan dan
saldo kas menurut rekening koran bank. Jika terjadi selisih, maka harus
dicari penyebabnya agar saldonya sama.
Rekonsiliasi bank adalah daftar transaksi dan jumlahnya yang
menyebabkan saldo kas yang dilaporkan pada laporan bank berbeda dengan
saldo kas pada pembukuan perusahaan. Rekonsiliasi laporan bank berguna
untuk mengecek ketelitian pencatatan dalam rekening kas dan catatan bank,
selain itu untuk mengetahui penerimaan atau pengeluaran yang belum
dicatat oleh perusahaan.
Dalam membuat rekonsiliasi laporan bank perlu diketahui bahwa yang
direkonsiliasikan adalah catatan perusahaan dan bank, sehingga harus
dibuat perbandingan antara keduanya agar dapat diketahui perbedaan-
perbedaan yang ada. Perbandingan ini dilakukan dengan cara debit rekening
kas dibandingkan dengan kredit catatan bank yang bisa dilihat laporan bank
kolom penerimaan, dan kredit rekening kas dibandingkan dengan debit
catatan bank yang bisa dilihat dari laporan bank kolom pengeluaran.
Biasanya laporan bank diterima bulanan dan akan direkonsiliasikan dengan
catatan kas.
Terdapat dua catatan kas dalam perusahaan yaitu:
1. Akun kas pada buku besar umum perusahaan.
2. Laporan bank, yang menunjukkan penerimaan pembayaran kas yang
dilakukan melalui bank.
Pembukuan dan pelaporan bank biasanya menunjukkan saldo kas yang
berlainan. Perbedaan karena adanya perbedaan waktu pencatatan transaksi.
3. Alasan diperlukan penyusunan rekonsiliasi bank
Penyusunan rekonsiliasi bank sangat diperlukan dalam sebuah
perusahaan karena beberapa alasan yaitu:
1. Untuk mengetahui juinlah selisih saido kas dari laporan bank yang
saldo kasnya berbeda pada pembukuan perusahaan.

12
2. Untuk mengetahui sebab-sebab apa saja sehingga dapat terjadinya
selisih saldo kas pada catatan bank dan perusahaan.
Cara agar kita dapat mengetahui saldo kas yang sama (benar) akibat
dari perbedaan saldo kas yang terjadi karena perbedaan catatan antara
catatan bank dan perusahaan.
Hal-hal yang menimbulkan perbedaan antara saldo menurut catatan kas
dengan saldo menurut laporan bank dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Elemen-elemen yang oleh perusahaan sudah dicatat sebagai
penerimaan uang tetapi belum dicatat oleh bank.
Contoh: Setoran yang dikirimkan ke bank pada akhir bulan tetap belum
diterima oleh bank sampai bulan berikutnya (setoran dalam
perjalanan/deposit in transit). Setoran yang diterima oleh bank pada
akhir bulan, tetapi dilaporkan sebagai setoran bulan berikutnya, karena
laporan bank sudah terlanjur dibuat (setoran dalam perjalanan/deposit
in transit). Uang tunai yang tidak disetorkan ke bank (cash on hand).
Non Sufficient Check (NSC) yaitu cek yang tidak cukup dananya untuk
diuangkan.
2. Elemen-elemen yang sudah dicatat sebagai penerimaan oleh bank tetapi
belum dicatat oleh perusahaan.
Contoh: Bunga yang diperhitungkan oleh bank terhadap simpanan,
tetapi belum dicatat dalam buku perusahaan (jasa giro). Penagihan
wesel oleh bank, sudah dicatat oleh bank sebagai penerimaan tetapi
perusahaan belum mencatatnya.
3. Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh perusahaan sebagai
pengeluaran tetapi bank belum mencatatnya sebagai pengeluaran.
Contoh: Cek-cek yang beredar (outstanding cheque) yaitu cek yang
sudah dikeluarkan oleh perusahaan dan sudah dicatat sebagai
pengeluaran kas tetapi oleh yang menerima belum diuangkan ke bank
sehingga bank belum mencatatnya sebagai pengeluaran. Cek yang
sudah ditulis dan sudah dicatat dalam jurnal pengeluaran uang tetapi
ceknya belum diserahkan kepada yang dibayar maka cek tersebut belum

13
merupakan pengeluaran oleh karena itu jurnal pengeluaran kas harus
dikoreksi pada akhir periode (cheque on hand).
4. Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh bank sebagai pengeluaran
tetapi belum dicatat oleh perusahaan. Contoh: Cek dari langganan yang
ditolak oleh bank karena kosong tetapi belum dicatat oleh perusahaan.
Bunga yang diperhitungkan atas overdraft (saldo kredit kas) tetapi
belum dicatat oleh perusahaan.
Biaya jasa bank yang belum dicatat oleh perusahaan. Selain keempat
hal di atas, perbedaan antara saldo kas dengan saldo kas menurut laporan
bank dapat terjadi akibat kesalahan- kesalahan yang terjadi dalam catatan
perusahaan maupun catatan bank. Untuk dapat membuat rekonsiliasi
laporan bank maka kesalahan-kesalahan yang ada harus dikoreksi.
Rekonsiliasi bank dapat dibuat dalam 2 macam cara yang berbeda :
1. Rekonsiliasi Saldo Akhir, yang dapat dibuat dalam 2 bentuk:
a. Laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk menunjukkan
saldo yang benar.
b. Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas
2. Rekonsiliasi saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir, yang
bisa dibuat dalam 2 bentuk:
c. Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas (4 kolom)
d. Laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk menunjukkan
saldo yang benar (8 kolom).
4. Prosedur rekonsiliasi
Terdapat tahap-tahap dalam membuat rekonsiliası bank Berikut ini
adalah pos-pos yang tersaji dalam rekonsiliasi bank Pos-pos itulah yang
menyebabkan perbedaan-perbedaan antara saldo bank dan saldo
pembukuan. Tahap-tahap penyusunan rekonsiliasi Bank:
1. Mulailah dengan saldo yang tercantum dalam laporan bank dan dalam
rekening Kas perusahaan (saldo per buku)
2. Tambahkan atau kurangkan pada saldo per bank, hal-hal yang
tercantum pada pembukuan perusahaan tetapi tak tercantum dalam
laporan bank.

14
3. Tambahkan setoran dalam perjalanan pada saldo per bank
4. Kurangkan cek dalam perjalanan dari saldo per bank
5. Tambahkan atau kurangkan pada saldo per buku, hal-hal yg tercantum
dalam laporan bank tetapi tak tercantum dalam pembukuan perusahaan
6. Tambahkan pada saldo per buku:
a. penerimaan kas langsung melalui bank
b. pendapatan bunga atas saldo giro di bank
7. Kurangkan pada saldo per buku
a. biaya administrasi bank
b. biaya pencetakan cek
c. pengurangan yg telah dilakukan oleh bank lainnya (misal
pengurangan krn adanya pengambilan cek kosong atau cek yg telah
lewat waktu)
8. Hitunglah saldo per bank dan saldo per buku yg telah disesuaikan, saldo
keduanya harus sama.
9. Buatlah jurnal untuk setiap hal yang tercantum pada butir 3. yaitu hal
yang tercantum pada sisi per buku dalam rekonsiliasi bank.
10. Perbaiki semua kesalahan pembukuan perusahaan, & sampaikan
pemberitahuan ke bank jika bank melakukan kesalahan.
5. Sisi bank dari rekonsiliasi
Pos-pos yang ada dalam sisi Bank adalah:
1. Setoran dalam perjalanan (deposits in transit atau Outstanding deposits)
Anda telah mencatat setoran tersebut, tetapi bank belum mencatatnya.
Tambahkan setoran dalam perjalanan itu.
2. Cek vang beredar (Outstanding cheks). Anda telah mencatat cek-cek
tersebut, tetapi bank belum membayaranya. Kurangi cek yang beredar.
3. Kesalahan Bank (Bank Errors). Mengoreksi semua kesalahan bank
pada sisi bank dari rekonsiliasi.
6. Sisi pembukuan dari rekonsiliasi
Pos-pos yang disajikan dalam sisi pembukuan adalah:

15
1. Penagihan melalui bank (bank collections). Penagihan melalui bank
adalah penerimaan kas yang telah dicatat bank dalam rekening anda.
Namun anda belum mencatat penerimaan kas tersebut.
2. Transfer dana elektroniks (elektronic funds transfer). Bank mungkin
menerima atau membayar kas atas nama anda. EFT mungkin berupa
penerimaan kas atau pembayaran kas. Tambahkan penerimaan melalui
EFT dan kurangi prmbayaran melalui EFT.
3. Penerimaan kas melalui bank yang belum diketahui ole perusahaan
(misalnya inkaso bank). Inkaso adalah sebuah layanan bank untuk
penagihan pembayaran atas surat/document berharga kepada pihak
ketiga di tempat atau kota lain di dalam negeri.
4. Beban Jasa (service charge). Pembayaran kas in merupakan fee bank
karena telah memproses transaks anda. Kurangi beban jasa.
5. Pendapatan bunga atas rekening (interest revenue on your checking
account). anda memperoleh bunga jika anda menyimpan sejumlah kas
di rekening anda. Laporan bank memberi tahu anda tentang penerimaan
kas ini. Tamabhkan pendapatn bunga.
6. Cek kosong (nonsufficient fund (NSF) cheks) adalah penerimaan kas
anda sebelumnya tidak memiliki nilai. Cek kosong diperlukan sebagai
pembayaran kas rekonsiliasi bank anda. Kurangi cek kosong.
7. Biaya pencetakan cek (cost of printed cheks) Kas ini ditangani seperti
beban jasa. Kurangi biaya ini.
8. Kesalahan pembukaan (Book errors). Mengoreksi semua kesalahan
pembukaan pada sisi pembukaan dari rekonsiliasi.7
F. Contoh Kasus dan Penyelesaiannya
1. Contoh kasus
Misalkan PT Nusantara memiliki rekening giro di Bank ABC. Pada akhir
bulan Januari PT Nusantara menerima laporan dari Bank ABC yang berisi
informasi mengenai saldo awal bulan, penambahan dan pengurangan yang telah
dilakukan bank selama bulan Januari 2011 atas rekening giro PT ABC, dan saldo

7
Lantip Susilowati, Merakit Neraca Akuntansi, (Jakarta Timur: Alim’s Publishing, 2019)
hlm. 21–26

16
per 31 Januari 2011. Menurut laporan bank tersebut, saldo giro PT Nusantara
per 31 Januari 2011 adalah Rp5.388.480,00. Menurut pembukuan PT Nusantara,
saldo rekening giro di Bank ABC adalah Rp3.294.210,00. Setelah dilakukan
pembandingan sesuai dengan prosedur yang telah diuraikan di atas, ditemukan
hal-hal sebagai berikut:
1. Setoran tanggal 30 Januari 2011 sebesar Rp1.591.630,00 tidak tercantum
dalam laporan bank.
2. Bank telah melakukan kesalahan pembukuan, yaitu check yang ditarik oleh
PT Antara sebesar Rp100.000,00 (Nomor check 656) telah dikurangkan
pada rekening giro PT Nusantara.
3. Lima lembar check yang ditarik pada akhir bulan Januari 2011 dan telah
dicatat dalam jurnal pengeluaran kas oleh PT. Nusantara, belum
dibayar oleh bank:
No. Check Tanggal Jumlah
337 27 Jan Rp. 286.000,00
338 28 Jan Rp. 319.470,00
339 28 Jan Rp. 83.000,00
340 29 Jan Rp. 203.140,00
341 30 Jan Rp. 458.530,00

4. Bank telah menerima pelunasan selembar wesel tagih milik PT. Nusantara
sebesar Rp2.114.000,00 (termasuk di dalamnya pendapatan bunga sebesar
Rp214.000,00). Penerimaan pelunasan wesel ini belum dicatat dalam jurnal
penerimaan kas oleh PT Nusantara.
5. Laporan bank menunjukkan bahwa bank telah memberi bunga pada PT
Nusantara sebesar Rp28.010,00.
6. Check nomor 333 sebesar Rp150.000,00 yang dibayarkan pada PT Bromo
telah dicatat dalam jurnal pengeluaran kas oleh PT Nusantara dengan jumlah
Rp510.000,00, sehingga saldo per buku menjadi terlalu rendah
Rp360.000,00.
7. Biaya administrasi bank bulan Januari adalah Rp14.250,00.

17
8. Laporan bank menunjukkan adanya pengembalian check yang tidak cukup
dananya (check kosong) sebesar Rp52.000,00. Check tersebut berasal dari
PT Rosalina.
Berdasarkan data di atas, PT Nusantara menyusun laporan rekonsiliasi bank
sebagai berikut:
2. Penyelesaian
Contoh laporan rekonsiliasi bank
PT NUSANTARA
Laporan Rekonsiliasi Bank
31 Januari 2011
Per Bank: Per Buku:
Saldo, 31 Januari ...... 5.388.480,00 Saldo, 31 Januari ..... 3.294.210,00
Ditambah: Ditambah:
(1) Setoran dalam (4) Penerimaan
perjalanan, 30 wesel melalui bank,
Januari ...... 1.591.630,00 termasuk bunga
(2) Koreksi wesel Rp214.000,00
kesalahan bank, ..... 2.114.000,00
Check PT Antara
(5) Pendapatan
telah didebet
bunga bank ......... 28.010,00
ke rekening PT
(6) kesalahan
Nusantara .............
100.000,00 pencatatan check
7.080.110,00 No. 333, dibukukan
terlalu tinggi ........ 360.000,00
5.796.220,00
Dikurangi: Dikurangi:
(3) Check dalam (7) Biaya
perjalanan: administrasi bank 14.250,00
No. 337 286.000 14.250,00
No. 338 319.470 (8) Check kosong –
No. 339 83.000 PT Rosalina
No. 340 203.140 52.000,00

18
No. 341 458.530 (66.250,00)
(1.350.140,00)

Saldo per bank Saldo per buku


setelah disesuaikan 5.729.970,00 setelah disesuaikan 5.729.970,00

Jurnal penyesuaian dari rekonsiliasi bank


PT Nusantara harus mencatat setiap hal yang direkonsiliasi untuk menentukan saldo
giro setelah disesuaikan menurut pembukuan perusahaan. Apabila PT Nusantara
tidak menjurnal dan membukukan hal-hal tersebut, maka rekening giro (kas di
bank) tidak akan menunjukkan saldo yang benar. Dengan demikian, berdasarkan
laporan rekonsiliasi bank yang telah disusun di atas, PT Nusantara harus membuat
jurnal penyesuaian sebagai berikut:
a. Penerimaan/penagihan wesel melalui bank
Jurnal penyesuaian ini mencakup tiga akun. Nilai nominal wesel Rp
1.900.000,00 dan bunga wesel Rp 214.000,00, sehingga jumlah penerimaan
kas Rp 2.114.000,00.

Jan Kas................................................... 2.114.000,00


31 Piutang wesel............................... 1.900.000,00
Pendapatan bunga........................ 214.000,00
(untuk mencatat penerimaan wesel
melalui bank)

b. Pendapatan bunga bank


PT Nusantara mencatat penerimaan bunga bank untuk bulan Januari dengan
mengkredit akun Pendapatan Bunga.

Jan Kas ............................................. 28.010,00


31 Pendapatan bunga .................. 28.010,00
(untuk mencatat pendapatan
bunga bank)

19
c. Kesalahan pembukuan check
Jurnal pengeluaran kas menunjukkan bahwa check No. 333 adalah untuk
pembayaran utang kepada PT Bromo (pemasok). Oleh karena check ini dicatat
terlalu tinggi (sehingga saldo giro menjadi terlalu rendah), maka jurnal koreksi
untuk memperbaiki kesalahan adalah sebagai berikut:

Jan Kas.............................................. 360.000,00


31 Utang Usaha........................... 360.000,00
(untuk memperbaiki kesalahan
pencatatan check No. 333)

d. Pembebanan biaya administrasi bank


PT Nusantara mencatat beban administrasi bank bulan Januari ini ke dalam
akun Beban Macam-macam karena jumlahnya relatif kecil.

Jan Beban Macam-macam............... 14.250,00


31 Kas............................................ 14.250,00
(untuk mencatat beban
administrasi bank)

e. Check kosong
Check kosong adalah check yang kurang dananya. Check tersebut diterima PT
Nusantara dari PT Rosalina. Pada waktu check ini diterima, PT Nusantara telah
mendebet akun Kas, dan mengkredit akun Piutang Usaha. Berhubung check ini
kosong, maka check dikembalikan ke PT Rosalina (tidak berlaku) dan PT
Nusantara membuat jurnal sebagai berikut:

Jan Piutang usaha............................ 52.000,00


31 Kas.......................................... 52.000,00

20
(untuk mencatat pembatalan
penerimaan check kosong dari
PT Rosalina)

Setelah PT Nusantara membukukan ayat-ayat jurnal penyesuaian di atas , maka


akun Kas (atau akun Kas di Bank) akan telihat seperti berikut:

Kas di Bank
Jan 31 Saldo 3.294.210,00 Jan 31 14.250,00
31 2.114.000,00 Jan 31 52.000,00
31 28.010,00
31 360.000,00
Jan 31 Saldo 5.729.970,00

Jurnal apakah yang harus dibuat oleh bank? Apabila dalam proses pembuatan
rekonsiliasi bank, perusahaan menemukan kesalahan yang dibuat oleh bank,
perusahaan harus memberitahukan penemuan tersebut kepada bank, dan
selanjutnya bank akan melakukan koreksi yang diperlukan dalam
pembukuannya. Bank tidak perlu membuat penyesuaian untuk setoran dalam
perjalanan dan check dalam perjalanan, karena bank dengan sendirinya akan
mencatat setoran dan check tersebut ketika setoran maupun check tiba dibank.8

8
AI.Haryono Jusup, Dasar Dasar Akuntansi..., hlm. 47–50

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengendalian interen merupakan suatu sistem dan prosedur yang digunakan
oleh suatu perusahaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu menyusun
laporan keuangan yang akurat dan mendorong kepatuhan terhadap kebijakan dan
peraturan yang telah ditetapkan.
Komponen pengendalian interen (internal control) meliputi semua
perencanaan dari suatu organisasi dan semua metode serta prosedur yang
diterapkan oleh manajemen dalam rangka untuk menjaga harta perusahaan dari
pencurian oleh karyawan, perampokan, serta penggunaan yang tidak diotorisasi
dan meningkatkan akurasi dan kepercayaan dari catatan akuntansi dengan cara
mengurangi risiko kesalahan (error) dan iregularitas (irregularities) dalam proses
akuntansi yang dilakukan.
Dalam hal pengeluaran kas salah satu praktik pengendalian intern yang baik
adalah mewajibkan bendahara perusahaan untuk melakukan pengeluaran kas
dengan menggunakan cek kecuali untuk pengeluaran yang berjumlah kecil atau
tidak praktis jika dibayar dengan cek.
Apabila prinsip-prinsip pengendalian intern diterapkan perusahaan dengan
baik maka sebagian besar kas nilai perusahaan tidak berada di perusahaan
melainkan tersimpan dengan aman di bank kas yang berada di perusahaan
hanyalah kas kecil yang jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan khas
milik perusahaan yang disimpan di bank. Sebagian besar perusahaan
menciptakan pengendalian khusus untuk kas yaitu dengan menyimpan kas
dalam rekening bank dimana dokumen yang digunakan untuk mengendalikan
rekening bank salah satunya dengan menggunakan sistem rekonsiliasi bank.
Rekonsiliasi bank adalah daftar transaksi dan jumlahnya yang menyebabkan
saldo kas yang dilaporkan pada laporan bank berbeda dengan saldo kas pada
pembukuan perusahaan. Perbandingan ini dilakukan dengan cara debit rekening
kas dibandingkan dengan kredit catatan bank yang bisa dilihat laporan bank
kolom penerimaan, dan kredit rekening kas dibandingkan dengan debit catatan
bank yang bisa dilihat dari laporan bank kolom pengeluaran.

22
B. Saran
Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis
sadar bahwasannya kepenulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca agar dalam pembuatan makalah berikutnya
dapat menjadi lebih baik lagi.

23
DAFTAR RUJUKAN

Bakar, Abu dan Wibowo. 2008. Akuntansi Keuangan Dasar 1. Jakarta: Cikal
Sakti.
Jusup, Haryono AI. 2019. Dasar-dasar Akuntansi Jilid 2. Yogyakarta: Bagian
Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Sumarsan, Thomas. 2011. Akuntansi Dasar dan Aplikasi dalam Bisnis. Jakarta
Barat: Permata Puri Media.
Susilowati, Lantip. 2019. Merakit Neraca Akuntansi. Jakarta Timur: Alim’s
Publishing.

24

Anda mungkin juga menyukai