PUSAT LABA
Dosen Pengampuh: Iwan Sebe SE, M. Si
Disusun Oleh
Kelompok 2 :
1. Mutiara Nisra Mahulette (02272111150)
2. Dian Wardani (02272111159)
3. Nabila Y Ahmad (02272111147)
4. Rismawati Terrang (02272111160)
5. Dina Puspita Slamet (02272111141)
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................... 2
1.3 Tujuaan ........................................................................... 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut sifat input dan/ atau output moneter yang diukur untuk tujuan
pengendalian, pusat pertanggungjawaban digolongkan menjadi empat jenis
yaitu pusat pendapatan, pusat biaya, pusat laba dan pusat investasi (Anthony dan
Govindarajan, 2005:175). Manajer pusat pendapatan hanya bertanggungjawab
1
terhadap semua pendapatan yang didapatkan oleh perusahaan. Manajer pusat
biaya hanya bertanggungjawab terhadap beban yang dikeluarkan oleh
perusahaan. Manajer pusat laba bertanggungjawab terhadap laba yang
dihasilkan perusahaan, termasuk pendapatan dan beban dari perusahaan. Oleh
sebab itu, penilaian terhadap kinerja manajer pusat pendapatan, pusat biaya dan
pusat laba sangatlah penting untuk dilakuan. Penilaian kinerja adalah proses
evaluasi atau kegiatan untuk menilai kesuksesan atau kegagalan seorang manajer
pusat pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas, wewenang dan
tanggungjawab yang telah diberikan kepadanya (Sukarno, 2008:207).
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1) Membebankan biaya dari produk yang dijual melalui harga
transfer dengancara membuat Trade Off Pendapatan atau Biaya
yang optimal.
2) arga transfer dibebankan kepada pusat laba berdasarkan biaya
standar,memisakan kinerja biaya pemasaran terhadap biaya
manufaktur, hal ini berpengaruh terhadap perubahan efisiensi di
luar kendali manajer pemasaran.
3) Unit-unit fungsional pendukung (support) sebagai pusat laba, hal
ini meliputiunit-unit pemeliharaan, teknologi informasi,
transportasi, tekhnik, konsultan,dan layanan yang dapat
dijadikan pusat laba. Caranya yaitu:
a) Membebankan biaya dari layanan yang diberikan dan
menutupnya dari pendapatan atas layanan yang
diberikan baik kepada internal dana eksternal.
b) Manajer organisasi unit ini termotivasi untuk
mengendalikan biayan agar pelanggannya tidak
meninggalkan, di samping itu konsument ermotivasi
untuk membuat keputusan pakai jasa yang diterima
telahsesuai dengan harganya. Organisasi lainnya sebagai
pusat laba meliputi organisasi cabang pada area
geografis tertentu yang manajernya tidak mempunyai
tanggung jawab manufaktur atau pembelian dan
profitabilitasnya merupakan satu-satunya ukuran
kinerjanya. Contohnya:Toko-toko rantai ritel, restaurant
cepat saji (fast food) dan hotel-hotel padarantai hotel.
Unit Usaha Sebagai Pusat Laba
Hampir semua unit bisnis diciptakan sebagai pusat laba karena manajer yang
bertanggung jawab atas unit tersebut memiliki kendali atas perkembangan
produk, proses produksi, dan pemasaran. Para manajer tersebut berperan
untukmempengaruhi pendapatan dan beban sedemikian rupa sehingga dapat
dianggap bertanggung jawab atas laba bersih. Meskipun demikian wewenang
seorang manajer dapat dibatasi dengan berbagai cara, yang sebaiknya
dicerminkan dalam desain dan operasi pusat laba.Hal utama yang harus
dipertimbangkan adalah adanya batasan atas wewenang manajer unit bisnis.
Batasan dapat muncul dari unit bisnis lain maupun darimanajemen korporat.
1. Batasan dari unit lain
Salah satu masalah utama terjadi ketika suatu unit bisnis harus berurusan
denganunit bisnis lain. Batasan dari unit bisnis lain akan semakin tidak
terlihat apabila keputusan produk, keputusan pemasaran dan keputusan
perolehan dilakukan olehsatu unit bisnis, disamping itu terdapat sinergi
antar unit bisnis. Jia seorangmanajer unit bisnis mengendalikan ketiga
aktivitas tersebut, biasanya tidak akan ada kesulitan dalam melaksanakan
tanggung jawab laba dan mengukur kinerja.Pada umumnya semakin
4
terintegrasi suatu perusahaan maka akan semakin sulit melakukan
tanggung jawab pusat laba tunggal untuk ketiga aktivitas tersebutdalam
lini produk yang ada.
5
standar untuk mengukurmanajer pusat laba berdasarkan profitabilitasnya
akan memberikan evaluasiterhadap trade off yang dibuat.
2. Manufaktur
Aktivitas manufaktur biasanya merupakan pusat beban, dimana
manajemen dinilai berdasarkan kinerja versus biaya standard anggaran
overhead. Tetapi, ukuran inidapat menimbulkan masalah, karena ukuran
tersebut tidak mengindikasikansejauh mana kinerja manajemen atas
seluruh aspek dari pekerjaannya. Dalam halini diharapkan manajer
membuat keputusan terpisah atas aktivitas pengendalianmutu,
penjadwalan produk ataupun keputusan membuat atau membeli.
Selisihantara harga jual produk dengan estimasi biaya pemasaran
merupakan pertimbangan utama meskipun hanya merupakan laba semu.
4. Organisasi lainnya
Yang dimaksud dengan organisasi lainnya dalam hal ini adalah kantor
cabang.Suatu perusahaan dengan operasi cabang yang bertanggung
jawab atas pemasaran produk di wilayah geografis tertentu seringkali
menjadi pusat laba secara alamiah.
6
i) Untuk meningkatkan kinerja bersaing karena outputnya siap pakai atau
jelas, dan sangat responsif terhadap tekanan.
7
Manajer pusat pertanggungjawaban tidak hanya dinilai sebatas pada
pendapatandan biaya yang dapat dikendalikan saja akan tetapi juga
meliputi pendapatan dan biaya dari alokasi. Pengukuran kinerja ekonomi
ini menekankan pada prestasimanajer pusat pertanggungjawaban sebagai
suatu kesatuan ekonomi. Laporan inidilakukan dalam frekuensi yang
lebih jarang dibandingkan dengan pengukuran prestasi manajemen.
b. Laba Langsung
Laba langsung divisi dihitung dnegan cara mengurangkan
pendapatan divisidengan semua biaya yang langsung terjadi dalam
divisi yang bersangkutan, tanpa memperhatikan terkendali atau
tidak, variabel maupun tetap. Dalam konsep labaini tidak
memperhatikan alokasi biaya oleh kantor pusat. Konsep ini cocok
untu kmenilai profitabilitas suatu divisi dalam jangka panjang.
Dalam jangka Panjang divisi dapat menghasilkan laba langsung
sebagai bentuk kontribusi suatu divisikepada perusahaan secara
keseluruhan. Laba yang diukur dengan konsep ini tidak
mencerminkan prestasi manajer divisi dan prestasi ekonomi divisi.
8
dialokasikan,selama biaya tersebut memang dapat dikendalikan
oleh divisi atau pusat laba yang bersangkutan. Misalnya biaya
pelatihan biasanya dialokasikan ke divisi atau pusat laba. Biaya
pelatihan tersebut dapat merupakan biaya terkendali apabiladivisi
atau pusat laba memiliki wewenang untuk menentukan jumlah
kaaaryawanyang dikirim untuk mengikuti pelatihan.
Pendapatan
Dalam beberapa kasus dua atau lebih pusat laba dapat berpartisipasi dalam
suatuusaha penjualan yang sukses. Idealnya, setiap pusat laba harus
diberikan nilaiyang sesuai atas bagiannya dalam transaksi tersebut
Pertimbangan Manajemen
9
Jika para manajer dapat mempengaruhi jumlah pajak yang dibayarkan oleh
unit mereka, maka mereka harus dinilai berdasarkan penghasilan unit setelah
pajak dan pos-pos yang jelas tidak dipengaruhi harus dieliminasi, seperti
fluktuasi dalamnilai tukar mata uang.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
12