Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

"PUSAT LABA"

Disusun Oleh :

Elfi Mei Munawaroh


(191016162201018)

Dosen Pengampu :

FAUZAN, S. E, M. Si

FAKULTAS EKONOMI PRODI AKUNTANSI


UNIVERSITAS MUARA BUNGO
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul PUSAT LABA ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Fauzan, S. E., M.Si. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik namun penulis
pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan sebagai manusia biasa. Oleh
karena itu jika di dapati adanya kesalahan kesalahan baik dari segi teknik penulisan maupun
dari segi isi maka kami memohon maaf dan kritik serta saran dari dosen pengajar bahkan
semua pembaca sangat di harapkan.

Muara Bungo, 14 Mei 2022


Penulis,

Elfi Mei Munawaroh


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................
C. Tujuan...............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pusat Laba....................................................................................


B. Pusat Laba dalam Pengendalian Manajamen..............................................
C. Unit Usaha Sebagai Pusat Laba.....................................................................
D. Pusat Laba Lainnya.........................................................................................
E. Mengukur Profitabilitas..................................................................................

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN................................................................................................
B. SARAN..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laba perusahaan dalam hal ini dapat dilakukan dijadikan sebagai ukuran dari
efisiensi dan efektifitas dalam sebuah unit kerja dikarenakan tujuan utama dari
pendirian perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu, laba suatu
perusahaan khususnya pada pusat laba atau unit usaha yang menjadikan laba
sebagai tujuan utamanya merupakan alat yang baik untuk mengukur prestasi
pimpinan atau manajer atau dengan kata lain efisiensi dan efektifitas dari
perusahaan dapat dilihat dari laba yang diraih unit tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana suatu pusat laba dijadikan sebagai unit kerja yang digunakan dalam
pengukuran besarnya laba perusahaan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pusat laba dan penjelasannya.
BAB II

PEMBAHASAN

Pengukuran laba dalam suatu pusat laba melibatkan penilaian berkaitan dengan bagaimana
pendapatan dan pengeluaran diukur. Dalam hal pendapatan, pilihan metode pengakuan
pendapatan sangatlah penting. Dalam hal pengeluaran, pengukuran dapat bervariasi mulai
dari biaya veriabel yang dikeluarkan pusat laba sampai overhead korporat yang di alokasikan
penuh, termasuk pajak penghasilan. Penilaian-penilaian yang berhubungan dengan
pengukuran pendapatan dan biaya-biaya harus dipertimbangkan tidak hanya berdasarkan
pertimbangan perilaku. Kuncinya adalah memasukan beban dan pendapatan laporan manajer
pusat laba yang dipengaruhi oleh tindakan manajer tersebut, bahkan jika tidak secara penuh.

A. Pengertian Pusat Laba

Pusat laba (profit center) merupakan pusat pertanggungjawaban yang memiliki kewenangan
untuk mengendalikan biaya-biaya dan menghasilkan pendapatan tetapi tidak memiliki
kewenangan untuk mengambil keputusan tentang investasi. Pusat laba hanya
bertanggungjawab terhadap tingkat laba yang harus dicapai. Misalnya: pimpinan anak
perusahaan atau manajer divisi yang tidak diberi hak untuk mengambil keputusan tentang
investasi. Laba merupakan ukuran kinerja yang berguna karena laba memungkinkan
manajemen senior untuk dapat menggunakan satu indicator yg komprehensif, dibandingkan
jika harus menggunakan beberapa indicator.

Banyak keputusan manajemen melibatkan usulan untuk meningkatkan beban dengan harapan
bahwa hal itu akan menghasilkan peningkatan yang lebih besar dalam peningkatan penjualan
keputusan semacam ini disebut sebagai pertimbangan biaya/pendapatan (expense/revenue
trade-off). Tambahan beban iklan adalah salah satu contohnya. Untuk dapat mendelegasikan
keputusan trade-off semacam ini dengan aman ke tingkat manajer yang lebih rendah, maka
ada dua kondisi yang harus dipenuhi.
1) Manajer harus memiliki akses ke informasi relevan yang dibutuhkan dalam membuat
keputusan serupa.
2) Harus ada semacam cara untuk mengukur efektifitasnya suatu trade-off yang dibuat oleh
manajer.
Langkah utama dalam membuat pusat laba adalah menentukan titik terendah dalam organisasi
dimana kedua kondisi diatas terpenuhi.

Seluruh pusat tanggung jawab diibaratkan sebagai suatu kesatuan rangkaian yang mulai dari
pusat tanggung jawab yang sangat jelas merupakan pusat laba sampai pusat tanggung jawab
yang bukan merupakan pusat laba. Manajemen harus memutuskan apakah keuntungan dari
delegasi tanggung jawab laba akan dapat menutupi kerugiannya, sebagaimana dibahas
berikut ini. Seperti halnya pilihan-pilihan desain system pengendalian manajemen, dalam ini
tidak ada batasan-batasan yang jelas.
B. Pusat Laba Dalam Sistem Pengendalian Manajemen

1. Pusat Laba
Pusat laba merupakan pusat pertanggungjawaban dimana kinerja finansialnya diukur dalam
ruang lingkup laba, yaitu selisih antara pendapatan dan pengeluaran. Laba merupakan ukuran
kinerja yang berguna karena laba memungkinkan pihak manajemen senior dapat
menggunakan satu indikator yang komprehensif dibandingkan harus menggunakan beberapa
indikator.

Keberadaan suatu pusat laba akan relevan ketika perencanaan dan pengendalian laba mengaku
kepada pengukuran unit masukan dan keluaran dari pusat laba yang bersangkutan.
a. Manfaat pusat laba yaitu :
1) Keputusan operasional dapat dilakukan lebih cepat karena tidak
memerlukanpertimbangandarikantorpusat.
2) Kualitas keputusan cenderung lebih baik, karena dilakukan oleh orang yang benar-benar
mengerti tentang keputusan tersebut.
3) Manajemen kantor pusat bebas dari urusan operasional rutin dan bias lebih focus pada
keputusan yang lebih luas.
4) Kesadaran laba (Profit Consciousness) lebih meningkat pada manajer pusat laba,karena ukuran
prestasinya adalah laba.
5) Pengukuran prestasi pusat laba lebih luas daripada hanya pengukuran pada pusat pendapatan
dan pusat biaya yang terpisah.
6) Manajer pusat laba lebih bebas berkreasi.
7) Dapat difungsikan sebagai pusat atau sarana pelatihan yang handal, karena pusat laba hampir
sama dengan satu perusahaan yang independen.
8) Memudahkan kantor pusat untuk memperoleh informasi profitabilitas dari komponen produk-
produk perusahaan.
9) Untuk meningkatkan kinerja bersaing karena outputnya siap pakai atau jelas, dan sangat
responsif terhadap tekanan.
10) Kesulitan dengan pusat laba yaitu:
a) Manajemen kantor pusat kehilangan kendali menegenai keputusan yang telah didelegasikan.
b) Manajer pusat laba cenderung hanya memperhatikan laba jangka pendek.
c) Organisasi yang pada awalnya bekerja sama antara fungsi satu dengan lainnya menjadi saling
bersaing.
d) Terdapat kemungkinan peningkatan perbedaan pendapat dalam pengambilan keputusan yang
dapat menimbulkan pertentangan antar pusat pertanggungjawaban.
e) Tidak ada yang menjamin bahwa divisionalisasi pada masing-masing pusat laba akan
menjamin peningkatan laba perusahaan menjadi lebih optimal.
f) Kualitas pengambilan keputusan oleh manajer divisi mungkin bisa lebih jelek daripada
manajer puncak.
g) Menimbulkan terjadinya tambahan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan manajerial divisi.
h) Kompetensi general manajer seringkali menjadi tidak diperlukan.
i) Bentuk – bentuk pusat laba yaitu :
 Unit bisnis (divisi) sebagai pusat laba, manajernya bertanggungjawab dan mempunyai
kebijakan serta kendali terhadap pengembangan produk, proses produksi dan pemasaran serta
perolehan produk, sehingga ia dapat mempengaruhi pendapatan dan biaya yang berakibat
terhadap laba bersihnya. Proses tersebut menciptakan unit usaha yang bertanggungjawab
terhadap manufaktur dan pemasaran suatu produk.
Unit-unit fungsional sebagai pusat laba, pada perusahaan multibisnis setiap unit diperlakukan
sebagai penghasil laba yang independen, tetapi bisa saja terorganisasi dalam bentuk
fungsional, misalnya: Pemasaran, Manufaktur, dan Jasa. Misalnya, fungsional pemasaran
dimana aktifitas pemasaran dijadikan sebagai pusat laba dengan cara :
 Membebankan biaya dari produk yang dijual melalui harga transfer dengan cara membuat
Trade Off Pendapatan atau Biaya yang optimal.
 Harga transfer dibebankan kepada pusat laba berdasarkan biaya standar, memisakan kinerja
biaya pemasaran terhadap biaya manufaktur, hal ini berpengaruh terhadap perubahan
efisiensi di luar kendali manajer pemasaran.

b. Kelemahan pusat laba adalah:


1) Manajemen kantor pusat kehilangan kendali menegenai keputusan yang telah didelegasikan.
2) Manajer pusat laba cenderung hanya memperhatikan laba jangka pendek.
3) Organisasi yang pada awalnya bekerja sama antara fungsi satu dengan lainnya menjadi saling
bersaing.
4) Terdapat kemungkinan peningkatan perbedaan pendapat dalam pengambilan keputusan yang
dapat menimbulkan pertentangan antar pusat pertanggungjawaban.
5) Tidak ada yang menjamin bahwa divisionalisasi pada masing-masing pusat laba akan
menjamin peningkatan laba perusahaan menjadi lebih optimal.
6) Kualitas pengambilan keputusan oleh manajer divisi mungkin bisa lebih jelek daripada
manajer puncak.
7) Menimbulkan terjadinya tambahan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan manajerial divisi.
8) Kompetensi general manajer seringkali menjadi tidak diperlukan.
c. Unit-unit fungsioanl pendukung (support) sebagai pusat laba, hal ini meliputi unit-unit
pemeliharaan, teknologi informasi, transportasi, tekhnik, konsultan, dan layanan yang dapat
dijadikan pusat laba. Caranya yaitu :
1) Membebankan biaya dari layanan yang diberikan dan menutupnya dari pendapatan atas
layanan yang diberikan baik kepada internal dan eksternal.
2) Manajer organisasi unit ini termotivasi untuk mengendalikan biayanya agar pelanggannya
tidak meninggalkan, di samping itu konsumen termotivasi untuk membuat keputusan pakah
jasa yang diterima telah sesuai dengan harganya.

Organisasi lainnya sebagai pusat laba meliputi organisasi cabang pada area geografis tertentu
yang manajernya tidak mempunyai tanggung jawab manufaktur atau pembelian dan
profitabilitasnya merupakan satu-satunya ukuran kinerjanya. Contohnya: Toko-toko rantai
ritel, restaurant cepat saji (fast food) dan hotel-hotel pada rantai hotel.

d. Bentuk – Bentuk Pusat Laba


1) Unit bisnis (divisi) sebagai pusat laba, manajernya bertanggungjawab dan mempunyai
kebijakan serta kendali terhadap pengembangan produk, proses produksi dan pemasaran serta
perolehan produk, sehingga ia dapat mempengaruhi pendapatan dan biaya yang berakibat
terhadap laba bersihnya. Proses tersebut menciptakan unit usaha yang bertanggungjawab
terhadap manufaktur dan pemasaran suatu produk.
2) Unit-unit fungsional sebagai pusat laba, pada perusahaan multibisnis setiap unit diperlakukan
sebagai penghasil laba yang independen, tetapi bisa saja terorganisasi dalam bentuk
fungsional, misalnya: Pemasaran, Manufaktur, dan Jasa. Misalnya, fungsional pemasaran
dimana aktifitas pemasaran dijadikan sebagai pusat laba dengan cara:
1) Membebankan biaya dari produk yang dijual melalui harga transfer dengan cara membuat
Trade Off Pendapatan atau Biaya yang optimal.
2) Harga transfer dibebankan kepada pusat laba berdasarkan biaya standar, memisakan kinerja
biaya pemasaran terhadap biaya manufaktur, hal ini berpengaruh terhadap perubahan
efisiensi di luar kendali manajer pemasaran.
3) Unit-unit fungsioanl pendukung (support) sebagai pusat laba, hal ini meliputi unit-unit
pemeliharaan, teknologi informasi, transportasi, tekhnik, konsultan, dan layanan yang dapat
dijadikan pusat laba.
Caranya yaitu:
a) Membebankan biaya dari layanan yang diberikan dan menutupnya dari pendapatan atas
layanan yang diberikan baik kepada internal dan eksternal.
b) Manajer organisasi unit ini termotivasi untuk mengendalikan biayanya agar pelanggannya
tidak meninggalkan, di samping itu konsumen termotivasi untuk membuat keputusan pakah
jasa yang diterima telah sesuai dengan harganya.
Organisasi lainnya sebagai pusat laba meliputi organisasi cabang pada area geografis tertentu
yang manajernya tidak mempunyai tanggung jawab manufaktur atau pembelian dan
profitabilitasnya merupakan satu-satunya ukuran kinerjanya. Contohnya: Toko-toko rantai
ritel, restaurant cepat saji (fast food) dan hotel-hotel pada rantai hotel.
e. Jenis-Jenis Pengukuran Pusat Laba
1) Margin kontribusi, yaitu selisih (spread) antara pendapatan dan biaya variabel. Hal ini
Disebabkan karena biaya variabel berada dalam kendali manajer tersebut,sedangkan biaya
tetap diluar kendalinya.
2) Laba langsung adalah margin kontribusi dikurangi biaya tetap pada pusat laba. Ini merupakan
gabungan seluruh pengeluaran pusat laba atau dapat ditelusuri langsung ke pusat laba. Oleh
sebab itu, pengeluaran di kantor pusat tidak termasuk dalam perhitungan ini.
3) Laba yang dapat dikendalikan, yaitu laba langsung dikurangi beban biaya korporat yang dapat
dikendalikan oleh manajer pusat laba. Contoh biaya yang dapat dikendalikan oleh manajer
unit bisnis ini misalnya Biaya Layanan Teknologi Informasi
4) Laba sebelum pajak, yaitu laba yang dapat dikendalikan dikurangi beban-beban korporat
lainnya.
5) Laba bersih, yaitu laba yang diperoleh setelah dikurangi oleh kewajiban-kewajiban pajak.

C. Unit Usaha Sebagai Pusat Laba

Hampir semua unit bisnis diciptakan sebagai pusat laba karena manajer yang bertanggung jawab
atas unit tersebut memiliki kendali atas perkembangan produk, proses produksi, dan
pemasaran. Para manajer tersebut berperan untuk mempengaruhi pendapatan dan beban
sedemikian rupa sehingga dapat dianggap bertanggung jawab atas laba bersih. Meskipun
demikian wewenang seorang manajer dapat dibatasi dengan berbagai cara, yang sebaiknya
dicerminkan dalam desain dan operasi pusat laba.

Hal utama yang harus dipertimbangkan adalah adanya batasan atas wewenang manajer unit
bisnis. Batasan dapat muncul dari unit bisnis lain maupun dari manajemen korporat.

1. Batasan Dari Unit Bisnis Lain


Salah satu masalah utama terjadi ketika suatu unit bisnis harus berurusan dengan unit bisnis lain.
Batasan dari unit bisnis lain akan semakin tidak terlihat apabila keputusan produk, keputusan
pemasaran dan keputusan perolehan dilakukan oleh satu unit bisnis, disamping itu terdapat
sinergi antar unit bisnis. Jia seorang manajer unit bisnis mengendalikan ketiga aktivitas
tersebut, biasanya tidak akan ada kesulitan dalam melaksanakan tanggung jawab laba dan
mengukur kinerja. Pada umumnya semakin terintegrasi suatu perusahaan maka akan semakin
sulit melakukan tanggung jawab pusat laba tunggal untuk ketiga aktivitas tersebut dalam lini
produk yang ada.
2. Batasan dari manajemen korporat
Batasan dari manajemen korporat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu batasan-batasan yang
timbul dari: pertimbangan-pertimbangan strategis, karena adanya keseragaman dan dari nilai
ekonomis sentralisasi.Hampir semua perusahaan mempertahankan beberapa keputusan
terutama keputusan financial, pada tingkat korporat, setidaknya untuk aktivitas domestic.
Akibatnya, salah satu batasan utama atas unit bisnis berasal dari pengendalian korporat
terhadap investasi baru. Unit bisnis yang ada harus bersaing satu sama lain untuk
mendapatkan bagian dari dana yang tersedia.

3. Batasan Atas Wewenang Unit Bisnis


Untuk memahami sepenuhnya manfaat dari konsep pusat laba, manajer unit bisnis akan memiliki
otonomi seperti presiden dari suatu perusahaan independen. Dalam pratik sehari-hari,
otonomi semacam ini tidak pernah ada. Jika suatu perusahaan dibagi menjadi unit-unit yang
sepenuhnya independen, maka perusahaan tersebut akan kehilangan manfaat dari sinergi dan
ukuran yang ada. Lebih jauh lagi, jika semua wewenang yang diberikan olehdewan direksi
kepada CEO didelegasikan ke manajer unit bisnis, maka berarti bahwa manajemen senior
melepaskan tanggung jawabnya sendiri. Akibatnya, struktur unit bisnis mencerminkan trade-
off antara otonomi unit bisnis dan batasan perusahaan. Efektivitasnya suatu organisasi unit
bisnis sangat bergantung pada hal tesebut.

D. Pusat Laba Lainnya

Perusahaan multibisnis biasanya terbagi ke dalam unit-unit bisnis dimana setiap unit
diperlakukan sebagai unit penghasil laba yang independen. Tetapi subunit yang ada dalam
unit bisnis tersebut dapat saja terorganisir secara fungsional misal aktivitas operasi
pemasaran, manufaktur, dan jasa yang dijadikan sebagai pusat laba. Tidak ada prinsip-prinsip
tertentu yang menyatakan bahwa unit tertentu yang merupakan pusat laba sementara dan
yang lainnya bukan.

1. Pemasaran
Aktivitas pemasaran dapat dijadikan sebagai pusat laba dengan membebankan biaya dari produk
yang terjual. Harga transfer ini memberikan informasi yang relevan kepada manajer
pemasaran dalam membuat trade off pendapatan/pengeluaran yang optimal, dan praktek
standar untuk mengukur manajer pusat laba berdasarkan profitabilitasnya akan memberikan
evaluasi terhadap trade off yang dibuat.

2. Manufaktur
Aktivitas manufaktur biasanya merupakan pusat beban, dimana manajemen dinilai berdasarkan
kinerja versus biaya standard anggaran overhead. Tetapi, ukuran ini dapat menimbulkan
masalah, karena ukuran tersebut tidak mengindikasikan sejauh mana kinerja manajemen atas
seluruh aspek dari pekerjaannya. Dalam hal ini diharapkan manajer membuat keputusan
terpisah atas aktivitas pengendalian mutu, penjadwalan produk ataupun keputusan membuat
atau membeli. Selisih antara harga jual produk dengan estimasi biaya pemasaran merupakan
pertimbangan utama meskipun hanya merupakan laba semu.

3. Unit pendukung dan pelayanan


Unit Pendukung Pelayanan (pemeliharaan, TI, transportasi, teknik, konsultan, layanan konsumen
dan aktivitas pendukung). Beban yang digunakan merupakan pertimbangan utama, jadi
manajer harus mampu menentukan biaya pelayanan yang ekonomis meskipun berasal dari
pemasok luar.

4. Organisasi lainnya
Yang dimaksud dengan organisasi lainnya dalam hal ini adalah kantor cabang. Suatu perusahaan
dengan operasi cabang yang bertanggung jawab atas pemasaran produk di wilayah geografis
tertentu seringkali menjadi pusat laba secara alamiah.

E. Mengukur Profitabilitas

Terdapat dua jenis pengukuran profitabilitas yang digunakan dalam mengevaluasi suatu pusat
laba, sama halnya seperti mengevaluasi perusahaan secara keseluruhan. Pertama adalah
pengukuran kinerja manajemen, yang memiliki fokus pada bagaimana hasil kerja para
manajer. Pengukuran ini digunakan untuk (planning) koordinasi (coordinating), dan
prngendalian (controlling), kegiatan sehari – hari dari pusat laba dan sebagai alat untuk
memberikan motivasi yang tepat bagi para manajer. Yang kedua adalah ukuran kinerja
ekonomis, yang memiliki fokus pada bagaimana kinerja pusat laba sebagai suatu entitas
ekonomi. Maksud dari kedua ukuran diatas berbeda satu sama lain.

1. Jenis Jenis Ukuran Kinerja


Kinerja ekonomis suatu pusat laba selalu diukur dari laba bersih (yaitu, pendapatan yang tersisa
setelah seluruh biaya, termasuk porsi yang pantas untuk overhead korporat, dialokasikan
kepusat laba). Meskipun demikian kinerja manejer pusat laba dapat di evaluasi berdasarkan
lima ukuran profitabilitas:
a. Margin Kontribusi
Margin kontribusi ( contribution margin) menunjukan rentang (spread) antara pendapatan dengan
beban variabel. Alasan utama mengapa ini digunakan sebagai alat pengukur kinerja manajer
pusat laba adalah bahwa karena beban tetap (fixed expense) berada diluar kendali tersebut,
sehingga para manajer harus memusatkan perhatian untuk memaksimalkan margin
kontribusi.
b. Laba Langsung
Laba langsung (direct profit) mencerminkan kontribusi pusat laba terhadap overhead umum dan
laba perusahaan. Ukuran cross creepy.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pusat laba merupakan pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajemennya diukur


berdasarkan laba yang diperoleh. seluruh pusat tanggung jawab diibaratkan sebagai
suatukesatuan rangkaian yang mulai dari pusat tanggung jawab yang sangat jelas.
Manajemen harus memutuskan apakah keuntungan dari delegasi tanggung jawab laba
akan dapat menutupi kerugiannya, sebagaimana dibahas berikut ini. Seperti halnya
pilihan-pilihan desain system pengendaian manajemen, dalam ini tidak ada batasan-
batasan yang jelas.

B. Saran

Penulis menyadari adanya kekurangan dari makalah ini. Sehingga perlu saran dan kritikan
dari para pembaca untuk membangun kesempurnaan dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/24444808/makalah_pusat_laba

https://ekonomi.bunghatta.ac.id/index.php/id/artikel/597-sistem-pengendalian-manajemen-
pusat-laba

Anda mungkin juga menyukai