Anda di halaman 1dari 57

BAB XIII

PENILAIAN KINERJA DENGAN


HARGA TRANSFER
A. AKUNTANSI PERTANGGUNG
JAWABAN
• Pada umumnya suatu perusahaan diorganisasikan dengan
menggunakan garis-garis hubungan pertanggungjawaban.
Suatu struktur organisasi konvensional biasanya berbentuk
piramida, menunjukkan pendelegasian wewenang yang
mengalir dari manajemen puncak ke bawah melalui wakil
direktur kemudian kepada manajer menengah dan manajer
yang lebih bawah. Bentuk struktur organisasi dipengaruhi
oleh ukuran organisasi.
• Terdapat hubungan kuat antara struktur organisasi dengan
sistem akuntansi pertanggungjawaban. Idealnya, sistem
akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan dan
mendukung struktur organisasi.
PUSAT PERTANGGUNG
JAWABAN
• Sejalan dengan pertumbuhan perusahaan, manajemen
puncak menciptakan bidang-bidang pertanggungjawaban
yang disebut pusat-pusat pertanggungjawaban dan
menugasi manajer-manajer bawahannya untuk mengelola
bidang-bidang tersebut.
• Suatu pusat pertanggungjawaban (responsibility center)
adalah suatu bagian bisnis yang manajernya bertanggung
jawab terhadap sejumlah aktivitas.
• Suatu pusat pertanggungjawaban adalah suatu unit yang
dikepalai oleh seorang manajer, misalnya, departemen
pemasaran dikepalai oleh seorang manajer pemasaran
yang bertanggung jawab terhadap sejumlah aktivitas
pemasaran.
• Terdapat empat jenis pusat pertanggungjawaban yang
meliputi:
1. pusat biaya (expense center) yaitu suatu pusat
pertanggungjawaban yang manajernya bertanggung
jawab hanya terhadap biaya;
2. pusat pendapatan (revenue center) adalah suatu pusat
pertanggungjawaban yang manajernya bertanggung
jawab hanya terhadap pendapatan;
3. pusat laba (profit center) yaitu suatu pusat
pertanggungjawaban yang manajernya bertanggung
jawab terhadap pendapatan maupun biaya;
4. pusat investasi (investment center) adalah suatu pusat
pertanggungjawaban yang manajernya bertanggung
jawab terhadap biaya, pendapatan, dan investasi.
Jenis Pusat Pertanggungjawaban dan Informasi
Akuntansi yang Digunakan untuk Mengukur Kinerja
PUSAT BIAYA
• Pusat biaya (cost center) adalah suatu pusat pertanggungjawaban
yang manajernya mempunyai pengaruh yang memadai terhadap
timbulnya biaya.
• Manajer departemen produksi mempunyai wewenang dan
bertanggung jawab atas aktivitas produksi.
• Manajer departemen produksi mampu mengendalikan biaya
produksi, tetapi tidak mempunyai wewenang terhadap penentuan
harga dan keputusan-keputusan aktivitas pemasaran.
Terdapat dua macam pusat biaya sebagai berikut.
1. Pusat biaya teknik (engineered expense center). Pusat
biaya yang antara input dan output-nya dapat
membentuk suatu hubungan yang optimal, misalnya
departemen produksi.
2. Pusat biaya kebijakan (discretionary expense center).
Pusat biaya yang antara input dan output-nya tidak
dapat membentuk suatu hubungan yang optimal,
misalnya departemen penelitian dan pengembangan.
PUSAT PENDAPATAN
• Dari aspek kemampuan pendelegasian wewenang, pusat
pendapatan (revenue center) adalah pusat pertanggungjawaban
yang manajernya mempunyai pengaruh yang memadai terhadap
timbulnya pendapatan.

• Sedangkan dari aspek hubungan antara input dan output, pusat


pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban yang hubungan
antara input (biaya) dan output-nya (pendapatan) tidak memenuhi
konsep penandingan (matching), atau bukan merupakan hubungan
sebab-akibat, misalnya departemen pemasaran.
• Departemen pemasaran bukan merupakan pusat laba
karena penandingan pendapatan dan biaya dalam
departemen pemasaran tidak memenuhi konsep
penandingan, atau bukan merupakan hubungan sebab
dan akibat.
• Kinerja manajer departemen pemasaran diukur
berdasarkan kemampuannya dalam menghasilkan
penjualan dan dalam mengendalikan biaya pemasaran
PUSAT LABA
• Pusat laba (profit center) adalah pusat pertanggungjawaban
yang manajernya mempunyai pengaruh memadai terhadap
timbulnya pendapatan dan biaya untuk menghasilkan
pendapatan tersebut (memenuhi konsep penandingan).
Kinerja manajer pusat laba diukur berdasarkan laba yang
diperoleh.

• Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang hubungan


antara input (biaya) dan output-nya (pendapatan) mempunyai
hubungan sebab-akibat. Misalnya, unit-unit bisnis yang
manajernya mempunyai wewenang memadai terhadap
timbulnya pendapatan dan biaya yang memenuhi konsep
penandingan
• Berikut terdapat dua macam ukuran untuk mengukur kemampuan
menghasilkan laba suatu pusat laba.
1. Ukuran kinerja manajemen, yaitu ukuran yang berfokus pada sebaik apa
yang dikerjakan manajer. Ukuran ini digunakan untuk perencanaan,
pengoordinasian, dan pengendalian aktivitas pusat laba, dan sebagai alat
untuk memotivasi yang tepat bagi manajer.
2. Ukuran kinerja ekonomi, yaitu ukuran yang berfokus pada seberapa baik
apa yang dikerjakan oleh pusat laba sebagai suatu entitas ekonomi. .

• Untuk tujuan pengukuran kinerja di atas, berikut ini terdapat lima


alternatif ukuran profitabilitas yang berbeda.
1. Margin kontribusi, yaitu kelebihan pendapatan total di atas biaya
variabel total suatu divisi.
2. Laba langsung, yaitu kelebihan pendapatan total di atas biaya langsung
total suatu divisi.
3. Laba yang dapat dikendalikan, yaitu kelebihan pendapatan total di atas
biaya langsung total suatu divisi dan alokasi biaya dari kantor pusat.
4. Laba sebelum pajak penghasilan.
5. Laba bersih atau laba setelah pajak penghasilan.
PUSAT INVESTASI
• Pusat investasi (investment center) adalah
pusat pertanggungjawaban yang manajernya
mempunyai pengaruh memadai terhadap
timbulnya laba dan investasi untuk
menghasilkan laba tersebut, misalnya unit-unit
bisnis. Unit bisnis yang merupakan pusat
investasi adalah unit bisnis yang manajernya
mempunyai wewenang terhadap timbulnya
investasi.
DIVISIONALISASI
• Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang kinerja
keuangannya diukur dengan laba. Pusat laba terjadi karena proses
divisionalisasi. Divisionalisasi merupakan suatu proses
pendelegasian wewenang dalam bidang produksi dan pemasaran
produk tertentu kepada suatu pusat pertanggungjawaban atau
proses pembentukan divisi atau pusat laba.
• Sebelum keputusan pendelegasian pertanggungjawaban laba
dibuat, dua kondisi yang harus ada adalah:
1. manajemen seharusnya mempunyai informasi relevan dalam
penentuan laba;
2. terdapat beberapa cara untuk mengukur keefektifan manajer
dalam menghasilkan laba.
• Pembentukan pusat-pusat laba atau divisionalisasi dapat memberikan
beberapa keuntungan. Berikut ini keuntungan divisionalisasi.
1. Kecepatan pembuatan keputusan operasional semakin meningkat
karena banyak keputusan yang tidak mengacu ke kantor pusat.
2. Kualitas keputusan pada tingkat unit bisnis semakin meningkat karena
dibuat oleh manajer unit bisnis yang lebih dekat dengan masalah
pembuatan keputusan yang bersangkutan.
3. Kesadaran terhadap laba semakin meningkat.
4. Pengukuran kinerja dapat diperluas, tidak hanya mengukur efisiensi
biaya atau perolehan pendapatan saja, tetapi juga pengukuran
kemampuan menghasilkan laba.
5. Manajer unit bisnis lebih bebas dalam menggunakan imajinasi dan
inisiatif mereka.
6. Suatu unit bisnis menyediakan tempat pelatihan yang baik untuk
manajemen umum.
7. Jika suatu perusahaan mempunyai strategi diversifikasi, struktur unit
bisnis memudahkan penggunaan bakat dan keahlian yang berbeda
dalam tipe bisnis yang berbeda.
8. Divisionalisasi menyediakan informasi mengenai komponen profitabilitas
perusahaan kepada manajemen tingkat atas.
9. Unit bisnis didorong untuk memperbaiki kinerja.
• Selain memberikan manfaat, pembentukan pusat-pusat laba atau
divisionalisasi juga dapat menimbulkan masalah sebagai berikut.
1. Semakin meningkatnya keputusan desentralisasi mengakibatkan
manajemen tingkat atas kehilangan beberapa jenis pengendalian.
2. Manajer unit bisnis yang kompeten mungkin tidak tersedia dalam suatu
organisasi fungsional.
3. Unit-unit bisnis organisasi yang sebelumnya saling bekerja sama sebagai
unit fungsional mungkin sekarang saling bersaing satu dengan yang lain.
4. Friksi semakin meningkat di antara unit-unit bisnis terutama jika mereka
saling berhubungan satu dengan yang lain.
5. Terdapat kemungkinan unit bisnis terlalu menekankan pada profitabilitas
jangka pendek dan mengabaikan profitabilitas jangka panjang.
6. Tidak ada sistem yang dapat menjamin bahwa optimalisasi yang
dilakukan oleh setiap unit bisnis akan mengoptimalkan laba perusahaan
secara keseluruhan.
7. Jika kantor pusat lebih mampu memperoleh atau mempunyai informasi
yang lebih baik daripada kebanyakan unit bisnis, maka kualitas beberapa
keputusan unit bisnis mungkin berkurang.
8. Divisionalisasi akan menyebabkan biaya tambahan karena divisionalisasi
membutuhkan manajemen, staf, dan pembukuan tambahan.
B. PENGUKURAN KINERJA PUSAT
INVESTASI
• Pengukuran kinerja pusat investasi dilakukan
dengan menghubungkan laba yang dihasilkan
dengan aset yang digunakan untuk
menghasilkan laba tersebut. Terdapat dua
ukuran untuk menilai kinerja pusat investasi,
yaitu return on investment (ROI) dan residual
income (RI).
Return on Investment
• Imbal hasil atas investasi (return on investment—ROI)
mengukur kemampuan untuk menghasilkan laba dari
penggunaan sejumlah tertentu investasi. ROI adalah suatu
rasio dengan pembilang laba yang dilaporkan dalam laporan
laba rugi dan penyebutnya adalah investasi atau aset yang
digunakan. ROI merupakan ukuran kinerja umum suatu pusat
investasi. ROI menghubungkan laba operasi dengan aset yang
digunakan untuk menghasilkan laba operasi. ROI dirumuskan
berikut ini.
• Laba operasi menunjukkan laba sebelum biaya bunga
dan pajak penghasilan. Aset operasi adalah semua
aset yang diperlukan untuk menghasilkan laba
operasi, antara lain meliputi kas, piutang, persediaan,
tanah, gedung, dan peralatan. Aset operasi rata-rata
dapat dihitung dengan cara berikut ini.
• Contoh:
• Perusahaan Omega Theta mempunyai dua pusat
investasi. Divisi omega mempunyai laba operasi
Rp20.000.000 dan aset operasi rata-rata
Rp100.000.000, maka ROI divisi omega adalah 20%
(Rp20.000.000/Rp100.000.000). Divisi theta
mempunyai laba operasi Rp15.000.000 dan aset
operasi rata-rata Rp50.000.000, maka ROI divisi theta
30% (Rp15.000.000/Rp50.000.000). Apabila kinerja
pusat investasi diukur berdasarkan ROI, maka kinerja
divisi theta lebih baik daripada divisi omega.

• Rumus ROI dapat digunakan dengan mudah dan cepat.
Penguraian rumus ROI menjadi rasio margin laba
operasi (operating profit margin) dan rasio perputaran
aset operasi (operating assets turnover) akan
memberikan informasi tambahan yang bermanfaat.
Margin Laba Operasi dan Perputaran
Aset Operasi
• Rumus kedua ROI adalah perkalian antara rasio margin laba
operasi dengan rasio perputaran aset operasi sebagai
berikut ini.

• Misalnya, jika divisi omega mempunyai penjualan bersih


Rp40.000.000, maka margin laba operasi adalah 25%
(Rp20.000.000/Rp80.000.000) dan rasio perputaran aset
operasi adalah 0,8 (Rp80.000.000/Rp100.000.000).
Perbandingan ROI Divisi
• Margin laba operasi adalah rasio laba operasi
terhadap penjualan bersih. Margin laba operasi
mengukur bagian penjualan bersih yang tersisa
untuk biaya bunga, pajak penghasilan, dan laba
bersih.
• aset operasi rata-rata adalah rasio yang
menghubungkan penjualan bersih dengan aset
operasi rata-rata.
• Rasio ini menunjukkan produktivitas aset operasi
rata-rata dalam menghasilkan penjualan bersih.
Kelebihan Penggunaan ROI
• Terdapat tiga kelebihan penggunaan ROI.
1. ROI mendorong manajer untuk berfokus
pada hubungan di antara penjualan, biaya,
dan investasi, sebagaimana layaknya seorang
manajer pusat investasi.
2. ROI mendorong manajer untuk berfokus
pada efisiensi biaya.
3. ROI mendorong manajer untuk berfokus
pada efisiensi aset operasi.
Kelemahan Penggunaan ROI
• Penekanan yang berlebihan terhadap ROI dapat
menimbulkan perilaku myopic. Manajer lebih berfokus
pada pencapaian ROI divisi yang tinggi, tetapi
merugikan kepentingan perusahaan secara
keseluruhan. Terdapat dua kelemahan penggunaan ROI
sebagai ukuran kinerja pusat investasi, yaitu:
1. ROI dapat menyebabkan manajer berfokus pada
profitabilitas divisi yang merugikan profitabilitas
perusahaan secara keseluruhan;
2. ROI dapat mendorong manajer berfokus pada
kepentingan jangka pendek dengan mengorbankan
kepentingan jangka panjang.
• Contoh:
• Divisi perakitan mempunyai peluang melakukan investasi dalam dua
proyek pada tahun yang akan datang, yaitu proyek A dan proyek B
dengan karakteristik sebagai berikut.

• Pada tahun ini divisi perakitan mempunyai ROI sebesar 19 persen


dengan menggunakan aset operasi Rp80.000.000 yang
menghasilkan laba operasi Rp15.200.000. Divisi perakitan telah
mendapat otorisasi untuk melakukan investasi baru maksimal
sebesar Rp60.000.000. Apabila dana tersebut tidak digunakan oleh
divisi, maka akan digunakan oleh kantor pusat. Kantor pusat
mensyaratkan semua investasi yang dilakukan paling tidak
memberikan return sebesar 10 persen, sama dengan biaya modal
yang diperlukan.
• Analisis terhadap proyek investasi tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan total
maupun pendekatan inkremental.
• Kedua pendekatan tersebut dapat diterapkan terhadap
pengukuran kinerja pusat investasi dengan
menggunakan pendekatan ROI maupun RI.
• Pendekatan total menggunakan semua investasi dan
laba operasi yang digunakan oleh divisi untuk
membuat keputusan, sedangkan pendekatan
inkremental hanya menggunakan investasi tambahan
dan laba operasi tambahan yang akan diperoleh divisi
untuk membuat keputusan.
• Berdasarkan hasil analisis yang disajika, manajer divisi
perakitan memilih alternatif IV, yaitu tidak melakukan
investasi dalam proyek A maupun B karena ketiga
alternatif yang lain akan menurunkan ROI divisinya
(ketiga alternatif yang lain mempunyai ROI yang lebih
rendah dari ROI divisi 19 persen). Keputusan ini
merugikan perusahaan secara keseluruhan karena ROI
proyek A sebesar 14% (Rp4.200.000/Rp30.000.000),
maupun ROI proyek B sebesar 15%
(Rp3.750.000/Rp25.000.000) lebih besar daripada
return yang disyaratkan atau biaya modal sebesar 10
persen.
Residual Income
• Untuk mengatasi akibat negatif penggunaan ROI sebagai
ukuran kinerja yang dapat mengurangi investasi tambahan
yang menguntungkan perusahaan, tetapi mengurangi ROI
divisi, maka residual income dapat digunakan sebagai ukuran
kinerja pusat investasi.
• Laba residu (residual income —RI) adalah jumlah rupiah—
bukannya suatu rasio—yang dihitung dengan mengurangkan
beban modal dari laba operasi bersih. Beban modal dihitung
dari aset yang digunakan dengan suatu rate of return
tertentu, biasanya sebesar biaya modal.
Kelebihan Residual Income
• Dengan menggunakan data sebelumnya, manajer
divisi perakitan akan menolak proyek A maupun
proyek B karena akan menurunkan ROI divisinya,
padahal proyek A maupun proyek B mampu
memberikan residual income Rp1.200.000 dan
Rp1.250.000 dengan perhitungan berikut ini.
• Berdasarkan data yang telah disajikan sebelumnya diatas ini
menyajikan perhitungan RI dengan pendekatan total
maupun inkremental.
• Berdasarkan hasil analisis yang disajikan dalam dibawah ini,
manajer divisi perakitan memilih alternatif III, yaitu
melakukan investasi dalam proyek A maupun B karena
memberikan kenaikan RI tertinggi sebesar Rp2.450.000
(dari Rp7.200.000 menjadi Rp9.650.000).
• Berdasarkan hasil analisis yang disajikan dalam Peraga
diatas, manajer divisi perakitan akan memilih alternatif III,
yaitu melakukan investasi dalam proyek A maupun B
karena memberikan kenaikan RI tertinggi sebesar
Rp2.450.000 (dari total RI divisi Rp7.200.000 menjadi
Rp9.650.000).
Kelemahan Residual Income
• Masalah dalam penggunaan residual income sebagai ukuran
kinerja adalah bahwa residual income merupakan suatu
ukuran absolut profitabilitas. Jadi, perbandingan langsung
kinerja dua pusat investasi yang berbeda adalah sulit karena
besaran investasi yang berbeda. Misalnya, berikut ini contoh
perhitungan residual income untuk divisi perakitan dan divisi
komponen dengan rate of return minimum 8 persen.
Perbandingan ROI dengan RI
• ROI mempunyai beberapa kelebihan sebagai pengukur
kinerja suatu pusat investasi. Kelebihan penggunaan
ROI adalah:
1. ROI merupakan ukuran yang komprehensif (lengkap)
karena apa saja yang memengaruhi laporan keuangan
dicerminkan dalam rasio ROI;
2. ROI lebih mudah dihitung dan dipahami;
3. ROI merupakan suatu denominator umum yang
diterapkan terhadap unit yang bertanggung jawab
terhadap investasi, tanpa ada masalah mengenai
ukuran atau jenis bisnisnya dalam praktik
• RI mempunyai beberapa kelebihan daripada ROI untuk
pengukuran kinerja suatu pusat investasi. Kelebihan RI
terhadap ROI meliputi:
1. adanya RI, semua unit bisnis mempunyai tujuan laba
yang sama untuk investasi yang sebanding. ROI dapat
memberikan insentif yang berbeda terhadap investasi
di antara unit-unit bisnis.
2. keputusan yang meningkatkan ROI suatu pusat
investasi mungkin menurunkan laba keseluruhan.
3. jika menggunakan RI, maka dapat diterapkan tingkat
bunga atau biaya modal yang berbeda untuk tipe aset
yang berbeda.
C. PENENTUAN HARGA TRANSFER
• Harga transfer (transfer price) adalah harga barang atau
jasa yang ditransfer di antara pusat-pusat
pertanggungjawaban.
• Masalah penentuan harga transfer berhubungan
penentuan harga transfer di antara pusat-pusat laba
(dalam arti sempit) atau di antara pusat-pusat
pertanggungjawaban (dalam arti luas).
• Masalah harga transfer yang dibahas di sini adalah
masalah penentuan harga transfer di antara pusat-
pusat laba. Konflik terjadi di antara manajer pusat laba
penjual dengan manajer pusat laba pembeli.
• Sistem penentuan harga transfer seharusnya dirancang
untuk mencapai beberapa tujuan sebagai berikut.
1. Evaluasi kinerja secara akurat. Sistem harus mampu
memberikan informasi relevan yang diperlukan oleh
setiap pusat laba untuk menentukan trade-off
optimum antara pendapatan dan biaya.
2. Keselarasan tujuan. Sistem harus mendorong
keputusan yang goal congcruence, yaitu bahwa sistem
seharusnya dirancang agar keputusan yang
memperbaiki laba unit bisnis juga akan memperbaiki
laba perusahaan secara keseluruhan.
3. Pemeliharaan otonomi pusat laba. Manajemen
puncak seharusnya tidak mengintervensi kebebasan
pembuatan keputusan oleh manajer pusat-pusat laba.
4. Mudah dipahami. Sistem seharusnya sederhana untuk
dipahami dan mudah diadministrasikan.
Harga Pasar sebagai Harga Transfer
• Prinsip fundamental penentuan harga transfer
adalah bahwa harga transfer seharusnya sama
dengan harga yang dibebankan jika produk
dijual kepada pelanggan di luar perusahaan
atau membeli dari pemasok dari luar
perusahaan. Dengan demikian, harga pasar
merupakan harga transfer yang ideal.
Harga Kompetitif sebagai Harga
Transfer
• Apabila tidak ada perusahaan yang membeli atau menjual produk di
luar perusahaan (tidak ada harga pasar), maka harga kompetitif
dapat dibentuk dengan menggunakan salah satu di antara empat
cara berikut ini.
1. Jika tersedia harga pasar terpublikasi untuk produk yang identik,
informasi tersebut dapat digunakan untuk menentukan harga
transfer.
2. Harga pasar mungkin dibentuk dengan memberikan tawaran
menjual kepada atau membeli produk dari pihak luar.
3. Jika pusat laba penjual menjual produk yang mirip ke pasar luar,
harga produk yang mirip tersebut dapat direplikasi untuk
menentukan suatu harga kompetitif.
4. Jika pusat laba pembeli membeli produk yang mirip dari pasar
luar, harga produk yang mirip tersebut dapat direplikasi untuk
menentukan suatu harga kompetitif.
Harga Transfer Berdasarkan Biaya
Jika harga kompetitif tidak tersedia, harga
transfer mungkin dirancang berdasarkan biaya
plus laba. Berikut dua keputusan yang harus
dibuat dalam sistem harga transfer berdasarkan
biaya.
1. Bagaimana menentukan dasar biaya?
2. Bagaimana menghitung markup laba?
• Dasar Biaya. Dasar biaya yang biasa digunakan adalah
biaya standar. Biaya sesungguhnya tidak digunakan
karena ketidakefisienan produksi dalam pusat laba
penjual akan ditransfer ke pusat laba pembeli. Jika
biaya standar digunakan, terdapat kebutuhan untuk
memberikan insentif untuk merancang standar yang
ketat dan untuk memperbaiki standar.
• Markup laba. Dalam menghitung markup laba,
terdapat dua keputusan sebagai berikut.
• 1. Apa yang digunakan sebagai dasar markup laba?
• 2. Berapa tingkat laba yang dibolehkan?
Dasar markup laba dapat menggunakan suatu persentase
dari biaya atau persentase dari investasi. Tingkat laba
yang dibolehkan seharusnya adalah perkiraan terbaik
terhadap rate of return yang akan dihasilkan, seandainya
unit bisnis adalah perusahaan independen yang menjual
kepada pelanggan di luar.
Penentuan Harga Transfer Jika
Terdapat Kapasitas Menganggur
• Apabila terdapat kapasitas menganggur di divisi penjual
dan kapasitas menganggur cukup untuk memenuhi
kebutuhan divisi pembeli, maka tambahan biaya yang
terjadi di divisi penjual adalah biaya variabel saja. Dalam
situasi ini harga transfer terendah adalah sebesar biaya
variabel per unit di divisi penjual. Harga transfer tertinggi
adalah sebesar harga pasar produk yang ditransfer.
• Jika harga transfer ditetapkan sebesar biaya variabel per
unit, maka semua keuntungan transfer produk dari divisi
penjual kepada divisi pembeli dinikmati oleh divisi pembeli
saja. Sebaliknya, jika harga transfer ditetapkan sebesar
harga pasar, maka seluruh manfaat transfer produk hanya
dinikmati oleh divisi penjual saja.
Pendekatan Biaya Kesempatan untuk
Penentuan Harga Transfer
• Pendekatan biaya kesempatan
mempertimbangkan sudut pandang pusat
laba penjual maupun pusat laba pembeli.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pendekatan
ini mengidentifikasi harga transfer minimum
yang divisi penjual berharap akan menerima,
dan harga transfer maksimum yang divisi
pembeli bersedia untuk membayar.
• Berikut ini penentuan harga transfer minimum dan
maksimum.
1. Harga transfer minimum adalah harga transfer yang
tidak akan menimbulkan kerugian bagi divisi penjual
apabila mentransfer produknya ke divisi lain dalam
perusahaan, dan bukannya menjual kepada pihak
eksternal.
2. Harga transfer maksimum adalah harga transfer yang
tidak akan menimbulkan kerugian bagi divisi pembeli
apabila membeli produk dari divisi lain dalam
perusahaan, dan bukannya membeli dari pihak
eksternal.
• Contoh:
• PT ABC mempunyai dua divisi, yaitu divisi
pabrikasi dan divisi perakitan. Divisi pabrikasi
memproduksi komponen A1, sedangkan divisi
perakitan membutuhkan komponen A1 untuk
memproduksi produk B1. Berikut ini data
biaya produksi per unit komponen A1 di divisi
pabrikasi.
• Kapasitas produksi divisi pabrikasi adalah
10.000 unit. Harga jual komponen A1 di pasar
luar Rp7.000 per unit, tidak termasuk biaya
pengiriman. Divisi perakitan dapat membeli
komponen A1 dari pasar luar sebanyak 2.000
unit. Biaya produksi produk B1 sebesar
Rp10.000 per unit (termasuk biaya produk A1)
dengan harga jual Rp15.000. Divisi pabrikasi
memproduksi dan menjual produk A1 ke pasar
di luar perusahaan sebanyak 7.000 unit.
• Data tersebut di atas menunjukkan terdapat kapasitas
menganggur di divisi pabrikasi (divisi penjual) sebesar 3.000
unit (10.000 unit – 7.000 unit), yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan divisi perakitan (divisi pembeli)
sebesar 2.000 unit, sehingga tambahan biaya yang terjadi di
divisi penjual (divisi pabrikasi) hanya sebesar biaya variabel.
Dalam situasi semacam ini harga transfer minimum sebesar
biaya variabel tambahan di divisi penjual yaitu Rp3.500
(meliputi biaya bahan baku Rp2.000, biaya tenaga kerja
langsung Rp1.000, dan biaya overhead pabrik variabel
Rp500), sedangkan harga transfer maksimum sebesar
Rp7.000 (harga pasar). Harga transfer yang adil adalah
Rp5.250 {Rp3.500 + [(Rp7.000 – Rp3.500)/2]}.
• Berikut ini disajikan pembagian margin laba
atau penghematan biaya jika harga transfer
sebesar Rp3.500.
• Jika harga transfer sebesar Rp3.500 per unit, maka
semua pengematan biaya dari pemanfaatan kapasitas
menganggur dinikmati oleh divisi perakitan sebesar
Rp7.000.000, sedangkan divisi pabrikasi tidak
memperoleh apapun. Harga transfer sebesar Rp3.500
akan mendorong manajer divisi pabrikasi menolak
untuk mentransfer komponen kepada divisi perakitan
karena laba divisi pabrikasi tidak bertambah. Apabila
divisi pabrikasi menolak untuk mentransfer komponen
ke divisi perakitan, maka PT ABC akan kehilangan
peluang untuk melakukan penghematan biaya sebesar
Rp7.000.000.
• Berikut ini disajikan pembagian margin laba
atau penghematan biaya jika harga transfer
sebesar Rp7.000.
• Apabila harga transfer sebesar Rp7.000 per unit,
seluruh penghematan biaya dari pemanfaatan
kapasitas menganggur dinikmati oleh divisi pabrikasi
sebesar Rp7.000.000, sedangkan divisi perakitan tidak
memperoleh apapun. Bagi divisi perakitan, apakah
membeli komponen dari luar atau dari dalam (divisi
pabrikasi) akan memberikan hasil yang sama? Harga
transfer sebesar Rp7.000 akan mendorong manajer
divisi perakitan menolak untuk membeli komponen
dari divisi pabrikasi karena laba divisi perakitan tidak
bertambah. Jika divisi perakitan tidak bersedia
membeli komponen dari divisi pabrikasi, maka PT ABC
akan kehilangan peluang untuk melakukan
penghematan biaya sebesar Rp7.000.000, atau
kehilangan peluang untuk memanfaatkan kapasitas
menganggur di divisi pabrikasi.
• Berikut ini disajikan pembagian margin laba
atau penghematan biaya jika harga transfer
sebesar Rp5.250.
• Jika harga transfer sebesar Rp5.250 per unit,
seluruh penghematan biaya dari pemanfaatan
kapasitas menganggur di divisi pabrikasi sebesar
Rp7.000.000 dibagi rata-rata di antara divisi
pabrikasi dan divisi perakitan. Setiap divisi
memperoleh bagian penghematan biaya yang
sama yaitu Rp3.500.000, sehingga transfer
komponen dari divisi pabrikasi kepada divisi
perakitan dapat dilaksanakan, dan perusahaan
secara keseluruhan memperoleh penghematan
biaya yang berasal dari pemanfaatan kapasitas
menganggur di divisi pabrikasi sebesar
Rp7.000.000.
DAFTAR ISTILAH
1. Divisionalisasi merupakan suatu proses pendelegasian
wewenang dalam bidang produksi dan pemasaran
produk tertentu kepada suatu pusat
pertanggungjawaban, atau proses pembentukan
divisi-divisi atau pusat-pusat laba.
2. Harga transfer adalah masalah harga transfer barang
atau jasa di antara pusat-pusat laba (dalam arti
sempit) atau di antara pusat-pusat
pertanggungjawaban (dalam arti luas).
3. Harga transfer maksimum adalah harga transfer yang
tidak akan menimbulkan kerugian bagi divisi pembeli
apabila membeli produk dari divisi lain dalam
perusahaan, dan bukannya membeli dari pihak
eksternal.
4. Harga transfer minimum adalah harga transfer yang tidak akan
menimbulkan kerugian bagi divisi penjual jika mentransfer
produknya ke divisi lain dalam perusahaan, dan bukannya menjual
kepada pihak eksternal.
5. Margin kontribusi adalah kelebihan pendapatan total di atas biaya
variabel total suatu divisi.
6. Laba langsung adalah kelebihan pendapatan total di atas biaya
langsung total suatu divisi.
7. Laba yang dapat dikendalikan adalah kelebihan pendapatan total
di atas biaya langsung total suatu divisi dan alokasi biaya dari
kantor pusat.
8. Margin laba operasi adalah rasio laba operasi terhadap penjualan
bersih. Margin laba operasi mengukur bagian penjualan bersih
yang tersisa untuk biaya bunga, pajak penghasilan, dan laba
bersih.
9. Perputaran aset operasi rata-rata adalah rasio yang
menghubungkan penjualan bersih dengan aset operasi rata-rata.
Rasio ini menunjukkan produktivitas aset operasi rata-rata dalam
menghasilkan penjualan bersih.
10. Pusat biaya adalah suatu pusat petanggungjawaban yang
manajernya bertanggung jawab hanya terhadap biaya.
11. Pusat biaya kebijakan (discretionary expense center) adalah pusat
biaya yang antara input dan output-nya tidak dapat dibentuk
suatu hubungan yang optimal, misalnya, departemen penelitian
dan pengembangan.
12. Pusat biaya teknik (engineered expense center) adalah pusat biaya
yang antara input dan output-nya dapat dibentuk suatu hubungan
yang optimal, misalnya, departemen produksi.
13. Pusat laba adalah suatu pusat pertanggungjawaban yang
manajernya bertanggung jawab terhadap pendapatan maupun
biaya.
14. Pusat investasi adalah suatu pusat pertanggungjawaban yang
manajernya bertanggung jawab terhadap biaya, pendapatan, dan
investasi.
15. Pusat pendapatan adalah suatu pusat pertanggungjawaban yang
manajernya bertanggung jawab hanya terhadap pendapatan.
16. Pusat pertanggungjawaban adalah suatu bagian bisnis yang
manajernya bertanggungjawab terhadap sejumlah aktivitas.
17. Residual income (RI) adalah jumlah rupiah, bukannya suatu rasio,
yang dihitung dengan mengurangkan beban modal dari laba
operasi bersih. Beban modal dihitung dari aset yang digunakan
dengan suatu rate of return tertentu, biasanya sebesar biaya
modal.
18. Return on investment (ROI) adalah suatu rasio dengan pembilang
laba yang dilaporkan dalam laporan laba rugi dan penyebutnya
adalah investasi atau aset yang digunakan. ROI merupakan ukuran
kinerja umum suatu pusat investasi.
19. Residual return on investment adalah residual income dibagi
dengan aset operasi rata-rata.
20. Ukuran kinerja ekonomi suatu pusat laba adalah ukuran yang
berfokus pada seberapa baik apa yang dikerjakan suatu pusat laba
sebagai suatu entitas ekonomi.
21. Ukuran kinerja manajer pusat laba adalah ukuran yang berfokus
pada sebaik apa yang kinerja yang mampu dihasilkan oleh
manajer pusat laba.

Anda mungkin juga menyukai