Anda di halaman 1dari 63

BAB 8

PERHITUNGAN HARGA
POKOK PROSES
Perbedaan perhitungan harga pokok pesanan dengan
perhitungan harga pokok proses

Keterangan Metode HP. Pesanan Metode HP. Proses

Aplikasi Pada perusahaan yang menghasilkan Pada perusahaan yang


produk bersifat heterogen menghasilkan produk bersifat
homogen
Contoh perusahaan Pembuat perabot, percetakan, kantor Semen, Air Mineral, Soft
akuntan publik, kantor pengacara, Drink, Konveksi dan Furniture,
kantor notaris, hotel (untuk penerbangan, hotel (untuk
perhitungan biaya tamu hotel), dan perhitungan biaya kamar),
rumah sakit (perhitungan biaya dan rumah sakit (untuk
pasien) perhitungan biaya ruang
inap)
Metode pembebanan
biaya produksi ke produk Normal Costing Actual Costing
Waktu Perhitungan harga Setelah produk selesai dikerjakan Pada akhir periode akuntansi
pokok
Objek perhitungan harga Untuk setiap pesanan Untuk setiap proses
pokok
Media pengumpulan Kartu Harga Pokok Pesanan Laporan Harga Pokok
biaya produksi Produksi
HP Per Kg Raw Mix HP Per Kg Klinker

Raw
Raw Mill Kiln Klinker
Mix Cement Mill

Bahan Semen Semen


Karung Packing Curah
Baku

HP Per Sak Semen HP Per Kg Semen Curah

Gambar 8.1 Proses produksi pada Perusahaan Semen dan


Perhitungan Harga Pokok Per Unit
Gambar 8.2
Arus Unit Produksi

Persediaan
BDP Awal Barang Jadi
10.000 ton 40.000 ton

Proses Produksi
60.000 ton

Produk Masuk Persediaan


proses BDP Akhir
50.000 ton 20.000 ton
• Berisikan informasi mengenai
BIAYA perhitungan biaya per unit untuk
DIBEBANKAN masing-masing unsur biaya produksi
dan total

Biaya untuk masing-masing unsur biaya produksi


Biaya per unit = -------------------------------------------------------------------
Unit setara untuk masing-masing unsur biaya produksi

Unit setara adalah perkiraan unit yang dapat selesai selama periode tertentu
Tujuan 3: Perlakuan BDP Awal

Persediaan BDP awal merupakan barang yang sudah diproses pada periode lalu,
tetapi belum selesai sampai dengan akhir periode

Metode Harga Pokok Rata-Rata

Unit Setara = Unit Selesai + [Unit Persediaan BDP Akhir x


Tingkat Penyelesaian]
Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (MPKP)

Unit Setara =
[Unit Persediaan BDP Awal x Tambahan Tingkat Penyelesaian Yang
Diperlukan] + Unit Barang Jadi Dari Proses Periode ini + [Unit Persediaan
BDP Akhir x Tingkat Penyelesaian]
SOAL

• PT Semen andalas memiliki persediaan BDP awal 10.000 ton dengan


tingkat penyelesaian BBB 100%,BTK 50%, dan BOP 40%.
• Produk masuk proses 50.000 ton,
• Barang jadi 40.000 ton,
• Persediaan BDP akhir 20.000 ton dengan tingkat penyelesaian BBB 100%,
BTK 60% dan BOP 30%
• Biaya produksi yang diserap oleh persediaan BDP awal periode lalu dan
biaya produksi periode ini

BDP Awal Periode Ini Total Biaya


BBB Rp3.000.000 Rp15.000.000 Rp18.000.000
BTK 1.200.000 4.000.000 5.200.000
BOP 3.200.000 6.000.000 9.200.000
Total Rp7.400.000 Rp25.000.000 Rp32.400.000

Buatlah laporan harga pokok produksi dengan metode harga pokok rata2 dan MPKP
Jawaban :
a. metode harga pokok rata2
Maka unit setara untuk biaya produksi dihitung:
BBB : 40.000 + 20.000(100%) = 60.000 ton
BTK : 40.000 + 20.000(60%) = 52.000 ton
BOP : 40.000 + 20.000(30%) = 46.000 ton
Tujuan 4: Laporan Harga Pokok Produksi Dengan
Metode Harga Pokok Rata-Rata dan
Metode MPKP

Gambar 8.3 Laporan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Harga Pokok
Rata-Rata

PT Semen Andalas Tbk.


Laporan Harga Pokok Produksi – Metode Harga Pokok Rata-Rata
Bulan Januari 2016

====================================================
Data Produksi:
Persediaan BDP Awal
(BB 100%, BTK 50%, BOP 40%) 10.000 ton
Produk masuk proses 50.000 ton 60.000 ton

Produk selesai dan ditransfer ke gudang 40.000 ton


Persediaan BDP Akhir
(BB 100%, BTK 60%, BOP 30%) 20.000 ton 60.000 ton
Biaya Dibebankan:
Harga Pokok Biaya Unit Harga Pokok
BDP Awal Periode Ini Total Biaya Setara Per Ton
BBB Rp3.000.000 Rp15.000.000 Rp18.000.000 60.000 Rp300
BTK 1.200.000 4.000.000 5.200.000 52.000 100
BOP 3.200.000 6.000.000 9.200.000 46.000 200
Total Rp7.400.000 Rp25.000.000 Rp32.400.000 Rp600

Biaya Diperhitungkan:
Harga pokok barang jadi yang ditransfer ke gudang
40.000 ton x Rp600 Rp24.000.000
Harga pokok BDP akhir (20.000 ton)
- BBB 20.000 (100%) x Rp300 Rp6.000.000
- BTK 20.000 (60%) x Rp100 1.200.000
- BOP 20.000 (30%) x Rp200 1.200.000
8.400.000
Total biaya diperhitungkan Rp32.400.000
===========
Gambar 8.4
Arus Produksi Dengan Metode MPKP

Persediaan
BDP Awal Berasal dari BDP
10.000 ton awal
[Diproses Barang Jadi 10.000 ton
Terlebih 40.000 ton
Dahulu]

Proses Produksi
Berasal dari Produk
60.000 ton
Masuk Proses
Periode ini
Produk Masuk 30.000 ton
proses
50.000 ton Persediaan
[Diproses BDP Akhir
Setelah BDP 20.000 ton
Awal Selesai}
]
Jawaban :
b. metode harga pokok MPKP
Maka unit setara untuk biaya produksi dihitung:
BBB :10.000 (0%) +30.000 + 20.000 (100%) = 50.000 ton
BTK : 10.000 (50%) + 30.000 + 20.000 (60%) = 47.000 ton
BOP : 10.000 (60%) + 30.000 + 20.000 (30%) = 42.000
ton
Gambar 8.5
Laporan Harga Pokok Produksi Dengan MPKP

PT Semen Andalas Tbk.


Laporan Harga Pokok Produksi – Metode MPKP
Bulan Januari 2016
===================================================
Data Produksi:
Persediaan BDP Awal
(BB 100%, BTK 50%, BOP 40%) 10.000 ton
Produk masuk proses 50.000 ton 60.000 ton

Produk selesai dan ditransfer ke gudang 40.000 ton


Persediaan BDP Akhir
(BB 100%, BTK 60%, BOP 30%) 20.000 ton 60.000 ton
Biaya Dibebankan:
Harga Pokok Biaya
Unit Harga Pokok
BDP Awal Periode Ini Total Biaya Setara Per Ton
BBB Rp3.000.000 Rp15.000.000 Rp18.000.000 50.000 Rp300,00
BTK 1.200.000 4.000.000 5.200.000 47.000 85,11
BOP 3.200.000 6.000.000 9.200.000 42.000 142,86
Total Rp7.400.000 Rp25.000.000 Rp32.400.000 Rp527,97
Biaya Diperhitungkan:
Harga pokok produk selesai dari:
BDP awal (10.000 ton):
- Biaya bulan lalu Rp7.400.000
- Tambahan biaya:
BTK: 10.000(50%) x Rp85,11 425.550
BOP: 10.000(60%) x Rp142,86 857.160
Harga pokok produk selesai dari BDP awal Rp8.682.710
Periode berjalan: 30.000 x Rp527,97 15.838.810*)
Harga pokok barang jadi dan ditransfer ke gudang:
40.000 ton @ Rp 613,04 **) Rp 24.521.520
Harga pokok BDP akhir (20.000 ton)
- BBB 20.000 (100%) x Rp300 Rp6.000.000
- BTK 20.000 (60%) x Rp85,11 1.021.320
- BOP 20.000 (30%) x Rp142,86 857.160 7.878.480
Total biaya diperhitungkan Rp32.400.000
==========
Ayat Jurnal
(1) Mencatat biaya produksi selama bulan Januari 2016:
Persediaan BB 15.000.000
B. Gaji dan Upah 4.000.000
BOP 6.000.000
Utang dagang 15.000.000
Utang Gaji dan Upah 4.000.000
Berbagai Akun Dikredit 6.000.000

(2) Mencatat pembebanan biaya produksi ke produk


Persediaan BDP 25.000.000
Persediaan BB 15.000.000
B. Gaji dan Upah 4.000.000
BOP 6.000.000
(3) Mencatat produk selesai dan ditransfer ke gudang (dengan asumsi
menggunakan metode HP rata-rata)
Persediaan Barang Jadi 24.000.000
Persediaan BDP 24.000.000
Gambar 8.6
Arus Biaya Produksi Pada Metode Harga Pokok Proses

Persediaan BBL Persediaan BDP Persediaan Barang Jadi


B. Ssg B. Ssg B. Ssg
B. Ssg B. Ssg B. Ssg
B. Ssg
B. Ssg
B. Gaji dan Upah
HPP
B. Ssg BTKL Ssg
B. Ssg
BOP

B. Ssg B. Sssg
B. Sssg = Biaya sesungguhnya
Tujuan 5: Produk Diolah Melalui Lebih Dari Satu
Departemen Produksi

BBB Gambar 8.7 Proses


BTK Produksi dan Akun
BOP Persediaan Barang
Dalam Proses

Cement Semen
Raw Mill Kiln Packing
Mill Karung

Pers. BDP Pers. BDP Pers. BDP Pers. BDP Pers. Barang
Dept. Raw Mill Dept. Kiln Dept. Cement Mill Dept. Packing Jadi

BBB XX HP XX HP XX HP XX
HP BBB
BTK BBB BBB
BOP BTK BTK BTK
BOP BOP BOP
Tujuan 6: Produk Hilang

• Produk hilang adalah produk


yang menguap, mengkristal, dan
menyusut dalam proses produksi
karena sifat bahannya seperti
gas, garam, dan gula.
Produk • Produk hilang belum menyerap biaya produksi.
Hilang • Produk hilang tidak perlu dihitung harga
Awal pokoknya.
Proses • Bila produk hilang terjadi pada departemen
berikutnya, maka harga pokok per unit dari
departemen sebelumnya perlu disesuaikan (HP
per unit menjadi lebih tinggi karena unit yang
dihasilkan berkurang).
• produk hilang tidak diperhitungkan dalam
formula unit setara.
Gambar 8.8
Produk Hilang Awal proses
Produk
Masuk Barang Jadi
Proses 100 95 unit PROSES
95 unit
unit

Produk
Hilang
5 unit
Produk
Masuk Departemen Barang Jadi
Proses Produksi I 100 unit
100 unit
Hilang
Gambar 8.9 Awal
Produk Hilang Awal Proses Pada 95 unit Proses
Departemen Berikutnya 5 unit

Barang Jadi Departemen


95 unit Produksi II
Unit Hilang • Produk hilang telah menyerap biaya produksi
Akhir Proses • Produk hilang perlu dihitung harga pokoknya
• HP produk hilang dibebankan ke harga pokok
produk selesai
• Produk hilang diperhitungkan dalam formula
unit setara.

Metode HP Rata-Rata:
Unit Setara: Unit Produk Selesai + Unit Produk Hilang Akhir +
[Unit BDP Akhir x Tingkat Penyelesaian]
Metode MPKP:

Unit Setara:
[Unit BDP Awal x Tambahan Tingkat
Penyelesaian diperlukan) + Unit Produk Selesai
Periode Ini + Unit Produk Hilang akhir + [Unit
BDP Akhir x Tingkat Penyelesaian]
Produk
Masuk PROSES Barang Jadi
Proses 100 unit 95 unit
100 unit

Produk
Hilang
5 unit

Gambar 8.10
Produk Hilang Akhir proses
Tujuan 7: Produk Cacat

• Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi


spesifikasi atau standar kualitas dan masih dapat
diperbaiki secara ekonomis.
• Perlakuan biaya pebaikan produk cacat dipengaruhi
oleh penyebab produk cacat itu sendiri, apakah
produk cacat terjadi secara normal atau tidak
normal (abnormal).
1. Jika produk cacat terjadinya bersifat normal
(sulitnya pengerjaan), maka biaya perbaikan
produk cacat akan menambah biaya produksi.
2. Ayat jurnal untuk mencatat biaya perbaikan produk
cacat sbb.:
Persediaan BDP 100.000
Persediaan Bahan Baku 50.000
Biaya Gaji dan Upah 40.000
Biaya Overhead Pabrik 10.000
• Jika produk cacat terjadi tidak bersifat
normal/abnormal, karena keteledoran, maka biaya
perbaikan produk cacat diperlakukan sebaga
Rugi Produk Cacat (Loss on Defective Units)
dilaporkan pada lap. Laba rugi pada bagian beban
lain-lain.
• Ayat jurnal mencatat perbaikan produk cacat
tidak normal:
Rugi Produk Cacat 100.000
Persediaan Bahan Baku 50.000
Biaya Gaji dan Upah 40.000
Biaya Overhead Pabrik 10.000

• Produk cacat yang sudah diperbaiki, menjadi


produk baik.
Tujuan 8: Produk Rusak

• Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi


spesifikasi atau standar kualitas, dan secara ekonomis tidak
mungkin diperbaiki.
• Harga pokok produk rusak perlu dihitung karena sudah
menyerap biaya produksi
• Harga pokok produk rusak yang bersifat normal
diperlakukan sebagai penambah harga poko produk yang
baik
• Harga pokok produk rusak yang bersifat tidak normal
diperlakukan sebagai rugi produk rusak
Metode Rata-rata
Unit Setara =
Unit Produk Selesai + Unit Produk Rusak + [Unit BDP Akhir
x Tingkat Penyelesaian]

Metode MPKP
Unit Setara =
[Unit Persediaan BDP Awal x Tambahan Tingkat
Penyelesaian Diperlukan]+ Unit Produk Jadi
Periode Ini + Produk Rusak + [Unit Persediaan
BDP Akhir x Tingkat Penyelesaian]
Tujuan 9: Tambahan BB pada
Departemen Berikutnya

1. Tambahan bahan baku pada departemen berikutnya


tidak menambah jumlah unit produk yang dihasilkan.
Misalnya, penambahan roda pada kursi. Harga pokok
kursi akan menjadi lebih tinggi.
2. Tambahan bahan baku pada departemen berikutnya
menambah jumlah unit produk yang dihasilkan. Misalnya,
penambahan madu pada Sirup. Harga pokok per unit
dari departemen sebelumnya perlu disesuaikan (menjadi
lebih rendah karena unit dihasilkan bertambah banyak)
Contoh – PT Indofarma

Departemen Departemn
Penggilingan Pengapsulan
Persediaan BDP awal:
BBB 100%, BK 40% 2.000 unit
BBB 100%, BK 50% 1.000 unit
Persediaan BDP akhir:
BBB 100%, BK 60% 1.500 unit
BBB 100%, BK 30% 500 unit
Produk masuk proses 5.000 unit
Tambahan unit karena tambahan bahan baku 500 unit
Produk hilang:
Akhir proses 100 unit
Awal proses 200 unit
Produk cacat (normal) 400 unit -
Produk rusak :
Normal 300 unit
Departemen Departemn
Penggilingan Pengapsulan
Harga pokok BDP awal:
HP dari Dept. Penggilingan 200.000.000
BBB 100.000.000 150.000.000
BK 200.000.000 50.000.000
Biaya produksi periode ini:
BBB 700.000.000 1.000.000.000
BK 800.000.000 600.000.000
Biaya perbaikan produk cacat:
BBB 75.000.000
BK 12.000.000
Gambar 8.11
Laporan Harga Pokok Produksi Untuk Departemen
Penggilingan PT Indofarma Dengan Metode MPKP

Departemen Penggilingan PT Indofarma


Laporan Harga Pokok Produksi - Metode MPKP
Bulan Agustus 2016
===========================================================
Data Produksi
BDP awal (BBB 100%, BK 40%) 2,000
Unit masuk proses 5,000 7,000

Barang jadi (baik) 4,7001)


Barang jadi (cacat normal) 400
Barang jadi dan ditransfer ke Dept. Pengapsulan 5,100
Produk hilang (akhir proses) 100
Produk rusak (normal) 300
BDP akhir (BBB 100%, BK 60%) 1,500 7,000
Biaya Dibebankan
Total Biaya Unit Setara HP Per unit
Biaya bulan lalu:
BDP Awal Rp 300.000.000
Biaya bulan ini:
BBB 775.000.000 5.000 unit 2) Rp 155.000
BK 812.000.000 5.600 unit 3) 145.000
Total Rp 1.887.000.000 Rp 300.000
Biaya Diperhitungkan
Harga pokok BDP awal:
- Biaya bulan lalu Rp300,000.000
- Tambahan biaya untuk menyelesaikan:
BK 2,000 (60%) x Rp145.000 174.000.000
Total harga pokok barang jadi dari BDP awal Rp474.000.000
Harga pokok barang jadi dari proses periode ini:
3,100 x Rp300 .000 930.000.000
Harga pokok produk hilang akhir proses: 100 x Rp300.000 30.000.000
Harga pokok produk rusak normal: 300 x Rp300.000 90.000.000
Harga pokok barang jadi dan ditransfer ke Departemen
Pengapsulan: 5,100 ton @ Rp298.823,53 4) Rp1.524.000.000
Harga pokok BDP akhir (1,500 unit)
- BBB 1,500 (100%) x Rp155.000 Rp232,500.000
- BK 1,500 (60%) x Rp145.000 130.500.000
363.000.000
Total harga pokok diperhitungkan Rp1.887.000.000
===============
Gambar 8.12
Laporan Harga Pokok Produksi Untuk Departemen Pengapsulan PT Indofarma Dengan
Metode MPKP
Departemen Pengapsulan PT Indofarma
Laporan Harga Pokok Produksi - Metode MPKP
Bulan Agustus 2016
========================================================
Data Produksi:
BDP awal (100% BB, 50BK) 1,000
Tambahan produk karena tambahan bahan baku 500
Produk yang diterima dari Departemen Penggilingan 5,100 6,600

Barang jadi dan ditransfer ke gudang 5.800 1)


Produk hilang (awal proses) 200
Produk rusak (tidak normal) 100
BDP akhir (BBB 100%, BK 30%) 500 ,6,600
Biaya Dibebankan
Total Biaya Unit Setara HP Per unit
Biaya bulan lalu:
BDP Awal Rp400.000.000
HP dari Dept. Penggilingan Rp1.524.000.000 5.100 unit Rp298.823,53
Penyesuaian:
Tambahan unit krn tambahan BB 500 unit
Produk hilang awal proses (200 unit)
HP dari Dept. Penggilingan Rp1.524.000.000 5.400 unit Rp282.222,22
Biaya bulan ini:
BBB Rp1.000.000.000 5.400 unit 2) Rp185.185,19
BK 600.000.000 5.550 unit 3) 108.108.11
Total Biaya bulan ini Rp1.600.000.000
Total Rp3.524.000.000 Rp575.515,52
Biaya Diperhitungkan
Harga pokok barang jadi dari BDP awal:
- Biaya bulan lalu Rp400.000.000
- Tambahan biaya untuk menyelesaikan:
BK 1,000 (50%) x 108.108,11 54.054.055
Total harga pokok barang jadi dari BDP awal Rp454.054.055
Harga pokok barang jadi dari periode ini:
4,800 x Rp575.515,52 2,762.474.496
Harga pokok barang jadi yang ditransfer ke gudang:
5,800 units @ Rp554.573,89 6) Rp3.216.528.5262)
Harga pokok produk rusak ( tidak normal): 100 x Rp575.515,52 57.551.552
Harga pokok BDP akhir (500 unit)
- HP dari Dept. Penggilingan
500 x Rp282.222,22 Rp141.111.110
- BBB 500 (100%) x Rp185.185,19 92.592.595
- BK 500 (30%) x Rp108.108,11 16.216.217 249.919.922
Total harga pokok diperhitungkan Rp3.524.000.000
Ayat Jurnal

(1) Mencatat pembebanan biaya produksi pada Departemen Penggilingan


Persediaan BDP – Dept. Penggilingan 1.500.000.000
Persediaan BB 700.000.000
Biaya konversi 800.000.000

(2) Mencatat biaya perbaikan produk cacat pada Dept. Penggilingan


Persediaan BDP – Dept. Penggilingan 87.000.000
Persediaan BB 75.000.000
Biaya konversi (BK) 12.000.000
(3) Mencatat barang jadi pada Dept. Penggilingan yang ditransfer ke Dept.
Pengapsulan
Persediaan BDP Dept. Pengapsulan 1.524.000.000
Persediaan BDP – Dept. Penggilingan 1.524.000.000
(4) Mencatat pembebanan biaya produksi bulan ini di Dept. Pengapsulan
Persediaan BDP – Dept. Pengapsulan 1,600,000.000
Persediaan BB 1,000,000.000
Biaya Konversi 600,000.000

(5) Mencatat barang jadi pada Dept. Pengapsulan yang ditransfer ke gudang
Persediaan barang jadi 3.216.528.526
Persediaan BDP Dept. Pengapsulan 3.216.528.526

(6) Mencatat produk rusak pada Dept. Pengapsulan


Rugi produk rusak 57.551.552
Persediaan BDP – Dept. Pengapsulan 57.551.552
Gambar 8.13
Laporan Harga Pokok Produksi Untuk Departemen Penggilingan PT
Indofarma Dengan Metode Harga Pokok Rata-Rata

Departemen Penggilingan PT Indofarma


Laporan Harga Pokok Produksi - Metode Harga Pokok Rata-Rata
Bulan Agustus 2016
============================================
Data Produksi
BDP awal (BBB 100%, BK 40%) 2,000
Unit masuk proses 5,000 7,000

Barang jadi (baik) 4,7001)


Barang jadi (cacat normal) 400
Barang jadi dan ditransfer ke Dept. Pengapsulan 5,100
Produk hilang (akhir proses) 100
Produk rusak (normal) 300
BDP akhir (BBB 100%, BK 60%) 1,500 7,000
Biaya Dibebankan

HP BDP Awal Biaya Bulan Ini Total Biaya Unit HP Per Unit
Setara
BBB Rp100.000.000 Rp775.000.000 Rp875.000.000 7.000 2) Rp125.000
BK 200.000.000 812.000.000 1.012.000.000 6.400 3) 158.125
Total Rp300.000.000 Rp1.587.000.000 Rp1.887.000.000 Rp283.125
Biaya Diperhitungkan
Harga pokok barang jadi: 5.100 x Rp283.125 Rp1.443.937.500
Harga pokok produk hilang akhir proses:
100 x Rp 283.125 28.312.500
Harga pokok produk rusak normal: 300 x Rp283.125 84.937.500
Total harga pokok barang jadi yang ditransfer ke
Dept. Pengapsulan: 5.100 ton x Rp305.330,88 4) Rp1.557.187.500
Harga pokok BDP akhir (1.500 ton):
BBB: 1.500 (100%) x Rp125.000 Rp187.500.000
BK: 1.500(60%) x Rp158.125 142.312.500 329.8122.500
Total biaya diperhitungkan Rp1.887.000.000
Gambar 8.14
Laporan Harga Pokok Produksi Untuk Departemen Pengapsulan PT Indofarma
Dengan Metode Harga Pokok Rata-Rata

Departemen Pengapsulan PT Indofarma


Laporan Harga Pokok Produksi - Metode Harga Pokok Rata-Rata
Bulan Agustus 2016
========================================================
Data Produksi:
BDP awal (100% BB, 50BK) 1,000
Tambahan produk karena tambahan bahan baku 500
Produk yang diterima dari Departemen Penggilingan 5,100 6,600

Barang jadi dan ditransfer ke gudang 5.800 1)


Produk hilang (awal proses) 200
Produk rusak (tidak normal) 100
BDP akhir (BBB 100%, BK 30%) 500 ,6,600
Biaya Dibebankan
HP BDP Biaya Bulan Ini Total Biaya Unit HP Per Unit
Awal Setara
HP. Dept. Penggilingan 200.000.000 1.524.000.000 1.724.000.000 6.100 282.622,95
Penyesuaian:
Tambah. Unit 500
Produk hilang (200)
HP Disesuaikan 200.000.000 1.524.000.000 1.724.000.000 6.400 269.375
Biaya Periode ini:
BBB 150.000.000 1.000.000.000 1.150.000.000 6.400 2) 179.687,50
BK 50.000.000 600.000.000 650.000.000 6.050 3) 107.438,02
Total biaya periode ini 200.000.00 1.600.000.000 1.800.000.000
Total 400.000.000 3.124.000.000 3.524.000.000 556.500,52
Biaya Diperhitungkan
Harga pokok barang jadi: 5.800 x Rp556.500,52 Rp 3.227.703.016
Harga pokok produk rusak tidak normal:
100 x Rp556.500,52 55.650.031 4)
Harga pokok BDP Akhir (500 ton):
HP dari Dept. Penggilingan:
500 x Rp269.375 Rp134.687.500
BBB: 500(100%) x Rp179.687,50 89.843.750
BK: 500(30%) x Rp107.438,02 16.115.703 240.646.953
Total biaya diperhitungkan Rp3.524.000.000
Tujuan 10: Perhitungan Harga Pokok
Proses dengan Pendekatan ABC

• pembebanan biaya bahan baku langsung dan biaya


tenaga kerja langsung adalah sama baik dengan
pendekatan VBC maupun pendekatan ABC
• Dalam VBC, biaya overhead pabrik dibebankan ke
produk hanya menggunakan driver berbasis unit (unit
driver)
• Dalam ABC, pembebanan biaya overhead pabrik ke
produk menggunakan driver berbasis unit dan non-
unit
Gambar 8.15
Pembebanan BBBL
dan BTKL ke Setiap BBBL BTKL
Produk Dengan
Pedekatan VBC
dan ABC

Produk A Produk B
BOP

Gambar 8.16
Pembebanan BOP Ke Pool Biaya:
Produk Dengan Pabrik / Departemen Produksi
Pendekatan VBC

Produk A Produk B
BOP

Gambar 8.17
Pembebanan BOP Ke
Pool Biaya:
Produk Dengan
Aktivitas
Pendekatan ABC

Produk A Produk B
Contoh – PT Dodol Garut

Persediaan BDP awal (BBB 100%, BTK 80%, BOP 40%) 1.000 kotak
Persediaan BDP akhir (BBB 60%, BTK 30%, BOP 20%) 3.000 kotak
Produk masuk proses bulan ini 19.000 kotak
Harga pokok BDP awal (biaya bulan lalu) Rp20.000.000
Biaya produksi bulan ini:
Biaya bahan baku Rp50.000.000
Biaya tenaga kerja Rp40.000.000
Biaya overehad sesungguhnya selama sebulan:
Biaya setup mesin Rp10.000.000
Biaya pengecekan bahan baku 30.000.000
Biaya penangan bahan baku 20.000.000
Total Rp60.000.000
Dodol Dodol Dodol
Durian Sirsak Apel Total
Jumlah setup 20 15 15 50
Jumlah pengecekan 60 15 25 100
Jumlah perpindahan 10 4 6 20
Jam mesin (JM) 100 500 400 1.000
Perhitungan Tarif BOP Dengan Pendekatan VBC

Konsumsi
Biaya Overhead Jumlah Driver Tarif BOP
Biaya

Setup mesin Rp 10.000.000 1.000 JM Rp 10.000 per JM

Pengecekan bahan
30.000.000 1.000 JM Rp 30.000 per JM
baku
Penanganan bahan
20.000.000 1.000 JM Rp 20.000 per JM
baku

Total Rp 60.000.000 1.000 JM Rp 60.000 per JM

BOP yang dibebenkan ke Dodol Durian: 100 JM x Rp 60.000 = Rp 6.000.000


Perhitungan Tarif BOP Dengan ABC

Biaya Jumlah Konsumsi


Overhead Driver Biaya Tarif BOP

Setup mesin Rp 10.000.000 50 setup Rp 200.000 per setup

Pengecekan 100 Rp 300.000 per


30.000.000
bahan baku pengecekan pengecekan

Penanganan 20 Rp 1.000.000 per


20.000.000
bahan baku perpindahan perpindahan

Total Rp 60.000.000
BOP yang dibebankan ke Dodol Durian:
Biaya setup: 20 setup x Rp200.000 Rp4.000.000
Biaya pengecekan bahan baku:
60 pengecekan x Rp300.000 18.000.000
Biaya penanganan bahan baku:
10 perpindahan x Rp1.000.000 10.000.000
Total Rp32.000.000
PT Dodol Garut
Laporan Harga Pokok Produksi
Metode MPKP
(pendekatan ABC)
============================================
Data Produksi
BDP Awal ((BBB 100%, BTK 80%, BOP 40%) 1.000 kotak
Produk masuk proses bulan ini 19.000 kotak
Total produk yang diproses 20.000 kotak

Produk selesai dan ditransfer ke gudang1) 17.000 kotak


BDP akhir (BBB 60%, BTK 30%, BOP 20%) 3.000 kotak
Total 20.000 kotak
Biaya Dibebankan
Unsur Biaya Total Unit Setara3) HP per Unit
HP BDP awal Rp20.000.000 - -
Biaya bulan ini:
Biaya Bahan Baku 50.000.000 17.800 unit Rp2.808,99
Biaya Tenaga Kerja 40.000.000 17.100 2.339,18
Biaya Overhead 32.000.0002) 17.200 1.860,47
Total Rp142.000.000 Rp7.008,64
Biaya Diperhitungkan
HP Produk Selesai dari BDP awal:
Biaya bulan lalu Rp20.000.000
Tambahan biaya untuk menyelesaikan:
BTK: 1.000 (20%) x Rp2.339,18 467.836
BOP: 1.000 (60%) x Rp1.860,47 1.116.282
Total HP-PS dari BDP awal Rp21.584.118
HP Produk Selesai dari proses bulan ini:
16.000 x Rp7.008,64 112.138.1564)
Total HP Produk Selesai yang ditransfer ke gudang
17.000 kotak @ Rp7.866,02 (Rp 112.138.240 / 17.000 kotak) Rp133.722.274
HP BDP akhir:
BBB: 3.000(60%) x Rp2.808,99 Rp5.056.182
BTK: 3.000(30%) x Rp2.339,18 2.105.262
BOP: 3.000(20%) x Rp1.860,47 1.116.282 8.277.726
Total biaya diperhitungkan Rp142.000.000
Tujuan 11: Dampak Flexible Manufacturing System
(FMS) dan Just In Time (JIT) Pada Penentuan
HP Proses

Dampak
Penerapan • Perusahaan dapat berproduksi
FMS dalam jumlah kecil secara efisien
• Menggeser perhitungan harga pokok
produk dari metode harga pokok
pesanan ke metode harga pokok
proses
Dampak • Sebagai akibat pendeknya waktu proses maka
tidak efisen lagi menelusuri biaya untuk setiap
Penerapan kali pemakaian bahan baku sebagaimana
JIT yang dilakukan pada akuntansi biaya
tradisional
• Penyusunan laporan harga pokok produksi
menjadi lebih mudah karena tidak perlu
menghitung unit setara dan harga pokok
persediaan barang dalam proses akhir
Tujuan 12: Dampak Penerapan Konsep Pengendalian Kualitas dan
Program Cacat Nihil (Zero Defect) pada Produk Rusak
Normal dan Tidak Normal

• Akuntansi untuk produk rusak normal dan tidak


normal akan berubah seiring dengan
suksesnya perusahaan dalam menerapkan
konsep pengendalian kualitas dan program
cacat nihil dengan menggunakan robut quality
model
TERIMA KASIH

63

Anda mungkin juga menyukai