Anda di halaman 1dari 148

Monang Situmorang, Ak.

, MM, CA

BAB 1
AKUNTANSI KEUANGAN DAN STANDAR AKUNTANSI

A. AKUNTANSI
ujuan keseluruhan dari akuntansi adalah untuk menyediakan informasi yang dapat

T digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi.


Pengertian atau definisi akuntansi adalah sebagai berikut: (Komite Terminologi
dari American Institute of Certified Public Accountant, 1953)
Akuntansi adalah suatu seni pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran dalam cara
yang signifikan dan satuan mata uang, transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian yang paling
tidak sebagian di antaranya, memiliki sifat keuangan, dan selanjutnya menginterpretasikan
hasilnya.
Suatu perspektif yang lebih luas dinyatakan dalam definisi yang menggambarkan
akuntansi sebagai berikut: (American Accounting Association, A Statement of Basic
Accounting Theory, 1966)
Proses pengidentifikasian, pengukuran, dan pengomunikasian informasi ekonomi
sehingga memungkinkan adanya pertimbangan dan pengambilan keputusan berdasarkan
informasi oleh para pengguna informasi tersebut.
Dan akuntansi juga telah didefinisikan berkaitan dengan konsep informasi kuantitatif:
(Accounting Principles Board, Statement No. 4, 1970)
Akuntansi adalah aktivitas jasa. Fungsinya menyediakan informasi kuantitatif mengenai
entitas ekonomi, terutama yang bersifat keuangan, yang dimaksudkan untuk digunakan
dalam pengambilan keputusan ekonomi—dalam pembuatan pilihan-pilihan yang
beralasan di antara alternatif tindakan yang tersedia.
Beberapa hal penting dari definisi akuntansi sebagai aktivitas jasa yang perlu diperhatikan
adalah:
 Akuntansi menyediakan jasa yang sangat penting bagi lingkungan bisnis saat ini.
Studi mengenai akuntansi seharusnya tidak dibatasi sebagai latihan teoretis—
akuntansi dimaksudkan sebagai suatu alat yang praktis;
 Akuntansi terutama menekankan pada informasi keuangan kuantitatif yang digunakan
bersama dengan evaluasi kualitatif dalam pengambilan keputusan;
 Informasi akuntansi digunakan dalam mengambil keputusan tentang bagaimana
mengalokasikan sumber daya yang terbatas. Para ekonom dan pengamat lingkungan
selalu mengingatkan bahwa kita hidup dalam dunia yang memiliki sumber daya
terbatas. Semakin baik sistem akuntansi yang mengukur dan melaporkan biaya
penggunaan sumber daya tersebut, maka semakin baik keputusan yang diambil untuk
mengalokasikan sumber daya tersebut; dan
 Meskipun para akuntan telah menekankan pada pelaporan kejadian yang telah terjadi,
informasi masa lalu ini dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan
ekonomi tentang masa depan.

B. LAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan merupakan hasil dari pemrosesan sejumlah transaksi atau peristiwa
lain yang diklasifikasikan sesuai sifat atau fungsinya. Tahap akhir dari proses penggabungan

H a l a m a n 1 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

dan pengklasifikasian adalah Penyajian Laporan Keuangan (Presentation of Financial


Statements). Dengan kata lain, laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari
posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.
Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan
keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan
hasil pertanggungjawaban manajemen (stewardship) atas penggunaan sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka.
Manajemen entitas bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan
entitas. Laporan keuangan bertujuan umum (general purpose financial statements)—laporan
keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna
laporan—yang disusun dan disajikan oleh entitas harus sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK).
Siapakah yang menggunakan informasi akuntansi atau laporan keuangan, apakah yang
mereka perlukan untuk memenuhi kebutuhan dalam pengambilan keputusan? Secara umum,
semua pihak yang berkepentingan dengan kesehatan keuangan suatu entitas disebut dengan
pemangku kepentingan (stakeholders).
Pemangku kepentingan atau pengguna (user) yang menggunakan informasi akuntansi
biasanya dapat dibedakan menjadi dua klasifikasi utama:
 Pengguna internal (internal users), yaitu pengambil keputusan yang secara langsung
berpengaruh terhadap kegiatan internal entitas. Contohnya, dewan komisaris,
manajemen/direksi, dan karyawan. Pengguna internal membutuhkan informasi untuk
membantu dalam perencanaan dan pengendalian operasi serta pengelolaan sumber
daya entitas.
 Pengguna eksternal (external users), yaitu pengambil keputusan yang berkaitan
dengan hubungan mereka dengan entitas. Contohnya, investor, kreditor, pemasok,
pemerintah, pelanggan, dan analis.
Akuntansi manajemen (management accounting – cost accounting) terutama
berhubungan dengan pelaporan keuangan untuk pengguna internal. Pengguna internal
khususnya manajemen memiliki kendali terhadap sistem akuntansi dan dapat menentukan
informasi apa yang dibutuhkan dan bagaimana informasi itu dilaporkan.
Akuntansi keuangan (financial accounting) berfokus pada pengembangan dan
komunikasi informasi keuangan kepada pengguna eksternal. Ada banyak variasi yang dibuat
oleh pengguna eksternal, maka kebutuhan informasi mereka sangat beragam. Oleh karena itu,
ada dua kelompok pengguna eksternal utama informasi keuangan (laporan keuangan
bertujuan umum), yaitu investor dan kreditor.
C. KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN
Berdasarkan PSAK No. 1: Penyajian Laporan Keuangan, laporan keuangan yang lengkap
terdiri dari:
1. Laporan posisi keuangan;
2. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain;
3. Laporan perubahan ekuitas;
4. Laporan arus kas;
H a l a m a n 2 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

5. Catatan atas laporan keuangan; dan


6. Informasi komparatif.
Untuk SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP), laporan keuangan yang
lengkap terdiri dari: neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas,
dan catatan atas laporan keuangan.

D. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN


Pada saat ini, terdapat dua kekuatan besar di bidang standar akuntansi keuangan yang
masih diterima secara internasional, yaitu United States Generally Accepted Accounting
Principles (US GAAP) dan International Financial Reporting Standards (IFRS). US GAAP
merupakan lembaga yang menentukan dan bertanggung jawab untuk pembentukan standar
akuntansi yang dihasilkan oleh Financial Accounting Standards Board (FASB) di Amerika
Serikat. Sedangkan International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan standar
akuntansi yang dihasilkan oleh International Accounting Standards Board (IASB), yang
sebelumnya dikenal sebagai International Accounting Standards Committe (IASC) – suatu
organisasi penyusun standar akuntansi yang berlaku di seluruh dunia yang berkedudukan di
Inggris.
Perbedaan utama antara U.S GAAP dan IFRS adalah U.S GAAP “berbasis
aturan/mengatur” (“rules-based”), dan menggunakan konsep biaya historis (historical cost)
sedangkan IFRS ”berbasis prinsip” (”principles-based”) atau “berorientasi tujuan”
(“objective-oriented”) dan banyak menggunakan konsep nilai wajar (fair value) dalam
penilaian aset dan liabilitas.
Sehubungan dengan itu, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi
di Indonesia senantiasa tanggap terhadap perkembangan publik, khususnya dunia bisnis. IAI
pada tanggal 23 Desember 2008 dalam rangka ulang tahunnya ke-51 mendeklarasikan
rencana Indonesia untuk konvergensi (convergence) terhadap International Financial
Reporting Standards (IFRS) dalam pengaturan standar akuntansi keuangan. Tujuan
konvergensi IFRS ini agar laporan keuangan yang berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) tidak atau relatif sedikit memerlukan rekonsiliasi dengan laporan
berdasarkan standar akuntansi internasional. Dengan telah dideklarasikannya program
konvergensi terhadap IFRS ini, maka pada 2012 seluruh standar akuntansi yang dikeluarkan
oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK – IAI) akan
mengacu kepada IFRS dan diterapkan oleh entitas. Program konvergensi IFRS ini dilakukan
melalui tiga tahapan yakni tahap adopsi mulai 2008 sampai 2011, persiapan akhir
penyelesaian infrastruktur, dan tahap implementasi pada 2012. Efektif 1 Januari 2015 yang
berlaku di Indonesia secara garis besar akan konvergen dengan IFRS yang berlaku efektif 1
Januari 2014. DSAK IAI telah berhasil meminimalkan perbedaan antara kedua standar, dari
tiga tahun di 1 Januari 2012 menjadi satu tahun di 1 Januari 2015. Ini merupakan suatu
bentuk komitmen Indonesia melalui DSAK IAI dalam memainkan perannya selaku satu-
satunya anggota G20 di kawasan Asia Tenggara.
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang diterbitkan oleh Dewan
Standar Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) dan Dewan Standar Syariah Ikatan Akuntan

H a l a m a n 3 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Indonesia (DSAS IAI) serta peraturan regulator pasar modal untuk entitas yang berada di
bawah pengawasannya. Standar akuntansi keuangan disebut juga Prinsip Akuntansi Berlaku
Umum—(PABU) atau (Generally Accepted Accounting Principles—GAAP), merupakan
kumpulan konsep, standar, pengumuman, pendapat, metode, konvensi, interpretasi, dan
panduan praktik yang dipilih dan dianggap diterima umum. Aturan ini menentukan
kebijakan pengukuran dan pengakuan seperti bagaimana pengukuran suatu aset, kapan
liabilitas harus diakui, kapan pendapatan dan keuntungan diakui, serta kapan beban dan
kerugian diakui. Aturan ini juga mengatur informasi apa yang harus disajikan pada catatan
atas laporan keuangan.
Pada saat ini standar akuntansi yang berlaku di Indonesia terdiri atas 5 standar akuntansi,
yaitu:
1. Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) digunakan untuk entitas yang memiliki
akuntanbilitas publik, yaitu entitas terdaftar atau dalam proses pendaftaran di pasar modal
atau entitas fidusia (entitas yang menggunakan dana masyarakat, seperti asuransi, perbankan,
dan dana pensiun)
2. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas (SAK ETAP)
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
dimaksudkan untuk digunakan oleh Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP), yaitu
entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan menerbitkan laporan
keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna
eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam
pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit. SAK ETAP bertujuan untuk
menciptakan fleksibilitas dalam penerapannya dan diharapkan memberi kemudahan akses
ETAP kepada pendanaan dari perbankan. SAK ETAP merupakan SAK yang berdiri sendiri
dan tidak mengacu pada SAK Umum, sebagian besar menggunakan konsep biaya historis;
mengatur transaksi yang dilakukan oleh ETAP; bentuk pengaturan yang lebih sederhana
dalam hal perlakuan akuntansi dan relatif tidak berubah selama beberapa tahun.
3. Standar Akuntansi Syariah (SAS)
Standar Akuntansi Syariah (SAS) adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) Syariah yang ditujukan untuk entitas yang melakukan transaksi syariah baik entitas
lembaga syariah maupun lembaga non syariah. Pengembangan SAS dilakukan dengan
mengikuti model SAK umum namun berbasis syariah dengan mengacu kepada fatwa
MUI. SAS ini terdiri dari PSAK 100 sampai dengan PSAK 106 yang mencakup kerangka
konseptual; penyajian laporan keuangan syariah; akuntansi murabahah; musyarakah;
mudharabah; salam; dan istishna.
4. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM)
SAK EMKM disusun untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan entitas mikro,
kecil, dan menengah. Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah dapat digunakan sebagai acuan dalam mendefinisikan dan memberikan rentang
kuantitatif EMKM. SAK ditujukan untuk digunakan oleh entitas yang tidak atau belum
mampu memnuhi persyaratan akuntansi yang diatur dalam SAK ETAP. SAK EMKM berlaku
efektif tanggal 1 Januari 2018.

H a l a m a n 4 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

5. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)


Standar ini digunakan untuk menyusun laporan keuangan instansi pemerintahan, baik
pusat ataupun daerah. SAP berbasis akrual ditetapkan dalam PP No. 71 Tahun 2010. Instansi
masih diperkenankan menggunakan PP No. 24 Tahun 2005, SAP berbasis kas menuju akrual
sampai tahun 2014. SAP berbasis kas menuju akrual menggunakan basis kas untuk
penyusunan laporan realisasi anggaran dan menggunakan basis akrual untuk penyusunan
neraca. Pada SAP berbasis akrual, laporan realisasi anggaran tetap menggunakan basis kas
karena akan dibandingkan dengan anggaran yang disusun dengan menggunakan basis kas,
sedangkan laporan operasional yang melaporkan kinerja entitas disusun dengan
menggunakan basis akrual.
Standar akuntansi tersebut akan digunakan:
1. Entitas untuk menyusun laporan keuangan;
2. Auditor untuk mengaudit laporan keuangan sebuah entitas;
3. Pengguna laporan keuangan (Bank, Investor dan pihak-pihak lain) untuk
mengevaluasi laporan keuangan entitas yang telah diaudit sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan (pemberian kredit, pembelian saham, dan keputusan-
keputusan lain); dan
4. Laporan keuangan dari berbagai entitas dapat dibandingkan dengan lebih mudah.

E. KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan (KDPPLK) berisi konsep-
konsep dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan dengan menetapkan tujuan laporan
keuangan; menyatakan karakteristik-karakteristik kualitatif yang seharusnya terpenuhi agar
informasi dalam laporan keuangan bermanfaat; serta mendefinisikan dan menetapkan
konsep-konsep pengakuan dan pengukuran elemen-elemen dasar laporan keuangan.
KDPPLK (sering disebut sebagai Kerangka Konseptual – Conceptual Framework, yang
merupakan “konstitusi” dari akuntansi) digunakan sebagai pedoman penyusun standar dalam
mengembangkan standar di masa mendatang dan sebagai pedoman dalam menyelesaikan
permasalahn akuntansi yang belum diatur dalam standar yang ada.
Meskipun KDPPLK diterbitkan bersama-sama dengan PSAK, KDPPLK bukan PSAK
dan tidak bisa mengungguli PSAK jika terjadi pertentangan antara KDPPLK dengan PSAK.
PSAK itulah yang dimaksud standar akuntansi memiliki otoritas mengatur dan KDPPLK
hanyalah kerangka teoretis yang melandasi penyusunan PSAK.
F. KARAKTERISTIK KUALITATIF INFORMASI DALAM LAPORAN
KEUANGAN
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan
keuangan bermanfaat bagi pengguna. Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan – KDPPLK menyebutkan bahwa terdapat empat karakteristik kualitatif
pokok yaitu:
1. dapat dipahami (understandability);
 materialitas
2. relevan (relevance);
3. keandalan (reliability);
 penyajian jujur
H a l a m a n 5 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

 substansi mengungguli bentuk


 netralitas
 pertimbangan sehat
 kelengkapan
4. dapat dibandingkan (comparability).
Karakteristik umum laporan keuangan (PSAK No. 1: Penyajian Laporan Keuangan):
1. penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap SAK;
2. kelangsungan usaha;
3. dasar akrual;
4. materialitas dan agregasi;
5. saling hapus;
6. frekuensi laporan;
7. informasi komparatif; dan
8. konsistensi penyajian.
Karakteristik kualitatif informasi akuntansi yang bermanfaat (Statement of Financial
Accounting Concepts No. 2: Qualitative Characteristics of Accounting Information) adalah:
(Lihat tampilan 1 – 2)
1. Karekteristik kualitatif pokok atau fundamental (fundamental qualitative
characteristics)
1) relevan (relevance);
 nilai umpan balik (feedback value)
 nilai prediksi (prediction value)
 materialitas (materiality)
2) penyajian jujur (representational faithfullness)
 kelengkapan (completeness)
 netralitas (neutrality)
 bebas dari kesalahan (free from error/bias)
2. Karakteristik kualitatif yang meningkatkan (enhancing qualitative characteristics)
1) dapat dibandingkan (comparability)
2) dapat diverifikasi (verifiability)
3) tepat waktu (timeliness)
4) konsistensi (consistency).
G. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN UNSUR-UNSUR LAPORAN KEUANGAN
1. Pengakuan Unsur Laporan Keuangan
Pengakuan (recognition) merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi
definisi unsur serta kriteria pengakuan dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif
lain. Dengan kata lain, pengakuan adalah proses dimasukkannya suatu item dalam laporan
keuangan.
Untuk dapat diakui, item itu harus memenuhi definisi salah satu unsur laporan keuangan
serta memenuhi kriteria pengakuan berikut:
a. ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan
mengalir dari atau ke dalam perusahaan; dan
b. pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
H a l a m a n 6 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Tampilan 1 – 1: Karakteristik Kualitatif Dalam Informasi Akuntansi

Berdasarkan kriteria pengakuan secara umum tersebut:


 Aset diakui dalam laporan posisi keuangan ketika manfaat ekonomi terkait aset akan
mengalir kepada entitas di masa depan dan biaya atau nilai aset bisa diukur dengan andal.
 Liabilitas diakui dalam laporan posisi keuangan ketika timbul kewajiban sekarang yang
penyelesaiannya di masa depan akan mengakibatkan arus keluar sumber daya (manfaat
ekonomi) dan jumlah penyelesaiannya bisa diukur dengan andal.
 Penghasilan diakui dalam laporan laba-rugi dan penghasilan komprehensif lain ketika
manfaat ekonomi bertambah yang terkait dengan bertambahnya aset atau berkurangnya
liabilitas. Besarnya penambahan manfaat ekonomi itu dapat diukur dengan andal. Dengan
kata lain, pengakuan penghasilan terjadi secara simultan dengan pengakuan
bertambahnya aset atau berkurangnya liabilitas.
 Beban diakui dalam laporan laba-rugi dan penghasilan komprehensif lain ketika manfaat
ekonomi berkurang yang terkait dengan berkurangnya aset atau bertambahnya liabilitas.
Besarnya pengurangan manfaat ekonomi itu dapat diukur dengan andal. Dengan kata lain,
pengakuan beban terjadi secara simultan dengan pengakuan bertambahnya liabilitas atau
berkurangnya aset.
Salah satu cara untuk melaporkan informasi keuangan adalah dengan menyatukan semua
estimasi dan penilaian menjadi satu angka dan kemudian menggunakannya untuk membuat
jurnal. Ini disebut pengakuan. Asumsi utama dari berbagai estimasi kemudian dideskripsikan
dalam catatan atas laporan keuangan (notes to financial statement.) Pendekatan lain adalah
dengan melewatkan jurnal dan hanya bersandar pada catatan untuk memberikan informasi
kepada pengguna. Ini disebut pengungkapan (disclosure).
H a l a m a n 7 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

2. Pengukuran Unsur Laporan keuangan


Pengukuran (measurement) adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan
memasukkan setiap unsur dalam laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain. Proses ini menyangkut pemilihan dasar atau atribut
pengukuran tertentu. Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan
kombinasi yang berbeda dalam laporan keuangan dalam praktik:
1) Biaya historis (historical cost). Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas)
yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan
untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Liabilitas dicatat sebesar jumlah
yang diterima sebagai penukar dari kewajiban (obligation), atau dalam keadaan
tertentu (misalnya, pajak penghasilan), dalam jumlah kas (atau setara kas) yang
diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha
yang normal.
2) Biaya kini (current cost). Aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang
seharusnya dibayar bila aset yang sama atau setara aset diperoleh sekarang.
Liabilitas dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan
(undiscounted) yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban
(obligation) sekarang.
3) Nilai realisasi/penyelesaian (realisable/settlement value). Aset dinyatakan dalam
jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aset
dalam pelepasan normal (orderly disposal). Liabilitas dinyatakan sebesar nilai
penyelesaian; yaitu, jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang
diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha
normal.
4) Nilai sekarang atau nilai yang didiskontokan (present value atau discounted value).
Aset dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di masa depan yang didiskontokan ke
nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan
usaha normal. Liabilitas dinyatakan sebesar arus kas keluar bersih di masa depan
yang didiskontokan ke nilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk
menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
5) Nilai wajar (fair value). Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual
suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam
transaksi yang beratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran.

H. KONSEP ATAU ASUMSI DASAR AKUNTANSI


Konsep asumsi dasar akuntansi meliputi:
1. Entitas ekonomi (economic entity). Entitas bisnis dapat dipandang sebagai entitas
ekonomi yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya atau unit bisnis lainnya.
2. Kelangsungan usaha (going concern). Apabila tidak ada bukti yang menyatakan
sebaliknya, maka sebuah entitas dianggap akan melanjutkan usahanya di masa depan.
3. Transaksi yang wajar (arm’s length transaction). Ini berarti transaksi tersebut terjadi
antara pihak-pihak yang independen, yang masing-masing mampu melindungi dirinya
sendiri.

H a l a m a n 8 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

4. Satuan mata uang yang stabil (stable monetary unit). Transaksi diasumsikan dapat
diukur dalam satuan mata uang yang stabil. Oleh karena asumsi ini, perubahan dalam
kemampuan daya beli dalam rupiah akibat inflasi secara tradisional dapat diabaikan.
5. Periode akuntansi (accounting period). Oleh karena laporan keuangan diperlukan
secara tepat waktu, umur dari entitas bisnis dibagi dalam periode akuntansi.
Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan menetapkan dua
asumsi dasar yaitu:
1. Dasar Akrual. Asumsi ini mengandung arti bahwa pengaruh transaksi dan peristiwa lain
diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan
dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode
bersangkutan.
2. Kelangsungan Usaha. Asumsi ini memiliki arti bahwa perusahaan diasumsikan akan
beroperasi terus di masa depan tanpa batasan, tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi
atau mengurangi secara material skala usahanya. Jika maksud atau keinginan tersebut timbul,
laporan keuangan mungkin harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar yang
digunakan harus diungkapkan.

PERTANYAAN
1. Akuntansi telah didefinisikan sebagai aktivitas jasa. Siapakah yang dilayani oleh
akuntansi dan bagaimana mereka mendapatkan manfaat?
2. Sebutkan perbedaan antara akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.
3. Sebutkan komponen laporan keuangan yang lengkap menurut SAK dan SAK ETAP.
4. Sebutkan dan jelaskan secara singkat:
1) Standar akuntansi keuangan.
2) Standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia dewasa ini.
3) Tujuan atau manfaat standar akuntansi keuangan.
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kerangka konseptual. Mengapa diperlukan?
6. Sebutkan karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan menurut:
1) Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
2) SFAC No. 2: Qualitative Characteristics of Accounting Information.
7. Sebutkan perbedaan antara karakteristik relevan dan keandalan serta relevan dan
penyajian yang jujur.
8. Jelaskan secara singkat perbedaan antara US GAAP dan IFRS.
9. Mengapa standar akuntansi nasional yang berbeda-beda mengarah (converging) pada
suatu standar global yang umum?
10. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengakuan unsur laporan keuangan dan kriteria
pengakuan unsur laporan keuangan, serta kapan setiap unsur laporan keuangan diakui.
11. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengukuran unsur laporan keuangan dan aribut atau
dasar pengukuran unsur laporan keuangan.
12. Apa yang dimaksud dengan pengungkapan.
13. Jelaskan secara singkat konsep atau asumsi dasar akuntansi.
14. Jelaskan perbedaan antara biaya historis (historical cost) dan nilai wajar (fair value).

H a l a m a n 9 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

15. Dalam situasi independen berikut ini, sebuah contoh yang diberikan berkaitan dengan
lima asumsi tradisional dalam model akuntansi. Untuk setiap situasi, identifikasikan
asumsi yang terkait (jelaskan secara singkat jawaban Anda).
1) Sebuah entitas anak dari PT ABC mengalami kinerja laba yang buruk untuk tahun
berjalan. Sebagai usaha untuk meningkatkan laba entitas anak yang dilaporkan PT
ABC membeli produk dari entitas anak pada harga dua kali lipat dari markup normal.
2) Ketika menyiapkan laporan keuangan untuk Perusahaan Labora dan Anak, akuntan
memasukkan aset pribadi tertentu yang dimiliki oleh Labora dan anaknya.
3) Operasi PT Bank Pembangunan Daerah sedang dievaluasi oleh pemerintah daerah.
Selama investigasi, petugas pemerintah menemukan beberapa pinjaman yang telah
dibuat oleh manajemen puncak secara tidak bijaksana, dan akan berdampak serius
pada kelangsungan perusahaan di masa depan.
4) PT Pertanian telah mengalami penurunan pendapatan yang drastis sebagai akibat dari
sedikitnya hujan pada tahun ini. Daripada membuat laporan keuangan pada akhir
periode fiskal, seperti biasanya, manajemen memutuskan untuk menunggu hingga
tahun depan dan membuat laporan periode dua tahunan.
5) PT Gading memiliki peralatan yang dibeli pada tahun 1996 dengan harga
Rp1.500.000.000. Oleh karena adanya inflasi, peralatan yang sama bila dibeli pada
saat ini, harganya sebesar Rp15.000.000.000. Manajemen ingin melaporkan aset di
laporan posisi keuangan pada nilai saat ini.

H a l a m a n 10 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

BAB 2
TINJAUAN ATAS PROSES AKUNTANSI
A. PROSES AKUNTANSI
roses akuntansi atau siklus akuntansi (accounting process or accounting cycle) pada

P umumnya mencakup langkah-langkah berikut secara berurutan, yaitu: menganalis


dokumen bisnis, menjurnal transaksi, memindahbukukan (mem-posting) ke buku
besar, menyusun neraca saldo atau neraca percobaan, membuat jurnal penyesuaian,
menyusun neraca saldo setelah disesuaikan, menyusun laporan keuangan (menggunakan
kertas kerja atau berdasarkan akun individu yang telah disesuaikan), menutup akun nominal,
dan menyusun neraca saldo setelah penutupan. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
akuntansi keuangan dibangun di atas asumsi, konsep, dan prinsip dasar yang mengatur
pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan data akuntansi. Proses mencatat,
mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, dan melaporkan data akuntansi didasarkan pada sistem
yang diterima secara umum yang disebut sistem akuntansi berpasangan (double – entry
accounting systems).
Proses akuntansi terdiri dari dua tahap yang saling terkait, yaitu tahap pencatatan
(recording phase) dan tahap pelaporan (reporting phase).
1. Tahap Pencatatan. Tahap pencatatan meliputi kegiatan pengumpulan informasi atas
transaksi dan kejadian ekonomi dan menyaring informasi tersebut ke dalam bentuk yang
bermanfaat bagi proses akuntansi. Bagi kebanyakan entitas, fungsi pencatatan berdasarkan
sistem akuntansi berpasangan.
1) Menganalisis dokumen keuangan. Tahap pencatatan dimulai dengan menganalisis
dokumen bisnis atau dokumen sumber (source document) yang menunjukkan aktivitas
bisnis dimulai.
2) Mencatat atau menjurnal transaksi. Setelah informasi dokumen keuangan dianalisis,
transaksi dicatat dalam urutan kronologis dengan jurnal yang sesuai. Jurnal disebut juga
sebagai “books of original entry.” Pada beberapa entitas kecil semua transaksi dicatat
pada jurnal tunggal (single journal). Jurnal terdiri atas jurnal umum (general journal)
dan jurnal khusus (special journal). Jurnal khusus digunakan untuk mencatat transaksi
tertentu yang sering terjadi. Jurnal khusus terdiri atas jurnal penjualan (sales journal),
jurnal pembelian (purchases journal), jurnal penerimaan kas (cash receipts journal), dan
jurnal pengeluaran kas (cash payments journal). Sedangkan jurnal umum digunakan
untuk mencatat semua transaksi yang tidak dicatat pada jurnal khusus.
3) Memindahkan (posting) transaksi. Akun atau perkiraan (account) digunakan untuk
mengikhtisarkan efek transaksi terhadap elemen persamaan akuntansi. Buku besar
(ledger) adalah kumpulan akun yang digunakan oleh bisnis. Informasi yang dicatat dalam
jurnal dipindahkan ke akun yang sesuai dengan buku besar. Pemindahan ini disebut
pemindahbukuan atau posting. Buku besar umum—biasanya cukup disebut dengan buku
besar (general ledger)—memuat semua akun yang muncul pada laporan keuangan,
sedangkan buku pembantu atau buku tambahan (subsidiary ledger) memberikan rincian
tambahan atas akun tertentu. Misalnya, suatu akun piutang usaha biasanya terdapat pada
buku besar dan akun pelanggan individual dicatat pada buku pembantu piutang usaha.

H a l a m a n 11 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Akun pada buku besar yang meringkas informasi rinci pada buku pembantu disebut akun
pengendali (control account). Jadi, piutang usaha dianggap sebagai akun pengendali.
2. Tahap Pelaporan. Pada tahap pelaporan, informasi yang dicatat diolah dan diikhtisarkan
dengan beragam format pengambilan keputusan.
4) Menyiapkan neraca saldo atau neraca percobaan atas akun-akun di buku besar.
Setelah semua transaksi satu periode dipindahbukukan ke buku besar, saldo setiap akun
akan dapat dihitung, di mana setiap akun dapat bersaldo debit, kredit, atau nol. Neraca
saldo atau neraca percobaan (trial balance) adalah daftar semua akun dan saldonya, yang
menunjukkan apakah total debit sama dengan total kredit atau tidak, sehingga kita dapat
mengecek keakuratan pencatatan dan pemindahbukuan.
5) Membuat jurnal penyesuaian. Sebelum laporan keuangan disiapkan, semua informasi
relevan yang belum dicatat harus diidentifikasi dan dibuatkan penyesuaian yang tepat.
Dengan demikian, pada akhir periode akuntansi agar seluruh jumlah aset, liabilitas, dan
ekuitas dilaporkan dengan benar serta semua penghasilan dan beban telah diakui secara
akrual, maka penyusun laporan keuangan melakukan semua penyesuaian yang
dibutuhkan dalam membuat laporan keuangan. Jurnal yang mencerminkan penyesuaian
ini disebut jurnal penyesuaian (adjusting entry). Tujuan dasar jurnal penyesuaian adalah
untuk memperbarui (up-date) saldo-saldo akun agar dapat melaporkan seluruh aset,
liabilitas, ekuitas dengan tepat serta mengakui penghasilan dan beban periode tersebut
dengan basis akrual. Ciri-ciri jurnal penyesuaian adalah pertama, jurnal penyesuaian
yang dilakukan pada akhir periode akuntansi tidak melibatkan kas. Tidak terjadi
perpindahan kas sebelum akhir periode akuntansi (seperti biaya dibayar di muka atau
pendapatan diterima di muka), ataupun di masa yang akan datang (seperti aset dan
liabilitas yang belum dicatat). Kedua, setiap jurnal penyesuaian akan berhubungan dengan
satu akun laporan posisi keuangan dan satu akun laporan laba rugi.
Area-area yang biasanya membutuhkan adanya jurnal penyesuaian, adalah:
a. Pos-pos akrual (Accrual items) atau transaksi pada saat akan terjadi pertukaran
di periode-periode yang akan datang
 Aset yang belum dicatat atau Pendapatan yang masih harus diterima (Unrecorded
assets or Accrued revenues)—pendapatan yang telah diperoleh (earned) tetapi belum
dicatat atau diterima tunai.
Jurnal penyesuaian
Piutang xxx
Pendapatan Xxx
 Liabilitas yang belum dicatat atau Beban yang masih harus dibayar (Unrecorded
liabilities or Accrued expenses)—beban yang telah terjadi (incurred) tetapi belum
dicatat atau dibayar tunai.
Jurnal penyesuaian
Beban xxx
Utang Xxx

H a l a m a n 12 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

b. Pos-pos penangguhan (Deferral items) atau transaksi pada saat telah terjadi
pertukaran kas di periode-periode sebelumnya
 Beban dibayar di muka (Prepaid expenses)—beban yang dibayar tunai dan dicatat
sebagai aset atau beban sebelum digunakan atau dikonsumsi.
Didebit pertama sekali pada akun beban
Jurnal penyesuaian
Beban dibayar di muka xxx
Beban Xxx

Didebit pertama sekali pada akun aset


Jurnal penyesuaian
Beban xxx
Beban dibayar di muka Xxx

 Pendapatan diterima di muka (Unearned revenues)—pendapatan diterima tunai dan


dicatat sebagai liabilitas atau pendapatan sebelum diperoleh atau dihasilkan.
Didebit pertama sekali pada akun pendapatan
Jurnal penyesuaian
Pendapatan xxx
Pendapatan diterima di muka Xxx

Didebit pertama sekali pada akun liabilitas


Jurnal penyesuaian
Pendapatan diterima di muka xxx
Pendapatan Xxx

c. Transaksi-transaksi yang memerlukan estimasi


 Penyusutan aset tetap (Depreciation expense)
Jurnal penyesuaian
Beban penyusutan—aset tetap xxx
Akumulasi penyusutan—aset tetap Xxx
 Beban piutang tak tertagih atau kerugian penurunan nilai piutang (Bad debt
expense – impairment loss on trade receivables )
Jurnal penyesuaian
Kerugian penurunan nilai piutang xxx
Penyisihan kerugian penurunan nilai Xxx
piutang
Catatan: Akumulasi penyusutan dan penyisihan piutang tak tertagih (penyisihan
kerugian penurunan nilai piutang usaha) merupakan akun kontra atau akun
penyeimbang (contra account or offset account) yang dibuat untuk mencatat
pengurangan atas saldo akun terkait.

H a l a m a n 13 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

6) Menyiapkan laporan keuangan. Setelah semua akun diperbarui melalui proses


pembuatan jurnal penyesuaian, laporan keuangan kemudian disusun. Data yang
digunakan untuk menyelesaikan laporan keuangan dapat disusun melalui neraca
percobaan setelah disesuaikan (adjusted trial balance) atau diambil langsung dari
saldo akun yang telah disesuaikan pada buku besar atau melalui pembuatan kertas kerja
atau neraca lajur (worksheet or computer spreadsheet). Kertas kerja merupakan alat
informal untuk mengakumulasikan dan menyaring informasi yang dibutuhkan untuk
laporan keuangan. Namun perlu dicatat bahwa penyiapan kertas kerja bukanlah
keharusan (opsional).
7) Menutup akun nominal. Setelah jurnal penyesuaian dicatat pada jurnal umum dan
dipindahbukukan ke buku besar, maka buku besar akan ditutup dalam persiapan
memasuki periode akuntansi yang baru. Selama proses penutupan ini, saldo akun nominal
(sementara) dipindahkan ke akun riil (permanen), sehingga saldo akun nominal menjadi
nol. Akun nominal atau temporer (nominal, temporary account) mencakup semua
akun pada laporan laba rugi ditambah dengan akun dividen untuk suatu perseroan. Akun
riil (real, permanent account) yang menerima nilai yang ditutup dari akun nominal
adalah laba ditahan atau saldo laba (retained earnings). Oleh karena merupakan akun riil,
akun ini dan semua akun pada neraca dibiarkan terbuka dan saldonya dibawa ke periode
berikutnya.
Jurnal penutup
Menutup akun pendapatan
Pendapatan xxx
Ikhtisar laba rugi xxx
Menutup akun beban
Ikhtisar laba rugi xxx
Beban xxx
Menutup laba (rugi) bersih ke akun saldo laba
Ikhtisar laba rugi xxx
Saldo laba xxx
Menutup dividen ke saldo laba
Saldo laba xxx
Dividen xxx

8) Menyiapkan neraca saldo setelah penutupan. Setelah jurnal penutup (closing entry)
dipindahbukukan, neraca saldo setelah penutupan (post-closing trial balance) dapat
disusun untuk mengecek keseimbangan saldo debit dan kredit untuk akun-akun
permanen. Neraca saldo penutupan merupakan akhir siklus akuntansi. Dengan demikian,
karena semua akun nominal mempunyai saldo nol, maka neraca percobaan setelah
penutupan akan berisikan hanya akun permanen (riil) – laporan posisi keuangan.

H a l a m a n 14 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Tampilan 2 – 1: Proses Akuntansi

B. PENGGUNAAN JURNAL PENYESUAIAN KEMBALI


Penggunaan jurnal balik atau jurnal penyesuaian kembali (reversing entry)
menyederhanakan pencatatan transaksi pada periode akuntansi berikutnya. Namun, dengan
penggunaan jurnal penyesuaian kembali, tidak merubah jumlah-jumlah yang dilaporkan
dalam laporan keuangan pada periode sebelumnya.
1. Ilustrasi Jurnal Penyesuaian Kembali – Akrual
Untuk mengilustrasikan penggunaan jurnal penyesuaian kembali untuk beban
terutang/akrual (accrued expenses), berikut ini disajikan data transaksi dan penyesuaian.
a. 24 Oktober (jurnal awal gaji dan upah): Dibayar gaji dan upah terutang sebesar Rp4.000
yang terjadi antara 10 Oktober hingga 24 Oktober.
b. 31 Oktober (jurnal penyesuaian): gaji dan upah yang terutang antara 25 Oktober hingga
31 Oktober sebesar Rp1.200, yang akan dibayar pada 8 November.
c. 8 November (jurnal gaji dan upah berikutnya): Dibayar gaji dan upah sebesar Rp2.500.
Dari jumlah ini, Rp1.200 dibebankan untuk utang gaji dan upah yang terutang pada 31
Oktober dan Rp1.300 utang gaji dan upah untuk 1 November hingga 8 November.
Perbandingan jurnal akrual, dengan dan tanpa jurnal penyesuaian kembali
Jurnal penyesuaian kembali tidak digunakan Jurnal penyesuaian kembali digunakan
Jurnal awal gaji
24 Beban gaji dan upah 4.000 Beban gaji dan upah 4.000
Okt Kas 4.000 Kas 4.000
Jurnal penyesuaian
H a l a m a n 15 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

31 Beban gaji dan upah 1.200 Beban gaji dan upah 1.200
Okt Utang gaji dan upah 1.200 Utang gaji dan upah 1.200
Jurnal penutup
31 Ikhtisar laba rugi 5.200 Ikhtisar laba rugi 5.200
Okt Beban gaji dan upah 5.200 Beban gaji dan upah 5.200
Jurnal penyesuaian kembali
1 Tidak ada jurnal Utang gaji dan upah 1.200
Nov Beban gaji dan upah 1.200
Jurnal berikutnya gaji
8 Utang gaji dan upah 1.200 Beban gaji dan upah 2.500
Nov Beban gaji dan upah 1.300 Kas 2.500
Kas 2.500

2. Ilustrasi Jurnal Penyesuaian Kembali –Penangguhan


Untuk mengilustrasikan penggunaan jurnal penyesuain kembali untuk beban dibayar di
muka, berikut ini disajikan data transaksi dan penyesuaian.
a. 10 Desember (awal jurnal): Dibeli perlengkapan kantor dengan tunai sebesar Rp2.000.
b. 31 Desember (jurnal penyesuaian): Ditetapkan bahwa masih terdapat perlengkapan kantor
yang tersisa (supplies on hand) sebesar Rp500.
Perbandingan jurnal penangguhan, dengan dan tanpa jurnal penyesuaian kembali
Jurnal penyesuaian kembali tidak digunakan Jurnal penyesuaian kembali digunakan
Jurnal awal pembelian
perlengkapan kantor
10 Perlengkapan 2.000 Beban perlengkapan 2.000
Des Kas 2.000 Kas 2.000
Jurnal penyesuaian
31 Beban perlengkapan 1.500 Perlengkapan 500
Des Perlengkapan 1.500 Beban perlengkapan 500
Jurnal penutup
31 Ikhtisar laba rugi 1.500 Ikhtisar laba rugi 1.500
Des Beban perlengkapan 1.500 Beban perlengkapan 1.500
Jurnal penyesuaian kembali
1 Jan Tidak ada jurnal Beban perlengkapan 500
Perlengkapan 500

Ikhtisar jurnal penyesuaian kembali:


Pedomam untuk melakukan jurnal penyesuaian kembali adalah sebagai berikut:
 Semua pos akrual (accrual) perlu dilakukan jurnal penyesuaian kembali.
 Semua pos penangguhan (deferral) jika dicatat ke akun pendapatan dan beban pada saat
pertama sekali perlu dilakukan jurnal penyesuaian kembali.
 Pos-pos estimasi (beban penyusutan dan beban piutang tak teratagih atau kerugian
penurunan nilai piutang usaha) tidak dilakukan jurnal penyesuaian kembali.

H a l a m a n 16 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

C. AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DAN AKUNTANSI BERBASIS KAS


Akuntansi berbasis atau berdasarkan akrual (accrual basis accounting) mengakui
penghasilan pada saat diperoleh atau dihasilkan (earned), walaupun kasnya belum diterima.
Beban diakui pada saat terjadinya (incurred), walaupun pembayaran belum dilakukan.
Akuntansi akrual memberikan penandingan antara penghasilan dan beban (matching cost
against revenues) dalam suatu periode akuntansi dan umumnya menghasilkan laporan
keuangan yang menggambarkan posisi keuangan dan kinerja operasi yang lebih akurat.
Akuntansi berbasis kas atau berdasarkan kas (cash basis accounting) mengakui
penghasilan pada saat kas diterima dan mengakui beban pada saat kas dikeluarkan.

PERTANYAAN
1. Jelaskan proses atau siklus akuntansi secara singkat dan bedakan antara tahap pencatatan
dan pelaporan dalam proses akuntansi.
2. Bedakan antara (a) akun riil dan akun nominal, (b) jurnal umum dan jurnal khusus, dan
(c) buku besar umum dan buku besar pembantu.
3. Jelaskan sifat dan tujuan dari (a) jurnal penyesuaian, (b) jurnal penutup, dan (c) jurnal
penyesuaian kembali.
4. Apa yang dimaksud dengan jurnal penyesuaian kembali dan mengapa jurnal penyesuaian
kembali digunakan?
5. Berikan tiga contoh akun kontra atau akun lawan (contra account/offset account).
Mengapa akun kontra digunakan?
6. Sebutkan sifat dan tujuan neraca lajur.
7. Apakah perbedaan antara akuntansi berbasis akrual dan akuntansi berbasis kas.
8. The year-end adjusted trial balance of the Timmons Tool and Die Corporation included
the following account balances: retained earnings, $220,000; sales revenue, $850,000;
cost of goods sold, $580,000; salaries expense,$180,000; rent expense, $40,000; and
interest expense, $15,000. Prepare the necessary closing entries.

SOAL – SOAL
1. Perusahaan Sangkuriang adalah sebuah perusahaan dagang. Kejadian berikut terjadi
selama bulan Mei. (Catatan: Perusahaan Sangkuriang menggunakan sistem perpetual).
1 Mei Menerima Rp40.000 tunai sebagai investasi baru pemilik.
3 Membeli persediaan dengan harga perolehan Rp8.000 secara kredit dari
Perusahaan Asahi; syarat kredit 2/10, n/30.
4 Membeli perlengkapan kantor secara tunai Rp500.
4 Menyelenggarakan pesta kantor untuk akuntan yang pensiun. Pembelian
balon, topi, dan makanan kecil sebesar Rp150 yang dibiayai dari iuran para
staf kantor.
5 Menjual barang dagang dengan harga perolehan Rp7.500 secara kredit
seharga Rp14.000 kepada Perusahaan Agung; syarat kredit 3/15, n/30.
8 Membayar upah karyawan Rp2.000. Upah kotor adalah Rp2.450, dipotong
PPh Pasal 21 Rp450.
9 Merekrut akuntan baru; gaji tahun pertama yang disetujui adalah Rp28.000.

H a l a m a n 17 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

9 Membayar Rp1.500 untuk beban iklan di surat kabar.


10 Menerima pembayaran dari Perusahaan Agung.
12 Membeli mesin seharga Rp6.400 tunai.
15 Mengumumkan dividen tunai dengan total nilai Rp25.000.
18 Menjual barang dagang dengan harga perolehan Rp13.000 seharga Rp3.000
tunai dan Rp21.000 secara kredit ke Perusahaan Flora; syarat n/30.
19 Membayar penuh utang kepada Perusahaan Asahi.
22 Pimpinan perusahaan ditampilkan pada sampul sebuah majalah nasional.
Artikel terkait memuji kebiasaan karyawan, perhatian terhadap lingkungan,
dan pelayanan pelanggan Perusahaan Sangkuriang.
23 Nilai pasar saham biasa Perusahaan Sangkuriang meningkat sebesar
Rp150.000.
25 Membeli gedung dengan membayar tunai Rp15.000 dan utang hipotik
Rp135.000.
29 Membayar dividen yang diumumkan tanggal 15 Mei.
Diminta:
a. Catatlah kejadian tersebut pada jurnal umum.
b. Kejadian apa yang menurut Anda paling berpengaruh secara ekonomi terhadap
Perusahaan Sangkuriang? Apakah semua kejadian yang relevan secara ekonomis telah
dicatat pada laporan keuangan?
2. Buatlah jurnal penyesuaian yang diperlukan pada akhir periode untuk situasi berikut:
a. Piutang tak tertagih dari penjualan kredit selama tahun berjalan diperkirakan sebesar
Rp1.200. Sejauh ini, tidak ada piutang pelanggan tertentu yang telah diidentifikasi
dan dihapuskan sebagai piutang tak tertagih.
b. Penyusutan untuk tahun berjalan sebesar Rp5.500.
c. Pada 1 Agustus, dibayar Rp3.600 di muka untuk sewa selama 12 bulan, periode sewa
dimulai pada 1 Agustus. Nilai Rp3.600 ini dicatat sebagai sewa dibayar di muka
(prepaid rent). Pada akhir tahun, belum ada jurnal yang dibuat untuk menyesuaikan
nilai yang dicatat pertama sekali.
d. Pada 1 Mei, dipinjam Rp8.000 dalam bentuk utang wesel berjangka waktu satu tahun.
Tingkat bunga tahunan adalah 13%. Pada akhir tahun belum ada jurnal yang dibuat
untuk mencatat bunga terutang (accrued interest) atas utang tersebut.
e. Pada 1 Februari, diterima Rp4.800 di muka, untuk penyediaan jasa, dengan periode
jasa dimulai dari tanggal 1 Febuari. Nilai Rp4.800 ini dicatat pertama kali sebagai
pendapatan jasa diterima di muka (unearned service revenue). Jasa yang diberikan
bersifat merata sepanjang tahun. Pada akhir tahun belum dibuat jurnal untuk
menyesuaikan nilai yang dicatat pertama kali.
3. Berikut data penyesuaian yang ada di bawah ini dilaporkan pada 31 Desember, akhir
periode fiskal.
a. Akun asuransi dibayar di muka menunjukkan saldo debit Rp6.000, merupakan beban
asuransi kebakaran selama dua tahun dengan polis tertanggal 1 Juli.

H a l a m a n 18 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

b. Pada 1 Agustus, pendapatan sewa dikredit sebesar Rp9.450, merupakan pendapatan


dari subrental untuk 7 bulan dimulai tanggal tersebut.
c. Membeli bahan iklan (advertising material) sebesar Rp3.550 selama setahun dan
dicatat sebagai beban iklan. Pada 31 Desember, bahan iklan senilai Rp500 masih ada
(on hand).
d. Pada 1 November, membayar sewa sebesar Rp4.200 selama 6 bulan dimulai pada
tanggal tersebut. Akun beban sewa didebit.
e. Beban kantor lain-lain didebit untuk pembelian perlengkapan kantor sebesar Rp950
dalam tahun tersebut. Pada 31 Desember, perlengkapan kantor yang tersisa Rp125.
f. Bunga atas wesel bayar telah terutang senilai Rp534.
Diminta: Buatlah jurnal penyesuaian (adjusting entry) dan jurnal penyesuaian kembali
(reversing entry) pada tanggal awal tahun untuk setiap situasi di atas.
4. Presented below is income statement information of the Schefter Corporation for the year
ended December 31, 2016.
Sales revenue $492,000 Cost of goods sold $284,000
Salaries expense 80,000 Insurance expense 12,000
Interest revenue 6,000 Interest expense 4,000
Advertising expense 10,000 Income tax expense 30,000
Gain on sale of investments 8,000 Depreciation expense 20,000
Required: Prepare the necessary closing entries at December 31, 2016.
5. When the accounts of Daniel Barenboim Inc. are examined, the adjusting data listed
below are uncovered on December 31, the end of an annual fiscal period.
1) The prepaid insurance account shows a debit of $5,280, representing the cost of a 2-
year fire insurance policy dated August 1 of the current year.
2) On November 1, Rent Revenue was credited for $1,800, representing revenue from a
subrental for a 3-month period beginning on that date.
3) Purchase of advertising materials for $800 during the year was recorded in the
Advertising Expense account. On December 31, advertising materials of $290 are on
hand.
4) Interest of $770 has accrued on notes payable.
Instructions
Prepare the following in general journal form.
a. The adjusting entry for each item.
b. The reversing entry for each item where appropriate.

H a l a m a n 19 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

BAB 3
LAPORAN POSISI KEUANGAN DAN
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
A. LAPORAN POSISI KEUANGAN
aporan posisi keuangan (statement of financial position) menyajikan aset, liabilitas, dan

L ekuitas suatu entitas pada suatu tanggal tertentu – akhir periode pelaporan. Laporan
posisi keuangan memberikan informasi mengenai sifat dan jumlah investasi dalam
sumber daya entitas, kewajiban kepada kreditur, dan ekuitas dalam sumber daya bersih.
Oleh karena itu, laporan posisi keuangan membantu dalam memprediksi jumlah, waktu, dan
ketidakpastian arus kas masa depan.
Manfaat informasi laporan posisi keuangan adalah memberikan dasar untuk menghitung
tingkat pengembalian (rate of return), mengevaluasi struktur modal, menilai risiko dan arus
kas masa depan, serta menganalisis likuiditas, solvabilitas, dan fleksibilitas keuangan entitas.
B. KLASIFIKASI LAPORAN POSISI KEUANGAN
Laporan posisi keuangan diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu sebagai bagian
lancar (current) atau jangka pendek (short term) dan tidak lancar (noncurrent) atau
jangka panjang (long term). Oleh karena itu, entitas menyajikan aset lancar dan tidak lancar
serta liabilitas jangka pendek dan jangka panjang sebagai klasifikasi yang terpisah dalam
laporan posisi keuangan, kecuali jika penyajian berdasarkan likuiditas memberikan informasi
yang andal dan lebih relevan. Jika pengecualian tersebut diterapkan, maka semua aset dan
liabilitas harus disajikan berdasrkan likuiditasnya.
1. Aset
Aset adalah sumber daya yang dikendalikan entitas sebagai akibat dari peristiwa masa
lalu dan dari mana manfaat ekonomi masa depan diharapkan akan diperoleh entitas.
1) Aset Lancar
Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar (current assets), jika:
a. Entitas mengharapkan akan merealisasi aset, menjual atau menggunakan dalam siklus
operasi yang normal;
b. Memiliki aset untuk diperdagangkan;
c. Mengharapkan akan merealisasi aset dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode
pelaporan; dan
d. Kas atau setara kas, kecuali jika dibatasi penggunaannya dari pertukaran atau digunakan
untuk menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode
pelaporan.

Siklus operasi normal (normal operating cycle) entitas merupakan jangka waktu antara
perolehan aset untuk pemrosesan dan realisasinya dalam bentuk kas atau setara kas. Ketika
siklus operasi normal entitas tidak dapat diidentifikasi secara jelas, maka diasumsikan selama
dua belas bulan. Untuk beberapa industri, seperti industri kayu dan pembuatan kapal, siklus
operasi normal berlangsung lebih dari satu tahun. Pada saat siklus operasi lebih dari satu
tahun, lamanya siklus operasi tersebut digunakan untuk mendefinisikan aset lancar dan
liabilitas jangka pendek.

H a l a m a n 20 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Aset lancar meliputi:


 aset (seperti persediaan dan piutang usaha) yang dijual, dikonsumsi atau
direalisasikan sebagai bagian siklus operasi normal meskipun aset tersebut tidak
diharapkan untuk direalisasikan dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode
pelaporan;
 aset keuangan yang dimiliki untuk diperdagangkan (contoh termasuk sebagian aset
keuangan yang memenuhi definisi dimiliki untu diperdagangkan); dan
 bagian jangka pendek dari aset keuangan tidak lancar.

Pada laporan posisi keuangan, aset lancar disajikan sebelum aset tidak lancar dan
diurutkan berdasarkan likuiditasnya mulai dari yang paling likuid (misalnya kas). Pada
industri tertentu (seperti entitas asuransi dan utilitas) menyajikan dengan urutan sebaliknya
dan melaporkan aset jangka panjangnya terlebih dahulu.
2) Aset Tidak Lancar
Entitas mengklasifikasikan aset yang tidak termasuk kategori aset lancar sebagai aset
tidak lancar. Aset tidak lancar mencakup aset berwujud, aset tidak berwujud, properti
investasi, aset pajak tangguhan, dan aset keuangan yang bersifat jangka panjang.
2. Liabilitas
Liabilitas merupakan kewajiban (obligation) masa kini entitas yang timbul dari peristiwa
masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
entitas yang mengandung manfaat ekonomi.
1) Liabilitas Jangka Pendek
Liabilitas jangka pendek atau liabilitas lancar (short term liability or current liability)
adalah kewajiban (obligation) yang diharapkan akan dibayar dengan menggunakan aset
lancar atau dengan menciptakan liabilitas jangka pendek lainnya.
Suatu liabilitas diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek jika:
a. Entitas memperkirakan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi
normal;
b. Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk diperdagangkan;
c. Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu dua belas bulan
setelah periode pelaporan; dan
d. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama
sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan.

Beberapa liabilitas jangka pendek, seperti utang dagang, beberapa akrual untuk biaya
karyawan dan biaya operasi lain, merupakan bagian modal kerja (working capital) yang
digunakan dalam siklus operasi normal. Entitas mengklasifikasikan liabilitas tersebut sebagai
liabilitas jangka pendek meskipun liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan lebih dari
dua belas bulan setelah periode pelaporan.
Liabilitas jangka pendek lainnya tidak diselesaikan dalam siklus operasi normal, tetapi
jatuh tempo untuk diselesaikan dalam waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan atau
dimiliki untuk tujuan diperdagangkan meliputi:
 liabilitas keuangan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk diperdagangkan;

H a l a m a n 21 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

 cerukan bank (bank overdraft);


 bagian jangka pendek dari liabilitas keuangan jangka panjang;
 dividen terutang;
 pajak penghasilan terutang; dan
 terutang usaha lain.

2) Liabilitas Jangka Panjang


Entitas mengklasifikasi liabilitas yang tidak termasuk kategori liabilitas jangka pendek
sebagai liabilitas jangka panjang (liabilitas tidak lancar). Liabilitas jangka panjang
merupakan kewajiban jatuh temponya tidak dalam waktu satu tahun atau siklus operasi mana
yang lebih panjang. Liabilitas ini meliputi pinjaman, obligasi, dan liabilitas sewa
pembiayaan, liabilitas pajak tangguhan, dan liabilitas jangka panjang lainnya.
3. Ekuitas
Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi liabilitas. Dengan kata lain,
ekuitas merupakan aset bersih (net assets) entitas atau selisih antara total aset dan total
liabilitas. Ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam entitas harus dilaporkan sedemikian rupa
sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai
dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku. 1 Ekuitas entitas terkait
dengan bentuk hukum entitas, yaitu entitas perorangan (proprietorship), persekutuan
(partnership), dan korporasi atau perseroan (corporation).
Dalam kasus entitas perorangan, ekuitas pemilik pada aset disajikan pada sebuah akun
modal tunggal. Saldo akun ini adalah hasil akumulasi dari investasi pemilik, penarikan oleh
pemilik, dan laba atau rugi masa lalu. Di dalam persekutuan, akun modal dibentuk untuk
masing-masing mitra/sekutu (partner). Saldo akun modal mengikhtisarkan jumlah investasi,
penarikan, dan bagian dari laba atau rugi masa lalu untuk masing-masing sekutu dan akun ini
mengukur modal masing-masing sekutu dalam aset entitas. Di dalam sebuah perseroan,
selisih antara aset dan liabilitas disebut sebagai ekuitas pemegang saham (stockholders’ atau
shareholders’ equity) atau ekuitas pemilik (owners’ equity).
Penyajian ekuitas di laporan posisi keuangan pada entitas perseroan terdiri dari:
a. Modal kontribusi atau modal disetor (contributed capital – paid in capital). Pada
umumnya disajikan dalam dua bagian, yaitu: (1) modal saham (capital stock; share
capital), dan (2) tambahan modal disetor (additional-paid in capital; share premium).
Modal saham terdiri dari saham preferen dan saham biasa, sedangkan tambahan modal
disetor merupakan investasi pemegang saham dari pembayaran yang melebihi nilai
nominal saham. Tambahan modal disetor juga dipengaruhi oleh berbagai transaksi seperti
pembelian/perolehan kembali saham, dividen saham, pelunasan saham, dan konversi
saham.
b. Saldo laba (retained earnings). Jumlah laba periode lalu yang tidak dibagikan kepada
pemegang saham dilaporkan sebagai saldo laba.
Sebagian dari saldo laba kadang-kadang dilaporkan sebagai saldo laba yang direstriksi
atau dibatasi (restricted) dan tidak boleh digunakan untuk pembayaran dividen kas.

1
Khusus untuk perseroan, diatur dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas
H a l a m a n 22 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Restriksi terhadap saldo laba dapat menjadi bagian dari perjanjian utang, peraturan, atau
dapat secara sukarela digunakan entitas yang disebut sebagai saldo laba yang diapropriasi
atau saldo laba ditentukan penggunaannya (appropriated retained earnings). Restriksi
tersebut umumnya diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Dengan demikian
saldo laba yang disajikan pada laporan keuangan terdiri dari:
1) Saldo laba yang ditentukan penggunaannya (appropriated retained earnings)
2) Saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya (unappropriated retained
earnings)
c. Saham treasuri (treasury shares). Pada saat entitas membeli kembali sahamnya, maka
pembelian kembali saham tersebut sebagai “saham beredar yang diperoleh kembali” atau
“saham treasuri.” Jumlah yang dibayar untuk membeli kembali saham treasuri tersebut
disajikan sebagai pengurang ekuitas pemegang saham.
d. Ekuitas lain (others equity). Merupakan jumlah pos-pos yang berkaitan dengan
penghasilan komprehensif lain. Komponen ekuitas lain merupakan komponen
penghasilan komprehensif lain yang terdiri dari:
1) Perubahan dalam surplus revaluasi;
2) Keuntungan dan kerugian aktuarial atas program manfaat pasti yang diakui;
3) Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari entitas
asing;
4) Keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan yang dikategorikan
sebagai tersedia untuk dijual; dan
5) Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen lindung nilai arus kas.
e. Kepentingan nonpengendali (noncontrolling interest). Merupakan bagian ekuitas entitas
anak yang tidak dimiliki oleh entitas induk. 2

C. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN


Catatan atas laporan keuangan (notes to financial statements) merupakan bagian yang
tidak terpisahkan atau bagian yang integral dari laporan keuangan. Catatan atas laporan
keuangan memberikan penjelasan naratif atau rincian jumlah yang disajikan dalam laporan
keuangan dan informasi pos-pos yang tidak memenuhi kriteria dalam laporan keuangan.
1. Struktur
Entitas, sepanjang praktis, menyajikan catatan atas laporan keuangan secara sistematis.
Dalam menentukan penyajian secara sistematis, entitas mempertimbangkan dampaknya
terhadap dapat dipahami (understandability) dan dapat dibandingkan (comparability) pada
laporan keuangan. Entitas membuat referensi silang (cross-reference) atas setiap pos dalam
laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain, laporan

2
Entitas induk adalah entitas yang mempunyai satu atau lebih entitas anak; entitas anak adalah
suatu entitas, termasuk suatu entitas non-korporasi seperti persekutuan, yang dikendalikan oleh entitas
lain (dikenal sebagai entitas induk); entitas asosiasi, termasuk entitas non-korporasi seperti
persekutuan, di mana investor mempunyai pengaruh signifikan dan bukan merupakan entitas anak
maupun ventura bersama; dan kepentingan nonpengendali adalah ekuitas entitas anak yang tidak
dapat diatribusikan secara langsung atau tidak langsung pada entitas induk.

H a l a m a n 23 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk informasi yang berhubungan dalam catatan
atas laporan keuangan.
Contoh pengelompokan dan urutan penyajian catatan atas laporan keuangan meliputi:
a. Mengutamakan area aktivitas yang dianggap paling relevan oleh entitas untuk memahami
kinerja dan posisi keuangan, seperti mengelompokkan informasi mengenai aktivitas
operasi tertentu;
b. Mengelompokkan informasi mengenai pos-pos yang diukur secara serupa, seperti aset
yang diukur pada nilai wajar; atau
c. Mengikuti urutan pos-pos dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain dan
laporan posisi keuangan, seperti:
1) Pernyataan kepatuhan terhadap SAK;
2) Kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan;
3) Informasi tambahan untuk pos-pos yang disajikan dalam laporan posisi keuangan dan
laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain, laporan perubahan ekuitas, dan
laporan arus kas, sesuai dengan urutan penyajian laporan dan penyajian masing-
masing pos; dan pengungkapan lain, termasuk:
 liabilitas kontinjen dan komitmen kontraktual yang belum diakui (lihat PSAK 57:
Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi); dan
 pengungkapan informasi nonkeuangan, contohnya tujuan dan kebijakan
manajemen risiko keuangan (lihat PSAK 60: Instrumen Keuangan:
Pengungkapan).

2. Kebijakan Akuntansi
Kebijakan akuntansi (accounting policy) adalah prinsip, dasar, konvensi, aturan dan
praktik tertentu yang diterapkan oleh suatu entitas dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan.
Entitas mengungkapkan dalam kebijakan akuntansi signifikan yang berisi:
a. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan; dan
b. Kebijakan akuntansi lain yang diterapkan yang relevan untuk memahami laporan
keuangan.
Dalam memutuskan apakah kebijakan akuntansi tertentu diungkapkan, maka:
 Manajemen mempertimbangkan apakah pengungkapan tersebut akan membantu
pengguna laporan keuangan untuk memahami bagaimana transaksi, peristiwa, dan
kondisi lain tercermin dalam laporan kinerja keuangan dan posisi keuangan yang
dilaporkan.
 Entitas mempertimbangkan sifat operasi dan kebijakan yang diharapkan oleh
pengguna laporan keuangan untuk diungkapkan oleh entitas jenis tersebut.
Pengungkapan kebijakan akuntansi tertentu bermanfaat bagi pengguna terutama
ketika kebijakan akuntansi tersebut dipilih dari beberapa alternatif yang
diperkenankan dalam SAK.
Contohnya adalah pengungkapan apakah entitas menerapkan model nilai wajar atau
model biaya atas properti investasi (lihat PSAK 13: Properti Investasi). Beberapa
SAK secara spesifik mensyaratkan pengungkapan kebijakan akuntansi tertentu,
termasuk pilihan yang dibuat oleh manajemen di antara kebijakan akuntansi berbeda

H a l a m a n 24 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

yang diperkenankan. Sebagai contoh, PSAK 16: Aset Tetap mensyaratkan


pengungkapan dasar pengukuran yang digunakan untuk kelas aset tetap.
 Entitas mengungkapkan, bersama dengan kebijakan akuntansi signifikan atau catatan
atas laporan keuangan lain, pertimbangan (selain yang telah tercakup dalam
estimasi), yang telah dibuat manajemen dalam proses penerapan kebijakan akuntansi
dan memiliki dampak yang paling signifikan terhadap jumlah yang diakui dalam
laporan keuangan.

D. PERISTIWA SETELAH PERIODE PELAPORAN


Meskipun laporan keuangan disusun untuk periode tertentu, biasanya laporan keuangan
diterbitkan dan tersedia untuk para pengguna eksternal antara satu hingga tiga bulan
berikutnya. Selama waktu itu, akun-akun dianalisis, jurnal penyesuaian disiapkan, dan untuk
kebanyakan entitas, audit yang independen dilakukan. Selama periode setelah tanggal laporan
posisi keuangan atau akhir periode pelaporan, bisnis tidak ditutup sementara akuntan
berkutat dengan pembukuan. Bisnis tetap berlangsung, dan berbagai peristiwa mungkin
terjadi setelah membawa dampak pada laporan posisi keuangan dan laporan keuangan
lainnya untuk tahun sebelumnya. Peristiwa ini disebut dengan “Peristiwa Setelah Periode
Pelaporan.” (“Events after the Reporting Period.”)
Peristiwa setelah periode pelaporan adalah peristiwa, baik yang menguntungkan
(favorable) maupun tidak menguntungkan (unfavorable), yang terjadi di antara akhir
periode pelaporan dan tanggal laporan keuangan diotorisasi. (PSAK No 8: Peristiwa
Setelah Periode Pelaporan). Peristiwa setelah pelaporan diilustrasikan dalam tampilan
berikut: (Lihat Tampilan 3 : 1)
Tampilan 3 – 1: Interval Peristiwa Setelah Periode Pelaporan

Akhir Tanggal
Periode
Laporan
Pelaporan
Diotorisasi

Periode Laporan Keuangan Peristiwa Setelah

Periode Pelaporan

Terdapat dua jenis peristiwa dapat diidentifikasi:


1. Peristiwa yang memberikan bukti bahwa adanya kondisi pada akhir periode pelaporan
(peristiwa setelah periode pelaporan yang memerlukan penyesuaian) dan
2. Peristiwa yang mengindikasikan timbulnya kondisi setelah periode pelaporan (peristiwa
setelah periode pelaporan yang tidak memerlukan penyesuaian).
Tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit adalah tanggal ketika laporan
keuangan sudah final, yang berarti tidak ada lagi koreksi atau penyesuaian setelah tanggal

H a l a m a n 25 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

tersebut. Untuk laporan keuangan auditan, tanggal ini adalah tanggal laporan auditor;
sementara untuk laporan keuangan yang tidak diaudit, tanggal ini adalah tanggal ketika
laporan keuangan selesai disusun oleh manajemen.
Contoh:
Manajemen menyelesaikan draf laporan keuangan untuk tahun yang berakhir 31 Desember
20X5 pada 28 Februari 20X6. Pada 18 Maret 20X6, dewan direksi mengkaji ulang dan
mengotorisasinya untuk terbit. Entitas mengumumkan laba dan informasi keuangan lain pada
19 Maret 20X6. Laporan keuangan telah tersedia untuk pemegang saham dan pihak lain
pada 1 April 20X6. Para pemegang saham menyetujui laporan keuangan dalam rapat tahunan
pada 15 Mei 20X6 dan laporan keuangan yang telah disetujui tersebut kemudian
disampaikan kepada regulator pada 17 Mei 20X6. Tanggal laporan keuangan diotorisasi
untuk terbit adalah 18 Maret 20X6, yaitu tanggal otorisasi penerbitan oleh dewan direksi.
1. Peristiwa Setelah Periode Pelaporan Yang Memerlukan Penyesuaian
Entitas menyesuaikan jumlah pengakuan dalam laporan keuangan untuk mencerminkan
peristiwa setelah periode pelaporan keuangan yang memerlukan penyesuaian.
Berikut ini adalah contoh peristiwa setelah periode pelaporan yang mensyaratkan entitas
untuk menyesuaikan jumlah yang diakui dalam laporan keuangannya, atau untuk mengakui
peristiwa sebelumnya tidak diakui:
a. Penyelesaian kasus pengadilan setelah periode pelaporan yang memutuskan bahwa
entitas memiliki kewajiban kini pada akhir periode pelaporan.
b. Penerimaan informasi setelah periode pelaporan yang mengindikasikan adanya
penurunan nilai aset pada akhir periode pelaporan, atau adanya penyesuaian atas jumlah
yang sebelumnya telah diakui sebagai rugi penurunan nilai aset. Misalnya:
i. kebangkrutan pelanggan yang terjadi setelah periode pelaporan biasanya
mengkonfirmasikan bahwa pada akhir periode pelaporan telah terjadi kerugian atas
piutang usaha dan bahwa entitas perlu menyesuaikan jumlah tercatat piutang usaha
tersebut; dan
ii. penjualan persediaan setelah periode pelaporan mungkin memberikan bukti tentang
nilai realisasi neto pada akhir periode pelaporan;
c. penentuan setelah periode pelaporan atas biaya perolehan aset yang dibeli, atau hasil
penjualan aset yang dijual sebelum akhir periode pelaporan;
d. penentuan jumlah pembayaran bagi laba atau bonus setelah periode pelaporan, jika
entitas memiliki kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif kini pada akhir periode
pelaporan untuk melakukan pembayaran sebagai akibat dari peristiwa setelah tanggal
tersebut.
e. penemuan kecurangan atau kesalahan yang menunjukkan bahwa laporan keuangan tidak
benar.

2. Peristiwa Setelah Periode Pelaporan Yang Tidak Menerlukan Penyesuaian


Entitas tidak menyesuaikan jumlah pengakuan dalam laporan keuangannya untuk
mencerminkan peristiwa setelah periode pelaporan yang tidak memerlukan penyesuaian.
Berikut ini adalah contoh peristiwa setelah periode pelaporan yang tidak memerlukan
penyesuaian yang umumnya dibuat pengungkapan (disclosure):

H a l a m a n 26 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

a. kombinasi bisnis signifikan setelah periode pelaporan;


b. pengumuman untuk menghentikan suatu operasi;
c. pembelian aset yang signifikan, pengklasifikasian aset sebagai aset dimiliki untuk dijual,
pelepasan aset lain, atau pengambilalihan aset yang signifikan oleh pemerintah;
d. kerusakan pabrik produksi yang signifikan akibat kebakaran setelah periode pelaporan;
e. pengumuman atau dimulainya pelaksanaan restrukturisasi yang signifikan;
f. transaksi saham biasa dan transaksi saham biasa potensial yang signifikan setelah periode
pelaporan;
g. perubahan besar tidak normal setelah periode pelaporan atas harga aset atau nilai tukar
valuta asing;
h. perubahan tarif pajak atau peraturan perpajakan yang diberlakukan atau diumumkan
setelah periode pelaporan dan memiliki pengaruh signifikan pada aset dan liabilitas pajak
kini dan tangguhan ;
i. pemberian komitmen atau memiliki liabilitas kontinjensi yang signifikan, misalnya
menerbitkan jaminan yang signifikan; dan
j. dimulainya proses tuntutan hukum yang signifikan yang semata-mata timbul karena
peristiwa yang terjadi setelah periode pelaporan.

E. FORMAT LAPORAN POSISI KEUANGAN


Penyusunan akun-akun di dalam laporan posisi keuangan ditujukan untuk memberikan
penekanan pada akun tertentu dan untuk menyoroti hubungan-hubungan yang penting. Di
kebanyakan industri, aset dan liabilitas ditampilkan menurut format atau urutan likuiditasnya,
dengan kas di posisi pertama, dan diikuti oleh akun-akun lancar lainnya. Untuk beberapa
industri tertentu, terutama yang memiliki investasi yang besar dengan aset jangka panjang,
aset tetap berada pada urutan pertama.
Contoh 1. Format dan Klasifikasi Laporan Posisi Keuangan Disusun Berdasarkan Urutan
Likuditas

PT Gabriel Tbk

Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian dan Entitas Anak

31 Desemeber 2016 dan 2015


Keterangan Catatan 2016 2015
ASET
Aset Lancar
Kas dan setara kas 1.1 xxxx xxxx

Piutang usaha xxxx xxxx

Piutang lain xxxx xxxx

Investasi jangka pendek xxxx xxxx

H a l a m a n 27 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Persediaan xxxx xxxx

Aset keuangan tersedia untuk dijual xxxx xxxx

Biaya dibayar di muka xxxx xxxx

Pajak dibayar di muka xxxx xxxx

Aset lancar lain xxxx xxxx


Jumlah Aset Lancar xxxx xxxx
Aset Tidak Lancar
Investasi jangka panjang xxxx xxxx

Investasi pada asosiasi/ventura bersama xxxx xxxx

Properti investasi xxxx xxxx

Aset tetap xxxx xxxx

Aset tidak berwujud xxxx xxxx

Goodwill xxxx xxxx

Aset pajak tangguhan xxxx xxxx

Aset tidak lancar lain xxxx xxxx


Jumlah Aset Tidak Lancar xxxx xxxx
JUMLAH ASET xxxx xxxx
LIABILITAS DAN EKUITAS
LIABILITAS
Liabilitas Jangka Pendek
Utang usaha dan terutang lainnya xxxx xxxx

Utang pajak xxxx xxxx

Biaya yang masih harus dibayar xxxx xxxx

Liabilitas imbalan kerja jangka pendek xxxx xxxx

Pendapatan dibayar di muka xxxx xxxx

Utang bank jangka pendek xxxx xxxx

Bagian liabilitas jangka panjang yang akan jatuh


tempo
xxxx xxxx
Provisi jangka pendek
xxxx xxxx
Liabilitas jangka pendek lain

H a l a m a n 28 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

xxxx xxxx
Jumlah Liabilitas Jangka Pendek xxxx xxxx
Liabiitas Jangka Panjang
Utang bank jangka panjang xxxx xxxx

Utang sewa pembiayaan xxxx xxxx

Utang obligasi xxxx xxxx

Utang imbalan kerja jangka panjang xxxx xxxx

Provisi jangka panjang xxxx xxxx

Liabilitas pajak tangguhan xxxx xxxx

Liabilitas jangka panjang lain xxxx xxxx


Jumlah Liabilitas Jangka Panjang xxxx xxxx
JUMLAH LIABILITAS xxxx xxxx
EKUITAS
Ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik xxxx xxxx
entitas induk
xxxx xxxx
Modal disetor
xxxx xxxx
Tambahan modal disetor
xxxx xxxx
Saldo laba
xxxx xxxx
Komponen ekuitas lain
xxxx xxxx
Ekuitas yang diatribusikan kepada pemilik entitas
xxxx xxxx
Kepentingan nonpengendali
xxxx xxxx

xxxx xxxx
JUMLAH EKUITAS xxxx xxxx
JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS xxxx xxxx

Contoh 2. Format dan Klasifikasi Laporan Posisi Keuangan Disusun Berdasarkan Urutan
Aset Jangka Panjang
PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)

PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA DAN ENTITAS ANAK

31 DESEMBER 2015 DAN 2014


Catatan 2015 2014
ASET
ASET TIDAK LANCAR

H a l a m a n 29 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Aset tetap xxxx xxxx


Properti investasi xxxx xxxx
Investasi pada entitas asosiasi xxxx xxxx
Investasi pada ventura bersama xxxx xxxx
Aset pajak tangguhan xxxx xxxx
Piutang pihak berelasi xxxx xxxx
Rekening bank dan deposito berjangka dibatasi
penggunaannya
xxxx xxxx
Piutang lain-lain xxxx xxxx
Aset tidak lancar lain xxxx xxxx
Jumlah Aset Tidak Lancar xxxx xxxx
ASET LANCAR
Kas dan setara kas xxxx xxxx
Investasi jangka pendek xxxx xxxx
Piutang usaha
Pihak berelasi xxxx xxxx
Pihak ketiga xxxx xxxx
Piutang susidi listrik xxxx xxxx
Piutang lain-lain xxxx xxxx
Persediaan – bersih xxxx xxxx
Pajak dibayar di muka xxxx xxxx
Biaya dibayar di muka dan uang muka xxxx xxxx
Piutang pihak berelasi xxxx xxxx
Jumlah Aset Lancar xxxx xxxx
JUMLAH ASET xxxx xxxx
EKUITAS DAN LIABILITAS
EKUITAS
Ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas
induk
Modal saham xxxx xxxx
Tambahan modal disetor xxxx xxxx
Penyertaan modal negara xxxx xxxx
Saldo laba
Ditentukan penggunaannya xxxx xxxx
Tidak ditentukan penggunaannya xxxx xxxx
Penghasilan komprehensif lain xxxx xxxx
Ekuitas yang dapat didistribusikan kepada pemilik Entitas
Induk
xxxx xxxx
Kepentingan nonpengendali xxxx xxxx
JUMLAH EKUITAS xxxx xxxx
LIABILITAS JANGKA PANJANG
Liabilitas pajak tangguhan xxxx xxxx
Utang jangka panjang – setelah dikurangi bagian jatuh
tempo:
Penerusan pinjaman xxxx xxxx
Utang kepada Pemerintah dan Lembaga Keuangan xxxx xxxx

H a l a m a n 30 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Pemerintah non bank


Utang sewa pembiayaan xxxx xxxx
Utang bank xxxx xxxx
Utang obligasi dan sukuk ijarah xxxx xxxx
Utang listrik swasta xxxx xxxx
Utang pihak berelasi xxxx xxxx
Liabilitas imbalan pascakerja karyawan xxxx xxxx
Utang lain-lain xxxx xxxx
Jumlah Liabilitas Jangka Panjang xxxx xxxx
LIABILITAS JANGKA PENDEK
Utang usaha xxxx xxxx
Utang pajak
Pihak berelasi xxxx xxxx
Pihak ketiga xxxx xxxx
Biaya masih harus dibayar xxxx xxxx
Utang jaminan langganan xxxx xxxx
Utang biaya proyek xxxx xxxx
Pendapatan ditangguhkan xxxx xxxx
Utang jangka panjang jatuh tempo satu tahun
Penerusan pinjaman xxxx xxxx
Utang kepada Pemerintah dan Lembaga Keuangan xxxx xxxx
Pemerintah non bank
Utang sewa pembiayaan xxxx xxxx
Utang bank xxxx xxxx
Utang obligasi dan sukuk ijarah xxxx xxxx
Utang listrik swasta xxxx xxxx
Utang pihak berelasi xxxx xxxx
Liabilitas imbalan pascakerja karyawan xxxx xxxx
Utang lain-lain xxxx xxxx
Jumlah Liabilitas Jangka Pendek xxxx xxxx
JUMLAH LIABILITAS xxxx xxxx
JUMLAH EKUITAS DAN LIABILITAS xxxx xxxx
Sumber: Laporan Keuangan Konsolidasian Perusahaan Perseroan PT Perusahaan Listrik Negara 31
Desember 2015 dan 2014

Catatan:
Laporan posisi keuangan di atas diasumsikan entitas memiliki entitas anak. Jika tidak
memiliki entitas anak, maka judul laporan di atas diganti menjadi laporan posisi keuangan
(tanpa ada kalimat konsolidasian dan entitas anak dan tidak terdapat akun kepentingan
nonpengendali). Sehingga bagian ekuitas terdiri dari: modal disetor, tambahan modal disetor,
saldo laba, dan komponen ekuitas lain

PERTANYAAN

H a l a m a n 31 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

1. Sebutkan pengertian laporan posisi keuangan dan manfaat laporan posisi keuangan.
2. Apa kriteria yang umum digunakan dalam (a) klasifikasi aset sebagai aset lancar? dan (b)
klasifikasi liabilitas sebagai liabilitas jangka pendek?
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan silklus operasi normal untuk perusahaan dagang dan
perusahaan pabrikasi.
4. Tunjukkan dalam kondisi apa hal-hal berikut ini dapat diklsifikasikan sebagai tidak
lancar: (a) kas dan (b) piutang usaha.
5. Sebutkan pengertian aset tidak lancar dan liabilitas jangka panjang.
6. Kapan aset tidak lancar dapat direklasifikasi menjadi aset lancar.
7. Kapan liabilitas tidak lancar dapat direklasifikasi menjadi liabilitas jangka pendek.
8. Jelaskan bagaimana masing-masing liabilitas berikut akan diklasifikasikan di laporan
posisi keuangan.
a. Utang bank sebesar Rp1.000.000 jatuh tempo lima tahun.
b. Utang bank sebesar Rp1.000.000 yang akan dibayar dengan cicilan tahunan
sebesar Rp200.000, dengan cicilan pertama akan jatuh tempo tahun depan.
9. Bagaimana membedakan bagian modal antara perusahaan perorangan, persekutuan, dan
perseroan?
10. Apa yang dimaksud dengan saldo laba ditentukan penggunaannya dan saldo laba tidak
ditentukan penggunaannya? Berikan contohnya.
11. Apa yang dimaksud dengan catatan atas laporan keuangan?
12. Sebutkan jenis-jenis utama catatan yang dapat dicantumkan dalam laporan keuangan.
13. Sebutkan contoh-contoh informasi pendukung yang harus dimasukkan dalam catatan atas
laporan keuangan.
14. Suatu ikhtisar kebijakan akuntansi yang signifikan suatu entitas perlu diungkapkan.
Mengapa pengungkapan tersebut penting bagi pengguna eksternal atas laporan keuangan?
15. Apa yang dimaksud dengan peristiwa setelah periode pelaporan?
16. Dalam kondisi apa kejadian-kejadian setelah akhir periode pelaporan dapat menimbulkan
penjurnalan terhadap laporan keuangan periode sebelumnya?
17. Jelaskan apa yang dimaksud dengan laporan keuangan diotorisasi untuk terbit. Berikan
contohnya.
18. Bagaimana perlakuan akuntansi atas dividen yang dideklarasikan setelah akhir periode
pelaporan?
19. Mengapa asumsi kelangsungan usaha (going concern) demikian penting ketika
mempertimbangkan peristiwa setelah periode pelaporan?
20. Pada 31 Desember, liabilitas garansi (warranty liability) diperkirakan Rp1.000.000. Pada
16 Januari tahun berikutnya, hasil dari studi yang dilakukan sebelum tanggal 31
Desember telah selesai. Hasil studi menunjukkan bahwa produk akan memerlukan biaya
garansi perbaikan yang sangat besar dibandingkan dengan yang diperkirakan, total biaya
perbaikan akan sebesar Rp1.750.000 bukan sebesar Rp1.000.000. Laporan keuangan
diterbitkan pada 20 Februari. Berapakah jumlah yang seharusnya dilaporkan sebagai
liabilitas garansi di laporan posisi keuangan 31 Desember?
21. Pada 31 Desember, liabilitas garansi (warranty liability) diperkirakan Rp1.000.000. Pada
16 Januari tahun berikutnya, ditemukan bahwa seminggu sebelumnya, yaitu tanggal 9
Januari, bahan baku bermutu rendah digunakan ke dalam proses produksi. Kesalahan ini
H a l a m a n 32 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

menyebabkan adanya tambahan biaya perbaikan garansi sebesar Rp75.000. Laporan


keuangan diterbitkan pada 20 Februari. Berapakah jumlah yang seharusnya dilaporkan
sebagai liabilitas garansi di laporan posisi keuangan 31 Desember?
22. Manajemen menyelesaikan draf laporan keuangan untuk tahun yang berakhir 31
Desember 20X5 pada 6 Maret 20X6. Pada 12 Maret 20X6, dewan direksi mengkaji
ulang dan mengotorisasinya untuk terbit. Entitas mengumumkan laba dan informasi
keuangan lain pada 13 Maret 20X6. Laporan keuangan telah tersedia untuk pemegang
saham dan pihak lain pada 20 Maret 20X6. Para pemegang saham menyetujui laporan
keuangan dalam rapat tahunan pada 10 April 20X6 dan laporan keuangan yang telah
disetujui tersebut kemudian disampaikan kepada regulator pada 11 April 20X6. Kapan
laporan keuangan diotorisasi untuk terbit. Jelaskan.
23. Jelaskan secara singkat apa yang dapat Anda simpulkan mengenai laporan keuangan PT
PLN (Persero) dan Entitas Anak. Penjelasan Anda mencakup antara lain, misalnya
perbandingan dengan laporan keuangan industri manufaktur, jasa lainnya, dan hal
lainnya yang Anda ketahui.
24. Apa yang dimaksud dengan entitas induk, entitas anak, kepentingan non-pengendali, dan
laporan keuangan konsolidasian?

SOAL

1. Following is a list of account titles and balances for Pennington Investment Corporation
as of January 31, 2016.

Accounts Payable . $ 92,400


Accounts Receivable . 158,200
Accumulated Depreciation—Buildings . . 139,500
Accumulated Depreciation—Machinery and Equipment . . . . . . . . . . 116,300
Additional Paid-In Capital—Common Stock . 605,000
Allowance for Doubtful Notes and Accounts Receivable . . 24,700
Buildings . . 320,000
Cash Fund for Stock Redemption 17,500
Cash in Banks . . 8,320
Cash on Hand . 96,250
Claim for Income Tax Refund 4,000
Common Stock, $1 par. . . . 55,000
Employees’ Income Taxes Payable . . 4,360
Income Taxes Payable . . 18,000
Interest Payable . 5,790
Interest Receivable . . 2,700
Inventory . . 201,500
Investment Securities (trading) . 83,750
Investments in Undeveloped Properties . 193,500
Land . 213,000
Machinery and Equipment 165,500
Miscellaneous Supplies Inventory 4,200
Notes Payable (current) . . 68,320

H a l a m a n 33 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Notes Payable (due in 2021) . . 63,800


Notes Receivable (current) . . 32,960
Preferred Stock, $5 par . . . . 285,000
Prepaid Insurance 3,900
Retained Earnings . . 11,410
Salaries and Wages Payable . 15,700

Instructions: Prepare a properly classified financial position.


2. Berikut adalah laporan posisi keuangan PT Mayo pada 31 Desember 2016.

PT Mayo

Laporan Posisi Keuangan

31 Desember 2016
Aset Liabilitas dan Ekuitas
Aset lancar Liabilitas jangka pendek
Kas dan setara kas Rp 12.500 Utang usaha Rp 3.400
Investasi efek 8.000 Liabilitas lancar lainnya 2.000
Piutang usaha (neto) 21.350 Total liabilitas lancar Rp 5.400
Persediaan 31.000 Liabilitas jangka panjang 32.750
Aset lancar lainnya 14.200 Total liabilitas Rp 38.150
Total aset lancar Rp 87.050
Aset tidak lancar Ekuitas
Aset tetap (neto) Rp 64.800 Saham biasa Rp 50.000
Saham treasuri 4.500 Saldo laba 81.800
Aset tidak lancar lainnya 13.600 Total ekuitas Rp131.800
Total aset tidak lancar Rp 82.900
Total Aset Rp169.950 Total Liabilitas dan Ekuitas Rp169.950

Informasi tambahan berikut ini terkait dengan laporan posisi keuangan 31 Desember
2016:
1) Kas dan setara kas termasuk Rp4.000 yang telah ditetapkan untuk membeli
peralatan pabrik (aset tidak lancar).
2) Investasi efek termasuk saham senilai Rp2.750 pada salah satu entitas penyalur
utama yang dibeli dengan tujuan untuk memberikan kepemilikan signifikan bagi
entitas dan satu kursi pada dewan direksi.
3) Aset lancar lainnya termasuk Rp4.000 yang diberikan kepada pimpinan
perusahaan. Tidak ada tanggal jatuh tempo yang ditentukan.
4) Liabilitas jangka panjang termasuk utang obligasi senilai Rp10.000. Dari jumlah
ini, Rp2.500 direncanakan akan dilunasi di tahun 2017.
5) Liabilitas jangka panjang juga termasuk pinjaman bank senilai Rp7.000. Pada
tanggal 15 Mei, pinjaman akan jatuh tempo.

H a l a m a n 34 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

6) Pada 21 Desember, dividen dengan jumlah Rp15.000 diumumkan akan


dibayarkan pada pemegang saham yang tercatat pada tanggal 25 Januari. Dividen
ini tidak tercatat dalam laporan keuangan.
7) Kas dan setara kas dengan jumlah Rp19.000 ditempatkan dalam dana terbatas
(restricted fund) untuk penebusan saham preferen di tahun 2017. Keduanya, baik
kas dan setara kas maupun saham terkait telah dipindahkan dari laporan posisi
keuangan.
8) Aset tetap termasuk tanah senilai Rp8.000 yang dimiliki untuk tujuan investasi
dan direncanakan untuk dijual di tahun 2017.

Berdasarkan pada informasi tersebut, buatlah laporan posisi keuangan yang telah
dikoreksi.

H a l a m a n 35 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

BAB 4
LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF
LAIN DAN LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

A. PENDAHULUAN

Pada tahun 2011, komponen laporan keuangan mengalami sedikit perubahan. Perubahan
tersebut antara lain, terlihat dari judul Laporan Laba Rugi menjadi Laporan Laba Rugi
Komprehensif. Dengan diterbitkannya PSAK No. 1 (Revisi 2013): Penyajian Laporan
Keuangan, judul Laporan Laba Rugi Komprehensif menjadi “Laporan Laba Rugi dan
Penghasilan Komprehensif Lain” (“Statement of Profit and Loss and Other Comprehensive
Income”).
Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain menyajikan ukuran keberhasilan
kinerja yang dicapai oleh entitas pelaporan dalam satu periode berjalan. Informasi tentang
kinerja entitas digunakan untuk menilai dan memprediksi jumlah, waktu, dan ketidakpastian
arus kas masa depan.
B. LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN
Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain menyediakan rincian penghasilan,
beban, laba dan rugi, serta penghasilan komprehensif lain entitas untuk suatu periode waktu.
Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain terdiri dari dua komponen yaitu (1)
laba rugi, dan (2) penghasilan komprehensif lain.
1. Bentuk Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain
Entitas dapat menyajikan format, isi, dan urutan di dalam laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain, sebagai berikut:
1. Bagian Penjulan atau Pendapatan Operasi Lainnya (Sales or Other Operating
Revenues Section). Menyajikan penjualan, diskon, retur, dan informasi lain yang
terkait. Tujuannya untuk menetapkan jumlah pendapatan penjualan bersih.
2. Bagian Beban Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold Section). Menunjukkan
beban pokok penjualan untuk menghasilkan penjualan.
Laba Bruto (Gross Profit). Pendapatan dikurangi beban pokok penjualan
3. Beban Penjualan (Selling Expenses Section). Melaporkan beban – beban yang
timbul dari usaha untuk melakukan penjualan.
4. Beban Umum dan Administrasi (General and Administrative Expenses).
Melaporkan beban – beban umum dan administrasi.
5. Pendapatan dan Beban Lain – Lain (Other Revenues and Expenses). Meliputi
sebagian besar transaksi – transaksi lainnya yang tidak berkaitan dengan katagori
pendapatan dan beban yang disajikan di atas. Misalnya, keuntungan atau kerugian
penjualan aset jangka panjang, penurunan nilai aset, beban restrukturisasi,
pendapatan sewa, pendapatan dividen, dan pendapatan bunga.
Laba Operasi (Income from Operation). Hasil entitas dari operasi normal
6. Beban Keuangan (Financing Expenses). Pos terpisah yang mengidentifikasi
biaya keuangan atau pendanaan entitas. Istilah ini disebut sebagai beban bunga.
Laba sebelum Pajak Penghasilan (Income before Income Tax). Total laba
sebelum pajak penghasilan.
7. Beban Pajak Penghasilan (Income Tax Expense). Bagian singkat yang

H a l a m a n 36 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

melaporkan pajak yang dikenakan atas laba sebelum pajak penghasilan.


Laba dari Operasi yang Dilanjutkan (Income from Continuing Operations).
Hasil entitas sebelum keuntungan atau kerugian atas operasi yang dihentikan. Jika
entitas tidak memiliki keuntungan atau kerugian dari operasi yang dihentikan,
seksi ini tidak dilaporkan dan jumlah ini dilaporkan sebagai laba bersih (net
income).
8. Operasi yang Dihentikan (Discontinued Operations). Laba atau rugi yang
timbul dari pelepasan komponen entitas.
Laba Bersih atau Laba dan Rugi (Net Income or Profit and Loss). Hasil bersih
kinerja entitas selama satu periode yang diperoleh dari total pendapatan dikurangi
beban, tidak termasuk penghasilan komprehensif lain.
9. Penghasilan Komprehensif Lain (Other Comprehensive Income). Meliputi pos
– pos pendapatan dan beban yang tidak diakui dalam laba bersih.
Total Laba Komprehensif (Total Comprehensive Income). Meliputi komponen
“laba rugi” dan “penghasilan komprehensif lain.”
10. Kepentingan Nonpengendali (Non-controlling Interest - NCI). Menyajikan laba
bersih dan laba komprehensif yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan
kepentingan nonpengendali.
11. Laba Bersih Per Saham (Earnings Per Share). Jumlah laba per saham yang
dilaporkan.
Pada umumnya, standar akuntansi keuangan (PSAK No 1) tidak mendefinisikan pos –
pos penghasilan, beban, pendapatan dan beban lain – lain yang akan dilaporkan sebagai
bagian dari laba operasi. Namun, entitas dapat menyajikan pos – pos tambahan, total dan sub
total jika penyajian seperti itu relevan untuk membantu pemahaman kinerja keuangan
entitas. Selain itu, entitas dapat mengubah urutan penyajian dan istilah yang digunakan untuk
menjelaskan pos-pos jika diperlukan untuk memenuhi kondisi tertentu.
2. PENGHASILAN DAN BEBAN
1) Penghasilan
Penghasilan meliputi pendapatan dan keuntungan. Penghasilan (income) adalah
kenaikan manfaat ekonomi selama periode pelaporan dalam bentuk arus masuk atau
peningkatan aset, atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanam modal. Pendapatan (revenues) adalah penghasilan yang
timbul dalam pelaksanaan aktivitas yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda
seperti penjualan, imbalan, bunga, dividen, royalti, dan sewa. Keuntungan (gains)
mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi penghasilan namun bukan pendapatan.
2) Beban
Beban mencakup beban dan kerugian yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas
yang biasa. Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
pelaporan dalam bentuk arus keluar atau penurunan aset, atau terjadinya liabilitas yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak terkait dengan distribusi kepada penanam
modal. Kerugian (losses) mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang
mungkin, atau mungkin tidak, timbul dari pelaksanaan aktivitas entitas yang biasa.
Entitas menyajikan beban yang diakui dalam laba rugi dengan menggunakan klasifikasi
atau metode berdasarkan sifat (nature-of-expense method) atau fungsinya (function-of-

H a l a m a n 37 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

expense method), mana yang dapat menyediakan informasi yang andal dan lebih relevan.
Pada umumnya, entitas menggunakan metode berdasarkan fungsi.
 Klasifikasi menurut sifat. Klasifikasi menurut sifat mengidentifikasi biaya (cost) dan
beban (expense) dalam bentuk sifat biaya, seperti gaji dan upah, pembelian bahan baku,
beban penyusutan, dan beban iklan.
 Klasifikasi menurut fungsi. Klasifikasi menurut fungsi menyajikan beban dilihat dari
tujuan pengeluaran (expenditure), seperti biaya manufaktur, distribusi, dan administrasi.
Contoh klasifikasi laporan laba rugi dengan menggunakan “metode sifat beban” adalah
sebagai berikut:
Pendapatan Xxx
Pendapatan lain Xxx
Perubahan dalam persediaan barang jadi dan xxx
barang dalam proses xxx
xxx
Bahan baku yang digunakan xxx
xxx
Beban imbalan kerja xxx
xxx
Beban penyusutan dan amortisasi

Beban lain

Beban keuangan
Total beban Xxx
Laba sebelum pajak (laba operasi) Xxx
Contoh klasifikasi laporan laba rugi dengan menggunakan “metode fungsi beban”
(“metode beban pokok penjualan”) adalah sebagai berikut:
Pendapatan xxx
Beban pokok penjualan xxx
Laba bruto Xxx
Pendapatan lain xxx
xxx
Beban penjualan xxx
xxx
Beban umum dan administrasi xxx

Beban lain

Beban keuangan
Total beban Xxx
Laba sebelum pajak (laba operasi) Xxx
Perhitungan beban pokok penjualan untuk perusahaan dagang (merchandising firm) dan
perusahaan pabrikasi (manufacturing firm) adalah sebagai berikut:

a. Skedul beban pokok penjualan (perusahaan dagang)

H a l a m a n 38 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Entitas XYZ

Skedul Beban Pokok Penjualan

Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2015


Persediaan awal Rpxxx
Tambah: Pembelian Rpxxx
Beban angkut Xxx
Beban pokok pembelian Xxx
Kurang: Diskon pembelian Rpxxx
Retur pembelian dan pengurangan harga xxx (xxx)
Pembelian neto Xxx
Beban pokok tersedia untuk dijual Xxx
Kurang: Persediaan akhir (xxx)
Beban pokok penjualan Rpxxx

b. Skedul beban pokok penjualan (perusahaan pabrikasi)

Entitas XYZ

Skedul Beban Pokok Penjualan

Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2015


Persediaan bahan baku langsung, 1 Januari 2015 Rpxxx
Pembelian bahan baku (termasuk beban angkut dan dikurang
diskon pembelian serta retur pembelian dan pengurangan
harga)

Rpxxx
Total bahan baku tersedia Xxx
Persediaan bahan baku, 31 Desember 2015 (xxx)
Bahan baku yang digunakan xxx
Tenaga kerja langsung xxx
Overhead pabrik: xxx
Tenaga kerja pabrik tidak langsung Rpxxx

Bahan baku tidak langsung xxx

Beban overhead lainnya xxx

Penyusutan peralatan pabrik xxx

Utilitas xxx xxx


Biaya pabrikasi Rpxxx
Tambah: Barang dalam proses, 1 Januari 2015 xxx
Kurang : Barang dalam proses, 31 Desember 2015 xxx
Biaya produksi Rpxxx
Tambah: Persediaan barang jadi, 1 Januari 2015 xxx
Biaya barang tersedia untuk dijual xxx
H a l a m a n 39 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Kurang : Persediaan barang jadi, 31 Desember 2015 xxx


Beban pokok penjualan Rpxxx

3. OPERASI YANG DIHENTIKAN


Operasi yang dihentikan (discontinued operations) adalah

1) komponen entitas yang telah dilepaskan atau diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk
dijual.
2) memenuhi salah satu dari tiga kriteria berikut:

a. mewakili lini usaha atau area geografis operasi utama yang terpisah.
b. bagian dari rencana tunggal terkoordinasi untuk melepaskan lini usaha atau area
geografis operasi yang terpisah,
c. entitas anak yang diperoleh secara khusus dengan tujuan dijual kembali. (PSAK
No. 58: Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang
Dihentikan)
Untuk dapat diklasifikasikan sebagai komponen suatu entitas (operasi yang dihentikan),
maka operasi dan arus kas yang dapat dipisahkan secara jelas, untuk tujuan operasi dan
pelaporan keuangan, dari bagian lain entitas.
Sehubungan dengan operasi yang dihentikan, maka entitas:
 melaporkan keuntungan atau kerugian dari pelepasan komponen bisnis sebagai
operasi yang dihentikan dalam kelompok laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain terpisah.
 melaporkan secara terpisah hasil operasi komponen yang telah dan akan
dilepaskan dari operasi yang dilanjutkan (continuing operation).
 menyajikan efek operasi yang dihentikan setelah pajak.
 menggunakan frasa “laba dari operasi dilanjutkan” (“income from continuing
operations”) jika keuntungan atau kerugian dari operasi dihentikan terjadi.
Terdapat dua kemungkinan terjadi atas operasi yang dihentikan yaitu: (1) komponen
entitas telah dijual/dilepaskan (has been disposed of), dan (2) komponen diklasifikasikan
sebagai dimiliki untuk dijual (is classified as held for sale).
1) Jika komponen telah dijual. Jika komponen yang dihentikan dijual sebelum akhir
periode pelaporan, pengaruh terhadap laba yang dilaporkan dari suatu operasi yang
dihentikan mencakup dua komponen:
a. Laba atau rugi dari operasi (pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian) dari
komponen dari awal periode pelaporan sampai dengan tanggal pelepasan.
b. Keuntungan atau kerugian dari pelepasan aset komponen.
Kedua unsur ini dapat digabungkan atau dilaporkan secara terpisah, setelah
memperhitungkan pengaruh pajak.
Ilustrasi 1: PT XYZ mempunyai beberapa divisi operasi. Pada bulan Oktober 2015, direksi
memutuskan untuk menjual satu dari divisinya yang memenuhi syarat sebagai komponen
terpisah sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Divisi tersebut dijual pada 18 Oktober
2015 dengan harga jual Rp14.000.000. Pada tanggal itu, nilai tercatat aset divisi sebesar

H a l a m a n 40 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Rp12.000.000. Selama periode 1 Januari sampai dengan tanggal pelepasan, divisi


melaporkan rugi dari operasi sebelum pajak sebesar Rp4.200.000. Tarif pajak penghasilan
adalah 25%. PT XYZ memperoleh laba setelah pajak dari operasi yang dilanjutkan sebesar
Rp22.350.000. Penghitungan kerugian dari operasi yang dihentikan (setelah pajak) adalah
sebagai berikut:
Rugi dari operasi yang dihentikan Rp(4.200.000)
Kurang: Manfaat pajak penghasilan (25% x Rp4.200.000) 1.050.000
Rugi bersih Rp3.150.000
Keuntungan dari pelepasan aset Rp2.000.000
Kurang: Beban pajak penghasilan (25% x Rp2.000.000) (500.000)
Keuntungan bersih Rp1.500.000
Penyajian operasi yang dihentikan pada laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain untuk PT XYZ adalah sebagai berikut:
Laba dari operasi yang dilanjutkan Rp22.350.000
Operasi yang dihentikan
Kerugian dari komponen yang dihentikan (setelah manfaat pajak
penghasilan Rp1.050.000)
(3.150.000)
Keuntungan dari pelepasan komponen yang dihentikan (setelah beban
pajak penghasilan Rp500.000)
1.500.000
Laba bersih Rp20.700.000
Atau operasi yang dihentikan dapat disajikan dalam laporan laba rugi
dan penghasilan komprehensif lain untuk PT XYZ sebagai berikut:
Laba dari operasi yang dilanjutkan Rp22.350.000
Operasi yang dihentikan
Kerugian dari operasi yang dihentikan (termasuk
keuntungan pelepasan Rp2.000.000 1)
(Rp2.200.000)2
Manfaat pajak penghasilan 550.000 3
Kerugian dari operasi yang dihentikan (1.650.000)
Laba bersih Rp20.700.000
1) Harga jual neto Rp14.000.000 dikurang nilai tercatat
Rp12.000.000
2) Rugi dari operasi Rp4.200.000 dikurang keuntungan pelepasan
Rp2.000.000
3)
Rp2.200.000 x 25%

2) Jika komponen dianggap dimiliki untuk dijual. Entitas telah memutuskan untuk
menghentikan sebuah komponen tetapi, ketika periode pelaporan berakhir, komponen belum
terjual. Jika kondisi menunjukkan bahwa kemungkinan komponen akan terjual dalam suatu
tahun, maka komponen diklasifikasikan sebagai “dimiliki untuk dijual.” Dalam kasus ini,
pengaruh terhadap laba atas operasi yang dihentikan tetap dilaporkan, tetapi dua komponen
dari jumlah yang dilaporkan akan dimodifikasi sebagai berikut:
H a l a m a n 41 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

a. Laba atau rugi dari operasi (pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian) dari
komponen dari awal periode pelaporan sampai dengan akhir periode pelaporan.
b. Suatu “kerugian penurunan nilai” (“impairment loss”) jika nilai tercatat aset dari
komponen lebih tinggi daripada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual.

Kedua unsur laba tersebut dapat digabungkan atau dilaporkan secara terpisah, setelah
memperhitungkan pengaruh pajak. Selain itu, jika jumlahnya digabung dan terdapat kerugian
penurunan nilai, maka kerugian tersebut harus diungkapkan.
Pengungkapan (disclosure) meliputi identitas komponen, kelompok utama aset dan
liabilitas komponen, alasan penghentian, dan sifat pelepasan. Demikian juga di laporan
keuangan, aset dan liabilitas komponen yang dianggap dimiliki untuk dijual dilaporkan pada
nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat (nilai buku) atau nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual. Dan, aset yang diklasifikasikan dimiliki untuk dijual tidak lagi dilaporkan sebagai
bagian aset tetap atau tidak berwujud dan tidak disusutkan.
Ilustrasi 2. PT XYZ mempunyai beberapa divisi operasi. Pada bulan Oktober 2015, direksi
memutuskan untuk menjual satu dari divisinya yang memenuhi syarat sebagai komponen
terpisah sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Pada 31 Desember 2015, akhir periode
pelaporan, divisi belum dijual. Pada tanggal tersebut, nilai tercatat aset divisi
Rp12.000.000 dan nilai wajar dikurang biaya untuk menjual sebesar Rp9.000.000. Selama
tahun berjalan, divisi melaporkan kerugian operasi sebelum pajak sebesar Rp4.200.000.
Tarif pajak penghasilan adalah 25%. PT XYZ memperoleh laba setelah pajak dari operasi
yang dilanjutkan sebesar Rp22.350.000. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif
lain untuk PT XYZ akan dilaporkan sebagai berikut:
Laba dari operasi yang dilanjutkan Rp22.350.000
Operasi yang dihentikan
Kerugian dari operasi yang dihentikan (termasuk
kerugian penurunan nilai Rp3.000.000 1)
Rp(7.200.000)2
Manfaat pajak penghasilan 1.800.0003
Kerugian dari operasi yang dihentikan 5.400.000
Laba bersih Rp16.950.000
1.
Nilai tercatat Rp12.000.000 dikurang nilai wajar neto setelah
biaya untuk menjual Rp9.000.000
2.
Kerugian dari operasi Rp4.200.000 ditambah kerugian
penurunan nilai Rp3.000.000
3.
Rp7.200.000 x 25%

4. PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN


Laba komprehensif adalah perubahan ekuitas (aset neto) selama satu periode yang
dihasilkan dari transaksi dan peristiwa lain, selain perubahan yang dihasilkan dari transaksi
dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik. Laba komprehensif (comprehensive
income) mencakup semua komponen “laba atau rugi” dan “penghasilan komprehensif lain”
yang disajikan dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.

H a l a m a n 42 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Penghasilan komprehensif lain (other comprehensive income – OCI) berisi pos-pos


pendapatan dan beban (termasuk penyesuaian reklasifikasi) yang tidak diakui dalam laba
rugi.
Komponen penghasilan komprehensif lain meliputi:
1. Perubahan dalam surplus revaluasi (lihat PSAK 16: Aset Tetap dan PSAK 19: Aset Tak
Berwujud);
2. Pengukuran kembali atas program manfaat pasti (lihat PSAK 24: Imbalan Kerja);
3. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari kegiatan
usaha luar negeri (lihat PSAK 10: Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing);
4. Keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan sebagai "tersedia untuk
dijual" (lihat PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran);
5. Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen lindung nilai dalam rangka
lindung nilai arus kas (lihat PSAK 55).

Penghasilan komprehensif lain mencakup perubahan-perubahan karena penggunaan


model nilai wajar. Sifat dari kelima komponen penghasilan komprehensif lain merupakan
keuntungan atau kerugian kepemilikan yang belum direalisasi. Sehingga, laporan laba rugi
dan penghasilan komprehensif lain tidak hanya mencakup keuntungan atau kerugian yang
belum direalisasi, tetapi juga mencakup keuntungan atau kerugian yang telah direalisasi.
Komponen yang menyajikan keuntungan atau kerugian yang telah direalisasi disebut sebagai
laporan laba rugi, sedangkan komponen yang menyajikan keuntungan atau kerugian yang
belum direalisasi disebut sebagai komponen penghasilan komprehensif lain.

1) Penyajian Penghasilan Komprehensif Lain

Entitas dapat menyajikan semua komponen penghasilan komprehensif lain yang diakui
dalam satu periode baik dalam laporan tunggal maupun laporan terpisah.

a. Laporan Tunggal (Pendekatan Satu Laporan)

Dalam bentuk suatu laporan tunggal laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
disajikan dalam dua bagian. Bagian tersebut disajikan bersama, dengan bagian laba rugi
disajikan pertama kali mengikuti secara langsung dengan bagian penghasilan komprehensif
lain (pendekatan laporan tunggal – single statement approach).

b. Laporan Terpisah (Pendekatan Dua Laporan)

Dalam bentuk bagian laba rugi dalam suatu laporan laba rugi terpisah. Jika demikian,
laporan laba rugi terpisah akan dengan seketika mendahului laporan yang menyajikan
penghasilan komprehensif lain, yang mana akan dimulai dengan laba rugi. Jika entitas
menyajikan laporan laba rugi terpisah, entitas tidak menyajikan bagian laba rugi dalam
laporan yang menyajikan penghasilan komprehensif. (pendekatan dua laporan – the two
statement approach).

H a l a m a n 43 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Ilustrasi: Berikut ini diilustrasikan dua alternatif bentuk laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain. Dalam tiap kasus, asumsikan bahwa PT Galaxi Tbk melaporkan
informasi berikut untuk tahun 2015: pendapatan penjualan Rp800.000; beban pokok
penjualan Rp600.000; beban operasi Rp90.000; dan keuntungan yang belum direalisasi atas
efek tersedia untuk dijual setelah pajak Rp30.000.
 Pendekatan Satu Laporan (Laporan Tunggal)
Dalam pendekatan ini, laba bersih atau laba-rugi merupakan subtotal, dengan laba
komprehensif ditunjukkan sebagai total.
Bentuk satu laporan untuk PT Galaxi Tbk disajikan dibawah ini:
PT Galaxi Tbk
Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2015
Pendapatan penjualan Rp800.000
Beban pokok penjualan 600.000
Laba bruto Rp200.000
Beban operasi 90.000
Laba bersih Rp110.000
Penghasilan komprehensif lain:
Keuntungan kepemilikan yang belum direalisasi atas efek
tersedia untuk dijual, setelah pajak 30.000
Laba komprehensif Rp140.000

 Pendekatan Dua Laporan (Laporan Terpisah)

PT Galaxi Tbk
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2015
Pendapatan penjualan Rp800.000
Beban pokok penjualan 600.000
Laba bruto Rp200.000
Beban operasi 90.000
Laba bersih Rp110.000

PT Galaxi Tbk

Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain


Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2015
Laba bersih Rp110.000
Penghasilan komprehensif lain:
Keuntungan kepemilikan yang belum direalisasi atas efek
tersedia untuk dijual, setelah pajak 30.000
Laba komprehensif Rp140.000
Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain menyajikan, sebagai tambahan atas
bagian laba rugi dan penghasilan komprehensif lain:
a. laba rugi;
b. total penghasilan komprehensif lain;
H a l a m a n 44 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

c. penghasilan komprehensif untuk periode berjalan, menjadi total laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain.

Istilah “penghasilan atau laba komprehensif” untuk menunjukkan seluruh komponen laba
rugi komprehensif, termasuk pos “laba rugi” dan “penghasilan komprehensif lain.” Entitas
menyajikan pos-pos berikut, tambahan atas bagian laba rugi dan penghasilan komprehensif
lain, sebagai alokasi dari laba rugi dan penghasilan komprehensif lain untuk periode berjalan:
a. laba rugi untuk periode yang dapat diatribusikan kepada:
 kepentingan nonpengendali; dan
 pemilik entitas induk.
b. penghasilan komprehensif untuk periode yang dapat diatribusikan kepada:
 kepentingan nonpengendali; dan
 pemilik entitas induk.

2) Informasi yang Disajikan dalam Bagian Penghasilan Komprehensif Lain

Bagian penghasilan komprehensif lain menyajikan pos-pos untuk jumlah suatu periode
a. Tidak akan direklasifikasi lebih lanjut ke laba rugi.

Penyesuaian reklasifikasi tidak dilakukan pada perubahan surplus revaluasi dan


program kembali atas program manfaat pasti.

b. Akan direklasifikasi lebih lanjut ke laba rugi ketika kondisi tertentu terpenuhi.

Entitas dapat menyajikan komponen penghasilan komprehensif lain:


a. jumlah neto dari dampak pajak terkait, atau
b. jumlah sebelum dampak pajak terkait disertai dengan total pajak penghasilan yang
terkait dengan pos tersebut.

5. POS LUAR BIASA


Pos luar biasa (extraordinary items) adalah kejadian dan transaksi dengan dua kriteria:
jarang sekali terjadi (infrequent in occurrence) dan sifatnya tidak biasa (unusual in nature).
Contohnya, laba dari pembatalan utang kepada pemegang saham dan rugi kebakaran, gempa,
atau banjir. Dengan diterbitkannya PSAK No. 1, maka entitas tidak diperkenankan
menyajikan pos-pos penghasilan atau beban sebagai pos luar biasa dalam laporan laba rugi
dan penghasilan komprehensif lain atau dalam catatan atas laporan keuangan.
6. LABA PER SAHAM
Setiap entitas yang melakukan pengungkapan Laba per Saham (Earnings per Share –
EPS) menghitung dan mengungkapkan laba per saham sesuai dengan PSAK No. 56: Laba
Per Saham. Entitas menghitung jumlah laba per saham dasar (basic EPS) atas laba atau rugi
yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa entitas induk dan, jika disajikan, laba
atau rugi dari operasi normal berkelanjutan yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham
biasa tersebut.

H a l a m a n 45 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Laba per saham dasar dihitung dengan membagi laba atau rugi yang dapat diatribusikan
kepada pemegang saham biasa entitas induk (pembilang) dengan jumlah rata-rata tertimbang
saham biasa yang beredar (penyebut) dalam suatu periode.
C. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Di samping laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain, entitas juga
menyajikan laporan ekuitas pemegang saham (atau laporan perubahan ekuitas pemegang
saham – statement of changes in stockhoders’ equity). Laporan ini melaporkan perubahan
masing-masing akun ekuitas pemegang saham dan total ekuitas pemegang saham selama
suatu periode. Entitas biasanya menyajikan laporan ekuitas pemegang saham dalam format
kolom (columnar form). Ekuitas pemegang saham pada umumnya mencakup modal
kontribusi (saham preferen, saham biasa, dan tambahan modal disetor), saldo laba, dan
penghasilan komprehensif lain.
Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang memuat informasi sebagai berikut:
1. Total laba rugi komprehensif selama suatu periode, yang menunjukkan secara terpisah
total jumlah yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada
kepentingan nonpengendali;
2. Untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali
secara retrospektif yang diakui sesuai dengan PSAK 25: Kebijakan Akuntansi,
Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan;
3. Untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir
periode, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul dari:
i. laba rugi;
ii. penghasilan komprehensif lain; dan
iii. transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang menunjukkan
secara terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada pemilik dan perubahan
hak kepemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilangnya pengendalian.

Entitas menyajikan, baik dalam laporan perubahan ekuitas atau catatan atas laporan
keuangan, jumlah dividen yang diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama periode, dan
dividen per saham.
Ilustrasi: Asumsikan, sebagaimana informasi yang sama dengan PT Galaxi; entitas
mempunyai saldo akun ekuitas pemegang saham pada awal tahun 2015: Saham biasa
Rp300.000; saldo laba Rp50.000; dan penghasilan komprehensif lain Rp60.000. Tidak ada
perubahan akun saham biasa yang terjadi selama tahun berjalan. Penyajian ekuitas pemegang
saham untuk PT Galaxi sebagai berikut:
PT Galaxi Tbk
Laporan Perubahan Ekuitas Pemegang Saham
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2015
Penghasilan
Saham Saldo Komprehen- Total
Biasa Laba sif Lain
Saldo awal Rp300.000 Rp 50.000 Rp60.000 Rp410.000

H a l a m a n 46 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Laba bersih 110.000 110.000


Penghasilan komprehensif lain:
Keuntungan kepemilikan yang
belum direalisasi, setelah pajak 30.000
Saldo akhir Rp300.000 Rp160.000 Rp90.000 Rp550.000
Dengan mengabaikan format yang digunakan, PT Galaxi melaporkan penghasilan
komprehensif lain sebesar Rp90.000 dalam bagian ekuitas pemegang saham di laporan posisi
keuangan sebagai berikut:
PT Galaxi Tbk
Laporan Perubahan Ekuitas Pemegang Saham
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2015
Ekuitas pemegang saham
Saham biasa Rp300.000
Saldo laba 160.000
Penghasilan komprehensif lain 90.000
Total ekuitas pemegang saham Rp550.000

D. FORMAT LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF


LAIN
Contoh : Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain Konsolidasian
PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan Entitas Anaknya

Laporan Laba Rugi Dan Penghasilan Komprehensif Lain Konsolidasian

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2015


Catatan 2015 2014
OPERASI YANG DILANJUTKAN:
PENJUALAN NETO xxx xxx
BEBAN POKOK PENJUALAN xxx xxx
LABA BRUTO xxx xxx
Beban penjualan dan distribusi xxx xxx
Beban umum dan administrasi xxx xxx
Penghasilan operasi lain xxx xxx
Beban operasi lain xxx xxx
LABA USAHA xxx xxx
Penghasilan keuangan xxx xxx
Beban keuangan xxx xxx
Bagian atas laba (rugi) entitas asosiasi xxx xxx
LABA SEBELUM BEBAN PAJAK PENGHASILAN

xxx xxx
Beban pajak penghasilan xxx xxx
LABA PERIODE BERJALAN DARI OPERASI
YANG DILANJUTKAN
xxx xxx

H a l a m a n 47 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

OPERASI YANG DIHENTIKAN


LABA (RUGI) DARI OPERASI YANG
DIHENTIKAN, SETELAH PAJAK
xxx xxx
LABA PERIODE BERJALAN xxx xxx
Penghasilan (rugi) komprehensif lain
Pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba (rugi)
Laba (rugi) pengukuran kembali atas liabilitas
imbalan kerja karyawan setelah pajak
xxx xxx
Bagian laba (rugi) komprehensif lain dari entitas
asosiasi setelah pajak
xxx xxx
Pos yang dapat direklasifikasi ke laba (rugi)
Laba (rugi) yang belum terealisasi dari aset keuangan
tersedia untuk dijual setelah pajak
xxx xxx
Selisih kurs atas penjabaran laporan keuangan xxx xxx
Bagian laba (rugi) komprehensif lain dari entitas
asosiasi setelah pajak
xxx xxx
Laba (rugi) nilai wajar atas lindung nilai arus kas xxx xxx
Penghasilan laba (rugi) komprehensif lain tahun
berjalan setelah pajak
xxx xxx
TOTAL LABA KOMPREHENSIF PERIODE
BERJALAN
xxx xxx
Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada:
Pemilik entitas induk xxx xxx
Kepentingan nonpengendali xxx xxx
Total xxx xxx
Total laba komprenesif periode berjalan yang dapat
diatribusikan kepada:
Pemilik entitas induk xxx xxx
Kepentingan nonpengendali xxx xxx
Total xxx xxx
Laba Per Saham Dasar dari Operasi Yang Dilanjutkan
yang Dapat Diatribusikan Kepada Pemilik Entitas
Induk

xxx xxx
Laba Per Saham Dasar dari Operasi Yang Dihentikan
yang Dapat Diatribusikan Kepada Pemilik Entitas
Induk

xxx xxx

H a l a m a n 48 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan laba komprehensif ? Apa bedanya dengan laba bersih ?
2. Jelaskan pendekatan untuk menyajikan penghasilan komprehensif lain dalam laporan
laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.
3. Sebutkan beberapa contoh pos-pos penghasilan komprehensif lain.
4. Sebutkan pengertian penghasilan dan beban.
5. Sebutkan perbedaan beban yang diklasifikasikan berdasarkan fungsi beban dan sifat.
6. Apa yang disajikan dalam laporan perubahan ekuitas?
7. Bagaimana struktur catatan atas laporan keuangan dari suatu entitas.
8. Apa yang dimaksud dengan operasi yang dihentikan? Bagaimana operasi yang
dihentikan disajikan dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain?
9. Apa yang dimaksud dengan komponen entitas?
10. Apa yang dimaksud dengan pos luar biasa? Berikan contohnya. Bagaimana perlakuan
akuntansi atas pos luar biasa menurut PSAK No. 1?
11. Apa yang dimaksud dengan laba per saham? Bagaimana cara menghitungnya?
12. Pada 30 Juni 2016, manajemen puncak Entitas X memutuskan untuk melepas komponen
bisnis yang tidak menguntungkan. Kerugian operasi komponen tersebut Rp130.000
terjadi selama tahun itu. Fasilitas pabrik sehubungan dengan segmen bisnis tersebut dijual
pada 1 Desember 2016, dan keuntungan sebesar Rp15.000 direalisasi atas penjualan aset
pabrik tersebut.
a. Dengan asumsi tarif pajak penghasilan adalah 25%, susunlah bagian operasi yang
dilanjutkan pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain untuk tahun
yang berakhir 31 Desember 2016.
b. Informasi tambahan apakah yang diberikan oleh Entitas X tentang segmen operasi
yang dihentikan tersebut menurut standar akuntansi keuangan.
13. Dengan menggunakan informasi berikut ini, hitunglah: (a) jumlah modal kontribusi, (b)
akumulasi penghasilan komprehensif lain, dan (c) jumlah ekuitas:
Tambahan modal disetor, saham biasa Rp9.000.000
Saham biasa, nilai nominal 400.000
Akumulasi penyesuaian penjabaran (pengurangan ekuitas), akhir 2.000.000
Saham treasuri 700.000
Saldo laba (setelah penutupan, akhir) 1.500.000
Akumulasi keuntungan yang belum direalisasi atas penjualan efek
tersedia untuk dijual, akhir
1.000.000
14. Pada awal tahun 2015, manajemen PT Maju memutuskan untuk menutup salah satu toko
ritel nya. PT Maju adalah entitas besar dan tidak bermaksud untuk menyiapkan laporan
keuangan yang lengkap untuk setiap toko. Persediaan dan peralatan dipindahkan ke toko
yang lain; tanah dan gedung dijual pada 1 Juli 2015, dengan keuntungan sebelum pajak
Rp400.000. Nilai ini telah dimasukkan sebagai operasi yang dihentikan. Menurut Anda
apakah kebijakan yang dilakukan dengan memasukkannya pada laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain sebagai pos operasi yang dihentikan. Jelaskan

H a l a m a n 49 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

SOAL

1. PT Jaya Konstruksi membangun gedung kantor. Entitas juga memiliki dan


mengoperasikan jaringan hotel di wilayah Bogor. Pada 30 September 2015, entitas
memutuskan untuk menjual seluruh binis hotelnya seharga Rp40 juta. Penjualan
diselesaikan pada 15 Desember 2015. Informasi laporan laba rugi untuk tahun 2015
disajikan di bawah ini untuk kedua komponen entitas.

Dalam jutaan
Komponen Komponen
Konstruksi Hotel
Pendapatan penjualan Rp450 Rp200
Beban operasi 226 210
Pendapatan (beban) lain-lain * 16 (30)
Laba (rugi) sebelum pajak penghasilan Rp240 Rp(40)
Beban (manfaat) pajak penghasilan ** 96 (16)
Laba (rugi) bersih Rp144 Rp(24)
* Untuk komponen hotel, seluruh jumlah keuntungan (kerugian) merupakan kerugian
penjualan aset komponen senilai Rp40 juta ketika nilai tercatatnya Rp70 juta.

** Tarif pajak yang diterapkan untuk semua pos-pos laba atau rugi sebesar 40%.
Selain pendapatan dan beban komponen konstruksi dan hotel, PT Jaya Konstruksi
mengalami kerugian bisnis konstruksinya atas hancurnya bangunan dan peralatan yang
disebabkan gempa bumi sebesar Rp20.000.000. Kejadian ini dianggap sifatnya tidak
biasa dan jarang terjadi. Juga, pada 2015 entitas memperoleh keuntungan belum
direalisasi sebelum pajak atas investasi efek sebesar Rp3.000.000 dan keuntungan belum
direalisasi atas penjabaran valuta asing sebelum pajak sebesar Rp1.000.000.
Diminta:
a. Buatlah laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain tahun 2015 untuk PT
Jaya Konstruksi dengan menggunakan pendekatan laporan tunggal (the single-
statement approach).
b. Buatlah laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif dengan menggunakan
pendekatan laporan terpisah (the two-statement approach).
c. Hitunglah laba per saham (earnings per share – EPS). EPS adalah laba bersih dibagi
dengan rata-rata jumlah saham beredar. Jumlah saham biasa yang beredar selama
tahun 2015 adalah 1.000.000. lembar.
Jawaban:

a. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain untuk PT Jaya Konstruksi
dengan menggunakan pendekatan laporan tunggal (the single-statement
approach).

PT Jaya Konstruksi

H a l a m a n 50 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain

Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2015

(dalam jutaan)
Pendapatan penjualan Rp450,00
Beban operasi 226,00
Laba bruto Rp224,00
Pendapatan lain-lain 16,00
Kerugian dari bencana gempa bumi (20,00)
Laba sebelum pajak penghasilan Rp220,00
Beban pajak penghasilan 88,00
Laba dari operasi yang dilanjutkan Rp132,00
Operasi yang dihentikan:
Kerugian dari operasi komponen hotel yang
dihentikan (termasuk kerugian pelepasan Rp30)
Rp(40,00)
Manfaat pajak penghasilan 16,00
Kerugian operasi yang dihentikan (24,00)
Laba bersih Rp108,00
Penghasilan komprehensif lain:
Keuntungan belum direalisasi dari investasi efek,
setelah pajak
Rp 1,80
Keuntungan belum direalisasi penjabaran valuta
asing, setelah pajak
0,60
Total penghasilan komprehensif lain 2,40
Laba komprehensif Rp110,40

b. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif dengan menggunakan


pendekatan laporan terpisah (the two-statement approach).

PT Jaya Konstruksi

Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain

Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2015

(dalam jutaan)
Laba bersih Rp108,00
Penghasilan komprehensif lain:
Keuntungan belum direalisasi dari investasi efek, Rp 1,80

H a l a m a n 51 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

setelah pajak
Keuntungan belum direalisasi penjabaran valuta
asing, setelah pajak
0,60 2,40
Laba komprehensif Rp110,40

c. Laba per saham: Rp108.000.000 : 1.000.000 lembar = Rp108

2. Saldo terpilih sebelum penyesuaian dan informasi penyesuaian Sunset Cosmetics Inc.
untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2016 adalah sebagai berikut:

Retained Earnings, January 1, 2016 . $440,670


Sales Salaries and Commissions . . 35,000
Advertising Expense . . 16,090
Legal Services . . 2,225
Insurance and Licenses . . . . . . 8,500
Travel Expense—Sales Representatives . . 4,560
Depreciation Expense—Sales/Delivery Equipment . 6,100
Depreciation Expense—Office Equipment . 4,800
Interest Revenue 700
Utilities Expense . . . 6,400
Telephone and Postage Expense . 1,475
Supplies Inventory . 2,180
Miscellaneous Selling Expenses . 2,200
Dividends . . 33,000
Dividend Revenue . 7,150
Interest Expense 4,520
Allowance for Bad Debts (Cr. balance) 370
Officers’ Salaries Expense 36,600
Sales 495,200
Sales Returns and Allowances 11,200
Sales Discounts . . 880
Gain on Sale of Assets . 18,500
Inventory, January 1, 2016 89,700
Inventory, December 31, 2016 . 20,550
Purchases . 173,000
Freight-In . 5,525
Accounts Receivable, December 31, 2016 261,000
Gain from Discontinued Operations (before income taxes) 40,000
Gain from Sale of Available-for-sale securities 60,000
Extraordinary Loss 72,600
H a l a m a n 52 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Shares of common stock outstanding 39,000


Informasi penyesuaian:
a. Beban pokok persediaan yang ada di pihak lain sebagai konsinyasi
pada 31 Desember 2016, tidak termasuk dalam saldo persediaan
akhir

$33,600
b. Setelah menyusun analisis atas atas umur piutang usaha, digunakan
untuk menambah saldo penyisihan piutang tak tertagih dengan
persentase atas saldo akhir piutang usaha

3%
c. Retur pembelian dan pengurangan harga. Hal ini dihitung sebagai
persentase dari pembelian (tidak termasuk beban angkut)
6%
d. Beban akrual yang dibuat untuk komisi penjualan untuk hari terakhir
dari tahun ini.

Total penjualan hari itu adalah


$ 3,600
Komisi penjualan rata-rata sebagai persentase dari penjualan
3%
e. Belum ada akrual yang dibuat untuk tagihan angkutan yang diterima
3 Januari 2017, untuk barang yang diterima 29 Desember 2016
$ 800
f. Promosi advertensi dimulai 1 November 2016. Nilai ini dicatat
sebagai advertensi dibayar di muka dan harus diamortisasi selama
enam bulan. Belum ada amortisasi yang dicatat

$ 1,818
g. Beban angkut yang dibayar untuk penjualan barang dagang dan tidak
dibebankan kepada pembeli dianggap sebagai pengurang atas
penjualan. Beban angkut untuk penjualan selama 2016

$ 4,200
h. Bunga yang sudah dihasilkan tetapi belum dicatat akrualnya $ 690
i. Beban penyusutan atas mesin forklift yang dibeli pada 1 Maret 2016
belum diakui. (Asumsikan bahwa semua peralatan tidak mempunyai
nilai residu dan disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus.
Penyusutan dihitung ke dalam bulan terdekat)

Harga beli

Estimasi masa manfaat

H a l a m a n 53 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

$ 7,800

10
j. Akun “riil” didebit atas pembelian perlengkapan. Perlengkapan yang
ada (supplies on hand) pada akhir tahun
$ 1,600
k. Dalam keuntungan atas penjualan efek tersedia untuk dijual termasuk $12,000
keuntungan belum direalisasi
l. Tarif pajak penghasilan untuk semua pos 25%
Diminta: Susunlah Statement of Profit and Loss and Other Comprehensive Income lain
dengan menggunakan pendekatan laporan tunggal (the single-statement approach)
termasuk pengungkapan laba per saham dan Retained Earning Statement yang sudah
dikoreksi untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2016.
Jawaban:
Sunset Cosmetics Inc.

Statement of Profit and Loss and Other Comprehensive Income

For the Year Ended December 31, 2016


Revenue:
Sales $499,900 a)
Less: Sales return and allowances $11,200
Sales discount 880 12,080 $487,320
Cost of goods sold:
Inventory, January 1 $ 89,700
Net purchases:
Purchases $173,000
Less: Purchase returns and
allowances
10,380 b) 162,620
Freight in 6,325 c)
Cost of goods available for sale $258,645
Less: Inventory, December 31 54,150 d) 204,925
Gross profit $282,825
Operating expenses:
Selling expenses:
Sales salaries and commissions $ 35,108 e)
Advertising expense 16,696 f)
Depreciation expense—sales/delivery 6,750 g)
equipment
Freight expense 4,200
Travel expense—sales representatives 4,560

H a l a m a n 54 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Miscellaneous selling expenses 2,200 $ 69,514


General and administrative expenses:
Officers’ salaries expense $ 36,600
Insurance and licenses 8,500
Bad debt expense 7,460 i)
Utilities expense 6,400
Depreciation expense—office 4,800
equipment
Legal services 2,225
Telephone and postage expense 1,475
Supplies expense 580 h) 68,040 $137,554
Operating income
Other revenues and gains:
Interest revenue $ 1,390 j)
Dividend revenue 7,150
Gain on sale of assets 18,500
Gain on available-for-sale securities 48,000 k) $75,040
Other expenses and losses:
Extraordinary loss $(72,600)
Interest expense (4,520) 2.080
Income from continuing operations
before income taxes
$143,191
Income taxes 35,798
Income from continuing operations $107,393
Discontinued operations:
Gain from discontinued operations (net
of income taxes of $10,000)
30,000
Net income $117,393
Other comprehensive income
Unrealized gain on available-for-sale
securities (net of income taxes of
$3,000)

9,000
Total comprehensive income $126,393
Earnings per common share:
Net income ($117,393 ÷ 39,000 shares ) $3,01

Penghitungan:
a. Sales: $495,200 + $4,200 = $499,400
b. Purchase returns and allowances: $173,000 × 0.06 = $10,380

H a l a m a n 55 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

c. Freight-in: $5,525 + $800 = $6,325


d. Inventory: $20,550 + $33,600 = $54,150
e. Sales salaries and commissions: $35,000 + ($3,600 × 0.03) = $35,108
f. Advertising expense: $16,090 + ($1,818 × 2/6) = $16,696
g. Depreciation expense: $6,100 + ($7,800 × 10/120) = $6,750
h. Supplies expense: $2,180 – $1,600 = $580
i. Bad debt expense: ($261,000 × 0.03) – $370 = $7,460
j. Interest revenue: $700 + $690 = $1,390
k. Gain on available-for-sale securities: $40,000 - $12,000 = $$28,000
l. Income taxes: $167,791 × 0.35 = $58,727

Sunset Cosmetics Inc.

Retained Earnings Statement

For the Year Ended December 31, 2016


Retained earnings, January 1 $ 440,670
Add: Comprehensive income 126,393
$ 567,063
Deduct: Dividends 33,000
Retained earnings, December 31 $ 534,063

3. Pada 31 Desember 2016, akhir tahun fiskal, PT Bedak menyelesaikan penjualan bisnis
kosmetiknya sebesar Rp10 miliar. Segmen bisnis tersebut memenuhi kriteria sebagai
komponen entitas menurut PAYBU. Nilai tercatat aset segmen adalah Rp8 miliar. Rugi
dari operasi segmen selama tahun 2016 Rp3,6 miliar. Laba dari operasi yang dilanjutkan
untuk tahun tersebut adalah Rp5,8 miliar. Tarif pajak penghasilan adalah 25%.

a. Buatlah laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain yang dimulai dengan
laba dari operasi yang dilanjutkan sebelum pajak penghasilan.
b. Asumsikan bahwa segmen kosmetik tidak terjual pada tahun 2016 tetapi dimiliki
untuk dijual pada akhir tahun. Estimasi nilai wajar aset segmen dikurang biaya untuk
menjual pada 31 Desember adalah Rp10 miliar. Buatlah laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain yang dimulai dengan laba dari operasi yang
dilanjutkan sebelum pajak penghasilan.
c. Buatlah laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain yang dimulai dengan
laba dari operasi yang dilanjutkan sebelum pajak penghasilan, jika estimasi nilai wajar
aset segmen dikurang biaya untuk menjual pada 31 Desember adalah Rp7 miliar.

4. Akuntan PT Alibaba Tbk telah menyusun informasi berikut dari catatan perusahaan
sebagai dasar untuk menyusun laporan laba rugi untuk tahun yang berakhir tanggal 31
Desember 2015.

H a l a m a n 56 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Beban pokok penjualan Rp516.000


Penjualan bersih 980.000
Pendapatan sewa 29.000
Beban bunga 18.000
Keuntungan yang belum direalisasi atas efek tersedia
untuk dijual, setelah pajak 31.000
Beban penjualan 140.000
Beban pajak penghasilan 30.600
Beban administrasi 181.000
Dividen kas yang diumumkan 16.000
Kerugian penjualan aset tetap 15.000
Terdapat 20.000 lembar saham yang beredar selama tahun berjalan.
Diminta:
a. Buatlah laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain dengan menggunakan
pendekatan laporan tunggal (the single-statement approach).
b. Buatlah laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif dengan menggunakan
pendekatan laporan terpisah (the two-statement approach).
c. Hitunglah laba per saham (earnings per share – EPS). EPS adalah laba bersih dibagi
dengan rata-rata jumlah saham beredar.

5. Seksi ekuitas PT Janjimatogu Tbk pada 1 Januari 2015 adalah sebagai berikut:

Modal saham – biasa Rp300.000


Penghasilan komprehensif lain
Keuntungan yang belum direalisasi atas aset
keuangan (efek) tersedia untuk dijual 50.000
Saldo laba 20.000
Selama tahun berjalan, entitas memiliki transaksi-transaksi berikut:
a. Diterbitkan 10.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp3.
b. Dividen diumumkan dan dibayar sebesar Rp9.000.
c. Laba bersih tahun berjalan sebesar Rp100.000.
d. Kerugian kepemilikan yang belum direalisasi (unrealized holding loss) atas aset
keuangan (efek) tersedia untuk dijual sebesar Rp5.000.

Diminta:
Buatlah laporan perubahan ekuitas untuk PT Janjimatogu Tbk untuk tahun yang berakhir
31 Desember 2015.

6. Entitas XYZ mengoperasikan dua restoran, satu di Bogor dan satu di Bekasi. Operasi dan
arus kas dari tiap restoran tersebut dapat dipisahkan dengan jelas. Pada tahun 2015,
Entitas XYZ memutuskan untuk menutup restoran di Bekasi dan menjual peralatannya;
kemungkinan pelepasan tersebut dapat diselesaikan awal tahun depan. Pendapatan dan
beban Entitas XYZ tahun 2015 dan untuk dua tahun sebelumnya adalah sebagai berikut:

H a l a m a n 57 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

2015 2014 2013


Penjualan – Bogor Rp600.000 Rp480.000 Rp400.000
Beban pokok penjualan 260.000 220.000 180.000
Beban lain-lain 140.000 130.000 120.000
Penjualan – Bekasi 230.000 300.000 520.000
Beban pokok penjualan 140.000 190.000 200.000
Beban lain-lain 170.000 160.000 150.000
Beban lain-lain tidak termasuk beban pajak penghasilan. Pada akhir tahun 2015, Entitas
XYZ menjual sebagian besar peralatan dapur dari restoran di Bekasi dan mengakui
keuntungan sebelum pajak sebesar Rp150.000 dari pelepasan tersebut. Tarif pajak
penghasilan Entitas XYZ adalah 25%.
Diminta: Susunlah laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain komparatif untuk
tahun 2013 – 2015.

7. Pos-pos laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain yang terdapat dalam neraca
percobaan yang telah disesuaikan PT Kompas Tbk untuk tahun yang berakhir pada 31
Desember 2015: penjualan Rp15.300.000, beban pokok penjualan Rp6.200.000, beban
penjualan Rp1.300.000, beban umum dan administrasi Rp800.000, pendapatan keuangan
Rp85.000, beban keuangan Rp185.000. Tarif pajak penghasilan adalah 25%. Akuntan
perusahaan meminta Anda untuk membantunya dalam menetapkan perlakuan transaksi
berikut yang terjadi selama tahun 2015.

1) Investasi dijual selama tahun berjalan dengan kerugian sebesar Rp220.000.


Perusahaan juga memperoleh keuntungan yang belum direalisasi atas investasi
sebesar Rp320.000 selama tahun berjalan.
2) Satu dari pabrik perusahaan ditutup selama tahun berjalan. Biaya restrukturisasi yang
terjadi sebesar Rp1.200.000.
3) Gempa bumi menghancurkan gudang yang mengakibatkan kerugian sebesar
Rp2.000.000. Kejadian ini sifatnya tidak biasa dan jarang terjadi.
4) Selama tahun berjalan, perusahaan menyelesaikan penjualan salah satu dari divisi
operasi yang memenuhi kriteria sebagai sebuah komponen entitas sesuai dengan
PSAK. Divisi mengalami kerugian dari operasi sebesar Rp560.000 pada tahun 2015
sebelum penjualan, dan aset dijual dengan keuntungan sebesar Rp1.400.000.
5) Pada tahun 2015, akuntan perusahaan menemukan bahwa beban penyusutan gedung
kantor tahun 2014 dicatat terlalu rendah sebesar Rp200.000.
6) Kerugian penjabaran mata uang asing entitas anak selama tahun berjalan sebesar
Rp240.000.
Diminta:
a. Buatlah laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain untuk tahun 2015
dengan menggunakan laporan tunggal, termasuk pengungkapan laba per saham. Pada
awal tahun jumlah saham yang beredar adalah 1.000.000 lembar saham dan terdapat
tambahan saham sejumlah 400.000 lembar yang diterbitkan pada 1 Juli 2015.

H a l a m a n 58 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

b. Buatlah laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain secara terpisah untuk
tahun 2015.

8. Informasi terpilih atas akun – akun laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
untuk PT Ades disajikan di bawah ini (tahun fiskal entitas berakhir pada 31 Desember):

2015 2014
Penjualan Rp4.400.000 Rp3.500.000
Beban pokok penjualan 2.860.000 2.000.000
Beban administrasi 800.000 675.000
Beban penjualan 360.000 312.000
Pendapatan bunga 150.000 140.000
Beban bunga 200.000 200.000
Kerugian penjualan aset komponen yang dihentikan 50.000 —
Pada 1 Juli 2015, manajemen entitas menyetujui suatu rencana untuk menghentikan satu
divisinya yang memenuhi kriteria sebagai sebuah komponen entitas sebagaimana yang
didefinisikan dalam PSAK. Aset komponen dijual pada 30 September 2015 sebesar
Rp50.000 yang lebih rendah dari nilai tercatatnya. Hasil operasi komponen (termasuk
dalam saldo – saldo akun di atas) adalah sebagai berikut:
1/1/15 - 30/9/15 2014
Penjualan Rp400.000 Rp500.000
Beban pokok penjualan (290.000) (320.000)
Beban administrasi (50.000) (40.000)
Beban penjualan (20.000) (30.000)
Laba sebelum pajak penghasilan Rp 40.000 Rp110.000
Selain dari saldo – saldo akun di atas, beberapa kejadian yang terjadi selama tahun 2015
belum direfleksikan dalam akun – akun di atas:
1. Bangunan kantor utama yang tidak disuransikan hancur disebabkan oleh kebakaran
dengan kerugian sebesar Rp50.000. Kebakaran dianggap jarang terjadi tetapi
kejadiannya biasa.
2. Kerusakan salah satu pabrik PT Ades disebabkan oleh gempa bumi dengan kerugian
sebesar Rp100.000. Jumlah kerugian cukup besar, kejadian dianggap tidak biasa,
dan jarang terjadi.
3. Persediaan dengan biaya perolehan sebesar Rp40.000 menjadi usang karena pesaing
memperkenalkan sebuah produk yang lebih baik. Persediaan tersebut dijual sebagai
barang sisa (scrap) sebesar Rp5.000.
4. Beban pajak penghasilan belum dicatat (diakru).

Diminta: Buatlah laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain komparatif untuk
PT Ades pada tahun 2015, tarif pajak penghasilan adalah 25%, dan pengungkapan laba
per saham dengan asumsi jumlah saham biasa yang beredar 300.000 lembar.

H a l a m a n 59 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

BAB 5
LAPORAN ARUS KAS
A. PENDAHULUAN

D alam laporan arus kas selalu dinyatakan jumlah kas dan setara kas selama periode
tertentu serta perubahannya. Untuk itu penting untuk memahami pengertian kas dan
setara kas. Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro (demand deposits).
Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek,
dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah yang dapat ditentukan, dan memiliki risiko
perubahan nilai yang tidak signifikan. Setara kas dimiliki untuk memenuhi komitmen kas
jangka pendek, bukan untuk tujuan investasi atau tujuan lain. Karenanya, suatu investasi pada
umumnya memenuhi syarat sebagai setara kas hanya jika akan segera jatuh tempo dalam
waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal perolehan.
Laporan arus kas (PSAK No. 2: Laporan Arus Kas) menyajikan informasi perubahan historis
atas kas dan setara kas entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi
selama satu periode dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Informasi tentang arus
kas (arus kas masuk dan keluar kas dan setara kas) entitas berguna bagi para pengguna
laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas
dan setara kas serta menilai kebutuhan entitas untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam
proses pengambilan keputusan ekonomi, pengguna perlu melakukan evaluasi terhadap
kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian perolehannya.
B. INFORMASI YANG DISAJIKAN DALAM LAPORAN ARUS KAS
Entitas menyajikan laporan arus kas yang melaporkan arus kas untuk suatu periode dan
mengklasifikasikan menurut aktivitas operasi (operating activities), aktivitas investasi
(investing activities), dan aktivitas pendanaan (financing activities).
1. Aktivitas Operasi. Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan
(principal revenue-producing activities) entitas dan aktivitas lain yang bukan merupakan
aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya
berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang memengaruhi penetapan laba atau rugi bersih.
Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah:
Arus Kas Masuk Arus Kas Keluar
 penerimaan kas dari penjualan barang dan  pembayaran kas kepada pemasok barang
pemberian jasa dan jasa;
 penerimaan kas dari royalti, fees, komisi,  pembayaran kas kepada dan untuk
dan pendapatan lain kepentingan karyawan
 penerimaan penjualan instrumen yang  pembelian instrumen yang dimiliki untuk
dimiliki untuk diperdagangkan diperdagangkan
 penerimaan restitusi pajak penghasilan  pembayaran biaya operasi

2. Aktivitas Investasi. Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka
panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Aktivitas investasi yang utama
adalah pembelian dan penjualan aset tetap dan instrumen keuangan (utang dan ekuitas).
Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah:
Arus Kas Masuk Arus Kas Keluar
 penerimaan kas dari penjualan aset tetap,  pembayaran kas untuk membeli aset tetap,

H a l a m a n 60 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

aset tidak berwujud, dan aset jangka aset tidak berwujud, dan aset jangka
panjang lain panjang lain
 penerimaan kas dari penjualan instrumen  pembayaran kas untuk membeli instrumen
utang dan instrumen ekuitas entitas lain utang atau instrumen ekuitas entitas lain
(selain penerimaan kas dari instrumen (selain pembayaran kas untuk instrumen
yang dianggap setara kas atau instrumen yang dianggap setara kas atau instrumen
yang dimiliki untuk diperdagangkan) yang dimiliki untuk diperdagangkan)
 penerimaan kas dari pelunasan uang muka  uang muka dan pinjaman yang diberikan
dan pinjaman yang diberikan kepada kepada pihak lain
pihak lain

3. Aktivitas Pendanaan. Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan


perubahan dalam jumlah serta komposisi kontribusi modal dan pinjaman entitas. Dengan
demikian, arus kas dari aktivitas pendanaan berasal dari transaksi dan kejadian saat kas
diperoleh dan dibayarkan kembali kepada para pemilik (pendanaan ekuitas—equity
financing) dan para kreditor (pendanaan utang—debt financing). Beberapa contoh arus kas
yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah:
Arus Kas Masuk Arus Kas Keluar
 penerimaan kas dari emisi saham atau  pembayaran kas kepada pemilik untuk
instrumen modal lainnya menarik atau menebus saham entitas
 penerimaan kas dari emisi obligasi,  pelunasan pinjaman jangka pendek dan
pinjaman, wesel, hipotek, dan pinjaman jangka panjang, dan utang obligasi
jangka pendek dan jangka panjang
 pembayaran utang sewa pembiayaan
(finance lease).
Aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan dapat dilihat dari laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain serta laporan posisi keuangan:
Laporan Laba Rugi dan
Penghasilan Laporan Posisi Keuangan
Komprehensif Lainnya
Aset Lancar Liabilitas Jangka Pendek

Aktivitas Operasi Aktivitas Operasi


Aktivitas Operasi
Aset Tidak Lancar Liabilitas Jangka
Panjang dan Ekuitas
Aktivitas Investasi Aktivitas Pendanaan

C. AKTIVITAS INVESTASI DAN PENDANAAN BUKAN KAS


Transaksi investasi dan pendanaan bukan kas adalah transaksi yang tidak memerlukan
penggunaan kas dan setara kas. Entitas mengeluarkan transaksi investasi dan pendanaan
bukan kas dari laporan arus kas. Entitas mengungkapkan transaksi tersebut dalam laporan
keuangan sehingga memberikan semua informasi yang relevan mengenai aktivitas investasi
dan pendanaan tersebut. Tidak dimasukkannya transaksi bukan kas (non-cash transactions)
dalam laporan arus kas sebab transaksi tersebut tidak memengaruhi arus kas dalam periode
berjalan. Beberapa contoh transaksi bukan kas adalah: perolehan aset secara kredit atau

H a l a m a n 61 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

melalui sewa pembiayaan, akuisisi suatu entitas melalui emisi saham, dan konversi utang
menjadi modal.
D. BUNGA, DIVIDEN, DAN PAJAK PENGHASILAN
Penyajian bunga, dividen, dan pajak penghasilan diklasifikasikan dalam laporan arus kas
adalah sebagai berikut:
 Bunga yang dibayar a. Arus kas operasi (oleh lembaga keuangan) dan karena
 Bunga yang diterima memengaruhi aktivitas operasi; atau
 Dividen yang diterima b. Arus kas pendanaan dan arus kas investasi karena
merupakan biaya perolehan sumber daya keuangan atau
sebagai imbal hasil investasi.
 Dividen yang dibayar a. Arus kas pendanaan karena merupakan biaya perolehan
sumber daya keuangan; atau
b. Arus kas operasi dengan maksud membantu pengguna
dalam menilai kemampuan entitas membayar dividen dari
arus kas operasi.
 Pajak penghasilan a. Arus kas operasi, kecuali jika secara spesifik dapat
diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan dan investasi.

E. PELAPORAN ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI


Entitas melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah satu dari dua
metode berikut, yaitu metode langsung (direct method) atau metode tidak langsung
(indirect method). Baik metode langsung maupun metode tidak langsung memberikan hasil
yang sama, tetapi format keduanya berbeda. Kedua metode ini menggunakan format (cara
pelaporan) yang sama untuk menghitung arus kas dari aktivitas investasi dan pendanaan.
Yang berbeda adalah cara pelaporan atau penyajian arus kas dari aktivitas operasi.
1. Metode Langsung
Metode langsung adalah metode yang memperlihatkan secara langsung arus kas masuk dan
arus kas keluar utama dari aktivitas operasi tanpa melakukan penyesuaian terhadap laba
bersih. Dalam metode langsung arus kas dari aktivitas operasi merupakan penjumlahan dari
penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto dari aktivitas yang diklasifikasikan sebagai
aktivitas operasi.
Dengan metode langsung, informasi mengenai kelompok utama penerimaan kas bruto dan
pengeluaran kas bruto dapat diperoleh:
a. dari catatan akuntansi entitas; atau
b. dengan menyesuaikan penjualan, beban pokok penjualan, dan pos-pos lain dalam laporan
laba rugi dan penghasilan komprehensif lain untuk perubahan:
 persediaan, piutang usaha, dan utang usaha selama periode berjalan;
 pos bukan kas lainnya; dan
 pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan.
Jika entitas menggunakan metode langsung, penghasilan dan beban harus dilaporkan dengan
mengubah basis akrual menjadi basis kas. Salah satu kelebihan dari metode langsung adalah
bahwa metode ini lebih memfokuskan pada arus kas pada ke arah rekonsiliasi laba atau rugi
bersih akrual menjadi laporan yang berdasarkan kas.
Arus Kas dari Aktivitas Operasi – Metode Langsung

H a l a m a n 62 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Laporan Laba Rugi (Basis Penyesuaian yang diperlukan Laporan Arus Kas
akrual) (Basis kas)
1. Penjualan bersih + Piutang usaha awal = Penerimaan kas
- Piutang usaha akhir dari pelanggan
2. Beban pokok penjualan + Persediaan akhir = Pembayaran kas
- Persediaan awal untuk persediaan
+ Utang usaha awal
- Utang usaha akhir
3. Beban operasi (misalnya
asuransi dan gaji/upah;
tidak termasuk penyusutan
dan pos bukan kas lainnya)
a. Beban asuransi + Asuransi dibayar di muka = Pembayaran kas
akhir untuk asuransi
- Asuransi dibayar di muka awal
b. Beban gaji/upah (dan + Utang gaji/upah awal (atau = Pembayaran kas
liabilitas akru lainnya) liabilitas akru lainnya) untuk gaji/upah
Utang gaji/upah akhir (atau
- liabilitas akru lainnya)
c. Penyusutan - Beban penyusutan = Nol
d. Beban piutang tak tertagih - Beban piutang tak tertagih = Nol
4. Pendapatan/beban/keuntung
an/kerugian lainnya
a. Pendapatan sewa + Sewa diterima di muka akhir = Penerimaan kas
- Sewa diterima di muka awal dari sewa
b. Pendapatan bunga + Piutang bunga awal = Penerimaaan kas
- Piutang bunga akhir dari bunga
c. Keuntungan penjualan aset - Keuntungan = Nol
d. Kerugian penjualan aset + Kerugian = Nol
5. Beban pajak penghasilan + Utang pajak penghasilan awal = Pembayaran kas
- Utang pajak penghasilan akhir untuk pajak
+ Liabilitas pajak tangguhan penghasilan
awal
- Liabilitas pajak tangguhan
akhir
- Aset pajak tangguhan awal
+ Aset pajak tangguhan akhir

2. Metode Tidak Langsung


Metode tidak langsung sering dilakukan dengan metode rekonsiliasi, yaitu penyusunan
laporan arus kas yang dimulai dengan laba atau rugi bersih yang terdapat pada laporan laba
rugi yang kemudian disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi yang bersifat
bukan kas, penangguhan (deferral) atau akrual (accrual) dari penerimaan atau pembayaran
kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang
berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan.
Dalam metode tidak langsung, arus kas bersih dari aktivitas operasi ditentukan dengan
menyesuaikan laba atau rugi dari pengaruh:
H a l a m a n 63 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

1) pos bukan kas (non-cash items) atau pendapatan dan beban yang tidak melibatkan arus
kas masuk dan arus kas keluar, seperti penyusutan, amortisasi, pajak tangguhan,
keuntungan dan kerugian mata uang asing yang belum direalisasi, dan laba entitas
asosiasi yang belum didistribusikan;
2) perubahan aset lancar dan liabilitas jangka pendek (persediaan, piutang usaha, dan utang
usaha) selama periode berjalan yang menunjukkan sumber-sumber pendapatan dan beban
bukan kas; dan
3) semua pos lain (keuntungan dan kerugian) yang berkaitan dengan arus kas investasi atau
pendanaan.
Pos – pos Laba Bersih
1) Pos bukan kas
a. Beban penyusutan, amortisasi yang tidak menggunakan kas Tambahkan
ditambahkan kembali
b. Amortisasi diskonto Tambahkan
c. Amortisasi premi Kurangkan
2) Perubahan aset lancar dan liabilitas jangka pendek
a. Kenaikan dalam aset lancar (tidak termasuk kas dan setara kas) Kurangkan
b. Penurunan dalam aset lancar (tidak termasuk kas dan setara kas) Tambahkan
c. Kenaikan dalam liabilitas jangka pendek Tambahkan
d. Penurunan dalam liabilitas jangka pendek Kurangkan
3) Keuntungan atau kerugian
a. Keuntungan dari penjualan aset/pembayaran utang Kurangkan
b. Kerugian dari penjualan aset/pembayaran utang Tambahkan
c. Ekuitas pendapatan pada entitas anak Kurangkan
Pengecualian untuk aset lancar dan liabilitas jangka pendek:
1. Perubahan dalam investasi jangka pendek (efek tersedia untuk dijual) yang bukan
merupakan setara kas diklasifikasikan sebagai aktivitas investasi, kecuali efek
diperdagangkan diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi.
2. Perubahan dalam wesel bayar/pinjaman/utang jangka pendek diklasifikasikan
sebagai aktivitas pembiayaan.
3. Perubahan dalam utang dividen diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.

F. PENYUSUNAN LAPORAN ARUS KAS


Informasi dasar untuk menyusun laporan arus kas yang berasal dari bagian-bagian laporan
posisi keuangan komparatif dan laporan laba rugi tahun berjalan sebagai berikut:
 Operasi—laporan laba rugi, aset lancar, dan liabilitas jangka pendek;
 Investasi—aset jangka panjang (aset tidak lancar); dan
 Pendanaan—liabilitas jangka panjang dan ekuitas.
Enam langkah untuk menyusun laporan arus kas adalah sebagai berikut:
1. Tentukan perubahan dalam kas dan setara kas. Ini adalah jumlah yang dicari.
2. Aktivitas operasi. Analisis setiap pos laporan laba rugi serta perubahan aset lancar
dan liabilitas jangka pendek. Ubahlah laporan arus kas dari basis akrual menjadi
ringkasan operasi berbasis kas.
3. Aktivitas investasi. Analisis perubahan dalam semua aset tidak lancar. Perubahan
aset tidak lancar dapat mengindikasikan bahwa ada kas yang telah digunakan atau
telah diterima.

H a l a m a n 64 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

4. Aktivitas pendanaan. Analisis perubahan dalam liabilitas jangka panjang dan


ekuitas, untuk menentukan pengaruh arus kas dari transaksi pendanaan. Termasuk
dalam transaksi-transaksi tersebut meminjam atau membayar pinjaman,
menerbitkan atau membeli kembali saham, dan membayar dividen. Hitung pula
perubahan dalam akun liabilitas jangka pendek karena meminjam dan membayar
dengan perjanjian jangka pendek, termasuk dalam aktivitas pendanaan.
5. Pastikan bahwa arus kas bersih dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan,
harus sama dengan kenaikan atau penurunan bersih pada akun kas dan setara kas
seperti yang dihitung dari langkah pertama. Kemudian susunlah laporan arus kas
yang formal dengan mengelompokkan arus kas masuk dan arus kas keluar
berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
 Arus kas dari aktivitas operasi xxx
 Arus kas dari aktivitas investasi xxx
 Arus kas dari aktivitas pendanaan xxx
 Kenaikan (penurunan) bersih kas dan setara kas xxx
 Kas dan setara kas awal periode xxx
 Kas dan setara kas akhir periode xxx
6. Siapkanlah pengungkapan tambahan, termasuk aktivitas investasi dan pendanaan
apa saja yang tidak menggunakan kas. Pengungkapan ini dibuat di luar laporan
arus kas itu sendiri. Jenis transaksi yang diungkapkan termasuk pembelian tanah
dengan mengeluarkan saham dan pelunasan obligasi dengan mengeluarkan saham.
Selain itu pengungkapan tambahan untuk kas yang dibayar untuk beban bunga dan
pajak penghasilan juga diperlukan.

G. ILUSTRASI
1. Berikut adalah data PT Sangkuriang yang digunakan untuk mengilustrasikan metode
langsung dan metode tidak langsung untuk aktivitas operasi.
PT Sangkuriang
Data Pilihan untuk Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Laba Rugi
Akhir Tahun Awal Tahun
Laporan Posisi Keuangan
Kas dan setara kas Rp 25.000 Rp 15.000
Piutang usaha 60.000 40.000
Persediaan 75.000 100.000
Utang gaji 10.000 7.000
Laporan Laba Rugi
Penjualan Rp150.000
Beban pokok penjualan (80.000)
Beban gaji (25.000)
Beban penyusutan (30.000)
Laba bersih (Rp 15.000
a. Metode Langsung
PT Sangkuriang
Laporan Arus Kas
Aktivitas Operasi: Metode Langsung

H a l a m a n 65 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Kas diterima dari pelanggan Rp130.000 Rp130.000


Kas dibayar untuk persediaan (55.000) (55.000)
Kas dibayar untuk gaji (22.000)
Kas dibayar untuk penyusutan 0
Kas bersih dari aktivitas operasi Rp 53.000

Kas yang diterima dari pelanggan:


Saldo awal piutang usaha Rp 40.000
+ Penjualan 150.000
= Kas dari penagihan Rp190.000
- Saldo akhir piutang usaha 60.000
= Kas diterima dari pelanggan Rp130.000
Atau dengan menyesuaikan angka penjualan sebesar Rp150.000 dengan mengurangkannya
dengan kenaikan piutang sebesar Rp20.000 atau (Rp150.000 – Rp20.000 = Rp130.000).
Kenaikan dalam piutang berarti mengurangi kas.
Beban pokok penjualan dan kas yang dibayar untuk persediaan:
Saldo akhir persediaan akhir Rp 75.000
+ Beban pokok penjualan 80.000
= Persediaan yang dibutuhkan Rp155.000
- Saldo awal persediaan 100.000
= Kas dibayar untuk persediaan Rp 55.000
Atau dengan menyesuaikan jumlah beban pokok penjualan sebesar Rp80.000 dengan
menambahkannya dengan penurunan persediaan sebesar Rp25.000 atau (- Rp80.000 +
Rp25.000 = Rp55.000). Jika tidak terjadi perubahan persediaan, maka beban pokok
penjualan sebesar Rp80.000 akan mencerminkan arus kas keluar sebesar Rp80.000 untuk
menggantikan persediaan yang telah terjual. Penurunan persediaan sepanjang tahun berarti
entitas membeli lebih sedikit daripada entitas menjual, sehingga lebih sedikit kas yang
dibayarkan untuk menggantikan persediaan.
Beban gaji dan kas yang dibayar untuk gaji
Saldo awal utang gaji Rp 7.000
+ Beban gaji 25.000
= Total liabilitas kepada pegawai Rp32.000
- Saldo akhir utang gaji 10.000
= Kas dibayar untuk gaji Rp22.000
Atau dengan menambahkan kenaikan utang gaji sebesar Rp3.000 ke beban gaji sebesar
Rp25.000 arus kas keluar yang mencerminkan beban gaji atau (-Rp25.000 + Rp3.000 =
Rp22.000). Entitas menambahkan kenaikan Rp3.000 tersebut karena kenaikan itu
mencerminkan jumlah beban gaji yang belum dibayar dengan kas selama tahun tersebut.
Beban penyusutan. Berapa banyakkah kas yang dibayar untuk penyusutan? Tidak ada,
karena penyusutan adalah beban bukan kas.
b. Metode Tidak Langsung
PT Sangkuriang
Laporan Arus Kas
H a l a m a n 66 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Aktivitas Operasi: Metode Tidak Langsung


Laba bersih Rp 15.000
Ditambah:
Beban penyusutan Rp30.000
Penurunan persediaan 25.000
Kenaikan utang gaji 3.000 58.000
Dikurangi:
Kenaikan piutang usaha (20.000)
Kas bersih dari aktivitas operasi Rp53.000
Penyesuaian untuk merubah laba bersih berbasis akrual menjadi arus kas dari operasi dengan
metode tidak langsung dan metode langsung: (dalam ribuan rupiah).
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Laporan Laba Rugi Metode Tidak Langsung Metode Langsung
Laba bersih Rp15
Penyesuaian:
Penjualan Rp150 - Kenaikan piutang (20) Kas yang diterima Rp130
usaha dari pelanggan
Beban pokok (80) + Penurunan 25 Kas yang dibayar (55)
penjualan persediaan untuk persediaan
Beban gaji (25) + Kenaikan utang gaji 3 Kas yang dibayar (22)
untuk gaji
Beban (30) + Pos bukan kas 30 Tidak dilaporkan 0
penyusutan (tidak ada pengaruh
terhadap kas)
Penyesuaian bersih 38
Laba bersih Rp 15 Kas bersih yang Rp53 Kas bersih yang Rp53
diperoleh dari diperoleh dari
aktivitas operasi aktivitas operasi

2. Berikut data laporan posisi keuangan komparatif dan laporan laba rugi tahun berjalan PT
Jayakarta Tbk yaitu:
PT Jayakarta Tbk
Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Laba Rugi
2015 2014
Laporan Posisi Keuangan
Kas dan setara kas Rp 25.000 Rp 15.000
Piutang usaha 60.000 40.000
Persediaan 75.000 100.000
Tanah 120.000 105.000
Bangunan 200.000 160.000
Akumulasi penyusutan—bangunan (66.000) (50.000)
Total aset Rp414.000 Rp370.000
Utang usaha Rp 50.000 Rp 37.000
Utang gaji 10.000 7.000
Liabilitas jangka panjang 169.000 190.000
Modal disetor 100.000 60.000
Saldo laba 85.000 76.000

H a l a m a n 67 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Total liabilitas dan ekuitas Rp414.000 Rp370.000


Laporan Laba Rugi
Penjualan Rp150.000
Keuntungan penjualan bangunan 10.000
Beban pokok penjualan (80.000)
Beban gaji (25.000)
Beban penyusutan (30.000)
Beban bunga (10.000)
Laba bersih Rp 15.000
Data tambahan: Bangunan dengan biaya perolehan awal Rp36.000 dan nilai tercatat
Rp22.000 dijual sebesar Rp32.000.
Diminta: Susunlah laporan arus arus kas dengan (a) metode tidak langsung dan (b) metode
langsung (hanya arus kas dari aktivitas).
a) Metode Tidak Langsung
PT Jayakarta Tbk
Laporan Arus Kas
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2015
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Laba bersih Rp15.000
Penyesuaian untuk:
Beban penyusutan Rp30.000
Rp30.000
Keuntungan penjualan bangunan (10.000)
(10.000)
Kenaikan piutang usaha (20.000)
(20.000)
Penurunan persediaan 25.000
25.000
Kenaikan utang usaha 13.000
13.000
Kenaikan utang gaji 3.000 41.000
Kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi 56.000
Arus Kas dari Aktivitas Investasi
Penjualan bangunan Rp32.000
Rp32.000
Pembelian tanah (15.000)
(15.000)
Pembelian bangunan (76.000)
(76.000)
Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi (59.000)
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Penerbitan saham kepada para pemegang saham Rp40.000
Pelunasan liabilitas jangka panjang (21.000)
(21.000)
Pembayaran dividen 6.000
Kas bersih yang diperoleh dari aktivitas pendanaan 13.000
Kenaikan bersih dalam kas dan setara kas Rp10.000
Kas dan setara kas pada awal periode 15.000
Kas dan setara kas pada akhir periode Rp25.000

b) Metode Langsung
PT Jayakarta Tbk
Laporan Arus Kas
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2015
(Hanya Aktivitas Operasi)
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
H a l a m a n 68 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Penerimaan kas dari pelanggan Rp130.000 Rp130.000


Pembayaran kepada pemasok (42.000) (42.000)
Pembayaran kepada karyawan (22.000) (22.000)
Pembayaran bunga (10.000)
Kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi Rp 56.000
Penyesuaian untuk merubah laba bersih berbasis akrual menjadi arus kas dari operasi dengan
metode tidak langsung dan metode langsung: (dalam ribuan rupiah).
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Laporan Laba Rugi Metode Tidak Langsung Metode Langsung
Laba bersih Rp15
Penyesuaian:
Penjualan Rp150 - Kenaikan piutang (20) Kas yang diterima Rp130
usaha dari pelanggan
Keuntungan 10 - Pos aktivitas (10) Tidak dilaporkan 0
penjualan investasi (tidak ada pengaruh
bangunan terhadap kas)
Beban pokok (80) + Penurunan 25
penjualan persediaan
+ Kenaikan utang 13 Kas yang dibayar (42)
usaha untuk persediaan
Beban gaji (25) + Kenaikan utang gaji 3 Kas yang dibayar (22)
untuk gaji
Beban (30) + Pos bukan kas 30 Tidak dilaporkan 0
penyusutan (tidak ada pengaruh
terhadap kas)
Beban bunga (10) Tidak disesuaikan - Kas yang dibayar (10)
tidak terdapat saldo untuk beban bunga
utang bunga
Penyesuaian bersih 40
Laba bersih Rp 15 Kas bersih yang Rp56 Kas bersih yang Rp56
diperoleh dari diperoleh dari
aktivitas operasi aktivitas operasi

Catatan:
1. Kedua metode ini menggunakan format (cara pelaporan) yang sama untuk
menghitung arus kas dari aktivitas investasi dan pendanaan. Yang berbeda adalah cara
pelaporan atau penyajian arus kas dari aktivitas operasi.
2. Mengapa keuntungan penjualan bangunan dikurangkan dari arus kas dari operasi?
Karena entitas melaporkan keuntungan penjualan dalam laporan arus kas sebagai
bagian penerimaan kas dari penjualan bangunan dalam aktivitas investasi, oleh karena
itu keuntungan tersebut harus dikurangkan dari laba bersih untuk menghindarkan
penghitungan dua kali – sebagai bagian dari laba bersih dan juga sebagai bagian dari
penerimaan kas dari penjualan.
3. Sebaliknya, jika terjadi kerugian penjualan bangunan. Mengapa kerugian penjualan
bangunan (atau aset tidak lancar) ditambahkan ke arus kas dari operasi? Untuk

H a l a m a n 69 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

memperoleh arus kas dari operasi, kerugian penjualan bangunan harus ditambahkan
kembali ke laba bersih. Alasannya adalah bahwa kerugian tersebut beban bukan kas
(noncash charge) dalam laporan laba rugi. Kerugian tersebut tidak mengurangi kas,
tetapi telah mengurangi laba bersih.
4. Mengapa beban penyusutan ditambahkan ke arus kas operasi. Karena dalam laporan
laba rugi jumlah beban penyusutan dikurangkan untuk mendapatkan laba bersih,
maka dalam laporan arus kas jumlah beban penyusutan harus ditambahkan kembali ke
laba bersih.

PERTANYAAN
1. Kriteria apakah yang harus dipenuhi agar suatu akun dianggap sebagai setara kas
dalam penyusunan laporan arus kas?
2. Sebutkan tiga aktivitas dalam laporan arus kas dan pos yang termasuk ke dalam
masing-masing aktivitas.
3. Baik metode langsung maupun metode tidak langsung dapat digunakan untuk
melaporkan arus kas dari aktivitas operasi. Apakah perbedaan pendekatan dari kedua
metode tersebut?
4. Bagaimanakah (a) beban penyusutan, (b) kerugian atau keuntungan dari penjualan
aset tetap akan diperlakukan bila metode langsung dan metode tidak langsung yang
digunakan?
5. Apakah pembelian efek (sekuritas) merupakan aktivitas operasi atau investasi?
6. Bagaimanakah bunga yang diterima atau dibayar, dividen yang diterima atau dibayar,
dan pajak penghasilan diklasifikasikan dalam laporan arus kas menurut PSAK No. 2.
7. Dengan menggunakan laporan laba rugi dan informasi penyesuaian aus kas berikut,
siapkanlah bagian aktivitas dari laporan arus kas baik dengan menggunakan (a)
metode langsung, dan (2) metode tidak langsung.
Penjualan Rp4.000.000
Beban pokok penjualan 1.700.000
Beban bunga 350.000
Beban penyusutan 800.000
Laba bersih Rp1.150.000
Penyesuaian-penyesuaian:
a. Utang bunga turun sebesar Rp60.000.
b. Piutang usaha turun sebesar Rp290.000.
c. Persediaan naik sebesar Rp500.000.
d. Utang usaha turun sebesar Rp130.000 (Catatan: Semua akun utang usaha berkaitan
dengan pemebelian persediaan)
8. Informasi mengenai aset tetap adalah sebagai berikut:
Beban penyusutan Rp 10.000
Akhir tahun Awal tahun
Aset tetap Rp112.000 Rp106.000
Akumulasi penyusutan 31.000 44.000

H a l a m a n 70 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Selama setahun, aset tetap dengan harga perolehan Rp35.000 dijual dengan keuntungan
Rp4.500. Hitunglah (a) kas yang dibayar untuk membeli aset tetap dan (b) kas yang diterima
dari penjualan aset tetap.
9. Dengan menggunakan informasi berikut, hitunglah kas yang dibayar untuk pajak
penghasilan.
Beban pajak penghasilan yang dilaporkan Rp 20.000
Akhir tahun Awal tahun
Utang pajak penghasilan Rp 1.250 Rp 1.130
Liabilitas pajak tangguhan 43.000 41.750

10. Hitunglah jumlah kas yang diterima dari pelanggan untuk masing-masing dari tiga
situasi independen di bawah ini.
Situasi Penjualan Kenaikan Kas yang
(penurunan) diterima dari
piutang usaha pelanggan
1. Rp100.000 Rp 0 Rp?
2. Rp100.000 Rp5.000 Rp?
3. Rp100.000 (Rp5.000) Rp?

11. Hitunglah jumlah kas yang dibayar kepada rekanan atas pembelian persediaan untuk
masing-masing dari sembilan situasi independen di bawah ini.
Situasi Beban pokok Kenaikan Kenaikan Kas yang
penjualan (penurunan) (penurunan) dibayar kepada
persediaan utang usaha rekanan
1. Rp100.000 Rp0 Rp0 Rp?100.000
2. Rp100.000 Rp3.000 Rp0 Rp?
3. Rp100.000 (Rp3.000) Rp0 Rp?
4. Rp100.000 Rp0 Rp7.000 Rp?
5. Rp100.000 Rp0 (Rp7.000) Rp?
6. Rp100.000 Rp3.000 Rp7.000 Rp?
7. Rp100.000 Rp3.000 (Rp7.000) Rp?
8. Rp100.000 (Rp3.000) (Rp7.000) Rp?
9. Rp100.000 (Rp3.000) Rp7.000 Rp?

12. Dengan menggunakan informasi berikut, hitunglah (a) kas yang ditagih dari
pelanggan dan (b) kas yang dibayar untuk beban operasi:

Penjualan Rp10.000
Beban pokok penjualan 5.300
Beban operasi 3.800

Akhir tahun Awal tahun


Beban operasi dibayar di muka Rp1.000 Rp 700
H a l a m a n 71 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Utang usaha 1.350 1.200


Persediaan 2.500 2.100
Piutang usaha 1.400 1.375

SOAL
1. PT Ambarita menyediakan laporan laba rugi tahun 2016 sebagai berikut:
Penjualan Rp765.200
Beban pokok penjualan 375.800
Laba kotor Rp389.400
Beban penyusutan 42.000
Beban gaji 115.250
Beban bunga 10.500
Beban lain-lain 82.150
Beban pajak penghasilan 39.000
Laba bersih Rp100.500
Informasi laporan posisi keuangan adalah sebagai berikut:
31 Des 2016 31 Des 2015
Piutang usaha Rp43.000 Rp39.000
Persediaan 68.200 65.400
Beban dibayar di muka 5.400 7.300
Utang usaha 46.300 47.500
Utang bunga 900 1.100
Utang pajak penghasilan 2.850 4.100
Diminta: Susunlah bagian aktivitas operasi dari laporan arus kas dengan menggunakan (a)
metode langsung dan (b) metode tidak langsung.
Jawaban
a. Metode Langsung
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Penerimaan kas dari pelanggan Rp761.200
Pembayaran kepada pemasok Rp379.800
Pembayaran gaji 115.250
Pembayaran bunga 10.700
Pembayaran beban lain-lain 80.250
Pembayaran pajak penghasilan 40.250 (626.250)
Kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi Rp134.950

b. Metode Tidak Langsung


Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Laba bersih Rp100.500
Penyesuaian:
Beban penyusutan Rp42.000
Kenaikan piutang usaha (4.000)
Kenaikan persediaan (2.800)
Penurunan beban dibayar di muka 1.900
Penurunan utang usaha (1.200)

H a l a m a n 72 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Penurunan utang bunga ( 200)


Penurunan utang pajak penghasilan (1.250) Rp 34.450
Kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi Rp134.950

2. Laporan posisi keuangan PT Pakuwan pada akhir tahun operasinya pada 31 Desember
2015 adalah sebagai berikut:
PT Pakuwan
Laporan Posisi Keuangan
31 Desember 2015
Kas dan setara kas Rp 20.000 Utang usaha Rp 30.000
Piutang usaha 21.200 Utang obligasi 41.000
Investasi 32.000
Aset tetap (bersih) 81.000 Modal saham 100.000
Tanah 40.000 Saldo laba 23.200
Total Rp194.200 Total Rp194.200

Selama tahun 2016 terjadi hal-hal berikut:


1) Pakuwan menjual seluruh portofolio investasinya dengan kerugian sebesar Rp3.000.
Pakuwan mengklasifikasikan investasinya sebagai efek tersedia untuk dijual
(available-for-sale securities).
2) Sebidang tanah dibeli dengan harga Rp38.000.
3) Suatu tambahan modal sebesar Rp26.000 dengan menerbitkan saham biasa pada nilai
nominal.
4) Dividen sejumlah Rp10.000 diumumkan dan dibayar kepada para pemegang saham.
5) Laba bersih selama tahun 2016 adalah Rp35.000, termasuk beban penyusutan sebesar
Rp12.000.
6) Tanah dibeli dengan menerbitkan tambahan utang obligasi sebesar Rp30.000.
7) Pada 31 Desember 2016, Kas dan setara kas Rp66.200, Piutang usaha Rp42.000, dan
Utang usaha Rp40.000.
Diminta:
a. Buatlah laporan arus kas PT Pakuwan untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember
2016.
b. Buatlah laporan posisi keuangan PT Pakuwan pada 31 Desember 2016.
Jawaban
a. Laporan Arus Kas
PT Pakuwan
Laporan Arus Kas
31 Desember 2016
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Laba bersih Rp35.000
Penyesuaian:
Beban penyusutan Rp12.000
Kerugian penjualan investasi 3.000
Kenaikan utang usaha 10.000
Kenaikan piutang usaha (20.800 4.200
Kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi 39.200

H a l a m a n 73 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Arus Kas dari Aktivitas Investasi


Penjualan investasi 29.000
Pembelian tanah (38.000)
Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi (9.000)
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Penerbitan saham biasa 26.000
Pembayaran dividen tunai (10.000)
Kas bersih yang diperoleh dari aktivitas pendanaan 16.000
Kenaikan bersih kas dan setara kas Rp46.200
Kas dan setara kas awal tahun 20.000
Kas dan setara kas akhir tahun Rp66.200
Catatan:
 Pembelian tanah dengan menerbitkan obligasi sebesar Rp30.000 adalah transaksi
pendanaan bukan kas (non – cash financing transaction) yang harus diungkapkan
dalam catatan laporan keuangan.
 Mengapa kerugian penjualan investasi ditambahkan ke arus kas dari operasi?
Untuk memperoleh arus kas dari operasi, kerugian penjualan investasi harus
ditambahkan kembali ke laba bersih. Alasannya adalah bahwa kerugian tersebut
bukan beban kas (noncash charge) dalam laporan laba rugi. Kerugian tersebut
tidak mengurangi kas, tetapi telah mengurangi laba bersih.
b. Laporan Posisi Keuangan
PT Pakuwan
Laporan Posisi Keuangan
31 Desember 2016
Aset Liabilitas
Kas dan setara kas Rp 66.200 Utang usaha Rp 40.000
Piutang usaha 42.000 Utang obligasi 71.0003
Aset tetap (bersih) 1
81.000 Ekuitas
Tanah 108.0002 Modal saham 126.0004
. Saldo laba 48.2005
Total aset Rp194.200 Total liabilitas dan ekuitas Rp 194.200
Catatan:
1
Rp81.000 – Rp12.000 4
Rp100.000 + Rp26.000
2
Rp40.000 + Rp38.000 + Rp30.000 5
Rp23.200 + Rp35.000 – Rp10.000
3
Rp41.000 + Rp30.000

3. Diversified Portfolio Corporation provides investment advice to customers. A condensed


income statement for the year ended December 31, 2017, appears below:
Service revenue $900,000
Operating expenses 700,000
Income before income taxes 200,000
Income tax expense 80,000
Net income $ 120,000

The following financial position information also is available:


12/31/17 12/31/16
Cash $275,000 $ 70,000
H a l a m a n 74 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Accounts receivable 120,000 100,000


Accounts payable (operating expenses) 70,000 60,000
Income taxes payable 10,000 15,000
In addition, the following transactions took place during the year:
1) Common stock was issued for $100,000 in cash.
2) Long-term investments were sold for $50,000 in cash. The original cost of the
investments also was $50,000.
3) $80,000 in cash dividends was paid to shareholders.
4) The company has no outstanding debt, other than those payables listed above.
5) Operating expenses include $30,000 in depreciation expense.
Required:
a. Prepare a statement of cash flows for 2017 for the Diversified Portfolio Corporation.
Use the direct method for reporting operating activities.
b. Prepare the cash flows from operating activities section of Diversified’s 2017
statement of cash flows using the indirect method.
4. Akun – akun laporan posisi keuangan PT Sampurna disajikan di bawah ini.
PT Sampurna
Akun – akun Laporan Posisi Keuangan
31 Desember 2017 dan 2016
Saldo debit 2017 2016
Kas Rp 70.000 Rp 51.000
Piutang usaha 155.000 130.000
Persediaan 75.000 61.000
Investasi tersedia untuk dijual 55.000 85.000
Peralatan 70.000 48.000
Bangunan 145.000 145.000
Tanah 40.000 25.000
Total Rp610.000 Rp545.000
Saldo kredit
Penyisihan kerugian penurunan nilai piutang Rp 10.000 Rp 8.000
Akumulasi penyusutan – Peralatan 21.000 14.000
Akumulasi penyusutan – Bangunan 37.000 28.000
Utang usaha 66.000 60.000
Utang pajak penghasilan 12.000 10.000
Wesel bayar jangka panjang 62.000 70.000
Saham biasa 310.000 260.000
Saldo laba 92.000 95.000
Total Rp610.000 Rp545.000
Data tambahan:
1. Peralatan dengan biaya perolehan sebesar Rp10.000 telah disusutkan sebesar 60%
dijual pada tahun 2017.
2. Dividen kas diumumkan dan dibayar selama tahun berjalan.
3. Saham biasa diterbitkan sebagai pertukaran dengan tanah.
4. Investasi dengan biaya perolehan Rp35.000 dijual selama tahun berjalan.
5. Tidak terdapat penghapusan piutang selama tahun berjalan.
Laporan laba rugi PT Sampurna untuk tahun 2017 adalah sebagai berikut.

H a l a m a n 75 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Penjualan Rp950.000
Beban pokok penjualan 600.000
Laba kotor Rp350.000
Beban operasi (termasuk beban penyusutan
dan kerugian penurunan nilai piutang) 250.000
Laba operasi Rp100.000
Pendapatan dan beban lain – lain
Keuntungan penjualan investasi Rp15.000
Kerugian penjualan peralatan (3.000) 12.000
Laba sebelum pajak penghasilan Rp112.000
Pajak penghasilan 45.000
Laba bersih Rp 67.000
Diminta:
1. Buatlah bagian arus kas bersih dari aktivitas operasi PT Sampurna tahun 2017
dengan menggunakan metode langsung.
2. Buatlah laporan arus kas PT Sampurna tahun 2017 dengan menggunakan metode
tidak langsung.
5. PT Mayora Tbk menyajikan laporan keuangannya untuk tahun yang berakhir 31
Desember 2017. Berikut disajikan data laporan posisi keuangan komparatif, laporan laba
rugi dan penghasilan komprehensif lain, dan informasi tambahan.
PT Mayora Tbk
Laporan Posisi Keuangan Komparatif
31 Desember
2017 2016 Perubahan
Naik (Turun)
Aset
Kas dan setara kas Rp 54.000 Rp 37.000 Rp 17.000
Piutang usaha 68.000 26.000 42.000
Persediaan 54.000 0 54.000
Beban dibayar di muka 4.000 6.000 (2.000)
Tanah 45.000 70.000 (25.000)
Bangunan 200.000 200.000 0
Akum. penyusutan – bangunan (21.000) (11.000) 10.000
Peralatan 193.000 68.000 125.000
Akum. penyusutan – peralatan (28.000) (10.000) 18.000
Total aset Rp569.000 Rp386.000
Liabilitas dan Ekuitas
Utang usaha Rp 33.000 Rp 40.000 Rp (13.000)
Utang obligasi 110.000 150.000 (40.000)
Saham biasa (nilai nominal Rp1) 220.000 60.000 160.000
Saldo laba 206.000 136.000 70.000
Total liabilitas dan ekuitas Rp569.000 Rp386.000

PT Janjimatogu Tbk
Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2017
Penjualan Rp890.000
Beban pokok penjualan Rp465.000
H a l a m a n 76 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Beban operasi 221.000


Beban keuangan 12.000
Kerugian penjualan peralatan 2.000 700.000
Laba sebelum pajak penghasilan 190.000
Beban pajak penghasilan 65.000
Laba bersih Rp125.000
Informasi tambahan:
1) Dalam beban operasi termasuk beban penyusutan sebesar Rp33.000.
2) Tanah dijual sebesar nilai tercatat dengan tunai.
3) Diumumkan dan dibayar dividen tunai sebesar Rp55.000.
4) Peralatan dengan biaya perolehan sebesar Rp166.000 dibeli dengan tunai. Peralatan
dengan biaya perolehan Rp41.000 dan nilai tercatat Rp36.000 dijual dengan tunai
sebesar Rp34.000.
5) Obligasi ditebus kembali sebesar nilai buku.
6) Saham biasa dengan nilai nominal Rp1 diterbitkan dengan tunai.
Diminta:
a. Buatlalah laporan arus kas dengan PT Janjimatogu Tbk tahun 2017 dengan
menggunakan metode tidak langsung.
b. Buatlah bagian arus kas dari aktivitas operasi dalam laporan arus kas PT Janjimatogu
Tbk tahun 2017 dengan menggunakan metode langsung.
6. Below is a comparative statement of financial position for Egglestone Vibe Inc. as at
December 31, 2016: Egglestone Vibe Inc.
Egglestone Vibe Inc
Statement of Financial Position
December 31
2016 2015
Assets:
Cash $ 84,500 $ 37,700
Accounts receivable 113,100 76,700
Inventory 302,900 235,300
Investments – available for sale (OCI) 81,900 109,200
Land 84,500 133,900
Plant assets 507,000 560,000
Accumulated depreciation – plant assets (152,100) (111,800)
Goodwill 161,200 224,900
Total assets $1,183,000 $1,265,900
Liabilities and Equity:
Accounts payable $ 38,100 $ 66,300
Dividend payable 19,500 41,600
Notes payable 416,000 565,500
Common shares 322,500 162,500
Retained earnings 374,400 370,200
Accumulated other comprehensive income 12,500 59,800

H a l a m a n 77 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Total liabilities and equity $1,183,000 $1,265,900

Additional information:
1. Net income for the 2016 fiscal year was $24,700.
2. During 2016 land was purchased for expansion purposes. Six months later, another
section of land with a carrying value of $111,800 was sold for $150,000 cash.
3. On June 15, 2016, notes payable of $160,000 were retired in exchange for the
issuance of common shares. On December 31, 2016, notes payable for $10,500 were
issued for additional cash flow.
4. Available for sale investments (OCI) were purchased during 2016 for $20,000 cash.
By year-end, the fair value of this portfolio dropped to $81,900. No investments from
this portfolio were sold in 2016.
5. At year-end, plant assets originally costing $53,000 were sold for $27,300, since they
were no longer contributing to profits. At the date of the sale, the accumulated
depreciation for the asset sold was $15,600.
6. Cash dividends were declared and a portion of those were paid in 2016. Dividends are
reported under the financing section.
7. Goodwill impairment loss was recorded in 2016 to reflect a decrease in the
recoverable amount of goodwill.
Required: Prepare a statement of cash flows in good form. The company uses the indirect
method to prepare the statement.

H a l a m a n 78 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

BAB 6
K A S
A. KAS

I nstrumen keuangan adalah setiap kontrak yang menambah nilai aset keuangan entitas
dan liabilitas keuangan atau instrumen ekuitas. Aset keuangan didefinisikan sebagai
kas, investasi pada efek ekuitas entitas lain (misalnya saham biasa, saham preferen), atau
suatu hak kontraktual untuk menerima kas (misalnya piutang dan pinjaman yang diberikan,
dan investasi pada efek utang).
Kas adalah aset lancar paling likuid dan terdiri dari pos-pos yang berlaku sebagai alat
pertukaran serta memberikan dasar untuk pengukuran akuntansi. Agar dapat dilaporkan
sebagai “kas” (“cash”) suatu bagian harus tersedia dan tidak dibatasi penggunaannya atau
siap dan bebas digunakan untuk pembayaran kewajiban saat ini. Kas meliputi uang logam
dan uang kertas, kas kecil dan uang kembalian (change fund), dan surat berharga yang
sewaktu-waktu dapat ditukarkan dengan kas, seperti cek pribadi dan cek perjalanan. Jumlah
total unsur-unsur ini ditambah dengan uang logam dan uang kertas yang belum disetorkan
disebut sebagai kas di tangan (cash on hand). Dalam akuntansi, kas juga meliputi bank.
Bank adalah sisa rekening giro (demand deposit) entitas yang dapat digunakan secara bebas
untuk membiayai kegiatan umum entitas. 3
Pos-pos berikut ini tidak dapat diklasifikasikan sebagai bagian dari kas pada laporan
posisi keuangan: persediaan perangko, cek mundur (post dated check), cek kosong dari pihak
ketiga, rekening giro pada bank di luar negeri yang tidak dapat segera dipakai. Demikian
juga halnya entitas memperlakukan uang muka perjalanan (travel advances) sebagai piutang
jika ditagih dari pegawai atau dikurangkan dari gaji mereka. Jika tidak, entitas
mengklasifikasikan uang muka perjalanan sebagai beban dibayar di muka.
Sejumlah isu yang perlu mendapat perhatian khusus dalam melaporkan kas adalah
sebagai berikut:
 Kas yang Dibatasi atau Terikat (Restricted Cash). Saldo kas yang secara khusus
dirancang oleh manajemen untuk tujuan khusus atau tertentu disebut sebagai kas yang
dibatasi atau terikat (restricted cash) dan dilaporkan secara terpisah sebagai aset lancar
atau tidak lancar sejalan dengan tujuannya. Contohnya adalah kas yang disisihkan
untuk pembiayaan atau penarikan kembali obligasi di masa mendatang; kas ini disebut
sebagai dana pelunasan (sinking fund) atau kas yang disisihkan untuk investasi (perluasan
pabrik – plant expansion).
 Cerukan Bank (Cash/Bank Overdrafts). Saldo kredit dalam akun bank yang dihasilkan
dari pengeluaran cek melebihi simpanan diklasifikasikan sebagai cerukan bank
(cash/bank overdrafts) dan harus disajikan sebagai liabilitas lancar. Saldo kredit dan
debit rekening giro dapat digabung/dikompensasi dan disajikan pada laporan posisi
keuangan sebagai satu kesatuan. Cerukan bank pada umumnya termasuk aktivitas
pendanaan sejenis dengan pinjaman. Namun, jika cerukan bank dapat ditarik sewaktu-
waktu dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengeluaran kas entitas, maka
cerukan tersebut termasuk komponen kas dan setara kas.
3
Jika entitas menyetorkan kas dalam sebuah bank (cash deposited in banks) maka kas tersebut merupakan aset
keuangan dan liabilitas keuangan bagi bank, karena bank mempunyai kewajiban kontraktual untuk membayar
kembali kas kepada entitas [(PSAK No. 55): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran)]
H a l a m a n 79 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Contoh: Entitas A mempunyai dua rekening bank, dengan saldo-saldo sebagai berikut:
Bank BNI Rp300.000
Bank BCA (15.000)
Maka Entitas A akan melaporkan aset kas sebesar Rp285.000.

 Setara Kas (Cash Equivalents). Investasi jangka pendek dan sangat likuid yang dimiliki
untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk tujuan investasi atau bukan
digunakan sebagai jaminan atas utang (unrestricted time deposit) diklasifikasikan sebagai
setara kas. Oleh karena itu, investasi umumnya diklasifikasikan sebagai setara kas hanya
jika akan segera jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal perolehan.

Tampilan 6 – 1: Ikhtisar Kas, Setara Kas, dan Pos Bukan Kas

B. MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN KAS


Manajemen kas yang efektif memerlukan pengendalian untuk melindungi kas terhadap
pencurian atau penggelapan. Karena kas merupakan aset yang paling likuid, maka hal itu
paling mudah diselewengkan jika tidak dijaga dengan baik.
Karakteristik dasar dari suatu sistem pengendalian kas adalah:
 menetapkan tanggung jawab secara khusus untuk menangani penerimaan kas;
 pemisahan penanganan dan pencatatan penerimaan kas;
 penyetoran seluruh kas yang diterima setiap hari ke bank;
 sistem voucher untuk mengendalikan kas;
 audit intern pada selang waktu tak terduga; dan
 pencatatan ganda atas kas – menurut bank dan pembukuan dengan rekonsiliasi oleh
seseorang di luar bagian akuntansi.

H a l a m a n 80 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Dengan sedapat mungkin menjalankan sistem pengendalian intern (internal control


systems) yang efektif, entitas dapat mengurangi peluang untuk pencurian, kehilangan, dan
kesalahan yang tidak disengaja dalam akuntansi dan pengendalian kas.
Penggunaan dana kas kecil dan rekonsiliasi bank dapat membantu mengidentifikasi
setiap kekurangan kas atau kekeliruan yang telah dilakukan dalam akuntansi kas.
C. DANA KAS KECIL
Pembayaran kas yang harus dilakukan secara rutin dan cepat serta pembayaran yang
relatif kecil dapat dilakukan dari dana kas kecil (petty cash fund) dengan suatu sistem dana
tetap (imprest fund systems). Suatu sistem dana tetap adalah suatu sistem pendanaan yang
jumlahnya tetap, yaitu jumlah setiap pengisian kembali jumlahnya sama dengan bukti
pengeluaran, sehingga jumlah keseluruhan dana akan tetap.
Secara ringkas pencatatan yang dilakukan dalam akuntansi kas kecil sebagai berikut:
 Pada saat pembentukan kas kecil: akun kas kecil didebit dan akun kas dikredit.
 Pada saat terjadi pengeluaran macam-macam biaya: tidak dijurnal (no entry), tetapi
bukti-bukti transaksi dikumpulkan. Catatan atas pembayaran-pembayaran kas kecil ini
dapat dibuat dalam buku kas kecil (petty cash journal).
 Pada saat pengisian kembali (replenishment) dan mencatat beban: akun beban didebit
dan akun kas dikredit.

Dengan sistem dana tetap:


 Akun kas kecil selalu menunjukkan jumlah tertentu yang tetap.
 Apabila dana tersebut tidak seimbang, biasanya dilakukan penyesuaian ke
beban/pendapatan lain, yang disebut “kelebihan atau kekurangan kas” atau
“selisih kas lebih atau selisih kas kurang” (“cash short and over”).
 Apabila dana kas akan dinaikkan, maka jurnalnya sama dengan membentuk dana
kas kecil awal, demikian juga sebaliknya.
 Dana kas kecil biasanya diisi kembali pada akhir setiap periode fiskal. Akan tetapi,
jika pengisian kembali tidak terjadi pada akhir tahun, terhadap kas kecil
diperlukan untuk mencatat secara benar semua pengeluaran dari dana tersebut
dengan mendebit beban-beban dan mengkredit kas kecil.

Contoh 1: Pada 1 Januari 2016, PT Inhutani membentuk suatu dana kas kecil sebesar
Rp50.000. Selama enam bulan berikutnya (Januari sampai dengan Juni) dilakukan
pembayaran untuk perlengkapan kantor Rp24.500, perangko Rp11.000, dan perbaikan
peralatan kantor Rp2.500. Pada tanggal 1 Juli 2016, dana diisi kembali. Pada saat kas
opname/penghitungan uang kas (cash count) bahwa uang kertas dan uang logam dalam dana
kas kecil berjumlah Rp11.500. Entitas juga memutuskan untuk mengurangi dana kas kecil
menjadi Rp40.000.
Selanjutnya, asumsikan bahwa selama enam bulan berikutnya (Juli sampai dengan
Desember), entitas membeli perlengkapan kantor Rp13.600, membayar beban listrik dan
telepon Rp8.900, dan membayar beban pengangkutan Rp5.500.

Diminta:
a. Buatlah jurnal yang diperlukan pada pembukuan PT Inhutani.

H a l a m a n 81 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

b. Berapa jumlah yang dilaporkan sebagai dana kas kecil di laporan posisi keuangan pada
tanggal 31 Desember 2016, jika pada tanggal 31 Desember 2016: (1) tidak dilakukan
pengisian kembali, dan (2) dilakukan pengisian kembali.

Jawaban:
a. Jurnal
1 Januari 2016
Kas kecil 50.000
Kas/bank 50.000
(Untuk membentuk dana kas kecil sebesar Rp50.000)
1 Juli 2016
Beban perlengkapan kantor 24.500
Beban perangko 11.000
Beban perbaikan peralatan kantor 2.500
Kelebihan/kekurangan kas 500
Kas/bank 38.500
(Untuk mencatat beban-beban dan mengisi kembali dana kas kecil)
1 Juli 2016
Kas/bank 10.000
Kas kecil 10.000
(Untuk menurunkan dana kas kecil dari Rp50.000 menjadi Rp40.000)
31 Desember 2016 (Diasumsikan tidak dilakukan
pengisian kembali)
Beban perlengkapan kantor 13.600
Beban listrik dan telepon 8.900
Beban pengangkutan 5.500
Kas kecil 28.000
(Untuk mencatat beban-beban yang dibayar dari dana kas kecil)
31 Desember 2016 (Diasumsikan dilakukan pengisian
kembali) 13.600
Beban perlengkapan kantor 8.900
Beban listrik dan telepon 5.500
Beban pengangkutan 28.000
Kas/bank
(Untuk mencatat beban-beban dan mengisi kembali dana kas kecil)
b. Dana kas kecil di laporan posisi keuangan pada tanggal 31 Desember 2016, jika:
1. Tidak dilakukan pengisian kembali: Rp12.000.
2. Dilakukan pengisian kembali: Rp40.000.

D. REKONSILIASI BANK
Apabila penerimaan harian disetor dan pembayaran selain berasal dari kas kecil dilakukan
dengan cek, laporan bank/rekening koran bank (bank statement) atas transaksi
nasabah/penyimpan (depositor) dapat dibandingkan dengan catatan kas yang dilaporkan
dalam buku entitas. Perbandingan antara saldo bank dan saldo buku entitas biasanya
dilakukan bulanan melalui ringkasan yang disebut dengan rekonsiliasi bank (bank
reconciliation).

H a l a m a n 82 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Apabila laporan bank dan catatan entitas dibandingkan, beberapa hal mungkin muncul di
salah satu data tetapi tidak di data lainnya, sehingga menghasilkan perbedaan antara kedua
saldo tersebut. Sebagian besar dari perbedaan ini merupakan hasil perbedaan waktu
sementara dan merupakan hal yang normal. Terdapat lima jenis perbedaan yang timbul dalam
situasi-situasi berikut:
Pos-pos yang Direkonsiliasi
1. Setoran Dalam Perjalanan (Deposit In Transit). Setoran yang dilakukan mendekati
akhir bulan dan dicatat pada buku entitas, tetapi belum diterima oleh bank tepat pada
waktunya untuk disajikan dalam laporan bank. Jumlah ini disebut dengan setoran dalam
perjalanan.
2. Cek yang Masih Beredar (Outstanding Checks). Cek yang dibuat mendekati akhir
bulan telah mengurangi saldo kas entitas, tetapi belum dicairkan/dikliring (clear) atau
diproses di bank pada tanggal pembuatan laporan bank. Hal ini disebut dengan cek
yang masih beredar atau cek yang belum ditunaikan.
3. Pembebanan Bank (Bank Charges). Bank kadangkala mengenakan beban bulanan
untuk melayani sebuah rekening. Bank secara otomatis mengurangi saldo rekening
bank entitas untuk beban administrasi bank dan mencatat jumlah tersebut dalam
laporan bank. Pengembalian cek dari seorang pelanggan yang dananya tidak mencukupi
disebut pula cek kosong atau cek tidak cukup dana (not-sufficient fund – NSF check),
pembebanan bunga oleh bank akibat adanya overdraft, dan bunga jasa giro ditangani
dengan cara yang sama.
4. Pengkreditan Bank (Bank Credits). Jumlah terutang kepada entitas yang dibayarkan
langsung kepada bank oleh pihak ketiga dan ditambahkan ke rekening entitas.
Contohnya, penagihan oleh bank atas wesel tagih dan pendapatan jasa giro bank.
5. Kesalahan yang Dilakukan oleh Bank atau Entitas (Bank or Depositor Errors).
Kesalahan dapat terjadi pada catatan entitas atau rekening koran bank yang
menyebabkan saldo bank tidak sesuai dengan saldo buku.

Apabila setelah mempertimbangkan hal-hal di atas, saldo laporan bank dan buku tidak
dapat direkonsiliasi, analisis rinci atas catatan entitas mungkin perlu dilakukan untuk
menetapkan apakah terjadi kesalahan atau penyimpangan pada catatan salah satu pihak.
Bentuk rekonsiliasai bank dapat dilakukan dengan:
1. Rekonsiliasi saldo bank dan saldo buku ke saldo yang benar.
2. Rekonsiliasi saldo bank ke saldo buku.
Kebanyakan entitas menggunakan rekonsiliasi saldo bank dan saldo buku ke saldo yang
benar. Bentuk rekonsiliasi dan pos-pos yang akan direkonsiliasi terdiri atas dua bagian: (1)
“Balance per bank statements” dan (2) “Balance per depositor’s books.” Kedua bagian
berakhir dengan “saldo kas yang benar” (“correct cash balance.”) Saldo kas yang benar
merupakan jumlah di mana buku-buku harus disesuaikan dan jumlah ini dilaporkan pada
laporan posisi keuangan. Entitas menyiapkan jurnal penyesuaian untuk semua pos-pos
penambahan dan pengurangan yang nampak dalam bagian “saldo menurut buku penyetor”
(“balance per depositor’s books”).

H a l a m a n 83 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Balance per bank statement Rpxxxx


Add: Deposit in transit Rpxxxx
Undeposited receipts (cash on hand) xxxx
Bank errors that understate the bank statement balance xxxx xxxx
Deduct: Outstanding checks xxxx
Bank errors that overstate the bank statement balance xxxx xxxx
Correct cash balance Rpxxxx
Balance per depositor’s books Rpxxxx
Add: Bank credits and collections not yet recorded in the books Rpxxxx
Bank errors that understate the book balance xxxx xxxx
Deduct: Bank charges not yet recorded in the books xxxx
Bank errors that overstate the book balance xxxx xxxx
Correct cash balance Rpxxxx
Contoh 1: Akun kas PT Insani menunjukkan saldo Rp2.952.490 pada 31 Oktober 2016.
Laporan bank pada 31 Oktober 2016 menunjukkan saldo sebesar Rp2.979.720. Sebelum
membandingkan laporan tersebut dengan catatan kas entitas ditemukan informasi berikut:
1) Rekening PT Insani dibebani dengan cek pelanggan yang tidak dapat ditagih (NSF
check) sebesar Rp118.940 pada tanggal 25 Oktober 2016.
2) Cek no. 1116 untuk PT Galaxi Advertensi sebesar Rp46.000 dicatat oleh entitas secara
salah sebesar Rp64.000.
3) Beban bunga untuk PT Insana salah dibukukan oleh bank ke rekening PT Insani sebesar
Rp12.500.
4) Beban jasa bank selama bulan Oktober sebesar Rp3.160.
5) Pendapatan bunga selama bulan Oktober sebesar Rp98.500.
6) Penerimaan pada tanggal 29 Oktober 2016 sebesar Rp658.500 disetorkan pada 3
November 2016.
7) Cek-cek yang beredar pada 31 Oktober 2016:
No. 1125 Rp 58.160 No. 1154 Rp255.000
No. 1138 100.000 No. 1155 192.070
No. 1152 98.600
Diminta:
a. Buatlah rekonsiliasi bank pada 31 Oktober 2016.
b. Buatlah jurnal penyesuaian yang diperlukan untuk mencatat transaksi-transaksi tersebut.
c. Berapa jumlah yang harus dilaporkan sebagai kas di laporan posisi keuangan pada 31
Oktober 2016.
Jawaban:
a. Rekonsiliasi bank pada 31 Oktober 2016

PT Insani
Rekonsiliasi Bank
31 Oktober 2016
Saldo menurut bank, 31 Oktober Rp2.979.720
Ditambah:
Setoran dalam perjalanan Rp658.500

H a l a m a n 84 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Beban bunga atas rekening penyimpan disebabkan


kesalahan bank 12.500 671.000
Rp3.650.720
Dikurang: Cek-cek yang beredar
No. 1125 Rp 58.160
No. 1138 100.000
No. 1152 98.600
No. 1154 255.000
No. 1155 192.070 703.830
Saldo kas yang benar Rp2.946.890
Saldo menurut buku Rp2.952.490
Ditambah:
Bunga yang diperoleh selama bulan November Rp 98.500
Cek no. 1116 untuk PT Galaxi Adv. sebesar Rp46.000
dicatat oleh deposan secara salah dengan jumlah
Rp64.000 18.000 116.500
Rp3.068.990
Dikurang:
Beban jasa bank Rp 3.160
Cek pelanggan yang disetorkan pada tanggal 25
Oktober tetapi dikembalikan sebagai cek kosong
(NSF check) 118.940 122.100
Saldo kas yang benar Rp2.946.890
b. Jurnal
Kas 98.500
Pendapatan bunga 98.500
(Untuk mencatat pendapatan bunga selama bulan Oktober)
Kas 18.000
Beban advertensi 18.000
(Untuk mencatat koreksi cek atas pembayaran advertensi yang tercatat
Rp64.000, di mana seharusnya Rp46.000)
Piutang usaha 118.940
Kas 118.940
(Untuk mencatat cek pelanggan yang tidak dapat ditagih)
Beban lain-lain 3.160
Kas 3.160
(Untuk mencatat beban jasa bank selama bulan Oktober)
Setelah jurnal di atas di-posting, akun kas di laporan posisi keuangan tanggal 31 Oktober
2016 sebesar Rp2.946.890.
Contoh 2: PT Mayora menyelenggarakan akun bank pada Bank BNI. Bank BNI menyajikan
rekening koran dan cek-cek yang dibatalkan (cenceled checks) sekali sebulan. Tanggal pisah
batas (cutoff date) adalah hari terakhir setiap bulan. Rekening koran selama bulan Mei
diikhtisarkan sebagai berikut:
Saldo, 1 Mei 2016 Rp32.120
Setoran 82.140
Cek yang diproses/cek yang beredar (78.433)
Beban jasa bank (80)

H a l a m a n 85 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Cek yang tidak ada dananya (NSF checks) (2.187)


Pembayaran wesel yang diterima oleh bank
(termasuk bunga sebesar Rp120) 1.120
Saldo, 31 Mei 2016 Rp34.680
Akun buku besar kas perusahaan mempunyai saldo sebesar Rp35.276 pada akhir bulan
Mei. Reviu atas catatan-catatan perusahaan menunjukkan hal-hal berikut:
1) Penerimaan kas yang belum disetorkan sebesar Rp2.965.
2) Sebuah setoran sebesar Rp1.020 yang dilakukan pada 31 Mei belum dikreditkan ke akun
perusahaan hingga bulan Juni.
3) Semua cek yang ditulis pada bulan April telah diproses oleh bank. Cek yang ditulis pada
bulan Mei yang belum diproses oleh bank sebesar Rp5.536.
4) Sebuah cek yang ditulis sebesar Rp1.790 secara salah dicatat oleh perusahaan untuk
pembayaran bahan baku kepada rekanan sebesar Rp790.

Diminta:
a. Buatlah rekonsiliasi bank pada tanggal 31 Mei 2016.
b. Buatlah jurnal penyesuaian yang diperlukan.

Jawaban:
a. Rekonsiliasi bank

PT Mayora
Rekonsiliasi Bank
31 Mei 2016
Saldo menurut rekening koran Rp34.680
Ditambah: Setoran dalam perjalanan Rp3.985 *
Dikurangi : Cek yang beredar (5.536) 1.551
Saldo kas yang benar Rp33.129
Saldo menurut buku Rp35.276
Ditambah:
Wesel yang ditagih oleh bank Rp 1.120
Dkurangi:
Beban jasa bank (80)
Cek yang tidak ada dananya (NSF check) (2.187)
Kesalahan – cek yang dicatat terlalu rendah (1.000) 2.147
Saldo kas yang benar Rp33.129
*Rp2.965 + 1.020 = Rp3.985

b. Jurnal
Kas 1.120
Wesel tagih 1.000
Pendapatan bunga 120
(Untuk mencatat penerimaan pokok dan bunga wesel yang ditagih oleh bank)
Beban lain-lain 80
Piutang usaha 2.187
Utang usaha 1.000
Kas 3.267
(Untuk mencatat pengkreditan terhadap kas yang nampak dalam rekonsiliasi
H a l a m a n 86 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

bank)

Setelah jurnal ini dibukukan, akun buku besar kas akan sama dengan saldo yang telah
dikoreksi (saldo kas yang benar) sebesar Rp33.129.

E. Pengakuan dan Pengukuran, Penyajian, dan Pengungkapan


1. Pengakuan dan pengukuran
Kas dan setara kas diakui pada saat terjadinya sebesar nilai nominal.
2. Penyajian
Kas dan setara kas disajikan dalam kelompok aset lancar.
3. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain:
a. rincian jenis dan jumlah kas dan setara kas;
b. kas dan setara kas yang dibatasi penggunaannya; dan
c. pengungkapan lainnya.

Dalam ikhtisar kebijakan akuntansi entitas, kas dan setara kas terdiri dari saldo kas dan
bank, efek (obligasi dan saham) dan deposito berjangka yang jatuh tempo dalam waktu 3
(tiga) bulan atau kurang dan tidak digunakan sebagai jaminan atau dibatasi penggunaannya.

PERTANYAAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kas, setara kas, kas yang dibatasi, cerukan bank,
dan saldo kompensasi.
2. PT Eno memiliki saldo kas berikut:
Bank Mandiri Rp15.000.000
Bank BNI (10.000.000)
Bank BCA 25.000.000
Bank BRI (5.000.000)
Diminta: Buatlah penyajian aset lancar dan liabilitas jangka pendek pada laporan posisi
keuangan PT Eno menurut standar akuntansi keuangan.
3. Sebutkan paling tidak empat sumber umum perbedaan antara saldo penyimpan
(depositor) dan bank. Perbedaan manakah yang membutuhkan penyesuaian dalam
buku penyimpan?
4. Sebutkan hal-hal yang terkait dengan pengakuan dan pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan kas dan setara kas.
5. Horton Corporation is preparing a bank reconciliation and has identified the following
potential reconciling items. For each item, indicate if it is (1) added to balance per
bank statement, (2) deducted from balance per bank statement, (3) added to balance
per books, or (4) deducted from balance per books.
a. Deposit in transit $5,500.
b. Outstanding checks $7,422.
c. Bank service charges $25.
d. NSF check returned $377.

H a l a m a n 87 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

e. Interest credited to Horton’s account $31.


6. Use the information presented in 5 for Horton Corporation. Prepare any entries
necessary to make Horton’s accounting records correct and complete.
7. Finman Company designated Jill Holland as petty cash custodian and established a
petty cash fund of $200. The fund is reimbursed when the cash in the fund is at $15.
Petty cash receipts indicate funds were disbursed for office supplies $94 and
miscellaneous expense $87. Prepare journal entries for the establishment of the fund
and the reimbursement.

SOAL-SOAL
1. Akun kas PT Asahi Mas memperlihatkan saldo sebesar Rp17.056.480 pada 31 Oktober
2016. Laporan bank pada 31 Oktober 2016 menunjukkan saldo sebesar Rp21.209.450.
Sebelum membandingkan laporan tersebut dengan catatan kas entitas ditemukan
informasi sebagai berikut:
1) Rekening Asahi Mas dibebani biaya pada 25 Oktober 2016 untuk cek pelanggan
yang tidak tertagih (NSF checks) sejumlah Rp1.143.000.
2) Wesel pelanggan berjangka waktu dua bulan dengan bunga 9% senilai Rp3.000.000
tertanggal 25 Juli 2016 didikontokan pada tanggal 11 Oktober 2016 tidak tertagih
pada 26 Oktober 2016 dan bank mengenakan biaya pada Asahi Mas sebesar
Rp3.050.830 yang meliputi biaya jasa protes (protest fee) sebesar Rp5.830.
3) Cek pelanggan sebesar Rp725.000 dicatat sebesar Rp625.000 baik oleh deposan
maupun oleh bank, tetapi kemudian dikoreksi oleh bank.
4) Cek dengan nomor 661 sebesar Rp1.242.500 dimasukkan dalam jurnal pengeluaran
kas sebesar Rp1.224.500 dan cek bernomor 625 sebesar sebesar Rp32.900
dimasukkan sebagai Rp329.000. Entitas menggunakan sistem voucher.
5) Beban jasa bank sebesar Rp39.430 untuk bulan Oktober belum dicatat di buku.
6) Memo bank mencatat bahwa wesel Tuan Ahok sebesar Rp2.500.000 dan bunga
sebesar Rp62.500 telah ditagih pada 21 Oktober 2016, dan bank mengenakan biaya
sebesar Rp12.500. (Tidak ada jurnal dibuat dalam buku ketika wesel tersebut dikirim
ke bank untuk ditagih).
7) Penerimaan pada 29 Oktober 2016 sebesar Rp6.850.000 disetorkan pada 1 November
2016.
Cek-cek berikut ini masih beredar (outstanding checks) pada 31 Oktober 2016:
No. 620 Rp1.250.000 No. 671 Rp 732.500
No. 621 3.448.230 No. 673 187.900
N0. 632 2.405.250 No. 675 275.720
No. 670 1.775.380 No. 676 2.233.150
Diminta:
a. Buatlah rekonsiliasi bank pada 31 Oktober 2016.
b. Buatlah jurnal yang diperlukan untuk transaksi-transaksi di atas.
Jawaban

H a l a m a n 88 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

a. Rekonsiliasi Bank

PT Asahi Mas
Rekonsiliasi Bank
31 Oktober 2016
Saldo menurut bank, 31 Oktober 2016 Rp21.209.450
Ditambah: Setoran dalam perjalanan 6.850.000
28.059.450
Dikurangi: Cek-cek yang beredar:
No. 620 Rp1.250.000
No. 621 3.448.230
No. 632 2.405.250
No. 670 1.775.380
No. 671 732.500
No. 673 187.900
No. 675 275.720
No. 676 2.233.150 (12.308.130)
Saldo kas yang benar Rp15.751.320

Saldo menurut buku, 31 Oktober 2016 Rp17.056.480


Ditambah:
Kesalahan mencatat cek pelanggan – cek sebesar
Rp725.000 dicatat sebesar Rp625.000 Rp 100.000
Kesalahan dalam catatan cek – Cek No. 625
sebesar Rp32.900 dimasukkan sebagai
Rp329.000 296.100
Penerimaan wesel Sears oleh bank belum dicatat
sebesar Rp2.562.000 dikurangi beban penagihan
Rp12.500 2.550.000 2.946.100
Dikurangi
Cek pelanggan yang tidak dapat ditagih
Wesel yang tidak dapat ditagih, bunga, dan biaya
protes Rp1.143.000
Kesalahan dalam catatan cek – Cek No. 661
sebesar Rp1.242.500 dimasukkan sebagai 3.050.830
Rp1.224.500 18.000
Beban jasa bank 39.430
Saldo kas yang benar (4.251.260)
Rp15.751.320
b. Jurnal

Piutang usaha 1.143.000


Kas 1.143.000
Wesel tagih 3.050.830
Kas 3.050.830
Kas 100.000
Piutang usaha 100.000
Utang usaha 18.000
Kas 18.000
Kas 296.100
H a l a m a n 89 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Utang usaha 296.100


Beban umum lain-lain 39.430
Kas 39.430
Kas 2.550.000
Beban umum lain-lain 12.500
Wesel tagih 2.500.000
Pendapatan bunga 62.500

2. PT Sampurna menyetorkan seluruh penerimaannya ke bank dan melakukan seluruh


pembayaran dengan cek. Informasi berikut tersedia dari catatan kas.

Rekonsiliasi bank bulan 30 Juni 2016


Saldo menurut bank Rp 7.000.000
Ditambah: Setoran dalam perjalanan 1.540.000
Dikurang: Cek yang masih beredar (2.000.000)
Saldo menurut buku Rp 6.540.000

Hasil bulan Juli 2016


Menurut Bank Menurut Buku
Saldo, 31 Juli Rp8.650.000 Rp9.250.000
Setoran bulan Juli 5.000.000 5.810.000
Cek-cek bulan Juli 4.000.000 3.100.000
Penerimaan wesel bulan Juli (tidak
termasuk dalam setoran bulan Juli) 1.000.000
Beban jasa bank bulan Juli 15.000
Cek yang tidak cukup dana (NSF checks)
bulan Juli, dikembalikan oleh bank 335.000
Diminta:
a. Buatlah rekonsiliasi bank dari saldo menurut bank dan saldo menurut kas ke saldo
kas yang benar.
b. Buatlah jurnal umum untuk mengoreksi akun kas.

Jawaban:
a. Rekonsiliasi bank

PT Sampurna
Rekonsiliasi Bank
31 Juli 2016
Saldo menurut rekening koran 31 Juli 2016 Rp 8.650.000
Ditambah: Setoran dalam perjalanan 1) 2.350.000
Dikurang: Cek yang beredar 2) (1.100.000)
Saldo kas yang benar Rp9.900.000
Saldo menurut buku 31 Juli 2016 Rp 9.250.000
Ditambah: Penagihan wesel 1.000.000
Dikurang: Beban jasa bank Rp 15.000
Cek yang tidak ada dananya (NSF check) 335.000 (350.000)
Saldo kas yang benar Rp9.900.000

H a l a m a n 90 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

1. Penghitungan setoran dalam perjalanan


Setoran menurut buku Rp5.810.000
Setoran menurut bank bulan Juli Rp5.000.000
Dikurang: setoran dalam perjalanan (Juni) (1.540.000)
Setoran yang dikirim dan diterima bulan Juli (3.460.000)
Setoran dalam perjalanan bulan Juli Rp2.350.000

2. Penghitungan cek yang beredar


Cek yang ditulis menurut buku Rp3.100.000
Cek yang diproses oleh bank bulan Juli Rp4.000.000
Dikurang: Cek yang beredar (Juni) (2.000.000)
Cek yang ditulis dan diuangkan bulan Juli 2.000.000
Cek yang beredar bulan Juli Rp1.100.000

b. Jurnal
Kas 650.000
Beban kantor – beban jasa bank 15.000
Piutang usaha 335.000
Wesel tagih 1.000.000

3. Nona Giselle sedang mereviu akuntansi kas PT Galaxi. Reviu Nona Giselle akan
menitikberatkan pada akun kas kecil dan rekonsiliasi bank untuk bulan yang berakhir 31
Mei 2016. Untuk tugas ini, dia telah mengumpulkan informasi dari pemegang buku PT
Galaxi.
Kas Kecil
1) Dana kas kecil dibentuk tanggal 10 Mei 2016 sejumlah Rp250.000.
2) Pengeluaran dana oleh pemegang dana pada 20 Mei 2016 yang dilampiri dengan
bukti-bukti yang telah disetujui sebagai berikut:

Beban perangko Rp33.000


Beban perlengkapan 65.000
Pinjaman pegawai 30.000
Beban pengiriman 57.450
Beban iklan 22.800
Beban lain-lain 15.350
Pada 31 Mei 2016, dana kas kecil diisi kembali dan dananya ditetapkan menjadi
Rp300.000, serta pada saat itu uang kertas dan uang logam adalah Rp26.400.
Rekonsiliasi Bank

PT Bank Negara Indonesia


Rekening Koran
Pengeluaran Penerimaan Saldo
Saldo, 1 Mei Rp 8.769.000
Setoran selama bulan Juli Rp28.000.000
Wesel yang ditagih atas nama nasabah
(bunga Rp30.000) 930.000
Cek yang diuangkan selama bulan Juli Rp31.150.000
H a l a m a n 91 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Beban jasa bank 27.000


Saldo, 31 Mei 6.522.000

Akun Kas PT Galaxi


Saldo 1 Mei 2016 Rp 8.850.000
Setoran selama bulan Mei 2016 31.000.000
Cek yang ditulis selama bulan Mei 2016 (31.835.000)
Setoran dalam perjalanan ditetapkan menjadi Rp3.000.000 dan cek yang beredar pada 31
Mei berjumlah Rp850.000. Kas di tangan (di luar kas kecil) pada 31 Mei 2016 adalah
Rp246.000.
Diminta:
a. Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan dana kas kecil selama
bulan Mei.
b. Buatlah rekonsiliasi bank pada 31 Mei 2016 dan buatlah jurnal yang diperlukan.
c. Berapa jumlah kas yang harus dilaporkan di laporan posisi keuangan pada 31 Mei
2016.

4. The accounting department supplied the following data in reconciling the September 30
bank statement for Clegg Auto.

Ending cash balance per bank $18,972.67


Ending cash balance per books 16,697.76
Deposits in transit 3,251.42
Bank service charge . 20.00
Outstanding checks . 4,163.51
Note collected by bank including $50 interest (Clegg
not yet notified 2,150.00
Error by bank—check drawn by Gregg Corp. was
charged to Clegg’s account 713.18
A sale and deposit of $1,628.00 were entered in the sales journal and cash receipts
journal as $1,682.00.
a. Prepare the September 30 bank reconciliation.
b. Give the journal entries required on the books to adjust the cash account.

5. PT Humpus menyelenggarakan akun bank pada Bank Mandiri. Rekening koran disajikan
pada akhir tiap bulan. Rekonsiliasi saldo bank pada 30 November 2016 adalah sebagai
berikut:
Saldo menurut bank, 30 November 2016 Rp3.231.000
Tambah: Setoran dalam perjalanan 1.200.000
Kurang: Cek yang beredar:
#363 Rp123.000
#365 201.000
#380 56.000
#381 86.000
#382 340.000 (806.000)
Saldo menurut bank setelah disesuaikan, 30
November 2016 Rp3.625.000
H a l a m a n 92 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Akun buku besar kas perusahaan menunjukkan hal berikut selama bulan Desember:

Saldo, 1 Desember Rp 3.625.000


Penerimaan 42.650.000
Pengeluaran (41.853.000)
Saldo, 31 Desember Rp 4.422.000
Rekening koran bulan Desember berisikan informasi berikut:
Saldo, 1 Desember Rp 3.231.000
Setoran 43.000.000
Cek yang diproses (41.918.000)
Beban jasa (22.000)
NSF checks (440.000)
Saldo, 31 Desember Rp 3.851.000
Cek yang diproses oleh bank pada bulan Desember mencakup semua cek yang beredar
pada akhir bulan November kecuali cek #365. Di samping itu, terdapat beberapa cek
bulan Desember yang belum diproses oleh bank pada akhir bulan. Juga, anda
menemukan bahwa cek #411 sebesar Rp320.000 telah dicatat dengan benar oleh bank
tetapi dicatat secara salah di buku sebesar Rp230.000 untuk pembayaran beban
advertensi. Pada setoran bank termasuk setoran sebesar Rp1.300.000 salah dikreditkan
pada akun perusahaan. Setoran tersebut seharusnya dibukukan untuk pengkreditan PT
Galau. Cek yang tidak ada dananya (NSF check) belum disetorkan kembali dan
perusahaan akan meminta pembayaran dari pelanggan terkait.
Diminta:
a. Buatlah rekonsiliasi bank untuk PT Humpus pada 31 Desember 2016.
b. Buatlah jurnal penyesuaian yang diperlukan.

6. PT Humpus baru saja menerima laporan bank bertanggal 31 Juli 2016, yang dikhtisarkan
sebagai berikut:

PT Bank Mandiri Pengeluaran Penerimaan Saldo


Saldo, 1 Juli Rp 9.369.000
Setoran selama bulan Juli Rp32.200.000 41.569.000
Wesel yang ditagih atas nama
nasabah termasuk bunga Rp40.000 42.609.000
Cek yang diuangkan selama bulan Rp34.500.000 1.040.000 8.109.000
Juli 20.000 8.089.000
Beban jasa bank
Saldo, 31 Juli Rp8.089.000
Akun buku besar Kas, untuk bulan Juli adalah sebagai berikut:
Kas
Saldo, 1 Juli Rp10.050.000 Pengeluaran selama
Penerimaan selama bulan bulan Juli Rp35.403.000
Juli 35.000.000
Setoran dalam perjalanan pada 31 Juli 2016 adalah Rp3.800.000, dan cek yang beredar
pada 31 Juli 2016 berjumlah Rp1.550.000. Kas di tangan (cash on hand) pada 31 Juli

H a l a m a n 93 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

2016 adalah Rp310.000. Petugas pembukuan salah mencatat sebuah cek ke dalam
pembukuan sebesar Rp146.500, untuk cek yang telah ditulis sebesar Rp164.500 untuk
beban perlengkapan kantor; cek ini telah diuangkan (clear) oleh bank selama bulan Juli.

Diminta:
a. Buatlah rekonsiliasi bank pada 31 Juli 2016 untuk menghasilkan saldo yang benar.
b. Buatlah jurnal yang diperlukan untuk pembukuan yang benar dan lengkap.
c. Berapa jumlah kas yang harus dilaporkan di laporan posisi keuangan pada 31 Juli
2016?

7. Presented below is information related to Haselhof Inc.


Balance per books at October 31, $41,847.85; receipts $173,523.91; disbursements
$164,893.54. Balance per bank statement November 30, $56,274.20.
The following checks were outstanding at November 30.
1224 $1,635.29
1230 2,468.30
1232 2,125.15
1233 482.17
Included with the November bank statement and not recorded by the company were a
bank debit memo for $27.40 covering bank charges for the month, a debit memo for
$372.13 for a customer’s check returned and marked NSF, and a credit memo for $1,400
representing bond interest collected by the bank in the name of Haselhof Inc. Cash on
hand at November 30 recorded and awaiting deposit amounted to $1,915.40.
Instructions
a. Prepare a bank reconciliation (to the correct balance) at November 30, for Haselhof
Inc. from the information above.
b. Prepare any journal entries required to adjust the cash account at November 30.

Jawaban Soal No. 5

Saldo menurut rekening koran Rp3.851.000


Ditambah: Setoran dalam perjalanan 2.150.000 (1)
Dikurangi:
Kesalahan bank – setoran secara salah dikreditkan ke akun
perusahaan Rp 1.300
Cek yang beredar 831.000 (2) 2.131.000
Saldo kas yang benar Rp3.870.000
Saldo menurut buku Rp4.422.000
Dikurangi:
Kesalahan dalam mencatat cek #411 Rp 90.000
Beban jasa bank 22.000
Cek tidak ada dana (NSF checks) 440.000 552.000
Saldo kas yang benar Rp3.870.000

(1) Setoran dalam perjalanan


Setoran (penerimaan) menurut buku Rp42.650.000
Setoran menurut bank bulan Deesember Rp43.000.000
Dikurangi:
H a l a m a n 94 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Setoran dalam perjalanan bulan November 1.200.000


Kesalahan penyetoran 1.300.000
Setoran yang dikirim dan diterima bulan Desember 40.500.000
Setoran dalam perjalanan bulan Desember Rp2.150.000

(2) Cek yang beredar


Cek yang ditulis (pengeluaran) bulan Desember Rp41.853.000
Kesalahan mencatat cek #411 90.000
Cek yang diproses menurut bank bulan Desember Rp41.918.000
Dikurangi:
Cek yang beredar bulan November:
#363 123.000
#380 56.000
#381 86.000
#382 340.000 605.000
Cek yang ditulis dan diproses bulan Desember 41.313.000
Cek yang beredar Rp 630.000
Ditambah: cek # 365 201.000
Total cek yang beredar bulan Desember Rp 831.000

Untuk mencatat pengkreditan akun kas sebagaimana ditunjukkan pada rekonsiliasi


bank
Beban advertensi 90,000
Beban lain-lain (beban jasa bank) 22,000
Piutang usaha (NSF checks) 440,000
Kas 552.000

H a l a m a n 95 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

BAB 7
P I U T A N G
A. PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI PIUTANG

I stilah piutang (receivables) dapat diterapkan bagi semua klaim terhadap pihak lain atas
uang, barang, dan jasa. Untuk tujuan akuntansi, piutang merupakan aset keuangan
(sering disebut sebagai pinjaman yang diberikan dan piutang – loan and receivables) 4
adalah klaim terhadap pelanggan, dan pihak lain atas uang, barang dan jasa yang diharapkan
akan diselesaikan melalui penerimaan kas.
Piutang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Piutang usaha (Trade receivables) Piutang usaha yang diperkuat dengan janji tertulis
untuk membayar diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan atau piutang wesel
atau wesel tagih (notes receivable); sedangkan piutang usaha sebagai “piutang terbuka”
(“open accounts”) tanpa jaminan dan persyaratan kredit biasanya merupakan perjanjian
informal antara penjual dan pembeli yang didukung oleh dokumen bisnis, seperti faktur
penjualan, pesanan penjualan, dan kontrak penjualan disebut piutang usaha (accounts
receivable).
2. Piutang non-usaha (Non-trade receivables) Piutang non-usaha meliputi semua jenis
piutang lainnya yang timbul dari transaksi di luar kegiatan bisnis normal entitas, seperti:
(a) uang muka dalam kontrak pembelian; (b) simpanan atau deposit untuk menjamin
pelaksanaan kontrak atau pembayaran atas beban, (c) klaim untuk pengurangan harga; (d)
klaim untuk pengembalian atau restitusi pajak penghasilan, (e) uang muka kepada
pegawai, (g) piutang dividen dan bunga, dan (f) penjualan efek atau properti lainnya
selain persediaan.
Klasifikasi piutang juga dapat dilihat dari sifat lancar atau jangka pendek (current) dan
tak lancar atau jangka panjang (non-current).
B. AKUNTANSI UNTUK PENJUALAN
Istilah pengakuan (recognition) adalah proses memasukkan suatu item (transaksi atau
kejadian) ke dalam laporan posisi keuangan serta laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain. Pengakuan pendapatan pada umumnya berhubungan dengan pengakuan
piutang usaha. Oleh karena pendapatan umumnya dicatat ketika proses menghasilkan selesai
dan janji pembayaran yang sah (atau pembayaran itu sendiri) diterima, maka selanjutnya
piutang usaha dan penjualan barang secara umum diakui ketika kepemilikan barang
dialihkan ke pembeli yang terpercaya. Saat berpindahnya kepemilikan barang berbeda-beda
tergantung pada syarat penjualannya; oleh karena itu, merupakan hal yang normal untuk
mengakui piutang usaha ketika barang dikirim ke pelanggan. Pada titik inilah kriteria
pengakuan pendapatan umumnya terpenuhi. Jurnal untuk mengakui pendapatan dan piutang
usaha adalah dengan mendebit piutang usaha dan mengkredit penjualan; dan mendebit kas
dan mengkredit piutang usaha ketika jumlah tersebut ditagih.

4
Aset keuangan terdiri dari aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, investasi yang
dimiliki hingga jatuh tempo, pinjaman yang diberikan dan piutang, dan aset keuangan tersedia untuk dijual.
(PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran)

H a l a m a n 96 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Beberapa prosedur akuntansi yang terkait dengan penjualan dan piutang adalah diskon,
retur penjualan dan pengurangan harga, serta akuntansi untuk kerugian penurunan nilai
piutang.
1. Diskon
Diskon terdiri dari diskon usaha dan diskon tunai. Jika entitas menagih pelanggan
berdasarkan harga jual kotor dikurangi jumlah yang ditetapkan disebut diskon usaha/diskon
volume atau rabat (trade discounts – volume discounts). Diskon usaha mengurangi harga
penjualan di daftar harga menjadi harga penjualan bersih sesungguhnya dibebankan pada
pelanggan. Harga bersih ini adalah jumlah yang seharusnya dicatat sebagai piutang usaha dan
pendapatan yang dihasilkan. Diskon tunai atau diskon penjualan (cash discount or sales
discount) adalah diskon yang ditawarkan kepada pelanggan oleh beberapa entitas guna
mendorong pembayaran tagihan tepat waktu.
Terdapat dua metode akuntansi untuk diskon tunai, yaitu metode bruto (gross method),
di mana piutang usaha dan penjualan dicatat sebesar jumlah bruto dan metode bersih (net
method), di mana piutang usaha dan penjualan dicatat jumlah bersih setelah diskon.
Contoh: Penjualan sebesar Rp10.000, dengan syarat kredit “2/10, n/30”, di mana
pembayaran sebesar Rp4.000 diterima dalam periode diskon dan pembayaran sisanya
Rp6.000 diterima setelah periode diskon. Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut baik
dengan metode bruto maupun bersih adalah sebagai berikut:
Metode Bruto Metode Bersih
Penjualan sebesar Rp10.000, dengan syarat 2/10; n/30
Piutang usaha 10.000 Piutang usaha 9.800
Penjualan 10.000 Penjualan 9.800
Pembayaran sebagian sebesar Rp4.000, diterima dalam periode diskon
Kas 3.920 Kas 3.920
Diskon penjualan 80 Piutang usaha 3.920
Piutang usaha 4.000
Pembayaran sisanya sebesar Rp6.000, diterima setelah periode diskon
Kas 6.000 Piutang usaha 120
Piutang usaha 6.000 Diskon penjualan
yang tidak diambil 120
Kas 6.000
Piutang usaha 6.000
Diskon penjualan diperlakukan sebagai pengurang penjualan bruto, dan diskon penjualan
yang tidak diambil (sales discounts not taken/ sales discounts forfeited) diperlakukan sebagai
pendapatan lain-lain. Kedua metode menghasilkan jumlah pendapatan yang sama dalam
laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.
Metode Bruto Metode Bersih
Penjualan Rp10.000 Rp9.800
Kurang: diskon penjualan (80) 0
Penjualan bersih Rp 9.920 Rp9.800
Pendapatan lain-lain

Diskon penjualan yang tidak diambil 0 120

H a l a m a n 97 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Total pendapatan Rp 9.920 Rp9.920


2. Retur Penjualan dan Pengurangan Harga
Di dalam bisnis normal, beberapa barang dikembalikan (sales return) oleh pelanggan dan
beberapa pengurangan harga (sales allowances) harus diberikan untuk faktor-faktor seperti
kerusakan barang yang terjadi selama pengiriman, barang-barang yang terbuang atau cacat,
dan pengiriman jumlah atau jenis yang tidak benar.
Contoh: Sweater merah dengan harga perolehan Rp800.000 dijual dengan harga
Rp1.000.000. Kenyataannya pelanggan membutuhkan warna hijau. Atas hal ini terdapat dua
alternatif, yaitu (1) fisik barang dikembalikan (retur sebenarnya – actual sales return) dan (2)
pelanggan setuju untuk menerima sweater merah, tetapi meminta ganti rugi berupa
pengurangan harga atau potongan, misalnya Rp200.000.
 Jika pelanggan memilih untuk mengembalikan sweater yang dikirim, dicatat sebagai
berikut: (sistem persediaan perpetual digunakan)
Retur penjualan dan pengurangan harga 1.000.000
Piutang usaha 1.000.000
Persediaan 800.000
Beban pokok penjualan 800.000
 Jika pelanggan menyetujui pengurangan harga, dicatat sebagai berikut:
Retur penjualan dan pengurangan harga 200.000
Piutang usaha 200.000

3. Penilaian Piutang - Akuntansi Untuk Kerugian Penurunan Nilai Piutang


Berdasarkan standar akuntansi keuangan, semua piutang pada awalnya diukur pada nilai
wajarnya (nilai kini arus kas masa depan) dan pengukuran selanjutnya berdasarkan biaya
perolehan diamortisasi. Oleh karena piutang usaha berjangka pendek, ditagih dalam 30
hingga 90 hari, bunganya relatif lebih kecil dari jumlah piutangnya, maka profesi akuntansi
memilih untuk mengabaikan unsur bunga (faktor diskonto tidak material), sehingga piutang
usaha jangka pendek diukur pada harga fakturnya.
Dalam praktik, sebagai ganti mengukur piutang usaha pada nilai kini yang didiskontokan
piutang dilaporkan sebagai nilai realisasi bersih (net realizable value), yaitu kas yang
diharapkan, bukan pada nilai kini yang didiskontokan. Hal ini berarti bahwa piutang usaha
harus dicatat sebagai jumlah bersih dari estimasi piutang tak tertagih (nilai tercatat piutang)
dicatat setelah dikurangi dengan kerugian penurunan nilai (impairment loss) melalui
penggunaan akun “penyisihan piutang tak tertagih” atau “penyisihan kerugian penurunan
nilai piutang.” Tujuannya adalah untuk melaporkan piutang sejumlah klaim dari pelanggan
yang benar-benar diestimasi diterima secara tunai.
1) Metode pengakuan kerugian penurunan nilai piutang
Kadang-kadang, beberapa piutang nyata-nyata tidak dapat ditagih. Atas hal ini terdapat
dua metode untuk mengakui piutang tak tertagih atau kerugian penurunan nilai piutang, yaitu:
(a) metode penghapusan langsung (direct write-off method) dan (b) metode penyisihan
(allowances method).
a. Metode penghapusan langsung. Metode ini merupakan metode yang sangat sederhana,
dan lebih didasarkan pada satu kenyataan daripada estimasi. Pencatatan penurunan nilai

H a l a m a n 98 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

piutang dilakukan pada saat piutang tersebut diketahui secara pasti tidak tertagih, dengan
mendebit akun beban, seperti beban piutang ragu-ragu (doubtful account expenses), beban
piutang sangsi (bad debt expenses), beban piutang tak tertagih (uncollectible account
expenses), atau kerugian penurunan nilai piutang serta mengkredit akun piutang usaha.
b. Metode penyisihan. Berdasarkan metode ini, estimasi kerugian penurunan nilai piutang
ditentukan setiap akhir periode pelaporan, dengan mendebit beban piutang tak tertagih
atau kerugian penurunan nilai piutang) dan disajikan sebagai beban penjualan atau beban
umum dan administrasi, serta mengkredit “penyisihan atau cadangan kerugian penurunan
nilai piutang” (allowance for impairment loss on trade receivable”), atau penyisihan
piutang tak tertagih (allowances for doubtful accounts) dan disajikan sebagai pengurang
(akun penilai atau akun kompensasi – valuation account or offset account) dari akun
piutang usaha, dan oleh karena itu melaporkan jumlah realisasi bersih piutang tersebut.

2) Perlakuan akuntansi pada saat penghapusan piutang tak tertagih dan saat pemulihan atau
penerimaan kembali piutang yang telah dihapusbukukan (dengan metode penyisihan):
a. Pada saat penghapusan. Pencatatan atas penghapusan piutang usaha karena tidak dapat
ditagih (debitur bangkrut, kematian, tidak terlacaknya debitur, dan kegagalan memaksa
penagihan secara legal): [Dengan kata lain, jika piutang tak tertagih, piutang tersebut
dihapuskan melalui akun penyisihan]

Penyisihan kerugian penurunan nilai piutang xxxx


xxxx
Piutang usaha
b. Pada saat pemulihan. Kadang-kadang sebuah piutang yang telah dihapus sebagai tak
tertagih tanpa diduga dapat ditagih: [Pemulihan kemudian dari jumlah yang sebelumnya
telah dihapuskan dikreditkan terhadap akun penyisihan]

Piutang usaha xxxx


Penyisihan kerugian penurunan nilai piutang
xxxx xxxx
Kas
Piutang usaha

xxxx
[Catatan: Penerimaan atau pemulihan kemudian (subsequent recoveries) atas piutang
yang diberikan yang telah dihapusbukukan (written-off) sebelumnya, jika pada periode
berjalan, dikreditkan dengan menyesuaikan pada akun penyisihan, sedangkan jika setelah
tanggal laporan posisi keuangan, dikreditkan sebagai pendapatan lainnya.]
3) Menentukan besarnya estimasi kerugian penurunan nilai piutang
Untuk menentukan besarnya estimasi piutang tak tertagih atau kerugian penurunan nilai
piutang terdapat dua pendekatan, yaitu pendekatan laporan laba rugi atau pendekatan
persentase penjualan (income statement approach or percentage-of-sales approach) dan
pendekatan laporan posisi keuangan atau pendekatan persentase piutang (financial position
approach or percentage-of-receivables approach).
a. Pendekatan laporan laba rugi (persentase penjualan)
H a l a m a n 99 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Berdasarkan pendekatan ini, penentuan estimasi piutang tak tertagih didasarkan pada
saldo penjualan kredit. Pendekatan ini dikatakan sebagai pendekatan laba rugi, karena
lebih ditekankan pada penentuan estimasi kerugian daripada jumlah estimasi penyisihan
piutang tak tertagih. Pendekatan ini juga menekankan juga pada konsep penandingan
(matching concept), karena estimasi kerugian piutang ditentukan dengan dasar hubungan
langsung dengan penjualan.
Contoh: Asumsikan 2 persen penjualan kredit dianggap meragukan penagihannya dan
total penjualan kredit adalah Rp400.000, maka kerugian penurunan nilai adalah Rp8.000
(2% x Rp400.000), dan dijurnal sebagai berikut:
Kerugian penurunan nilai piutang 8.000
Penyisihan kerugian penurunan nilai piutang
8.000
Perhatikan bahwa saldo yang ada dalam akun penyisihan yang merupakan saldo dari
beban periode sebelumnya pada kerugian atau beban penurunan nilai piutang diabaikan,
karena pendekatan ini difokuskan pada penentuan jumlah beban penurunan nilai piutang,
bukan pada jumlah estimasi penyisihan kerugian penurunan nilai. Dengan menggunakan
metode persentase penjualan, kerugian penurunan nilai piutang dihitung kemudian jumlah
penyisihan penurunan nilai piutang untuk periode tersebut ditetapkan.
b. Pendekatan laporan posisi keuangan (persentase piutang)
Berdasarkan pendekatan ini, penentuan jumlah estimasi kerugian penurunan nilai piutang
didasarkan pada jumlah saldo piutang usaha yang belum tertagih. Metode ini menekankan
hubungan antara saldo piutang usaha dan saldo penyisihan kerugian penurunan nilai
piutang. Perhatikan bahwa metode ini menyesuaikan saldo yang telah ada ke saldo yang
diinginkan berdasarkan persentase piutang usaha yang belum dibayar. Dengan
menggunakan metode persentase piutang, saldo akun penyisihan kerugian penurunan nilai
piutang dihitung kemudian jumlah kerugian penurunan nilai piutang untuk periode
tersebut ditetapkan.
Terdapat dua dasar yang digunakan untuk menentukan jumlah beban piutang tak tertagih
atau kerugian penurunan nilai, yaitu (1) persentase tertentu dari saldo piutang usaha, dan
(2) analisis umur piutang (aging receivables).
 Persentase tertentu dari saldo piutang usaha
Sebagai contoh, jika jumlah piutang usaha adalah Rp50.000 dan diestimasi bahwa 3%
dari piutang tersebut akan menjadi tak tertagih/mengalami penurunan nilai (impaired),
akun penyisihan akan bersaldo sebesar Rp1.500 (3% x Rp50.000), dengan asumsi
akun penyisihan periode sebelumnya Rpnihil. Apabila akun penyisihan kerugian
penurunan nilai piutang telah memiliki saldo kredit sebesar Rp600 dari periode
sebelumnya, maka penyesuaian yang akan dilakukan adalah Rp900 (Rp1.500 saldo
yang diperhitungkan – Rp600 saldo saat ini), dan dijurnal sebagai berikut:
Kerugian penurunan nilai piutang 900
Penyisihan kerugian penurunan nilai 900
piutang

H a l a m a n 100 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Setelah jurnal di-posting, saldo akun penyisihan akan menjadi Rp1.500 (3% x
Rp50.000). Apabila dalam contoh tersebut, akun penyisihan memiliki saldo debit
sebesar Rp200 (akibat penghapusan piutang tak tertagih lebih besar dari estimasi
sebelumnya), maka jurnal penyesuaiannya akan berjumlah Rp1.700 untuk membawa
akun penyisihan ke saldo kredit yang diinginkan, yaitu sebesar Rp1.500 atau 3% dari
jumlah piutang.
 Analisis umur piutang
Berdasarkan metode ini, setiap piutang akan dianalisis untuk menetapkan yang belum
jatuh tempo (lancar) dan yang telah jatuh tempo. Piutang yang telah jatuh tempo
diklasifikasikan berdasarkan lama lewatnya setelah jatuh tempo. Piutang-piutang yang
telah jatuh tempo dievaluasi untuk memperkirakan tingkat kolektibilitasnya masing-
masing, sebagai dasar untuk mengembangkan perkiraan umum. Prosedur alternatifnya
adalah mengembangkan serangkaian persentase kerugian dan mengaplikasikannya ke
berbagai klasifikasi piutang. Sama dengan metode di atas yang berdasarkan pada
persentase jumlah piutang yang belum dibayar, kerugian penurunan nilai piutang
didebit dan penyisihan penurunan nilai piutang dikredit sebesar jumlah yang
diperlukan untuk membawa akun penyisihan ke saldo yang diinginkan.
Contoh: Penghitungan penyisihan berdasarkan umur piutang disajikan di bawah ini:
PT Jayakarta
Analisis Piutang
31 Desember 2016
Nama Jumlah Belum Jatuh Jatuh Jatuh Jatuh Jatuh Jatuh
pelang- jatuh tempo tidak tempo tempo tempo tempo tempo
gan tempo lebih dari 31-60 61-90 91-120 181- Lebih
30 hari hari hari hari 365 dari satu
hari tahun
A,B Rp 450 Rp 450
B.T 300 Rp100 Rp200
B.B 200 Rp 200
L.B.D. 2.100 Rp 2.100
K.M 200 Rp200
Lainnya 44.300 37.900 2.800 750 550 300 600 Rp1.400
Total Rp47.550 Rp40.000 Rp3.000 Rp1.200 Rp650 Rp500 Rp800 Rp1.400

PT Jayakarta
Estimasi Jumlah Piutang Tak Tertagih (Piutang yang Mengalami Penurunan
Nilai)
31 Desember 2016
Klasifikasi Saldo Persentase Estimasi
piutang tak penurunan
tertagih nilai piutang
Belum jatuh tempo Rp40.000 2% Rp 800
Jatuh tempo tidak lebih dari 30 3.000 5 150
hari 1.200 10 120
Jatuh tempo 31-60 hari 650 20 130
Jatuh tempo 61-90 hari 500 30 150
Jatuh tempo 91-180 hari 800 50 400
Jatuh tempo 181-360 1.400 60 1.120
Jatuh tempo lebih dari satu Rp47.550 Rp2.870
H a l a m a n 101 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

tahun
Asumsikan estimasi jumlah piutang tak tertagih adalah Rp2.870 seperti yang
diperlihatkan dalam laporan sebelumnya dan saldo kredit sebesar Rp620 di akun
penyisihan sebelum penyesuaian, maka penyesuaian yang akan dilakukan adalah
sebesar Rp2.250 (Rp2.870 saldo yang diinginkan – Rp620 saldo saat ini), dengan
jurnal yang dibuat adalah:
Kerugian penurunan nilai piutang 2.250
Penyisihan kerugian penurunan nilai 2.250
piutang
C. PENURUNAN NILAI DAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH
1. Proses Penilaian Penurunan Nilai
Dengan terbitnya PSAK No. 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran,
maka terdapat perubahan dalam penilaian piutang. Standar tersebut memberikan pedoman
rinci yang dapat digunakan untuk menilai apakah piutang akan dinilai sebagai tidak dapat
ditagih – uncollectible atau mengalami penurunan nilai (impaired). Berdasarkan standar
akuntansi keuangan, piutang usaha pada awalnya diakui pada nilai wajar dan berikutnya akan
diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif,
dikurangi penyisihan penurunan nilai.
Teknik penurunan nilai piutang menurut PSAK No. 55 berbeda dengan PSAK
sebelumnya yang mendasarkan pada estimasi piutang tak tertagih (yang disebut dengan
“expected/estimated loss model”). Konsep penyisihan piutang usaha dilakukan karena entitas
harus menyajikan piutang usaha dalam laporan keuangan sebesar nilai yang dapat direalisasi.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, terdapat dua pendekatan untuk menghitung
piutang tak tertagih, yaitu pendekatan laporan posisi keuangan (persentase piutang) dan
pendekatan laporan laba rugi (persentase penjualan). Kedua pendekatan ini tidak
diperkenankan lagi menurut PSAK 55. Secara khusus, kerugian penurunan nilai diakui
hanya jika kerugian telah terjadi. PSAK No 55 menjelaskan bahwa model kerugian
penurunan nilai adalah “incurred loss” model dan menolak “expected/estimated loss”
model.
Entitas melakukan dua pendekatan untuk mengakui adanya kerugian penurunan nilai
(impairment loss), yaitu:
a. Penilaian bukti objektif penurunan nilai; dan
b. Pengukuran dan pengakuan kerugian penurunan nilai.
Pada setiap akhir periode pelaporan, entitas mengevaluasi apakah terdapat bukti objektif
bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan (piutang dan pinjaman yang diberikan)
mengalami penurunan nilai. Aset keuangan diturunkan nilainya dan kerugian penurunan
nilai telah terjadi jika, dan hanya jika:
a. Terdapat bukti objektif mengenai penurunan nilai tersebut sebagai akibat dari satu
atau lebih peristiwa telah terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut (“peristiwa
yang merugikan “ – “loss event”) dan
b. Peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan
atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi secara andal.

H a l a m a n 102 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Contoh – contoh peristiwa yang merugikan tersebut antara lain, adalah:


a. Kesulitan keuangan signifikan yang dialami pelanggan atau pihak peminjam;
b. Pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran
pokok atau bunga;
c. Terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan
reorganisasi keuangan; dan
d. Pada saat data diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat diukur atas
estimasi arus kas masa depan, seperti meningkatnya tunggakan atau kondisi ekonomi
yang berkorelasi dengan wanprestasi.

Sebelum kerugian penurunan nilai diukur dan dicatat, suatu entitas harus menilai apakah
terdapat bukti objektif penurunan nilai, dengan dua tahap pendekatan penilaian:
1) Tahap pertama (penilaian individual – individual assessment) – entitas pertama
sekali menilai apakah terdapat bukti objektif penurunan nilai
a. Secara individual atas piutang yang signifikan secara individual; dan
b. Secara kolektif untuk piutang yang tidak signifikan secara individual.
2) Tahap kedua (penilaian kolektif – collective assessment) – jika suatu entitas
menentukan tidak terdapat bukti objektif mengenai penurunan nilai atas piutang yang
dinilai secara individual, terlepas piutang tersebut signifikan atau tidak, maka piutang
tersebut dimasukkan ke dalam kelompok piutang yang memiliki karekteristik risiko
kredit yang serupa dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif.

Arus kas masa depan pada kelompok aset yang dinilai secara kolektif untuk penurunan
nilai diestimasi berdasarkan pengalaman kerugian historis bagi piutang dengan karakteristik
risiko kredit yang serupa dengan piutang pada kelompok tersebut.
2. Pengukuran dan Pengakuan Kerugian Penurunan Nilai
Jika terdapat bukti objektif penurunan nilai piutang tersebut, maka jumlah kerugian
penurunan nilai diukur sebagai perbedaan antara
 jumlah tercatat aset dan
 nilai kini arus kas masa depan (tidak termasuk kerugian kredit di masa depan yang
belum terjadi) yang didiskonto dengan menggunakan pada suku bunga efektif awal
dari aset keuangan (yaitu suku bunga efektif yang dihitung pada saat pengakuan
awal).
Jumlah tercatat aset tersebut dikurangi, baik secara langsung maupun menggunakan akun
penyisihan atau cadangan (allowance). Jumlah kerugian penurunan nilai diakui pada laba
rugi.
Contoh 1: Asumsikan PT Unilever memiliki piutang berikut yang diklasifikasikan ke dalam
piutang individual yang signifikan dan semua piutang lainnya yang tidak signifikan.
Piutang individual yang signifikan
PT Jayakarta Rp 40.000
PT Galaxi 100.000
PT Inhutani 60.000
PT Maju 50.000 Rp250.000
Semua piutang lainnya 500.000
H a l a m a n 103 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Total Rp750.000

Informasi tambahan:
PT Unilever menetapkan bahwa piutang PT Jayakarta mengalami penurunan nilai sebesar
Rp15.000, dan piutang PT Maju seluruhnya mengalami penurunan nilai (impaired). Baik
piutang PT Inhutani maupun PT Galaxi tidak dipertimbangkan penurunan nilainya.
Berdasarkan pengalaman historis, PT Unilever juga menetapkan bahwa tingkat yang layak
untuk mengukur penurunan nilai sebesar 2% atas semua piutang lainnya.
Hitunglah total penurunan nilai piutang PT Unilever dan buatlah jurnal penurunan nilai
piutang.
Penurunan Nilai Piutang
Piutang dinilai secara individual
PT Jayakarta Rp15.000
PT Maju 50.000
Piutang dinilai secara kolektif Rp500.000
Tambah: PT Galaxi 100.000
PT Inhutani 60.000
Total piutang dinilai secara kolektif Rp660.000
Penurunan nilai yang dinilai secara kolektif Rp660.000 x 2% 13.200
Total penurunan nilai Rp78.200
Oleh karena itu, PT Unilever mempunyai penurunan nilai berkaitan dengan piutangnya
sebesar Rp78.200, yang terdiri dari penurunan nilai secara individual (individual impairment)
sebesar Rp65.000 dan penurunan nilai secara kolektif (collective impairment) sebesar
Rp13.200.
Kerugian penurunan nilai piutang 78.200

Penyisihan kerugian penurunan nilai piutang 78.200


Contoh 2: Entitas A melakukan penjualan kredit kepada Entitas B pada 1 Agustus 2016
sebesar Rp20.000.000 dengan syarat penjualan 3/15, n/60. Sampai dengan tanggal 31
Desember 2016, Entitas B belum membayarnya. Entitas B berjanji akan melunasi piutangnya
satu tahun kemudian. Suku bunga pasar adalah 8%. Hitunglah kerugian penurunan nilai
piutang dan buat jurnalnya.
Nilai kini piutang : Rp20.000.000 : 1.08 = Rp18.518.518 atau Rp20.000.000 x 1 : (1 + 0,08)1
=Rp20.000.000 x 0,9259259 = Rp18.518.518.
Atau dengan penggunaan tabel Nilai Sekarang dari Pembayaran Tunggal (Tabel II):
PV = Rp20.000.000 (0,9259259 = Faktor dari Tabel 2, n = 1; i = 8%)
PV = Rp18.518.518.
Kerugian penurunan nilai piutang adalah Rp1.481.482 atau perbedaan antara jumlah tercatat
piutang (Rp20.000.000) dikurang nilai sekarang arus kas masa depan (Rp18.518.518).
Jurnal untuk mencatat kerugian penurunan nilai piutang:
Kerugian penurunan nilai piutang 1.481.482

Penyisihan kerugian penurunan nilai piutang 1.481.482

H a l a m a n 104 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Contoh 3:
Asumsikan Entitas A memiliki piutang yang diklasifikasikan ke dalam piutang individual
yang signifikan dan semua piutang lainnya yang tidak signifikan pada 31 Desember 2015
sebagai berikut:
PT Jaya Rp 50.000
PT Maju 120.000
PT Tani 15.000
PT Lam 50.000
PT Raya 45.000
PT Rami 30.000 Rp310.000
Piutang lainnya 300.000
Total Rp610.000
Seluruh piutang tidak ada jaminannya. Terdapat informasi bahwa PT Rami mengalami
kesulitan keuangan dan dinyatakan pailit. Piutang kepada PT Tani telah berumur 3 bulan.
Syarat penjualan kredit menyebutkan bahwa piutang harus dilunasi dalam waktu 1 bulan
setelah tanggal penjualan. PT Tani baru dapat melunasi utangnya pada 31 Desember 2016.
Suku bunga pinjaman inkremental (incremental borrowing rate) entitas X adalah 6%.
Berdasarkan pengalaman dan data historis tingkat yang layak untuk mengukur penurunan
nilai piutang (piutang tidak tertagih) sebesar 3% dari nilai piutang. Hitunglah jumlah
penurunan nilai piutang pada tahun 2016.
Penurunan Nilai Piutang
Piutang dinilai secara individual
PT Rami Rp 30.000
PT Tani 850
Piutang dinilai secara kolektif Rp 300.000
Tambah: PT Jaya 50.000
PT Maju 120.000
PT Lam 50.000
PT Raya 45.000
Total piutang dinilai secara kolektif Rp565.000
Penurunan nilai yang dinilai secara kolektif Rp565.000 x 3% 16.950
Total kerugian penurunan nilai Rp47.800
Catatan:
 Piutang PT Rami seluruh piutang diturunkan nilainya sehingga arus kas masa depan
adalah Rpnol, karena terdapat bukti objektif bahwa PT Rami mengalami kesulitan
keuangan dan dinyatakan pailit.
 Piutang PT Tani akan dibayar satu tahun yang akan datang, untuk itu entitas harus
menghitung nilai kini arus kas masa depan. Tidak terdapat suku bunga efektif awal
(karena sebelumnya piutang tidak didiskontokan) maka entitas menggunakan suku bunga
pasar untuk pinjaman sejenis untuk satu tahun (suku bunga pinjaman inkremental).
Diasumsikan suku bunga pinjaman inkremental adalah 6%. Maka piutang usaha harus
diakui (nilai kini arus kas masa depan) dengan tingkat diskonto 6% adalah sebesar
Rp14.150 (Rp15.000 : 1,06) atau Rp15.000 x 1: (1 + 0,06)1 = Rp15.000 x 0,94340 =

H a l a m a n 105 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Rp14.150. (Lihat Tabel 2). Kerugian penurunan nilai piutang PT Tani adalah Rp850 atau
perbedaan antara jumlah tercatat piutang (Rp15.000) dikurang nilai kini arus kas masa
depan (Rp14.150).

Contoh 3: Berikut ini akan diuraikan penurunan nilai berdasarkan pendekatan penilaian
individual (individual assessment approach) untuk piutang jangka panjang (long term
receivables) atau pinjaman yang diberikan. Penurunan nilai diukur pada biaya perolehan
diamortisasi adalah perbedaan antara nilai tercatat (umumnya termasuk pokok pinjaman dan
bunga akrual) nilai kini arus kas masa depan yang diestimasi yang didiskontokan dengan
suku bunga efektif awal dari pinjaman (expected future cash flows discounted at the loan’s
historical effective-interest rate).
Pada 31 Desember 2014, Bank BNI mencatat investasi senilai Rp100.000 yang
merupakan pinjaman kepada PT Jaya. Suku bunga efektif pinjaman sebesar 10%, pokok
pinjaman seluruhnya akan jatuh tempo dalam tiga tahun, dan bunga akan dibayar secara
tahunan. Namun, PT Jaya sedang mengalami kesulitan keuangan yang signifikan sehingga
akan kesulitan membayar seluruh pinjaman secara tepat waktu. Pegawai bagian pinjaman
mereviu arus kas masa depan yang diharapkan dari pinjaman dan menggunakan metode nilai
kini untuk mengukur kerugian penurunan nilai yang diperlukan. Skedul arus kas disajikan
sebagai berikut:
Kerugian Arus Kas yang Turun Nilainya
(Impaired Loss Cash Flows)
31 Desember Arus Kas Arus Kas yang Kerugian
Kontraktual Diharapkan Arus Kas
2015 Rp 10.000 Rp 5.000 Rp 5.000
2016 10.000 5.000 5.000
2017 110.000 105.000 5.000
Total arus kas Rp130.000 Rp115.000 Rp15.000
Sebagaimana ditunjukkan, pinjaman ini mengalami penurunan nilai. Arus kas yang
diharapkan (expected cash flows) sebesar Rp115.000 adalah lebih rendah daripada arus kas
kontraktual (contractual cash flows), termasuk pokok pinjaman dan bunga. Jumlah
penurunan nilai ini akan dicatat sebesar perbedaan antara jumlah tercatat investasi sebesar
Rp100.000 dan nilai kini dari arus kas yang diharapkan (Rp87.566,30), dengan penghitungan
sebagai berikut:
Tahun Arus Kas Estimasi Arus Faktor Diskon Nilai Kini
Kontraktual Kas Masa Estimasi Arus
Depan Kas Masa Depan
2015 Rp 10.000 Rp 5.000 1 : (1 + 0,10) 1 = 0,90909 Rp 4.545,45
2016 10.000 5.000 1 : (1 + 0,10) 2 = 0,82645 4.132,25
2017 10.000 5.000 1 : (1 + 0,10) 3 = 0,75132 3.756,60
2017 100.000 100.000 1 : (1 + 0,10) 3 = 0,75132 75.132,00
Rp130.000 Rp115.000 Rp87.566,30
Atau dapat dilihat dari tabel, dengan penghitungan sebagai berikut:
Jumlah tercatat investasi Rp100.000
Kurang: Nilai kini Rp100.000, jatuh tempo 3 tahun,
H a l a m a n 106 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

10%, [Tabel 2] (Rp100.000 x 0,75132) Rp75.132


Nilai kini bunga dibayar tahunan, 3 tahun,
10%, [Tabel 4] (Rp5.000 x 2,48685) 12.434 87.566
Kerugian penurunan nilai Rp 12.434
Kerugian akibat penurunan nilai adalah Rp12.434. Mengapa kerugian penurunan nilai
tidak sebesar Rp15.000 (Rp130.000 – Rp115.000)? Karena Bank BNI ketika mencatat
kerugian harus mengukur kerugian pada jumlah nilai kini, bukan pada jumlah yang tidak
didiskontokan (undiscounted amount).
 Pencatatan Kerugian Penurunan Nilai
Bank BNI (kreditor) mengakui kerugian penurunan nilai (impairment loss) pinjaman yang
diberikan sebesar Rp12.434. Jumlah tercatat piutang usaha dapat dikurangi, baik secara
langsung (directly) maupun dengan menggunakan akun penyisihan atau cadangan
(allowance). Jurnal untuk mencatat kerugian penuruan nilai adalah sebagai berikut:
Dikurangi langsung
Kerugian penurunan nilai 12.434
Investasi 12.434

Dikurangi dengan menggunakan akun penyisihan


Kerugian penurunan nilai 12.434
Penyisihan kerugian penurunan nilai 12.434
 Pemulihan Kerugian Penurunan Nilai
Setelah mencatat penurunan nilai, kejadian atau kondisi ekonomi dapat berubah sehingga
jumlah kerugian penurunan nilai berkurang (misalnya, disebabkan meningkatnya peringkat
kredit debitur). Dalam situasi ini, sebagian atau seluruh kerugian penurunan nilai yang
sebelumnya diakui harus dipulihkan, baik secara langsung atau dengan menyesuaikan akun
penysihan
Misalnya, asumsikan bahwa dalam tahun setelah penurunan nilai dicatat Bank BNI, PT
Jaya telah berupaya sehingga dapat keluar dari kesulitan keuangan. Sekarang, Bank BNI
mengharapkan dapat menerima semua pembayaran pinjamannya sesuai dengan syarat
pinjaman. Berdasarkan informasi baru ini, nilai kini pembayaran yang diharapkan adalah
Rp100.000. Dengan demikian, Bank BNI melakukan pencatatan berikut dengan membalik
penurunan nilai yang telah dicatat sebelumnya pada akun penyisihan.
Penyisihan kerugian penurunan nilai 12.434
Kerugian penurunan nilai 12.434
Perlu dicatat bahwa pemulihan kerugian penurunan nilai (recovery of impairment loss)
tidak boleh melebihi jumlah tercatat piutang (pemulihan dibatasi sebesar jumlah kerugian
penurunan nilai awalnya). Atau dengan kata lain, pemulihan tersebut tidak boleh
mengakibatkan nilai tercatat aset keuangan melebihi biaya perolehan diamortisasi sebelum
adanya penurunan nilai pada tanggal pemulihan dilakukan.
D. PENGHENTIAN PENGAKUAN
Pada titik mana seharusnya piutang tidak lagi dimasukkan sebagai aset suatu entitas? Hal
ini disebut dengan penghentian pengakuan (derecognition). Dalam satu situasi, bila piutang
tidak lagi akan memiliki nilai – yaitu, hak kontraktual atas arus kas dari piutang tidak ada
H a l a m a n 107 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

lagi. Misalnya, jika entitas mempunyai piutang dari pelanggan yang mengumumkan
kebangkrutan, sehingga nilai piutang menjadi tidak mempunyai nilai atau kedaluarsa
(expired). Pada saat yang sama, ketika entitas menagih piutang yang telah jatuh tempo,
entitas memindahkan piutang dari buku-bukunya. Dalam kedua kasus ini, entitas tidak
mempunyai hak kontraktual terhadap piutang-piutang ini. Akibatnya, piutang disebut
dihentikan pengakuannya.
Situasi kedua biasanya terjadi jika entitas (misalnya menjual) suatu piutang ke entitas
lain, dengan demikian mengalihkan (mentransfer) risiko dan manfaat (risk and reward) dari
kepemilikan ke entitas lain. Suatu contoh, jika entitas menjual piutangnya ke entitas lain dan
mengalihkan semua risiko dan manfaat dari kepemilikan ke entitas lain, piutang tersebut
dihentikan pengakuannya.
1. Transfer Piutang
Terdapat beberapa alasan entitas melakukan transfer atau pengalihan piutang ke pihak
lain, yaitu:
 Untuk mempercepat penerimaan kas dari piutang, entitas dapat mengalihkan piutang
kepada entitas lain untuk menagihnya;
 Pemilik dapat menjual piutang karena adanya kebijakan uang ketat dan akses ke
kredit normal tidak tersedia atau terlalu mahal. Atau entitas menjual piutang sebagai
pengganti meminjam, menghindarkan pelanggaran perjanjian pinjaman yang ada; dan
 Pemfakturan dan penagihan piutang biasanya memakan waktu dan mahal.

Transfer atau pengalihan piutang kepada pihak ketiga untuk mempercepat penerimaan kas
dapat dilakukan dengan (a) pinjaman yang dijamin (secured borrowing) dan (b) penjualan
piutang atau anjak piutang (factoring).
1) Pinjaman yang Dijamin
Suatu entitas biasanya mengagunkan piutang sebagai jaminan atau agunan (collateral)
dalam suatu transaksi peminjaman. Faktanya, seorang kreditor biasanya mensyaratkan
debitur untuk menyerahkan (pledge, assign) piutang sebagai jaminan pinjaman. Jika
pinjaman tidak dibayar, kreditor dapat mengonversi jaminan tersebut menjadi kas – yaitu,
dengan menagih piutang.
Cntoh: Pada 1 Maret 2016, PT Pan mengalihkan piutangnya sebesar Rp700.000 kepada
Bank BNI sebagai jaminan atas wesel sebesar Rp500.000. Pan akan terus menagih piutang
tersebut; para debitur tidak diberitahu atas perjanjian ini. Bank mengenakan beban keuangan
sebesar 1 persen dari piutang dan beban bunga atas wesel sebesar 12 persen. Pan melakukan
pembayaran bulanan ke bank untuk semua kas yang diterima dari piutang. Sebagai tambahan
dalam pencatatan piutang, Pan harus mengakui diskon, retur dan pengurangan harga, dan
kerugian penurunan nilai piutang. Tiap bulan Pan menggunakan hasil penagihan piutang
untuk melunasi kewajiban wesel. Di samping itu, Pan membayar bunga wesel. Jurnal yang
dilakukan oleh PT Pan dan Bank BNI sebagai berikut:
PT Pan Bank BNI
Pengalihan piutang dan penerbitan wesel pada 1 Maret 2016
Kas 493.000 Wesel tagih 500.000
Beban keuangan 7.000 Pendapatan bunga 7.000

H a l a m a n 108 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Wesel bayar 500.000 Kas 493.000


Rp7.000 = (1% x Rp700.000)
Penagihan dalam bulan Maret sebesar Rp440.000 dikurangi diskon tunai sebesar
Rp6.000 ditambah retur penjualan sebesar Rp14.000
Kas 434.000 Tidak ada jurnal (no
Diskon penjualan 6.000 entry)
Retur penjualan 14.000
Piutang usaha 454.000
Rp454.000 = (Rp440.000 + Rp14.000)
Diserahkan hasil penagihan bulan Maret ditambah bunga akrual kepada bank pada
1 April
Beban bunga 5.000 Kas 439.000
Wesel bayar 434.000 Pendapatan bunga 5.000
Kas 439.000 Wesel tagih 434.000
Rp5.000 = (Rp500.000 x 0,12 x 1/12)
Penagihan bulan April dari saldo piutang dikurangi Rp2.000 piutang yang
dihapuskan sebagai tidak tertagih
Kas 244.000 Tidak ada jurnal
Penyisihan
kerugian
penurunan nilai 2.000
piutang 246.000
Piutang usaha
Rp246.000 = (Rp700.000 – Rp454.000)
Diserahkan saldo yang jatuh tempo sebesar Rp66.000 (Rp500.000 – Rp434.000) atas
wesel ditambah bunga tanggal 1 Mei
Beban bunga 660 Kas 66.660
Wesel bayar 66.000 Pendapatan bunga 660
Kas 66.660 Wesel tagih 66.000
Rp660 = (Rp66.000 x 0,12 x 1/12)

2) Penjualan Piutang
Jenis penjualan piutang adalah anjak piutang (factor). Factor merupakan entitas keuangan
atau bank yang membeli piutang dari perusahaan-perusahaan untuk memperoleh pendapatan
jasa (fee) dan kemudian menagih penerimaan langsung dari pelanggan. (Lihat Prosedur
Dasar Anjak Piutang). Penjualan piutang dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu,
penjualan piutang tanpa garansi (tanpa tanggung renteng – without recourse) dan
penjualan piutang dengan garansi (dengan tanggung jawab renteng – with recourse).
a. Penjualan tanpa garansi
Ketika membeli piutang, pembeli pada umumnya menerima risiko kolektibilitas piutang
dan menanggung setiap kerugian kredit. Penjualan dengan tipe ini biasanya disebut
penjualan tanpa garansi/tanpa tanggung renteng (non – guarantee sale/without recourse).
Transfer piutang dalam kasus ini adalah penjualan keseluruhan piutang baik dalam
bentuk (pengalihan kepemilikan – transfer of title) maupun substansi (transfer of
risks and rewards). Seperti dalam penjualan aset, penjual mendebit kas untuk hasil
penjualan dan mengkredit piutang usaha sebesar nilai nominalnya. Penjual mengakui
perbedaan, setelah dikurangi setiap provisi untuk penyesuaian yang mungkin terjadi
seperti diskon, retur, penyisihan, dan lain-lain, sebagai Kerugian Penjualan Piutang (Loss
H a l a m a n 109 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

on Sale of Receivables). Penjual menggunakan akun “Piutang dari Factor” atau “Piutang
Retensi” (“Due from Factor”) yang dilaporkan sebagai piutang untuk
mempertanggungjawabkan hasil yang ditahan oleh factor untuk menutup kemungkinan
adanya diskon penjualan, retur dan pengurangan harga.
Contoh: PT Jaya menjual piutangnya sebesar Rp500.000 kepada PT Lam, dengan basis
non-guarantee (atau without recourse). Jaya menyerahkan catatan piutangnya ke Lam,
yang akan menerima tagihan. Lam menetapkan beban keuangan (finance charge) sebesar
3% dari piutang usaha dan menahan suatu jumlah yang sama sebesar 5% dari piutang
(untuk kemungkinan penyesuaian yang terjadi). Jaya dan Lam melakukan jurnal berikut
atas piutang yang ditransfer tanpa garansi.
PT Jaya PT Lam
Kas 460.000 Piutang usaha 500.000
Piutang dari Factor 25.000 Utang ke Jaya 25.000
Kerugian 15.000 Pendapatan 15.000
penjualan keuangan
piutang 500.000 Kas 460.000
Piutang usaha
Rp25.000 = 5% x Rp500.000
Rp15.000 = 3% x Rp500.000
Dalam pengakuan penjualan piutang, Jaya mencatat kerugian sebesar Rp15.000. Laba
bersih Factor (Lam) adalah perbedaan antara pendapatan keuangan (Rp15.000) dan
jumlah piutang tidak tertagih.
b. Penjualan dengan garansi
Untuk mengilustrasikan penjualan piutang dengan garansi (dengan tanggung jawab
renteng) (sale with guarantee – with recourse) terhadap kerugian kredit, asumsikan
bahwa PT Jaya menerbitkan suatu garansi ke Lam untuk mengompensasi setiap kerugian
piutang atas piutang yang ditransfer kepada Lam. Dalam situasi ini, pertanyaannya adalah
apakah risiko dan manfaat dari kepemilikan beralih kepada Lam atau tetap berada pada
Jaya. Dengan kata lain, apakah transaksi tersebut dipertanggungjawabkan sebagai suatu
penjualan atau pinjaman?
Dalam kasus ini, tedapat suatu garansi untuk semua kegagalan membayar, jelas bahwa
risiko dan manfaat dari piutang masih berada pada Jaya, yaitu penjual menanggung
semua pembayaran terhadap pembeli. Akibatnya, transaksi dianggap sebagai pinjaman –
kadang-kadang disebut sebagai “penjualan gagal” (“failed sale”.) Jaya terus tetap
mengakui piutang tersebut dalam bukunya dan transaksi diperlakukan sebagai suatu
pinjaman.
Dengan asumsi yang sama dengan ilustrasi di atas, jurnal untuk Jaya dan Lam
sebagaimana ditunjukkan di bawah ini.
PT Jaya PT Lam
Kas 460.000 Piutang usaha 500.000
Piutang dari Factor 25.000 Utang ke Jaya 25.000
Beban keuangan 15.000 Pendapatan
Liabilitas ke Lam 500.000 keuangan 15.000
Kas 460.000

H a l a m a n 110 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Rp25.000 = 5% x Rp500.000 Rp15.000 = 3% x Rp500.000

Dalam kasus ini, Jaya mencatat Liabilitas ke Lam. Lam mencatat Piutang usaha dari Jaya.
Jadi, akuntansi penjualan gagal serupa dengan pinjaman yang dijamin. Jika piutang yang
ditransfer ditagih, Liabilitas ke Lam pada buku Jaya dikurangi. Bersamaan dengan itu,
pada buku Lam, piutang dari Jaya juga dikurangi.
Dari uraian di atas dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
1) Istilah pengehentian pengakuan (derecognized) ketika mengacu kepada akuntansi transfer
piutang. Untuk menentukan apakah piutang yang ditransfer dapat dihentikan
pengakuannya dan dipertanggungjawabkan sebagai penjualan (sale) adalah didasarkan
suatu penilaian apakah penjual telah menyerahkan secara substansial semua risiko dan
manfaat dari kepemilikan aset keuangan atau kombinasi dengan suatu pendekatan
berfokus risiko dan manfaat serta hilangnya pengendalian (combination of an approach
focused on risks and rewards and loss of control).
2) Jika semua risiko dan manfaat secara substansial tidak dialihkan, maka entitas
memperlakukan transfer sebagai pinjaman yang dijamin (secured borrowing). Jika
akuntansi penjualan adalah tepat, maka entitas harus tetap mengakui aset yang diperoleh
dan liabilitas yang terjadi dalam transaksi. (Lihat prosedur transfer piutang)

E. ATURAN UMUM DALAM MENGKLASIFIKASIKAN PIUTANG


1. Pisahkan dan laporkan jumlah tercatat kelompok piutang yang berbeda;
2. Tunjukkan piutang yang diklasifikasikan sebagai lancar dan tak lancar dalam laporan
posisi keuangan;
3. Lakukan offset atas akun penilai piutang yang mengalami penurunan nilai dengan
tepat, termasuk penjelasan penurunan nilai yang ditetapkan dengan basis individual
dan kolektif;
4. Ungkapkan nilai wajar piutang dengan suatu cara yang memungkinkan akan
dibandingkan dengan jumlah tercatat;
5. Ungkapkan informasi untuk menilai risiko kredit yang melekat dalam piutang dengan
menyediakan informasi tentang piutang;
6. Ungkapkan setiap piutang yang dijaminkan sebagai agunan; dan
7. Ungkapkan semua risiko kredit yang terkonsentrasi secara signifikan atas piutang.

Prosedur Dasar Anjak Piutang

H a l a m a n 111 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Prosedur Transfer Piutang

H a l a m a n 112 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

SOAL – SOAL
1. Laporan posisi keuangan PT Sam pada 31 Desember 2015, adalah sebagai berikut:
Piutang usaha Rp182.100
(17.300)
Dikurang: Penyisihan kerugian penurunan nilai piutang Rp164.800
Transaksi-transaksi selama tahun 2016 meliputi hal-hal berikut:
a. Piutang sebesar Rp138.000 ditagih termasuk piutang sebesar Rp60.000 yang
diberikan diskon penjualan 2%.
b. Diterima sebesar Rp5.300 sebagai pembayaran piutang yang telah dihapuskan pada
buku sebagai tak tertagih dalam tahun 2015. (Catatan: Tetapkan kembali akun piutang
usaha).
c. Akun pelanggan sebesar Rp17.500 dihapuskan (written off) selama tahun berjalan.
d. Pada akhir periode pelaporan saldo penyisihan piutang tak tertagih diestimasi sebesar
Rp20.000.
Diminta: Buatlah jurnal yang diperlukan atas transaksi di atas.
Jawaban:
a. Kas 136.800

Diskon penjualan 1.200

Piutang usaha 138.000


Rp136.800 = [(Rp138.000 – (Rp60.000 x 2%)]
b. Piutang usaha 5.300

Penyisihan kerugian penurunan nilai piutang 5.300


Kas 5.300

Piutang usaha 5.300


c. Penyisihan kerugian penurunan nilai piutang 17.500

Piutang usaha 17.500


d. Beban penurunan nilai piutang 14.900

Penysihan kerugian penurunan nilai piutang 14.900


(Rp17.300 + Rp5.300 – Rp17.500 = Rp5.100; Rp20.000 – Rp5.100 =
Rp14.900)
Ikhtisar mutasi penyisihan kerugian penurunan nilai piutang):
Saldo awal Rp17.300

Penerimaan kembali piutang (pemulihan penyisihan –


recovery of allowance)
5.300
Penghapusan piutang usaha (allowance writen-off)
(17.500)
Penambahan penyisihan (additional provision)
14.900

H a l a m a n 113 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Saldo akhir Rp20.000

2. PT Sen menjual produknya ke pelanggannya atas basis kredit. Jurnal penyesuaian atas
kerugian penurunan nilai piutang dicatat hanya pada tanggal 31 Desember, akhir tahun
fiskal. Posisi keuangan tahun 2013 mengungkapkan hal berikut ini:
Aset lancar:

Piutang, setelah penyisihan penurunan nilai piutang Rp30.000 Rp432.000


Selama tahun 2014, penjualan kredit sebesar Rp1.750.000, penerimaan kas dari
pelanggan sebesar Rp1.830.000, dan piutang yang dihapuskan sebesar Rp35.000. Di
samping itu, diterima dari seorang pelanggan yang piutangnya telah dihapusbukukan
sebesar Rp3.000. Umur piutang pada 31 Desember 2014 menunjukkan hal berikut:
Persentase Piutang Persentase Tidak
Akhir Tahun dalam Tertagih
Kelompok Umur Kelompok (Penurunan Nilai)

0 –60 hari 65% 4%

61–90 hari 20 15

91–120 hari 10 25

Lebih dari 120 hari 5 40


Diminta:
a. Buatlah ikhtisar jurnal untuk mempertanggungjawabkan penghapusan piutang
tahun 2014 dan penerimaan piutang yang sebelumnya telah dihapusbukukan.
b. Buatlah jurnal penyesuaian akhir tahun untuk kerugian penurunan piutang sesuai
dengan setiap situasi-situasi berikut:
1. Kerugian penurunan nilai piutang diestimasi sebesar 3% dari penjualan kredit
selama tahun berjalan.
2. Kerugian penurunan nilai piutang diestimasi dengan menghitung nilai realisasi
bersih piutang. Penyisihan kerugian penurunan piutang diestimasi sebesar 10%
dari saldo akhir piutang usaha.
3. Kerugian penurunan nilai piutang ditetapkan berdasarkan dengan umur piutang.
c. Untuk situasi (1) – (3) dalam permintaan butir b di atas, berapa jumlah piutang
bersih yang akan dilaporkan di laporan posisi keuangan tahun 2014.

Jawaban
a. Ikhtisar jurnal
Untuk mencatat penghapusan piutang selama tahun 2014
Penyisihan kerugian penurunan nilai piutang 35.000
Piutang usaha 35.000
Untuk mencatat penerimaan piotang yang sebelumnya telah dihapuskan
Piutang usaha 3.000

H a l a m a n 114 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Penyisihan kerugian penurunan nilai piutang 3.000


Kas 3.000
Piutang usaha 3.000

b. Jurnal penyesuaian
1. 31 Desember 2014

Kerugian penurunan nilai piutang 52.500


Penyisihan kerugian penurunan nilai piutang 52.500
(3% x Rp1.750.000)

2. 31 Desember 2014

Kerugian penurunan nilai piutang 36.700


Penyisihan kerugian penurunan nilai piutang 36.700

Analisis piutang usaha:


Saldo awal Rp 462.000
Ditambah: Penjualan kredit 1.750.000
Dikurangi: Penghapusan (35.000)
Dikurangi: Penerimaan kas 1.830.000
Saldo akhir Rp 347.000
Penyisihan kerugian penurunan nilai piutang =
Rp347.000 x 10% = Rp34.700
Analisis penyisihan kerugian penurunan nilai piutang:
Saldo awal Rp30.000
Ditambah: Penerimaan piutang yang sebelumnya telah
dihapuskan 3.000
Dikurang: Penghapusan (35.000)
Saldo sebelum penyesuaian (2.000) saldo debit
Penyesuaian yang diperlukan 34.700
Penyesuaian kerugian penurunan nilai piutang Rp36.700

3. 31 Desember 2014

Kerugian penurunan nilai piutang 37.047


Penyisihan kerugian penurunan nilai piutang 37.047

Kelompok Umur Jumlah Persentase Estimasi


Tidak Tertagih Penyisihan
0 –60 hari Rp225.550 4% Rp 9.022
69.400 10.410
61–90 hari 34.700 15 8.675
17.350 6.940
91–120 hari 25

Lebih dari 120 hari 40


H a l a m a n 115 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Rp347.000 Rp35.047

Analisis penyisihan kerugian penurunan nilai piutang:


Saldo awal Rp30.000
Ditambah: Penerimaan piutang yang sebelumnya telah 3.000
dihapuskan
Dikurang: Penghapusan (35.000)
Saldo sebelum penyesuaian (2.000) saldo debit
Penyesuaian yang diperlukan 35.047
Penyesuaian kerugian penurunan nilai piutang Rp37.047

c. Jumlah piutang bersih yang dilaporkan di laporan posisi keuangan 31 Desember


2014
Piutang Usaha -- Penyisihan Akhir Tahun
1. Rp347.000 -- [(2.000) + 52.500] = Rp296.500
2. Rp347.000 -- 34.700 = Rp312.000
3. Rp347.000 -- 35.047 = Rp311.953

3. PT Tempo menjual piutang sebesar Rp2.500.000 kepada PT Jasa Pembiayaan dengan


basis tanggung jawab renteng (with recourse basis) pada 1 Juli 2014. Catatan piutang
diserahkan kepada Jasa Pembiayaan yang akan menerima penagihan pada 15 Agustus
2014. Jasa Pembiayaan mengenakan beban keuangan sebesar 2% dari jumlah piutang
dan juga menyisihkan sejumlah yang sama dengan 4% dari piutang untuk menutup
adanya penyesuaian.
Diminta:
a. Kondisi apa yang harus dipenuhi agar suatu penyerahan piutang akan dipertanggung
jawabkan sebagai suatu penjualan.
b. Asumsikan kondisi bagian (a) terpenuhi. Buatlah jurnal pada 15 Agustus 2014 untuk
PT Tempo.
Jawaban
a. Sesuai dengan standar akuntansi keuangan, untuk menentukan apakah piutang
yang ditransfer dapat dipertanggung jawabkan sebagai penjualan adalah
berdasarkan evaluasi apakah penjual telah menyerahkan secara substansial risiko
dan manfaat dari kepemilikan piutang yang ditransfer. Jika secara substansial
semua risiko dan manfaat dari kepemilikan piutang telah diserahkan, maka piutang
dihentikan pengakuannya (dipertanggung jawabkan sebagai penjualan). Dalam
kasus ini kemungkinannya tidak terdapat garansi.

b. Jurnal yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:


Kas 235.000
Piutang dari Factor (Rp250.000 x 4%) 10.000
Kerugian penjualan piutang (Rp250.000 x 2%) 5.000
Piutang usaha 250.000

4. SEK Corp. menjual piutang sebesar Rp4.000.000 kepada Mays Finance Corporation
tanpa basis tanggung jawab renteng (without recourse basis) pada tanggal 1 Juli 2012.

H a l a m a n 116 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Catatan piutang diserahkan kepada Mays Finance, yang akan menerima penagihan. Mays
mengenakan beban keuangan sebesar 1 ½ % dari jumlah piutang dan menahan sejumlah
yang sama dengan 4% dari piutang untuk menutup diskon penjualan, retur, dan
penyisihan. Transaksi dicatat sebagai suatu penjualan.
Diminta:
a. Buatlah jurnal untuk SEK Corp. pada tanggal 1 Juli 2012 untuk mencatat penjualan
piutang tanpa tanggung jawab renteng.
b. Buatlah jurnal untuk Mays Finance Corp. pada tanggal 1 Juli 2012 untuk mencatat
penjualan piutang tanpa tanggung jawab renteng.

Jawaban
a. Jurnal SEK Corp
Kas 3.780.000
Piutang dari Factor (Rp4.000.000 x 4%) 160.000
Kerugian penjualan piutang (Rp4.000.000 x 1 ½ %) 60.000
Piutang usaha 4.000.000

b. Jurnal Mays Finance Corp.


Piutang usaha 4.000.000
Utang kepada (Due to SEK Corp.) 160.000
Pendapatan keuangan 60.000
Kas 3.780.000

5. Wood Incorporated factored Rp150.000 of accounts receivable with Engram Factors Inc.,
without guarantee of credit loss. Engram assesses a 2% finance charge of the amount of
accounts receivable and retains an amount equal to 6% of accounts receivable for
possible adjustments. Prepare the journal entry for Wood Incorporated and Engram
Factors to record the factoring of the accounts receivable to Engram. Assume that the
receivables are sold with recourse (guarantee).

Jawaban
Wood
Cash 138.000
Due from Factor (Rp150.000 x 6%) 9.000
Loss on Sale (Rp150.000 x 2 %) 3.000
Accounts Receivable 150.000
Engram
Accounts Receivable 150.000
Due to Wood 9.000
Financing Revenue 3.000
Cash 138.000

6. PT Sun sedang menilai jumlah penyisihan atau cadangan (allowance) untuk tahun
yang berakhir pada 31 Desember 2016. Penurunan nilai telah dihitung dengan
pendekatan formula yang didasarkan atas persentase tertentu dari portofolio piutang

H a l a m a n 117 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

usaha. Pendekatan penyisihan umum telah digunakan oleh entitas pada 31 Desember
2016. Pada 31 Desember, satu dari pelanggan kredit, PT Tani, telah melakukan
penjadwalan kembali dengan PT Sun di mana jumlah piutang yang beredar dari PT
Tani sebesar Rp4.000.000 akan dibayar pada 31 Desember 2017 berikut dengan
dendanya sebesar Rp100.000. Total piutang usaha yang beredar pada 31 Desember
2016 adalah Rp11.000.000, termasuk jumlah piutang kepada PT Tani. Berikut ini
adalah analisis piutang usaha:

Nama Pelanggan Saldo Kas yang Tanggal Jatuh Tempo


Diharapkan
PT Tani Rp 4.000.000 Rp 4.100.000 31 Desember 2017
PT Milo 2.000.000 2.000.000 31 Desember 2016
Piutang lainnya 5.000.000 4.600.000 Rata-rata 31 Desember 2016
Rp11.000.000 Rp10.700.000
PT Sun telah membuat penyisihan atas piutang usaha sebesar Rp520.000, yang
merupakan perbedaan antara kas yang diharapkan akan diterima dan saldo yang
beredar ditambah 2% penyesuaian atau cadangan umum. Milo mempunyai risiko
kredit yang serupa dengan “piutang lainnya.”
Jelaskan perlakukan akuntansinya. (Tingkat diskonto yang digunakan adalah 5%).
7. Freemont Factors menyediakan pembiayaan untuk entitas lainnya dengan cara membeli
piutang usaha mereka dengan basis tanpa tanggung jawab renteng (nonrecourse basis).
Freemont membebankan klien mereka komisi 15% atas transaksi anjak piutang. Sebagai
tambahan, Freemont menahan 10% dari piutang yang dijual sebagai retensi untuk
perlindungan atas retur penjualan atau penyesuaian lainnya. Freemont mengkredit 10%
retensi yang ditahan tersebut ke akun Client Retainer dan melakukan pembayaran kepada
para klien pada akhir bulan sehingga saldo retensi sama dengan 10% dari piutang yang
belum ditagih. Pada akhir bulan. Freemont mengakui komisi 15% mereka sebagai
pendapatan pada saat piutang tersebut dijual oleh klien.
Pada tanggal 4 Januari 2014, Freemont membeli piutang dari Detmer Company senilai
Rp1.500.000. Detmer sebelumnya telah membuat Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai
Piutang sebesar Rp35.000. pada tanggal 31 Januari 2014, Freemont telah menagih
Rp1.200.000 dari piutang ini.
Diminta:
a. Buatlah jurnal yang diperlukan dalam buku Freemont untuk mencatat transaksi di
atas. Freemont membuat jurnal penyesuaian pada tiap akhir bulan.
b. Buatlah jurnal dalam buku Detmer untuk mencatat transaksi di atas.

8. On December 31, 2015, Iva Majoli Company borrowed €62,092 from Paris Bank, signing
a 5-year, €100,000 zero-interest-bearing note. The note was issued to yield 10% interest.
Unfortunately, during 2017, Majoli began to experience financial difficulty. As a result, at
December 31, 2017, Paris Bank determined that it was probable that it would receive
back only €75,000 at maturity. The market rate of interest on loans of this nature is now
11%.
Instructions

H a l a m a n 118 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

a. Prepare the entry to record the issuance of the loan by Paris Bank on December 31,
2015.
b. Prepare the entry, if any, to record the impairment of the loan on December 31, 2017,
by Paris Bank.

9. On December 31, 2015, Conchita Martinez Company signed a $1,000,000 note to Sauk
City Bank. The market interest rate at that time was 12%. The stated interest rate on the
note was 10%, payable annually. The note matures in 5 years. Unfortunately, because of
lower sales, Conchita Martinez’s financial situation worsened. On December 31, 2017,
Sauk City Bank determined that it was probable that the company would pay back only
$600,000 of the principal at maturity. However, it was considered likely that interest
would continue to be paid, based on the $1,000,000 loan.
Instructions
a. Determine the amount of cash Conchita Martinez received from the loan on
December 31, 2015.
b. Prepare a note amortization schedule for Sauk City Bank up to December 31, 2017.
c. Determine the loss on impairment that Sauk City Bank should recognize on December
31, 2017.

10. The following facts apply to Walken Company during December 2016:
a. Walken began December with an accounts receivable balance (net of bad debts) of
€25,000.
b. Walken had credit sales of €85,000.
c. Walken had cash collections of €30,000.
d. Walken factored €20,000 of net accounts receivable with Reliable Factor Company,
transferring all risks and rewards associated with the receivable, and otherwise
meeting all criteria necessary to qualify for treating the transfer of receivables as a
sale.
e. Walken factored €15,000 of net accounts receivable with Dependable Factor
Company, retaining all risks and rewards associated with the receivable, and
otherwise meeting all criteria necessary to qualify for treating the transfer of
receivables as a sale.
f. Walken did not recognize any additional bad debts expense, and had no write-offs of
bad debts during the month.
g. At December 31, 2016, Walken had a balance of €40,000 of cash at M&V Bank and
an overdraft of (€5000) at First National Bank. (That cash balance includes any
effects on cash of the other transactions described in this problem.)

Required:
Prepare the cash and accounts receivable lines of the current assets section of Walken’s
balance sheet, as of December 31, 2016.
Solution
WALKEN COMPANY

H a l a m a n 119 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Balance Sheet

December 31, 2013


Current Assets
Cash a €35,000
Accounts receivable (net) b 60,000
a Walken would net the €40,000 and (€5000) cash balances,

yielding a balance of €35,000.


b Net accounts receivable would be affected as follows:

Beginning balance: € 25,000


Credit sales 85,000
Cash collections (30,000)
Receivables factored with Reliable (20,000)
Receivables factored with Dependablec -0-
Total €60,000
c The receivables factored with Dependable don’t qualify
for sales treatment, as substantially all risks and rewards of
ownership are retained by Walken.

H a l a m a n 120 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

BAB 8
PERSEDIAAN
A. PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI PERSEDIAAN

I stilah persediaan (inventory) menunjukkan aset (a) tersedia untuk dijual dalam kegiatan
usaha biasa, (b) dalam proses produksi untuk penjualan, dan (c) dalam bentuk bahan
atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Karakteristik dari barang yang diklasifikasikan sebagai persediaan sangat bervariasi
menurut sifat aktivitas entitas, dan dalam beberapa hal meliputi aset yang biasanya dianggap
sebagai persediaan. Sebagai contoh, hal berikut ini diklasifikasikan sebagai persediaan:
 Tanah dan properti yang sedang dikerjakan untuk dijual di masa mendatang oleh
entitas real estat.
 Investasi efek yang dibeli untuk dijual kembali oleh para pialang saham (stockbroker).
 Kendaraan yang dimiliki dan akan dijual kembali oleh perusahaan dealer mobil.

Jadi, kata persediaan (atau persediaan barang dagangan—merchandise inventory) secara


umum ditujukan untuk barang-barang yang dimiliki oleh perusahaan dagang, baik berupa
usaha grosir maupun ritel, ketika barang-barang itu telah dibeli dan ada dalam kondisi siap
untuk dijual. Kata bahan baku (raw material), barang dalam proses (work in process), dan
barang jadi (finished goods) untuk dijual ditujukan untuk persediaan di perusahaan
manufaktur.
B. SISTEM PERSEDIAAN
Catatan-catatan persediaan dapat diselenggarakan dengan sistem persediaan periodik atau
fisik (periodic or physical inventory system) atau sistem persediaan perpetual (perpetual
inventory system).
1. Sistem Persediaan Periodik
Sistem persediaan periodik atau fisik memerlukan inventarisasi fisik, yaitu penghitungan,
pengukuran, atau penimbangan barang pada tanggal pelaporan untuk menetapkan kuantitas
yang ada dalam entitas. Dengan sistem persediaan fisik:
 Untuk mengecek persediaan apa yang terjual dan persediaan apa yang tersisa (persediaan
akhir—ending inventory) adalah dengan melakukan penghitungan fisik secara periodik.
 Beban pokok penjualan (cost of goods sold) juga hanya dapat dihitung setelah
penghitungan fisik persediaan dilakukan. Tidak ada penghitungan persediaan hilang
dilakukan dalam sistem periodik, karena catatan akuntansi tidak menunjukkan informasi
apapun mengenai berapa banyak persediaan seharusnya ditemukan dalam penghitungan
fisik.
 Perlakukan akuntansinya, pembelian persediaan didebit ke akun pembelian dan tidak ada
jurnal dibuat untuk mencatat beban pokok penjualan sampai akhir periode.
2. Sistem Persediaan Perpetual
Sistem persediaan perpetual memerlukan pengelolaan catatan yang menyajikan ikhtisar
berlanjut atas pos-pos persediaan yang ada pada entitas. Dengan sistem persediaan
perpetual:
 Mutasi persediaan (penambahan dan pengurangan) persediaan dicatat dalam akun
masing-masing, saldo yang dihasilkan merupakan jumlah yang ada dalam entitas. Jadi,
H a l a m a n 121 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

dengan sistem persediaan perpetual diketahui jumlah yang dijual dan jumlah yang
seharusnya masih ada dalam persediaan atau entitas mengetahui jumlah persediaan dan
beban pokok penjualan setiap waktu.
 Namun, dengan sistem persediaan perpetual penghitungan fisik persediaan secara
periodik (periodic physical inventory count) seharusnya tetap dilakukan dengan cara
membandingkan catatan persediaan dan hasil penghitungan fisik untuk mengetahui
jumlah persediaan yang “menyusut” atau “lenyap”, yaitu persediaan yang hilang, dicuri,
rusak, atau adanya kesalahan pencatatan.
 Perlakuan akuntansinya, pembelian persediaan didebit ke akun persediaan, dan jurnal
beban pokok penjualan dibuat setiap terjadi penjualan.
Contoh: Untuk mengilustrasikan perbedaan antara sistem persediaan periodik dan perpetual,
asumsikan bahwa transaksi berikut ini terjadi selama suatu periode untuk PT Lao:
Persediaan awal 50 unit @ Rp
Pembelian selama periode Rp10 500
berjalan 300 unit @ Rp10 3.000
Penjualan selama periode berjalan 275 unit @ 4.125
Persediaan akhir (penghitungan Rp15 700
fisik) 70 unit @
Rp10
Jurnal untuk mencatat kejadian-kejadian tersebut adalah sebagai berikut:
Sistem Persediaan Periodik Sistem Persediaan Perpetual
Pembelian
Pembelian 3.00 Persediaan 3.00
Utang usaha 0 3.00 Utang usaha 0 3.00
0 0
Penjualan
Piutang usaha 4.12 Piutang usaha 4.12
Penjualan 5 4.12 Penjualan 5 4.12
5 Beban pokok 5
penjualan 2.75
Persediaan 0 2.75
0
Akhir periode (jurnal penyesuaian)
Persediaan akhir 700 Beban pokok 50
Beban pokok 2.80 penjualan 50
penjualan 0 persediaan
Pembelian 3.00
Persediaan awal 0
500
Jurnal penyesuaian sebesar Rp50 timbul karena entitas mengalami kerugian dalam
persediaan, yaitu antara persediaan sebesar Rp750 (sisa persediaan 75 unit @ Rp10) yang
dilaporkan dalam buku dan hasil perhitungan fisik sebesar Rp700, yang dihitung sebagai
berikut:
Sistem Sistem
Periodik Perpetual

H a l a m a n 122 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Persediaan awal Rp 500 Rp 500


Pembelian 3.000 3.000
Barang tersedia untuk dijual Rp3.500 Rp3.500
Persediaan akhir 700 750
Beban pokok penjualan awal Rp2.800 (catatan)
Biaya dari persediaan yang hilang tidak Rp2.750
Beban pokok penjualan yang dilaporkan diketahui (catatan)
Rp2.800 50
Rp2.800

Untuk tujuan pelaporan eksternal baik sistem perpetual maupun sistem periodik
menghasilkan laporan beban pokok penjualan yang sama. Tetapi untuk tujuan pelaporan
internal, sistem perpetual membagi angka-angka tersebut menjadi beban pokok penjualan
dan biaya persediaan yang hilang (cost of inventory shrinkage).
C. PENILAIAN PERSEDIAAN
Tujuan penilaian persediaan (inventory evaluation) adalah untuk membagi total beban
pokok barang yang tersedia untuk dijual (cost of goods available for sale) selama suatu
periode ke dalam dua kategori, yaitu (1) beban pokok yang berhubungan dengan barang yang
terjual (beban pokok penjualan), dan (2) beban pokok yang berhubungan dengan barang
yang masih ada (persediaan akhir).
Masalah mendasar dalam penilaian persediaan meliputi: (1) penentuan fisik persediaan,
(2) penentuan biaya perolehan persediaan, dan (3) asumsi arus biaya yang diterapkan.
1. Penentuan Fisik Persediaan
Fisik persediaan merupakan kuantitas persediaan yang harus dilaporkan pada akhir
periode. Menurut aturan umum, barang-barang seharusnya dimasukkan dalam persediaan
oleh pihak-pihak yang memegang kepemilikan hukum (legal title). Pengalihan hak (the
passing title) adalah istilah hukum yang ditujukan pada titik di mana kepemilikan berubah.
Berikut beberapa kondisi yang memengaruhi penentuan fisik persediaan:
 Barang dalam perjalanan
Ketika barang dalam perjalanan (goods in transit) dari penjual ke pembeli, siapakah
pemiliknya? Jawabannya tergantung dari syarat penjualan atau pengiriman (the term of
sale). Jika syarat pengirimannya adalah Franko Gudang Penjual (FOB shipping point),
maka hak atas barang beralih ke pembeli pada saat pengiriman. Sejak hak beralih di titik
pengiriman, maka barang dalam perjalanan pada akhir tahun harus dimasukkan dalam
persediaan pembeli walaupun belum diterima. Dengan kata lain, barang dalam perjalanan
adalah milik pembeli dan kepemilikan berpindah tangan pada saat pengiriman. Jika syarat
pengirimannya adalah Franko Gudang Pembeli (FOB destination) hak tidak beralih
sampai barang diterima oleh pembeli. Dengan kata lain, barang dalam perjalanan adalah
milik penjual dan kepemilikan berpindahtangan pada saat barang sampai di tujuan.
 Barang dalam konsinyasi
Barang sering kali ditransfer ke penyalur atas dasar konsinyasi (on consignment).
Pengirim (consignor) tetap memegang hak kepemilikan dan tetap memasukkan barang
tersebut ke dalam persediaannya sampai barang tersebut dijual atau digunakan oleh
penyalur dari pelanggan (consignee).

H a l a m a n 123 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

 Penjualan bersyarat, penjualan cicilan, dan perjanjian pembelian kembali


Kemungkinan terjadi hak kepemilikan atas persediaan telah berpindah kepada pembeli,
tetapi substansi ekonomi dari transaksi tetap berada pada pihak penjual. Beberapa hal
yang berhubungan dengan masalah ini, yaitu: (a) penjualan bersyarat, (b) penjualan
cicilan, dan (c) perjanjian pembelian kembali.
2. Biaya Perolehan Persediaan
Setelah barang yang dimasukkan dalam persediaan telah diidentifikasi, maka selanjutnya
adalah memberikan nilai rupiah pada unit fisik persediaan. Sesuai dengan standar akuntansi
keuangan, (Persediaan dan PSAK 14: Persediaan), entitas harus menilai atau mengukur nilai
persediaan pada “biaya perolehan atau nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah.”
a. Biaya perolehan persediaan (inventory cost) mencakup seluruh biaya pembelian, biaya
konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi
saat ini.
 Biaya pembelian persediaan (cost of purchases) meliputi harga beli, bea impor,
pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh entitas kepada
otoritas pajak), biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara
langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan, dan jasa.
 Biaya konversi (cost of conversion) meliputi biaya yang secara langsung terkait
dengan unit yang diproduksi, misalnya biaya tenaga kerja langsung. Termasuk juga
alokasi sistematis overhead produksi tetap dan variabel yang timbul dalam
mengonversi bahan baku menjadi barang jadi.
 Biaya lain (other costs) merupakan biaya-biaya yang dimasukkan ke dalam biaya
persediaan hanya sepanjang biaya tersebut timbul agar persediaan berada dalam
kondisi dan lokasi saat ini. Misalnya biaya overhead nonproduksi atau biaya
perancangan produk untuk pelanggan tertentu sebagai biaya persediaan.
b. Selain itu, entitas mungkin membeli persediaan dengan “persyaratan penyelesaian
tangguhan” (“deferred settlement terms”). Ketika perjanjian secara efektif mengandung
elemen pembiayaan, maka elemen tersebut, misalnya perbedaan antara harga beli untuk
persyaratan kredit normal dan jumlah yang dibayarkan diakui sebagai beban bunga
selama periode pembiayaan.
c. Sehubungan dengan biaya persediaan, diskon usaha, retur pembelian dan pengurangan
harga, dan lainnya yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian.
1) Diskon usaha
Diskon usaha atau diskon dagang (trade discount) adalah perbedaan antara daftar harga
katalog dan harga yang dikenakan kepada pembeli. Biaya didefinisikan sebagai harga dalam
daftar dikurangi diskon usaha. Tidak ada pencatatan yang dibuat untuk diskon usaha dan
pembelian harus dicatat pada harga bersih. Diskon tunai (cash discount) adalah diskon yang
diberikan untuk pembayaran faktur dalam periode waktu terbatas. Diskon tunai biasanya
dinyatakan sebagai persentase tertentu yang akan diberikan jika faktur dibayar dalam rentang
hari tertentu, dan pembayaran dengan jumlah penuh jika melewati waktu yang ditentukan.
Terdapat dua metode untuk mencatat diskon tunai, yaitu: (a) metode bruto (gross method)
dan (b) metode bersih (net method).

H a l a m a n 124 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Contoh: Dibeli barang dagangan seharga Rp10.000 dengan diskon tunai 2%, dengan asumsi:
(a) pembayaran faktur dilakukan di dalam periode diskon, dan (b) pembayaran faktur
dilakukan di luar periode diskon, dan (c) faktur belum dibayar dan periode diskon telah lewat.
Jurnal yang diperlukan untuk metode bersih dan metode bruto dengan menggunakan sistem
persediaan perpetual, adalah sebagai berikut:
Transaksi Metode Bersih Metode Bruto
Pembelian Persediaan 9.8 Persediaan 10.
barang dagangan Utang usaha 00 9.8 Utang usaha 000 10.
00 000
Pembayaran Utang usaha 9.8 Utang usaha 10.
di dalam periode Kas 00 9.8 Persediaan 000 200
diskon 00 Kas 9.8
00
Pembayaran Utang usaha 9.8 Utang usaha 10.
di luar periode Diskon yang 00 Kas 000 10.
diskon hilang 20 000
Kas 0 10.
000
Pembayaran Diskon yang 20 Tidak ada
di luar diskon hilang 0 jurnal (No
dan faktur belum Utang usaha 200 entry)
dibayar
(Penyesuaian
akhir periode)
Perbedaan kedua metode tersebut adalah: Metode bersih menunjukkan biaya dari diskon
yang hilang (discount lost) sebagai beban keuangan yang terpisah, sedangkan metode bruto
memasukkan beban keuangan ini sebagai biaya persediaan. Hasil ini adalah sama jika sistem
persediaan periodik digunakan. Dalam metode bruto, diskon tunai dicatat hanya jika diskon
tersebut diambil. Sementara metode bersih melacak diskon yang tidak diambil, metode bruto
tidak menyediakan informasi semacam itu dan catatan persediaan tetap pada harga unit kotor.
Ketika sistem periodik digunakan, diskon tunai yang diambil dicerminkan melalui
sebuah akun lawan atau akun kontra atas pembelian, yaitu diskon pembelian. Dengan
sistem perpetual, diskon dikreditkan langsung ke persediaan. Perbedaan dalam jurnal
dengan sistem periodik adalah pembelian dan bukannya persediaan (sebagaimana dalam
sistem perpetual) , yang didebit untuk mencatat pembelian. Selain itu, diskon tunai atau
diskon pembelian dan bukannya persediaan, yang dikredit dalam metode bruto ketika
pembayaran dilakukan dalam periode diskon.
2) Retur pembelian dan pengurangan harga
Penyesuaian terhadap harga/biaya faktur juga dibuat ketika barang dagangan rusak atau
memiliki kualitas yang lebih rendah daripada yang dipesan. Kadang-kadang barang dagangan
secara fisik dikembalikan kepada pemasok. Pada kasus lain, pengkreditan diperbolehkan bagi
pembeli oleh pemasok guna mengompensasi adanya kerusakan atau rendahnya kualitas pada
barang dagangan. Dalam kasus tersebut, jika menggunakan sistem persediaan periodik

H a l a m a n 125 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

digunakan utang usaha akan didebit dan retur pembelian dan pengurangan harga (purchases
return and allowances) dikredit, dan akun persediaan dikredit jika menggunakan sistem
persediaan perpetual. Retur pembelian dan pengurangan harga adalah akun kontra dari akun
pembelian.
D. METODE ARUS BIAYA
Pada akhir periode pelaporan, total biaya persediaan harus dialokasikan ke persediaan
yang masih ada (untuk dilaporkan di laporan posisi keuangan sebagai aset) dan ke
persediaan yang terjual selama periode tersebut (untuk dilaporkan di laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain sebagai beban (“beban pokok penjualan”).
Metode atau rumus biaya yang digunakan untuk mengalokasikan beban pokok penjualan
dan persediaan adalah: (1) Masuk pertama keluar pertama (MPKP), Masuk terakhir keluar
pertama (MTKP), (3) Biaya rata-rata tertimbang, dan (4) Identifikasi khusus.
Berdasarkan PSAK No 14, metode yang digunakan dalam mengalokasikan biaya adalah
MPKP, biaya rata-rata tertimbang, dan identifikasi khusus. Sedangkan metode MTKP tidak
diperkenankan untuk keperluan pelaporan keuangan.
1. Metode Biaya Masuk Pertama, Keluar Pertama (MPKP)
Metode biaya MPKP (FIFO cost method) mengasumsikan unit persediaan yang pertama
dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga unit yang tertinggal dalam
persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian.
Berikut contoh metode arus biaya MPKP dan metode biaya rata-rata.
Tanggal Pembelian Penjual Saldo
an
2 Maret 2.000 @ 2.000
15 Maret Rp4,00 unit
19 Maret 6.000 @ 4.000 8.000
30 Maret Rp4,40 unit 4.000
6.000
2.000 @
Rp4,75
Dari data di atas, maka beban pokok penjualan dan saldo persediaan akhir dapat dihitung
sebagai berikut:
 Sistem persediaan periodik
Beban pokok 2.000 unit @ Rp (Pembelian tanggal 2
penjualan: Rp4,00 8.000 Maret)
2.000 unit @ (Pembelian tanggal 15
Rp4,40 8.800 Maret)
4.000 unit Rp16.
800
Persediaan 4.000 unit @ Rp17.6 (Pembelian tanggal 15
akhir: Rp4,40 00 Maret)
2.000 unit @ (Pembelian tanggal 30
Rp4,75 9.500 Maret)
6.000 unit Rp27.1
00

H a l a m a n 126 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Atau, beban pokok penjualan adalah biaya barang tersedia untuk dijual dikurang
persediaan akhir (Rp43.900 – Rp27.100).
 Sistem persediaan perpetual
Keunikan metode MPKP adalah baik dengan sistem persediaan perpetual maupun sistem
persediaan periodik, beban pokok penjualan dan saldo persediaan akhir hasilnya adalah
sama.
Pembelian Penjualan Saldo
Ke Ku Bia Total K Bia Total Ku Biay Total
terang an ya/ uan ya/ an a/unit
an tita unit tit unit tita
s as s
2
Maret 2.0 Rp4 Rp 2.0 Rp4, Rp
00 ,00 8.000 00 00 8.000
15 2.0 4,00 8.000
Maret 6.0 26.40 00 4,40 26.400
00 4,40 0 6.0
00
19 2. Rp4 Rp8.
Maret 000 ,00 000 4.0 4,40 17.600
2. 4,40 8.80 00
000 0
30 4.0 4,40 17.600
Maret 2.0 4,75 9.500 00 4.75 9.500
00 2.0
00

2. Metode Biaya Rata-rata Tertimbang


Dalam metode biaya rata-rata tertimbang (weighted average cost), biaya setiap unit
ditentukan berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari unit yang serupa pada awal periode
dan biaya unit yang serupa yang dibeli atau diproduksi selama suatu periode. Bila metode
biaya rata-rata tertimbang diterapkan dengan sistem persediaan perpetual, biaya rata-rata
akan dihitung kembali setelah setiap pembelian dilakukan. Metode ini disebut dengan
metode biaya rata-rata bergerak (moving average cost method).
a. Sistem persediaan periodik
2 Maret 2.000 unit @ Rp
15 Maret Rp4,00 8.000
30 Maret 6.000 unit @ 26.400
Rp4,40
2,000 unit @ 9.500
Rp4,75
Total barang tersedia untuk 10.000 unit Rp43.90
dijual 0
Biaya rata-rata tertimbang adalah Rp4,39 atau (Rp43.900/10.000). Persediaan akhir
adalah Rp26.340 atau 6.000 unit @ Rp4,39, dan beban pokok penjualan adalah Rp17.560
atau 4.000 unit @ Rp4,39. Beban pokok penjualan sebesar Rp17.560 juga dapat dihitung

H a l a m a n 127 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

dengan cara biaya barang tersedia untuk dijual dikurangi dengan persediaan akhir atau
(Rp43.900 – Rp26.340).
b. Sistem persediaan perpetual
Ke Pembelian Penjualan Saldo
terang K Bia Total K Biaya/ Total K Bia Total
an uan ya uan unit uan ya/unit
tit /uni tit tit
as t as as
2
Maret 2. Rp4 Rp 2. Rp4 Rp
000 ,00 8.000 000 ,00 8.000
15
Maret 6. 4,40 26.40 8. 4,30 34.40
000 0 000 0
19
Maret 4. Rp4 Rp17. 4. 4,30 17.20
000 ,30 200 000 0
30
Maret 2. 4,75 9.500 6. 4.45 26.70
000 000 0
Dengan sistem persediaan perpetual, persediaan akhir adalah Rp26.700 (6.000 x Rp4,45)
dan beban pokok penjualan adalah Rp17.200 (4.000 x Rp4,30). Jumlah persediaan akhir
dan beban pokok penjualan berbeda dengan sistem persediaan periodik.
3. Identifikasi Khusus
Biaya untuk persediaan yang secara umum tidak dapat ditukar dengan persediaan lain dan
barang atau jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek tertentu, diperhitungkan
berdasarkan identifikasi khusus terhadap biayanya masing-masing. Identifikasi khusus biaya
(specific identification cost) artinya biaya-biaya tertentu yang diatribusikan ke unit persediaan
tertentu. Cara ini merupakan perlakuan yang sesuai bagi unit yang dipisahkan untuk proyek
tertentu, baik yang dibeli maupun yang dihasilkan. Dengan demikian, entitas menggunakan
metode ini biasanya untuk barang-barang yang relatif besar dan mahal serta kuantitasnya
yang kecil (misalnya, barang antik, intan, dan bangunan rumah). Metode identifikasi khusus
adalah metode yang paling tidak umum digunakan dalam menghitung arus biaya.
E. METODE MANA YANG LEBIH RENDAH ANTARA BIAYA PEROLEHAN DAN
NILAI REALISASI BERSIH
Persediaan dicatat pada biaya perolehan. Namun, jika persediaan menurun nilainya di
bawah biaya perolehannya, maka terjadi suatu penyimpangan atas prinsip biaya perolehan.
Apa pun alasannya – persediaan telah usang, persediaan rusak, dan perubahan tingkat harga –
suatu entitas harus menurunkan nilainya ke nilai realisasi neto. Entitas dapat mengabaikan
prinsip biaya historis (historical cost principle) jika manfaat masa depan (kemampuan
menghasilkan pendapatan) dari aset turun di bawah biaya perolehan awal.
1. Nilai Realisasi Neto
Sebagaimana telah diuraikan bahwa biaya perolehan (cost) adalah harga perolehan
persediaan yang dihitung dengan menggunakan salah satu metode berdasarkan biaya historis

H a l a m a n 128 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

– identifikasi khusus, biaya rata-rata, atau MPKP. Nilai realisasi neto (net realizable value)
adalah estimasi harga jual dikurangi biaya untuk menyelesaikan dan menjual.
Contoh 1: Asumsikan bahwa PT Mander memiliki persediaan dengan biaya perolehan
sebesar Rp950, dan harga jual Rp1.000, estimasi biaya untuk menyelesaikan Rp50, dan
estimasi biaya untuk menjual Rp200. Nilai realisasi bersih dihitung sebagai berikut:
Nilai persediaan yang belum Rp1.0
direalisasi Rp 50 00
Kurang: Est. biaya untuk 200
menyelesaikan
Est. biaya untuk menjual 250
Nilai realisasi bersih Rp
750
Mander melaporkan persediaan di laporan posisi keuangannya sebesar Rp750, yaitu
mana yang lebih rendah antara biaya perolehan (Rp950) dan nilai realisasi bersih (Rp750),
dan melaporkan atau mengakui adanya “Kerugian Penurunan Nilai Persediaan“ (“Loss on
Inventory Write-Down” or ”Loss Due to Decline of Inventory to Net Realizable Value”)
sebesar Rp200 (Rp950 – Rp750) dalam laporan laba rugi.
Dengan demikian, entitas harus menilai atau mengukur persediaan berdasarkan “nilai
yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi neto” (“the lower of cost or
net realizable value – LCNRV”). Untuk itu, pada setiap tanggal pelaporan, entitas menguji
apakah persediaan menurun nilainya yaitu nilai tercatatnya (carrying value) tidak dapat
terpulihkan atau diperoleh kembali jika persediaan rusak, seluruh atau sebagian persediaan
telah usang, atau harga jualnya telah menurun.
Entitas dapat menerapkan aturan LCNRV pada masing – masing jenis, kelompok
utama, dan keseluruhan produk (individual item, major group, or total). Jika suatu
jenis, kelompok utama, atau total dari persediaan menurun nilainya, maka persediaan harus
diukur sebesar nilai realisasi neto.
Contoh 2: PT Matahari memiliki informasi persediaan berikut pada akhir tahun.
Produk Unit Biaya Estimasi Estimasi biaya
tersedia perolehan harga jual per untuk menyelesaikan
per unit unit (Rp) dan menjual (Rp)
(Rp)
A 1.000 100 120 10
B 500 110 110 5
C 800 120 100 6
D 1.000 120 125 10
E 300 130 150 20

Informasi tambahan: 30 unit produk B ditahan untuk memenuhi kontrak penjualan entitas
yang dijual dengan harga Rp125 per unit kepada pelanggan PT Galaxi.
Hitunglah: Nilai tercatat persediaan akhir di laporan posisi keuangan dan jumlah penurunan
nilai persediaan, dengan pendekatan jenis persediaan dan total persediaan.
Pro Unit Biaya Total Estima Biaya Penur

H a l a m a n 129 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

duk tersedia peroleha biaya si nilai perolehan unan


n per peroleha realisasi dan nilai nilai
unit (Rp) n neto (Rp) realisasi neto, persediaa
(Rp) mana yang n (Rp)
lebih rendah
(Rp)
A 1.000 100 100.00 110.00 100.000 -
B 30 110 0 0 3.300 -
B 470 110 49.350 2.350
C 800 120 3.300 3.750 75.200 20.800
D 1.000 120 115.000 5.000
E 300 130 51.700 49.350 39.000 -

96.000 75.200
120.00 115.00
0 0

39.000 39.000
Tota 410.00 392.30 381.850 28.150
l 0 0

 Nilai tercatat masing-masing jenis persediaan pada akhir tahun sebesar Rp381.850 dan
jumlah penurunan nilai persediaan sebesar Rp28.150 (Rp410.000 – Rp381.850).
 Sedangkan, jika nilai realisasi neto diterapkan secara keseluruhan atau total jenis
persediaan, maka nilai tercatat persediaan adalah Rp392.300, namun kerugian penurunan
nilai persediaan adalah Rp27.700 (Rp410.000 – Rp392.300).
Catatan: Produk B
Tidak terdapat penurunan nilai untuk 30 unit yang ditahan untuk Galaxi karena nilai realisasi
neto dari jumlah persediaan yang ditahan untuk memenuhi penjualan entitas berdasarkan
harga kontrak (Rp125 per unit dalam kasus ini). Sedangkan sisanya sebesar 470 unit,
mengalami penurunan nilai karena estimasi nilai realisasi bersih Rp105 (Rp110 – Rp5) per
unit.
2. Mencatat Nilai Realisasi Neto, Bukan Biaya
Terdapat dua metode untuk mencatat pengaruh penilaian persediaan berdasarkan nilai
realisasi neto terhadap laba bersih, yaitu (1) metode beban pokok penjualan (cost of goods
sold method), dan (2) metode kerugian (loss method).
Jurnal untuk mencatat penurunan nilai persediaan (sesuai dengan jenis persediaan) baik
dengan metode beban pokok penjualan dan metode kerugian, dengan asumsi menggunakan
sistem perpetual:
Metode beban pokok penjualan Metode kerugian
Beban pokok 28. Kerugian penurunan 28.15
penjualan 150 28. nilai persediaan 0
Persediaan 150 Persediaan 28.
150
Sebagai pengganti pengkreditan akun persediaan untuk penyesuaian nilai realisasi neto,
entitas pada umumnya menggunakan akun penyisihan (allowance), biasa disebut “Penyisihan

H a l a m a n 130 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

atau Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Persediaan” (“Allowance for Decline in Value of
Inventory” or “Provision for Impairment Loss of Inventory”). Misalnya, dengan
menggunakan akun penyisihan menurut metode penyisihan, maka jurnal untuk mencatat
penurunan nilai ke nilai realisasi neto sebagai berikut:
Kerugian penurunan nilai persediaan 28.15
Penyisihan kerugian penurunan nilai persediaan 0 28.150
Dengan menggunakan akun penyisihan dalam melaporkan baik biaya perolehan maupun
nilai realisasi neto persediaan, Matahari melaporkan persediaan dalam laporan posisi
keuangan sebagai berikut:
Persediaan (biaya perolehan) Rp410.0
Kurang: Penyisihan kerugian penurunan nilai persediaan 00

28.150
Persediaan pada nilai realisasi neto Rp381.8
50
3. Pemulihan Kerugian atas Persediaan
Entitas harus membuat penilaian baru atas nilai realisasi neto pada setiap periode
berikutnya. Ketika kondisi yang semula mengakibatkan penurunan nilai persediaan di bawah
biaya perolehan ternyata tidak ada lagi atau ketika terdapat bukti yang jelas terhadap
peningkatan nilai realisasi neto karena perubahan keadaan ekonomi, maka jumlah penurunan
nilai harus dibalik atau dipulihkan (dalam hal ini pemulihan adalah terbatas untuk jumlah
penurunan awal – the reversal is limited to the amount of the original write-down)
sehingga jumlah tercatat yang baru dari persediaan adalah yang terendah dari biaya
perolehan atau nilai realisasi neto yang telah direvisi.
Melanjutkan contoh butir 2) di atas, asumsikan pada periode berikutnya, terjadi perubahan
kondisi pasar, sehingga nilai realisasi neto menjadi Rp400.000 (kenaikan sebesar Rp18.150).
Akibatnya, hanya Rp10.000 diperlukan penyisihan. PT Matahari akan mencatatnya, dengan
menggunakan metode kerugian, dengan mengkredit pemulihan kerugian penurunan nilai
persediaan atau pemulihan kerugian atas persediaan, sebagai berikut:
Penyisihan kerugian penurunan nilai persediaan 18.15
Pemulihan kerugian penurunan nilai persediaan 0 18.150

F. TEKNIK ESTIMASI PERSEDIAAN


Teknik estimasi persediaan digunakan untuk menghasilkan nilai persediaan ketika
penghitungan fisik persediaan tidak dapat dilakukan dan menyediakan pengecekan
independen atas validitas nilai persediaan yang dihasilkan sistem akuntansi. Terdapat dua
teknik estimasi persediaan yaitu metode laba kotor (gross profit method) dan metode
persediaan eceran (retail inventory method).
1. Metode Laba Kotor
Metode laba kotor didasarkan pada observasi bahwa hubungan antara penjualan dan
beban pokok penjualan biasanya relatif stabil. Persentase laba kotor [(Penjualan – Beban
pokok penjualan) / Penjualan] diterapkan pada penjualan guna mengestimasi beban pokok

H a l a m a n 131 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

penjualan. Beban pokok penjualan ini dikurangkan beban pokok yang tersedia untuk dijual
guna memeroleh estimasi saldo persediaan. Agar dapat bermanfaat, persentase laba kotor
yang digunakan harus merupakan ukuran yang dapat dipercaya berdasarkan pengalaman saat
ini.
Untuk mengilustasikan penerapan laba kotor, asumsikan data PT Hero adalah sebagai
berikut:

Persediaan awal, 1 Januari Rp25.


Rp25.000
Penjualan bersih, 1 Januari – 31 Januari 000 50.000
Pembelian bersih, 1 Januari – 31 Januari 50.000
Persentase laba kotor 40.000
a. Tahun lalu
b. Dua tahun lalu 40%
c. Tiga tahun lalu 37%
42%
(Catatan: Persentase laba kotor atas penjualan tahun lalu sebesar 40% dianggap sebagai
estimasi yang baik atas persentase laba kotor saat ini).
Persediaan akhir kemudian dapat dihitung sebagai berikut:
Persediaan awal, 1 Januari Rp25.
Rp25.000 50.000
Pembelian bersih 1 Januari – 31 Januari 000

40.000
Beban pokok tersedia untuk dijual Rp65.
Beban pokok penjualan (60% x Rp50.000) 000

30.000
Estimasi persediaan akhir Rp35.
000
Persentase laba kotor juga dapat didasarkan atas beban pokok penjualan. Dengan asumsi
bahwa laba kotor adalah 25% dari beban pokok penjualan, maka estimasi persediaan akhir
dapat dihitung sebagai berikut:
Persediaan awal, 1 Januari Rp25.
Rp25.000 50.000
Pembelian bersih 1 Januari – 31 Januari 000
40.000
Beban pokok tersedia untuk dijual Rp65.
Beban pokok penjualan (Rp50.000 : 1,25) 000
40.000
Estimasi persediaan akhir Rp25.
000
Metode laba kotor tidak dapat diterima baik untuk tujuan pajak maupun tujuan pelaporan
keuangan tahunan. Jadi, tujuan utama adalah terbatas untuk pelaporan interim dan internal,
untuk analisis yang dilaksanakan oleh auditor, dan untuk menghitung estimasi kehilangan
persediaan karena kebakaran atau bencana lainnya.
2. Metode Persediaan Eceran
H a l a m a n 132 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Metode persediaan eceran seringkali digunakan dalam industri eceran untuk mengukur
persediaan yang variasinya demikian banyak dan cepat berubah, serta memiliki marjin yang
serupa sehingga tidak praktis untuk menggunakan metode penetapan lainnya. Ketika
menggunakan metode persediaan eceran, catatan barang-barang yang dibeli akan disimpan
dalam dua jumlah – biaya (cost) dan harga eceran (retail). Metode eceran dapat digunakan
dengan dua asumsi arus biaya: yaitu MPKP dan biaya rata-rata. Di samping itu, pendekatan
lower of cost or net realizable value (LCNRV) dapat juga diterapkan terhadap metode eceran
ketika salah satu dari dua asumsi arus biaya tersebut digunakan.
Inti penerapan metode persediaan eceran adalah menentukan persentase biaya (cost
percentage) atau rasio biaya terhadap harga eceran (cost-to-retail ratio). Persentase biaya
dihitung dengan membagi biaya yang tersedia untuk dijual pada biaya dengan biaya tersedia
untuk dijual pada harga eceran. Persentase biaya ini, kemudian dikalikan dengan persediaan
akhir pada harga eceran. Persediaan akhir pada harga eceran merupakan selisih antara
penjualan dan biaya tersedia untuk dijual pada harga eceran.
Sering kali harga-harga eceran berubah setelah ditentukan untuk pertama kali. Berikut
istilah-istilah yang digunakan untuk menjelaskan perubahan-perubahan tersebut:
 Harga eceran awal (original retail). Harga jual awal, termasuk kenaikan awal di atas
biaya yang disebut sebagai markup awal (initial markup).
 Net markups (markup dikurangi pembatalan markups – markups cancellation).
Kenaikan yang meningkatkan harga jual di atas harga eceran awal.
 Net markdowns (markdown dikurangi pembatalan markdowns – markdowns
cancellation). Penurunan yang mengurangi harga jual di bawah harga eceran awal.
Penghitungan persentase biaya ini dapat berubah-ubah tergantung pada asumsi arus biaya
yang digunakan dan perlakuan adanya net markups dan net markdowns. Penghitungan
persentase biaya untuk masing-masing metode yang tersedia adalah sebagai berikut:
 Biaya MPKP – Konsep MPKP menunjukkan bahwa persediaan akhir terdiri dari
pembelian terakhir, dengan demikian persediaan awal dikeluarkan dari penghitungan
persentase biaya, dan penghitungan menjadi pembelian bersih dibagi dengan harga eceran
yang disesuaikan dengan net markups dan net markdowns.
 Biaya MPKP (dengan menggunakan pendekatan LCNRV)
 Biaya rata-rata – Biaya rata-rata mengasumsikan bahwa persediaan akhir terdiri dari
semua barang tersedia untuk dijual. Oleh karena itu, persentase biaya dihitung dengan
membagi barang tersedia untuk dijual (Persediaan awal + Pembelian bersih) pada harga
eceran yang disesuaikan dengan net markups dan net markdowns.
 Biaya rata-rata (dengan menggunakan pendekatan LCNRV) – (Disebut juga dengan
metode persediaan konvensional – conventional retail method). Penghitungan pada
dasarnya sama dengan biaya rata-rata kecuali markdowns dikeluarkan dari penghitungan
persentase biaya.
Contoh 1: (Tidak terdapat net markups dan net markdowns)
Penghitungan persediaan akhir pada harga eceran dan pada biaya, dengan menggunakan
metode MPKP dan metode rata-rata.
MPKP Biaya rata-rata
Biaya Eceran Biaya Eceran

H a l a m a n 133 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Persediaan awal Rp100.0 Rp100.0


Pembelian bersih 00 Rp200.000 00 Rp200.000
500.000 800.000
800.000 500.000
Barang tersedia untuk Rp600.0 Rp1.000.0 Rp600.0 Rp1.000.0
dijual 00 00 00 00
Penjualan, pada harga
eceran 800.000 800.000
Persediaan akhir, pada Rp
harga eceran Rp 200.000
200.000
Persentase biaya 500.000/800.000 = 600.000/1.000.000 =
62,5% 60,0%
Persediaan akhir, pada
biaya Rp125.1
Rp200.000 x 62,5% 00 Rp120.0
Rp200.000 x 60,0% 00
Contoh 2: Terdapat net markups dan net markdowns
Departemen Store A menggunakan sistem persediaan periodik dan metode persediaan eceran
untuk mengestimasi persediaan akhir. Data berikut tersedia dari catatan perusahaan selama
bulan Juli 2014.
Persediaan awal Rp Rp160.
Pembelian bersih 99.200 000
Net markups 305.280 470.00
Net markdowns 10.000 0
Penjualan bersih 8.000 10.000
8.000
434.00
0
Hitunglah persediaan akhir pada biaya dengan menggunakan: (a) Metode biaya MPKP, (b)
Metode biaya rata-rata, dan Metode biaya rata-rata dengan pendekatan LCNRV (metode
eceran konvensional)
Jawaban:
a. Metode Biaya MPKP dengan pendekatan LCNRV
Biaya Harga
Eceran
Persediaan awal Rp 99.200 Rp160.000
Ditambah: Pembelian bersih 305.280
Net markups 470.000

10.000
Barang tersedia untuk dijual Rp404.480 Rp640.000
Persentase biaya: Rp305.280/Rp480.000 =
63,6%
Dikurang: Penjualan bersih
Dikurang: Net markdowns (434.000)

H a l a m a n 134 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

(8.000)
Estimasi persediaan akhir pada harga eceran Rp198.000
Estimasi persediaan akhir pada biaya perolehan
(63,6% x Rp198.000)
Rp125.928
b. Metode biaya rata – rata
Biaya Harga
Eceran
Persediaan awal Rp 99.200 Rp160.00
Ditambah: Pembelian bersih 305.280 0
Net markups
Dikurang: Net markdowns 470.000

10.000

(8.000)
Barang tersedia untuk dijual Rp404.480 Rp632.00
0
Persentase biaya: Rp404.480/Rp632.000 = 64%
Dikurang: Penjualan bersih
(434.000)
Estimasi persediaan akhir pada harga eceran Rp198.00
Estimasi persediaan akhir pada biaya perolehan 0
(64% x Rp198.000)
Rp126.720
c. Biaya rata – rata, dengan pendekatan LCNRV ( Metode eceran konvensional)
Biaya Harga
Eceran
Persediaan awal Rp 99.200 Rp160.000
Ditambah: Pembelian bersih 305.280
Net markups 470.000

10.000
Jumlah Rp404.480 Rp640.000
Persentase biaya: Rp404.480/Rp640.000 = 63,2%
Dikurang: Net markdowns
(8.000)
Barang tersedia untuk dijual Rp404.480 632.000
Dikurang: Penjualan bersih (
434.000)
Estimasi persediaan akhir pada harga eceran Rp198.000
Estimasi persediaan akhir pada biaya perolehan
(63,2% x Rp198.000)
Rp125.136

Catatan: Karena hasil penghitungan fisik persediaan pada harga eceran (physical count of
inventory costed at retail) harus sama dengan persediaan menurut harga eceran yang
dihitung (calculated retail inventory), maka apabila terdapat perbedaan yang tidak dapat

H a l a m a n 135 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

ditelusuri akibat kesalahan pencatatan dalam pembukuan entitas (tidak dapat


dipertanggungjawabkan) kemungkinan barang tersebut hilang pada saat orang berbelanja atau
karena dicuri karyawan.
Beberapa isu yang terkait dalam metode persediaan eceran adalah perlakuan atas unsur –
unsur khusus berikut ini:
Unsur – unsur Perlakuan
Sebelum menghitung persentase biaya:
Beban angkut Ditambahkan dalam kolom biaya
Retur pembelian Dikurangkan dalam kolom biaya dan
eceran
Diskon pembelian yang tidak diambil (jika Dikurangkan dalam kolom biaya
metode bruto digunakan untuk mencatat Dikurangkan dalam kolom biaya dan
pembelian) eceran
Kekurangan abnormal (abnormal shortage), seperti
cacat, rusak, pencurian)
Setelah menghitung persentase biaya:
Kekurangan normal (normal shortage) seperti Dikurangkan dalam kolom eceran
cacat, rusak, pencurian)
Diskon pegawai (jika penjualan dicatat setelah Ditambahkan ke penjualan bersih
diskon)
Demikian juga, penjualan bersih ditetapkan dengan mengurangkan retur penjualan dari
penjualan. Namun diskon penjualan tidak dikurangkan karena jika dilakukan akan
menyebabkan persediaan disajikan terlalu tinggi. Diskon penjualan tidak
merepresentasikan suatu penyesuaian dalam harga jual tetapi merupakan insentif keuangan
kepada pelanggan yang membayar lebih awal. Sebaliknya, jika penjualan dicatat setelah
diskon kepada pegawai (sales net of employee discounts) diskon tersebut ditambahkan ke
penjualan bersih sebelum penjualan dikurangkan dalam kolom eceran.

Contoh: PT Indomaret menggunakan metode eceran untuk mengestimasi persediaan akhir


dan beban pokok penjualan. Data berikut untuk tahun 2014 tersedia dari catatan akuntansi
Indomaret:
Biaya Harga
Eceran
Persediaan awal Rp 8.000 Rp12.000
Pembelian 68.000 98.000
Beban angkut 3.200
Retur pembelian 3.000 4,200
Net markups 6.000
Net markdowns 2.400
Cacat normal (Normal spoilage) 1.800
Penjualan bersih 92.000
Indomaret mencatat penjualan bersih setelah diskon pegawai (sales net of employee
discounts). Jumlah diskon tersebut selama tahun 2014 adalah Rp2.300.
Diminta: Estimasi persediaan akhir dan beban pokok penjualan selama tahun berjalan
dengan menggunakan (a) metode biaya rata – rata (average cost method.) dan (b) metode
eceran konvensional (LCNRV, average cost).

H a l a m a n 136 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Jawaban:
a. Estimasi persediaan akhir dan beban pokok penjualan selama tahun berjalan dengan
menggunakan metode biaya rata – rata
Biaya Harga
Eceran
Persediaan awal Rp Rp 12.000
Ditambah: Pembelian 8.000 98.000
Beban angkut 68.000
Dikurang: Retur pembelian 3.200 (4.200)
Ditambah: Net markups (3.000) 6.000
Dikurang: Net markdowns (2.400)
Barang tersedia untuk dijual Rp76.20 Rp109.400
0
Persentase biaya: Rp76.200/Rp109.400 = 69,65%
Dikurang: Cacat normal (1.800)
Penjualan
Penjualan bersih Rp92.00
Ditambah kembali diskon 0
pegawai (94.300)
2.300
Estimasi persediaan akhir pada harga
eceran Rp 13.300
Estimasi persediaan akhir pada biaya
(69.65% × Rp13,300) (9.263)
Estimasi beban pokok penjualan Rp66.93
7

b. Estimasi persediaan akhir dan beban pokok penjualan selama tahun berjalan dengan
menggunakan metode eceran konvensional
Biaya Harga
Eceran
Persediaan awal Rp Rp
Ditambah: Pembelian 8.000 12.000
Beban angkut 68.000 98.000
Dikurang: Retur pembelian 3.200
Ditambah: Net markups (3.000) (4.200)
6.000
Barang tersedia untuk dijual Rp76.20 Rp111.800
0
Persentase biaya: Rp76.200/Rp111.800 = 69,16 %
Dikurang: Net markdowns (2.400)
Barang tersedia untuk dijual 109.400
Dikurang: Cacat normal (1.800)
Penjualan:
Penjualan bersih Rp92.00
Ditambah kembali diskon 0
pegawai (94.300)

2.300
H a l a m a n 137 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Estimasi persediaan akhir pada harga


eceran Rp
Estimasi persediaan akhir pada biaya 13.300
(69.65% × Rp13,300) (9.065)
Estimasi beban pokok penjualan Rp67.13
5
G. PENGAKUAN SEBAGAI BEBAN
Jika persediaan dijual, maka jumlah tercatat persediaan tersebut diakui sebagai beban
pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap penurunan nilai persediaan
di bawah biaya perolehan menjadi nilai realisasi neto dan yang terkait diakui dan seluruh
kerugian persediaan diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian
tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai persediaan karena kenaikan kembali
nilai realisasi neto, diakui sebagai pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada
periode terjadinya pemulihan tersebut.
Beberapa persediaan dapat dialokasikan ke pos aset lainnya, misalnya persediaan yang
digunakan sebagai komponen aset tetap yang dibangun sendiri. Persediaan yang dialokasikan
ke aset lain dengan cara ini diakui sebagai beban selama masa manfaat aset tersebut.
H. PENGUNGKAPAN
Entitas harus mengungkapkan hal-hal berikut dalam laporan keuangannya:
1. Kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk mengukur persediaan, termasuk rumus
biaya yang digunakan;
2. Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah tercatat menurut klasifikasi yang sesuai
bagi entitas;
3. Jumlah persediaan yang dicatat dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual;
4. Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan;
5. Jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurangan jumlah persediaan
yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan;
6. Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai
pengurangan jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan;
7. Jumlah tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan liabilitas.

PERTANYAAN
1. (a) Sebutkan pengertian persediaan; (b) Bagaimana biaya persediaan diukur; (c) Sebutkan
unsur-unsur biaya pembelian; dan (d) Sebutkan unsur-unsur biaya konversi.
2. Persediaan barang jadi dari Auto 2000, terutama terdiri dari mobil. Apakah mobil selalu
diklasifikasikan sebagai “persediaan” pada laporan posisi keuangan dari seluruh entitas?
Jelaskan.
3. Apa perbedaan antara perpetual inventory dan physical inventory? Jika suatu entitas
menyelenggarakan perpetual inventory, apakah physical inventory pada suatu tanggal
akan sama dengan jumlah yang ditunjukkan dengan perpetual inventory records?
Mengapa? Bagaimanakah persediaan yang lenyap (shrinkage) dicatat dalam sistem
pencatatan perpetual?
4. Dalam kondidi bagaimanakah barang dalam perjalanan secara sah dicatat sebagai
persediaan oleh (a) penjual? (b) pembeli?
H a l a m a n 138 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

5. (a) Sebutkan metode atau rumus arus biaya yang diperbolehkan standar akuntansi
keuangan, sebutkan dan jelaskan metode tersebut (b) Apakah tujuan penggunaan metode
identifikasi khusus?
6. (a) Apa saja dua metode akuntansi untuk diskon tunai? (b) Metode manakah yang lebih
disukai?
7. Perusahaan ABC membeli 500 unit barang dengan harga faktur Rp300.000. Berapa biaya
per unit? Jika barang dikirim dengan syarat f.o.b shipping point dan beban angkut
Rp15.000, berapa biaya per unit jika perusahaan ABC membayar biaya angkut? Jika
barang tersebut dibeli dengan syarat 2/10, n/30 dan beban angkut dibayar dalam periode
10 hari, berapa biaya per unit?
8. PT Unilever melaporkan pada laporan posisi keuangan sebagai berikut:
Persediaan Rp1.999.100.000
Pengungkapan tambahan (additional disclosures) apa yang perlu dibuat agar persediaan
disajikan dengan wajar?
9. Kumar Inc. uses a perpetual inventory system. At January 1, 2015, inventory was
Rs214,000,000 at both cost and net realizable value. At December 31, 2016, the inventory
was Rs286,000,000 at cost and Rs265,000,000 at net realizable value. Prepare the
necessary December 31 entry under (a) the cost-of-goods sold method and (b) the loss
method.
10. Anda diminta direktur keuangan untuk menyusun sebuah penyajian singkat mengenai
lower-of-cost-or-net realizable value (LCNRV) method untuk tujuan persediaan. Direktur
keuangan membutuhkan penjelasan mengenai metode ini kepada direktur keuangan
karena metode ini nampaknya bahwa sebagian persediaan entitas telah mengalami
penurunan nilai.
Diminta:
Direktur keuangan meminta Anda untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
a. Apa tujuan LCNRV method?
b. Apa yang dimaksud dengan “net realizable value”?
c. Apakah Anda dapat menerapkan LCNRV method untuk masing-masing jenis
persediaan (individual item), kategori, dan total persediaan.
d. Mengapa persediaan dinilai berdasarkan lower-of-cost-or-net realizable value.
SOAL – SOAL
A. Sistem Persediaan Fisik dan Perpetual, Metode Arus Biaya, Dan Biaya Persediaan
1. PT Min membeli teh botol dari produsen dan kemudian menjualnya ke para pengecer.
Perusahaan memulai usahanya tahun 2017 dengan persediaan barang dagangan di tangan
sebesar Rp120.000. Selama tahun 2017, persediaan tambahan dibeli secara kredit dengan
biaya sebesar Rp600.000. Rekanan PT Min menawarkan syarat kredit 2/10, n/30. Semua
diskon diambil. PT Min menggunakan metode bersih untuk mencatat diskon pembelian.
Semua pembelian dilakukan dengan syarat f.o.b shipping point. Beban angkut dibayar
oleh PT Min sebesar Rp16.000. Persediaan barang dagangan yang dibeli kredit setelah
diskon sebesar Rp20.000 dikembalikan kepada pemasok. Penjualan selama tahun
berjalan, semua secara kredit, berjumlah Rp830.000. Beban pokok penjualan teh botol
sebesar Rp550.000.

H a l a m a n 139 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Diminta: Buatlah jurnal atas transaksi di atas dengan asumsi jika perusahaan
menggunakan sistem persediaan perpetual dan periodik.
Jawaban: (Rp000)
Sistem Persediaan Periodik Sistem Persediaan Perpetual
Pembelian
Pembelian 588 Persediaan 588
Utang Usaha 588 Utang Usaha 588
Beban Angkut
Beban angkut 16 Persediaan 16
Kas 16 Kas 16
Retur
Utang usaha 20 Utang usaha 20
Retur pembelian 20 Persediaan 20
Penjualan
Piutang usaha 830 Piutang usaha 830
Penjualan 830 Penjualan 830
Tidak ada jurnal dibuat Beban pokok 550
untuk mencatat beban penjualan 550
pokok penjualan Persediaan
Akhir Periode
Beban pokok penjualan 550 Tidak ada jurnal
Persediaan akhir 154
Retur pembelian 20
Persediaan awal 120
Pembelian 588
Beban angkut 16
Beban Pokok Penjualan:
Persediaan awal 120
Pembelian 588
Kurang: Retur (20)
Tambah:Beban angkut
16
Pembelian bersih 584
Beban pokok tersedia
untuk dijual 704
Kurang: Persediaan akhir
154
Beban pokok penjualan 550

2. James Company began the month of October with inventory of $15,000. The following
inventory transactions occurred during the month:
1) The company purchased merchandise on account for $22,000 on October 12, 2016.
Terms of the purchase were 2/10, n/30. James uses the net method to record
purchases. The merchandise was shipped f.o.b. shipping point and freight charges of
$500 were paid in cash.
2) On October 18, the company returned merchandise costing $3,000. The return
reduced the amount owed to the supplier. The merchandise returned came from
beginning inventory, not from the October 12 purchase.
3) On October 31, James paid for the merchandise purchased on October 12.
4) During October merchandise costing $18,000 was sold on account for $28,000.
H a l a m a n 140 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

5) It was determined that inventory on hand at the end of October cost $16,060.
Required:
a. Assuming that the James Company uses a periodic inventory system, prepare
journal entries for the above transactions including the adjusting entry at the end of
October to record cost of goods sold.
b. Assuming that the James Company uses a perpetual inventory system, prepare
journal entries for the above transactions.
3. Fong Sai-Yuk Company menjual satu jenis produk. Di bawah ini disajikan informasi
selama bulan Januari 2018 untuk Fong Sai-Yuk Company.
01 Persediaan 100 unit @ Rp6,00 per
Januari Penjualan unit
04 Pembelian 80 unit @ Rp8,00 per
11 Penjualan unit
13 Pembelian 150 unit @ Rp6,50 per
20 Penjualan unit
27 120 unit @ Rp8,75 per
unit
160 unit @ Rp7,00 per
unit
100 unit @ Rp9,00 per
unit
Fong Sai-Yuk menggunakan asumsi arus biaya FIFO. Semua pembelian dan penjualan
dengan kredit.
Diminta:
a. Dengan asumsi Fong Sai-Yuk menggunakan sistem periodik. Buatlah semua jurnal,
termasuk jurnal penutup akhir bulan untuk mencatat beban pokok penjualan.
Penghitungan fisik menunjukkan bahwa persediaan akhir selama bulan Januari 2018
adalah 110 unit.
b. Hitunglah laba kotor dengan menggunakan sistem periodik.
c. Dengan asumsi Fong Sai-Yuk menggunakan sistem perpetual. Buatlah semua jurnal.
d. Hitunglah laba kotor dengan menggunakan sistem perpetual.
4. Perusahaan KLM menghitung jumlah persediaannya pada tanggal 31 Desember. Tidak
satu pun dari hal-hal berikut ini yang diikutkan ketika jumlah total persediaan akhir
perusahaan dihitung:
a. Barang senilai Rp15.000 di gudang perusahaan adalah barang konsinyasi dari
perusahaan lain.
b. Barang senilai Rp20.000 yang telah dijual oleh perusahaan dan dikirim pada tanggal
30 Desember, tetapi masih dalam perjalanan pada tanggal 31 Desember. Barang
diterima oleh pelanggan pada tanggal 2 Januari dengan syarat franko gudang pembeli
(FOB destination).
c. Barang senilai Rp30.000 yang telah dibeli oleh perusahaan dan dikirim pada tanggal
30 Desember, tetapi masih dalam perjalanan pada tangal 31 Desember. Barang
diterima oleh perusahaan pada tanggal 2 Januari. Syarat penjualannya adalah franko
gudang penjual (FOB shipping point).

H a l a m a n 141 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

d. Barang senilai Rp40.000 yang telah dijual oleh perusahaan dan dikirim pada tanggal
30 Desember, tetapi masih dalam perjalanan pada tanggal 31 Desember. Barang
diterima oleh pelanggan pada tanggal 2 Januari. Syarat penjualannya adalah franko
gudang penjual (FOB shipping point).
Persediaan yang dilaporkan oleh perusahaan (sebelum ada koreksi) sebesar Rp200.000.
Berapakah jumlah persediaan yang tepat pada tanggal 31 Desember?
5. Catatan transaksi Perusahaan Maju berkaitan dengan suku cadang KLM selama bulan
April adalah sebagai berikut:
Pembelian Penjualan
01 April (saldo di 100 @ 05 April 300
tangan) Rp5,00 12 200
05 27 800
11 400 @ 28 150
18 Rp5,10
26 300 @
30 Rp5,30
200 @
Rp5,35
600 @
Rp5,60
200 @
Rp5,80
Diminta:
Hitunglah persediaan dan beban pokok penjualan tanggal 30 April, dengan asumsi rumus
biaya yang digunakan adalah (a) Identifikasi khusus, persediaan akhir terdiri dari 100 unit
dari persediaan awal dan 250 unit dari pembelian 26 April; (b) MPKP; dan (c) Biaya
rata-rata. (Perusahaan Maju menggunakan sistem perpetual).
6. Dalam audit yang Anda lakukan pada PT Garza, Anda menemukan bahwa persediaan
fisik pada 31 Desember 2017, menunjukkan bahwa barang dagangan dengan biaya
perolehan sebesar Rp441.000 ada di tangan pada tanggal tersebut. Anda juga menemukan
bahwa pos-pos berikut seluruhnya tidak termasuk dalam jumlah sebesar Rp441.000.
a. Barang dagangan sebesar Rp61.000 yang dimiliki oleh PT Garza adalah barang
konsinyasi. Consignor adalah Perusahaan Bento.
b. Barang dagangan dengan biaya perolehan sebesar Rp38.000 dikirim oleh PT Garza
dengan syarat f.o.b destination kepada pelanggan pada tanggal 31 Desember 2017.
Pelanggan diharapkan menerima barang dagangan tersebut pada tanggal 6 Januari
2018.
c. Barang dagangan dengan biaya perolehan Rp46.000 dikirim oleh PT Garza dengan
syarat f.o.b shipping point kepada pelanggan pada tanggal 29 Desember 2017.
Pelanggan dijadwalkan akan menerima barang dagangan pada tanggal 2 Januari 2018.
d. Barang dagangan dengan biaya perolehan Rp83.000 dikirim oleh penjual dengan
syarat f.o.b destination pada tanggal 30 Desember 2017, dan diterima oleh PT Garza
pada tanggal 4 Januari 2018.

H a l a m a n 142 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

e. Barang dagangan dengan biaya perolehan sebesar Rp51.000 dikirim oleh penjual
dengan syarat f.o.b shipping point pada tanggal 31 Desember 2017, dan diterima oleh
PT Garza pada tanggal 5 Januari 2018.
Diminta: Berdasarkan informasi di atas, hitunglah jumlah persediaan yang harus nampak
pada laporan posisi keuangan pada tanggal 31 Desember 2017.
7. The Kwok Company’s inventory balance on December 31, 2017, was $165,000 (based on
12/31/17 physical count) before considering the following transactions:
a. Goods shipped to Kwok f.o.b. destination on December 20, 2017, were received on
January 4, 2018. The invoice cost was $30,000.
b. Goods shipped to Kwok f.o.b. shipping point on December 28, 2017, were received
on January 5, 2018. The invoice cost was $17,000.
c. Goods shipped from Kwok to a customer f.o.b. destination on December 27, 2017,
were received by the customer on January 3, 2018. The sales price was $40,000
and the merchandise cost $22,000.
d. Goods shipped from Kwok to a customer f.o.b. destination on December 26, 2017,
were received by the customer on December 30, 2017. The sales price was $20,000
and the merchandise cost $13,000.
e. Goods shipped from Kwok to a customer f.o.b. shipping point on December 28,
2017, were received by the customer on January 4, 2018. The sales price was
$25,000 and the merchandise cost $12,000.

B. Metode Biaya Perolehan atau Nilai Realisasi Neto, Mana yang Lebih Rendah
1. Floyd Corporation has the following four items in its ending inventory.
Item Cost NRV
Jokers Rp2.00 Rp2.10
Penguins 0 0
Riddlers 5.000 4.950
Scarecrows 4.400 4.625
3.200 3.830
Determine (a) the LCNRV for each item, and (b) the amount of write-down, if any, using
(1) an item-by item LCNRV evaluation and (2) a total-group LCNRV evaluation. Prepare
the necessary December 31 entry under (a) the cost-of-goods sold method and (b) the loss
method.
2. Presented below is information related to Rembrandt Inc.’s inventory.
Per unit Skis Boots Parkas
Historical cost Rp190 Rp106 Rp53,00
Selling price 212 145 73,75
Cost to sale 19 8 2,50
Cost to complete 32 29 21,25

Determine the following: (a) the net realizable value for each item, and (b) the carrying
value of each item under LCNRV.

H a l a m a n 143 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

3. Malone Company determined its ending inventory at cost and at LCNRV at December
31, 2015, December 31, 2016, and December 31, 2017, as shown below.
Cost LCNRV
12/31/15 $650,00 $650,00
0 0
12/31/16 780,000 712,000
12/31/17 905,000 830,000
Instructions
a. Prepare the journal entries required at December 31, 2016, and at December 31, 2017,
assuming that a perpetual inventory system and the cost-of-goods-sold method of
adjusting to LCNRV is used.
b. Prepare the journal entries required at December 31, 2016, and at December 31, 2017,
assuming that a perpetual inventory is recorded at cost and reduced to LCNRV using
the loss method.

4. Kelompok Usaha Planet A menyajikan informasi berikut:


Prod Unit di Biaya Estimasi Estimasi biaya per unit
uk tangan perolehan harga jual per untuk menyelesaikan dan
per unit unit menjual (Rp)
(Rp) (Rp)
A 300 120 115 5
B 1.000 110 110 5
C 500 140 145 8
D 1.000 150 165 10
Informasi tambahan:
100 unit dari Produk A ditahan untuk memenuhi kontrak penjualan perusahaan dengan
harga jual Rp115 per unit untuk Pelanggan PT Hero.
Diminta:
Hitunglah nilai tercatat persediaan akhir pada tanggal laporan posisi keuangan, dan
jumlah penurunan persediaan selama periode berjalan, dengan asumsi Kelompok Usaha
Planet A menggunakan (a) item-by item approach dan (b) total-group approach. Buatlah
jurnal yang diperlukan pada akhir periode pelaporan menurut (a) metode beban pokok
penjualan dan (b) metode kerugian.

C. Metode Laba Kotor


1. PT Aster menggunakan metode laba kotor untuk mengestimasi persediaan untuk tujuan
pelaporan bulanan. Berikut ini disajikan informasi untuk bulan Mei:
Persediaan 1 Mei Rp
Pembelian (kotor) 160.000
Beban angkut 640.000
Penjualan 30.000
Retur penjualan 1.000.000
Diskon pembelian 70.000
12.000

H a l a m a n 144 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Diminta:
a. Hitunglah estimasi persediaan pada 31 Mei, dengan asumsi bahwa laba kotor adalah
25% dari penjualan.
b. Hitunglah estimasi persediaan pada 31 Mei, dengan asumsi bahwa laba kotor adalah
25% dari penjualan.
Jawaban:
a. Estimasi persediaan pada 31 Mei, dengan asumsi bahwa laba kotor adalah 25% dari
penjualan
Persediaan 1 Mei Rp160.000
Pembelian (kotor) 640.000
Diskon pembelian (12.000)
Beban angkut 30.000
Barang tersedia untuk dijual Rp818.000
Penjualan Rp1.000.000
Retur penjualan (70.000)
Penjualan neto Rp 930.000
Kurang: Laba kotor (25% x Rp930.000) 232.500
Beban pokok penjualan 697.500
Estimasi persediaan Rp120.500

a. Estimasi persediaan pada 31 Mei, dengan asumsi bahwa laba kotor adalah 25% dari
beban pokok penjualan
Persediaan 1 Mei Rp160.000
Pembelian (kotor) 640.000
Diskon pembelian (12.000)
Beban angkut 30.000
Barang tersedia untuk dijual Rp818.000
Penjualan Rp1.000.000
Retur penjualan (70.000)
Penjualan neto Rp 930.000
Kurang: Laba kotor (Rp930.000 : 1,25) * 186.000
Beban pokok penjualan Rp 744.000 697.500
Estimasi persediaan Rp120.500
(20% X Rp930.000) [25% / (100% + 25%) = 20%]

2. Zidek Corp. requires an estimate of the cost of goods lost by fire on March 9.
Merchandise on hand on January 1 was $38,000. Purchases since January 1 were
$92,000; freight-in, $3,400; purchase returns and allowances, $2,400. Sales are made at
33 1⁄3% above cost and totaled $120,000 to March 9. Goods costing $10,900 were left
undamaged by the fire; remaining goods were destroyed.
Instructions
a. Compute the cost of goods destroyed.
b. Compute the cost of goods destroyed, assuming that the gross profit is 33 1⁄3% of
sales.
3. Yu Company lost most of its inventory in a fire in December just before the year-end
physical inventory was taken. Corporate records disclose the following ($ in thousands).

H a l a m a n 145 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Inventory (beginning) $ Sales $415,


80,000 000
Purchases 290,00 Sales returns 21,00
0 0
Purchase returns 28,000 Gross profit % based
on 35%
net selling price
Merchandise with a selling price of $30,000 remained undamaged after the fire, and
damaged merchandise has a residual value of $8,150. The company does not carry fire
insurance on its inventory.
Instructions
Prepare a formal labeled schedule computing the fire loss incurred.
D. Metode Persediaan Eceran
1. a. Hitunglah persediaan akhir untuk departemen furnitur dari Toko Departemen Mayora
dari data berikut ini, dengan menggunakan metode persediaan konvensional.
Biaya Harga
Eceran
Persediaan, 1 Januari Rp Rp$ 283,500
Pembelian 149.000 283.000 2,160,000
Beban angkut 1.400.00 2.160.000
Markups, bersih 0 92,000
Markdowns, bersih 70.000 92.000 48,000
Penjualan 48.000
2.175.000

b. Jika hasil dari penghitungan fisik persediaan menunjukkan persediaan pada harga
eceran adalah Rp295.000, apa simpulan yang dapat anda tarik?
Jawaban
a. Persediaan akhir
Biaya Harga
eceran
Persediaan awal Rp Rp
Pembelian 149.000 283.500
Beban angkut 1.400.000 2.160.000
70.000
Jumlah 1.619.000 2.443.500
Ditambah markups, bersih 92.000
2.535.500
Dikurang markdowns bersih (48.000)
Barang tersedia untuk dijual 1.619.000 2.487.500
Dikurang penjualan (2.175.00
0)
Persediaan akhir, pada harga eceran Rp
312.500
Rasio biaya: Rp1.619.000/Rp2.535.500 =
64%
H a l a m a n 146 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

Persediaan akhir pada biaya = 64% X Rp


Rp312.500 200.000
b. Metode persediaan di atas menunjukkan bahwa persediaan akhir pada harga eceran
sebesar Rp312.500; oleh karena itu, terdapat persediaan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan (persediaan kurang – inventory shortage) sejumlah Rp17.500
(Rp312.500 – Rp295.000) pada harga eceran dan Rp11.200 (Rp17.500 x 0,64) pada
biaya.
2. Informasi berikut diperoleh dari catatan akuntansi dan penghitungan fisik persediaan dari
PT Wowo:
Biaya Harga
Eceran
Persediaan awal 1 Januari 2017 Rp Rp
Pembelian 6.000.000 7.200.000
Retur pembelian 31.070.000 35.200.000
Markups, net 270.000 356.000
Markdowns, net 1.500.000
Penjualan 2.500.000
Retur penjualan 33.000.000
Persediaan fisik (physical inventory) 31 150.000
Desember 2017
13.050.000
Hitunglah estimasi biaya persediaan akhir Wowo (ending inventory at cost) dan jumlah
persediaan yang kurang pada biaya dan harga eceran (inventory shortage at cost and
retail) dengan menggunakan metode persediaan eceran dengan menerapkan metode biaya
rata – rata.
3. Sparrow Company uses the retail inventory method to estimate ending inventory and cost
of goods sold. Data for 2017 are as follows:
Cost Retail
Beginning inventory $ $180,000
Purchases 90,000 580,000
Freight-in 355,000
Purchase returns 9,000 11,000
Net markups 7,000 16,000
Net markdowns 12,000
Normal spoilage 3,000
Abnormal spoilage 92.000
Sales 4,800 540,000
Sales returns 10,000
The company records sales net of employee discounts. Discounts for 2017 totaled
$4,000.
Required:
Estimate Sparrow’s ending inventory and cost of goods sold for the year using the retail
inventory method and the following applications:
a. Average cost
b. Conventional (average, NRV).

H a l a m a n 147 | 148
Monang Situmorang, Ak., MM, CA

4. PT Makro menggunakan metode persediaan eceran (retail inventory method) untuk


mengestimasi persediaan akhir dan beban pokok penjualan. Berikut ini adalah data
akuntansi Makro yang tersedia selama tahun 2017:
Biaya Harga
Eceran
Persediaan awal Rp Rp12.0
Pembelian 8.000 00
Beban angkut
Retur pembelian 68.000 98.000
Markups bersih
Markdowns bersih 3.200
Normal spoilage 4,200
Penjualan bersih 3.000
6.000

2.400

1.800

92.000
Perusahaan mencatat penjualan setelah diskon pegawai (sales net of employee discounts).
Jumlah diskon selama tahun 2017 sebesar Rp2.300.
Diminta:
a. Estimasi persediaan akhir dan beban pokok penjualan selama tahun berjalan dengan
menggunakan metode biaya rata – rata.
b. Estimasi persediaan akhir dan beban pokok penjualan selama tahun berjalan dengan
menggunakan metode eceran konvensional

H a l a m a n 148 | 148

Anda mungkin juga menyukai