Anda di halaman 1dari 14

Monang Situmorang, CA

BAB 1
AKUNTANSI DAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
A. PENDAHULUAN

T ujuan keseluruhan dari akuntansi adalah untuk menyediakan informasi yang dapat
digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Pengertian atau definisi akuntansi adalah sebagai berikut: (Komite Terminologi dari
American Institute of Certified Public Accountant, 1953)
Akuntansi adalah suatu seni pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran dalam
cara yang signifikan dan dalam satuan mata uang, transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian
yang paling tidak sebagian di antaranya, memiliki sifat keuangan, dan selanjutnya
menginterpretasikan hasilnya.
Suatu perspektif yang lebih luas dinyatakan dalam definisi yang menggambarkan
akuntansi sebagai berikut: (American Accounting Association, A Statement of Basic
Accounting Theory, 1966)
Proses pengidentifikasian, pengukuran, dan pengomunikasian informasi ekonomi
sehingga memungkinkan adanya pertimbangan dan pengambilan keputusan berdasarkan
informasi oleh para pengguna informasi tersebut.
Dan akuntansi juga telah didefinisikan berkaitan dengan konsep informasi kuantitatif:
(Accounting Principles Board, Statement No. 4, 1970)
Akuntansi adalah aktivitas jasa. Fungsinya menyediakan informasi kuantitatif mengenai
entitas ekonomi, terutama yang bersifat keuangan, yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
pengambilan keputusan ekonomi—dalam pembuatan pilihan-pilihan yang beralasan di antara
alternatif tindakan yang tersedia.
Beberapa hal penting dari definisi akuntansi sebagai aktivitas jasa yang perlu
diperhatikan adalah:
 Akuntansi menyediakan jasa yang sangat penting bagi lingkungan bisnis saat ini. Studi
mengenai akuntansi seharusnya tidak dibatasi sebagai latihan teoretis—akuntansi
dimaksudkan sebagai suatu alat yang praktis;
 Akuntansi terutama menekankan pada informasi keuangan kuantitatif yang digunakan
bersama dengan evaluasi kualitatif dalam pengambilan keputusan;
 Informasi akuntansi digunakan dalam mengambil keputusan tentang bagaimana
mengalokasikan sumber daya yang terbatas. Para ekonom dan pengamat lingkungan
selalu mengingatkan bahwa kita hidup dalam dunia yang memiliki sumber daya terbatas.
Semakin baik sistem akuntansi yang mengukur dan melaporkan biaya penggunaan
sumber daya tersebut, maka semakin baik keputusan yang diambil untuk mengalokasikan
sumber daya tersebut; dan
 Meskipun para akuntan telah menekankan pada pelaporan kejadian yang telah terjadi,
informasi masa lalu ini dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan
ekonomi tentang masa depan.

B. LAPORAN KEUANGAN DAN PELAPORAN KEUANGAN

H a l a m a n 1 | 14
Monang Situmorang, CA

Laporan keuangan merupakan hasil dari pemrosesan sejumlah transaksi atau peristiwa
lain yang diklasifikasikan sesuai sifat atau fungsinya. Tahap akhir dari proses penggabungan
dan pengklasifikasian adalah Penyajian Laporan Keuangan (Presentation of Financial
Statements). Dengan kata lain, laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari
posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.
Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan
keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan
hasil pertanggungjawaban manajemen (stewardship) atas penggunaan sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka. Sebagian informasi keuangan disediakan kepada pihak
eksternal dengan lebih baik, atau hanya dapat diberikan, melalui pelaporan keuangan
(financial reporting) selain dari laporan keuangan formal. Contohnya, surat direksi atau
skedul tambahan dalam laporan tahunan perusahaan, prospektus, laporan yang diajukan ke
lembaga pemerintah, siaran pers, prakiraan manajemen, dan laporan dampak sosial serta
lingkungan. Perusahaan mungkin perlu memberikan informasi tersebut karena pengumuman
dari pihak yang berwenang, peraturan regulator, atau kebiasaan, atau mereka mungkin
menyediakannya karena manajemen ingin mengungkapkannya secara sukarela.
Manajemen entitas bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan
entitas. Laporan keuangan bertujuan umum (general purpose financial statements)—laporan
keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna
laporan—yang disusun dan disajikan oleh entitas harus sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK).
Siapakah yang menggunakan informasi akuntansi atau laporan keuangan, apakah yang
mereka perlukan untuk memenuhi kebutuhan dalam pengambilan keputusan? Secara umum,
semua pihak yang berkepentingan dengan kesehatan keuangan suatu entitas disebut dengan
pemangku kepentingan (stakeholders).
Pemangku kepentingan atau pengguna (user) yang menggunakan informasi akuntansi
biasanya dapat dibedakan menjadi dua klasifikasi utama:
 Pengguna internal (internal users), yaitu pengambil keputusan yang secara langsung
berpengaruh terhadap kegiatan internal entitas. Contohnya, dewan komisaris,
manajemen/direksi, dan karyawan. Pengguna internal membutuhkan informasi untuk
membantu dalam perencanaan dan pengendalian operasi serta pengelolaan sumber daya
entitas.
 Pengguna eksternal (external users), yaitu pengambil keputusan yang berkaitan dengan
hubungan mereka dengan entitas. Contohnya, investor, kreditor, pemasok, pemerintah,
pelanggan, dan analis.
Akuntansi manajemen (management/managerial accounting – cost accounting) terutama
berhubungan dengan pelaporan keuangan untuk pengguna internal. Pengguna internal
khususnya manajemen memiliki kendali terhadap sistem akuntansi dan dapat menentukan
informasi apa yang dibutuhkan dan bagaimana informasi itu dilaporkan.
Akuntansi keuangan (financial accounting) berfokus pada pengembangan dan komunikasi
informasi keuangan kepada pengguna eksternal. Ada banyak variasi yang dibuat oleh
pengguna eksternal, maka kebutuhan informasi mereka sangat beragam. Oleh karena itu, ada
H a l a m a n 2 | 14
Monang Situmorang, CA

dua kelompok pengguna eksternal utama informasi keuangan (laporan keuangan bertujuan
umum), yaitu investor dan kreditor. Fokus utama akuntansi keuangan adalah untuk kebutuhan
informasi kepada investor dan kreditor. (Lihat juga lampiran: Pathways Commission
Visualization: “This Is Accounting”)

C. KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN


Berdasarkan PSAK No. 1: Penyajian Laporan Keuangan, laporan keuangan yang
lengkap terdiri dari:
1. Laporan posisi keuangan;
2. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain;
3. Laporan perubahan ekuitas;
4. Laporan arus kas;
5. Catatan atas laporan keuangan; dan
6. Informasi komparatif.
Untuk SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP), laporan keuangan yang
lengkap terdiri dari: neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas,
dan catatan atas laporan keuangan.
D. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
Pada saat ini, terdapat dua kekuatan besar di bidang standar akuntansi keuangan yang
masih diterima secara internasional, yaitu United States Generally Accepted Accounting
Principles (US GAAP) dan International Financial Reporting Standards (IFRS). US GAAP
merupakan lembaga yang menentukan dan bertanggung jawab untuk pembentukan standar
akuntansi yang dihasilkan oleh Financial Accounting Standards Board (FASB) di Amerika
Serikat. Sedangkan International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan standar
akuntansi yang dihasilkan oleh International Accounting Standards Board (IASB), yang
sebelumnya dikenal sebagai International Accounting Standards Committe (IASC) – suatu
organisasi penyusun standar akuntansi yang berlaku di seluruh dunia yang berkedudukan di
Inggris.
Perbedaan utama antara U.S GAAP dan IFRS adalah U.S GAAP “berbasis
aturan/mengatur” (“rules-based”), dan menggunakan konsep biaya historis (historical cost)
sedangkan IFRS ”berbasis prinsip” (”principles-based”) atau “berorientasi tujuan”
(“objective-oriented”) dan banyak menggunakan konsep nilai wajar (fair value) dalam
penilaian aset dan liabilitas.
Sehubungan dengan itu, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi
di Indonesia senantiasa tanggap terhadap perkembangan publik, khususnya dunia bisnis. IAI
pada tanggal 23 Desember 2008 dalam rangka ulang tahunnya ke-51 mendeklarasikan
rencana Indonesia untuk konvergensi (convergence) terhadap International Financial
Reporting Standards (IFRS) dalam pengaturan standar akuntansi keuangan. Tujuan
konvergensi IFRS ini agar laporan keuangan yang berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) tidak atau relatif sedikit memerlukan rekonsiliasi dengan laporan
berdasarkan standar akuntansi internasional.
Efektif 1 Januari 2015 yang berlaku di Indonesia secara garis besar akan konvergen
dengan IFRS yang berlaku efektif 1 Januari 2014. DSAK IAI telah berhasil meminimalkan
H a l a m a n 3 | 14
Monang Situmorang, CA

perbedaan antara kedua standar, dari tiga tahun di 1 Januari 2012 menjadi satu tahun di 1
Januari 2015. Ini merupakan suatu bentuk komitmen Indonesia melalui DSAK IAI dalam
memainkan perannya selaku satu-satunya anggota G20 di kawasan Asia Tenggara.
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang diterbitkan oleh Dewan
Standar Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) dan Dewan Standar Syariah Ikatan Akuntan
Indonesia (DSAS IAI) serta peraturan regulator pasar modal untuk entitas yang berada di
bawah pengawasannya. Standar akuntansi keuangan disebut juga Prinsip Akuntansi Berlaku
Umum—(PABU) atau (Generally Accepted Accounting Principles—GAAP), merupakan
kumpulan konsep, standar, pengumuman, pendapat, metode, konvensi, interpretasi, dan
panduan praktik yang dipilih dan dianggap diterima umum. Aturan ini menentukan
kebijakan pengukuran dan pengakuan seperti bagaimana pengukuran suatu aset, kapan
liabilitas harus diakui, kapan pendapatan dan keuntungan diakui, serta kapan beban dan
kerugian diakui. Aturan ini juga mengatur informasi apa yang harus disajikan pada catatan
atas laporan keuangan.
Pada saat ini standar akuntansi yang berlaku di Indonesia terdiri atas 4 standar
akuntansi, yaitu:
1. Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) – disebut juga sebagai SAK Umum, digunakan
untuk entitas yang memiliki akuntabilitas publik, yaitu entitas terdaftar atau dalam proses
pendaftaran di pasar modal atau entitas fidusia (entitas yang menggunakan dana masyarakat,
seperti asuransi, perbankan, dan dana pensiun)
2. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas (SAK ETAP)
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
dimaksudkan untuk digunakan oleh Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP), yaitu entitas
yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan menerbitkan laporan keuangan untuk
tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh
pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha,
kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.  SAK ETAP bertujuan untuk menciptakan
fleksibilitas dalam penerapannya dan diharapkan memberi kemudahan akses ETAP kepada
pendanaan dari perbankan. SAK ETAP merupakan SAK yang berdiri sendiri dan tidak
mengacu pada SAK Umum, sebagian besar menggunakan konsep biaya historis; mengatur
transaksi yang dilakukan oleh ETAP; bentuk pengaturan yang lebih sederhana dalam hal
perlakuan akuntansi dan relatif tidak berubah selama beberapa tahun. 
3. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM)
SAK EMKM disusun untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan entitas mikro,
kecil, dan menengah. Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah dapat digunakan sebagai acuan dalam mendefinisikan dan memberikan rentang
kuantitatif EMKM. SAK ditujukan untuk digunakan oleh entitas yang tidak atau belum
mampu memenuhi persyaratan akuntansi yang diatur dalam SAK ETAP. SAK EMKM
berlaku efektif tanggal 1 Januari 2018.
4. Standar Akuntansi Syariah (SAS)
Standar Akuntansi Syariah (SAS) adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) Syariah yang ditujukan untuk entitas yang melakukan transaksi syariah baik entitas
H a l a m a n 4 | 14
Monang Situmorang, CA

lembaga syariah maupun lembaga non syariah. Pengembangan SAS dilakukan dengan
mengikuti model SAK Umum namun berbasis syariah dengan mengacu kepada fatwa MUI. 
SAS ini terdiri dari PSAK 100 sampai dengan PSAK 106 yang mencakup kerangka
konseptual; penyajian laporan keuangan syariah; akuntansi murabahah; musyarakah;
mudharabah; salam; dan istishna.
Standar akuntansi tersebut akan digunakan:
1) Entitas untuk menyusun laporan keuangan agar terjadi keseragaman dalam penyajian
laporan keuangan;
2) Auditor untuk mengaudit laporan keuangan sebuah entitas;
3) Pengguna laporan keuangan (Bank, Investor dan pihak-pihak lain) untuk mengevaluasi
laporan keuangan entitas yang telah diaudit sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
(pemberian kredit, pembelian saham, dan keputusan-keputusan lain); dan
4) Laporan keuangan dari berbagai entitas dapat dibandingkan dengan lebih mudah.
E. KERANGKA KONSEPTUAL
Semua orang setuju bahwa akuntansi memerlukan kerangka kerja – kerangka kerja
konseptual, yang akan membantu memandu pengembangan standar. Kerangka dasar
penyusunan dan penyajian laporan keuangan (KDPPLK) (sering disebut sebagai Kerangka
Konseptual – Conceptual Framework) berisi konsep-konsep dasar penyusunan dan penyajian
laporan keuangan dengan (1) menetapkan tujuan laporan keuangan; (2) menyatakan
karakteristik-karakteristik kualitatif yang seharusnya terpenuhi agar informasi dalam laporan
keuangan bermanfaat; serta (3) mendefinisikan dan menetapkan konsep-konsep pengakuan
dan pengukuran elemen-elemen dasar laporan keuangan. KDPPLK, yang merupakan
“konstitusi” dari akuntansi digunakan sebagai pedoman penyusun standar dalam
mengembangkan standar di masa mendatang dan sebagai pedoman dalam menyelesaikan
permasalahan akuntansi yang belum diatur dalam standar yang ada.
Meskipun KDPPLK diterbitkan bersama-sama dengan PSAK, KDPPLK bukan PSAK
dan tidak bisa mengungguli PSAK jika terjadi pertentangan antara KDPPLK dan PSAK.
PSAK itulah yang dimaksud standar akuntansi memiliki otoritas mengatur dan KDPPLK
hanyalah kerangka teoretis yang melandasi penyusunan PSAK.
F. KARAKTERISTIK KUALITATIF INFORMASI DALAM LAPORAN
KEUANGAN
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan
keuangan bermanfaat bagi pengguna. Dalam KDPPLK menyebutkan bahwa terdapat empat
karakteristik kualitatif pokok yaitu:
1. dapat dipahami (understandability);
 materialitas
2. relevan (relevance);
3. keandalan (reliability);
 penyajian jujur
 substansi mengungguli bentuk
 netralitas
 pertimbangan sehat
 kelengkapan

H a l a m a n 5 | 14
Monang Situmorang, CA

4. dapat dibandingkan (comparability).


Karakteristik umum laporan keuangan (PSAK No. 1: Penyajian Laporan Keuangan):
1. penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap SAK;
2. kelangsungan usaha;
3. dasar akrual;
4. materialitas dan agregasi;
5. saling hapus;
6. frekuensi laporan;
7. informasi komparatif; dan
8. konsistensi penyajian.
Karakteristik kualitatif informasi akuntansi (yang dipandang sebagai suatu hierarki
kualitas informasi) menurut IASB adalah:
1. Karekteristik kualitatif pokok atau fundamental (fundamental qualitative characteristics)
1) relevan (relevance);
 nilai konfirmasi (confirmatory value)
 nilai prediksi (prediction value)
 materialitas (materiality)
2) penyajian jujur (representational faithfullness)
 kelengkapan (completeness)
 netralitas (neutrality)
 bebas dari kesalahan (free from bias)
2. Karakteristik kualitatif yang meningkatkan (enhancing qualitative characteristics)
1) dapat dibandingkan (comparability)
2) dapat diverifikasi (verifiability)
3) tepat waktu (timeliness)
4) konsistensi (consistency). (Lihat tampilan 1 – 1: Hierarki Kualitas Akuntansi).
G. KONSEP ATAU ASUMSI DASAR AKUNTANSI
Konsep atau asumsi dasar yang mendasari akuntansi keuangan meliputi:
1. Entitas ekonomi (economic entity). Entitas bisnis dapat dipandang sebagai entitas
ekonomi yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya atau unit bisnis lainnya.
2. Kelangsungan usaha (going concern). Apabila tidak ada bukti yang menyatakan
sebaliknya, maka sebuah entitas dianggap akan melanjutkan usahanya di masa depan.
3. Transaksi yang wajar (arm’s length transaction). Ini berarti transaksi tersebut terjadi
antara pihak-pihak yang independen, yang masing-masing mampu melindungi dirinya
sendiri.
4. Satuan mata uang yang stabil (stable monetary unit). Transaksi diasumsikan dapat diukur
dalam satuan mata uang yang stabil. Oleh karena asumsi ini, perubahan dalam
kemampuan daya beli dalam rupiah akibat inflasi secara tradisional dapat diabaikan.
5. Periode akuntansi (accounting period). Oleh karena laporan keuangan diperlukan secara
tepat waktu, umur dari entitas bisnis dibagi dalam periode akuntansi.
Dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan menetapkan dua
asumsi dasar yaitu:

H a l a m a n 6 | 14
Monang Situmorang, CA

1. Dasar Akrual. Asumsi ini mengandung arti bahwa pengaruh transaksi dan peristiwa lain
diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan
dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode
bersangkutan.
2. Kelangsungan Usaha. Asumsi ini memiliki arti bahwa perusahaan diasumsikan akan
beroperasi terus di masa depan tanpa batasan, tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi
atau mengurangi secara material skala usahanya. Jika maksud atau keinginan tersebut timbul,
laporan keuangan mungkin harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar yang
digunakan harus diungkapkan.
Tampilan 1 – 1: Hierarki Kualitas Akuntansi

H. KONSEP PENGUKURAN, PENGAKUAN, DAN PENGUNGKAPAN


Pada umumnya, terdapat prinsip akuntansi yang pokok untuk mencatat dan melaporkan
transaksi yaitu (1) pengukuran, (2) pengakuan pendapatan, (3) pengakuan beban, dan (4)
pengungkapan penuh.
1. Prinsip Pengukuran
Pengukuran (measurement) adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan
memasukkan setiap unsur dalam laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain. Proses ini menyangkut pemilihan dasar atau atribut
pengukuran tertentu. Pada saat ini kita memiliki sistem “atribut campuran” (a “mixed-
attrribute” system) di mana salah satu dari dua prinsip pengukuran digunakan. Pengukuran
yang paling umum didasarkan pada biaya historis dan nilai wajar. 1 Pemilihan prinsip mana
1
Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi yang
berbeda dalam laporan keuangan dalam praktik, selain biaya historis dan nilai wajar adalah
H a l a m a n 7 | 14
Monang Situmorang, CA

yang harus diikuti umumnya mencerminkan trade-off klasik antara relevan dan penyajian
jujur (a trade-off between relevance and faithful reperesentation). Agar relevan, informasi
akuntansi harus mampu membuat perbedaan dalam suatu keputusan. Informasi keuangan
mampu membuat perbedaan ketika memiliki nilai prediksi, nilai konfirmasi, atau keduanya.
Penyajian jujur berarti bahwa angka dan deskripsi sesuai dengan apa yang benar-benar ada
atau terjadi. Penyajian jujur berarti ada kesesuaian antara pengukuran dengan aktivitas
ekonomi atau unsur akuntansi yang diukur. Untuk menjadi penyajian jujur, informasi harus
lengkap, netral, dan bebas dari kesalahan material.
1) Biaya Historis
Entitas mempertanggungjawabkan dan melaporkan aset dan liabilitas atas dasar harga
perolehan (acquisition price). Hal ini sering disebut sebagai prinsip biaya historis (historical
cost principle). Dengan kata lain, aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang
dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk
memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Liabilitas dicatat sebesar jumlah yang
diterima sebagai penukar dari kewajiban (obligation), atau dalam keadaan tertentu (misalnya,
pajak penghasilan), dalam jumlah kas (atau setara kas) yang diharapkan akan dibayarkan
untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal. Biaya perolehan
memiliki keunggulan penting dibandingkan dengan penilaian lainnya: umumnya dianggap
sebagai penyajian jujur dari jumlah yang dibayarkan untuk untuk pos yang diberikan.
2) Nilai Wajar
Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang
akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi yang beratur antara pelaku
pasar pada tanggal pengukuran. Oleh karena itu nilai wajar adalah pengukuran berdasarkan
pasar. Hal ini sering disebut sebagai prinsip nilai wajar (fair value principle). Pada perolehan
awal, biaya historis sama dengan nilai wajar. Pada periode berikutnya, ketika pasar dan
kondisi ekonomi berubah, maka biaya historis dan nilai wajar sering berbeda. Dengan
demikian, pengukuran atau estimasi nilai wajar sering memberikan informasi yang lebih
relevan tentang arus kas masa depan yang diharapkan terkait dengan aset atau liabilitas.
2. Prinsip Pengakuan Pendapatan
Pengakuan (recognition) merupakan proses pembentukan atau dimasukkannya suatu pos
dalam laporan keuangan. Ketika entitas setuju untuk melakukan jasa atau menjual produk ke
pelanggan, entitas memiliki kewajiban pelaksanaan (performance obligation). Ketika entitas
memenuhi kewajiban pelaksanaan ini, entitas mengakui pendapatan. Oleh karena itu, prinsip
pengakuan pendapatan (the revenue recognition principle) mensyaratkan bahwa entitas
mengakui pendapatan dalam periode akuntansi di mana kewajiban pelaksanaan telah
dipenuhi.
Menurut PSAK 72: Pendapatan dari Kontrak dengan Pelanggan, tahap-tahap pengakuan
pendapatan adalah sebagai berikut:

Tujuan Utama

Entitas mengakui pendapatan untuk menggambarkan pengalihan barang atau jasa yang

biaya kini, nilai realisasi /penyelesaian, dan nilai kini atau nilai yang didiskontokan.
H a l a m a n 8 | 14
Monang Situmorang, CA

dijanjikan kepada pelanggan dalam jumlah yang mencerminkan imbalan yang diperkirakan
menjadi hak entitas dalam pertukaran dengan barang atau jasa tersebut.

Proses Lima Tahapan Pengakuan Pendapatan

1. Mengidentifikasi kontrak dengan pelanggan;


2. Mengindentifikasi kewajiban pelaksanaan;
3. Menentukan harga transaksi;
4. Mengalokasikan harga transaksi terhadap kewajiban pelaksanaan; dan
5. Mengakui pendapatan ketika (pada saat) entitas telah menyelesaikan kewajiban
pelaksanaan.

Prinsip Pengakuan Pendapatan

Pendapatan diakui dalam suatu periode akuntansi apabila kewajiban pelaksanaan


terpenuhi.

Dengan demikian, entitas mengakui pendapatan ketika (pada saat) entitas telah
menyelesaikan kewajiban pelaksanaan dengan mengalihkan pengendalian barang atau jasa
kepada pelanggan. Pengendalian dapat dialihkan pada suatu saat tertentu (at a point in time)
atau sepanjang waktu (a period of time).
3. Prinsip Pengakuan Beban
Beban didefinisikan sebagai arus keluar atau penggunaan lainnya atas aset atau
menimbulkan liabilitas (atau kombinasi keduanya) selama suatu periode sebagai hasil dari
pengiriman atau produksi barang dan/atau pemberian jasa. Oleh karena itu, pengakuan beban
terkait dengan perubahan neto dalam aset dan perolehan pendapatan. Dalam praktiknya,
pendekatan untuk mengakui beban adalah “let the expenses follow the revenues.” Pendekatan
ini adalah prinsip pengakuan beban (the expense recognition principle).
Beberapa beban, bagaimana pun, sulit untuk dikaitkan dengan pendapatan, sebagai
akibatnya, beberapa pendekatan lain harus dikembangkan. Pengakuan beban dibagi menjadi
tiga kategori: (1) pengaitan atau penandingan langsung, (2) alokasi sistematis dan rasional,
dan (3) pengakuan segera.
1) Penandingan langsung. Mengaitkan atau menghubungkan pendapatan tertentu sering
disebut proses penandingan (matching). Misalnya, beban pokok penjualan jelas
merupakan beban langsung yang dapat dikaitkan atau ditandingkan dengan pendapatan
yang dihasilkan dan dilaporkan yang sama dengan pengakuan pendapatan. Hal yang
sama, beban pengiriman dan komisi penjualan dengan pendapatan.
2) Alokasi sistematis dan rasional. Kategori pengakuan beban ini melibatkan aset yang
memiliki manfaat lebih dari suatu periode akuntansi. Contoh beban yang tercakup pada
kategori ini adalah penyusutan dan amortisasi.
3) Pengakuan segera. Banyak beban yang tidak terkait dengan pendapatan (tidak ada
hubungan langsung antara biaya dan pendapatan) tetapi terjadi untuk mendapatkan
barang atau jasa yang secara tidak langsung membantu menghasilkan pendapatan.

H a l a m a n 9 | 14
Monang Situmorang, CA

Contohnya mencakup hampir semua beban administrasi seperti gaji bagian kantor,
utilitas, serta beban iklan dan penjualan umum.

4. Prinsip Pengungkapan Penuh


Pengungkapan merupakan pengakuan yang lebih tepat dalam situasi di mana informasi
yang relevan tidak dapat diukur secara andal. Dalam memutuskan informasi apa yang akan
dilaporkan, entitas mengikuti praktik umum dalam memberikan informasi yang cukup
penting untuk memengaruhi pertimbangan dan keputusan pengguna yang terinformasi. Sering
disebut sebagai prinsip pengungkapan penuh (the full disclosure principle). Prinsip ini
mengakui bahwa sifat dan jumlah informasi yang termasuk dalam laporan keuangan
mencerminkan serangkaian judgmental trade-offs. Trade-off ini berusaha untuk (1) rincian
yang cukup untuk mengungkapkan hal-hal yang membuat perbedaan bagi pengguna, namun
(2) kondensasi yang cukup untuk membuat informasi dapat dimengerti, dengan mengingat
biaya persiapan dan penggunaannya. Pengguna memperoleh informasi mengenai posisi
keuangan, arus kas, dan laba di salah satu dari tiga tempat: (1) dalam badan utama laporan
keuangan, (2) dalam catatan atas laporan keuangan, atau (3) sebagai informasi tambahan.

Lampiran: Pathways Commission Visualization: “This Is Accounting”The Pathways


Commission of the American Accounting Association developed an illustration to help
visualize this important role of accounting. As shown in Illustration 1 – 2, accounting
provides useful information about economic activity to help produce good decisions and
foster a prosperous society. Economic activity is complex, and decisions have real
consequences, so critical thinking and many judgments are needed to produce the most useful
accounting information possible.
Illustration 1 – 2: Pathways commission visualization: “this is accounting”

H a l a m a n 10 | 14
Monang Situmorang, CA

H a l a m a n 11 | 14
Monang Situmorang, CA

PERTANYAAN
1. Sebutkan perbedaan antara
1) Laporan keuangan dan pelaporan keuangan.
2) Akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.
2. Sebutkan komponen laporan keuangan yang lengkap menurut SAK dan SAK ETAP.
3. Jelaskan secara singkat:
1) Standar akuntansi keuangan.
2) Standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia dewasa ini.
3) Tujuan atau manfaat standar akuntansi keuangan.
4) Laporan keuangan bertujuan umum dan siapa pengguna utama laporan keuangan
bertujuan umum.
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kerangka konseptual. Mengapa kerangka konseptual
diperlukan dalam akuntansi keuangan?
5. Sebutkan karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan menurut:
1) Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
2) IASB: Qualitative Characteristics of Accounting Information.
6. Sebutkan perbedaan antara karakteristik relevan dan keandalan serta relevan dan
penyajian yang jujur.
7. Jelaskan secara singkat perbedaan antara US GAAP dan IFRS.
8. Mengapa standar akuntansi nasional yang berbeda-beda mengarah (converging) pada
suatu standar global yang umum?
9. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengukuran unsur laporan keuangan dan atribut atau
dasar pengukuran unsur laporan keuangan.
H a l a m a n 12 | 14
Monang Situmorang, CA

10. Jelaskan apa yang dimaksud dengan prinsip pengakuan pendapatan dan prinsip
pengakuan beban.
11. Apa yang dimaksud dengan kewajiban pelaksanaan, dan bagaimana waktu yang tepat
untuk mengakui pendapatan?
12. Sebutkan lima tahap yang digunakan untuk menentukan waktu yang tepat untuk
mengakui pendapatan.
13. Tiga metode pengakuan beban (mengaitkan atau menghubungkan sebab dan akibat,
alokasi yang sistematis dan rasional, dan pengakuan segera) sesuai dengan prinsip
pengakuan beban. Jelaskan sifat dasar dari masing-masing prinsip pengakuan beban
tersebut dan berikan dua contoh dari masing-masing.
14. Apa yang dimaksud dengan pengungkapan (disclosure).
15. Jelaskan secara singkat konsep atau asumsi dasar akuntansi.
16. Jelaskan perbedaan antara biaya historis (historical cost) dan nilai wajar (fair value).
17. Dalam situasi independen berikut ini, sebuah contoh yang diberikan berkaitan dengan
lima asumsi tradisional dalam model akuntansi. Untuk setiap situasi, identifikasikan
asumsi yang terkait (jelaskan secara singkat jawaban Anda).
1) Sebuah entitas anak dari PT ABC mengalami kinerja laba yang buruk untuk tahun
berjalan. Sebagai usaha untuk meningkatkan laba entitas anak yang dilaporkan PT
ABC membeli produk dari entitas anak pada harga dua kali lipat dari markup
normal.
2) Ketika menyiapkan laporan keuangan untuk Perusahaan Labora dan Anak, akuntan
memasukkan aset pribadi tertentu yang dimiliki oleh Labora dan anaknya.
3) Operasi PT Bank Pembangunan Daerah sedang dievaluasi oleh pemerintah daerah.
Selama investigasi, petugas pemerintah menemukan beberapa pinjaman yang telah
dibuat oleh manajemen puncak secara tidak bijaksana, dan akan berdampak serius
pada kelangsungan perusahaan di masa depan.
4) PT Pertanian telah mengalami penurunan pendapatan yang drastis sebagai akibat
dari sedikitnya hujan pada tahun ini. Daripada membuat laporan keuangan pada
akhir periode fiskal, seperti biasanya, manajemen memutuskan untuk menunggu
hingga tahun depan dan membuat laporan periode dua tahunan.
5) PT Gading memiliki peralatan yang dibeli pada tahun 1996 dengan harga
Rp1.500.000.000. Oleh karena adanya inflasi, peralatan yang sama bila dibeli pada
saat ini, harganya sebesar Rp15.000.000.000. Manajemen ingin melaporkan aset di
laporan posisi keuangan pada nilai saat ini.
18. An accountant must be familiar with the concepts involved in determining earnings of a
business entity. The amount of earnings reported for a business entity is dependent on the
proper recognition, in general, of revenue and expense for a given time period. In some
situations, costs are recognized as expenses at the time of product sale. In other
situations, guidelines have been developed for recognizing costs as expenses or losses by
other criteria.
Instructions
a. Explain the rationale for recognizing costs as expenses at the time of product sale.

H a l a m a n 13 | 14
Monang Situmorang, CA

b. What is the rationale underlying the appropriateness of treating costs as expenses of


a period instead of assigning the costs to an asset? Explain.
c. In what general circumstances would it be appropriate to treat a cost as an asset
instead of as an expense? Explain.
d. Some expenses are assigned to specific accounting periods on the basis of systematic
and rational allocation of asset cost. Explain the underlying rationale for recognizing
expenses on the basis of systematic and rational allocation of asset cost.
e. Identify the conditions under which it would be appropriate to treat a cost as a loss.

H a l a m a n 14 | 14

Anda mungkin juga menyukai