Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN ASET


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Pengendalian Manajemen

Disusun oleh :
Kelompok 4
Meifa Riessa Azzahra (24023219295)
Salma Rahmi Sabilla (24023219207)

UNIVERSITAS GARUT
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan rasa syukur mendalam penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena berkat limpahan dan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya maka makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah
limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Penulisan makalah ini guna untuk memenuhi tugas dan persyaratan
menyelesaikan tugas mata kuliah Sistem Pengendalian Manajemen. Penulisan
makalah ini juga guna meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap
Pengukuran dan Pengendalian Aset. Penyusun menyadari bahwa pembuatan
makalah ini mengalami kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan,
petunjuk dan bantuan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung
dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Untuk itu penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata
kuliah Sistem Pengendalian Manajemen yang telah membantu penyusun agar
dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusun menyadari makalah ini belum
sempurna, baik dari segi materi maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik
yag membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan makalah ini.
Terakhir penyusun berharap, semoga makalah ini dapat memberikan hal
yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi
penyusun juga.

Garut, 7 Desember 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
2.1 Struktur Analisis ....................................................................................... 3
2.2 Mengukur Assets ...................................................................................... 4
2.3 ROI (Return On Investment) .................................................................. 10
2.4 EVA (Economic Value Added) .............................................................. 11
2.5 ROA (Return On Investment) ................................................................ 12
2.6 Alasan ROI lebih unggul dari EVA ....................................................... 13
2.7 Pertimbangan Tambahan dalam mengevaluasi Manajer ........................ 13
2.8 Mengevaluasi Kinerja Ekonomi suatu Entitas ....................................... 14
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 17
3.2 Saran ....................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengendalian manajemen merupakan keharusan dalam suatu organisasi.
sistem pengendalian manajemen harus sesuai dengan strategi perusahaan. Salah
satu tujuan dari sistem pengendalian manajemen adalah mengendalikan kinerja
manajemenagar strategi perusahaan dijalankan dengan baik sehingga tujuan
perusahaan dapat tercapai. Kinerja manajemen yang paling penting untuk
diperhatikan adalah mengenai bagaimana manajemen mengelola aktiva
perusahaan secara optimal.
Sistem pengendalian manajemen yang baik harus mampu mengukur dan
mengendalikan aktiva yang dikelola. Jika sistem yang digunakan sudah baik maka
hasil yang didapatkan juga akan baik, bukan hanya baik bagi perusahaan tersebut
tetapi juga untuk para investor yang akan menanamkan modal mereka
diperusahaan, umumnya pihak internal dan eksternal. Untuk itu pihak internal
perlu mencari sistem apa yang pas bagi perusahaan dalam mengelola perusahaan.
Terutama pengukuran dan pengendalian aktiva.
Dalam makalah ini kita akan membahas apa saja yang harus di ukur dan
dikendalikan dan bagaimana caranya supaya kita mengambil keputusan dari apa
yang sudah di ukur. Takh hanya itu, akan dibahas juga tentang dua metode yang
menghubungkan laba dengan dasar investasi: (1) persentase tingkat pengembalian
atas investasi (return investment-ROI) dan (2) nilai tambah ekonomi (economic
value added-EVA). Akan dijelaskan keuntungan dan persyaratan-persyaratan dari
penggunaan dari masing-masing metode untuk mengukur kinerja. Yang terakhir
akan dibahas masalah perbedaan dalam mengukur nilai ekonomi dari suatu pusat
investasi, sebagaimana dibandingkan dengan manajer yang bertanggung jawab
atas suatu pusat investasi.

1
2

1.2 Rumusan masalah


Dari latar belakang yang ada penulis dapat merumuskan masalah yaitu:
1. Bagaimana struktur analisis pada pengelolaan aktiva?
2. Bagaimana pengukuran asset pada pengelolan aktiva?
3. Apa saja perbandingan antara EVA dan ROI?
4. Bagaimanakah mengevaluasi manajer setiap unit usaha?
5. Bagaimanakah mengevaluasi kinerja perusahaan setiap unit usaha?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Memahami struktur analisis pada pengelolaan aktiva.
2. Memahami pengukuran asset pada pengelolan aktiva.
3. Memahami perbandingan EVA dan ROI.
4. Memahami bagaimana mengevaluasi manajer setiap unit usaha.
5. Memahami bagaimana mengevaluasi kinerja perusahaan setiap unit usaha.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Struktur Analisis


Di beberapa unit usaha, fokus adalah pada laba yang diukur dari selisih
antara pendapatan dan beban. Di unit usaha lain, laba dibandingkan dengan aktiva
yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Pusat tanggung jawab yang
terakhir ini disebut sebagai pusat investasi. Pusat Investasi menggunakan jenis-
jenis aktiva. Kumpulan aktiva tersebut dinamakan dasar investasi.
Tujuan penggunaan aktiva merupakan analogi dari tujuan pusat laba yaitu:
1. Untuk memberikan informasi yang berguna dalam membuat keputusan
yang bagus mengenai aktiva yang digunakan dan untuk memacu para
manajer agar membuat keputusan yang merupakan kepentingan
perusahaan.
2. Untuk mengukur kinerja unit usaha sebagai suatu entitas ekonomi
Dalam analisis mengenai perlakuan alternatif atas aktiva dan perbandingan
ROI dengan EVA dua cara dalam mengaitkan laba dengan aktiva yang digunakan-
yang paling menarik adalah seberapa baiknya alternatif-alternatif tersebut
melayani kedua tujuan di atas untuk menyediakan informasi guna pengambilan
keputusan yang baik dan pengukuran kinerja ekonomi suatu unit usaha.
Umumnya, para manajer unit usaha memiliki dua sasaran kinerja. Pertama,
mereka harus merealisasikan laba yang mencukupi dari sumber daya yang
digunakan. Kedua, mereka harus dapat menggunakan sumber daya tambahan
hanya jika penggunaan tersebut menghasilkan tingkat pengembalian yang
memadai. Tujuan dari menghubungkan laba dengan investasi adalah untuk
memotivasi para manajer unit usaha guna mencapai sasaran-sasaran tersebut di
atas.
Tingkat pengembalian atas investasi (ROI) adalah suatu rasio perbandingan
pembilangnya (numerator) adalah pendapatan yang dilaporkan pada laporan
keuangan. Penyebutnya (denominator) adalah aktiva yang digunakan. Nilai
tambah ekonomi (EVA) adalah jumlah uang, bukan rasio. EVA dapat diperoleh

3
4

dengan mengurangkan beban modal dari laba operasi bersih. Beban modal
diperoleh dari perkalian antara jumlah aktiva yang digunakan dengan suatu
tingkat tarif.
2.2 Mengukur Assets
Dalam memutuskan dasar investasi apa yang akan digunakan untuk
mengevaluasi pusat investasi, kantor pusat menanyakan dua hal: Pertama, praktik-
praktik apa saja yang akan membuat para manajer unit usaha menggunakan aktiva
mereka dengan efisien dan untuk mendapatkan jumlah dan jenis yang tepat dari
aktiva baru. Mungkin, ketika laba mereka berkaitan dengan aktiva yang
digunakan, para manajer unit usaha akan mencoba untuk meningkatkan kinerja
mereka yang diukur dengan cara ini.
1. Kas
Hampir semua perusahaan mengendalikan kas secara terpusat karena
pengendalian pusat memungkinkan penggunaan saldo kas yang lebih kecil
daripada jika setiap unit usaha memegang saldo kas yang dibutuhkan untuk
menyeimbangkan perbedaan antara arus kas masuk dan arus kas keluar. Saldo kas
unit usaha mungkin hanya akan merupakan selisih antara penerimaan dan
pengeluaran harian. Akibatnya, saldo kas aktual pada tingkat unit usaha
cenderung jauh lebih kecil dibandingkan dengan saldo kas yang diperlukan, jika
unit usaha merupakan suatu perusahaan independen. Satu alasan untuk
memasukkan kas pada jumlah yang lebih besar daripada saldo yang biasanya
dipegang oleh suatu unit usaha adalah bahwa jumlah yang lebih besar ini
diperlukan untuk memungkinkan perbandingan dengan perusahaan luar.
Beberapa perusahaan mengabaikan unsur kas dalam investasi, alasannya
adalah bahwa karena jumlah kas tersebut mendekati kewajiban lancar. Jika
demikian halnya, jumlah piutang dan perusahaan akan mendekati jumlah modal
kerja.
5

2. Piutang
Manajer unit usaha dapat mempengaruhi tingkat piutang secara tidak
langsung, melalui kemampuan mereka untuk menghasilkan penjualan, dan secara
langsung, melalui penetapan persyaratan kredit dan persetujuan atas kredit
individual dan batas kredit, serta melalui wewenang mereka dalam menagih kredit
yang telah jatuh tempo. Demi kemudahan, unsure piutang sering dimasukkan pada
saldo aktual di akhir periode, meskipun rata-rata antar periode secara konsep
merupakan ukuran yang lebih baik atas jumlah yang seharusnya dikaitkan dengan
laba.
Memasukkan unsur piutang pada harga jual atau harga pokok penjualan
merupakan hal yang masih diperdebatkan. Suatu pihak berargumenn bahwa
investasi riil dari suatu unit dalam piutang hanya sebesar harga pokok penjualan
dan bahwa tingkat pengembalian yang memuaskan atas investasi ini mungkin
sudah mencukupi. Dilain pihak, unit usaha dapat menginvestasikan kembali uang
yang diperoleh dari piutang, sehinnga piutang harus dimasukkan pada harga
jualnya. Alternative yang lebih sederhanan yaitu memasukkan piutang pada nilai
buku, yang merupakan harga jual dikurangi penyisihan atas piutang tak tertagih.
Jika unit usaha tersebut tidak mengendalikan kredit maupun penagihannya,
maka piutang dapat dihitung berdasarkan suatu rumus yang konsisten dengan
periode pembayaran normal.
3. Persediaan
Persediaan biasanya diperlakukan sama seperti piutang-yaitu dicatat pada
jumlah akhir periode meskipun rata-rata antar periode lebih baik secara konsep.
Jika perusahaan menggunakan (last in, first out-LIFO) untuk tujuan akuntansi
keuangan, maka metode penilaiain lain biasanya digunakan untuk pelaporan laba
unit usaha, karena saldo persediaan LIFO cenderung sangat rendah pada periode
terjadinya inflasi. Dalam kondisi-kondisi tersebut, persediaan sebaiknya dinilai
pada biaya standar atau rata-rata, dan biaya yang sama sebaiknya digunakan untuk
mengukur harga pokok, penjualan pada laporan laba rugi unit usaha. Jika
persediaan barang dalam proses didanai melalui pembayaran di muka atau
pembayaran cicilan dari konsumen, seperti yang biasa terjadi jika barang tersebut
6

membutuhkan waktu produksi yang lama. Pembayaran tersebut akan dikurangi


dari jumlah persediaan kotor atau dilaporkan sebagai kewajiban.
4. Modal Kerja
Seperti yang dapat dilihat, perlakuan atas modal kerja sangatlah bervariasi.
Pada satu sisi, perusahaan memasukkan seluruh aktiva lancar ke dalam dasar
investasi dengan tidak mengeliminasi kewajiban lancar. Metode tersebut adalah
beralasan dari sudut pandang motivasional jika unit-unit usaha tidak dapat
mempengaruhi utang atau kewajiban lancar lainnya. Tetapi, metode tersebut
menyatakan terlalu tinggi jumlah modal korporat yang diperlukan untuk mendanai
unit usaha, karena kewajiban lancar merupakan sumber modal, seringkali dengan
biaya bunga sama dengan nol.
5. Properti, Pabrik, dan Peralatan
Dalam akuntansi keuangan, aktiva tetap awalnya dicatat pada biaya
perolehan, dan biaya ini dihapuskan sepanjang umur ekonomis aktiva melalui
penyusutan. Hampir semua perusahaan menggunakan pendekatan yang sama
dalam mengukur profitabilitas atas dasar aktiva dari unit usaha. Hal ini
menyebabkan permasalahan serius dalam penggunaan sistem tersebut untuk
tujuan yang dimaksudkan. Permasalahan tersebut akan dianalisis pada bagian-
bagian berikut:
a. Akuisisi Peralatan Baru
Jika aktiva yang disusutkan dimasukkan kedalam dasar investasi pada nilai
bersih, maka profitabilitas unit usaha tersebut akan dinyatakan secara salah
(misstated) pada nilai buku bersih dan para manajer unit usaha akan terrmotivasi
untuk mengambil keputusan akuisisi yang tepat.
b. Nilai Buku Kotor
Nilai buku kotor fluktuasi dalam EVA dan ROI dari tahun ke tahun pada
contoh dibawah dapat dihindari dengan memasukkan unsur aktiva yang dapat
disusutkan (depreciable asset) dalam dasar investasi pada nilai buku 6 kotornya
(gross book value) seperti contoh investasi setiap tahun adalah $100.000 dan
pendapatan tambahannya adalah $7.000 yang didapat dari arus kas masuk sebesar
$27.000 – penyusutan sebesar $20.000. meskipun demikian, EVA-nya akan
7

menurun sebesar $3.000 ($7.000 – beban bunga sebesar $10.000), ROI-nya


sebesar 7% ($7.000 / $100.000). Kedua angka tersebut menandakan bahwa
profitabilitas perusahaan tersebut menurun, yang pada kenyataannya tidak benar.
ROI yang dihitung berdasarkan nilai buku kotor akan selalu menyatakan terlalu
rendah tingkat pengembalian sebenarnya.
c. Disposisi aktiva
Jika satu mesin baru dianggap akan menggantikan mesin yang telah ada
dan yang masih memilliki nilai buku yang belum disusutkan, diketahui bahwa
nilai buku tersebut tidak relevan dalam analisis ekonomi atas usulan pembelian
(kecuali bahwa secara tidaklangsung hal tersebut mempengaruhi pajak
penghasilan). Tetapi, menghilangkan nila buku dari aktiva lama dapat
mempengaruhi perhitungan profitabilitas unit usaha secarasubstansi. Nilai buku
kotor akan meningkat hanya sebesar selisih antara nilai buku bersihsetelah tahun
pertama dari mesin yang baru dengan nilai buku bersih dari mesin yang lama.
dalam kedua kasus tersebut, jumlah yang relevan dari investasi tambahan
akandinyatakan terlalu rendah, dan selanjutnya EVA akan dinyatakan terlalu
tinggi. Hal ini akan mendorong para manajer untuk mengganti mesin lama dengan
mesin baru, bahkan ketika penggantian itu tidak dibenarkan secara ekonomis.
Lebih lanjut lagi, unit-unit usaha yang paling banyak melakukan penggantian
akan menunjukkan kenaikan profitabilitas yang besar.
d. Penyusutan Anuitas
Jika penyusutan ditentukan oleh metode anuitas dan bukan oleh metode
garis lurus, maka perhitungan profitabilitas perusahaan akan menunjukkan EVA
dan ROI yang tepat. Hal ini disebabkan karena metode penyusutan anuitas.
Penyusutan anuitasmerupakan kebalikan dari penyusutan yang dipercepat, dimana
jumlah penyusutan tahunan adalah rendah pada tahun-tahun pertama ketika nilai
investasinya masih tinggi dan meningkat setiap tahunnya seiring dengan
menurunnya nilai investasi tetapi tingkatpengembalian hasil tetap konstan. Namun
hanya sedikit sekali manajer yang menerima ide mengenai penyisihanpenyusutan
yang meningkat pada saat umur asset semakin tua.
8

e. Metode Penilaian Yang Lain


Beberapa perusahaan menggunakan nilai buku bersih tetapi menetapkan
batas bawah, biasanya 50 persen, sebagai biaya awal yang dapat dihapus. Hal ini
mengurangi distorsi yang terjadi dalam unit usaha yang memiliki aktiva yang tua.
Kesulitan dalam metode ini adalah bahwa suatu unit usaha dengan aktiva tetap
yang memiliki nilai buku bersih diatas 50 persen nilai buku kotornya dapat
mengurangi dasar investasi sepenuhnya membuang aktiva-aktiva yang masih
bagus.
Perusahaan-perusahaan lain sama sekali tidak menggunakan catatan
akuntansi dan menggunakan estimasi nilai sekarang dari asset. Permasalahan
utama dalam menggunakan nilai-nilai non akuntansi adalah bahwa nilai tersebut
cenderung subjektif, dibandingkan dengan nilai-nilai akuntansi, yang tampak
lebih objektif dan umumnya tidak menimbulkan pertentangan. Akibatnya, data
akuntansi memilki aura realitas bagi manajemen operasi. Masalah yang berkaitan
dengan penggunaan jumlah non akuntansi dalam sistem internal adalah bahwa
profitabilitas unit usaha tidak akan konsisten dengan profitabilitas perusahaan
yang dilaporkan kepada para pemegang saham. Persoalan lain dalam
menggunakan nilai pasar sekarang adalah memutuskan bagaimana menentukan
nilai.
6. Aset-Aset yang Disewaguna-usahakan
Aset-aset yang disewaguna-usahakan dalam metode ini perusahaan akan
menjual aktiva tetapnya kemudian menyewagunausahakan aktiva tersebut. Maka
dapat kita lihat dalam laporan laba rugi bahwa laba sebelum pajak dari unit usaha
tersebut akan menurun akibat beban sewa baru yang lebih tinggi daripada beban
penyusutan yang dihilangkan. Meskipun demikian, EVA-nya akan naik karena
biaya yang lebih tinggi tersebut diimbangi dengan penurunan.
Banyak perjanjian sewa guna usaha merupakan perjanjian pendanaan yaitu
perjanjian tersebut memberikan cara alternative untuk menggunakan asset yang
seharusnya didapatkan dari pendanaan dengan utang dan modal. Sewa guna usaha
finansial yaitu sewa guna usaha jangka panjang yang setara dengan nilai sekarang
dari arus beban sewa adalah sama dengan utang yang dilaporkan juga dalam
9

neraca. Keputusan pendanaan biasanya dilakukan oleh kantor pusat, karena alasan
tersebut pembatasan biasanya diberlakukan pada kebebasan manajer unit usaha
untuk melakukan sewa guna usaha atas asset.
7. Aktiva Yang Menganggur
Jika suatu unit usaha memiliki aktiva yang menganggur yang dapat
digunakan oleh unit lain, maka unit usaha tersebut dapat diperbolehkan untuk
mengeluarkan aktiva tersebut dari dasar investasinya. Tujuan dari ijin ini adalah
untuk mendorong para manajer unit usaha guna melepas aktiva menganggur ke
unit lain yang mungkin memerlukannya.
8. Aktiva Tidak Berwujud
Beberapa perusahaan cenderung melaksanakan penelitian dan
pengembangan (R&D) yang intensif contohnya adalah mengembangkan dana
yang besar untuk mengembangkan produk baru. Perusahaan yang lainnya
cenderung fokus pada pemasaran contohnya seperti perusahaan menghabiskan
banyak dana untuk iklannya.
Dengan menghitung asset semacam ini sebagai investasi jangka panjang,
manajer unit usaha akan memperoleh manfaat jangka pendek yang lebih sedikit
dari pengurangan atas pengeluaran untuk pos tersebut.
9. Kewajiban Tidak Lancar
Suatu unit usaha menerima modal permanennya dari kumpulan dana
korporat. Korporat memperoleh dana tersebut dari pemberi pinjaman, investor
modal, dan laba ditahan. Bagi unit usaha, jumlah total dari dana tersebut adalah
relevan tetapi tidak dengan sumber daya dari mana dana tersebut berasal.
Meskipun demikian, dalam situasi yang tidak lazim, pendanaan suatu unit usaha
mungkin saja merupakan hal yang aneh bagi unit usaha itu sendiri.
10. Beban Modal
Kantor pusat korporat menentukan tarif yang digunakan untuk menghitung
beban modal. Tarif tersebut seharusnnya lebih tinggi daripada tarif korporat untuk
pendanaan dengan utang karena dana yang terlibat merupakan campuran antara
utang dan modal berbiaya lebih tinggi.
10

Beberapa perusahaan menggunakan tarif yang lebih rendah untuk modal


kerja daripada untuk aktiva tetap. Hal ini dapat mencerminkan penilaian bahwa
modal kerja lebih kecil resikonya daripada asset tetap, karena dananya disalurkan
untuk periode yang lebih pendek.
11. Survei-Survei Pabrik
Kebanyakan perusahaan memasukkan unsur asset tetap ke dalam dasar
investasi pada nilai buku bersih. Perusahaan-perusahaan tersebut melakukannya
karena ini merupakan jumlah dengan nama asset tersebut dicatat dalam laporan
keuangan, dan oleh karenanya, sesuai dengan laporan keuangan tersebut
mencerminkan jumlah modal yang digunakan dalam divisi tersebut.

2.3 ROI (Return On Investment)


ROI (Return On Invesment) adalah alat ukur yang digunakan untuk
mengukur kinerja sebuah pusat investasi yang merupakan rasio perbandingan
antara pendapatan yang dilaporkan dalam laporan keuangan dengan aktiva yang
digunakan (Anthony dan Govindrajan, 2007). Hampir semua perusahaan yang
memiliki pusat investasi mengevaluasi unit-unit usahanya berdasarkan ROI,
dibandingkan yang menggunakan EVA.
Ada enam keuntungan dari ROI, diantaranya:
1. ROI merupakan pengukuran yang komprehensif di mana semua
mempengaruhi laporan keuangan tercermin dari rasio ini.
2. ROI mudah dihitung, mudah dipahami, dan sangat berarti dalam pengertian
absolute. Sebagai contoh, ROI dibawah 5 persen dikatakan rendag dalam
skala absolute, dan ROI di atas 25 persen dikatakan tinggi.
3. ROI merupakan denominator yang dapat diterapkan ke setiap organisasi
yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas, tanpa memperdulikan
ukuran dan jenis usahanya.
4. Mendorong manajer memberikan perhatian pada hubungan penjualan,
biaya- biaya dan investasi.
5. Mendorong efisiensi biaya
6. Mengurangi investasi operating assets yang berlebihan
11

Sedangkan kelemahan ROI adalah:


1. Tingkat pengembalian yang kurang akan menurunkan ROI
2. Keputusan-keputusan yang meningkatkan ROI suatu pusat investasi dapat
menurunkan laba keseluruhan
3. Terdapat kesukaran dalam membandingkan rate of return suatu badan usaha
lain yang sejenis, mengingat praktik akuntansi yang digunakan pada badan
usaha tersebut berbeda-beda
4. Mendorong terjadinya myopic behaviour, yaitu manajer hanya berfokus
pada keuntungan jangka pendek yang justru membebani badan usaha
keseluruhan secara jangka panjang
5. Kinerja dari unit yang bebeda dapat saling dibandingkan. Selain itu, data
ROI pesaing bersedia sehingga dapat dijadikan sebagai dasar perbandingan.

2.4 EVA (Economic Value Added)


EVA (Economic Value Added) adalah suatu sistem manajemen keuangan
untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa
kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua
biaya operasi dan biaya modal. EVA merupakan jumlah uang dan dapat diperoleh
dengan mengurangkan bebamn modal dari laba operasi bersih/net operating profit
(Anthony dan Govindrajan, 2007).
Ada empat alasan yang membuatnya lebih unggul dari ROI, yaitu:
1. Dengan EVA seluruh unit usaha memiliki sasaran laba yang sama umtuk
perbandingan investasi. Dilain pihak, pendekatan ROI memberikan insentif
yang berbeda untuk investasi diantara unit-unit usaha.
2. Keputusan-keputusan yang meningkatkan ROI suatu pusat investasi dapat
menurunkan laba keseluruhan. Penggunaan EVA sebagai ukuran berkaitan
dengan permasalahan tersebut. Metode ini berhubungan dengan inestasi aset
yang ROI nya berada diantara biaya modal dan ROI yang sekarang dicapai
oleh onvestasi tersebut. Jika kinerja pusat investasi diukur dengan EVA,
maka investasi yang menggunakan laba di atas biaya modal akan
12

meningkatkan EVA dan oleh karena itu, akan lebih menarik bagi para
manajer.
3. EVA adalah tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis
aktiva yang berbeda pula. Dengan demikian, para manajer unit usaha harus
bertindak secara konsisten ketika memutuskan untuk berinvestasi pada
aktiva yang baru.
4. EVA berlawanan dengan ROI, memiliki korelasi positif yang lebih kuat
terhadap perubaha-perubahan dalam nilai pasar perusahaan. Para pemegang
saham merupakan pemilik kepentingan (stakeholder) yang penting dalam
perusahaan.
Adapun kelemahan EVA, diantaranya:
1. EVA tidak menyelesaikan seluruh masalah yang berkaitan dengan
perhitungan aktiva tetap
2. EVA akan tertekan untuk sementara oleh investasi-investasi baru karena
tingginya nilai buku bersih untuk tahun-tahun awal.
Ada beberapa alasan mengapa penciptaan nilai pemegang saham menjadi penting
bagi perusahaan:
a. Mengurangi resiko pengambil alihan (takeover)
b. Menciptakan nilai tukar untuk agresivitas dalam merger dan akuisisi.
c. Mengurangi biaya modal, sehingga memungkinkan investasi yang lebih
cepat untuk pertumbuhan masa depan.
2.5 ROA (Return On Investment)
ROA (Return On Asset) adalah salah satu jenis rasio profitabilitas yang
mampu menilai kemampuan perusahaan dalam hal memperoleh laba dari aktiva
yang digunakan. ROA akan menilai kemampuan perusahaan berdasarkan
penghasilan keuntungan masa lampau agar bisa dimanfaatkan pada masa atau
periode selanjutnya. Dalam hal ini, assets atau aktiva adalah seluruh harta
perusahaan yang didapatkan dari modal sendiri ataupun modal dari pihak luar
yang sudah dikonversi oleh perusahan menjadi berbagai aktiva perusahaan agar
perusahaan bisa tetap hidup. ROA digunakan untuk bisa mengevaluasi apakah
pihak manajemen sudah mendapatkan imbalan yang sesuai berdasarkan aset yang
13

sudah dimilikinya. Rasio tersebut adalah suatu nilai yang sangat berguna bila
seseorang ingin mengevaluasi seberapa baik perusahaan telah menggunakan
dananya.

2.6 Alasan ROI lebih unggul dari EVA


Perhitungan untuk mencari ROI itu lebih mudah dibanding EVA, ROI
mengukur seberapa baik seorang manajer divisi menggunakan aktiva perusahaan
untuk menghasilkan laba dan memberikan cara yang baik untuk mengecek akurasi
proposal investasi modal yang diajukan.
Ketika digunakan sebagai ukuran kinerja, EVA mendorong para manajer
untuk meningkatkan EVA dengan cara mengambil tindakan-tindakan yang
konsisten dengan peningkatan nilai pemegang saham. Hal ini dapat dipahami
dengan melihat pada cara bagaimana EVA diperhitungkan.

2.7 Pertimbangan Tambahan dalam mengevaluasi Manajer


Dengan melihat kelemahan ROI, kelihatannya mengejutkan bahwa ROI
digunakan secara luas. Diketahui dari pengalaman pribadi bahwa kesalahan
konseptual ROI untuk evaluasi kinerja adalah nyata dan menyebabkan timbulnya
perilaku disfungsional dari para manajer unit usaha. Tetapi, cakupan dari
kesalahan tersebut tidak tidak dapat ditentukan karena hanya sedikit jumlah
manajer yang mau mengakui adanya kesalahan tersebut terjadi.
Penggunaan EVA sebagai perangkat pengukuran kinerja yang sangat
disarankan. Tetapi, EVA tidak menyelesaikan seluruh masalah yang berkaitan
dengan penghitungan aktiva tetap, seperti yang telah dibicarakan sebelumnya,
kecuali metode penyusutan anuitas dipergunakan, dan hal ini jarang dilakukan
dalam praktik bisnis sehari-hari.
Beberapa aktiva mungkin akan dinyatakan terlalu rendah nilainya ketika
dikapitalisasi, sementara aktiva lain ketika dibebankan. Meskipun biaya
pembeliaan aktiva tetap biasanya dikapitalisasi, sejumlah besar investasi dalam
biaya awal, pengembangan produk baru, organisasi dealer, dan sebagainya,
14

mungkin dapat dihapuskan sebagai beban, dan dengan demikian tidak akan
terlihat dalam dasar investasi.
Dengan mempertimbangkan hal ini, beberapa perusahaan memutuskan
untuk mengeluarkan unsur aktiva tetap dari dasar investasi. Perusahaa-perusahaan
tersebut membebankan beban bunga hanya untuk aktiva yang dapat dikendalikan,
dan mengendalikan aktiva tetap dengan kerangka terpisah. Aktiva yang dapat
dikendalikan pada dasarnya merupakan modal kerja.
Investasi dalam aktiva tetap dikendalikan oleh proses anggaran modal
sebelum terjadinya dan oleh audit setelah penyelesaian untuk menentukan apakah
ada arus kas yang diantisipasi terwujud. Hal tersebut jauh lebih dari memuaskan
karena penghematan atau pendapatan actual dari akuisisi aktiva tetap tidak dapat
diidentifikasi.

2.8 Mengevaluasi Kinerja Ekonomi suatu Entitas


Laporan-laporan manajemen dibuat bulanan atau kuartalan sementara
laporan kinerja ekonomi biasanya dibuat dengan selang waktu yang tidak tetap,
biasanya sekali dalam selang beberapa tahun. Berdasarkan alasan yang telah
dinyatakan sebelumnya, laporan-laporan manajemen cenderung menggunakan
informasi historis atas biaya aktual yang terjadi, sedangkan laporan-laporan
ekonomi menggunakan informasi yang cukup berbeda. Laporan- laporan ekonomi
merupakan instrument yang diagnostic.
Laporan tersebut memberikan indikasi apakah strategi unit usaha sekarang
sudah memuaskan dan jika tidak, keputusan apa yang harus diambil untuk unit
usaha tersebut-memperbesarnya, memperkecil, mengubah arah, atau menjualnya.
Analisis ekonomi atas suatu unit usaha dapat memperlihatkan bahwa rencana
yang sekarang atas produk-produk, pabrik dan peralatan baru, atau strategi baru
yang lain, bila dilihat secara keseluruhan, tidak akan menghasilkan laba yang
memuaskan di masa depan, meskipun laba tersebut kelihatannya dapat dihasilkan
bila masing-masing keputusan dilakukan secara terpisah.
Laporan ekonomi dapat dijadikan dasar untuk memperoleh nilai perusahaan
secara keseluruhan. Nilai semacam ini disebut breakup value yaitu, estimasi
15

jumlah yang akan diterima oleh para pemegang saham jika masing-masing unit
usaha dijual. Breakup value perusahaan, dan berguna juga bagi pihak manajemen
dalam menilai suatu tawaran. Adapun perbedaan nyata dari ke dua jenis laporan
tersebut yaitu
a. Laporan ekonomi lebih berfokus pada profitabilitas dimasa depan daripada
profitabilitas yang sekarang atau yang lalu.
b. Nilai buku dari aktiva dan penyusutan berdasarkan biaya historis dan aktiva
tersebut digunakan dalam laporan yang memperkirakan masa depan dalam
laporan tersebut
c. Penekanannya adalah pada biaya penggantian (replacement cost)
Secara konsep, nilai suatu unit usaha adalah nilai sekarang dari pendapatan
di masa depan. Hal ini dihitung dengan mengestimasi arus kas untuk setiap tahun
di masa depan dan mendiskontokan setiap arus kas tersebut pada tarif laba yang
telah ditentukan. Analisis tersebut dilakukan untuk 5 atau mungkin 10 tahun yang
akan datang. Aktiva yang ada ditangan pada akhir periode diasumsikan memilki
nilai tertentu disebut nilai akhir (terminal value) yang didiskontokan dan
ditambahkan ke nilai arus kas tahunan. Meskipun estimasi- estimasi tersebut pada
umumnya berupa estimasi yang kasar, namun tetap memberikan cara yang
berbeda dalam melihat unit usaha, dibandingkan dengan apa yang ada pada
laporan- laporan kinerja perusahaan.
Pusat investasi memiliki semua masalah pengukuran yang terlibat dalam
menentkan beban dan pendapatan. Pusat investasi menimbulkan permasalahan
baru mengenai bagaimana cara mengukur aktiva mana yang digunakan khususnya
aktiva mana yang akan dimasukkan, bagaimana menilai aktiva tetap dan aktiva
lancar, metode penyusutan apa yang akan digunakan untuk aktiva tetap, aktiva
perusahaan mana yang harus dialokasikan, dan kewajiban mana yang harus
dikurangi.
Suatu tujuan penting dari suatu organisasi bisnis adalah
a. Untuk mengoptimalkan tingkat pengembalian atas ekuitas pemegang saham
(yaitu nilai sekarang bersih dari arus kas di masa depan).
16

b. Sangat tidak praktis untuk menggunakan pengukuran semacam ini guna


mengevaluasi kinerja para manajer unit usaha per bulanan atau kuartal.
c. Menghitung tingkat pengembalian adalah pengukuran yang paling baik atas
kinerja para manajer unit usaha.
d. Nilai tambah ekonomis (economic value added –EVA) secara konsep lebih
unggul daripada tingkat pengembalian investasi (return on investment –
ROI) dalam mengevaluasi kinerja dari para manajer unit usaha.
Selain pos-pos laporan laba rugi ketika menentukan tujuan laba tahunan
harus ada tariff bunga yang akan eksplisit terhadap saldo yang akan di
proyeksikan atas pos modal kerja yang dapat dikendalikan khususnya piutang dan
persediaan. Ada perdebatan yang cukup alot mengenai pendekatan yang tepat bagi
manajemen dalam mengendalikan aktiva tetap. Melaporkan kinerja ekonomi dari
suatu pusat investasi berbeda dengan melaporkan kinerja manajer yang berwenang
dalam pusat investasi tersebut.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pusat investasi menimbulkan permasalahan baru mengenai bagaimana cara
mengukur aktiva yang digunakan, bagaimana menilai aktiva tetap dan lancar,
metode penyusutan apa yang akan digunakan untuk aktiva tetap, aktiva
perusahaan mana yang harus dialokasikan, dan kewajiban mana yang harus
dikurangi.
Suatu tujuan penting dari suatu organisasi bisnis adalah untuk
mengoptimalkan tingkat pengembalian atas ekuitas pemegang saham. Sangat
tidak praktis untuk menggunakan pengukuran semacam ini guna mengevaluasi
kinerja para manajer unit usaha per bulanan atau kuartal. Menghitung tingkat
pengembalian adalah pengukuran yang paling baik atas kinerja para manajer unit
usaha. Nilai tambah ekonomis (economic value added – EVA) secara konsep
lebih unggul daripada tingkat pengembalian investasi (return on investment –ROI)
dalam mengevaluasi kinerja para manajer unit usaha.
Selain pos-pos laporan laba rugi, ketika menentukan tujuan laba tahunan,
harus ada tarif bunga eksplisit terhadap saldo yang diproyeksikan atas pos modal
kerja yang dapat dikendalikan khususnya piutang dan persediaan. Ada perdebatan
yang cukup alot mengenai pendekatan yang tepat bagi manajemen dalam
mengendalikan aktiva tetap. Melaporkan kinerja ekonomi dari suatu pusat
investasi berbeda dengan melaporkan kinerja manajer yang berwenang dalam
pusat investasi tersebut.

3.2 Saran
Penyusun menyadari makalah ini belum sempurna, baik dari segi materi
maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yag membangun sangat
diharapkan dalam penyempurnaan makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Likautari. (2016). Sistem Pengendalian Manajemen "Mengukur dan


Mengendalikan Aktiva yang Dikelola". Retrieved December 8, 2022, from
http://likautari.blogspot.com/2016/10/v-behaviorurldefaultvmlo_13.html
Noviardy, A. (n.d.). Mengukur dan Mengendalikan Aktiva yang Dikelola.
Retrieved December 8, 2022, from
https://rowlandpasaribu.files.wordpress.com/2014/03/07-mengukur-dan-
mengendalikan aktiva-yang-dikelola.pdf,
Riandasa. (n.d.). Mengukur dan Mengendalikan Aset yang Dikelola. Retrieved
December 8, 2022, from ACCOUNTING1ST:
https://accounting1st.wordpress.com/2011/07/27/mengukur-dan-
mengendalikan-aset-yang-dikelola/
Robert, N., & Vijay, G. (2005). Management Control System. Jakarta.

iv

Anda mungkin juga menyukai