Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“ ASPEK KEPERILAKUAN PADA AKUNTANSI


PERTANGGUNGJAWABAN ”

Mata Kuliah
AKUNTANSI KEPERILAKUAN

Dosen Pengampu :

Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si.

Disusun oleh :

Dwi Istiqomah
C1C018063

KELAS R-10

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah Akuntansi Keperilakuan ini tepat

waktu. Makalah ini disusun untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan Aspek

Keperilakuan pada Akuntansi Pertanggungjawaban.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak

yang telah membantu dan mendukung kami dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini.

Terutama kepada Dosen Pengampu yang telah membimbing dan memberi arahan kepada

kami.

Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih minim dan

masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami senantiasa mengharapkan masukan

yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah kami di masa yang akan datang.

Terima kasih.

Jambi, 14 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan ...........................................................................................2
1.5 Metode Penulisan.............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Akuntansi Pertanggungjawaban ......................................................................3


2.2 Sasaran Akuntansi Pertanggungjawaban .........................................................4
2.3 Tujuan Akuntansi Pertanggungjawaban ..........................................................5
2.4 Jaringan Pertanggungjawaban .........................................................................6
2.5 Jenis-jenis Pertanggungjawaban ......................................................................7
2.6 Menetapkan Pertanggungjawaban ...................................................................9
2.7 Perencanaan, Akumulasi Data dan Pelaporan Berdasarkan
Pusat Pertanggungjawaban .............................................................................11
2.8 Asumsi Keperilakuan dari Akuntansi Pertanggungjawaban ..........................13
2.9 Masalah-masalah Dalam Akuntansi Pertanggungjawaban .............................13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 15


3.2 Saran ............................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pengambilan setiap keputusan oleh stakeholder, pasti dibutuhkan yang namanya

analisis laporan keuangan yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Dalam

menganalisis laporan keuangan perusahaan tentu dibutuhkan analis yang memang benar-

benar mumpuni dalam menangani hal tersebut. Bisa dikatakan bahwa, analis yang memang

benar-benar menguasai bidangnya haruslah memiliki keperilakuan atau behavior yang

memang sesuai dan tidak bertentangan dengan hal tersebut.

Singkatnya, bisa dikatakan bahwa ilmu akuntansi itu fleksibel yang maksudnya bisa

dikaitkan dan dikombinasikan dengan bidang ilmu yang lainnya, seperti ilmu analisis, ilmu

sosial dan psikologi. Karena adanya situasi seperti inilah yang menjadikan Akuntansi

Keperilakuan menjadi suatu sistem yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan

karena semua bidang ilmu yang dikombinasikan tentunya saling terkait satu sama lain.

1.2 Rumusan Masalah

 Apa yang dimaksud dengan akuntansi pertanggungjawaban?

 Apa saja sasaran akuntansi pertanggungjawaban?

 Apa tujuan dari akuntansi pertanggungjawaban?

 Apa saja jaringan pertanggungjawaban?

 Apa saja jenis-jenis pusat pertanggungjawaban?

 Bagaimana cara menetapkan pertanggungjawaban?

 Bagaimana cara perencanaan, akumulasi data dan pelaporan berdasarkan pusat

pertanggungjawaban?

 Apa saja asumsi keperilakuan dari akuntansi pertanggungjawaban?

 Apa saja masalah-masalah dalam akuntansi pertanggungjawaban?

1
1.3 Tujuan Penulisan

 Untuk mengetahui bagaimana aspek keperilakuan pada akuntansi

pertanggungjawaban.

 Untuk mengetahui apa saja kaitannya dengan sub bidang ilmu lainnya.

1.4 Manfaat Penulisan

 Dapat memberikan pemahaman lebih mengenai Akuntansi Keperilakuan.

 Dapat dijadikan referensi pembelajaran mata kuliah Akuntansi Keperilakuan,

khususnya materi Aspek Keperilakuan pada Akuntansi Pertanggungjawaban.

1.5 Metode Penulisan

Metode yang dipakai dalam makalah ini adalah metode pustaka, yaitu metode yang

dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan

dengan alat baik berupa buku maupun informasi dari internet (e-book).

2
BAB II

ASPEK KEPERILAKUAN PADA AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN

2.1 Akuntansi Pertanggungjawaban

Akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting) menurut Hansen dan

Mowen (2006) adalah sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat

pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan oleh manajer untuk

mengoperasikan pusat pertanggungjawabannya. Akuntansi pertanggungjawaban merupakan

istilah yang digunakan dalam menjelaskan akuntansi perencanaan serta pengukuran dan

evaluasi kinerja organisasi sepanjang garis pertanggungjawaban. Garis pertanggungjawaban

ini meliputi pendapatan serta biaya yang diakumulasikan dan dilaporkan oleh pusat

pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban merupakan bagian dalam organisasi yang

diakumulasikan secara menyeluruh untuk kepentingan pencatatan. Asumsinya bahwa

seseorang pada pusat pertanggungjawaban mempunyai pengendalian terhadap seluruh catatan

tersebut. Setiap pusat pertanggungjawaban dalam organisasi hanya bertanggungjawab atas

pengendalian terhadap pendapatan dan biayanya sendiri secara keseluruhan. Sistem

penyusunan laporan keuangan untuk semua tingkatan manajemen didesain khusus agar

mereka dapat menggunakannya secara efektif guna mengendalikan operasi serta biaya yang

terlibat.

Akuntansi pertanggungjawaban adalah jawaban akuntansi manajemen terhadap

pengetahuan umum bahwa masalah bisnis dapat dikendalikan seefektif mungkin dengan

mengendalikan orang-orang yang bertanggungjawab menjalankan operasi tersebut. Salah satu

tujuan akuntansi pertanggungjawaban adalah memastikan bahwa individu pada seluruh

tingkatan di perusahaan telah memberikan kontribusi yang memuaskan terhadap pencapaian

tujuan perusahaan secara menyeluruh. Hal ini dicapai dengan membagi perusahaan ke pusat

pertanggungjawaban individual (jaringan tanggung jawab) yang memberikan kerangka kerja

3
untuk pengambilan keputusan secara terdesentralisasi dan partisipatif di tingkat perusahaan

dalam menetapkan tujuan kinerja. Hal tersebut juga memberikan kepada manajemen puncak

hasil secara keseluruhan serta data mengenai cara manajer segmen menjalankan fungsinya.

Dengan pertanggungjawaban dimungkinkan dilakukannya manajemen berdasarkan

perkecualian (management by exception - MBE) dan manajemen berdasarkan tujuan

(management by objectives – MBO).

2.2 Sasaran Akuntansi Pertanggungjawaban

Adapun sasaran akuntansi pertanggungjawaban untuk manajemen dapat dijelaskan

sebagai berikut :

2.2.1 Kemudahan Identifikasi

Kemampuan mengidentifikasi pertanggungjawaban dari individu manajer untuk kepuasan

(satisfactory) atau ketidakpuasan (unsatisfactory) terhadap kinerja.

2.2.2 Keuntungan Motivasional

Jika sistem akuntansi pertanggungjawaban diimplementasikan, pertimbangan kemampuan

keuntungan motivasi yang dijamin.

2.2.3 Ketersediaan Data

Mekanisme untuk menyajikan data kinerja yang telah disediakan. Kerangka kerja sistem

penilaian kinerja manajerial dapat ditetapkan pada dasar ini, selain memotivasi manajer untuk

bertindak dalam kepentingan terbaik dari perusahaan.

2.2.4 Kesiapan Informasi

Kesiapan informasi merupakan ketersediaan data-data informasi terbaru dan relevan yang

dibuat dan digunakan untuk mengestimasi biaya atau pendapatan masa depan yang sesuai

dengan standar untuk departemen penganggaran.

4
2.2.5 Perencanaan dan Pengambilan Keputusan

Akuntansi pertanggungjawaban tidak hanya membantu dalam pengendalian, tetapi juga

dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.

2.2.6 Pendelegasian dan Pengendalian

Tujuan lembar dari manajemen adalah mendelegasikan tanggung jawab, sedangkan

pengendalian adalah mempertahankan pencapaian dengan penerapan sistem akuntansi

pertanggungjawaban.

2.2.7 Prinsip-prinsip dan Akuntansi Pertanggungjawaban

Fitur utama akuntansi pertanggungjawaban adalah bahwa akuntansi pertanggungjawaban

mengumpulkan dan melaporkan perencanaan dan aktualisasi informasi akuntansi tentang

input dan output dari akuntansi pertanggungjawaban.

2.2.8 Input dan Output

Akuntansi pertanggungjawaban didasarkan pada informasi yang berkaitan dengan input

dan output. Sumber daya yang digunakan disebut input. Sumber daya yang digunakan oleh

organisasi yang merupakan sumber daya fisik seperti jumlah bahan yang dikonsumsi, jam

kerja dan sebagainya. Untuk pengendalian manajerial, sumber daya fisik yang heterogen ini

dinyatakan dalam istilah moneter yang disebut dengan biaya. Dengan demikian, input

dinyatakan sebagai biaya. Demikian pula, output diukur dalam satuan moneter sebagai

pendapatan. Dengan kata lain, akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan pada data biaya

dan data pendapatan atau informasi keuangan.

2.3 Tujuan Akuntansi Pertanggungjawaban

Akuntansi pertanggungjawaban adalah metode membagi struktur organisasi ke dalam

berbagai pusat pertanggungjawaban untuk mengukur kinerjanya. Dengan kata lain, akuntansi

pertanggungjawaban adalah perangkat untuk mengukur pengukuran kinerja divisi yang dapat

dinyatakan seperti berikut ini :

5
1. Untuk menentukan kontribusi divisi sebagai sub-unit, dibuat untuk keseluruhan

organisasi.

2. Untuk memberikan dasar dalam mengevaluasi kualitas kinerja manajer divisi.

3. Untuk memotivasi manajer divisi untuk mengoperasikan divisinya dengan cara yang

konsisten dengan dasar tujuan organisasi secara keseluruhan.

2.4 Jaringan Pertanggungjawaban

Akuntansi pertanggungjawaban didasarkan pada pemikiran bahwa seluruh biaya dapat

dikendalikan dan masalahnya hanya terletak pada penetapan titik pengendaliannya. Untuk

tujuan ini, struktur organisasi perusahaan dibagi ke dalam jaringan pusat pertanggungjawaban

secara individual. Sebagaimana didefinisikan oleh National Association of Accountants,

struktur organisasi perusahaan dibagi ke unit organisasi yang terlibat dalam pelaksanaan

fungsi tunggal atau sekelompok fungsi yang saling berkaitan dan memiliki seorang kepala

yang bertanggungjawab pada aktivitas dari unit tersebut. Dengan kata lain, setiap unit dari

jaringan organisasi atau individual (secara lebih spesifik) yang bertanggungjawab

melaksanakan fungsinya (output) dan menggunakan sumber daya (input) seefisien mungkin

dalam melaksanakan fungsi ini.

Untuk memastikan jaringan tanggung jawab dan akuntabilitas berfungsi dengan mulus,

struktur organisasi perusahaan harus dianalisis. Selain itu, laba dan beban yang sebenarnya

dari tanggung jawab tersebut ditentukan secara hati-hati. Dalam praktiknya, penggambaran

pusat pertanggungjawaban sering kali merupakan tugas paling sulit dalam konstruksi dan

instalasi sistem tersebut.

Untuk menciptakan struktur jaringan pertanggungjawaban yang efisien, tanggung jawab

dan lingkup wewenang untuk setiap individu dan eksekutif puncak sampai ke karyawan pada

tingkat paling rendah harus didefinisikan secara logis dan jelas. Tidak boleh ada tanggung

jawab yang tumpang tindih pada tingkatan hierarki yang berbeda.

6
2.5 Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban

Pusat pertanggungjawaban (responsibility center) individu berfungsi sebagai kerangka

kerja untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja dari manajer segmen. Kinerja manajer dalam

kerangka kerja akuntansi pertanggungjawaban disamakan dengan kemampuan mereka untuk

mengelola faktor operasional tertentu yang dapat dikendalikan. Sistem tersebut tidak mampu

mengukur dan mengevaluasi kinerja secara total, selain itu akan memasukkan faktor-faktor

seperti pengendalian mutu, tingkat moral bawahan dan kualitas kepemimpinan. Faktor

tersebut harus diukur dan dievaluasi dengan cara lain. Pusat pertanggunjawaban dapat berupa

sebagai berikut :

2.5.1 Pusat Pendapatan

Pusat pendapatan (revenue center) merupakan pusat pertanggungjawaban di mana output

nya diukur dalam rupiah, tetapi tidak dihubungkan dengan input nya. Dengan demikian, pusat

pendapatan adalah organisasi pemasaran yang tidak mempunyai tanggung jawab terhadap

laba. Dalam organisasi fungsional, departemen pemasaran merupakan pusat pendapatan.

Dalam organisasi divisi, bagian pemasaran divisi juga merupakan pusat pendapatan. Setiap

pusat pendapatan juga merupakan pusat biaya karena sebenarnya mereka mengeluarkan biaya

untuk terciptanya pendapatan. Namun, biaya tersebut tidak diukur.

2.5.2 Pusat Biaya

Pusat biaya (cost center) merupakan bentuk pusat pertanggungjawaban yang digunakan

secara luas. Pada perusahaan manufaktur, departemen produksi dan departemen jasa

merupakan contoh pusat biaya. Pada perusahaan perdagangan, departemen yang memberikan

layanan pendukung akan masuk dalam kategori ini. Contoh yang umum adalah departemen

pengiriman, departemen penerimaan, departemen kredit dan departemen pelayanan

pelanggan. Secara umum, pusat biaya dapat dibedakan menjadi pusat biaya teknik atau

pusat biaya standar dan pusat biaya kebijakan.

7
2.5.3 Pusat Laba

Pusat laba (profit center) adalah segmen di mana manajer memiliki kendali atas

pendapatan maupun biaya. Manajer dievaluasi berdasarkan efisiensi mereka dalam

menghasilkan pendapatan dan mengendalikan biaya. Diskresi yang dimiliki terhadap biaya

meliputi beban produksi dari produk atau jasa. Tanggung jawab mereka adalah lebih luas

dibandingkan dengan tanggung jawab dari pusat pendapatan atau pusat biaya karena mereka

bertanggung jawab atas fungsi distribusi maupun manufaktur. Contoh umum dari pusat laba

adalah divisi korporat yang memproduksi dan menjual produknya.

Kinerja manajer pusat laba dievaluasi berdasarkan target laba yang direncanakan seperti

tingkat imbal hasil minimum yang diharapkan dan tingkat halangan untuk laba residual.

Untuk meminimalkan tindakan disfungsional yang disebabkan oleh orientasi pada jangka

pendek yang kaku, manajer pusat laba sebaiknya juga diharapkan memelihara dan/atau

memperbaiki moral dari bawahan mereka, memelihara bangunan dan fasilitas produksi dan

memberikan kontribusi terhadap kepemimpinan produk dan keanggotaan korporat. Untuk

meningkatkan keprihatinan manajer terhadap aspek-aspek ini, maka sistem penghargaan dari

evaluasi kinerja sebaiknya juga memasukkan ukuran-ukuran untuk mengevaluasi kinerja

mereka dalam hal aspek jangka panjang dan tingkat keberhasilan dalam hal ini sebaiknya

memengaruhi alokasi penghargaan.

2.5.4 Pusat Investasi

Manajer pusat investasi (investment center) bertanggung jawab terhadap investasi dalam

aset serta pengendalian atas pendapatan dan biaya. Mereka bertanggungjawab untuk

mencapai margin kontribusi dan target laba tertentu serta efisiensi dalam penggunaan aset.

Mereka diharapkan agar mencapai keseimbangan yang sehat antara laba yang dicapai dan

investasi dalam sumber daya yang digunakan.

8
Tujuan pengukuran pusat investasi hampir sama dengan tujuan pengukuran pusat laba,

yaitu :

1. Menyediakan informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan mengenai

investasi yang digunakan manajer divisi dan memotivasi manajer untuk melakukan

keputusan yang tepat.

2. Mengukur prestasi divisi sebagai kesatuan yang berdiri sendiri.

3. Perbandingan prestasi antardivisi untuk penentuan alokasi sumber ekonomi.

4. Sedangkan informasi atas dasar pusat investasi dapat memotivasi manajer divisi

untuk:

 Menghasilkan laba yang memadai dengan keleluasaan untuk mengumpulkan

keputusan tentang sumber ekonomi dan fasilitas fisik yang digunakan.

 Mengambil keputusan untuk menambah investasi bila investasi tersebut

memberikan timbal hasil yang memadai.

 Mengambil keputusan untuk melepas investasi yang tidak memberikan imbal hasil

yang memadai.

2.6 Menetapkan Pertanggungjawaban

Setelah memilih jenis struktur organisasi, tugas penting berikutnya dalam membangun

sistem pertanggungjawaban yang efektif secara keperilakuan adalah menggambarkan

pertanggungjawaban. Kebanyakan orang menerima tanggung jawab dan tantangan yang

terkandung di dalamnya. Tanggung jawab terhadap sesuatu membuat seseorang merasa

kompeten dan penting. Hal tersebut mengimplikasikan wewenang pengambilan keputusan

dan dapat memotivasi mereka untuk memperbaiki kinerjanya. Tanggung jawab adalah

pemenuhan suatu pekerjaan. Tanpa hal tersebut, moral karyawan akan menderita.

Pengaruh perilaku yang menguntungkan dari pembebanan tanggung jawab atas fungsi

tertentu kepada individu di dukung dengan riset empiris. Sayangnya, saling ketergantungan

9
dari berbagai segmen organisasi seringkali menimbulkan kesulitan dalam membuat gambaran

tanggung jawab yang jelas. Seseorang yang diberikan tanggung jawab atas aktivitas atau

fungsi yang mungkin pada kenyataannya membagi tanggung jawab tersebut dengan

atasannya. Manajer segmen dengan tanggung jawab atas tugas tertentu mungkin tidak

independen satu sama lain dan tanggung jawab mereka bisa tumpang tindih. Individu

mungkin hanya mempunyai diskresi dan pengendalian terbatas terhadap sumber daya yang

diperlukan untuk melaksanakan tugas. Staf yang bukan menjadi mata rantai dalam rantai

komando dan tidak secara spesifik diberikan tanggung jawab yang tidak sesuai dengan

struktur pertanggungjawaban.

Oleh karena pengendalian dalam suatu lingkungan jarang yang lengkap, pengaruh

signifikan seringkali dianggap mencukupi untuk membebankan tanggung jawab. Pada tahun

1956, komite konsep dan standar biaya dari American Accounting Association (AAA)

menerbitkan beberapa pedoman tetapi sekaligus memperingatkan bahwa penerapannya harus

disertai dengan penilaian dan akal sehat yang baik. AAA merekomendasikan hal berikut :

1. Orang dengan wewenang atas akuisisi atau penggunaan barang dan jasa sebaiknya

dibebankan dengan biaya dari barang dan jasa tersebut.

2. Orang yang secara signifikan dapat memengaruhi jumlah biaya melalui tindakannya

dapat dibebankan dengan biaya tersebut.

3. Orang yang tidak dapat memengaruhi jumlah biaya secara signifikan melalui tindakan

langsung, maka dapat dibebankan dengan elemen yang diinginkan manajemen agar

orang tersebut memerhatikannya. Dengan demikian, ia akan membantu memengaruhi

orang lain yang bertanggung jawab.

Penggambaran akhir dari pertanggungjawaban seharusnya seimbang dan diterima oleh

semua pihak yang terlibat. Jika dilakukan secara memada, maka hal tersebut seharusnya

10
bersifat superior secara motivasi dibandingkan dengan praktik umum yang menganggap

manajer bertanggung jawab atas hal-hal yang tidak dapat diubah.

2.7 Perencanaan, Akumulasi Data dan Pelaporan Berdasarkan Pusat

Pertanggungjawaban

2.7.1 Anggaran Pertanggungjawaban

Karakteristik anggaran pertanggungjawaban adalah bahwa manajer pusat

pertanggungjawaban dibebani target kinerja hanya untuk pos-pos pendapatan dan biaya yang

dapat dikendalikan. Biaya yang dapat dikendalikan tidak sama dengan biaya langsung. Ada

banyak biaya langsung, seperti penyusutan peralatan yang tidak dapat dikendalikan pada

tingkat pusat biaya dan yang tidak dapat dimintai pertanggungjawabannya kepada kepala

pusat biaya tersebut. Penyusutan atau biaya lainnya yang serupa dan bervariasi sesuai dengan

rumus yang digunakan untuk perhitungan tidak dipengaruhi oleh tindakan penyelia sehingga

harus dikeluarkan dari anggaran pertanggungjawaban. Biaya ini sebaiknya dimasukkan dalam

anggaran dari tingkat pertanggungjawaban yang lebih tinggi berikutnya di mana terdapat

pengendalian atas hal tersebut.

Proses penyusunan anggaran akan paling efektif jika dimulai dari tingkat organisasi atau

tingkat jaringan paling bawah dan kemudian diteruskan ke tingkat yang lebih tinggi melalui

rantai komando yang berbentuk seperti piramida. Setiap orang yang bertanggung jawab atas

pusat biaya dianggap bertanggung jawab untuk menyiapkan estimasi anggaran untuk pos-pos

beban dapat dikendalikan. Pada tingkat wewenang selanjutnya, estimasi tersebut ditinjau,

dikoordinasikan dan dimodifikasi ketika diperlukan, sampai estimasi tersebut akhirnya

digabungkan ke dalam anggaran operasi secara keseluruhan pada tingkat manajemen puncak.

2.7.2 Akumulasi Data

Untuk memfasilitasi perbandingan periodik dengan berbagai perencanaan anggaran,

akumulasi pos laba dan biaya aktual harus mengikuti pola jaringan pertanggungjawaban. Hal

11
ini membutuhkan adanya klasifikasi tiga dimensi terhadap biaya dan pendapatan selama

proses akumulasi data. Pertama, biaya diklasifikasikan berdasarkan pusat

pertanggungjawaban. Kedua, dalam setiap pusat pertanggungjawaban, biaya tersebut

diklasifikasikan berdasarkan apakah biaya tersebut dapat dikendalikan atau tidak dapat

dikendalikan. Ketiga, biaya tersebut diklasifikasikan berdasarkan jenis biaya, atau

berdasarkan pos pelaporan seperti gaji, perlengkapan, bahan baku dan sewa.

Jenis akumulasi data ini memberikan kepada manajemen informasi yang terkait dengan

beberapa dimensi dari operasinya. Di masa lalu, akumulasi data tiga dimensi secara teknik ini

sangat sulit karena hanya ada sistem manual atau semi otomatis yang tersedia untuk

akumulasi data. Namun, peralatan pemrosesan data secara elektronik sekarang ini

memungkinkan akumulasi dan perincian data dengan cara apapun yang diinginkan.

2.7.3 Laporan Pertanggungjawaban

Produk akhir dari hasil sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah laporan

pertanggungjawaban atau laporan kinerja secara periodik. Laporan ini merupakan media yang

melalui biaya yang dapat dikendalikan, efisiensi manajerial yang dapat diukur dan

pencapaian tujuan dinilai.

Alat pengendali ini melaporkan apa yang terjadi berdasarkan akun dan tanggungjawab

fungsional dari individu. Laporan kinerja didistribusikan kepada manajemen puncak dan

manajer di tingkat yang lebih rendah. Untuk meningkatkan efisiensi sistem pelaporan

pertanggungjawaban seharusnya didasarkan pada apa yang disebut dengan laporan bentuk

piramida atau prinsip teleskop. Hal ini berarti bahwa setiap manajer pusat

pertanggungjawaban hanya menerima laporan pengendaliannya sendiri dan bahwa laporan

terperinci tingkat terendah diterbitkan terlebih dahulu. Manajer mengendalikan setiap laporan

dan perinciannya untuk tingkat yang lebih rendah ditampilkan pertama.

12
Kontribusi utama akuntansi pertanggungjawaban adalah bahwa akuntansi

pertanggungjawaban memungkinkan manajemen untuk mengendalikan biaya dan efisiensi

melalui pembebanan tanggung jawab untuk biaya tersebut kepada orang-orang yang berbagai

tugas. Dengan melibatkan elemen manusia ke dalam kerangka akuntansi, akuntansi

pertanggungjawaban adalah suatu hal penting dalam evolusi akuntansi keperilakuan.

2.8 Asumsi Keperilakuan dari Akuntansi Pertanggungjawaban

Perencanaan pertanggungjawaban, akumulasi data dan sistem pelaporan didasarkan pada

beberapa asumsi yang berkenaan dengan operasi dan perilaku manusia berikut ini :

1. Manajemen berdasarkan perkecualian (management by exception – MBE) adalah

mencukupi untuk mengendalikan operasi secara efektif.

2. Manajemen berdasarkan tujuan (management by objectives – MBO) akan

menghasilkan anggaran, biaya standar, tujuan organisasi dan rencana praktis untuk

mencapainya yang disetujui bersama.

3. Struktur pertanggungjawaban dan akuntabilitas mendekati struktur hierarki organisasi.

4. Manajer dan bawahannya rela menerima pertanggungjawaban dan akuntabilitas yang

dibebankannya melalui hierarki organisasi.

5. Sistem akuntansi pertanggungjawaban mendorong kerjasama, bukan persaingan.

2.9 Masalah-masalah Dalam Akuntansi Pertanggungjawaban

Ketika menerapkan sistem akuntansi pertanggungjawaban, terdapat berbagai masalah dan

kesulitan yang kemungkinan besar akan dihadapi oleh manajemen, diantaranya :

1. Klasifikasi biaya. Untuk menjadikan sistem akuntansi pertanggungjawaban menjadi

efektif, menjadikan klasifikasi yang tepat antara biaya terkendali dan tidak terkendali

merupakan syarat utama. Akan tetapi, secara praktis sulit timbul ketika melakukan hal

itu karena sifat yang kompleks dan berbagai biaya.

13
2. Konflik antardepartemen. Departemen yang terpisah dapat menyebabkan

persaingan antar departemen dan mungkin merugikan kepentingan perusahaan secara

keseluruhan. Manajer dapat bertindak yang terbaik untuk kepentingannya sendiri,

tetapi tidak dalam kepentingan terbaik perusahaan.

3. Keterlambatan pelaporan. Laporan pertanggungjawaban mungkin tertunda. Setiap

pusat pertanggungjawaban dapat mengambil waktu sendiri dalam menyusun laporan.

4. Overloading informasi. Tanggung jawab laporan akuntansi dapat overloading

(berlebihan) dengan semua informasi yang tersedia. Bahaya ini melekat dalam sistem,

tetapi dengan instruksi yang jelas oleh manajemen untuk fungsi sistem dan

penyusunan laporan dan lain-lain hanya relevan dengan arus informasi masuk.

5. Ketergantungan lengkap akan menipu. Akuntansi pertanggungjawaban tidak dapat

diandalkan sepenuhnya sebagai alat pengendalian manajemen. Sistem ini adalah

hanya untuk mengarahkan perhatian manajemen ke daerah kinerja yang diperlukan

untuk penyelidikan lebih lanjut.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu kajian akuntansi yang lebih

memfokuskan diri pada aspek tanggung jawab dari satu atau lebih anggota organisasi atas

pekerjaan, bagian atau segmen tertentu. Tidak hanya hal itu, akuntansi pertanggungjawaban

juga melibatkan aspek keperilakuan dari anggota organisasi. Hal ini disebabkan karena

akuntansi pertanggungjawaban dapat dipandang sebagai alat pengendalian organisasi.

Masing-masing individu, kelompok maupun divisi dapat dijelaskan kinerjanya dari laporan

yang diungkapkan dalam akuntansi pertanggungjawaban. Oleh karena itu, aspek keperilakuan

juga menjadi sorotan penting dalam implementasi akuntansi pertanggungjawaban.

3.2 Saran

Dalam implementasi akuntansi keperilakuan ini diharapkan nantinya bisa menjadi acuan

bagi para karyawan untuk lebih meningkatkan kinerja dan kemampuan diri sendiri (self

ability) agar mampu menghasilkan keputusan yang optimal bagi organisasi atau perusahaan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfan Ikhsan. 2017. Akuntansi Keperilakuan; Akuntansi Multiparadigma Edisi 3.


Jakarta: Salemba Empat
Ikhsan, Arfan. Ishak, Muhammad. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Salemba Empat

16

Anda mungkin juga menyukai