Anda di halaman 1dari 3

RESUME PSAK 10 DAN 55

Nama : Putri Suryaning Hapsari

NIM : 2101036183

Kelas : Akuntansi Keuangan Lanjutan 1 / AK C

Dosen : Bapak Ibnu Abni Lahaya, SE., M.SA.,

Pada PSAK 10, kita dijabarkan tentang Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing. PSAK 10
mensyaratkan bahwa suatu entitas mengukur transaksinya menggunakan mata uang fungsionalnya
dan memperbolehkan perusahaan menyajikan laporan keuangannya dengan mata uang apa saja,
namun PSAK 10 juga menjelaskan bahwa mata uang pelaporan di Indonesia adalah Rupiah.

Untuk menentukan mata uang fungsional terdapat beberapa faktor, yaitu:

1. Mata uang utama yang mempengaruhi harga jual barang dan jasa.
2. Mata uang utama yang mempengaruhi biaya tenaga kerja, bahan baku, dan biaya lainnya
dalam penjualan barang dan jasa.

Namun, apabila kedua faktor tersebut saling tumpang tindih. Maka PSAK 10 mensyaratkan bahwa
suatu entitas dapat mempertimbangkan pendukung yang lain guna menentukan mata uang
fungsionalnya, diantaranya:

1. Mata uang yang digunakan dalam menghasilkan aktivitas pendanaan.


2. Mata uang yang digunakan dalam menahan pendapatan dari aktivitas operasi.

Mata uang fungsional yang sudah ditetapkan tidak boleh diubah, kecuali terjadi perubahan transaksi,
peristiwa, atau kondisi. Jika diubah maka mata uang fungsional tersebut harus diperhitungkan secara
prospektif sejak tanggal perubahan itu.

Dalam akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing, terdapat 2 isu terkait, yaitu:

1. Kurs mana yang digunakan untuk menyaji ulang mata uang asing kedalam mata uang
fungsional, dan
2. Bagaimana cara menangani perbedaan kurs yang timbul

Tentang kurs valuta asing yang digunakan untuk menyaji ulang mata uang asing kedalam mata uang
fungsional:

1. Pada saat pengakuan awal: transaksi kedalam mata uang asing harus disaji ulang kedalam
mata uang fungsional menggunakan kurs tanggal transaksi, dan
2. Pada setiap tanggaln pelaporan:
a. Pos pos moneter disaji ulang menggunakan kurs penutup
b. Pos pos non-moneter yang dicatat pada biaya historis harus dilaporkan menggunakan
kurs tanggal transaksi, dan
c. Pos pos non-moneter yang dicatat pada nilai wajar harus disaji ulang menggunakan
kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan.

Merujuk pada PSAK 10, ada 2 skenario dimana penjabaran laporan keuangan dianggap perlu, yaitu:
1. Ketika mata uang pelaporan suatu entitas tidak sama dengan mata uang fungsionalnya, dan
2. Ketika untuk kepentingan penyajian laporan keuangan konsolidasian mata uang pelaporan
anak perusahaan dan perusahaan asosiasi tidak sama dengan induk perusahaan.

Dalam penjabaran laporan keuangan mata uang asing, 2 persoalan akuntansi akan muncul:

1. Manakah kurs yang akan digunakan untuk menjabarkan berbagai laporan posisi keuangan
serta pos pos laba rugi, dan
2. Bagaimana menangani perbedaan kurs yang diakibatkan oleh penjabaran.

Oleh karena adanya perbedaan kurs, pernyataan pun muncul berkenaan dengan kurs mana yang harus
digunakan untuk menjabarkan berbagai pos dalam laporan keuangan. Persoalan lain adalah
bagaimana menangani perbedaan penjabaran. Perbedaan penjabaran terjadi ketika pos pos dijabarkan
dengan menggunakan kurs yang berbeda dalam laporan keuangan suksesif (dalam laporan keuangan
yang berbeda pada periode yang sama). Kedua persoalan tersebut, yaitu:

1. Kurs mana yang akan digunakan


2. Bagaimana perbedaan penjabaran ini harus dijelaskan, dapat dijawab dengan cara yang
berbeda bergantung pada metode penjabaran yang digunakan.

Pada PSAK 55 kita dijelaskan tentang Instrumen Keuangan. Tujuan dari pernyataan ini adalah untuk
mengatur prinsip prinsip dasar pengakuan dan pengukuran aset keuangan, kewajiban keuangan, dan
kontrak pembelian atau penjualan item non keuangan. Entitas harus menerapkan pernyataan ini secara
prospektif untuk laporan keuangan yang mencakup periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1
januari 2009. Jika entitas menerapkan pernyataan ini sebelum 1 januari 2009, maka fakta ini harus
diungkapkan.

Persnyataan ini menggantikan:

1. PSAK No.10 tentang Transaksi Dalam Mata Uang Asing, untuk pengaturan yang terkait
dengan transaksi valuta berjangka;
2. PSAK No.28 (revisi 1996) tentang Akuntnasi Asuransi Kerugian, untuk pengaturan yang
terkait dengan perlakuan akuntansi surat berharga (marketable securities);
3. PSAK No.31 (revisi 2000) tentang Akuntansi Perbankan, untuk pengaturan yang terkait
dengan perlakuan akuntansi transaksi efek;
4. PSAK No.36 (revisi 1996) tentang Akuntansi Asuransi Kerugian, untuk pengaturan yang
terkait dengan perlakuan akuntansi surat berharga (marketable securities);
5. PSAK No.42 (1998) tentang Akuntansi Perusahaan Efek, untuk pengaturan yang terkait
dengan:
 Transkasi jual efek dengan janji beli kembali (repo)/beli efek dengan janji jual
kembali (reverse repo); dan
 Transaksi manajer investasi untuk pengakuan perolehan, pengklafikasian, dan
penilaian pada tanggal neraca untuk efek dan unit penyertaan reksa dana yang dibeli
untuik ninvestasi sendiri;
6. PSAK No.43 (revisi 1998) tentang Akuntansi Anjak Piutang, untuk pengaturan yang terkait
dengan pengakuan dan pengukuran;
7. PSAK No.50 (revisi 1999) tentang Akuntansi Investasi Efek Tertentu, untuk pengaturan yang
terkait dengan pengakuan dan pengukuran investasi efek tertentu; dan
8. PSAK No.5 (revisi 1999) tentang Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai,
untuk pengaturan yang terkait dengan pangakuan dan pengukuran instrumen derivatif dan
aktivitass lindung nilai.

Anda mungkin juga menyukai