Anda di halaman 1dari 10

RMK TEORI AKUNTANSI

STUDI KASUS PSAK 10 : PENGARUH PERUBAHAN KURS MATA UANG


ASING

Kelas: Teori Akuntansi A1

Oleh:
KELOMPOK 3

1. A. A. Ngurah Wicaksana Putra 1907531133

2. Tjokorda Istri Putri Prami Saraswati Pemayun 2007531002

3. Ni Kadek Satya Nanda 2007531026

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................... i

Mata Uang Fungsional ....................................................................................................... 1

Mata Uang Penyajian......................................................................................................... 2

Investasi Neto Pada Kegiatan Usaha Luar Negeri ............................................................. 2

Pos Moneter Dan Nonmoneter .......................................................................................... 3

Pelaporan Transaksi Mata Uang Asing ke Dalam Mata Uang Fungsional ....................... 3

Penggunaan Mata Uang Penyajian Selain Mata Uang Fungsional ................................... 4

Pengaruh Pajak .................................................................................................................. 4

Pengungkapan .................................................................................................................... 4

Tanggal Efektif dan Ketentuan Transisi ............................................................................ 5

Studi Kasus (Analisis Penerapan PSAK No. 10 ( Revisi 2010 ) pada Perusahaan Batubara
( PT MMM) ....................................................................................................................... 5

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 8

i
PEMBAHASAN

Mata Uang Fungsional


Mata Uang Fungsional (mata uang pengukuran) adalah mata uang yang digunakan
dalam transaksi pengukuran (yaitu untuk mencatat ayat jurnal dan akun-akun buku besar).
PSAK 10 mensyaratkan bahwa suatu entitas harus mengukur transaksinya menggunakan
mata uang fungsionalnya dan memperbolehkan entitas untuk menyajikan laporan
keuangannya menggunakan mata uang apa saja. Namun PSAK 10 paragraf 38 juga
menegaskan bahwa mata uang pelaporan di Indonesia umumnya adalah rupiah. Misalnya
saja perusahaan Indonesia yang mayoritas transaksinya menggunakan mata uang asing
semisal dolar AS, maka mata uang fungsionalnya adalah dolar AS dan bila perusahaan
tersebut memiliki transaksi rupiah, maka rupiah dianggap sebagai mata uang asing oleh
perusahaan.
Jika laporan keuangan suatu perusahaan hendak disajikan dalam mata uang yang
berbeda dengan mata uang fungsionalnya, maka perusahaan harus ‘menjabarkan laporan
keuangan’. PSAK 10 mendefinisikan mata uang fungsional entitas sebagai mata uang di
lingkungan ekonomi utama dimana entitas itu beroperasi (paragraf 8). PSAK 10
menjelaskan bahwa lingkungan ekonomi utama dimana entitas beroperasi biasanya adalah
lingkungan tempat utamanya entitas menghasilkan dan mengeluarkan kas (paragraf 9).
Selain itu, PSAK 10 mensyaratkan entitas untuk mempertimbangkan faktor-faktor berikut
dalam menentukan mata uang fungsionalnya (paragraf 9):
a. Mata uang utama yang mempengaruhi harga jual barang dan jasa
b. Mata uang utama yang mempengaruhi biaya tenaga kerja, bahan baku, dan biaya
lainnya dalam penjualan barang dan jasa.

Jika kedua faktor di atas tumpang tindih, maka PSAK 10 menyatakan bahwa suatu
entitas juga dapat mempertimbangkan bukti pendukung lain berikut dalam menentukan mata
uang fungsionalnya (paragraf 10):
a. Mata uang yang digunakan dalam menghasilkan aktivitas pendanaan
b. Mata uang yang digunakan dalam menahan pendapatan dari aktivitas operasi

Dalam menentukan mata uang fungsional entitas anak atau entitas asosiasi di luar negeri
(dan operasi di luar negeri lainnya) dan menentukan apakah mata uang fungsionalnya sama
dengan mata uang fungsional entitas induk mempertimbangkan faktor-faktor tambahan
berikut (paragraf 11):

1
a. Apakah aktivitas operasi di luar negeri dilakukan sebagai perpanjangan entitas induk.
b. Apakah transaksi dengan entitas induk memiliki proporsi yang tinggi atau rendah
dengan aktivitas operasi di luar negeri.
c. Apakah arus kas dari aktivitas operasi di luar negeri berpengaruh secara langsung
terhadap arus kas entitas induk.
d. Apakah arus kas dari aktivitas dari kegiatan luar negeri cukup untuk membayar
kewajiban utang yang ada

Apabila indikator-indikator diatas tumpang tindih dan mata uang operasional tidak jelas,
PSAK 10 mensyaratkan bahwa manajemen menggunakan penilaiannya untuk menetukan
mata uang fungsional yang paling mencerminkan pengaruh ekonomi dari transaksi,
peristiwa dan kondisi (paragraf 12).
PSAK 10 menyatakan bahwa setelah ditentukan, mata uang fungsional tidak boleh
diubah, kecuali terjadi perubahan transaksi, peristiwa, atau kondisi (paragraf 13).Jika
diubah, maka mata uang fungsionalnya harus diperhitungkan secara prospektif sejak tanggal
perubahan itu (paragraf 35).
Mata Uang Penyajian
Mata uang penyajian adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan laporan keuangan
(yaitu laporan posisi keuangan, laporan laba rugi dan pendapatan komperehensif lain,
laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas). Jika mata uang penyajian berbeda dengan
mata uang fungsional, maka entitas harus menjabarkan laporan keuangan (translasi) sesuai
dengan mata uang penyajian.
Investasi Neto Pada Kegiatan Usaha Luar Negeri
a. Ruang lingkup investasi neto dalam kegiatan usaha luar negeri
Sebuah perusahaan memiliki pos moneter yang diterima dari atau dibayarkan ke
kegiatan usaha luar negeri.Pos yang penyelesaiannya tidak direncanakan atau tidak
memiliki kemungkinan dilaksanakan dimasa mendatang.
b. Pengakuan selisih kurs
Paragraf 30 dari PSAK 10 menetapkan bahwa selisih kurs yang muncul dari pos
moneter yang membentuk bagian dari investasi neto suatu entitas dalam kegiatan
usaha luar negeri dan dinyatakan baik dalam mata uang fungsional dari entitas yang
melaporkanmaupun dari perusahaan diluar negeri yang diakui dalam laporan laba
rugi komprehensif perusahaan pelapor atau perusahaan di luar negeri, tetapi akan

2
diklasifikasikan kembali ke kekomponen ekuitas yang terpisah dalam laporan
keuangan yang meliputi perusahaan asing dan perusahaan pelapor.

Pos Moneter Dan Nonmoneter


Pos moneter adalah unit dari mata uang yang dipegang atau aset dan liabilitas yang akan
diterima atau dibayarkan dalam jumlah mata uang yang tetap dan dapat dipastikan.
Sebaiknya, pos nonmoneter tidak memiliki jumlah yang tetap dan tidak dipastikan. Contoh
dari pos nonmoneter termasuk:
a. Biaya dibayar dimuka dan pendapatan diterima dimuka, karena tidak ada uang yang
dibayarkan atau diterima di masa yang akan datang.
b. Sekuritas ekuitas seperti saham, karena penerimaan di masa yang akan datang tidak
tetap dan tidak dapat ditentukan.

Sementara kebanyakan sekuritas utang merupakan pos moneter karena arus kasnya tetap dan
dapat dipastikan.
Pelaporan Transaksi Mata Uang Asing ke Dalam Mata Uang Fungsional
a. Pada Pengakuan Awal
Saat pengakuan awal, transaksi mata uang asing dicatat dalam mata uang fungsional.
Jumlah mata uang asing dihitung ke dalam mata uang fungsional dengan kurs spot
antara mata uang fungsional dan mata uang asing saat tanggal transaksi.
b. Pada Akhir Setiap Periode Pelaporan
Saat akhir periode pelaporan, dilakukan hal-hal berikut:
a) Pos moneter valuta asing dijabarkan menggunakan kurs penutup;
b) Pos non-moneter yang diukur dalam biaya historis dalam valuta asing dijabarkan
menggunakan kurs pada tanggal transaksi;
c) Pos non-moneter yang diukur pada nilai wajar dalam valuta asing dijabarkan
menggunakan kurs pada tanggal ketika nilai wajar diukur.
c. Pengakuan Selisih Kurs
Selisih kurs yang timbul pada penyelesaian pos moneter atau pada proses penjabaran
pos moneter pada kurs yang berbeda dari kurs pada saat pos moneter tersebut
dijabarkan, pada pengakuan awal selama periode atau pada periode laporan
keuangan sebelumnya, diakui dalam laba rugi periode saat terjadinya.
d. Perubahan dalam Mata Uang Fungsional

3
Ketika terdapat perubahan dalam mata uang fungsional, entitas menerapkan prosedur
penjabaran untuk mata uang fungsional yang baru secara prospektif sejak tanggal
perubahan itu.
Penggunaan Mata Uang Penyajian Selain Mata Uang Fungsional
a. Penjabaran dalam Mata Uang Penyajian
Pada umumnya, mata uang penyajian di Indonesia merupakan rupiah. Jika mata uang
penyajian berbeda dari mata uang fungsional entitas, maka entitas menjabarkan hasil dan
posisi keuangannya dalam bentuk mata uang penyajian. Hasil dan posisi keuangan entitas
yang mata uang fungsionalnya bukan mata uang dari suatu ekonomi hiperinflasi
dijabarkan ke dalam mata uang penyajian yang berbeda, dengan menggunakan prosedur
sebagai berikut:
a) Aset dan liabilitas untuk setiap laporan posisi keuangan yang disajikan,
dijabarkan menggunakan kurs penutup pada tanggal laporan posisi keuangan
tersebut.
b) Penghasilan dan beban untuk setiap laba rugi komprehensif atau laporan laba
rugi terpisah menggunakan kurs pada tanggal transaksi.
c) Semua hasil dari selisih kurs diakui dalam pendapatan komprehensif lain.
b. Penjabaran Kegiatan Usaha Luar Negeri
Goodwill yang timbul dari akuisisi kegiatan usaha luar negeri dan setiap penyesuaian nilai
wajar aset dan liabilitas yang timbul dari akuisisi kegiatan usaha luar negeri diperlakukan
sebagai aset dan liabilitas usaha luar negeri tersebut.
Pengaruh Pajak
Keuntungan atau kerugian pada transaksi mata uang asing dan selisih nilai tukar yang timbul
pada penjabaran hasil dan posisi keuangan dari suatu entitas ke dalam suatu mata uang yang
berbeda mungkin memiliki pengaruh pajak.
Pengungkapan
1. Pengungkapan 1
a. Jumlah dari selisih selisih kurs yang diakui dalam laba rugi kecuali untuk selisih
kurs yang timbul pada instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajarnya
melalui laba atau rugi PSAK 55 (revisi 2006), dan
b. Selisih kurs neto diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan diakumulasikan
dalam komponen komponen ekuitas ekuitas terpisah terpisah, serta rekonsiliasi
rekonsiliasi kurs tersebut pada awal dan akhir periode
2. Pengungkapan 2
4
a. Jika mata uang pelaporan berbeda dari mata uang fungsional, maka fakta tersebut
dinyatakan, bersama dengan pengungkapan mata uang fungsional dan alasan
untuk menggunakan menggunakan suatu mata uang pelaporan pelaporan yang
berbeda.
b. Ketika terdapat suatu perubahan dalam mata uang fungsional dari entitas pelapor
maupun dari suatu kegiatan usaha luar negeri yang signifikan, fakta tersebut dan
alasan untuk perubahan perubahan dalam mata uang fungsional fungsional harus
diungkapkan
3. Pengungkapan 3
a. Ketika entitas meniapkan laporan keuangan dalam mata uang yang berbeda
dengan mata fungsionalnya, maka entitas menjelaskan bahwa laporan keuangan
mereka tunduk pada SAK hanya jika entitas entitas mematuhi mematuhi semua
persyaratan dari setiap Pernyataan dan setiap Interpretasi dari Pernyataan yang
berlaku termasuk metode penjabaran sebagaimana dijelaskan dalam paragraf 37.
4. Pengungkapan 4
a. Entitas menyiapkan laporan keuangan dalam mata ua g yang berbeda dari mata
uang fungsionalnya maupun dari mata uang pelaporannya, dan persyaratan-
persyaratan dari paragraf 52 tidak dipenuhi, entitas:
- mengidentifikasikan secara jelas informasi sebagai informasi tambahan
untuk membedakannya dari informasi yang tunduk dengan PSAK;
- mengungkapkan mata uang di mana informasi tambahan tersebut disajikan;
dan
- mengungkapkan mata uang fungsional entitas dan metode penjabaran yang
digunakan untuk menentukan informasi tambahan.

Tanggal Efektif dan Ketentuan Transisi


Entitas menerapkan pernyataan ini untuk periode tahun buku yang dimulai pada setelah
tanggal 1 Januari 2011. Penerapan dini diperkenankan. Jika entitas menerapkan pernyataan
ini untuk periode tahun buku yang dimulai sebelum 1 Januari 2011, maka fakta tersebut
diungkapkan.
Studi Kasus (Analisis Penerapan PSAK No. 10 ( Revisi 2010 ) pada Perusahaan
Batubara ( PT MMM)
PT MMM adalah anak perusahaan PT TBS yang merupakan salah satu perusahaan privat
batubara di Indonesia yang berkembang di salah satu daerah di Kalimantan. Kegiatan utama

5
Perusahaan adalah eksplorasi, pengembangan, pertambangan, pengangkutan, penyimpanan,
dan pemasaran batubara. Pendapatan utama Perusahaan diperoleh dari transaksi penjualan
batubara dengan menggunakan mata uang US Dollar.
1. Penentuan Mata Uang Fungsional oleh PT MMM berdasarkan PSAK No. 10 (Revisi
2010)
Dengan adanya Penerapan PSAK No.10 (revisi 2010) tentang Pengaruh Perubahan
Kurs Valuta Asing yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 2012, manajemen
Perusahaan dengan pertimbangannya melakukan penentuan mata uang fungsional
berdasarkan peraturan tersebut. Manajemen PT MMM melakukan pertimbangan
dalam menentukan mata uang fungsional dengan memperhatikan hirarki indikator
dalam penentuan suatu mata uang fungsional yang dijelaskan dalam PSAK No. 10
(revisi 2010) tentang Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing. Berikut ini adalah
faktor-faktor yang menjadi pertimbangan manajemen Perusahaan dalam menentukan
mata uang fungsional:
a. Mata uang yang paling mempengaruhi harga jual barang dan jasa. Transaksi
penjualan batubara 100% menggunakan mata uang US Dollar yang sesuai kontrak
perjanjian penjualan yang disepakati dengan konsumen. Selain itu perubahan harga
pasar batubara ditentukan oleh fluktuasi mata uang US Dollar
b. Mata uang yang paling mempengaruhi biaya tenaga kerja, bahan baku, dan biaya lain
dari pengadaan barang atau jasa. Berikut ini adalah biaya-biaya yang terkait dengan
beban pokok penjualan (cost of good sold) batubara PT MMM: (1)Biaya pokok
produksi, (2), Persediaan; (3) Biaya sewa alat berat (4) Pembelian batubara, (5) Biaya
gaji karyawan, (6)Biaya pengangkutan batubara dan crane; (7) Biaya dokumen
penjualan, (8)Royalti; dan (9) Biaya pengelolaan dan reklamasi lingkungan hidup.
2. Proses Pengukuran Kembali yang Dilakukan oleh PT MMM
Perusahaan menentukan mata uang US Dollar sebagai mata uang fungsional sejak
tahun 2008 ketika Perusahaan memulai aktivitas komersialnya, walaupun
Perusahaan berdiri dan memulai kegiatan operasional pada tahun 2007. Sedangkan
mata uang pelaporan sejak tahun 2007 hingga tahun 2011 adalah Rupiah. Untuk
pencatatan dan pelaporan pada tahun 2012, Perusahaan menentukan mata uang US
Dollar sebagai mata uang pencatatan dan pelaporan. Sehingga atas perbedaan antara
mata uang fungsional dan mata uang pelaporan dari tahun 2008 hingga 2011,
manajemen Perusahaan harus melakukan proses pengukuran kembali atau prosedur

6
penjabaran untuk mata uang fungsional yang baru secara retrospektif pada laporan
keuangan per 31 Desember 2011.
Berdasarkan nature dari transaksi penjualan batubara dan biaya-biaya terkait penjualan yang
dijelaskan di atas, aktivitas Perusahaan telah memenuhi faktor-faktor utama atas hirarki
indikator dalam menentukan mata uang fungsional, maka manajemen Perusahaan dengan
mengesampingkan faktor-faktor lainnya menentukan mata uang US Dollar sebagai mata
uang fungsional. Kebijakan Perusahaan dalam menentukan US Dollar sebagai mata uang
fungsional, yang sesuai dengan PSAK No.10 (revisi 2010) tentang Pengaruh Perubahan
Kurs Valuta Asing, akan berdampak paling signifikan terhadap selisih kurs yang diakui oleh
PT.MMM. Selisih kurs yang terjadi adalah dari transaksi dalam mata uang Rupiah, yang
seharusnya nilai selisih kurs yang diakui akan lebih kecil karena transaksi Perusahaan dalam
mata uang US Dollar lebih banyak dan jumlahnya material.

7
DAFTAR PUSTAKA

Dewan Standar Akuntansi Keuangan & Ikatan Akuntansi Indonesia. (n.d.). PSAK No. 10
(Revisi 2010). Retrieved from anwar-rekan: https://www.anwar-
rekan.com/uploads/PSAK_10(Revisi_2010)_-
_Pengaruh_Perubahan_Kurs_Valuta_Asing(Compressed).pdf
Listyani P.D. (2012). Analisis Penerapan PSAK No. 10 (Revisi 2010) pada Perusahaan
Batubara (Studi Kasus : PT MMM). Retrieved from
lib.ui.ac.id:https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20320308-S-PDF-
Dinar%20Permata%20Listyani.pdf

Anda mungkin juga menyukai