Anda di halaman 1dari 19

SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN

PSAK 10 VALUTA ASING

Disusun Oleh:

KELOMPOK 8
Vivi Nurfaidiyah R. - 2211070004
Abiyuwara Wimba B. - 2211070019

PERBANAS INSTITUTE JAKARTA


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMI
TAHUN 2023
PENDAHULUAN

A. Tujuan
Entitas dapat melakukan aktivitas luar negeri dalam dua cara. Entitas mungkin
memiliki transaksi dalam valuta asing atau memiliki kegiatan usaha luar negeri. Sebagai
tambahan, entitas dapat menyajikan laporan keuangannya dalam valuta asing. Tujuan dari
Pernyataan ini menjelaskan bagaimana memasukkan transaksi dalam valuta asing dan
kegiatan usaha luar negeri ke dalam laporan keuangan entitas dan bagaimana
menjabarkan laporan keuangan ke dalam mata uang penyajian.
Permasalahan utama adalah kurs mana yang digunakan dan bagaimana
melaporkan pengaruh dari perubahan kurs dalam laporan keuangan.

B. Ruang Lingkup
Pernyataan ini diterapkan pada:
1. Akuntansi transaksi dan saldo dalam valuta asing, kecuali transaksi dan saldo
derivatif yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 71: Instrumen Keuangan;
2. Penjabaran hasil dan posisi keuangan dari kegiatan usaha luar negeri yang
termasuk dalam laporan keuangan entitas dengan cara konsolidasi atau metode
ekuitas; dan
3. Penjabaran hasil dan posisi keuangan suatu entitas ke dalam mata uang penyajian.

C. Definisi
Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:
Investasi neto dalam kegiatan usaha luar negeri adalah jumlah kepentingan entitas
pelapor dalam aset neto dari kegiatan usaha luar negeri tersebut.
Kegiatan usaha luar negeri adalah entitas yang merupakan entitas anak, entitas asosiasi,
pengaturan bersama atau cabang dari entitas pelapor, yang aktivitasnya dilaksanakan di
suatu negara atau mata uang selain negara atau mata uang entitas pelapor.
Kelompok usaha adalah suatu entitas induk dan seluruh entitas anaknya. Kurs adalah
rasio pertukaran untuk dua mata uang.
Kurs penutup adalah kurs spot pada akhir periode pelaporan. Kurs spot adalah kurs
untuk realisasi segera.
Mata uang fungsional adalah mata uang pada lingkungan ekonomi utama di mana
entitas beroperasi.
Mata uang penyajian adalah mata uang yang digunakan dalam penyajian laporan
keuangan.
Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang
akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku
pasar pada tanggal pengukuran. (Lihat PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar.)
Pos moneter adalah unit mata uang yang dimiliki serta aset dan liabilitas yang akan
diterima atau dibayarkan dalam jumlah unit mata uang yang tetap atau dapat ditentukan.
Valuta asing adalah mata uang selain mata uang fungsional entitas.
Selisih kurs adalah selisih yang dihasilkan dari penjabaran sejumlah tertentu satu mata
uang ke dalam mata uang lain pada kurs yang berbeda.

Penguraian Definisi
Lingkungan ekonomi utama di mana entitas beroperasi adalah lingkungan entitas
tersebut utamanya menghasilkan dan mengeluarkan kas. Entitas mempertimbangkan
faktor berikut dalam menentukan mata uang fungsionalnya:
1) Mata Uang:
a) yang paling memengaruhi harga jual barang dan jasa (mata uang ini
seringkali menjadi mata uang yang harga jual barang dan jasa
didenominasikan dan diselesaikan); dan
b) dari negara yang kekuatan persaingan dan peraturannya sebagian besar
menentukan harga jual barang dan jasa entitas.

2) Mata uang yang paling memengaruhi biaya tenaga kerja, bahan baku, dan biaya
lain dari pengadaan barang atau jasa (mata uang ini seringkali menjadi mata uang
yang mana biaya tersebut didenominasikan dan diselesaikan).
Faktor-faktor berikut juga dapat memberikan bukti mengenai mata uang
fungsional:
1) mata uang yang mana dana dari aktivitas pendanaan dihasilkan (yaitu penerbitan
instrumen utang dan instrumen ekuitas).
2) mata uang yang mana penerimaan dari aktivitas operasi pada umumnya ditahan.

Investasi Neto dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri


Entitas mungkin memiliki pos moneter yang merupakan tagihan dari atau utang
kepada kegiatan usaha luar negeri. Pos yang penyelesaiannya tidak direncanakan ataupun
mungkin tidak akan terjadi di masa depan, pada hakekatnya adalah bagian dari investasi
neto entitas dalam kegiatan usaha luar negeri, dan diperlakukan sesuai dengan paragraf
32 dan 33. Pos moneter tersebut dapat berupa piutang atau utang jangka panjang. Pos
moneter ini tidak mencakup piutang usaha atau utang usaha.

Pos Moneter
Fitur utama pos moneter adalah hak untuk menerima (atau kewajiban untuk
menyerahkan) sejumlah unit mata uang yang tetap atau dapat ditentukan. Sebagai contoh
mencakup: pensiun dan imbalan kerja lain yang dibayar dalam kas, provisi yang
diselesaikan secara kas, liabilitas sewa, dan dividen kas yang diakui sebagai liabilitas.
Serupa dengan hal tersebut, kontrak untuk menerima (atau menyerahkan) jumlah variabel
dari instrumen ekuitas yang dimiliki oleh entitas atau jumlah variabel dari aset yang nilai
wajarnya diterima (atau diserahkan) setara dengan sejumlah unit mata uang yang tetap
atau dapat ditentukan merupakan pos moneter. Sebaliknya, fitur utama pos nonmoneter
adalah tidak adanya hak untuk menerima (atau kewajiban untuk menyerahkan) suatu
jumlah unit mata uang yang tetap atau dapat ditentukan. Sebagai contoh mencakup: uang
muka untuk barang dan jasa, goodwill, aset takberwujud, persediaan, aset tetap, aset hak-
guna, dan provisi yang diselesaikan dengan penyerahan aset nonmoneter.
PEMBAHASAN

A. RINGKASAN PENDEKATAN YANG DISYARATKAN PERNYATAAN INI

Dalam menyiapkan laporan keuangan setiap entitas, baik entitas yang berdiri
sendiri, entitas dengan kegiatan usaha luar negeri (seperti entitas induk), ataupun kegiatan
usaha luar negeri (seperti entitas anak atau cabang) menentukan mata uang
fungsionalnya. Entitas menjabarkan pos valuta asing ke dalam mata uang fungsionalnya
dan melaporkan pengaruh dari penjabaran tersebut.
Beberapa entitas pelapor terdiri dari sejumlah entitas individual (contohnya
kelompok usaha terdiri dari satu entitas induk dan satu atau lebih entitas anak). Berbagai
jenis entitas, terlepas dari entitas tersebut adalah anggota dari suatu kelompok usaha
ataupun bukan, mungkin memiliki investasi dalam entitas asosiasi atau pengaturan
bersama. Entitas mungkin dapat juga memiliki cabang. Pernyataan ini mensyaratkan agar
hasil dan posisi keuangan dari setiap entitas individual yang tercakup dalam entitas
pelapor dijabarkan ke dalam mata uang yang digunakan entitas pelapor dalam
menyajikan laporan keuangannya. Pernyataan ini mengijinkan mata uang (atau beberapa
mata uang) selain mata uang fungsionalnya sebagai mata uang penyajian entitas pelapor.
Hasil dan posisi keuangan dari setiap entitas individual yang tercakup dalam entitas
pelapor, jika mata uang fungsional berbeda dari mata uang penyajiannya.
Pernyataan ini juga memperkenankan entitas berdiri sendiri yang menyiapkan
laporan keuangannya, atau entitas yang menyiapkan laporan keuangan tersendiri sebagai
lampiran dari laporan keuangan konsolidasian sesuai dengan PSAK 4: Laporan Keuangan
Tersendiri, untuk menyajikan laporan keuangannya dalam mata uang (atau beberapa mata
uang) selain mata uang fungsionalnya. Jika mata uang penyajian entitas berbeda dari
mata uang fungsional, maka hasil dan posisi keuangannya juga dijabarkan ke dalam mata
uang penyajian.
B. PELAPORAN TRANSAKSI VALUTA ASING KE DALAM MATA UANG
FUNGSIONAL

Pengakuan Awal
Transaksi valuta asing adalah transaksi yang didenominasikan atau memerlukan
penyelesaian dalam valuta asing, termasuk transaksi yang timbul ketika entitas:
1. membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasikan dalam
valuta asing;
2. meminjam atau meminjamkan dana ketika jumlah yang merupakan utang atau
tagihan didenominasikan dalam valuta asing; atau
3. memperoleh atau melepas aset, atau mengadakan atau menyelesaikan liabilitas,
yang didenominasikan dalam valuta asing.

Pada pengakuan awal, transaksi valuta asing dicatat dalam mata uang fungsional.
Jumlah valuta asing dihitung ke dalam mata uang fungsional dengan kurs spot antara
mata uang fungsional dan valuta asing pada tanggal transaksi.

Pelaporan pada Akhir Periode Pelaporan Berikutnya


Pada akhir setiap periode pelaporan:
1. pos moneter valuta asing dijabarkan menggunakan kurs penutup;
2. pos nonmoneter yang diukur dalam biaya historis dalam valuta asing dijabarkan
menggunakan kurs pada tanggal transaksi; dan
3. pos nonmoneter yang diukur pada nilai wajar dalam valuta asing dijabarkan
menggunakan kurs pada tanggal ketika nilai wajar diukur.

Jumlah tercatat dari suatu pos ditentukan sejalan dengan Pernyataan lain yang
relevan. Sebagai contoh, aset tetap dapat diukur dengan nilai wajar atau biaya historis
sesuai dengan PSAK 16: Aset Tetap. Jumlah tercatat tersebut ditentukan baik berdasarkan
biaya historis ataupun nilai wajar jika jumlahnya ditentukan dalam valuta asing, maka
jumlah tercatat tersebut dijabarkan ke dalam mata uang fungsional sesuai Pernyataan ini.
Jumlah tercatat beberapa pos ditentukan dengan membandingkan dua jumlah atau
lebih dari pos tersebut. Sebagai contoh, jumlah tercatat persediaan adalah nilai yang lebih
rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi neto sesuai dengan PSAK 14:
Persediaan. Serupa dengan hal tersebut, sesuai dengan PSAK 48: Penurunan Nilai Aset,
jumlah tercatat aset yang terdapat indikasi penurunan nilai adalah nilai yang lebih rendah
antara jumlah tercatat sebelum mempertimbangkan kemungkinan rugi penurunan nilai
dan jumlah terpulihkannya. Jika aset adalah aset nonmoneter dan diukur dalam valuta
asing, maka jumlah tercatatnya ditentukan dengan membandingkan:
1. biaya perolehan atau jumlah tercatat (mana yang sesuai), dijabarkan dengan kurs
pada tanggal ketika jumlah itu ditentukan (yaitu nilai pada tanggal transaksi untuk
pos yang diukur dalam biaya historis); dan
2. nilai realisasi neto atau jumlah terpulihkan (mana yang sesuai), dijabarkan dengan
kurs pada tanggal ketika nilai itu ditentukan (contohnya kurs penutup pada akhir
periode pelaporan).

Pengakuan Selisih Kurs


Selisih kurs yang timbul pada penyelesaian pos moneter atau pada proses
penjabaran pos moneter pada kurs yang berbeda dari kurs pada saat pos moneter tersebut
dijabarkan, pada pengakuan awal selama periode atau pada periode laporan keuangan
sebelumnya, diakui dalam laba rugi pada periode saat terjadinya, kecuali sebagaimana
dideskripsikan dalam paragraf 3
Jika pos moneter timbul dari transaksi valuta asing dan terdapat perubahan dalam
kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian, maka mengakibatkan timbulnya
selisih kurs. Jika transaksi diselesaikan dalam periode akuntansi yang sama dengan
terjadinya transaksi, maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Akan tetapi,
ketika transaksi diselesaikan pada periode akuntansi berikutnya, maka selisih kurs yang
diakui dalam setiap periode sampai pada tanggal penyelesaian ditentukan dengan
perubahan kurs selama masing-masing periode.
Jika keuntungan atau kerugian pos nonmoneter diakui dalam penghasilan
komprehensif lain, maka setiap komponen kurs dari keuntungan atau kerugian tersebut
diakui dalam penghasilan komprehensif lain. Sebaliknya, jika keuntungan atau kerugian
pos nonmoneter diakui dalam laba rugi, maka setiap komponen kurs dari keuntungan atau
kerugian tersebut diakui dalam laba rugi.
Selisih kurs yang timbul pada pos moneter yang membentuk bagian dari investasi
neto entitas pelapor dalam kegiatan usaha luar negeri (lihat paragraf 15) diakui dalam
laba rugi pada laporan keuangan tersendiri entitas pelapor sesuai dengan PSAK 4:
Laporan Keuangan Tersendiri atau laporan keuangan individual kegiatan usaha luar
negeri, mana yang tepat. Dalam laporan keuangan yang mencakup kegiatan usaha luar
negeri dan entitas pelapor (contohnya laporan keuangan konsolidasian ketika kegiatan
usaha luar negeri adalah entitas anak), selisih kurs diakui awalnya dalam penghasilan
komprehensif lain dan direklasiflkasi dari ekuitas ke laba rugi pada saat pelepasan
investasi neto sesuai dengan paragraf 48.

Perubahan dalam Mata Uang Fungsional


Ketika terdapat perubahan dalam mata uang fungsional, entitas menerapkan
prosedur penjabaran untuk mata uang fungsional yang baru secara prospektif sejak
tanggal perubahan itu.
Seperti yang dinyatakan di paragraf 13, mata uang fungsional dari entitas
mencerminkan transaksi, peristiwa, dan kondisi mendasari yang relevan terhadap entitas.
Sejalan dengan hal tersebut, sekali ditentukan, mata uang fungsional dapat berubah hanya
jika terdapat perubahan pada transaksi, peristiwa, dan kondisi mendasari tersebut.
Sebagai contoh, perubahan dalam mata uang yang paling memengaruhi harga jual barang
dan jasa dapat mengakibatkan perubahan dalam mata uang fungsional.
Dampak perubahan mata uang fungsional diperlakukan secara prospektif. Dengan
kata lain, entitas menjabarkan seluruh pos ke dalam mata uang fungsional yang baru
menggunakan kurs pada tanggal perubahan itu. Hasil dari jumlah yang dijabarkan untuk
pos nonmoneter dianggap sebagai biaya historisnya. Selisih kurs yang timbul dari
penjabaran kegiatan usaha luar negeri yang diakui sebelumnya dalam penghasilan
komprehensif lain sesuai dengan paragraf 32 dan 39(c) tidak direklasifikasi dari ekuitas
ke laba rugi sampai pelepasan kegiatan usaha tersebut.
C. PENGGUNAAN MATA UANG PELAPORAN SELAIN MATA UANG
FUNGSIONAL

Penjabaran dalam Mata Uang Penyajian


Pada umumnya mata uang penyajian di Indonesia adalah rupiah. Entitas dapat
menyajikan laporan keuangan dalam mata uang (atau beberapa mata uang) selain mata
uang fungsionalnya. Jika mata uang penyajian berbeda dengan mata uang fungsional
entitas, maka entitas menjabarkan hasil dan posisi keuangannya ke dalam mata uang
penyajian. Sebagai contoh, jika suatu kelompok usaha berisi entitas individual dengan
mata uang fungsional yang berbeda, maka hasil dan posisi keuangan setiap entitas
dinyatakan dalam suatu mata uang bersama sehingga laporan keuangan konsolidasian
disajikan.
Hasil dan posisi keuangan entitas yang mata uang fungsionalnya bukan mata uang
dari suatu ekonomi hiperinflasi dijabarkan ke dalam mata uang penyajian yang berbeda,
dengan menggunakan prosedur sebagai berikut:
1. aset dan liabilitas untuk setiap laporan posisi keuangan yang disajikan (yaitu
termasuk komparatif) dijabarkan menggunakan kurs penutup pada tanggal laporan
posisi keuangan tersebut;
2. penghasilan dan beban untuk setiap laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain (yaitu termasuk komparatif) dijabarkan menggunakan kurs
pada tanggal transaksi; dan
3. seluruh selisih kurs yang dihasilkan diakui dalam penghasilan komprehensif lain.

Untuk alasan praktis, kurs yang mendekati kurs pada tanggal transaksi, sebagai
contoh kurs rata-rata untuk periode itu, sering digunakan untuk menjabarkan pos-pos
penghasilan dan beban. Akan tetapi, jika kurs berfluktuasi secara signifikan, maka tidak
tepat menggunakan kurs rata-rata untuk suatu periode.
Hasil dan posisi keuangan entitas yang mata uang fungsionalnya adalah mata
uang dari suatu ekonomi hiperinflasi dijabarkan ke dalam mata uang penyajian yang
berbeda dengan menggunakan prosedur sebagai berikut:
1. seluruh jumlah (yaitu aset, liabilitas, pos ekuitas, penghasilan, dan beban
termasuk komparatifnya) dijabarkan dengan kurs penutup pada tanggal laporan
posisi keuangan terkini, kecuali bahwa
2. ketika jumlah tersebut dijabarkan ke dalam mata uang ekonomi nonhiperinflasi,
maka jumlah komparatif adalah jumlah yang disajikan sebagai jumlah tahun
berjalan dalam laporan keuangan tahun sebelumnya yang relevan (yaitu tidak
disesuaikan dengan perubahan tingkat harga berikutnya atau perubahan kurs
berikutnya).

Hasil dan posisi keuangan entitas yang mata uang fungsionalnya adalah mata
uang dari suatu ekonomi hiperinflasi dijabarkan ke dalam mata uang penyajian yang
berbeda dengan menggunakan prosedur sebagai berikut:
1. seluruh jumlah (yaitu aset, liabilitas, pos ekuitas, penghasilan, dan beban
termasuk komparatifnya) dijabarkan dengan kurs penutup pada tanggal laporan
posisi keuangan terkini, kecuali bahwa
2. ketika jumlah tersebut dijabarkan ke dalam mata uang ekonomi nonhiperinflasi,
maka jumlah komparatif adalah jumlah yang disajikan sebagai jumlah tahun
berjalan dalam laporan keuangan tahun sebelumnya yang relevan (yaitu tidak
disesuaikan dengan perubahan tingkat harga berikutnya atau perubahan kurs
berikutnya).

Ketika mata uang fungsional entitas adalah mata uang ekonomi hiperinflasi, maka
entitas menyajikan kembali laporan keuangannya sesuai dengan PSAK 63: Pelaporan
Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi sebelum menerapkan metode penjabaran yang
dijelaskan, kecuali untuk jumlah komparatif yang dijabarkan ke dalam mata uang
ekonomi bukan hiperinflasi. Ketika ekonomi hiperinflasi berakhir dan entitas tidak lagi
menyajikan kembali laporan keuangannya sesuai dengan PSAK 63, maka entitas
menggunakan jumlah yang disajikan kembali ke tingkat harga pada tanggal entitas
berhenti menyajikan kembali laporan keuangannya, sebagai biaya historis untuk
penjabaran ke dalam mata uang penyajian.
Penjabaran Kegiatan Usaha Luar Negeri
Penggabungan hasil dan posisi keuangan kegiatan usaha luar negeri dengan
entitas pelapor mengikuti prosedur konsolidasi normal, seperti eliminasi saldo dan
transaksi intra kelompok usaha dari entitas anak (lihat PSAK 65: Laporan Keuangan
Konsolidasian). Akan tetapi, aset (atau liabilitas) moneter intrakelompok usaha, baik
jangka pendek atau jangka panjang, tidak dapat dieliminasi dengan liabilitas (atau aset)
intrakelompok usaha tanpa menunjukkan hasil fluktuasi mata uang dalam laporan
keuangan konsolidasian. Hal ini karena pos moneter menggambarkan komitmen untuk
mengkonversi suatu mata uang ke dalam mata uang lain dan mengakibatkan entitas
pelapor memiliki risiko atas keuntungan atau kerugian melalui fluktuasi mata uang.
Sejalan dengan hal tersebut, dalam laporan keuangan konsolidasian entitas pelapor,
selisih kurs diakui dalam laba rugi atau, jika selisih kurs tersebut timbul dari kondisi yang
dideskripsikan di paragraf 32, maka selisih kurs diakui dalam penghasilan komprehensif
lain dan diakumulasikan dalam komponen ekuitas terpisah sampai pelepasan kegiatan
usaha luar negeri.
Jika laporan keuangan kegiatan usaha luar negeri memiliki tanggal yang berbeda
dari entitas pelapor, maka kegiatan usaha luar negeri sering menyusun laporan keuangan
tambahan dengan tanggal yang sama dengan laporan keuangan entitas pelapor. Ketika hal
ini tidak dilakukan, PSAK 65: Laporan Keuangan Konsolidasian memperkenankan untuk
menggunakan tanggal yang berbeda yang mana perbedaan tersebut tidak lebih dari tiga
bulan dan penyesuaian dilakukan atas dampak setiap transaksi atau peristiwa signifikan
lain yang terjadi antara tanggal yang berbeda tersebut. Dalam kasus demikian, aset dan
liabilitas kegiatan usaha luar negeri dijabarkan pada kurs akhir periode pelaporan
kegiatan usaha luar negeri tersebut. Penyesuaian dilakukan atas perubahan yang
signifikan pada kurs sampai akhir periode pelaporan entitas pelapor sesuai dengan PSAK
65. Pendekatan yang sama digunakan dalam penerapan metode ekuitas untuk entitas
asosiasi dan ventura bersama sesuai dengan PSAK 15: Investasi pada Entitas Asosiasi
dan Ventura Bersama.
Setiap goodwill yang timbul dari akuisisi kegiatan usaha luar negeri dan setiap
penyesuaian nilai wajar jumlah tercatat aset dan liabilitas yang timbul dari akuisisi
kegiatan usaha luar negeri diperlakukan sebagai aset dan liabilitas kegiatan usaha luar
negeri tersebut. Dengan demikian, aset dan liabilitas tersebut dinyatakan dalam mata
uang fungsional kegiatan usaha luar negeri dan dijabarkan dengan menggunakan kurs
penutup.

Pelepasan atau Pelepasan Sebagian Kegiatan Usaha Luar Negeri


Dalam pelepasan kegiatan usaha luar negeri, jumlah kumulatif selisih kurs yang
terkait dengan kegiatan usaha luar negeri tersebut, yang diakui dalam penghasilan
komprehensif lain dan diakumulasi dalam komponen ekuitas yang terpisah,
direklasiflkasi dari ekuitas ke laba rugi (sebagai penyesuaian reklasiflkasi) ketika
keuntungan atau kerugian dari pelepasan kegiatan usaha luar negeri diakui (lihat PSAK 1:
Penyajian Laporan Keuangan).
Dalam pelepasan sebagian dari entitas anak yang mencakup kegiatan usaha luar
negeri, entitas mereatribusi bagian yang sebanding dari jumlah kumulatif selisih kurs
yang diakui dalam penghasilan komprehensif lain ke kepentingan nonpengendali pada
kegiatan usaha luar negeri tersebut. Dalam setiap pelepasan yang lain atas sebagian
kegiatan usaha luar negeri, entitas mereklasiflkasi hanya bagian proporsional dari jumlah
kumulatif selisih kurs yang diakui dalam penghasilan komprehensif lain ke laba rugi.
Entitas dapat melepas seluruh atau sebagian kepentingannya pada kegiatan usaha
luar negeri melalui penjualan, likuidasi, pembayaran kembali modal saham atau
meninggalkan seluruh atau sebagian dari entitas tersebut. Pengurangan jumlah tercatat
kegiatan usaha luar negeri, disebabkan kerugian usahanya sendiri atau penurunan nilai
yang diakui oleh investor, bukan merupakan pelepasan sebagian. Sejalan dengan hal
tersebut, tidak ada bagian dari keuntungan atau kerugian kurs valuta asing yang diakui
dalam penghasilan komprehensif lain yang direklasifikasi ke laba rugi pada saat
terjadinya pengurangan nilai.

D. PENGARUH PAJAK SELURUH SELISIH KURS

Keuntungan atau kerugian transaksi valuta asing dan selisih kurs yang timbul
dalam penjabaran hasil dan posisi keuangan entitas (termasuk kegiatan usaha luar negeri)
ke dalam mata uang yang berbeda mungkin memiliki pengaruh pajak. PSAK 46: Pajak
Penghasilan diterapkan atas pengaruh pajak tersebut.

E. PENGUNGKAPAN

Entitas mengungkapkan:
1. jumlah selisih kurs yang diakui dalam laba rugi, kecuali untuk selisih kurs yang
timbul pada instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi
sesuai dengan PSAK 71: Instrumen Keuangan; dan
2. selisih kurs neto yang diakui dalam penghasilan komprehensif lain dan
diakumulasikan dalam komponen ekuitas yang terpisah, serta rekonsiliasi selisih
kurs tersebut pada awal dan akhir periode.

Jika mata uang penyajian berbeda dari mata uang fungsional, maka fakta tersebut
dinyatakan bersama dengan pengungkapan tentang mata uang fungsional dan alasan
untuk menggunakan mata uang penyajian yang berbeda.
Jika terdapat perubahan dalam mata uang fungsional entitas pelapor maupun
kegiatan usaha luar negeri yang signiflkan, maka fakta dan alasan perubahan dalam mata
uang fungsional tersebut diungkapkan.
Jika entitas menyajikan laporan keuangan dalam mata uang yang berbeda dari
mata uang fungsionalnya, maka entitas mendeskripsikan bahwa laporan keuangan telah
patuh pada SAK hanya jika entitas mematuhi seluruh persyaratan SAK yang berlaku
termasuk metode penjabaran.
Entitas kadang menyajikan laporan keuangan atau informasi keuangan lain dalam
mata uang yang bukan mata uang fungsionalnya tanpa memenuhi persyaratan di paragraf
55. Sebagai contoh, entitas mungkin mengkonversi hanya terhadap pos tertentu dari
laporan keuangannya. Atau, entitas yang mata uang fungsionalnya bukan mata uang dari
ekonomi hiperinflasi mungkin mengkonversi laporan keuangannya ke dalam mata uang
lain dengan menjabarkan seluruh pos dengan kurs penutup terkini. Konversi tersebut
tidak sesuai dengan SAK dan disyaratkan untuk melakukan pengungkapan yang
dijelaskan dalam paragraf 57.
Jika entitas menyajikan laporan keuangan atau informasi keuangan lain dalam
mata uang yang berbeda, baik mata uang fungsional maupun mata uang penyajian, dan
persyaratan dari paragraf 55 tidak terpenuhi, maka entitas:
1. mengidentiflkasi secara jelas informasi tersebut sebagai informasi tambahan
untuk membedakannya dengan informasi yang patuh pada SAK;
2. mengungkapkan mata uang yang digunakan dalam informasi tambahan tersebut;
dan
3. mengungkapkan mata uang fungsional entitas dan metode penjabaran yang
digunakan untuk menentukan informasi tambahan tersebut.
KESIMPULAN

PSAK 10 tentang Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing menjelaskan bagaimana


memasukkan transaksi dalam mata uang asing dan kegiatan usaha luar negeri ke dalam laporan
keuangan entitas dan bagaimana menjabarkan laporan keuangan ke dalam mata uang penyajian.
PSAK 10 ini merevisi PSAK 10 tentang Transaksi dalam Mata Uang Asing yang telah
dikeluarkan pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini diterapkan pada akuntansi transaksi
dan saldo dalam valuta asing, kecuali transaksi dan saldo derivatif yang termasuk dalam ruang
lingkup PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran; penjabaran hasil dan posisi
keuangan dari kegiatan usaha luar negeri yang termasuk dalam laporan keuangan entitas dengan
cara konsolidasi atau metode ekuitas; dan penjabaran hasil dan posisi keuangan suatu entitas ke
dalam mata uang penyajian. Mata uang fungsional adalah mata uang pada lingkungan ekonomi
utama dimana entitas beroperasi, sedangkan mata uang penyajian adalah mata uang yang
digunakan dalam penyajian laporan keuangan . Pada pengakuan awal, transaksi valuta asing
dicatat dalam mata uang fungsional. Jumlah valuta asing dihitung ke dalam mata uang fungsional
dengan kurs spot antara mata uang fungsional dan valuta asing pada tanggal transaksi. Pada akhir
setiap periode pelaporan, pos moneter valuta asing dijabarkan menggunakan kurs penutup; pos
nonmoneter yang diukur dalam biaya historis dalam valuta asing dijabarkan menggunakan kurs
pada tanggal transaksi; dan pos nonmoneter yang diukur pada nilai wajar dalam valuta asing
dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal ketika nilai wajar diukur. Entitas mengungkapkan
jumlah selisih kurs yang diakui dalam laba rugi, kecuali untuk selisih kurs yang timbul pada
instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi sesuai dengan PSAK 55:
Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran; dan selisih kurs neto yang diakui dalam
penghasilan komprehensif lain dan diakumulasikan dalam komponen ekuitas yang terpisah, serta
rekonsiliasi selisih kurs tersebut pada awal dan akhir periode.
KRITIK PSAK 10 MEGENAI VALUTA ASING TERHADAP TEORI AKUNTANSI

PSAK 10 pada dasarnya memberikan pedoman tentang bagaimana perusahaan harus


mengakuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing dan bagaimana mengukur laporan
keuangan dalam mata uang pelaporan (biasanya mata uang domestik). Beberapa kritik yang
mungkin diajukan terhadap PSAK 10 dan lebih umum terhadap teori akuntansi terkait valuta
asing dapat meliputi:

Kompleksitas:
● Kritik dapat ditujukan pada tingkat kompleksitas aturan dan prosedur akuntansi
untuk transaksi valuta asing. Beberapa pihak mungkin berpendapat bahwa aturan
tersebut sulit dipahami dan mengimplementasikannya, terutama bagi perusahaan
kecil atau tanpa sumber daya yang memadai.
Ketidakpastian dalam Perkiraan Kurs Valuta Asing:
● PSAK 10 mengharuskan perusahaan untuk menggunakan kurs valuta asing pada
tanggal transaksi untuk mengukur aset dan kewajiban. Kritik dapat muncul terkait
dengan ketidakpastian dalam memperkirakan kurs valuta asing di masa depan dan
dampaknya pada laporan keuangan.
Volatilitas Kurs Valuta Asing:
● Perubahan kurs valuta asing dapat menyebabkan fluktuasi nilai aset dan
kewajiban dalam laporan keuangan. Beberapa pihak mungkin berpendapat bahwa
hal ini dapat menciptakan volatilitas yang tidak selalu mencerminkan kinerja
sebenarnya perusahaan.
Kesulitan Penyesuaian untuk Pengaruh Valuta Asing:
● Beberapa kritik mungkin menyoroti kesulitan dalam menyesuaikan laporan
keuangan untuk pengaruh valuta asing, terutama jika perusahaan beroperasi di
banyak negara dengan mata uang yang berbeda.
CONTOH PENERAPAN PSAK 10 LAPORAN KEUANGAN VALUTA ASING

PT ABC adalah perusahaan Indonesia yang melakukan impor bahan baku dari Amerika Serikat
pada tanggal 1 Januari 2023. Transaksi tersebut melibatkan pembelian bahan baku senilai USD
100.000 dengan kurs spot saat itu sebesar Rp 14.000/USD.

Berikut adalah langkah-langkah penerapan PSAK 10:

Pada Tanggal Transaksi (1 Januari 2023):


● Pembelian bahan baku: USD 100,000 x Rp 14,000 = Rp 1,400,000,000
● Pembelian diakui dalam mata uang domestik (Rp) berdasarkan kurs spot pada
tanggal transaksi.
Pada Akhir Periode Pelaporan (31 Maret 2023):
● Pada akhir periode pelaporan, kurs spot berubah menjadi Rp 13,800/USD.
● Nilai buku bahan baku dalam mata uang domestik = USD 100,000 x Rp 13,800 =
Rp 1,380,000,000
● Perubahan nilai buku ini menciptakan selisih kurs valuta asing. Selisih ini diakui
sebagai laba atau rugi kurs valuta asing dalam laporan laba rugi.
Laporan Laba Rugi:
● Selisih kurs valuta asing: Rp 1,400,000,000 - Rp 1,380,000,000 = Rp 20,000,000
(sebagai kerugian)
● Kerugian ini dicatat di laporan laba rugi sebagai beban kurs valuta asing.
Pembayaran Utang pada Akhir Periode (31 Maret 2023):
● Jika pembayaran dilakukan pada akhir periode, jumlah yang dibayarkan dalam
USD adalah USD 100,000. Namun, karena kurs spot adalah Rp 13,800/USD,
jumlah yang dibayarkan dalam mata uang domestik adalah USD 100,000 x Rp
13,800 = Rp 1,380,000,000.

Penerapan PSAK 10 memastikan bahwa transaksi valuta asing diakuntansi dengan


memperhitungkan perubahan kurs valuta asing dari waktu ke waktu dan mencatat dampaknya
pada laporan keuangan. Selisih kurs valuta asing tercermin dalam laporan laba rugi untuk
mencerminkan dampaknya terhadap kinerja keuangan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

PSAK 10 Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing, 2022.


https://mobile-api.iaiglobal.or.id/Portal/pdf_view2/VTdRQjV5VWhUWlZncmx5Vm1HOGhOdz
09

Anda mungkin juga menyukai