Anda di halaman 1dari 44

Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

BAB I
PENDAHULUAN

Pada dasarnya, mata uang fungsional (mata uang pengukuran) adalah mata uang
yang digunakan dalam transaksi pengukuran. Sedangkan mata uang pelaporan adalah mata
uang yang digunakan dalam menyajikan laporan keuangan.
PSAK 10 mensyaratkan bahwa suatu perusahaan mengukur transaksinya
menggunakan mata uang fungsionalnya dan membolehkan perusahaan menyajikan laporan
keuangannya dengan menggunakan mata uang apa saja. Namun PSAK 10 paragraf 38 juga
menyatakan bahwa mata uang pelaporan di Indonesia adalah Rupiah.
Suatu entitas dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing dalam dua
cara. Entitas mungkin memiliki transaksi dalam mata uang asing atau memiliki kegiatan
usaha luar negeri. Di samping itu, suatu entitas dapat menyajikan laporan keuangannya
dalam mata uang asing. Tujuan dari pernyataan ini adalah untuk menjelaskan bagaimana
memasukkan transaksi dalam mata uang asing dan kegiatan usaha luar negeri ke dalam
laporan keuangan suatu entitas dan bagaimana menjabarkan laporan keuangan kedalam
suatu mata uang penyajian.
Permasalahan utama adalah nilai tukar mana yang digunakan dan bagaimana
melaporkan pengaruh dari perubahan nilai tukar dalam laporan keuangan. PSAK 10
Mengenai Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing mengatur tentang bagaimana
perlakuan dalam menggunakan valuta asing ketika terjadi transaksi-transaksi yang
berhubungan dengan akuntansi.

1
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Financial Instrument, Transaksi Dalam Mata Uang Asing


Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI kembali merevisi salah satu PSAK-nya,
yaitu PSAK 10 yang menggantikan PSAK 10 (1994) "Transaksi Dalam Mata Uang Asing".
PSAK 11 (1994) "Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing", dan PSAK 52
(198) "Mata Uang Pelaporan". PSAK ini efektif per 1 Januari 2012.

2.2. Tujuan dan Lingkup


Tujuan dari dibentuknya PSAK 10 ini adalah untuk mengetahui bagaimana
memasukkan transaksi dalam mata uang asing dan kegiatan usaha luar negeri kedalam
laporan keuangan entitas kedalam menjabarkan laporan keuangan kedalam mata uang
penyajian.

Ruang Lingkup
1. Akuntansi transaksi dan saldo dalam mata uang asing, kecuali transaksi dan saldo
derivative (PSAK 55)
2. Menjabarkan hasil dan posisi keuangan dari kegiatan usaha luar negeri yang termasuk
dalam laporan keuangan entitas secara konsolidasi, proporsional atau metode ekuitas.
3. Menjabarkan hasil dan posisi keuangan suatu entitas ke dalam mata uang penyajian.
4. Derivatif mata uang asing, kecuali derivative yang tidak termasuk lingkup PSAK 55
misal derivative yang melekat pada kontrak lain.
5. Akuntansi lindung nilai mata uang asing termasuk lindung nilai investasi di LN.
6. Penyajian laporan arus kas yang timbul dari transaksi mata uang asing atau penjabaran
arus kas dari kegiatan usaha LN.

2.3. Definisi
Berikut adalah istilah yang digunakan pada PSAK 10 terkait Pengaruh Perubahan
Nilai Tukar Valuta Asing

2
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

a) Investasi neto dalam kegiatan usaha luar negeri adalah jumlah kepentingan entitas
pelapor dalam asset neto dari kegiatan usaha luar negeri tersebut.
b) Kegiatan usaha luar negeri adalah entitas anak, asosiasi, ventura bersama atau
cabang dari entitas pelapor yang aktiitasnya dilaksanakan di Negara yang mata
uangny a menggunakan mata uang selain mata uang pelapor.
c) Kelompok usaha adalah suatu entitas induk dan seluruh anaknya.
d) Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang
e) Kurs penutup adalah kurs spot pada akhir periode pelaporan
f) Kurs Spot adalah kurs untuk realisasi segera
g) Mata Uang Asing adalah mata uang selain mata uang funsional suatu entitas
h) Mata Uang Fungsional adalah mata uang pada lingkungan ekonomi utama dimana
entitas beroperasi.
i) Mata uang penyajian adalah mata uang yang digunakan dalam penyajian laporan
keuangan.
j) Pos-pos moneter adalah unit mata uang yang dimiliki serta asset atau liabilitas yang
akan diterima atau dibayarkan dalam jumlah unit mata uang yang tetap atau dapat
ditentukan.
k) Selisih kurs adalah selisih yang dihasilkan dari penjabaran sejumlah tertentu satu
mata uang kedalam mata uang lain pada kurs yang berbeda.

2.4. Pertimbangan Mata Uang Fungsional


Mata Uang Fungsional
Mata uang fungsional (atau mata uang pengukuran) adalah mata uang yang
digunakan dalam transaksi pengukuran (yaitu mencatat ayat jurnal dan akun-akun besar).
Lingkungan ekonomi utama dimana sebuah entitas beroperasi adalah lingkungan
dimana entitas tersebut utamanya menghasilkan dan mengeluarkan kas. Suatu entitas
mempertimbangkan factor-faktor berikut dalam menentukan mata uang fungsionalnya:
1. Mata Uang:
a. yang paling mempengaruhi harga jual untuk barang dan jasa (mata uang ini
seringkali menjadi mata uang dimana harga jual untuk barang dan jasa
didenominasikan dan diselesaikan); dan

3
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

b. dari suatu negara yang kekuatan persaingan dan perundang-undangannya


sebagian besar menentukan harga jual dari barang dan jasa entitas.
2. Mata uang yang paling mempengaruhi biaya tenaga kerja, material dan biaya-biaya
lain dari pengadaan barang atau jasa (mata uang ini seringkali menjadi mata uang
dimana biaya-biaya tersebut didenominasikan dan diselesaikan).

Faktor-faktor berikut juga dapat memberikan bukti dari mata uang fungsional suatu
entitas:
1. Mata uang yang mana dana dari aktivitas pendanaan (antara lain penerbitan
instrumen utang dan instrumen ekuitas) dihasilkan.
2. Mata uang dalam mana penerimaan dari aktivitas operasi pada umumnya ditahan.
Faktor-faktor berikut ini dipertimbangkan dalam menentukan mata uang fungsional
dari suatu kegiatan usaha luar negeri, dan apakah mata uang fungsionalnya sama seperti
mata uang entitas pelapor (entitas pelapor, dalam konteks ini, merupakan entitas yang
memiliki kegiatan usaha luar negeri sebagai entitas anak, cabang, entitas asosiasi atau
ventura bersama):
1. Apakah aktivitas-aktivitas dari kegiatan usaha luar negeri dilaksanakan sebagai suatu
perpanjangan dari entitas pelapor, bukan dilaksanakan dengan otonomi yang
signifikan. Contoh aktivitas kegiatan usaha luar negeri yang dilaksanakan sebagai
perpanjangan dari entitas pelapor adalah ketika kegiatan usaha luar negeri hanya
menjual barang yang diimpor dari entitas pelapor dan mengirimkan hasilnya ke
entitas pelapor. Contoh aktivitas kegiatan usaha luar negeri yang dilaksanakan
dengan tingkat otonomi signifikan adalah ketika kegiatan usaha luar negeri
mengakumulasikan kas dan pos moneter lain, mengadakan pengeluaran,
menghasilkan pendapatan, dan mengatur pinjaman yang secara substansial
menggunakan mata uang lokalnya.
2. Apakah transaksi dengan entitas pelapor memiliki proporsi yang tinggi atau rendah
dari kegiatan usaha luar negeri.
3. Apakah arus kas dari kegiatan usaha luar negeri secara langsung mempengaruhi arus
kas entitas pelapor dan apakah arus kas tersebut siap tersedia untuk dikirimkan ke
entitas pelapor.

4
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

4. Apakah arus kas dari aktivitas-aktivitas kegiatan usaha luar negeri cukup untuk
membayar kewajiban instrumen utang yang ada ataupun yang diperkirakan dapat
terjadi tanpa adanya dana yang disediakan oleh entitas pelapor.
Jika indikator tersebut bercampur dan mata uang fungsional tidak jelas, maka
manajemen menggunakan pertimbangannya untuk menentukan mata uang fungsional yang
paling tepat menggambarkan pengaruh ekonomi dari transaksi, kejadian, dan kondisi yang
mendasari.
Mata uang fungsional suatu entitas mencerminkan transaksi, kejadian dan kondisi
yang mendasari yang relevan. Sehingga, sekali ditentukan, mata uang fungsional tidak
berubah kecuali ada perubahan pada transaksi, kejadian dan kondisi yang mendasari
tersebut.

Investasi Neto di dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri


Entitas mungkin memiliki suatu pos moneter yang merupakan tagihan dari atau
utang kepada suatu kegiatan usaha luar negeri. Suatu pos yang penyelesaiannya tidak
direncanakan ataupun mungkin tidak akan terjadi dimasa mendatang, pada hakekatnya

5
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

adalah bagian dari investasi neto entitas tersebut di dalam kegiatan usaha luar negeri, dan
diperlakukan sesuai dengan paragraf 30 dan 31. Pos-pos moneter ini mungkin mencakup
piutang atau utang jangka panjang. Pos-pos moneter ini tidak mencakup piutang dagang atau
utang dagang.

Entitas yang memiliki pos moneter yang merupakan tagihan dari atau utang kepada
kegiatan usaha luar negeri, dapat merupakan entitas anak mana pun dari suatu kelompok
usaha tertentu. Misalnya, entitas memiliki dua entitas anak A dan B. B adalah kegiatan usaha
luar negeri. A memberikan pinjaman ke B. Piutang tagihan A atas B akan menjadi bagian
dari investasi neto entitas induk dalam entitas anak B jika penyelesaian pinjaman tidak
direncanakan ataupun penyelesaian tidak akan terjadi di masa mendatang. Ini juga berlaku
apabila entitas anak A itu sendiri adalah kegiatan usaha luar negeri.

Pos – pos Moneter


Fitur utama dari pos moneter adalah hak untuk menerima (atau kewajiban untuk
menyerahkan) suatu jumlah unit mata uang yang tetap atau dapat ditentukan. Contoh yang
termasuk didalamnya: pensiun dan imbalan kerja lainnya harus dibayar dalam kas,
kewajiban diestimasi yang harus diselesaikan secara kas, dan dividen kas yang diakui
sebagai kewajiban. Demikian juga, kontrak untuk menerima (atau menyerahkan) suatu
jumlah variabel dari instrumen ekuitas yang dimiliki oleh entitas atau jumlah bervariasi dari
aset yang nilai wajarnya diterima (atau diserahkan) setara dengan sejumlah unit mata uang
yang tetap atau dapat ditentukan adalah pos moneter. Sebaliknya, fitur utama dari dari suatu
pos nonmoneter adalah tidak adanya hak untuk menerima (atau kewajiban untuk
menyerahkan) suatu jumlah unit mata uang yang tetap atau dapat ditentukan. Misalnya
termasuk uang muka untuk barang dan jasa (misalnya sewa dibayar di muka), goodwill ,
aset takberwujud, persediaan, aset tetap, dan provisi yang diselesaikan dengan penyerahan
aset nonmoneter.

2.5. Akuntansi untuk Transaksi dalam Mata Uang Asing


Transaksi dalam mata uang asing terjadi ketika entitas mengadakan transaksi dalam
mata uang yang berbeda dengan mata uang fungsionalnya. PSAK 10 mengatur tentang kurs
valuta asing mana yang digunakan untuk menyajikan ulang mata uang asing ke dalam mata
uang fungsional, yaitu sebagai berikut :

6
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

1. Pada saat pengakuan awal


Suatu transaksi dalam mata uang asing harus dicatat dengan nilai tukar spot pada
tanggal transaksi. Namun untuk alasan kepraktisan, PSAK 10 memperbolehkan
penggunaan kurs (nilai tukar) yang mendekati nilai tukar spot pada tanggal transaksi
(paragraf 22). Misalnya kurs rata-rata satu bulan dapat digunakan untuk menyajikan
ulang seluruh transaksi dalam mata uang asing yang terjadi selama bulan tersebut.
Namun jika kurs berfluktuasi secara signifikan maka penggunaan kurs rata-rata
untuk periode itu menjadi tidak tepat (paragrad 22)
2. Pada setiap tanggal pelaporan :
 Pos asset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan kedalam mata
uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila terdapat kesulitan
dalam menentukan kurs tanggal neraca, dapat digunakan kurs tengah BI sebagai
indicator yang obyektif.
 Pos nonmoneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal
neraca, tetapi tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi,
dan
 Pos nonmoneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus
dilaporkan dengan menggunakankurs yang berlaku pada saat nilai tersebut
ditentukan.

7
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

8
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

2.6. Moneter vs Non Moneter


Pos moneter adalah unit dari mata uang yang dipegang atau aset dan liabilitas yang
akan diterima atau dibayarkan dalam jumlah mata uang tetap dan dapat dipastikan.
Sebaliknya, pos non moneter tidak memiliki jumlah yang tetap dan tidak dapat dipastikan.
Contoh dari pos non moneter termasuk:
a. Biaya dibayar di muka dan pendapatan diterima dimuka, karena tidak ada uang yang
dibayarkan atau diterima di masa yang akan datang; dan
b. Sekuritas ekuitas seperti saham, karena penerimaan di masa yang akan datang tidak
tetap dan tidak dapat ditentukan.
Sementara kebanyakan sekuritas utang merupakan pos moneter karena arus kasnya
tetap dan dapat dipastikan.

2.7. Selisih Kurs


Terdapat dua cara untuk menangani selisih kurs :
1) Perspektif satu transaksi
Perspektif ini memandang transaksi dagang dan transaksi pelunasan sebagai
transaksi tunggal dan selisih kurs akan disesuaikan dengan transaksi dagang.
2) Perspektif dua transaksi
Perspektif ini memandang transaksi dagang dan transaksi pelunasan sebagai
transaksi dua transaksi yang berbeda dan selisih kurs akan dicatat secara terpisah
sebagai laba atau rugi selisih kurs.
PSAK 10 paragraf 28 mensyaratkan menggunakan perspektif dua transaksi,
sehingga selisih kurs yang muncul diakui sebagai pendapatan atau beban pada periode
terjadinya. Perspektif dua transaksi dalam paragraf 28 juga berlaku untuk ”selisih kurs yang
belum di realisasi”, yaitu selisih kurs yang timbul akibat perubahan kurs antara tanggal
transaksi dan tanggal pelaporan.

9
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

10
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

2.8. Transaksi Valuta Berjangka


Salah satu transaksi valuta berjangka SWAP adalah transaksi pertukaran dua valuta
asing melalui pembelian tunai dengan penjualan kembali secara berjangka. Pada hakekatnya
transaksi tersebut dilakukan untuk lebih mendapatkan kepastian tentang kurs penjabaran
yang bersifat tetap selama dalam kontrak sehingga pembuat transaksi terhindar dari kerugian
akibat perubahan kurs. Dalam transaksi SWAP pembuat transaksi umumnya
memperhitungkan premi yang ditetapkan terlebih dahulu.Perlakuan akuntansi transaksi
valuta berjangka yang dilakukan untuk tujuan hedging utang adalah sebagai berikut :
a. Selisih kurs tunai (spor rate) dan kurs masa depan (forward rate) dicatat) sebagai
diskonto atau premi yang harus diamortisasi sesuai dengan jangka waktu kontrak
valuta berjangka;
b. Setiap akhir periode harus dihitung selisih kurs untuk utang dalam mata uang asing
(yang diproteksi melalui hedging), forward receivable, dan forward payable dalam
mata uang asing. Selisih kurs yang timbul sebagai akibat perbedaan antara kurs

11
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

tanggal neraca dengan kurs tunai pada saat terjadinya transaksi diakui sebagai
keuntungan atau kerugian kurs periode berjalan;
c. Dalam neraca, forward receivable atau forward payable, dan diskonto atau premi
yang belum diamortisasi yang timbul dari kontrak valuta berjangka yang
berhubungan harus dijadikan satu dibagian asset atau kewajiban. Bergantung pada
posisi neto dari seluruh pos tersebut.

2.9. Investasi Neto Dalam Suatu Entitas Asing


Selisih kurs yang timbul pada suatu pos moneter yang dalam substansinya
membentuk bagian investasi neto perusahaan dalam suatu entitas asing harus
diklasifikasikan sebagai suatu ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan hingga saat
pelepasan (disposal) investasi neto dan pada saat tersebut harus diakui sebagai pendapatan
atau beban (lihat PSAK 11).
Selisih kurs yang timbul dari kewajiban valuta asing yang diperhitungkan sebagai
hedging dari investasi neto perusahaan dalam suatu entitas asing harus diklasifikasikan
sebagai suatu ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan pelepasan (disposal) investasi
neto, dan pada saat tersebut harus diakui sebagai pendapaan atau sebagai beban (lihak PSAK
11)
Kecuali untuk hal-hal yang diuraikan dalam uraian selisih kurs diatas,
selisih penjabaran pada asset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing pada tanggal
neraca dan laba rugi kurs yang timbul dari transaksi dlam mata uang asing dikreditkan atau
dibebankan pada laporan laba rugi periode berjalan.

2.10. Perlakuan Alternative Diijinkan


Selisih kurs dapat disebabkan oleh devaluasi atau depresiasi luar biasa suatu mata
uang dalam keadaan tidak tersedia fasilitas hedging dan menimbulkan kewajiban yang tidak
terselesaikan akibat perolehan asset yang baru saja dilakukan dan harus dilunasi dalam mata
uang asing. Selisih kurs tersebut dapat dimasukkan sebagai nilai tercatat (carrying amount)
asset sepanjang nilai tercatat asset yang disesuaikan tidak melebihi jumlah terendah antara
biaya pengganti (replacement cost) dan jumlah yang dapat diperoleh kembali (amount
recoverable) dari penjualan atau penggunaan asset tersebut. Alternative yang dipilih harus
diungkapkan secukupnya.

12
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

2.11. Pelaporan Transaksi Mata Uang Asing ke dalam Mata Uang Fungsional
2.11.1. Pengakuan Awal
Suatu transaksi mata uang asing adalah suatu transaksi yang didenominasikan atau
memerlukan penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi-transaksi yang
timbul ketika suatu entitas:
a. membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasikan dalam suatu
mata uang asing.
b. meminjam atau meminjamkan dana ketika jumlah yang merupakan utang atau tagihan
didenominasikan dalam suatu mata uang asing; atau
c. memperoleh atau melepas aset, atau mengadakan atau menyelesaikan kewajiban yang
didenominasikan dalam suatu mata uang asing.

Pada pengakuan awal, transaksi mata uang asing dicatat dalam mata uang fungsional.
Jumlah mata uang asing dihitung ke dalam mata uang fungsional dengan kurs spot antara
mata uang fungsional dan mata uang asing pada tanggal transaksi.

Tanggal transaksi adalah tanggal pada saat pertama kali transaksi memenuhi kriteria
pengakuan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Untuk alasan praktis, kurs yang
mendekati kurs aktual pada tanggal transaksi sering digunakan, misalnya, kurs rata-rata
untuk seminggu atau sebulan dapat digunakan untuk semua transaksi dalam mata uang asing
yang terjadi selama periode tersebut. Namun, jika kurs berfluktuasi secara signifikan, maka
penggunaan kurs rata-rata untuk suatu periode adalah tidak tepat.

2.11.2. Pelaporan Pada Akhir Periode Pelaporan Berikutnya


Pada akhir setiap periode pelaporan:
a. pos moneter mata uang asing harus dijabarkan menggunakan kurs penutup;
b. pos nonmoneter yang diukur dalam biaya historis, dalam suatu mata uang asing harus
dijabarkan menggunakan nilai tukar pada tanggal transaksi; dan
c. pos nonmoneter yang diukur pada nilai wajar, dalam mata uang asing harus
dijabarkan menggunakan nilai tukar pada tanggal ketika nilai wajar ditentukan.

13
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

Jumlah tercatat dari suatu pos ditentukan sejalan dengan Pernyataan lain yang
relevan. Sebagai contoh, aset tetap dapat diukur dengan nilai wajar atau biaya historis sesuai
dengan PSAK 16: Aset Tetap. Jumlah tercatat tersebut ditentukan baik berdasarkan biaya
historis ataupun nilai wajar, jika jumlahnya ditentukan dalam mata uang asing, maka jumlah
tercatat tersebut dijabarkan ke dalam mata uang fungsional sesuai pernyataan ini.

Jumlah tercatat beberapa pos ditentukan dengan membandingkan dua jumlah atau
lebih dari pos tersebut. Misalnya, jumlah tercatat persediaan adalah nilai yang lebih rendah
antara biaya perolehan dan nilai realisasi neto sesuai dengan PSAK 14 (revisi
2008): Persediaan. Demikian pula, sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai
Aset , jumlah tercatat aset yang terdapat indikasi penurunan nilai adalah nilai yang lebih
rendah antara jumlah tercatat sebelum mempertimbangkan kemungkinan rugi penurunan
nilai dan jumlah terpulihkannya. Jika aset adalah aset nonmoneter dan diukur dalam mata
uang asing, maka jumlah tercatatnya ditentukan dengan membandingkan:

a. biaya perolehan atau jumlah tercatat (mana yang sesuai), dijabarkan dengan kurs
pada tanggal ketika jumlah itu ditentukan (yaitu nilai pada tanggal transaksi untuk
pos yang diukur dalam biaya historis); dan

b. nilai realisasi neto atau jumlah terpulihkan (mana yang sesuai), dijabarkan dengan
kurs pada tanggal ketika nilai itu ditentukan (misalnya kurs penutup pada akhir
periode pelaporan).

Pengaruh perbandingan ini mungkin merupakan rugi penurunan nilai yang diakui
dalam mata uang fungsional tetapi tidak akan diakui dalam mata uang asing, atau sebaliknya.

Ketika tersedia beberapa kurs, kurs yang digunakan adalah kurs yang mana arus kas
masa depan digambarkan oleh transaksi atau saldo dapat diselesaikan jika arus kas tersebut
telah terjadi pada tanggal pengukuran. Jika kemungkinan pertukaran antar dua mata uang
untuk sementara tidak cukup, maka kurs yang digunakan adalah kurs pertama
berikutnya pada saat pertukaran dapat dilakukan.

2.11.3. Pengakuan Selisih Nilai Tukar (Kurs)


Selisih nilai tukar yang timbul pada penyelesaian pos moneter atau pada penjabaran
pos moneter pada kurs yang berbeda dari kurs pada saat pos moneter tersebut dijabarkan

14
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

pada pengakuan awal selama periode atau pada periode laporan keuangan sebelumnya, harus
diakui dalam laba atau rugi dalam periode pada saat terjadinya.
Jika pos moneter timbul dari transaksi mata uang asing dan terdapat perubahan dalam
nilai tukar antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian, terjadilah sejumlah selisih nilai
tukar. Ketika transaksi diselesaikan dalam suatu periode akuntansi yang sama seperti saat
transaksi itu terjadi, semua selisih nilai tukar diakui dalam periode itu. Namun ketika
transaksi diselesaikan dalam periode akuntansi berikutnya, selisih nilai tukar yang diakui
dalam setiap periode sampai pada tanggal penyelesaian, ditentukan dengan perubahan pada
nilai tukar selama masing-masing periode.
Jika keuntungan atau kerugian pada suatu pos nonmoneter diakui dalam pendapatan
komprehensif lain, setiap komponen perubahan dari keuntungan atau kerugian itu harus
diakui dalam pendapatan komprehensif lain. Sebaliknya, ketika keuntungan atau kerugian
pada suatu pos nonmoneter diakui dalam laba atau rugi, setiap komponen perubahan dari
keuntungan atau kerugian tersebut harus diakui dalam laba atau rugi.
Jika pos moneter membentuk bagian dari investasi neto suatu entitas pelapor dalam
suatu kegiatan usaha luar negeri dan didenominasikan dalam mata uang fungsional dari
entitas pelapor, suatu selisih nilai tukar muncul dalam laporan keuangan individual kegiatan
usaha luar negeri. Jika pos moneter tersebut didenominasikan dalam mata uang fungsional
dari kegiatan usaha luar negeri itu, selisih nilai tukar muncul di dalam laporan keuangan
terpisah suatu entitas pelapor. Jika pos moneter tersebut didenominasikan dalam suatu mata
uang selain mata uang fungsional baik entitas pelapor atau kegiatan usaha luar negeri, suatu
selisih nilai tukar muncul dalam laporan keuangan terpisah entitas pelapor dan dalam
laporan keuangan individual kegiatan usaha luar negeri. Selisih nilai tukar tersebut diakui
dalam pendapatan komprehensif lain pada laporan keuangan yang mencakup kegiatan usaha
luar negeri dan entitas pelapor (yaitu laporan keuangan yang didalamnya kegiatan usaha luar
negeri dikonsolidasikan, dikonsolidasikan secara proporsional atau dihitung dengan
menggunakan metode ekuitas).
Jika entitas melaksanakan pembukuan dan pencatatannya dalam mata uang selain
mata uang fungsionalnya, maka pada waktu entitas menyiapkan laporan keuangan semua
jumlah dijabarkan dalam mata uang fungsional. Hal ini menghasilkan jumlah yang sama
dalam mata uang fungsionalnya seperti yang seharusnya sudah terjadi seandainya pos
tersebut telah dicatat awalnya dalam mata uang fungsional. Misalnya, pos moneter

15
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

dijabarkan dalam mata uang fungsional menggunakan kurs penutup dan pos nonmoneter
yang diukur berdasarkan biaya historis dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal transaksi
saat diakuinya pos tersebut.

2.11.4. Perubahan Dalam Mata Uang Fungsional


Ketika terdapat perubahan dalam mata uang fungsional, entitas menerapkan
prosedur penjabaran untuk mata uang fungsional yang baru secara prospektif sejak tanggal
perubahan itu.
Mata uang fungsional dari entitas mencerminkan transaksi, kejadian, dan kondisi
mendasari yang relevan terhadap entitas. Sehingga, sekali ditentukan, mata uang fungsional
dapat berubah hanya jika terdapat perubahan pada transaksi, kejadian, dan kondisi
mendasari tersebut. Misalnya, perubahan dalam mata uang yang terutama mempengaruhi
harga jual barang dan jasa dapat mengakibatkan perubahan dalam mata uang fungsional.
Pengaruh dari perubahan dalam mata uang fungsional diperlakukan secara
prospektif. Dalam kata lain, suatu entitas menjabarkan semua pos-pos ke dalam mata uang
fungsional yang baru menggunakan nilai tukar pada tanggal perubahan itu. Hasil dari jumlah
yang dijabarkan untuk pos nonmoneter dianggap sebagai biaya historis entitas. Selisih nilai
tukar yang timbul dari penjabaran kegiatan usaha luar negeri, yang sudah diakui sebelumnya
di dalam pendapatan komprehensif lain tidak dikelompokkan ulang dari ekuitas ke dalam
laba atau rugi sampai pelepasan kegiatan usaha tersebut.

2.12. Penggunaan Mata Uang Pelaporan Selain Mata Uang Fungsional

Penjabaran dalam Mata Uang Penyajian


Entitas dapat menyajikan laporan keuangannya dalam mata uang (atau beberapa
mata uang) selain mata uang fungsionalnya. Jika mata uang penyajian berbeda dari mata
uang fungsional entitas, maka entitas menjabarkan hasil dan posisi keuangannya ke dalam
mata uang penyajian. Misalnya, jika suatu kelompok usaha berisi entitas individual dengan
mata uang fungsional yang berbeda, maka hasil dan posisi keuangan setiap entitas
dinyatakan dalam suatu mata uang bersama sehingga laporan keuangan konsolidasian
disajikan.

16
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

Hasil dan posisi keuangan dari suatu entitas yang mata uang fungsionalnya bukan
mata uang dari suatu ekonomi hiperinflasi harus dijabarkan ke dalam mata uang pelaporan
yang berbeda menggunakan prosedur sebagai berikut:
a. aset dan laibilitas untuk setiap laporan dari posisi keuangan yang disajikan (yaitu
termasuk komparatif) harus dijabarkan menggunakan kurs penutup pada tanggal
laporan dari posisi keuangan itu.
b. pendapatan dan beban untuk setiap laporan laba rugi komprehensif atau laporan laba
rugi terpisah yang disajikan (yaitu termasuk komparatif) harus dijabarkan
menggunakan nilai tukar pada tanggal transaksi; dan
c. semua hasil dari selisih nilai tukar harus diakui dalam pendapatan komprehensif lain.

Karakteristik dari lingkungan ekonomi suatu negara yang merupakan indikasi bahwa
negara tersebut mengalami hiperinflasi antara lain:

a. penduduknya lebih memilih untuk menyimpan kekayaan mereka dalam bentuk aset
nonmoneter atau dalam mata uang asing yang relatif stabil. Jumlah mata uang lokal
yang dimiliki segera diinvestasikan untuk mempertahankan daya beli;

b. penduduknya mempertimbangkan jumlah moneter bukan dalam mata uang lokal


tetapi dalam mata uang asing yang relatif stabil. Hargaharga mungkin dikuotasikan
dalam mata uang asing tersebut;

c. harga yang berlaku dalam penjualan dan pembelian secara kredit ditentukan dengan
memasukkan faktor ekspektasi hilangnya daya beli selama periode kredit, bahkan
jika periode kreditnya singkat;

d. suku bunga, upah dan harga dikaitkan dengan indeks harga; dan

e. tingkat inflasi kumulatif selama tiga tahun mendekati atau melebihi 100%.

Untuk alasan praktis, suatu kurs yang mendekati nilai tukar pada tanggal transaksi,
contohnya suatu kurs rata-rata untuk periode itu, sering digunakan untuk menjabarkan pos
pos pendapatan dan beban. Bagaimanapun, jika nilai tukar berfluktuasi secara signifikan,
penggunaan kurs rata-rata untuk suatu periode adalah tidak tepat.Selisih nilai tukar
dihasilkan dari:
a. penjabaran pendapatan dan beban dengan nilai tukar pada tanggal transaksi dan aset
serta kewajiban dengan kurs penutup.

17
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

b. penjabaran saldo awal aset neto dengan kurs penutup yang berbeda dari kurs penutup
sebelumnya.
Selisih kurs ini tidak diakui dalam laba rugi karena perubahan kurs memiliki sedikit
atau tidak memiliki pengaruh langsung terhadap arus kas sekarang dan masa depan dari
kegiatan usaha luar negeri. Jumlah kumulatif dari selisih kurs disajikan dalam komponen
ekuitas terpisah sampai pelepasan kegiatan usaha luar negeri. Jika selisih kurs terkait dengan
kegiatan usaha luar negeri yang dikonsolidasikan tetapi tidak sepenuhnya dimiliki, maka
akumulasi selisih kurs yang timbul dari penjabaran dan dapat diatribusikan pada
kepentingan nonpengendali dialokasikan pada, dan diakui sebagai bagian dari, kepentingan
nonpengendali dalam laporan posisi keuangan konsolidasian.

Penjabaran Kegiatan Usaha Luar Negeri


Penggabungan dari hasil dan posisi keuangan dari suatu kegiatan usaha luar negeri
dengan entitas pelapor mengikuti prosedur konsolidasi normal, seperti eliminasi saldo antar
kelompok dan transaksi antar kelompok dari suatu entitas anak (lihat PSAK 4: Laporan
Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri dan PSAK 12: Bagian
Partisipasi dalam Ventura Bersama). Namun, suatu aset atau kewajiban moneter antar
kelompok, baik jangka pendek atau jangka panjang, tidak dapat dieliminasi terhadap
kewajiban atau aset antar kelompok tanpa menunjukkan hasil fluktuasi mata uang dalam
laporan keuangan konsolidasian.
Hal ini karena pos moneter menggambarkan suatu komitmen untuk mengkonversi
satu mata uang ke dalam mata uang lainnya dan mengakibatkan suatu entitas pelapor
memiliki resiko atas keuntungan atau kerugian melalui fl uktuasi mata uang. Sehingga,
dalam laporan keuangan konsolidasian dari suatu entitas pelapor, selisih nilai tukar ini diakui
dalam laba atau rugi atau, jika selisih nilai tukar ini timbul dari kondisi-kondisiyang
digambarkan dalam paragraf 30, selisih ini diakui dalampendapatan komprehensif lain dan
diakumulasikan dalam suatu komponen terpisah dari ekuitas sampai pelepasan kegiatan
usaha luar negeri.
Jika laporan keuangan dari suatu kegiatan usaha luar negeri memiliki tanggal yang
berbeda dari entitas pelapor, kegia tan usaha luar negeri sering mempersiapkan laporan
tambahan dengan tanggal yang sama seperti laporan keuangan entitas pela por. Ketika hal
ini tidak dilakukan, PSAK 4 mengijinkan penggunaan tanggal yang berbeda yang

18
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

menunjukkan bahwa perbedaan tersebut tidak lebih dari tiga bulan dan penyesuaian dibuat
untuk dampak dari setiap transaksi signifi kan atau kejadian lain yang terjadi antara tanggal
yang berbeda tersebut. Dalam kasus demikian, asset dan kewajiban dari kegiatan usaha luar
negeri dijabarkan pada nilai tukar pada akhir periode pelaporan dari kegiatan usaha luar
negeri itu. Penyesuaian dibuat untuk perubahan yang signifikan dalam nilai tukar sampai
akhir periode pelaporan dari entitas pelapor sesuai dengan PSAK 4. Pendekatan yang sama
digunakan dalam penerapan metode ekuitas untuk entitas asosiasi dan ventura bersama dan
dalam penerapan konsolidasi secara proporsional untuk ventura bersama sesuai dengan
PSAK 15 dan PSAK 12.
Setiap goodwill yang timbul dari akuisisi kegiatan usaha luar negeri dan setiap
penyesuaian nilai wajar jumlah tercatat aset dan liabilitas yang timbul dari akuisisi kegiatan
usaha luar negeri diperlakukan sebagai aset dan liabilitas kegiatan usaha luar negeri tersebut.
Sehingga aset dan liabilitas tersebut dinyatakan dalam mata uang fungsional kegiatan usaha
luar negeri dan dijabarkan dengan menggunakan kurs penutup.

Pelepasan atau Pelepasan Sebagian Kegiatan Usaha Luar Negeri

Dalam pelepasan kegiatan usaha luar negeri, jumlah kumulatif selisih kurs yang
terkait dengan kegiatan usaha luar negeri tersebut, yang diakui dalam pendapatan
komprehensif lain dan diakumulasi dalam komponen ekuitas yang terpisah, direklasifikasi
dari ekuitas ke laba rugi (sebagai penyesuaian reklasifikasi) ketika keuntungan atau kerugian
dari pelepasan kegiatan usaha luar negeri diakui (lihat PSAK 1 (revisi 2009): Penyajian
Laporan Keuangan ).

Selain pelepasan seluruh kepentingan entitas pada kegiatan usaha luar negeri, hal
berikut ini dicatat sebagai pelepasan walaupun entitas masih memiliki kepentingan pada
entitas anak, entitas asosiasi, atau pengendalian bersama entitas terdahulu:

a) hilangnya pengendalian pada entitas anak yang mencakup kegiatan usaha luar
negeri;

b) hilangnya pengaruh signifikan pada entitas asosiasi yang mencakup kegiatan usaha
luar negeri; dan

19
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

c) hilangnya pengendalian bersama pada pengendalian bersama entitas yang


mencakup kegiatan usaha luar negeri.

Pada pelepasan entitas anak yang mencakup kegiatan usaha luar negeri, jumlah
kumulatif selisih kurs yang terkait dengan kegiatan usaha luar negeri yang telah
diatribusikan pada kepentingan nonpengendali dihentikan pengakuannya, tetapi tidak
direklasifikasi ke laba rugi.

Dalam pelepasan sebagian dari entitas anak yang mencakup kegiatan usaha luar
negeri, entitas mereatribusi bagian yang sebanding dari jumlah kumulatif selisih kurs yang
diakui dalam pendapatan komprehensif lain ke kepentingan nonpengendali pada kegiatan
usaha luar negeri tersebut. Dalam setiap pelepasan yang lain atas sebagian kegiatan usaha
luar negeri, entitas mereklasifikasi hanya bagian yang sebanding dari jumlah kumulatif
selisih kurs yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain ke laba rugi.

Pelepasan sebagian kepentingan entitas pada kegiatan usaha luar negeri adalah setiap
pengurangan kepentingan kepemilikan entitas dalam kegiatan usaha luar negeri, yang
diperlakukan sebagai pelepasan.

Entitas dapat melepas seluruh atau sebagian kepentingannya pada kegiatan usaha
luar negeri melalui penjualan, likuidasi, pembayaran kembali modal saham atau
meninggalkan seluruh atau sebagian dari entitas tersebut. Pengurangan jumlah tercatat
kegiatan usaha luar negeri, disebabkan kerugian usahanya sendiri atau penurunan nilai yang
diakui oleh investor, bukan merupakan pelepasan sebagian. Oleh karena itu, tidak ada bagian
dari keuntungan atau kerugian kurs valuta asing yang diakui dalam pendapatan
komprehensif lain yang direklasifikasi ke laba rugi pada saat terjadinya pengurangan nilai.

Pengaruh Pajak atas Semua Selisih Nilai Tukar

Keuntungan atau kerugian pada transaksi mata uang asing dan selisih nilai tukar yang
timbul pada penjabaran hasil dan posisi keuangan dari suatu entitas (termasuk suatu kegiatan
usaha luar negeri) ke dalam suatu mata uang yang berbeda mungkin memiliki pengaruh
pajak. PSAK 46 diterapkan ke pengaruh pajak ini.

20
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

2.13. Pengungkapan
Dalam kasus suatu kelompok usaha, acuan ‘mata uang fungsional’ berlaku pada
mata uang fungsional dari entitas induk.
Entitas mengungkapkan:

a) jumlah selisih kurs yang diakui dalam laba rugi, kecuali untuk selisih kurs yang
timbul pada instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba
rugi sesuai dengan PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran; dan
b) selisih kurs neto yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan
diakumulasikan dalam komponen ekuitas yang terpisah, serta rekonsiliasi selisih
kurs tersebut pada awal dan akhir periode.

Jika mata uang penyajian berbeda dari mata uang fungsional, maka fakta tersebut
dinyatakan bersama dengan pengungkapan tentang mata uang fungsional dan alasan untuk
menggunakan mata uang penyajian yang berbeda.

Jika terdapat perubahan dalam mata uang fungsional entitas pelapor maupun
kegiatan usaha luar negeri yang signifikan, maka fakta dan alasan perubahan dalam mata
uang fungsional tersebut diungkapkan.

Jika entitas menyajikan laporan keuangan dalam mata uang yang berbeda dari mata
uang fungsionalnya, maka entitas menjelaskan bahwa laporan keuangan tunduk pada
Standar Akuntansi Keuangan hanya jika entitas mematuhi semua persyaratan Standar
Akuntansi Keuangan yang berlaku termasuk metode penjabaran.

Entitas kadang menyajikan laporan keuangan atau informasi keuangan lain dalam
mata uang yang bukan mata uang fungsionalnya tanpa memenuhi persyaratan. Misalnya,
entitas mungkin mengkonversi hanya terhadap pos tertentu dari laporan keuangannya. Atau,
entitas yang mata uang fungsionalnya bukan mata uang dari ekonomi hiperinfasi mungkin
mengkonversi laporan keuangannya ke dalam mata uang lain dengan menjabarkan semua
pos dengan kurs penutup terkini. Konversi tersebut tidak sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan dan disyaratkan untuk melakukan pengungkapan.

21
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

Jika entitas menyajikan laporan keuangan atau informasi keuangan lain dalam mata
uang yang berbeda, baik mata uang fungsional maupun mata uang penyajian, dan
persyaratan tidak terpenuhi, maka entitas:

a) mengidentifikasi secara jelas informasi tersebut sebagai informasi tambahan untuk


membedakannya dengan informasi yang tunduk pada Standar Akuntansi Keuangan;

b) mengungkapkan mata uang yang mana informasi tambahan tersebut disajikan; dan

c) mengungkapkan mata uang fungsional entitas dan metode penjabaran yang


digunakan untuk menentukan informasi tambahan tersebut.

2.14. Translasi atas Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing


Translasi atas laporan keuangan dari anak entitas atau operasi yang menggunakan
mata uang asing dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Aset dan liabilitas ditranslasi menggunakan kurs pada tanggal pelaporan;
b. Transaksi ekuitas ditranslasi menggunakan kurs pada tanggal transaksi;
c. Pendapatan dan beban ditranslasi menggunakan kurs pada tanggal transaksi, namun
dapat juga menggunakan kurs rata-rata;
d. Perbedaan yang timbul dari translasi diakui sebagai penghasilan komprehensif lain;
e. Laporan arus kas ditranslasi menggunakan kurs pada tanggal transaksi, namun dapat
juga menggunakan kurs rata-rata; dan
f. Sebagai catatan, penggunaan kurs rata-rata untuk pendapatan dan beban
diperbolehkan apabila fluktuasi kurs selama periode pelaporan keuangan cenderung
stabil.
Jika mata uang fungsional entitas anak atau operasi di luar negeri sama dengan mata
uang lokal/pelaporan tempat entitas anak atau operasi di luar negeri berada, maka proses
translasi dapat dilakukan secara langsung. Translasi berarti mengubah mata uang fungsional
entitas anak atau operasi di luar negeri menjadi mata uang fungsional entitas induk.
Sementara jika mata uang fungsional entitas anak atau operasi di luar negeri tidak
sama dengan mata uang lokal/pelaporan tempat entitas anak atau operasi di luar negeri
berada, maka harus dilakukan proses remeasurement terlebih dahulu dilakukan proses
translasi jika mata uang fungsional entitas anak atau operasi di luar negeri tidak sama dengan
mata uang fungsional entitas induk. Proses remeasurement merupakan proses restatement

22
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

untuk mengubah laporan keuangan entitas anak atau operasi di luar negeri (yang
menggunakan uang lokal/pelaporan) menjadi mata uang fungsional entitas anak atau operasi
di luar negeri.
Mata uang fungsional merupakan mata uang yang digunakan dalam transaksi entitas.
Sementara mata uang lokal adalah mata uang yang digunakan di negara tempat entitas
berada. Mata uang fungsional belum tentu sama dengan mata uang lokal. Misalnya sebuah
entitas anak berada di Singapura sementara entitas induk berada di Amerika. Karena entitas
anak berada di Singapura, maka mata uang lokas entitas anak tersebut adalah SGD.
Sementara entitas anak tersebut dapat menggunakan mata uang fungsional US$ karena
sebagian transaksinya berkaitan dengan entitas induk dan menggunakan US$.

23
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

2.15. Perbedaan PSAK 10 dengan PSAK Sebelumnya


Ada beberapa pokok penting yang membedakan PSAK 10 (revisi 2009) tersebut
PSAK sebelumnya:
1. Ruang lingkup
Perihal PSAK No. 10 (revisi 2009) PSAK 10, 11, dan 52

Ruang lingkup Tidak diterapkan pada Mengatur akuntansi hedge sebatas


akuntansi lindung nilai selisih kurs dalam transaksi
(hedge) pada mata uang hedge.
asing, termasuk lindung
nilai dari investasi neto
dalam kegiatan usaha luar
negeri.

2. Definisi
Perihal PSAK No. 10 (revisi 2009) PSAK 10, 11, dan 52

Definisi  Nilai tukar spot. • Tidak ada


 Investasi neto di dalam
suatu kegiatan usaha luar
negeri; dan
 Pos-pos moneter

24
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

2. Penentuan Mata Uang Fungsional

Point utama dari PSAK 10 (revisi 2009) adalah bagaimana penentuan mata uang
fungsional. Mata uang fungsional adalah mata uang pada lingkungan ekonomi utama dimana
entitas beroperasi. Artinya dianggap sebagai mata uang dasar (base currency) dalam
menentukan nilai tukar atau dalam perhitungan selisih kurs. Sebagai contoh, apabila
berdasarkan fakta substansi ekonomi mata uang fungsional perusahaan adalah Dolar
Amerika, maka mata uang selain Dolar Amerika dianggap sebagai mata uang non

25
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

fungsional, sehingga semua transaksi dalam mata uang non fungsional harus ditranslasikan
ke mata uang fungsional.
Banyak Perusahaan-perusahaan di Indonesia khususnya Perusahaan Modal Asing
(PMA) yang melakukan hampir keseluruhan transaksi penjualan dan pembeliannya dengan
menggunakan mata uang selain Rupiah dan penerimaannya aktivitas operasinya juga bukan
mata uang Rupiah, intinya mata uang yang ada di dominasi oleh mata uang selain Rupiah
namun menggunakan mata uang fungsionalnya adalah Rupiah.
Oleh karena itu, dalam penentuan mata uang fungsional tingkat relevansi dan
keandalan harus diperoleh, misalnya melalui pemberian bobot pada masing-masing
indikator tersebut di atas, kemudian atas bobot indkator individu ini ditentukan bobot secara
keseluruhan. Jika dari hasil pembobotan disimpulkan bahwa mata uang selain Rupiah yang
paling dominan digunakan sebagai mata uang fungsional maka sudah tidak relevan lagi bagi
Perusahaan tersebut untuk menggunakan Rupiah sebagai mata uang fungsionalnya,
sehingga harus dilakukan perubahan mata uang fungsional.

2. Perubahan dalam mata Uang Fungsional

Maka dari itu per 1 Januari 2012 sejak PSAK 10 (revisi 2009) ini berlaku, maka
setiap Perusahaan yang sebelumnya menggunakan mata uang fungsional Rupiah, harus
melakukan review ulang kembali atas mata uang fungsional, jika dari hasil review tersebut
menyatakan bahwa indikator-indikator yang telah disebutkan diatas terpenuhi, maka harus
dilakukan perubahan mata uang fungsionalnya, yang telah diatur dalam PSAK 10 (revisi
2009), penjabaran untuk mata uang fungsional secara prospektif sejak tanggal perubahan.
Dalam kata lain, entitas menjabarkan semua pos kedalam mata uang fungsional yang baru
menggunakan kurs pada tanggal perubahan itu. Hasil dari jumlah yang dijabarkan untuk pos
non moneter dianggap sebagai biaya historisnya seperti aset tetap dan persediaan.

26
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

3. Pengukuran dan Penyajian Mata Uang

Sesuai PSAK 10 (revisi 2009) maka suatu perusahaan dalam menyusun laporan
keuangan antara pengukuran dengan penyajian dapat menggunakan mata uang fungsional
yang sama namun dapat juga dapat menyajikan laporan keuangan dengan mata uang
fungsional yang berbeda yang digunakan dalam pengukurannya tentunya setelah dilakukan
penjabaran hasil usaha dan posisi keuangannya ke dalam mata uang penyajian sebagaimana
diatur dalam PSAK 10 (revisi 2009) Misalkan Suatu Perusahaan memutuskan untuk
menggunakan mata uang fungsional menggunakan Dolar Amerika Serikat, maka seluruh
transaksi diluar mata uang fungsional harus dibukukan menggunakan kurs tanggal transaksi,
begitu juga untuk pos moneter setiap akhir bulan dilakukan translasi menggunakan kurs
akhir bulan sehingga terdapat pengakuan laba/(rugi) selisih kurs, Namun untuk penyajian
dalam Laporan Keuangan diperbolehkan menyajikan Laporan Keuangan menggunakan
Mata uang fungsionalnya yaitu Dolar Amerika Serikat dan juga diperbolehkan
menggunakan mata uang yang berbeda dengan mata uang fungsionalnya misalkan penyajian
menggunakan mata uang Rupiah tentunya setelah dilakukan penjabaran hasil usaha dan
posisi keuangannya ke dalam mata uang penyajian. Hal tersebut berbeda dengan penerapan
PSAK sebelumnya dimana pengukuran dan penyajian mata uang menggunakan Rupiah,
Entitas dapat menggunakan mata uang selain Rupiah jika mata uang tersebut memenuhi
kriteria sebagai mata uang fungsional.

27
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

4. Kapitalisasi Kurs

Perihal ED PSAK No. 10 (revisi 2009) PSAK 10, 11, dan 52

Kapitalisasi kurs Tidak diatur Selisih kurs yang disebabkan


devaluasi atau depresiasi luar
biasa dimana tidak mungkin
dilakukan lindung nilai
dikapitalisasi ke aset yang
bersangkutan.

5. Prosedur Pengukuran Kembali

Perihal PSAK No. 10 (revisi PSAK 10, 11, dan 52


2009)
Prosedur Pengukuran Tidak diatur secara Terdapat pengaturan prosedur
Kembali eksplisit untuk pengukuran kembali
(remeasurement).

2.16. Dampak Penerapan PSAK 10 Terhadap Perpajakan


Di Indonesia sendiri pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan satuan mata
uang selain Rupiah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No.196/PMK.03/2007
tentang Tata Cara Penyelengaraan Pembukuan dengan Menggunakan Bahasa Asing dan
Satuan Mata Uang selain Rupiah serta Kewajiban Penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan, didalam Pasal 4 disebutkan bahwa
penyelengaraan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang
Dollar Amerika Serikat Wajib Pajak harus terlebih dahulu mendapat izin tertulis dari
Menteri Keuangan, kecuali bagi Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya atau Wajib Pajak
dalam rangka Kontraktor Kontrak Kerja Sama, dan di dalam Pasal 10 ayat 1 disebutkan
bahwa Dalam hal Wajib Pajak yang tidak memperoleh izin tertulis untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika
Serikat, tetapi tetap menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris
dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat, terhadap Wajib Pajak tersebut diperlakukan
sebagai Wajib Pajak yang tidak menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 28 Undang-Undang KUP.

28
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

Oleh karena itu, mengantisipai kondisi tersebut jika suatu Perusahaan akan
melakukan perubahan mata uang fungsionalnya karena telah memenuhi kriteria dari PSAK
10 (revisi 2009) namun terkendala karena belum mendapatkan izin dari Menteri Keuangan,
maka Perusahaan harus mempunyai dua pencatatan yaitu pembukuan dengan mata uang
Rupiah dan pembukuan dengan mata uang asing, untuk memudahkan bagi Perusahaan
dalam melakukan kewajiban perpajakannya dan taat kepada peraturan yang ada di
Indonesia.
Perubahan pada PSAK 10 yang akan berlaku efektif tahun 2012 terkait masalah
functional currency yaitu mata uang yang digunakan dalam kegiatan operasional
perusahaan. Pada perubahan terbaru, functional currency tidak harus dalam rupiah.
Perusahaan bisa mencatat kegiatan operasional sehari-hari dalam mata uang apapun.
Perusahaan wajib mengkonversi dalam rupiah atau dolar setiap laporan keuangan yang akan
dilaporkan ke Direktorat Jenderal Pajak (DJP), seperti tertuang dalma PMK
196/PMK.03/2007 mengenai tata cara pembukuan dalam bahasa asing dan mata uang hanya
Dollar Amerika Serikat. Hal ini berkebalikan dengan PSAK 10 setiap laporan keuangan
yang memperbolehkan menggunakan mata uang apa pun, tergantung seringnya perusahaan
tersebut menggunakan mata uang asing lain dalam setiap transaksinya.

2.17. Tanggal Efektif dan Ketentuan Transisi


Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau
setelah tanggal 1 Januari 2012. Penerapan dini diperkenankan. Jika entitas menerapkan
Pernyataan ini untuk periode tahun buku yang dimulai sebelum 1 Januari 2012, maka fakta
tersebut diungkapkan.
Pada saat pernyataan ini diterapkan, perusahaan harus mengklasifikasikan secara
terpisah dan mengungkapkan saldo kumulatif, pada awal periode, selisih kurs yang
ditangguhkan dan diklasifikasikan sebagai ekuitas dalam periode sebelumnya, kecuali jika
jumlah tersebut tidak dpat ditentukan secara wajar. Dalam hal tersebut perlu dijelaskan
alasannya.

29
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

BAB III

CONTOH KASUS

3.1 Contoh I - Akuntansi atas Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing

PT. Pertamina (Persero) mulai tahun 2012 akan menyajikan laporan keuangan
menggunakan US Dolar, tidak lagi menggunakan rupiah. Penggunaan mata uang US Dolar
untuk BUMN terbesar yang dimiliki oleh bangsa ini terkadang menimbulkan rasa
nasionalisme kita. Namun sebagai perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik signifikan
bahkan telah menerbitkan surat berharga (global bonds) di pasar modal Singapura,
Pertamina tidak dapat menghindar dari kewajiban untuk menerapkan PSAK 10 tentang
Pengaruh Perubahan Selisih Kurs yang mulai berlaku efektif 1 Januari 2012.
PSAK 10 mengatur pengaruh selisih kurs atas transaksi dalam mata uang asing dan
penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing. Bagian awal PSAK 10 mengatur
tentang mata uang fungsional. Pengaturan mata uang asing sebelum adopsi IFRS diatur
dalam 3 PSAK dan 1 ISAK yaitu, PSAK 10: Transaksi dalam Mata Uang Asing, PSAK 11:
Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing, PSAK 52: Mata Uang Pelaporan
dan ISAK 4: Interprestasi atas Paragraf 20 PSAK 10 tentang Alternatif Pelakuan yang
diizinkan atas selisih kurs. Otomotis standard an intepretasi tersebut tidak berlaku lagi.
Dalam penjabaran mata uang asing ke dalam mata uang fungsional, perlakuan
akuntansi dibedakan atas pos moneter dan pos non moneter. Pos moneter adalah pos yang
memiliki konsekuensi penerimaan atau pengeluaran kas di masa mendatang sesuai dengan
jumlah yang dicantumkan dalam mata uang asing tersebut , misal tagihan, liabilitas dan
investasi dalam obligasi. Pos selain moneter dikategorikan sebagai pos non moneter.
Perusahaan seringkali melakukan transaksi mata uang asing atau mata uang selain
mata uang fungsional. Pada saat pengakuan awal, transaksi mata uang asing harus dicatat
dengan menggunakan mata uang fungsional. Jumlah mata uang asing dihitiung dalam mata
uang fungsional dengan menggunakan kurs spot pada tanggal transaksi. Pada tanggal
pelaporan, pos moneter akan dinyatakan dalam mata uang fungsional dengan menggunakan
kurs tanggal neraca. Pos non moneter dicatat dengan menggunakan kurs historis sehingga
tidak perlu disesuaikan dengan kurs pada tanggal pelaporan.

30
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

Perlakuan transaksi yang terjadi dengan menggunakan mata uang asing yaitu selain
mata fungsionalnya. Pada awal transaksi tersebut terjadi maka entitas harus mencatat
transaksi mata uang asing dengan menggunakan kurs pada tanggal transaksi.
 pos moneter mata uang asing dijabarkan menggunakan kurs penutup;
 pos nonmoneter yang diukur dalam biaya historis, dalam mata uang asing dijabarkan
menggunakan kurs pada tanggal transaksi; dan
 pos nonmoneter yang diukur pada nilai wajar, dalam mata uang asing dijabarkan
menggunakan kurs pada tanggal ketika nilai wajar ditentukan.
 Penerapan - Aset tetap
 Aset tetap dapat ditentukan berdasarkan biaya historis ataupun berdasarkan nilai wajar,
jika jumlahnya ditentukan dalam mata uang asing, maka kemudian dijabarkan kedalam
mata uang fusional
 Ketika beberapa nilai tukar tersedia, kurs yang digunakan adalah kurs di mana arus kas
masa depan diselesaikan jika arus kas tersebut telah terjadi pada tanggal pengukuran.
 Selisih kurs
 Selisih kursyang timbul pada penyelesaian pos moneter atau pada prose penjabaran pos
moneter pada kurs yang berbeda dari kurs pada saat pos moneter tersebut dijabarkan,
pada pengakuan awal selama periode atau pada periode laporan keuangan sebelumnya,
diakui dalam laba atau rugi dalam periode pada saat terjadinya, kecuali sebagaimana
dijelaskan dalam paragraf 32.
 Selisih nilai tukar - komprehensif
 Jika keuntungan atau kerugian pos nonmoneter diakui dalam pendapatan komprehensif
lain, setiap komponen perubahan dari keuntungan atau kerugian itu diakui dalam
pendapatan komprehensif lain.
 Sebaliknya, jika keuntungan atau kerugian pos nonmoneter diakui dalam laba atau rugi,
maka setiap komponen keuntungan atau kerugian tersebut diakui dalam laba atau rugi.
 Selisih nilai tukar – investasi neto
 Selisih kurs yang timbul pada pos moneter yang membentuk bagian dari investasi neto
entitas pelapor dalam suatu kegiatan usaha luar negeri, diakui dalam laba atau rugi
dalam laporan keuangan tersendiri dari entitas pelapor (PSAK 4) atau laporan keuangan
individual dari kegiatan usaha luar negeri, yang mana yang tepat.

31
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

 Dalam laporan keuangan yang memasukkan kegiatan usaha luar negeri dan entitas
pelapor (konsolidasi), selisih selisih kurs diakui awalnya dalam pendapatan
komprehensif lain dan direklasifikasi dari ekuitas ke laba atau rugi pada saat pelepasan
investasi neto sesuai dengan paragraf 46.

PSAK 46 diterapkan ke pengaruh pajak ini.

1. Pengungkapan - 1
jumlah dari selisih kurs yang diakui dalam laba rugi kecuali untuk selisih kurs yang
timbul pada instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajarnya melalui laba atau rugi
PSAK 55 (revisi 2006), dan selisih kurs neto diakui dalam pendapatan komprehensif
lain dan diakumulasikan dalam komponen ekuitas terpisah, serta rekonsiliasi kurs
tersebut pada awal dan akhir periode.

2. Pengungkapan - 2
Jika mata uang pelaporan berbeda dari mata uang fungsional, maka fakta tersebut
dinyatakan, bersama dengan pengungkapan mata uang fungsional dan alasan untuk
menggunakan suatu mata uang pelaporan yang berbeda.Ketika terdapat suatu perubahan
dalam mata uang fungsional dari entitas pelapor maupun dari suatu kegiatan usaha luar
negeri yang signifikan, fakta tersebut dan alasan untuk perubahan dalam mata uang
fungsional harus diungkapkan.

3. Pengungkapan - 3
Ketika entitas menyajikan laporan keuangan dalam mata uang yang berbeda dengan
mata fungsionalnya, maka entitas menjelaskan bahwa laporan keuangan mereka tunduk
pada SAK hanya jika entitas mematuhi semua persyaratan dari setiap Pernyataan dan
setiap Interpretasi dari Pernyataan yang berlaku termasuk metode penjabaran
sebagaimana dijelaskan dalam paragraf 37.

4. Pengungkapan - 4
Entitas menyajikan laporan keuangan dalam mata uang yang berbeda dari mata uang
fungsionalnya maupun dari mata uang pelaporannya, dan persyaratan-persyaratan dari
paragraf 52 tidak dipenuhi, entitas:
a. mengidentifikasikan secara jelas informasi sebagai informasi tambahan untuk
membedakannya dari informasi yang tunduk dengan PSAK;
b. mengungkapkan mata uang di mana informasi tambahan tersebut disajikan; dan
c. mengungkapkan mata uang fungsional entitas dan metode penjabaran yang
digunakan untuk menentukan informasi tambahan.

5. Tanggal Efektif dan Transisi

32
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

Pernyataan ini diterapkan untuk periode tahunan yang dimulai pada atau setelah
tanggal 1 Januari 2012.

1. Goodwill dan penyesuaian nilai wajar dinyatakan didalam mata uang fungsional entitas
atau merupakan pos nonmoneter dalam mata uang asing, dilaporkan menggunakan kurs
pada tanggal akuisisi.

2. Entitas harus menerapkan paragraf 43 secara prospektif untuk semua akuisisi yang
terjadi setelah awal dari periode ldi mana Pernyataan ini pertama kali diterapkan.

3. Pernyataan ini menghapus devaluasi atau depresiasi luar biasa. Perubahan ini diterapkan
secara prospektif.

Perubahan lain yang dihasilkan dari penerapan Pernyataan ini harus diperlakukan sesuai
dengan Persyaratan dari PSAK 25.

33
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

3.2 Contoh II - Translasi

34
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

35
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

36
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

37
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

3.3 Contoh III - Remeasurement

38
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

39
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

40
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

41
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

42
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

BAB IV
KESIMPULAN

Valuta Asing memudahkan transaksi yang dilakukan antar dua pihak dengan
penggunaan mata uang yang tidak sama untuk melakukan transaksi. Pengukuran dan
pengungkapan yang diterpakan dengan menggunakan valuta asing diatur dalam PSAK 10
ini. Ketika terdapat suatu perubahan dalam mata uang fungsional dari entitas pelapor
maupun dari suatu kegiatan usaha luar negeri yang signifikan, fakta tersebut dan alasan
untuk perubahan dalam mata uang fungsional harus diungkapkan.

Pengaturan mengenai valuta asing ini juga terkait pada saat entitas menyajikan
laporan keuangannya dalam suatu mata uang yang berbeda dari mata uang fungsionalnya,
entitas harus menjelaskan bahwa laporan keuangan mereka tunduk pada SAK hanya jika
entitas mematuhi semua persyaratan dari setiap Pernyataan dan setiap Interpretasi dari
Pernyataan yang berlaku termasuk metode penjabaran.

43
Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Elga Nurhikmah/ 55517120048

DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntansi Indonesia. Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing. PSAK No. 10.

Ikatan Akuntansi Indonesia. Modul Chartered Accountant. Pelaporan Korporate. (2015)

Martini, Dwi. 2015. Perngaruh Kurs Valuta Asing. Staf pengajar Akuntansi FEUI, anggota
tim implementasi IFRS

44

Anda mungkin juga menyukai