Anda di halaman 1dari 52

A.

PROPERTI INVESTASI (PSAK 13)

1
Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan
atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee/penyewa melalui sewa
pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau kedua-duanya, dan
tidak untuk :

a. Digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa atau untuk tujuan
administratif; atau

b. Dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.

Agar dapat dikelompokkan sebagai properti investasi, maka dua kriteria ini harus
dipenuhi :

1. Tujuan kepemilikan : untuk menghasilkan rental dan/atau kenaikan nilai, dan

2. Status kepemilikan :

a. Properti dimiliki oleh entitas. Jika entitas adalah pemilik properti (lessor), maka
asset sewa akan dicatat sebagai properti investasi oleh lessor jika disewakan
kepada penyewa (lessee) melalui sewa operasi;

b. Properti dikuasai oleh penyewa (lessee) melalui sewa pembiayaan (finance lease).
Jika asset sewa dikuasai oleh lessee melalui sewa operasi (operating lease), asset
sewa dapat di catat sebagai properti investasi oleh lessee jika dan hanya jika:

a) Memenuhi definisi properti investasi

b) Diukur menggunakan model nilai wajar (bukan model biaya). Pembahasan


lebih lanjut mengenai model biaya terdapat di bagian selanjutnya dari bab ini.

Berikut ini adalah contoh properti investasi :

1. Tanah yang dimiliki untuk kenaikan nilai jangka panjang ketimbang tersedia untuk
dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari (sebagai persediaan).

2. Tanah yang dimiliki namun belum diputuskan tujuan penggunaannya di masa depan;
entah akan dipakai sendiri (sebagai asset tetap) atau untuk dijual dalam kegiatan usaha
sehari-hari (sebagai persediaan).

3. Gedung yang dimiliki (atau dikuasai oleh entitas melalui sewa pembiayaan) atau
disewakan ke pihak lain melalui sewa operasi.
4. Gedung yang saat ini kosong namun akan disewakan ke pihak lain melalui sewa

2
operasi.

5. Properti dalam proses konstruksi/pembangunan atau pengembangan yang di masa


depan digunakan sebagai properti investasi.

PSAK 13 menyebutkan secara spesifik contoh asset yang tidak termasuk dalam definisi
properti investasi yaitu :

1. Properti yang digunakan sendiri (owner occupied property), termasuk di antaranya


properti yang dikuasai untuk digunakan di masa depan sebagai properti yang
digunakan sendiri dan properti yang digunakan oleh karyawan pemilik properti
tersebut; dan

2. Properti dalam proses konstruksi/pembangunan atau pengembangan atas nama pihak


ketiga.

Dalam PSAK 13 paragraf 7 (selanjutnya disingkat menjadi PSAK 13.XX, dimana XX


merupakan paragraf, jadi contohnya PSAK 13.07) disebutkan bahwa properti investasi
menghasilkan arus kas yang sebagian besar tidak bergantung pada aset lain yang dikuasai
oleh entitas. Hal ini membedakan properti investasi dari properti yang digunakan sendiri.
Proses produksi atau pengadaan barang atau jasa (atau penggunaan properti untuk tujuan
administratif) dapat menghasilkan arus kas yang dapat diatribusikan tidak hanya ke
properti, tetapi juga ke aset lain yang digunakan dalam proses produksi atau persediaan.
PSAK 16 (revisi 2011): Aset Tetap berlaku untuk properti yang digunakan sendiri.

Terkait properti investasi sebagai contoh, perusahaan multinasional seperti transcorp.


(yang beberapa propertinya antara lain Trans Studio Mall dan Trans Luxury Hotel di
Bandung) membeli sebuah bangunan di Jakarta. Jika Trans menyiapkan bangunan
tersebut secara signifikan dalam rangka agar dapat dioperasionalkan sebagai pusat
pembelanjaan yang memadai (dijadikan mall), maka bangunan merupakan aset tetap
properti investasi. Tapi jika Trans hanya menyewakan saja bangunan tersebut kepada
merchant-merchant untuk berdagang, tanpa menyediakan bangunan tersebut dengan
fasilitas yang memadai untuk dijadikan pusat perbelanjaan, maka properti tersebut adalah
properti investasi. Persyaratan ini disebut dengan Independence of Generation of Cash
Flow. Generation of Cash Flow merupakan kriteria untuk menentukan apakah suatu
properti digunakan untuk kegiatan operasional atau bukan.

Dalam PSAK 13.11 menyatakan bahwa suatu properti diperlakukan sebagai properti
investasi jika entitas menyediakan jasa tambahan yang tidak signifikan terhadap penghuni

3
properti yang dimilikinya. Persyaratan ini adalah terkait signifikansi jasa tambahan
(significance of ancillary services). Serupa dengan Generation of Cash Flow, hanya saja
dalam persyaratan ini, yang diukur signifikannya adalah “jasa tambahan” yang diberikan
perusahaan. Contoh, misalnya masih dalam kasus pusat perbelanjaan. Jasa yang diberikan
perusahaan pengelola pusat perbelnjaan antara lain misalnya jasa costumer service, tata
ruang bangunan toko, cleaning service, sekuriti, dan lain-lain. Kalau Trans menyediakan
seluruh jasa tersebut, berarti bangunan diklasifikasikan sebagai aset tetap karena
diasumsikan Trans menjalankan usaha pengelolaan pusat perbelanjaan menggunakan
bangunan tersebut. Tetapi, kalau Trans, misalnya hanya menyediakan jasa costumer
service dan security maka diasumsikan jasa tambahan yang diberikan tidak signifikan
sehingga bangunan diperlakukan sebagai properti investasi.

1.1 Pengakuan atas Properti Investasi

Properti investasi diakui sebagai aset jika dan hanya jika ;

a. Besar kemungkinan manfaat ekonomi di masa depan dari aset yang tergolong
properti investasi akan mengalir ke entitas; dan

b. Biaya perolehan properti dapat diukur secara andal.

Entitas dapat mengevaluasi sesuai dengan prinsip pengakuan atas seluruh biaya perolehan
properti investasi pada saat terjadinya. Biaya perolehan termasuk biaya yang terjadi pada
saat memperoleh properti investasi dan biaya yang terjadi setelahnya untuk penambahan,
penggantian bagian properti atau perbaikan properti.

Bagian dari suatu properti investasi dapat diperoleh melalui penggantian. Contohnya,
interior dinding bangunan mungkin merupakan penggantian dinding aslinya. Berdasarkan
prinsip pengakuan, entitas mengakui jumlah tercatat properti investasi atas biaya
penggantian properti investasi pada saat terjadi biaya, jika kriteria dipenuhi. Jumlah
tercatat atas bagian yang digantikan dihentikan pengakuannya sesuai dengan ketentuan
penghentian pengakuan.
1.2 Pengukuran atas Properti Investasi

4
1. Pengukuran pada saat pengakuan awal

Properti investasi pada awalnya diukur sebesar biaya perolehan. Biaya transaksi
termasuk dalam pengukuran awal tersebut (PSAK 13.20). Biaya perolehan dari
properti investasi yang dibeli meliputi biaya pembelian dan setiap pengeluaran yang
dapat diatribusikan secara langsung, seperti biaya jasa hukum, pajak penjualan dan
biaya transaksi lainnya (PSAK 13.21)

2. Pengukuran setelah pengakuan awal

Setelah pengakuan awal, entitas diperbolehkan memilih model nilai wajar atau model
biaya sebagai kebijakan akuntansi entitas dalam mengukur properti investasi yang
dimilikinya (PSAK 13.29). Dalam PSAK 25 tentang Kebijakan Akuntansi, Perubahan
Estimasi Akuntansi dan Kesalahan ditetapkan bahwa perubahan kebijakan akuntansi
yang dilakukan secara sukarela hanya diizinkan apabila perubahan tersebut akan
menghasilkan penyajian transaksi, kejadian atau kondisi yang lebih sesuai dalam
laporan posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas entitas.

1.3 Nilai Wajar

Pada umumnya, properti investasi diukur pada nilai wajar kecuali kasus yang jarang
terjadi, yaitu dimana perusahaan tidak dapat mengukur nilai wajar properti investasi
dengan andal, maka perusahaan menggunakan model biaya sama seperti PSAK 16 (Aset
Tetap). Nilai wajar properti invesasi merupakan harga pertukaran properti antar pihak-
pihak yang memiliki pengetahuan memadai dan berkeinginan dalam suatu transaksi yang
wajar. Nilai wajar tidak mencakup estimasi kenaikan atau penurunan harga karena kondisi
atau keadaan khusus seperti perjanjian pembiayaan, jual dan sewa balik tidak umum, atau
konsesi khusus yang diberikan oleh pihak yang terkait dengan penjualan (PSAK 13.38).

Nilai wajar adalah nilai pada tanggal tertentu. Karena kondisi pasar dapat berubah,
jumlah yang dilaporkan berdasarkan nilai wajar mungkin salah atau tidak tepat jika
diestimasi pada waktu yang berbeda. Definisi nilai wajar mengasumsikan pertukaran dan
penyelesaian secara serempak dari kontrak penjualan tanpa perbedaan harga juga dapat
terjadi dalam suatu transaksi yang wajar antara pihak-pihak yang berkeinginan dan
memiliki pengetahuan memadai seandainya pertukaran dan penyelesaian tersebut tidak
dilakukan secara serempak.

5
Nilai wajar properti investasi mencerminkan, antara lain, penghasilan rental dari sewa
yang sedang berjalan dan asumsi-asumsi yang layak dan rasional yang mencerminkan
keyakinan pihak-pihak yang berkeinginan bertransaksi dan memiliki pengetahuan
memadai mengenai asumsi tentang penghasilan rental dari sewa di masa depan dengan
mengingat kondisi sekarang. Dengan dasar pemikiran yang sama, nilai wajar juga
mencerminkan arus kas keluar (termasuk pembayaran rental dan arus keluar Iainnya) yang
dapat diperkirakan sehubungan dengan properti tersebut.

Pedoman nilai wajar terbaik mengacu pada harga kini dalam pasar aktif untuk properti
serupa dalam lokasi dan kondisi yang sama dan berdasarkan pada sewa dan kontrak lain
yang serupa. Entitas harus memperhatikan adanya perbedaan dalam sifat, lokasi,atau
kondisi properti, atau ketentuan yang disepakati dalam sewa dan kontrak lain yang
berhubungan dengan properti.

Jika Tidak tersedianya harga kini dalam pasar aktif yang sejenis, suatu entitas harus
mempertimbangkan informasi dari berbagai sumber, seperti harga kini dalam pasar aktif
untuk properti yang memiliki sifat, kondisi dan lokasi berbeda (atau berdasarkan pada
sewa atau kontrak lain yang berbeda), disesuaikan untuk mencerrninkan perbedaan
tersebut atau harga terakhir properti serupa dalam pasar yang kurang aktif, dengan
penyesuaian untuk mencerminkan adanya perubahan dalam kondisi ekonomi sejak
tanggal transaksi terjadi pada harga tersebut atau proyeksi arus kas diskontoan
berdasarkan estimasi arus kas di masa depan yang dapat diandalkan,didukung dengan
syarat/klausul yang terdapat dalam sewa dan kontrak lain yang ada dan (jika mungkin)
dengan bukti ekstemal seperti pasar kini rental untuk properti serupa dalam lokasi dan
kondisi yang sama, dan penggunaan tarif diskonto yang mencerrninkan penilaian pasar
kini dari ketidakpastian dalam jumlah atau waktu arus kas.

1.4 Transfer

Ketika entitas menggunakan model biaya maka transfer tidak mengubah jumlah tercatat
properti yang ditransfer dan tidak mengubah biaya properti untuk tujuan pengukuran dan
pengungkapan sedangkan transfer ke properti investasi yang dicatat dengan menggunakan
nilai wajar menerapkan PSAK 16 hingga tanggal perubahan. Perlakuan perbedaan antara
jumlah tercatat menurut PSAK 16, dan Nilai wajar dengan cara yang sama seperti
revaluasi PSAK 16:Aset Tetap.

6
Perbedaan antara nilai wajar properti pada tanggal perubahan dan nilai tercatat diakui
dalam laporan laba rugi.

1.5 Pelepasan

Properti investasi harus dihentikan pengakuannya (dikeluarkan dari laporan posisi


keuangan) pada saat:

a. Pelepasan atau

b. Ketika properti investasi tidak digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki
manfaat ekonomis di masa depan yang dapat diharapkan pada saat pelepasan.

Laba atau rugi yang timbul dari penghentian atau pelepasan properti investasi ditentukan
dari selisih antara:

1. Hasil neto dari pelepasan dan

2. Jumlah tercatat asset dan diakui dalam laporan laba rugi (kecuali sale and leaseback)
dalam periode terjadinya.

1.6 Pengungkapan Properti Investasi

Suatu entitas harus mengungkapkan hal-hal sebagai berikut ;

1. Apakah entitas tersebut menggunakan model biaya atau model nilai wajar.

2. Jika menerapkan model nilai wajar, apakah, dan dalam keadaan bagaimana, hak atas
properti yang dikuasai dengan cara sewa operasi diklasifikasikan dan dicatat sebagai
properti investasi.

3. Apabila pengklasifikasian ini sulit dilakukan, maka kriteria yang digunakan untuk
membedakan properti investasi dan properti yang digunakan sendiri dan dengan
properti yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha sehari- hari.

4. Metode dan asumsi yang signifikan yang diterapkan dalam menentukan nilai wajar
dari properti investasi, yang mencakup pernyataan apakah penetuan nilai wajar
tersebut didukung oleh bukti pasar atau lebih banyak faktor lain karena sifat properti
tersebut dan keterbatasan data pasar yang dapat diperbandingkan.
5. Sejauh mana penentuan nilai wajar properti investasi (yang diukur atau diungkapkan

7
dalam laporan keuangan) berdasarkan penilaian oleh penilai independen yang diakui
dan memiliki kualifikasi profesional yang relevan serta memiliki pengalaman
mutakhir di lokasi dan kategori properti investasi yang dinilai. Apabila tidak ada
penilaian seperti itu, hal tersebut diungkapkan.

6. Jumlah yang diakui dalam laba rugi untuk ;

a. Penghasilan rental dari properti investasi.

b. Beban operasi langsung (mencakup perbaikan dan pemeliharaan) yang timbul dari
properti investasi yang menghasilkan penghasilan rental selama periode tersebut.

c. Perubahan kumulatif dalam nilai wajar yang diakui dalam laba rugi atas penjualan
properti investasi dari sekelompok aset yang mana model biaya digunakan ke
kelompok yang menggunakan model nilai wajar.

7. Eksistensi dan jumlah pembatasan atas realisasi dari properti investasi atau
pembayaran penghasilan dan hasil pelepasan.

8. Kewajiban kontraktual untuk membeli, membangun atau mengembangkan properti


investasi atau untuk perbaikan, pemeliharaan atau peningkatan.

1.7 Model Nilai Wajar

Di samping pengungkapan yang disyaratkan, entitas yang menerapkan model nilai wajar
mengungkapkan rekonsiliasi antara jumlah tercatat properti investasi pada awal dan akhir
periode, yang menunjukkan hal-hal berikut:

a. Penambahan, pengungkapan terpisah untuk penambahan yang dihasilkan dari akuisisi


dan penambahan yang dihasilkan dari pengeluaran setelah perolehan yang diakui
dalam jumlah tercatat aset.

b. Penambahan yang dihasilkan dari akuisisi melalui penggabungan usaha.

c. Aset yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual atau masuk dalam kelompok
aset lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual

d. Keuntungan atau kerugian neto dari penyesuaian terhadap nilai wajar.

e. Perbedaan nilai tukar neto yang timbul pada penjabaran laporan keuangan dari mata
uang fungsional menjadi mata uang penyajian yang berbeda, termasuk penjabaran dari
kegiatan usaha luar negeri menjadi mata uang penyajian dari entitas pelapor

8
f. Transfer ke dan dari persediaan dan properti yang digunakan sendiri.

g. Perubahan lain.

1.8 Model Biaya

Sebagai tambahan dari pengungkapan yang disyaratkan, entitas yang menerapkan model
biaya mengungkapkan:

a. Metode penyusutan yang digunakan;

b. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;

c. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (agregat dengan akumulasi rugi
penurunan nilai) pada awal dan akhir periode;

d. Rekonsiliasi jumlah tercatat properti investasi pada awal dan akhir periode, yang
menunjukkan:

- Penambahan, pengungkapan terpisah untuk penambahan yang dihasilkan dari


akuisisi dan penambahan pengeluaran setelah perolehan yang diakui sebagai aset.

- Penambahan yang dihasilkan dari akuisisi melalui penggabungan usaha;

- Aset yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual atau masuk dalam
kelompok lepasan yang diklasifikasi sebagai dimiliki untuk dijual.

- Penyusutan.

- Jumlah rugi penurunan nilai yang diakui, dan jumlah pemulihan rugi penurunan
nilai, selama satu periode.

- Perbedaan nilai tukar neto yang timbul pada penjabaran laporan keuangan dari
mata uang fungsional menjadi mata uang penyajian yang berbeda, termasuk
penjabaran dari kegiatan usaha luar negeri menjadi mata uang penyajian dari
entitas pelapor.

- Transfer ke dan dari persediaan dan properti yang digunakan sendiri.

- Perubahan lain.

e. Nilai wajar properti investasi. Dalam kasus yang dikecualikan, jika entitas tidak dapat
menentukan nilai wajar properti investasi secara andal, entitas mengungkapkan:
- Uraian properti investasi;

9
- Penjelasan mengapa nilai wajar tidak dapat ditentukan secara andal; dan

- Apabila mungkin, rentang estimasi di mana nilai wajar kemungkinan besar


berada.

B. SEWA (PSAK 30)

Sewa adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan kepada lessee hak untuk
menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya,
lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor.

Awal Sewa (Inception of the lease) adalah tanggal yang lebih awal antara tanggal
perjanjian sewa dan tanggal pihak-pihak menyatakan komitmen terhadap ketentuan-
ketentuan pokok sewa. Pada tanggal ini:

• Sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi atau sewa pembiayaan

• Untuk sewa pembiayaan , jumlah yang diakui pada awal masa sewa ditentukan

Awal Masa Sewa (commencement of the lease term) adalah tanggal saat lessee mulai
berhak untuk menggunakan aset sewaan. Tanggal ini merupakan tanggal pertama kali
sewa diakui (yaitu pengakuan aset, kewajiban, penghasilan atau beban sewa)

Sewa pembiayaan adalah sewa yang mengalihkan secara substansial seluruh resiko dan
manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu aset. Hak milik pada akhirnya dapat
dialihkan, dapat juga tidak dialihkan. Sedangkan sewa operasi adalah sewa yang tidak
mengalihkan secara substansial seluruh resiko dan manfaat yang terkait dengan
kepemilikan suatu aset.

Klasifikasi sewa sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi didasarkan substansial
transaksi bukan pada bentuk kontraknya. Contohnya dari situasi yang secara individual
atau gabungan pada umumnya mengarah pada sewa yang diklasifikasikan sebagai sewa
pembiayaan adalah:

a. Sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa.

b. Lessee memiliki cukup opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah
dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada
awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi dilaksanakan.
c. Masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomik aset meskipun hak milik tidak

10
dialihkan.

d. Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara substansial
mendekati nilai wajar aset sewaan.

e. Aset sewaaan bersifat khusus dan hanya lessee yang dapat menggunakannya tanpa
perlu modifikasi secara material.

Contoh:

1. PT XYZ menyewa mobil selama 5 tahun. Masa manfaat mobil tersebut adalah 7 tahun.
PT XYZ diberikan opsi untuk membeli mobil tersebut pada akhir masa sewa seharga
50% dari nilai pasar mobil ditambah 0.5% dari nilai pasar mobil pada tanggal opsi
dilaksanakan. Nilai pembayaran tersebut adalah untuk menutup biaya penjualan
mobil.

Kesimpulan: Sewa Pembiayaan, karena terdapat opsi untuk membeli aset tersebut
pada harga yang cukup rendah dibandingkan nilai wajar

2. Pada tanggal 1 Januari 2009, PT ABC menyewakan sebuah peralatan kepada PT XYZ.
Peralatan tersebut dibeli seharga $ 20,000 (Nilai wajar peralatan). Perjanjian sewa
mengandung klausul – klausul berikut ini:

- Masa Sewa 8 tahun

- Pembayaran tahunan setiap tanggal 1/1 setiap tahunnya sebesar $ 4,500

- Masa manfaat peralatan adalah 10 tahun

- Estimasi nilai sisa pada akhir masa sewa adalah $ 3,000

Sewa ini bisa dibatalkan, dan PT XYZ akan dikenakan penalti yang tidak signifikan.
PT XYZ akan mengembalikan peralatan kepada PT ABC pada akhir masa sewa. PV
dari pembayaran sewa minimum (dihitung dengan menggunakan tingkat bunga
implisit 11.65%) adalah sebesar $ 18,271

Kesimpulan: Sewa diklasifikasikan sebagai Sewa Operasi.

2.1 Sewa Tanah dan Bangunan

Dalam perjanjian sewa mengandung elemen tanah dan bangunan diklasifikasikan sebagai
sewa pembiayaan atau sewa operasi yang diatur tersendiri. Dalam menentukan klasifikasi
pada umumnya tanah memiliki umur ekonomik yang tidak terbatas.Pembayaran sewa

11
dialokasikan antara elemen tanah dan bangunan secara proporsional sesuai nilai wajar
relatif bagian perjanjian sewa pada awal kontrak. Apabila tidak dapat dialokasikan,
seluruh sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan kecuali sangat jelas bahwa kedua
elemen tersebut adalah sewa operasi. Bila demikian maka seluruh sewa diklasifikasikan
sebagai sewa operasi.

Tanah dianggap tidak material, maka tanah dan bangunan dapat diakui sebagai unit
tunggal untuk tujuan klasifikasi sewa dan diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan atau
sewa operasi. Umur ekonomik bangunan dianggap sebagai umur ekonomik seluruh aset
sewaan. Pengukuran elemen tanah dan bangunan secara terpisah tidak diperlukan apabila
bagian lessee atas tanah dan bangunan diklasifikasikan sebagai properti investasi PSAK
13 dan metode nilai wajar diadopsi. Apabila pengklasifikasian tidak jelas, maka perlu
dibuat suatu perhitungan secara rinci untuk penilaian ini.

2.2 Sewa Pembiayaan dalam Laporan Keuangan Lessee

1. Pengakuan Awal

Pada awal masa sewa, lesse mengakui sewa pembiayaan sebagai aset dan liabilitas
dalam lapora posisi keuangan sebesar nilai wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini
dari pembayaran sewa minimum, jika nilai kini lebih rendah dari nilai wajar. Penilaian
ditentukan pada awal kontrak sewa. Tingkat diskonto yang digunakan dalam
perhitungan nilai kini dari pembayaran sewa minimun adalah tingkat suku bunga
implisit dalam sewa. Jika tidak, digunakan tingkat suku bunga pinjaman inkremental
lessee. Biaya langsung awal yang dikeluarkan lessee ditambahkan ke dalam jumlah
yang diakui sebagai aset.

2. Pengukuran setelah Pengakuan Awal

Pembayaran sewa minimun dipisahkan antara bagian yang merupakan beban


keuangan dan bagian yang merupakan pelunasan liabilitas. Beban keuangan
dialokasikan ke setiap periode selama masa sewa sedemikian rupa sehingga
menghasilkan suatu tingkat suku bunga periodik konstan atas saldo liabilitas. Rental
kontijen dibebankan pada periode terjadinya.

Suatu sewa pembiayaan menimbulkan beban penyusutan untuk aset yang dapat
disusutkan dan beban keuangan disetiap periode akuntansi. Kebijakan penyusutan

12
untuk aset sewaan konsisten dengan aset yang dimiliki sendiri, dan perhitungan
penyusutan yang diakui dalam PSAK 16 Aset Tetap dan PSAK 19 Aset Tak
Berwujud. Jika tidak ada kepastian yang memadai bahwa lessee akan mendapatkan
hak kepemilikan pada akhir masa sewa, aset sewaan disusutkan secara penuh selama
jangka waktu yang lebih pendek antara periode masa sewa dan umur manfaatnya.

3. Pengungkapan

Dalam laporan keuangan lesse harus mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan
sewa pembiayaan :

a. Jumlah neto tercatat untuk setiap kelompok aset pada tanggal pelaporan.

b. Rekonsiliasi antara total pembayaran sewa minimum di masa depan pada tanggal
pelaporan, dengan nilai kininya. Selain itu, entitas mengungkapkan total
pembayaran sewa minimum di masa depan pada tanggal pelaporan, dan nilai
kininya, untuk setiap periode berikut;

- Sampai dengan satu tahun.

- Lebih dari satu tahun sampai lima tahun.

- Lebih dari lima tahun

c. Rental kontijen yang diakui sebagai beban pada periode tersebut.

d. Total perkiraan penerimaan pembayaran minimum sewa lanjut di masa depan dari
kontrak sewa lanjut yang tidak dapat dibatalkan.

e. Penjelasan umum isi perjanjian sewa yang material yang meliputi, tetapi tidak
terbatas pada, hal berikut ;

- Dasar penentuan utang rental kontijen.

- Ada tidaknya klausul-klausul yang berkaitan dengan opsi perpanjangan atau


pembelian dan ekskalasi beserta syarat-syaratnya.

- Pembatasan-pembatasan yang ditetapkan dalam perjanjian sewa, misalnya


yang terkait dengan deviden, tambahan hutang dan sewa-lanjut.
2.3 Sewa Operasi dalam Laporan Keuangan Lessee

13
1. Pengakuan

Pembayaran dalam sewa operasi diakui sebagai beban dengan dasar garis lurus selama
masa sewa kecuali terdapat dasar sistematis lain yang dapat lebih mencermin pola
waktu dari manfaat aset yang dinikmati pengguna. Dalam sewa operasi, pembayaran
sewa (tidak termasuk biaya jasa seperti biaya asuransi dan pemeliharaan) diakui
sebagai beban dengan dasar garis lurus kecuali terdapat dasar sistematis lain yang
lebih mencerminkan pola waktu dari manfaat yang dinikmati pengguna, walaupun
pembayaran dilakukan tidak atas dasar tersebut.

2. Pengungkapan

Untuk sewa operasi dalam laporan keuangan lessee mengungkapkan selain yang
disyaratkan dalam PSAK 60 Instrumen Keuangan: Pengungkapan ;

a. Total pembayaran sewa minimum di masa depan dalam sewa operasi yang tidak
dapat dibatalkan untuk setiap periode berikut :

- Sampai dengan satu tahun.

- Lebih dari satu tahun sampai dengan lima tahun.

- Lebih dari lima tahun.

b. Total perkiraan penerimaan pembayaran minimum sewa-lanjut di masa depan


dari kontrak sewa-lanjut yang tidak dapat dibatalkan pada tanggal pelaporan.

c. Pembayaran sewa dan sewa-lanjut yang diakui sebagai beban periode berjalan,
dengan pengungkapan terpisah untuk masing-masing jumlah pembayaran
minimum sewa, rental kontijen dan pembayaran sewa-lanjut.

d. Penjelasan umum perjanjian sewa lessee yang signifikan, yang meliputi, namun
tidak terbatas pada :

- Dasar penentuan utang rental kontijen.

- Eksistensi dan persyaratan untuk memperbarui kembali perjanjian sewa atau


adanya opsi pembelian dan klausul eskalasi, dan

- Pembatasan yang ada dalam perjanjian sewa, seperti pembatasan dividen,


utang tambahan dan sewa lanjutan.
14
2.4 Sewa Pembiayaan dalam Laporan Keuangan Lessor

1. Pengakuan Awal

Dalam sewa pembiayaan, lessor mengakui aset berupa piutang sewa pembiayaan di
laporan posisi keuangan sebesar jumlah yang sama dengan investasi sewa neto
tersebut. Pada hakikatnya dalam sewa pembiayaan semua resiko dan manfaat yang
terkait dengan kepemilikan legal dialihkan dari lessor ke lesse, dan dengan demikian
penerimaan piutang sewa diperlakukan oleh lessor sebagai pembayaran pokok dan
penghasilan dan penghasilan pembiayaan yang diterima lessor sebagai penggantian
dan imbalan atas investasi dan jasanya.

Lessor sering mengeluarkan biaya langsung awal meliputi antara lain komisi, biaya
legal dan biaya internal yang inkremental dan dapat diatribusikan langsung dengan
proses negosiasi dan pengaturan suatu sewa. Biaya langsung awal tidak termasuk
biaya umum seperti lazimnya dikeluarkan oleh tim penjualan dan pemasaran. Untuk
sewa pembiayaan, selain melibatkan lessor pabrikan atau dealer, biaya langsung awal
diperhitungkan sebagai bagian dari pengukuran awal piutang sewa pembiayaan dan
mengurangi penghasilan yang diakui selama masa sewa. Tingkat bunga implisit dalam
masa sewa ditentukan sedemikian rupa sehingga biaya langsung awal secara otomatis
sudah termasuk di dalam piutang sewa pembiayaan, sehingga tidak diperlukan
penjumlahan terpisah. Biaya yang dikeluarkan oleh lessor pabrikan atau dealer yang
terkait dengan negoisasi dan pengaturan suatu sewa tidak termasuk biaya awal.
Dengan demikian, biaya tersebut tidak termasuk dalam investasi sewa neto dan diakui
sebagai beban ketika laba penjualan diakui, dimana sewa untuk sewa pembiayaan
umumnya diakui pada awal masa sewa.

2. Pengukuran setelah Pengakuan Awal

Pengakuan penghasilan pembiayaan diakui berdasarkan suatu pola yang


mencerminkan suatu tingkat pengembalian periodik yang konstan atas investasi bersih
lessor dalam sewa pembiayaan. Lessor mengalokasikan penghasilan pembiayaan
selama masa sewa dengan dasar sistematis dan rasional. Alokasi penghasilan ini
didasarkan pada suatu pola yang mencerminkan suatu tingkat pengembalian periodik
yang konstan atas investasi bersih lessor dalam sewa pembiayaan. Pembayaaran sewa
dalam suatu periode, diluar biaya jasa, diterapkan atas investasi sewa bruto untuk
mengurangi pokok dan penghasilan pembiayaan tangguhan.

15
Lessor pabrikan dan dealer mengakui laba atau rugi atas penjualan pada periode sesuai
kebijakan entitas atas penjualan biasa. Jika tingkat bunga ditentukan secara artifisial
terlalu rendah, laba penjualan dibatasi sebesar laba apabila menggunakan tingkat
bunga pasar. Biaya yang dikeluarkan oleh lessor pabrikan atau dealer sehubungan
dengan negosiasi dan pengaturan sewa diakui sebagai beban ketika laba penjualan
diakui.

3. Pengungkapan

Dalam sewa pembiayaan selain PSAK 60 Instrumen Keuangan:Pengungkapan lessor


mengungkapkan hal-hal berikut :

a. Rekonsiliasi antara investasi sewa bruto dan nilai kini piutang pembayaran sewa
minimum pada tanggal pelaporan. Disamping itu, lessor mengungkapkan
investasi sewa bruto dan nilai kini piutang pembayaran sewa minimum pada
tanggal pelaporan, untuk setiap periode berikut :

- Kurang dari satu tahun.

- Lebih dari satu tahun sampai lima tahun.

- Lebih dari lima tahun.

b. Penghasilan pembiayaan tangguhan.

c. Nilai residu tidak dijamin yang diakui sebagai manfaat lessor.

d. Akumulasi penyisihan piutang tidak tertagih atas pembayaran sewa


minimum.

e. Rental kontijen yang diakui sebagai penghasilan dalam periode berjalan.

f. Penjelasan umum isi perjanjian sewa lessor yang material.

2.5 Sewa Operasi dalam Laporan Keuangan Lessor

1. Pengakuan

Lessor menyajikan aset untuk sewa operasi di laporan posisi keuangan sesuai sifat
aset tersebut. Pendapatan sewa dari sewa operasi diakui sebagai pendapatan dengan
dasar garis lurus selama masa sewa, kecuali terdapat dasar sistematis lain yang lebih
mencerminkan pola waktu dimana manfaat penggunaan aset sewaan menurun.

16
Biaya langsung awal yang dikeluarkan oleh lessor dalam proses negoisasi dan
pengaturan sewa operasi ditambahkan ke jumlah tercatat aset sewaan dan diakui
sebagai beban selama masa sewa dengan dasar yang sama dengan pendapatan sewa.
Kebijakan penyusutan untuk aset sewaan harus konsisten dengan kebijakan
penyusutan normal untuk aset sejenis, dan penyusutan dihitung sesuai PSAK 16: Aset
Tetap dan PSAK 19:Aset Tak Berwujud.

2. Pengungkapan

Selain mengungkapkan hal yang dipersyaratkan dalam PSAK 60 Instrumen Keuangan:


Pengungkapan, lessor mengungkapkan hal berikut untuk sewa operasi:

a. Jumlah agregat pembayaran sewa minimum di masa depan dalam sewa operasi
yang tidak dapat dibatalkan untuk setiap periode berikut :

- Sampai dengan satu tahun.

- Lebih dari satu tahun sampai lima tahun.

- Lebih dari lima tahun.

- Total rental kontijen yang diakui sebagai penghasilan dalam periode berjalan.

- Penjelasan umum isi perjanjian lessor.

2.6 Transaksi Jual dan Sewa Balik

Transaksi jual dan sewa balik meliputi penjualan suatu aset dan penyewaan kembali aset
yang sama. Pembayaran sewa dan harga jual biasanya saling terkait karena keduanya
dinegosiasikan sebagai satu paket. Perlakuan akuntansi untuk transaksi jual dan sewa
balik tergantung pada jenis sewanya. Jika suatu transaksi jual dan sewa balik merupakan
sewa pembiayaan, selisih antara lebih hasil penjualan dari jumlah tercatat tidak dapat
diakui segera sebagai pendapatan oleh penjual-lessee, tetapi ditangguhkan dan
diamortisasi selama masa sewa.

Jika sewa balik adalah sewa pembiayaan, transaksi tersebut merupakan suatu cara dimana
lessor memberikan pembiayaan pada lessee dengan aset sebagai jaminan. Karenanya
tidak tepat jika selisih lebih hasil penjualan lebih tercatat diakui sebagai penghasilan.
Selisih lebih tersebut ditangguhkan dan diamortasasi selama sewa.
Jika transaksi jual dan sewa balik merupakan sewa operasi dan jelas bahwa transaksi

17
tersebut terjadi pada nilai wajar, maka laba rugi diakui segera, kecuali rugi tersebut
dikompensasikan dengan pembayaran sewa dimasa depan yang lebih rendah dari harga
pasar, maka rugi tersebut harus ditangguhkan dan diamortisasi secara proporsional
dengan pembayaran sewa selama periode penggunaan aset. Jika harga jual di atas nilai
wajar, selisih lebih dari nilai wajar tersebut ditangguhkan dan diamortisasi selama periode
penggunaan aset.

Untuk sewa operasi, jika nilai wajar aset pada saat transaksi jual dan sewa balik lebih
rendah dari pada jumlah tercatatnya, rugi sebesar selisih antara jumlah tercatat dan nilai
wajar diakui segera. Sedangkan untuk sewa pembiayaan, penyesuaian seperti diatas tidak
diperlukan kecuali jika terjadi penurunan nilai. Dalam hal tersebut, jumlah tercatat
berkurang menjadi jumlah terpulihkan sesuai dengan PSAK 48 : Penurunan Nilai Aset.

C. PENURUNAN NILAI ASET (PSAK 48)

Penurunan nilai aset adalah suatu kondisi dimana nilai tercatat dari aset melebihi jumlah
terpulihkan. Nilai terpulihkan adalah nilai yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi
dengan biaya penjualan dan nilai pakai. Kerugian penurunan nilai merupakan selisih
antara nilai tercatat dikurangi dengan nilai terpulihkan. Kerugian tersebut diakui dalam
laporan laba rugi pada saat terjadinya. Aset dikatakan melebihi jumlah terpulihkan jika
jumlah tercatat aset melebihi jumlah yang akan dipulihkan melalui:

- penggunaan atau

- penjualan aset.

Dalam penurunan nilai, yang dipilih adalah nilai tertinggi antara nilai yang dapat
diperoleh kembali dengan nilai yang digunakan. Sebagai ilustrasi suatu kendaraan nilai
tercatatnya 400 juta, nilai jual dikurangi biaya penjualan 350 juta dan nilai pakainya 300
juta. Manajer akan memilih menjual aset tersebut dengan harga 350 juta daripada terus
memakainya, karena nilai pakai aset tersebut hanya 300 juta. Namun jika nilai pakainya
370 juta dan nilai jual dikurangi biaya penjualan 310 juta, maka manajer akan memilih
terus menggunakan aset tersebut sampai akhir masa manfaatnya.

Secara periodik perusahaan perusahaan harus mereview ada atau tidaknya indikasi
penurunan nilai pada akhir periode. Jika terdapat indikasi, maka perusahaan harus
menaksir jumlah terpulihkan dari aset tersebut. Terlepas apakah terdapat indikasi

18
penurunan nilai entitas harus minimal setahun sekali melakukan pengujian penurunan
nilai (impairment test) pada aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas, aset
tidak berwujud yang belum digunakan dan goodwill yang diperoleh dalam kombinasi
bisnis.

3.1 Ruang Lingkup dan Definisi Penurunan Nilai Aset

Berlaku untuk aset keuangan yang dikelompokkan sebagai investasi pada entitas anak dan
ventura bersama yang disajikan dengan metode biaya dalam laporan keuangan tersendiri
seperti yang dijelaskan dalam PSAK 4: Laporan Keuangan Tersendiri. Untuk penurunan
nilai aset keuangan lain merujuk pada PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran. (paragraf 04)

Dalam paragraf 05 dinyatakan bahwa pernyataan ini tidak berlaku untuk aset keuangan
yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran atau properti investasi yang diukur pada nilai wajar dalam ruang lingkup
PSAK 13: Properti Investasi. Namun demikian, Pernyataan ini berlaku untuk aset yang
dicatat pada jumlah revaluasian (yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi
akumulasi biaya penyusutan selanjutnya dan akumulasi rugi penurunan nilai selanjutnya)
sesuai dengan PSAK lain, seperti model revaluasi dalam PSAK 16: Aset Tetap dan PSAK
19: Aset Takberwujud. Satu-satunya perbedaan antara nilai wajar aset dan nilai wajar
dikurangi biaya pelepasan adalah biaya tambahan langsung yang diatribusikan kepada
pelepasan aset.

a. Jika biaya pelepasan dapat diabaikan, maka jumlah terpulihkan asset revaluasian
mendekati atau lebih besar dari jumlah revaluasiannya. Dalam kasus ini setelah
ketentuan revaluasi diterapkan, kemungkinan kecil aset revaluasian mengalami
penurunan nilai dan jumlah terpulihkan tidak perlu diestimasi.

b. Jika biaya pelepasan tidak dapat diabaikan, maka nilai wajar dikurangi biaya
pelepasan aset revaluasian tentu lebih kecil dari nilai wajar. Oleh karena itu, aset
revaluasian akan mengalami penurunan nilai jika nilai pakainya kurang dari jumlah
revaluasian. Dalam kasus ini, setelah persyaratan revaluasi diterapkan, entitas
menerapkan Pernyataan ini untuk menentukan apakah aset mengalami penurunan
nilai.
Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini :

19
 Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang
akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku
pasar pada tanggal pengukuran. (Lihat PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar)

 Jumlah tercatat adalah jumlah yang diakui untuk suatu aset setelah dikurangi
akumulasi penyusutan (amortisasi) dan akumulasi rugi penurunan nilai.

 Unit penghasil kas adalah kelompok terkecil aset teridentifi kasikan yang
menghasilkan arus kas masuk yang sebagian besar independen dari arus kas masuk
dari aset atau kelompok aset lain.

 Aset korporat adalah aset selain goodwill yang berkontribusi terhadap arus kas masa
depan baik dari unit penghasil kas yang sedang ditelaah maupun unit penghasil kas
lain.

 Biaya pelepasan adalah tambahan biaya yang secara langsung terkait dengan
pelepasan aset atau unit penghasil kas, tidak termasuk biaya pendanaan dan beban
pajak penghasilan.

 Jumlah tersusutkan adalah biaya perolehan aset, atau jumlah lain yang merupakan
pengganti biaya perolehan dalam laporan keuangan, dikurangi nilai residunya.

 Penyusutan (Amortisasi) adalah alokasi sistematis jumlah tersusutkan suatu aset


selama masa manfaatnya. Untuk aset tidak berwujud, istilah "amortisasi" lebih umum
digunakan daripada "depresiasi". Dua istilah tersebut memiliki arti yang sama.

 Nilai wajar dikurangi biaya penjualan adalah jumlah yang dapat dihasilkan dari
penjualan suatu aset atau unit penghasil kas dalam transaksi antara pihak-pihak yang
mengerti dan berkehendak bebas tanpa tekanan, dikurangi biaya pelepasan aset.

 Rugi penurunan nilai adalah suatu jumlah yang merupakan selisih lebih nilai tercatat
suatu aset atau unit penghasil kas atas jumlah terpulihkannya.

 Jumlah terpulihkan suatu aset atau unit penghasil kas adalah jumlah yang lebih tinggi
antara nilai wajarnya dikurangi biaya penjualan dengan nilai pakainya.

 Masa manfaat adalah: (a) jangka waktu suatu aset diharapkan dapat digunakan oleh
entitas, atau (b) jumlah unit produksi atau unit sejenis yang diharapkan dapat
dihasilkan dari suatu aset oleh entitas.
 Nilai pakai adalah nilai sekarang dari taksiran arus kas yang diharapkan akan diterima

20
atau unit penghasil kas.

3.2 Identifikasi Aset yang Mungkin Mengalami Penurunan Nilai

Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa aset mungkin mengalami penurunan nilai,
entitas minimal mempertimbangkan, hal-hal berikut ini:

Informasi dari sumber-sumber eksternal :

a. terdapat indikasi yang dapat diobservasi bahwa nilai aset telah turun secara signifikan
selama periode tersebut lebih dari yang diharapkan sebagai akibat dari berjalannya
waktu atau pemakaian normal.

b. perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar, ekonomi atau lingkup hukum tempat
entitas beroperasi atau di pasar tempat aset dikaryakan, yang berdampak merugikan
terhadap entitas, telah terjadi selama periode tersebut, atau akan terjadi dalam waktu
dekat.

c. suku bunga pasar atau tingkat imbalan pasar dari investasi telah meningkat selama
periode tersebut, dan kenaikan tersebut mungkin akan mempengaruhi tingkat diskonto
yang digunakan dalam menghitung nilai pakai aset dan menurunkan nilai terpulihkan
aset secara material.

d. jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya.

Informasi dari sumber-sumber internal:

e. terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fi sik aset.

f. telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan yang berdampak
merugikan sehubungan dengan seberapa jauh, atau cara, suatu aset digunakan atau
diharapkan akan digunakan. Perubahan-perubahan ini termasuk dalam hal aset menjadi
tidak digunakan, rencana untuk menghentikan atau restrukturisasi operasi yang di
dalamnya suatu aset digunakan, rencana untuk melepas aset sebelum tanggal yang
diharapkan sebelumnya, dan penilaian ulang masa manfaat aset dari tidak terbatas
menjadi terbatas.

g. terdapat bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi
aset lebih buruk, atau akan lebih buruk, dari yang diharapkan.
Dividen dari entitas anak, entitas asosiasi, dan ventura bersama yang disajikan dalam

21
laporan keuangan tersendiri berdasarkan metode biaya.

h. untuk investasi pada entitas anak, pengendalian bersama entitas, atau entitas asosiasi
yang disajikan dalam laporan keuangan tersendiri berdasarkan metode biaya sesuai
dengan PSAK 4: Laporan Keuangan Tersendiri, investor mengakui dividen dari
investasi tersebut dan terdapat bukti bahwa:

1) jumlah tercatat investasi dalam laporan keuangan tersendiri melebihi jumlah


tercatat aset neto investee, termasuk goodwill yang terkait; atau

2) dividen melebihi total laba rugi komprehensif entitas anak, ventura bersama, atau
entitas asosiasi pada periode dividen diumumkan.

3.3 Pengukuran Jumlah Terpulihkan

Pengukuran nilai wajar dikurangi biaya pelepasan mungkin dapat dilakukan meskipun jika
tidak terdapat harga kuotasian dalam pasar aktif untuk aset identik. Namun, kadang tidak
mungkin untuk mengukur nilai wajar dikurangi biaya pelepasan karena tidak terdapat dasar
untuk membuat estimasi andal atas harga dalam transaksi teratur untuk menjual aset akan
terjadi antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran dalam kondisi pasar saat ini. Dalam
kasus ini, entitas dapat menggunakan nilai pakai aset sebagai jumlah terpulihkan.

Jika tidak terdapat alasan untuk meyakini bahwa nilai pakai aset secara material melebihi
nilai wajar dikurangi biaya pelepasan, maka nilai wajar aset dikurangi biaya pelepasan
dapat digunakan sebagai jumlah terpulihkan. Ini akan sering terjadi dalam kasus untuk aset
yang dimiliki untuk dilepaskan. Hal ini disebabkan nilai pakai aset yang dimiliki untuk
dilepaskan sebagian besar akan merupakan hasil neto dari pelepasan, karena arus kas masa
depan dari pemakaian lebih lanjut atas aset sampai aset tersebut dilepas biasanya dapat
diabaikan.

Jumlah terpulihkan ditentukan untuk aset individual, kecuali aset tersebut tidak
menghasilkan arus kas masuk yang sebagian besar independen dari aset atau kelompok aset
lain. Dalam hal ini, jumlah terpulihkan ditentukan untuk unit penghasil kas yang mencakup
aset tersebut (lihat paragraf 65–98), kecuali:

a) nilai wajar dikurangi biaya pelepasan aset tersebut lebih besar dari jumlah tercatatnya;
atau
b) nilai pakai aset tersebut diestimasikan mendekati nilai wajarnya dikurangi biaya

22
pelepasan, dan nilai wajar dikurangi biaya pelepasan tersebut dapat ditentukan diukur.

Dalam beberapa kasus, estimasi, rata-rata dan penghitungan jalan pintas dapat memberikan
hasil yang mendekati penghitungan terperinci yang diilustrasikan dalam Pernyataan ini
dalam menentukan nilai wajar dikurangi biaya pelepasan atau nilai pakai.

Pengukuran Jumlah Terpulihkan Aset Tidak Berwujud Dengan Masa Manfaat yang
Tidak Terbatas

Pada Paragraf 10 mensyaratkan aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas
untuk diuji penurunan nilainya setiap tahun dengan membandingkan jumlah tercatatnya
dengan jumlah terpulihkannya, terlepas apakah terdapat indikasi penurunan nilai. Namun
penghitungan rinci terkini atas jumlah terpulihkan aset yang dilakukan periode terdahulu
dapat digunakan dalam menguji penurunan nilai untuk aset tersebut pada periode berjalan,
sepanjang semua kriteria berikut dipenuhi:

a) jika aset tidak berwujud tidak menghasilkan arus kas masuk dari penggunaan secara
berkelanjutan yang sebagian besar independen dari arus kas masuk dari aset-aset atau
kelompok aset lain dan karenanya diuji penurunan nilainya sebagai bagian dari unit
penghasil kas yang mencakup aset tidak berwujud tersebut, aset dan laibilitas yang
membentuk unit tersebut tidak berubah secara signifi kan sejak penghitungan terkini
jumlah terpulihkan;

b) penghitungan terkini jumlah terpulihkan menghasilkan suatu jumlah yang melebihi


jumlah tercatat aset dengan marjin yang substansial; dan

c) berdasarkan analisis peristiwa yang telah terjadi dan kondisi-kondisi yang telah
berubah sejak penghitungan terkini jumlah terpulihkan, kecil kemungkinan bahwa
penentuan jumlah terpulihkan saat ini akan lebih kecil dari jumlah tercatat aset.

Nilai Wajar Dikurangi Biaya Pelepasan

Biaya pelepasan aset, selain dari biaya yang telah diakui sebagai liabilitas, adalah
pengurang dalam mengukur nilai wajar dikurangi biaya pelepasan. Contoh biaya tersebut
adalah biaya hukum, materai dan pajak transaksi sejenis, biaya pemindahan aset, dan biaya
tambahan langsung untuk menjadikan aset dalam kondisi siap dijual. Namun, imbalan
akibat pemutusan kontrak kerja (seperti dijelaskan di PSAK 24: Imbalan Kerja) dan biaya

23
terkait dengan pengurangan atau reorganisasi bisnis setelah pelepasan aset bukan
merupakan biaya tambahan langsung untuk pelepasan aset.

Terkadang dalam suatu pelepasan aset, pembeli diharuskan menanggung suatu laibilitas
dan hanya tersedia satu nilai wajar dikurangi biaya penjualan yang mencakup aset dan
laibilitas tersebut. Pada paragraf 78 menjelaskan apa yang harus dilakukan dalam kasus-
kasus seperti ini.

Nilai Pakai

Elemen-elemen berikut harus diperhitungkan dalam penghitungan nilai pakai asset


(Paragraf 30):

a) estimasi arus kas masa depan yang diharapkan entitas akan diperoleh dari aset;

b) ekspektasi mengenai kemungkinan variasi dari jumlah atau waktu arus kas masa depan
tersebut;

c) nilai waktu uang, diwakili oleh suku bunga pasar bebas risiko yang berlaku;

d) harga untuk menanggung ketidakpastian yang melekat pada aset; dan

e) faktor-faktor lain, seperti ilikuiditas, yang akan dipertimbangkan oleh pelaku pasar
dalam menilai arus kas masa depan yang diharapkan entitas akan di;eroleh dari asset
tersebut.

Pengestimasian nilai pakai suatu aset meliputi langkah-langkah berikut (Paragraf 31):

a) mengestimasi arus kas masuk dan arus kas keluar di masa depan dari pemakaian aset
tersebut dan pelepasannya pada akhirnya;

b) menerapkan tingkat diskonto yang tepat atas arus kas masa depan tersebut.

Elemen-elemen yang diidentifi kasi dalam paragraf 30 (b), (d) dan (e) dapat diperhitungkan
baik sebagai penyesuaian arus kas di masa depan atau sebagai penyesuaian tingkat
diskonto. Pendekatan apapun yang digunakan untuk memasukkan unsur perkiraan
kemungkinan variasi dalam jumlah atau waktu dari arus kas masa depan, hasilnya harus
mencerminkan nilai kini arus kas masa depan yang diharapkan, yaitu rata-rata tertimbang
dari seluruh hasil yang mungkin terjadi.
Dasar Estimasi Arus Kas Masa Depan

24
Mengestimasi arus kas masuk dan arus kas keluar di masa depan dari pemakaian aset
tersebut dan pelepasannya pada akhirnya. Dalam mengukur nilai pakai, suatu entitas harus
yaitu :

a. Mendasarkan proyeksi arus kas pada asumsi-asumsi yang memadai dan terdukungkan
yang mencerminkan estimasi terbaik manajeman mengenai rentang kemungkinan-
kemungkinan kondisi ekonomi yang akan terjadi selama masa manfaat aset. Bukti
eksternal diberi bobot yang lebih tinggi.

b. Mendasarkan proyeksi arus kas pada anggaran atau prakiraan keuangan terkini yang
disetujui manajemen, tetapi harus mengeluarkan unsur estimasi arus kas masuk atau
arus kas keluar yang berkaitan dengan restrukturisasi masa depan atau perbaikan
maupun peningkatan kinerja aset. Proyeksi berdasarkan anggaran atau prakiraan
keuangan tersebut harus meliputi jangka waktu maksimum lima tahun, kecuali jika
penggunaan waktu yang lebih panjang dapat dijustifikasi.

c. Mengestimasi proyeksi arus kas yang melewati periode yang tercakup dalam anggaran
atau prakiraan terkini dengan mengekstrapolasi proyeksi yang didasarkan pada
anggaran atau prakiraan tersebut dengan menggunakan tingkat pertumbuhan tetap
atau menurun untuk tahun- tahun berikutnya, kecuali jika peningkatan tingkat
pertumbuhan dapat dijustifikasi. Tingkat pertumbuhan ini tidak boleh melebihi
tingkat pertumbuhan rata-rata jangka panjang suatu produk, industri, negara atau
negara-negara tempat entitas beroperasi, atau untuk pasar tempat aset digunakan, kecuali
tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dapat dijustifikasi.

Manajemen menilai kelayakan asumsi dalam proyeksi arus kas kini dengan memeriksa
penyebab perbedaan antara proyeksi arus kas masa lalu dan arus kas sebenarnya.
Manajemen harus memastikan bahwa asumsi yang digunakan terhadap proyeksi arus kas
kini konsisten dengan hasil aktual di masa lalu, sepanjang pengaruh dari peristiwa
kemudian atau kondisi yang tidak terjadi ketika arus kas aktual tersebut dihasilkan telah
dipertimbangkan.

Anggaran/prakiraan keuangan atas arus kas di masa depan yang lebih rinci, jelas dan andal
untuk periode yang lebih panjang dari lima tahun biasanya tidak tersedia. Untuk alasan ini,
estimasi manajemen mengenai arus kas masa depan didasarkan pada anggaran/prakiraan
terkini untuk masa paling lama lima tahun. Manajemen dapat menggunakan proyeksi arus
kas yang didasarkan pada anggaran/prakiraan keuangan yang lebih lama dari lima tahun

25
jika manajemen yakin bahwa proyeksi tersebut dapat diandalkan dan manajemen dapat
menunjukkan kemampuannya dalam menyusun prakiraan arus kas secara akurat untuk
periode lebih dari lima tahun, berdasarkan pengalaman masa lalu.

Proyeksi arus kas sampai berakhirnya masa manfaat aset diestimasi dengan cara
mengekstrapolasi proyeksi arus kas yang disusun berdasarkan anggaran/prakiraan
keuangan yang menggunakan tingkat pertumbuhan untuk tahun-tahun selanjutnya. Tingkat
pertumbuhan ini tetap atau menurun, kecuali kenaikan tingkat pertumbuhan sejalan dengan
informasi tentang pola siklus hidup suatu produk atau industri. Jika tepat, tingkat
pertumbuhan adalah nol atau negatif.

Dalam kondisi yang menguntungkan, pesaing kemungkinan akan memasuki pasar dan
membatasi pertumbuhan. Oleh karena itu, entitas akan mengalami kesulitan dalam
melampaui tingkat pertumbuhan rata-rata historis dalam jangka panjang (misalnya, dua
puluh tahun) untuk produk, industri, negara atau negara-negara tempat entitas beroperasi,
atau untuk pasar tempat aset digunakan.

Dalam menggunakan informasi dari anggaran/ prakiraan keuangan, entitas


mempertimbangkan apakah informasi mencerminkan asumsi-asumsi yang memadai dan
terdukungkan serta mewakili estimasi terbaik manajemen atas kondisi ekonomi yang akan
berlaku selama masa manfaat aset.

Komposisi Estimasi Arus Kas Masa Depan

Estimasi arus kas di masa depan meliputi :

a. Proyeksi arus kas masuk dari penggunaan asset;

b. Proyeksi arus kas keluar yang diperlukan untuk menghasilkan arus kas masuk dari
penggunaan aset (termasuk arus kas keluar untuk menyiapkan aset agar dapat
digunakan) dan dapat dikaitkan secara langsung, atau dialokasikan dengan dasar yang
layak dan konsisten pada asset; dan

c. Arus kas neto, jika ada, yang akan diterima (atau dibayarkan) untuk pelepasan aset
pada akhir masa manfaatnya.

Estimasi arus kas masa depan dan tingkat diskonto menggambarkan asumsi yang konsisten
mengenai kenaikan harga yang dikaitkan pada infl asi umum. Oleh karena itu, jika tingkat
diskonto memasukkan dampak kenaikan harga yang dikaitkan pada infl asi umum, maka

26
arus kas masa depan diestimasikan pada nilai nominal. Jika tingkat diskonto tidak
memasukkan dampak kenaikan harga yang dikaitkan pada infl asi umum, maka arus kas
masa depan diestimasikan dalam nilai sebenarnya (tetapi termasuk kenaikan atau
penurunan harga tertentu masa depan).

Proyeksi arus kas keluar mencakup arus kas keluar untuk pemeliharaan rutin aset dan biaya
overhead masa depan yang dapat diatribusikan secara langsung, atau dialokasikan dengan
dasar yang layak dan konsisten, terhadap penggunaan aset.

Ketika jumlah tercatat aset belum mencakup semua arus kas keluar yang akan terjadi
sebelum aset siap digunakan atau dijual, estimasi arus kas keluar masa depan mencakup
estimasi arus kas keluar lainnya yang diharapkan akan timbul sebelum aset siap digunakan
atau dijual. Contohnya, untuk kasus gedung dalam masa konstruksi atau suatu proyek
pengembangan yang belum selesai.

Untuk menghindari penghitungan ganda, estimasi arus kas keluar masa depan tidak
mencakup:

a) arus kas masuk dari aset yang menghasilkan arus kas masuk independen dari arus kas
masuk aset yang sedang ditelaah (contoh, aset keuangan seperti piutang); dan

b) arus kas keluar terkait dengan kewajiban yang telah diakui sebagai laibilitas (contoh,
utang, pensiun, atau provisi).

Arus kas masa depan diestimasi berdasarkan kondisi aset saat ini. Estimasi arus kas masa
depan tidak mencakup arus kas masuk atau keluar masa depan yang diharapkan timbul
dari:

a) restrukturisasi masa depan yang mana entitas belum berkomitmen; atau

b) perbaikan dan peningkatan kinerja aset.

Karena arus kas masa depan diestimasi dengan kondisi aset saat ini, nilai pakai tidak
menggambarkan:

a) arus kas keluar masa depan atau penghematan biaya yang terkait (contohnya
pengurangan biaya karyawan) atau manfaat yang diharapkan timbul dari restrukturisasi
masa depan di mana entitas belum berkomitmen; atau

b) arus kas keluar masa depan yang akan memperbaiki atau meningkatkan kinerja aset
atau arus kas masuk terkait yang diharapkan timbul dari arus keluar tersebut.
Restrukturisasi adalah suatu program yang direncanakan dan dikendalikan manajemen dan

27
mengubah secara material baik ruang lingkup bisnis yang dilakukan oleh entitas maupun
cara bagaimana bisnis dilaksanakan. PSAK 57: Kewajiban diestimasi, Kewajiban
Kontinjensi dan Aset Kontinjensi memberikan petunjuk yang menjelaskankan kapan suatu
entitas berkomitmen untuk restrukturisasi.

Ketika suatu entitas berkomitmen untuk restrukturisasi, beberapa aset mungkin akan
terpengaruh oleh restrukturisasi ini. Ketika entitas berkomitmen untuk restrukturisasi:

a) estimasi arus kas masuk dan arus kas keluar masa depan untuk tujuan menentukan nilai
pakai menggambarkan penghematan biaya dan manfaat lain dari restrukturisasi
(berdasarkan anggaran/prakiraan keuangan terkini yang telah disetujui manajemen);
dan

b) estimasi arus kas keluar masa depan untuk restrukturisasi diperhitungkan dalam
penentuan provisi restukturisasi sesuai dengan PSAK 57.

Estimasi arus kas masa depan meliputi arus kas keluar masa depan yang diperlukan untuk
memelihara tingkat manfaat ekonomis yang diharapkan timbul dari aset dalam kondisinya
saat ini. Ketika suatu unit penghasil kas terdiri dari aset dengan estimasi masa manfaat yang
berbeda (yang semuanya adalah penting untuk kelangsungan operasi unit tersebut)
penggantian aset dengan masa yang lebih pendek dipertimbangkan sebagai bagian dari
pemeliharaan rutin unit tersebut ketika mengestimasi arus kas masa depan yang berkaitan
dengan unit tersebut. Demikian pula, ketika aset tunggal terdiri dari komponen-komponen
dengan estimasi masa manfaat yang berbeda, penggantian dari komponen dengan masa
yang lebih pendek dipertimbangkan sebagai bagian dari pemeliharaan rutin aset ketika
mengestimasi arus kas masa depan yang dihasilkan oleh aset tersebut.

Estimasi arus kas masa depan tidak termasuk:

a) arus kas masuk atau keluar dari aktivitas pendanaan; dan

b) penerimaan atau pembayaran pajak penghasilan.

Estimasi arus kas masa depan menggambarkan asumsi yang konsisten dengan cara
penentuan tingkat diskonto. Jika tidak, dampak dari beberapa asumsi akan dihitung dua
kali atau diabaikan. Karena nilai waktu uang dipertimbangkan dengan mendiskontokan
estimasi arus kas masa depan, arus kas ini tidak termasuk arus kas masuk atau keluar dari
aktivitas pendanaan. Demikian pula, karena tingkat diskonto ditentukan atas dasar sebelum
pajak, arus kas masa depan juga diestimasi atas dasar sebelum pajak.

28
Estimasi arus kas neto yang akan diterima (atau dibayarkan) untuk pelepasan aset pada
akhir masa manfaat merupakan jumlah yang diharapkan akan diperoleh entitas dari
pelepasan aset melalui transaksi yang wajar antara pihak-pihak yang mengerti dan
berkehendak bebas tanpa tekanan, setelah dikurangi estimasi biaya pelepasan aset yang
bersangkutan.

Estimasi arus kas neto diterima (atau dibayarkan) dari pelepasan aset pada akhir umur
manfaat ditentukan dengan cara yang serupa dengan penentuan nilai wajar aset dikurangi
biaya pelepasan, kecuali dalam mengestimasi arus kas neto tersebut:

a) entitas menggunakan harga yang berlaku pada tanggal estimasi untuk aset serupa yang
telah habis umur manfaatnya dan telah beroperasi dalam kondisi serupa dengan aset
yang akan digunakan.

b) entitas menyesuaikan harga tersebut atas dampak kenaikan harga masa depan akibat
inflasi umum maupun kenaikan atau penurunan harga spesifik. Namun demikian, jika
estimasi arus kas masa depan dari penggunaan aset dan tingkat diskonto mengecualikan
dampak inflasi umum, maka entitas juga mengecualikan dampak tersebut dalam
estimasi arus kas neto pelepasan aset.

Nilai wajar berbeda dengan nilai pakai. Nilai wajar mencerminkan asumsi yang digunakan
pelaku pasar ketika menentukan harga aset. Sebaliknya, nilai pakai mencerminkan dampak
dari faktor-faktor yang mungkin spesifik untuk entitas dan tidak dapat diterapkan untuk
entitas secara umum. Sebagai contoh, nilai wajar tidak mencerminkan faktor-faktor berikut
ini sejauh bahwa faktor tersebut tidak dapat tersedia secara umum untuk pelaku pasar:

a) nilai tambah yang diperoleh dari pengelompokan aset (seperti pembentukan portofolio
properti investasi di lokasi yang berbeda);

b) sinergi antara aset yang diukur dan aset lainnya;

c) hak hukum atau pembatasan hukum yang spesifik hanya untuk pemilik aset saat ini;

d) manfaat pajak atau beban pajak yang spesifik untuk pemilik aset saat ini.

Arus Kas Masa Depan Valuta Asing

Arus kas masa depan diestimasi dalam satuan mata uang ketika akan dihasilkan dan
kemudian didiskonto menggunakan suatu tingkat diskonto yang tepat untuk satuan mata

29
uang tersebut. Entitas mentranslasikan nilai sekarang dengan menggunakan tingkat
pertukaran spot pada tanggal penghitungan nilai pakai.

Tingkat Diskonto

Tingkat diskonto ditetapkan atas dasar tingkat diskonto sebelum pajak yang
menggambarkan penilaian pasar kini dari:

a) nilai waktu uang; dan

b) risiko spesifik atas aset dimana estimasi arus kas masa depan belum disesuaikan.

Tarif diskonto yang mencerminkan penilaian pasar kini atas nilai waktu uang dan risiko
spesifi k atas aset tertentu adalah tingkat pengembalian yang disyaratkan investor jika
seandainya mereka hendak memilih suatu investasi yang menghasilkan arus kas dengan
jumlah, waktu dan profi l risiko yang sama dengan yang entitas harapkan akan dihasilkan
dari aset tersebut. Tingkat diskonto ini diestimasi dari tingkat diskonto implisit pada
transaksi pasar kini terhadap aset sejenis atau dari rata-rata tertimbang biaya modal entitas
yang tercatat di bursa efek yang memiliki aset tunggal (atau suatu portfolio aset) sejenis
dalam kaitannya dengan jasa potensial dan risiko aset yang ditelaah. Namun demikian,
tingkat diskonto yang digunakan untuk mengukur nilai pakai aset tidak harus
menggambarkan risiko estimasi arus kas masa depan telah disesuaikan. Jika tidak,
dampak dari beberapa asumsi akan dihitung dua kali.

Ketika suatu tingkat diskonto spesifi k aset tidak tersedia secara langsung di pasar, entitas
menggunakan pengganti untuk mengestimasi tingkat diskonto. Lampiran A menyediakan
pedoman tambahan dalam mengestimasi tingkat diskonto pada keadaan tersebut.

3.4 Pengakuan dan Pengukuran Rugi Penurunan Nilai

Rugi penurunan nilai diakui jika, dan hanya jika, nilai terpulihkan aset lebih kecil dari
nilai tercatatnya, nilai tecatat aset diturunkan menjadi sebesar nilai terpulihkan.
Penurunan tersebut adalah rugi penurunan nilai. Rugi penurunan nilai segera diakui dalam
laporan laba rugi, kecuali aset disajikan pada jumlah direvaluasi sesuai dengan Pernyataan
lain seperti model revaluasi pada PSAK 16 Aset Tetap. Setiap rugi penurunan nilai aset
revaluasian diperlakukan sebagai penurunan revaluasi sesuai dengan Pernyataan lain.
Rugi penurunan nilai aset yang tidak direvaluasi diakui dalam laporan laba rugi. Namun

30
demikian, kerugian penurunan nilai atas aset revaluasian diakui dalam pendapatan
komprehensif lain, sepanjang kerugian penurunan nilai tidak melebihi jumlah surplus
revaluasi untuk aset yang sama. Rugi penurunan nilai atas aset revaluasian mengurangi
surplus revaluasi untuk aset tersebut.

Ketika jumlah estimasi rugi penurunan nilai lebih besar dari nilai tercatat aset yang terkait,
entitas mengakui laibilitas jika, dan hanya jika, hal ini disyaratkan oleh Pernyataan lain.

Setelah pengakuan rugi penurunan nilai, beban penyusutan (amortisasi) aset disesuaikan
di masa depan untuk mengalokasikan nilai tercatat aset revisian, setelah dikurangi nilai
sisa (jika ada), secara sistematis selama sisa masa manfaatnya.

Jika rugi penurunan nilai diakui, semua aset atau laibilitas pajak tangguhan yang terkait
ditentukan sesuai dengan PSAK 46 dengan membandingkan nilai tercatat aset revisian
dengan nilai dasar pajaknya.

3.5 Unit Penghasil Kas (UPK)

Unit penghasil kas adalah adalah kelompok terkecil aset teridentifikasikan yang
menghasilkan arus kas masuk yang sebagian besar independen dari arus kas masuk dari
aset atau kelompok aset lain. Jumlah terpulihkan dari aset individual tidak dapat
ditentukan jika:

(a) nilai pakai aset tidak dapat diestimasi mendekati nilai wajarnya dikurangi biaya
pelepasan; dan

(b) aset tidak menghasilkan arus kas masuk yang independen dari kelompok aset lain.

Dalam kasus ini, nilai pakai dan, jumlah terpulihkan, dapat ditentukan hanya untuk Unit
Penghasil Kas Aset. Contohnya suatu entitas pertambangan memiliki jalur kereta api
pribadi untuk mendukung aktivitas pertambangannya. Jalur kereta api pribadi dapat dijual
hanya untuk nilai sisanya dan itu tidak menghasilkan arus kas masuk yang independen
dari arus kas masuk dari aset lain pertambangan itu. Tidak dimungkinkan mengestimasi
jumlah terpulihkan dari jalur kereta pribadi itu karena nilai pakainya tidak dapat
ditentukan dan kemungkinan berbeda dari nilai sisanya. Oleh karena itu, entitas
mengestimasi jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas dimana jalur kereta pribadi
tersebut tercakup, yaitu pertambangan itu secara keseluruhan.
Jumlah terpulihkan dari UPK adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar unit

31
penghasil kas dikurangi biaya pelepasan dengan nilai pakainya. Jumlah tercatat dari UPK:

(a) Mencakup hanya jumlah tercatat dari aset-aset yang dapat diatribusikan langsung, atau
dialoksikan dengan dasar yang layak dan konsisten, ke UPK dan akan menghasilkan
arus kas masuk yang digunakan dalam menentukan nilai pakai unit penghasil kas; dan

(b) Tidak mencakup jumlah tercatat dari setiap liabilitas yang diakui, kecuali jumlah
terpulihkan dari unit penghasil kas tidak dapat ditentukan tanpa mempertimbangkan
liabilitas tersebut.

Rugi penurunan nilai diakui untuk unit penghasil kas jika, dan hanya jika, jumlah
terpulihkan dari unit tersebut (kelompok dari unit) lebih kecil dari jumlah tercatatnya.
Rugi penurunan nilai dialokasikan untuk mengurangi jumlah tercatat aset dari unit
tersebut (kelompok dari unit) dengan urutan sebagai berikut:

a. pertama, untuk mengurangi jumlah tercatat atas setiap goodwill yang


dialokasikan ke unit penghasil kas tersebut (kelompok dari unit).

b. selanjutnya, ke aset lain dari unit tersebut (kelompok dari unit) dibagi pro rata atas
dasar jumlah tercatat setiap aset di dalam unit tersebut (kelompok dari unit).

Dalam mengalokasikan rugi penurunan nilai sesuai dengan paragraf 99, entitas tidak harus
mengurangi jumlah tercatat aset dengan jumlah yang tertinggi dari:

(a) nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual (jika ditentukan).

(b) nilai pakainya (jika dapat ditentukan).

(c) nol.

Jumlah rugi penurunan nilai yang semestinya dialokasikan ke aset tersebut menjadi harus
dialokasikan pro rata ke aset lain dari unit (kelompok dari unit).

3.6 Pembalikan Rugi Penurunan Nilai

Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai yang telah diakui
pada periode-periode sebelumnya untuk aset (selain goodwill) mungkin tidak ada lagi atau
mungkin telah menurun, entitas mempertimbangkan, minimal, indikasi berikut ini:

1. Infomasi dari sumber eksternal


- Terdapat indikasi yang dapat diobservasi bahwa nilai aset telah meningkat secara

32
signifikan selama periode tersebut.

- Perubahan signifikan yang berdampak menguntungkan bagi entitas telah terjadi


selama periode, atau akan terjadi dalam waktu dekat, dalam hal teknologi, pasar,
kondisi ekonomi maupun hukum tempat entitas beroperasi atau pasar tempat aset
itu digunakan.

- Suku bunga pasar atau tingkat pengembalian investasi pasar yang lain telah turun
selama periode itu, dan penurunan itu akan mempengaruhi tingkat diskonto yang
digunakan dalam menghitung nilai pakai aset sehingga meningkatkan jumlah
terpulihkan secara material.

2. Informasi dari sumber internal

- Perubahan signifikan dengan dampak menguntungkan bagi entitas telah terjadi


selama periode tersebut, atau diharapkan akan terjadi dalam waktu dekat,
seberapa jauh dan cara, aset tersebut digunakan atau diharapkan untuk
digunakan. Perubahan ini termasuk biaya-biaya yang timbul selama periode tersebut
untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja aset atau merestrukturisasi operasi di
tempat aset tersebut tercakup.

- Bukti tersedia dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja


ekonomi aset lebih baik atau akan lebih baik dari yang diharapkan.

Rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam periode-periode sebelumnya untuk aset
selain goodwill harus dibalik jika, dan hanya jika, terdapat perubahan estimasi yang
digunakan untuk menentukan jumlah terpulihkan atas aset tersebut sejak rugi penurunan
nilai terakhir diakui. Jika kasusnya seperti ini, jumlah tercatat aset, (ada pengecualian)
dinaikkan ke jumlah terpulihkannya. Kenaikan ini merupakan suatu pembalikan rugi
penurunan nilai.

1. Pembalikan Rugi Penurunan Nilai Aset Individu

- Jumlah tercatat aset yang meningkat (selain goodwill ), yang disebabkan


pembalikan rugi penurunan nilai, tidak boleh melebihi jumlah tercatat (neto
setelah amortisasi atau depresiasi) seandainya aset tidak mengalami rugi
penurunan nilai di tahun-tahun sebelumnya.

- Pembalikan rugi penurunan nilai untuk aset (selain goodwill ) diakui segera dalam
laba rugi, kecuali aset disajikan pada jumlah direvaluasi sesuai dengan Pernyataan

33
lain (contohnya, model revaluasi di PSAK 16).

- Setiap pemulihan rugi penurunan nilai aset revaluasian harus diperlakukan sebagai
kenaikan penilaian kembali sesuai dengan PSAK terkait.

2. Pembalikan Rugi Penurunan Nilai UPK

- Dialokasikan kepada aset-aset dari unit (kecuali untuk goodwill ) pro rata dengan
jumlah tercatat dari asetnya.

- Diperlakukan sebagai pembalikan rugi penurunan nilai untuk aset individual dan
diakui sesuai dengan PSAK ini.

Alokasi pembalikan rugi penurunan nilai UPK, jumlah tercatat aset tidak boleh dinaikkan
diatas nilai yang terendah dari:

a. Jumlah terpulihkan (jika ditentukan); dan

b. Jumlah tercatat yang telah ditentukan (amortisasi atau depresiasi neto) seandainya
tidak ada rugi penurunan nilai yang telah diakui untuk aset tersebut dalam periode
sebelumnya.

Jumlah pemulihan rugi penurunan nilai yang sebaliknya telah dialokasikan untuk aset
tersebut harus dialokasikan pro rata ke aset lain dari unit itu, kecuali untuk goodwill .

3.7 Pengungkapan

Untuk setiap kelompok aset, entitas mengungkapkan hal berikut ini:

a. Jumlah rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi selama periode
tersebut dan unsur laporan laba rugi komprehensif yang didalamnya tercakup rugi
penurunan nilai.

b. Jumlah pembalikan rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi selama
periode tersebut dan unsur laporan laba rugi komprehensif yang didalamnya tercakup
rugi penurunan nilai yang dibalik.

c. Jumlah rugi penurunan nilai atas aset revaluasian yang diakui dalam laporan laba rugi
komprehensif lainnya selama periode itu.

d. Jumlah pembalikan rugi penurunan nilai atas aset revaluasian yang diakui dalam
laporan laba rugi komprehensif lainnya selama periode tersebut.
Pengungkapkan hal-hal berikut ini untuk setiap segmen:

34
(a) Jumlah rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi dan dalam laporan
laba rugi komprehensif lainnya selama periode.

(b) Jumlah pembalikan rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi dan
dalam laporan laba rugi komprehensif lainnya selama periode.

Entitas mengungkapkan hal-hal berikut untuk setiap aset individual (termasuk goodwill)
atau unit penghasil kas yang mana kerugian penurunan nilai telah diakui atau dibalik
selama periode:

(a) Peristiwa dan kondisi yang mengarah pada pengakuan atau pembalikan rugi
penurunan nilai.

(b) Jumlah rugi penurunan nilai yang diakui atau dibalik.

(c) Untuk aset individual.

(i) Sifat dari aset.

(ii) Jika entitas melaporkan informasi segmen sesuai dengan PSAK 5, segmen
terlaporkan yang mencakup aset tersebut.

(d) untuk unit penghasil kas;

(i) Deskripsi unit penghasil kas (seperti apakah unit penghasil kas merupakan suatu
lini produksi, suatu pabrik, suatu operasi bisnis, suatu wilayah geografi, atau suatu
segmen yang dapat dilaporkan seperti dijelaskan dalam PSAK 5).

(ii) Jumlah rugi penurunan nilai yang diakui atau dibalik oleh kelompok aset dan, jika
entitas melaporkan informasi segmen sesuai dengan PSAK 5, disajikan
berdasarkan segmen terlaporkan.

(iii) Jika agregasi dari aset untuk mengindentifikasi unit penghasil kas telah berubah
sejak estimasi sebelumnya dari jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas (jika
ada), suatu uraian dari cara agregasi aset saat ini dan sebelumnya serta alasan
perubahan cara unit penghasil kas diidentifikasi.

(d) Apakah jumlah terpulihkan aset (unit penghasil kas) adalah nilai wajarnya dikurangi
biaya untuk menjual atau nilai pakainya.

(e) Jumlah terpulihkan aset (unit penghasil kas) dan apakah jumlah terpulihkan aset (unit
penghasil kas) adalah nilai wajarnya dikurangi biaya pelepasan atau nilai pakainya.
(f) jika jumlah terpulihkan merupakan nilai wajar dikurangi biaya pelepasan, maka

35
entitas mengungkapkan informasi berikut:

(i) tingkat hirarki nilai wajar (lihat PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar) yang
digunakan dalam pengukuran nilai wajar aset (unit penghasil kas) yang
dikategorikan dalam seluruhnya (tanpa melihat apakah “biaya pelepasan” dapat
diobservasi);

(ii) untuk pengukuran nilai wajar pada kategori level 2 dan level 3 dari hirarki nilai
wajar, deskripsi teknik penilaian digunakan untuk mengukur nilai wajar dikurangi
biaya pelepasan. Jika terdapat perubahan teknik penilaian, maka entitas
mengungkapkan perubahan tersebut dan alasannya; dan

(iii)untuk pengukuran nilai wajar kategori level 2 dan level 3 dari hirarki nilai wajar,
setiap asumsi utama yang mendasari penentuan manjemen atas nilai wajar
dikurangi biaya pelepasan. Asumsi utama yang paling sensitif adalah jumlah
terpulihkan aset (unit penghasil kas). Entitas juga mengungkapkan tingkat
diskonto yang digunakan dalam pengukuran terkini dan pengukuran sebelumnya
jika nilai wajar dikurangi biaya pelepasan diukur dengan teknik nilai kini.

Entitas mengungkapkan informasi berikut untuk rugi penurunan nilai agregat dan
pembalikan rugi penurunan nilai agregat yang diakui selama periode tertentu dalam hal
tidak diungkapkannya informasi yaitu :

(a) kelompok utama aset yang mengalami rugi penurunan nilai dan kelompok utama aset
yang mengalami pemulihan rugi penurunan nilai.

(b) peristiwa dan keadaan utama yang menyebabkan pengakuan rugi penurunan nilai dan
pemulihan rugi penurunan nilai tersebut.

Estimasi yang Digunakan untuk Mengukur Jumlah Terpulihkan Unit Penghasil Kas
yang Mengandung Goodwill atau Aset Tak berwujud dengan Umur Manfaat Tidak
Terbatas

Entitas mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh (a)–(f) untuk setiap unit
penghasil kas (kelompok unit) yang jumlah tercatat dari goodwill atau aset takberwujud
dengan umur manfaat tidak terbatas dialokasikan pada unit (kelompok unit) tersebut
adalah signifikan dibandingkan dengan total jumlah tercatat goodwill atau aset
takberwujud dengan umur manfaat tidak terbatas:

36
(a) jumlah tercatat goodwill yang dialokasikan pada unit (kelompok unit).

(b) jumlah tercatat aset takberwujud dengan umur manfaat tidak terbatas yang
dialokasikan pada unit (kelompok unit).

(c) dasar penentuan jumlah terpulihkan unit (kelompok unit), yaitu nilai pakai atau nilai
wajar dikurangi biaya pelepasan.

(d) jika jumlah terpulihkan unit (kelompok unit) didasarkan atas nilai pakai:

(i) setiap asumsi utama yang digunakan sebagai dasar oleh manajemen dalam
melakukan proyeksi arus kas untuk periode yang dicakup oleh anggaran/prakiraan
terkini. Asumsi utama adalah hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap jumlah
terpulihkan unit (kelompok unit) tersebut.

(ii) suatu gambaran pendekatan manajemen untuk menetapkan nilai yang ditentukan
untuk setiap asumsi utama, apakah nilai-nilai tersebut menggambarkan pengalaman
masa lalu, jika sesuai, konsisten dengan sumber informasi dari luar, dan, jika tidak,
bagaimana dan mengapa hal tersebut berbeda dari pengalaman masa lalu atau
sumber informasi dari luar.

(iii)periode yang mana manajemen telah memproyeksikan arus kas yang didasarkan
pada anggaran/ramalan keuangan yang disetujui manajemen dan, ketika periode
lebih dari lima tahun digunakan untuk suatu unit penghasil kas (kelompok dari
unit), suatu penjelasan dibutuhkan mengapa periode yang lebih lama dijustifikasi.

(iv) tingkat pertumbuhan yang digunakan untuk mengekstrapolasi proyeksi arus kas
diluar periode yang dicakup oleh anggaran/prakiraan terkini, dan suatu justifi kasi
untuk menggunakan tingkat pertumbuhan yang melebihi tingkat pertumbuhan rata-
rata jangka panjang untuk produk, industri, atau negara di tempat entitas beroperasi,
atau untuk pasar dimana unit (kelompok unit) tersebut didedikasikan.

(v) tingkat diskonto yang diterapkan untuk proyeksi arus kas.

(e) jika jumlah terpulihkan unit (kelompok unit) didasarkan pada nilai wajar dikurangi
biaya pelepasan, maka diungkapkan teknik penilaian yang digunakan untuk mengukur
nilai wajar dikurangi biaya pelepasan tersebut. Entitas tidak disyaratkan untuk
memberikan pengungkapan yang disyaratkan oleh PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar.
Jika nilai wajar dikurangi biaya pelepasan tidak diukur dengan menggunakan harga
kuotasian untuk unit identik (kelompok dari unit), maka entitas mengungkapkan

37
informasi berikut:

(i) setiap asumsi utama yang digunakan sebagai dasar manajemen dalam menentukan
nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual pelepasan. Asumsi utama adalah halhal
yang sangat berpengaruh terhadap jumlah terpulihkan unit (kelompok unit).

(ii) penjelasan pendekatan manajemen dalam menetapkan nilai yang dipakai untuk
setiap asumsi utama, apakah nilai tersebut mencerminkan pengalaman masa lalu
atau (jika sesuai) konsisten dengan informasi dari sumber eksternal dan (jika tidak)
bagaimana dan mengapa hal itu berbeda dari pengalaman masa lalu atau informasi
dari sumber eksternal.

(iiA) level hirarki nilai wajar (lihat PSAK 68) dimana pengukuran nilai wajar
dikategorikan seluruhnya (tanpa memperhatikan biaya pelepasan yang
diobservasi)

(iiB) jika telah terjadi perubahan dalam teknik penilaian, perubahan dan alasan
perubahan tersebut.

Jika nilai wajar dikurangi biaya pelepasan diukur dengan menggunakan proyeksi arus
kas terdiskonto, maka entitas mengungkapkan informasi berikut :

(iii)periode arus kas yang diproyeksikan manajemen.

(iv) tingkat pertumbuhan yang digunakan untuk mengekstra polasikan proyeksi arus
kas.

(v) tingkat diskonto yang diterapkan untuk proyeksi arus kas.

(f) jika suatu kemungkinan perubahan (yang beralasan) dalam asumsi utama yang
digunakan sebagai dasar oleh manajemen dalam penentuan jumlah terpulihkan unit
(kelompok unit) akan menyebabkan jumlah tercatat unit (kelompok unit) melebihi
jumlah terpulihkan: (i) jumlah yang mana dari jumlah terpulihkan unit (kelompok unit)
melebihi jumlah tercatatnya. (ii) nilai yang dipergunakan dalam asumsi utama. (iii)
jumlah yang mana nilai yang ditetapkan ke asumsi utama harus berubah, setelah
memperhitungkan setiap konsekuensi yang diakibatkan oleh perubahan itu pada
variabel lain (yang digunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan), agar jumlah
terpulihkan dari unit (kelompok unit) menjadi sama dengan jumlah tercatatnya.

Jika beberapa atau semua jumlah tercatat dari goodwill atau aset tidak berwujud dengan
masa manfaat tidak terbatas dialokasikan ke beragam unit penghasil kas unit (kelompok

38
unit), dan jumlah yang dialokasikan ke tiap unit (kelompok unit) tidak signifi kan
dibandingkan dengan total jumlah tercatat goodwill atau aset tidak berwujud dengan masa
manfaat tidak terbatas dari entitas, fakta tersebut harus diungkapkan, bersamaan dengan
jumlah tercatat agregat dari goodwill atau aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak
terbatas yang dialokasikan ke unit tersebut (kelompok unit). Sebagai tambahan, jika jumlah
terpulihkan dari unitunit tersebut (kelompok unit) didasarkan pada asumsi utama yang
sama dan jumlah tercatat agregat dari goodwill atau aset tidak berwujud dengan masa
manfaat tidak terbatas yang dialokasikan ke unit-unit itu signifi kan dibandingkan dengan
total jumlah tercatat goodwill atau aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas
dari entitas, entitas mengungkapkan fakta itu, bersama dengan:

(a) jumlah tercatat agregat goodwill yang dialokasikan ke unit-unit tersebut (kelompok
unit).

(b) jumlah tercatat agregat aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas yang
dialokasikan ke unit tersebut (kelompok unit).

(c) suatu gambaran dari asumsi-asumsi utama.

(d) suatu gambaran dari pendekatan manajemen dalam menetapkan nilai-nilai yang
ditentukan ke asumsi-asumsi utama itu, apakah nilai-nilai tersebut mencerminkan
pengalaman masa lalu atau, jika tepat, konsisten dengan sumber informasi dari luar,
dan, jika tidak, bagaimana dan mengapa hal tersebut berbeda dari pengalaman masa
lalu atau sumber informasi dari luar.

(e) jika suatu kemungkinan perubahan yang beralasan di dalam asumsi-asumsi utama dapat
menyebabka jumlah tercatat agregat unit-unit (kelompok dari unit) melebihi agregat
dari jumlah terpulihnya: (i) jumlah yang mana jumlah terpulih agregat dari unit-unit
(kelompok unit) melebihi agregat dari jumlah tercatatnya. (ii) nilai-nilai yang
dipergunakan dalam asumsi-asumsi utama itu. (iii) jumlah dari nilai yang ditetapkan ke
asumsi utama harus berubah, setelah memasukkan setiap konsekuensi yang diakibatkan
oleh perubahan itu pada variabel lain yang digunakan untuk mengukur jumlah
terpulihnya, agar agregat jumlah terpulihnya dari unit (kelompok unit) menjadi sama
dengan agreasi jumlah tercatatnya.
3.8 Ketentuan Transisi

39
Entitas menerapkan Pernyataan ini secara prospektif termasuk untuk goodwill dan aset
yang takberwujud yang berasal dari kombinasi bisnis sebelum tanggal efektif Pernyataan
ini dan untuk aset lain yang diperoleh sebelum tanggal efektif Pernyataan ini.

Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau
setelah tanggal 1 Januari 2015.

Pernyataan ini menggantikan PSAK 48 (2009): Penurunan Nilai Aset


Contoh Kasus

40
PROPERTI INVESTASI DI BPJS

Pernyataan Kepatuhan terhadap Standar Akuntansi Keuangan

Laporan posisi keuangan konsolidasian pembuka BPJS Ketenagakerjaan disusun


berdasarkan laporan posisi keuangan konsolidasian penutup PT Jamsostek (Persero),
entitas anak, dan entitas bertujuan khusus yang telah disusun dan disajikan sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia yang meliputi Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang diterbitkan
oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan – Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Dasar Pengukuran dan Penyusunan Laporan Keuangan Pembuka

Laporan keuangan disusun dan disajikan mengikuti Pedoman Akuntansi Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial. Pedoman Akuntansi BPJS disusun dengan mengacu pada
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku di Indonesia. Acuan yang digunakan
dalam penyusunan Pedoman Akuntansi ini antara lain:

a. Standar Akuntansi Keuangan;

b. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan;

c. International Financial Reporting Standards; dan

d. Peraturan perudang-undangan dan peraturan pelaksanaan yang berhubungan dengan


Program Jaminan Ketenagakerjaan.

Kebijakan akuntansi yang diatur dalam Pedoman Akuntansi Badan Penyelenggara


Jaminan Sosial mulai diterapkan pada tanggal 1 Januari 2014 adalah sebagai berikut:

a. Pengklasifikasian aset keuangan awal dalam kategori Diukur Pada Nilai Wajar
Melalui Penghasilan Neto, Tersedia Untuk Dijual, Dimiliki Hingga Jatuh Tempo, dan
Pinjaman yang Diberikan dan Piutang, sesuai persyaratan masing-masing klasifikasi
berdasarkan kondisi pada tanggal tersebut;

b. Jumlah tercatat aset awal sesuai laporan posisi keuangan pembuka yang ditetapkan
pemerintah;
c. Jumlah tercatat liabilitas awal sesuai laporan posisi keuangan pembuka yang

41
ditetapkan pemerintah; dan

d. Jumlah tercatat ekuitas awal sesuai laporan posisi keuangan pembuka yang
ditetapkan pemerintah.

Laporan keuangan pembuka merupakan laporan yang disusun untuk memenuhi ketentuan
dalam UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial pasal 62
ayat 2 (c) disebutkan bahwa Menteri Badan Usaha Milik Negara selaku Rapat Umum
Pemegang Saham mengesahkan Laporan Posisi Keuangan Penutup PT Jamsostek
(Persero) setelah dilakukan audit oleh kantor akuntan publik dan Menteri Keuangan
mengesahkan posisi laporan keuangan Pembuka BPJS Ketenagakerjaan dan laporan
posisi keuangan pembuka Dana Jaminan Sosial Ketenagakerjaan.

Laporan posisi keuangan konsolidasian pembuka BPJS Ketenagakerjaan disusun


berdasarkan laporan posisi keuangan konsolidasian penutup PT Jamsostek (Persero),
entitas anak, dan entitas bertujuan khusus per 31 Desember 2013 yang telah diaudit oleh
kantor akuntan independen dan telah disahkan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara
sesuai dengan Surat Keputusan Nomor: SK- 50/MBU/2014 tanggal 11 Maret 2014
tentang Pengesahan Laporan Keuangan Penutup per 31 Desember 2013 Perusahaan
Persero Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Persero).
42

Properti Investasi

Properti investasi adalah penanaman dana investasi BPJS Ketenagakerjaan pada tanah
atau bangunan yang tidak digunakan untuk kegiatan operasional dan ditujukan untuk
menghasilkan pendapatan investasi.

Investasi dalam properti tanah disajikan sebesar biaya perolehannya properti investasi
tanah tidak disusutkan, karena BPJS Ketenagakerjaan berniat untuk memperpanjang
haknya apabila periode haknya telah berakhir. Investasi dalam properti bangunan

43
disajikan sebesar harga perolehannya dikurangi dengan akumulasi penyusutannya.
Properti bangunan disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus sebesar
persentase tetap 5% per tahun dari harga perolehannya. Estimasi Umur Manfaat Properti
Investasi, Aset Tetap dan Sarana Kesejahteraan Peserta BPJS Ketenagakerjaan, entitas
anak, dan entitas bertujuan khusus melakukan penelahaan berkala atas masa manfaat
ekonomis properti investasi, aset tetap dan sarana kesejahteraan peserta berdasarkan
faktor-faktor seperti kondisi fisik dan teknis serta perkembangan teknologi di masa
depan.

Hasil operasi di masa depan akan dipengaruhi secara material atas perubahan estimasi
ini yang diakibatkan oleh perubahan faktor yang telah disebutkan di atas.
44
Adopsi Standar Baru Maupun Revisi Standar dan Intepretasi (Revisi atas PSAK
dan ISAK)

a. Standar yang Berlaku Efektif pada Tahun Berjalan

Berikut adalah standar baru, perubahan atas interpretasi standar yang wajib diterapkan
untuk pertama kalinya untuk tahun buku yang dimulai 1 Januari 2014:

- ISAK No. 27 : Pengalihan Aset dari pelanggan

- ISAK No. 28 : Pengakhiran Liabilitas Keuangan dengan Instrumen Ekuitas

b. Perubahan Kebijakan Akuntansi Selama Periode Berjalan

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT Jamsostek (Persero) Nomor:


KEP/461/122013 tanggal 31 Desember 2013 tentang Pedoman Akuntansi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, mulai berlaku pada tanggal 1 Januari
2014. Pada tahun 2014, BPJS Ketenagakerjaan mengeluarkan beberapa kebijakan
baru antara lain sebagai berikut:
1) PSAK 50 (Revisi 2010) dan PSAK 55 (Revisi 2011)

45
Kebijakan baru atas piutang properti investasi merupakan kelanjutan dari
penerapan PSAK 50 (Revisi 2010) dan PSAK 55 (Revisi 2011) berdasarkan
Keputusan Direksi Nomor: KEP/84/032014

2) PSAK 13 (Revisi 2011)

Kebijakan baru atas properti investasi merupakan penerapan PSAK 13 (Revisi


2011): Pengakuan Properti Investasi yang diterapkan pada 2014 sesuai Keputusan
Direksi Nomor: KEP/85/032014 tentang klasifikasi properti investasi berdasarkan
tujuan penggunaannya.

Properti Investasi pada Program Jaminan BPJS


46
Pernyataan Kepatuhan terhadap Standar Akuntansi Keuangan

Laporan keuangan pembuka Dana Jaminan Sosial (DJS) Ketenagakerjaan Program


Jaminan Hari Tua (JHT) disusun berdasarkan laporan konsolidasian penutup PT
Jamsostek (Persero) yang telah disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan di Indonesia yang meliputi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang diterbitkan oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan – Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Dasar Penyusunan, Pengukuran dan Asumsi Dasar Laporan Keuangan

Laporan keuangan disusun dan disajikan mengikuti Pedoman Akuntansi Program


Jaminan Hari Tua. Pedoman Akuntansi Program JHT disusun dengan mengacu pada
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku di Indonesia. Acuan yang digunakan
dalam penyusunan Pedoman Akuntansi ini antara lain:

a. Standar Akuntansi Keuangan;

b. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan;

c. International Financial Reporting Standards; dan

d. Peraturan perudang-undangan dan peraturan pelaksanaan yang berhubungan dengan


Program JHT.
Kebijakan akuntansi yang diatur dalam Pedoman Akuntansi Program Jaminan Hari Tua

47
mulai diterapkan pada 1 Januari 2014 adalah sebagai berikut:

1) Penentuan aset investasi awal yang akan diukur pada nilai wajar dan yang akan diukur
pada biaya perolehan yang diamortisasi sesuai persyaratan sesuai dengan kondisi pada
tanggal tersebut;

2) Jumlah tercatat aset awal sesuai laporan posisi keuangan pembuka yang ditetapkan
pemerintah;

3) Jumlah tercatat liabilitas awal sesuai laporan posisi keuangan pembuka yang
ditetapkan pemerintah;dan

4) Jumlah tercatat aset neto awal sesuai laporan posisi keuangan pembuka yang
ditetapkan pemerintah.

Laporan keuangan pembuka merupakan laporan yang disusun untuk memenuhi ketentuan
dalam UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial pasal 62
ayat 2 huruf c disebutkan bahwa Menteri Badan Usaha Milik Negara selaku Rapat Umum
Pemegang Saham mengesahkan Laporan Posisi Keuangan Penutup PT Jamsostek
(Persero) setelah dilakukan audit oleh kantor akuntan publik dan Menteri Keuangan
mengesahkan Posisi Laporan Keuangan Pembuka BPJS Ketenagakerjaan dan Laporan
Posisi Keuangan Pembuka Dana Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. Laporan Aset Neto
Pembuka Program JHT disusun berdasarkan laporan posisi keuangan penutup PT
Jamsostek (Persero) per 31 Desember 2013 yang telah diaudit oleh kantor akuntan
independen dan telah disahkan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara sesuai dengan
Surat Keputusan Nomor: SK- 50/MBU/2014 tanggal 11 Maret 2014 tentang Pengesahan
Laporan Keuangan Penutup per 31 Desember 2013 Perusahaan Persero Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Persero).

Properti Investasi

Pengelolaan properti investasi mengacu pada Keputusan Direksi Nomor KEP/85/032014


mengenai klasifikasi properti investasi, klasifikasi properti investasi berdasarkan tujuan
penggunaanya sebagai berikut:
a. Tanah;

48
b. Bangunan Properti;

c. Aset Fasilitas Properti;

d. Peralatan Properti;

e. Peralatan Lain Properti;dan

f. Aset Properti Dalam Konstruksi.

Aset Properti Investasi dikuasai oleh Program Jaminan Hari Tua untuk menghasilkan
sewa (rent) atau untuk kenaikan nilai atau keduanya. Properti investasi diukur pada nilai
wajar. Nilai wajar properti investasi diakui berdasarkan penilaian (appraisal) oleh pihak
yang berkompeten dan ditunjuk berdasarkan Keputusan Direksi. Perubahan nilai wajar
properti investasi diakui pada laporan perubahan aset neto. Properti investasi dihentikan
pengakuannya (dikeluarkan) dari laporan posisi keuangan pada saat pelepasan atau ketika
properti investasi tersebut tidak digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki
manfaat ekonomis di masa depan yang dapat diharapkan pada saat pelepasannya. Laba
atau rugi yang timbul dari penghentian atau pelepasan properti investasi diakui dalam
laporan perubahan aset neto dalam tahun terjadinya penghentian atau pelepasan tersebut.

Akun properti investasi merupakan penempatan dana investasi program JHT per 1 Januari
2014 dalam bentuk properti investasi sesuai Keputusan Direksi Nomor: KEP/461/122013
tentang Pedoman Akuntansi Program JHT, pencatatan properti investasi program JHT
mengacu pada PSAK 18 (Revisi 2010) “Entitas Purna Karya”, yaitu menggunakan model
nilai wajar untuk pengukuran setelah pengakuan awal. Laba atau rugi antara biaya historis
dan nilai wajar diakui di dalam laporan perubahan aset neto. Nilai wajar properti investasi
per 1 Januari 2014 ditentukan berdasarkan hasil laporan Penilai Independen sebagai
berikut:

a. Laporan Penilaian Properti oleh KJPP Muhammad Taufik Nomor : 122-


01/PNL/MT/VIII/13 tanggal 12 Agustus 2013 tentang Laporan Penilaian Properti
untuk Menara Jamsostek. Dalam menentukan nilai wajar, Penilai Independen
menggunakan metode penilaian dengan menggunakan pendekatan pendapatan dengan
metode arus kas yang didiskonto dan pendekatan kalkulasi biaya.

b. Laporan Penilaian Properti oleh KJPP Muttaqin Bambang Purwanto Rozak Uswatun
dan Rekan Nomor :
(a) 0251-F/PNL/MBPRU-JKT/VII/13 tanggal 31 Juli 2013 tentang Penilaian Aset

49
yang berlokasi Jalan Raya Cariu, Desa Sirna Sari, Kecamatan Cariu, Kabupaten
Bogor. Dalam menentukan nilai wajar, Penilai Independen menggunakan metode
penilaian dengan menggunakan pendekatan nilai pasar dan nilai jual paksa.

c. Laporan Penilaian Properti oleh KJPP Firman Azis dan Rekan Nomor :
54/KJPP_FA&R.BDG/ATB /UM/2/ 2012 tanggal 13 Februari 2012 tentang Penilaian
Aset yang berlokasi Jalan Desa Majasari RT 08/RW02, Desa Kamarung, Kecamatan
Pagaden, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Dalam menentukan nilai wajar. Penilai
Independen menggunakan metode penilaian dengan menggunakan pendekatan
perbandingan data pasar, pendekatan pendapatan dan pendekatan biaya.
50
Adopsi Standar Baru Maupun Revisi Standar dan Intepretasi (Revisi atas PSAK
dan ISAK)

a. Standar yang Berlaku Efektif pada Tahun Berjalan

Berikut adalah standar baru, perubahan atas interpretasi standar yang wajib diterapkan
untuk pertama kalinya untuk tahun buku yang dimulai 1 Januari 2014:

- ISAK No. 27 : Pengalihan Aset dari pelanggan

- ISAK No. 28 : Pengakhiran Liabilitas Keuangan dengan Instrumen Ekuitas

b. Perubahan Kebijakan Akuntansi Selama Periode Berjalan

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT Jamsostek (Persero) Nomor


KEP/461/122013 tanggal 31 Desember 2013 tentang Pedoman Akuntansi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, menetapkan Pedoman Akuntansi
Program Jaminan Hari Tua yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2014.

Pada tahun 2014 Perusahaan mengeluarkan beberapa kebijakan baru antara lain
sebagai berikut:

1) PSAK 50 (Revisi 2010) dan PSAK 55 (Revisi 2011)

Kebijakan baru atas piutang properti investasi merupakan kelanjutan dari


penerapan PSAK 50 (Revisi 2010) dan PSAK 55 (Revisi 2011) berdasarkan
Keputusan Direksi Nomor : KEP/84/032014.
2) PSAK 13 (Revisi 2011)

51
Kebijakan baru atas properti investasi merupakan penerapan PSAK 13 (Revisi
2011): Pengakuan Properti Investasi yang diterapkan pada 2014 sesuai Keputusan
Direksi Nomor : KEP/85/032014 tentang klasifikasi properti investasi
berdasarkan tujuan penggunaannya.
DAFTAR PUSTAKA

52
ED PSAK 13 (revisi 2011)

ED PSAK 30 (revisi 2011)

ED PSAK 48 (revisi 2013)

ED PSAK 48 (revisi 2009)

Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Modul Chartered Accountant: Pelaporan Korporat.


Jakarta.

Ferlianda, Ivan. 2013. Tanah dan Bangunan: Aset Tetap, Properti Investasi, atau Aset
Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual. Melalui:
https://ivanferlianda.wordpress.com/2013/12/18/membedakan-aset-tetap- properti-
investasi-dan-aset-tdk-lcr-yg-dimiliki-utk-dijual/.

Anda mungkin juga menyukai