Sejak permulaan, profesi auit yang dijalankan akuntan public menolah mengambil
tanggung jawab dalam menemukan fraud. Dalam dasawarsa terakhir, perubahan lebih
banyak dalam retorika ketimbang substansi.
Dalam bulan November 1974, AICPA menunjuk suatu komisi independen yang
dikenal dengan nama “ the Cohen Commission “, komisi itu dinamakan demikian
sesuai dengan nama ketuanya, Manuel F. Cohen. Profesi akuntansi sedang mendapat
sorotan keras dari Kongres AS.
Sejalan dengan sorotan tadi, Komisi Cohen pada awal tahun 1978 melaporkan
tujuan penunjukan komisi itu sebagai berikut.
(“….. menarik kesimpulan dan memberikan rekomendasi mengenai tanggung jawab yang
tepat dari auditor independen. Komisi harus mempertimbangkan kemungkinan adanya
kesenjangan antara harapan atau kebutuhan masyarakat dan apa yang harusnya dapat
diharapkan dari auditor untuk memenuhinya. Kalau seandainya kesenjangan tadi
memang‘ada perlu dikaji bagaimana cara memecahkan disparitas itu.”)
Dengan cepat laporan Komisi Cohen tadi menjadi bacaan wajib para auditor
independen di Amerika Serikat; gaungnya juga sampai ke Indonesia. Salah satu
pengamatan yang teramat penting dari Komisi Cohen itu adalah bahwa “a gap dose
exist between the performance of auditors and the expectations of users of financial
statements.” (“kesenjangan memang ada antara kinerja auditor dan harapan pemakai
laporan keuangan.”)
Bagian keempat dari laporan Komisi Cohen membahas Clarifying the
responsibilities or the detection of fraud. Davia mengkritik bagian ini. Menurutnya,
Komisi Cohen, sebagaimaa halnya dengan AICPA, gagal dalam mengklarifikasi apa
sesungguhnya tanggung jawab auditor independen dalam menemukan fraud.
Tidak ada keraguan bahwa masih tetap ada kesenjangan komunikasi antara
harapan pemakai laporan keuangan dan apa yang dipraktikkan auditor independen. Para
auditor independen masih berkutat dengan statement on auditing Procedure No. 1
(tahun 1939) yang hanya sedikit dimodifikasi dalam Codification of statement on
auditing Procedure (1951) yang masih dihayati para auditor independen. Kutipan dari
kodifikasi ini.
Gagasan bahwa audit umum tidak dirancang untuk mengungkapkan
kecurangan, sampai saat ini (pasca Sarbanes Oxley) tercermin dari praktik audit yang
peduli dengan kecurangan yang menyebabkan laporan keuangan tidak disajikan secara
wajar. Mereka sangat khawatir dengan restatement (penyajian kembali laporan
keuangan), apalagi kalau restatement ini dilakukan oleh saingannya di tahun
berikutnya.
Yang tidak (atau barangkali, kurang) dipedulikan auditor independen adalah
kategori fraud berupa pencurian atau kehilangan aset. Contoh : kalau sistem persediaan
barang dagangan dilakukan dengan metode persediaan fisik (dan bukan sistem
perpetual), maka selama persediaan awal dan akhir sudah benar (karena ada
perhitungan fisik), maka angka persediaan dan harga pokok penjualan dianggap bernar
meskipun dalam harga pokok penjualan terdaapt unsure persediaan yang dicuri. Hal ini
yang penting, laporan keuangnnya sudah wajar disajikan.
Kalau begitu di mana salahnya? Apakah salah kalau auditor independen peduli
pada kewajaran laporan keuangan saja dan tidak pada pencurian aset?
Kalau jelas bagi pemakai laporan keuangan bahwa auditor independen hanya
menguji kewajaran penyajian laporan, tidak akan timbul masalah. Masalahnya terjadi
karena pemakai laporan mengira atau berharap bahwa auditor independen akan
menemukan semua jenis fraud, baik yang melekat pada laporan keuangan maupun yang
berupa pencurian aset.
Kenapa the Treadway Commision dan belakang ini Sarbanes Oxley berkutat
pada fraudulent financial reporting? Untuk ini kita harus tahu apa makna fraudulent
financial reporting dan apa penyebabnya.
fraudulent financial reporting diartikan sebagai “intentional or reckless
conduct, whether act or omission, that result in materially misleading financial
statement.” (“kesenjangan atau kecerobohan dalam melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan, yang menyebabkan laporan keuangan
menjadi menyesatkan secara material”).
Penyebab fraudulent financial reporting adalah sebagai berikut;
1. Keserahkahan, misalnya dalam kasus Enron dan kasus lainya sekitar periode
itu, maupun dalam periode yang lain dan ditempat lain (termasuk Indonesia) 2.
Keserakahan ini dimungkinkan dari harga saham yang mencerminkan laba per
saham yang secara konsisten lebih tinggi dari perkiraan para analis. Figur 9.13
yang kelihatan ruwet sebagaimana halnya dengan tulisan mengenai the Greedy
Bunch di Kotak 9.1, mencermikan keserakahan ini. The Greedy Bunch adalah
“gelar” yang diberikan majalah Fortune pada kelompok 25 pemimpin persahaan
di Amerika Serikat yang merenggut keuntungan sangat besar dari penjualan
saham antara bulan Januari 1999 sampai Mei 2002.4 Dalam periode inilah
perusahaan besar seperti Enron berguguran (lihat kotak 9.2).5
2. Adanya tekanan yang dirasakan oleh manajemen untuk menunjuukkan prestasi,
misalnya ketika perusahaan mengalami penyusutan pangsa pasar, atau terlanjur
mengobral janji diawal tahun, misalnya sasaran EPS (earnings per share).
Tekanan semacam ini juga terjadi di BUMN kita ketika pemeritah
mencanangkan program privasi dan profitisasi.
Kotak 9.2
Skandal
No. Perusahaan Sangkaan Froud Lain-lain
Terungkap
1 Xerox (nyse:XRX) Juni 2000 Pemalsuan data keuangan Xerox setuju membayar
sehingga laba terdongkrak $10 juta dan me-restate
US$1,5 miliar laporan keuangan sejak
1997.
2 Eron (otc; ENRQ) Oktober 2001 Mendongkrak laba dan CEO sementara
menyembunyikan utang (Stephen Cooper)
lebih dari $1 miliar menyatakan bahwa
dengan menggunkan Enron menghadapi
perusahaan di luar tuntuan US$100 miliar.
pembukuan (off-the books Enron mengajukan
partnership); kebangkrutan (Bab 11)
memanipulasi pasar listrik dituntut karena
di Texas, menyogok dianggap tidak
pejabat asing untuk kooperatif (obstruction
memenangkan kontrak di of justice) dengan
luar Amerika, menghancurkan
memanipulasi pasar dokumen Enron
engergi di Kalifornia.
3 Kmart (nyese: KM) Januari 2002 Surat kaleng dari orang- Kmart bangkrut
orang yang menyatakan
bahwa mereka adalah
mantan karyawan. Mereka
menuduh bahwa akuntansi
Kmart memberikan
gambaran yang
menyesatkan tentang
kesehatan keuuangannya.
4 Qwest Februari Mendongkrak omzet Qwest mengetahui
Commuunications 2002 dengan menggunakan penjualan yang ….
International network capacity swaps Dibukukan sebesar 1.16
(nyse;Q) dan akuntansi yang tidak miliar. Qwest akan me-
wajar untuk kontrak restate laporan
jangka panjang. keuangan 2000, 2001
dan 2002
5 Worldcom (nasdaq Chairman Cash flow didongkrak Perusahaan
WCDEQ) US$3,8 miliar dengan menemukan lagi $3.3
mencatat operating miliar “salah buku”
expenses sebagai capital sehingga total
expenses. Bernard Ebbers statement menjadi
sang pendiri, mendapat US$7.2 miliar.
dana US$ 400 juta dalam Kemungkinan harus
bentuk pinjaman di luar ada penghapusan
buku goodwill sebesar $50
miliar. Mantan CFO
(Scotf Sullvan) dan
mantan Controller
(David Myers) ditahan.
6 Adelphia April 2002 Keluarga Rigas (keluarga Tiga anggota keluarga
Communications pendiri Adephin) Rigas dan dua mantan
(otc: ADELA) mengambil US$3,1 miliar pimpinan perusahaan di
dalam bentuk pinjaman di tahan dengan tuduhan
luar buku. Pinjaman fraud. Perusahaan
dijamin perusahaan. Laba menuntut seluruh
didongkrakkan dengan keluarga Rigas
menaikkan capital sebanyak $1 miliar
expenditures dan untuk antara lian,
menyembunyikan utang. pelanggaran fiduciary
mereka.
7 Tyco (nyse: TYC) Mei 2002 Mantan CEO (Dennis Perusahaan menunda
Kozlowski) diseret ke audit atas laporan
pengadilan dengan keuangan sampai
tuduhan penggelapan investigasi internal
pajak. SEC melakukan rampung.
investigasi untuk
mengetahui apakah Tyco
mengetahui tindakan
melawan hukumnya, juga
kemungkinan
penyalahgunaan dana serta
related-party transactions
dan penerapan akuntansi
yang tidak wajar dalam
merger.
8 Duke Energy (nyse: Juli 2002 Terlibat dalam 23 Perusahaan mengatakan
DUK) perdangangan berulang- bahwa investigasi
ulang untuk transaksi yang internal menunjukan
sama. Tujuannya adalah bahwa perdangangan
meningkatkan volume “round-trip” tersebut
perdagangan dan omzet tidak berdampak
material