MAKALAH
TRANSAKSI MATA UANG ASING
OLEH :
INDRA LANANG JATI (2003020037)
2023
Latar Belakang
Terbukanya dunia global diantara bangsa-bangsa bukan merupakan hal positif saja yang
dapat diperoleh, melainkan dampak negatif pun harus dinikmati. Bermula dengan meluasnya
ekonomi dan bisnis internasional dan terbuka lebar di belahan dunia, semakin mendorong
terjadinya resiko bisnis yang semakin besar. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri karena memang
transaksi atas kegiatan ekonomi dan bisnis global banyak dipengaruhi oleh banyak faktor yang
tidak pasti, misalnya saja kurs mata uang. Kurs mata uang merupakan faktor penting yang
menetukan harga sebuah transaksi antar Negara yang melakukan kegiatan ekonomi dan bisnis.
Ketika nilai kurs (dollar) menguat, maka akan memberikan sinyak bagi negara-negara
yang melakukan transaksi dengan mata uang dollar akan mengurangi impornya atau
transaksinya, kondisi ini akan merugikan bagi importir. Kurs mata uang memang krusial
posisinya dalam transaksi internasional sehingga beberapa pelaku bisnis memberikan solusi
dengan melakukan kontrak derevatif, dimana hal ini akan menjawab ketidakpastiaan bisnis yang
selama ini menjadi polemik diantara mereka. Kontrak derevatif melalui lindung nilai akan
mengurangi resiko bisnis karena kontrak ini akan memberikan jaminan bagi pelaku bisnis atas
pergerakan kurs mata uang yang terjadi. Risiko perubahan kurs mata uang asing bagi perusahaan
multinasional berdampak pada tingkat profitabilitas, arus kas bersih, dan nilai pasar perusahaan.
Atas risiko perubahan kurs tersebut, perusahaan dapat melakukan lindung nilai dengan
menggunakan instrumen kontrak forward valas. Pemahaman aspek pajak dari derivatif dan
lindung nilai ini sangat perlu dikuasai oleh para praktisi di lapangan.
Perusahaan yang melakukan transaksi lintas negara (cross-border) terutama ekspor-impor
pada umumnya akan dihadapkan pada risiko perubahan kurs mata uang asing, atau memiliki
eksposur mata uang asing (foreign exchange exposure). Risiko perubahan kurs tersebut
mempunyai dampak potensial pada tingkat profitabilitas, aruskas bersih dan nilai pasar
perusahaan. Yang menjadi pertanyaan penting adalah apa yang akan terjadi pada suatu
perusahaan jika kurs mata uang asing mengalami perubahan? Menurut Eiteman, Stonehill dan
Moffett, terdapat 3 (tiga) tipe risiko perubahan kurs mata uang asing, yaitu transaksi, operasional
dan translasi. Eksposur transaksi (transaction exposure) disebutkan untuk mengukur perubahan
dalam nilai piutang atau kewajiban keuangan yang belum jatuh tempo atau dibayar, yang timbul
sebelum perubahan dalam kurs mata uang asing tertentu, sampai dengan dibayar atau pelunasan
di mana telah terjadi perubahan kurs mata uang asing tertentu.
Dengan demikian, ia terkait dengan perubahan dalam arus kas yang berasal dari
kewajiban kontraktual yang sudah ada, atau arus kas di masa depan yang sudah terikat dalam
suatu kontrak atau perjanjian (contractual future cash flows). Risiko ini pada umumnya terjadi
pada piutang dagang dan utang dagang dalam mata uang asing. Transaksi mata uang asing adalah
dimana nilai tukarnya dinyatakan dalam mata uang fungsional dari suatu entitas. Di Indonesia,
akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan
tahun 2007 yaitu PSAK No.10 tentang transaksi dalam mata uang asing dan PSAK No.11
tentang penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing yang meliputi penentuan kurs.
Suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing (foreign
activities) dalam dua cara yaitu melalui transaksi dalam mata uang asing atau memiliki kegiatan
usaha luar negeri (foreign operations). Untuk memasukan transaksi dalam mata uang asing pada
laporan keuangan suatu perusahaan, transaksi harus dinyatakan dalam mata uang pelaporan
perusahaan.
Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang. Beberapa kurs yang digunakan:
1 Kurs Spot (spot rate): Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi.
2 Kurs Sekarang (current rate): Kurs dimana 1 unit mata uang dapat dipertukarkan dengan
mata uang lain pada tanggal neraca atau tanggal transaksi.
3 Kurs Historis (historical rate): Kurs yang berlaku pada tanggal tertentu terjadinya
transaksi.
4 Forward Rate: Kurs tertentu yang disepakati dan digunakan dalam transaksi kontrak
berjangka.
Mata Uang Fungsional
Lingkungan ekonomi utama dimana entitas beroperasi adalah lingkungan entitas tersebut
utamanya menghasilkan dan mengeluarkan kas. Entitas mempertimbangkan faktor berikut dalam
menentukan mata uang fungsionalnya:
1. Mata uang :
a. Yang paling mempengaruhi harga jual barang dan jasa ( mata uang ini seringkali
menjadi mata uang yang harga jual barang dan jasa didenominasikan dan diselesaikan
b. Dari negara yang kekuatan persaingan dan peraturannya sebagian besar menentukan
harga jual barang dan jasa entitas.
Faktor faktor berikut juga dapat memberikan bukti mengenai mata uang fungsional:
1) Mata uang yang mana dana dari aktivitas pendanaan dihasilkan yaitu penerbitan
instrumen utang dan instrumen ekuitas.
2) Mata uang yang mana penerimaan dari aktivitas operasi pada umumnya ditahan.
Mata uang fungsional entitas mencerminkan transaksi, peristiwa, dan kondisi mendasari
yang relavan. Sejalan dengan hal tersebut, sekali ditemukan, mata uang fungsional tidak berubah
kecuali ada perubahan pada transaksi, peristiwa, dan kondisi mendasari tersebut. Jika mata uang
fungsional adalah mata uang dari ekonomi hiperinflasi, maka laporan keuangan entitas disajikan
kembali sesuai dengan PSAK 63.
Pos Monoter
Fitur utama pos moneter adalah hak untuk menerima (atau kewajiban untuk
menyerahkan) sejumlah unit mata uang yang tetap atau dapat ditentukan. Sebagai contoh
mancakup pensiun dan imbalan kerja lainnya harus dibayar dalam kas, kewajiban diestimasi
yang harus diselesaikan secara kas, dan dividen kas yang diakui sebagai kewajiban. Serupa
dengan hal tersebut, Kontrak untuk menerima (atau menyerahkan) jumlah variabel instrumen
ekuitas/ jumlah variabel dari aset yang nilai wajarnya harus diterima (atau diserahkan) setara
dengan suatu jumlah unit mata uang yang tetap atau dapat ditentukan merupakan pos moneter.