Anda di halaman 1dari 3

A.

Pengertian Valuta Asing

Menurut Eng, Lees dan Mauer (1995:84), pengertian dari valuta asing (foreign exchange) adalah:
“Setiap aset atau tuntutan finansial dalam mata uang asing.” Sedangkan menurut FASB No.52, valuta
asing dapat didefinisikan sebagai: “Acurrency other than an entity’s functional currency” Pada
dasarnya kedua pengertian di atas adalah sama, yang dapat disimpulkan bahwa valuta asing adalah
pertukaran mata uang suatu negara terhadap negara lainnya. Menurut SAK (1999:10.2), suatu
transaksi dalam mata uang asing adalah: “Suatu transaksi yang didenominasi atau membutuhkan
penyelesaian dalam suatu mata uang asing.” Jadi, transaksi dalam mata uang asing merupakan
transaksi yang terjadi dalam mata uang yang berbeda, dan memerlukan penyelesaian juga dalam
mata uang yang berbeda pula.

Suatu transaksi dalam mata uang asing adalah suatu transaksi yang didenominasi atau
membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul ketika
suatu perusahaan:

a) Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata
uang asing.

b) Meminjam (hutang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi dalam suatu
mata uang asing.

c) Menjadi suatu pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana.

d) Memperoleh atau melepaskan aktiva, menimbulkan atau melunasi kewajiban, yang

Didenominasi dalam suatu mata uang asing.

Perusahaan-perusahaan yang beroperasi secara internasional memakai berbagai metode untuk


mengekspresikan dalam satuan valuta domestik, aktiva, kewajiban, pendapatan yang dinyatakan
atau telah dikuantifisir dalam valuta asing. Bagi perusahaan yang memiliki transaksi valuta asing,
perusahaan dihadapkan pada tiga forign exchange exposer yang terdiri dari:

1. Transaction Exposure

Exposure ini menyangkut pencatatan transaksi valuta asing pada saat terjadinya, kemudian
melakukan pengukuran terhadap kejadian yang mencerminkan ketidakpastian yang timbul dari
perubahan jumlah hak dan kewajiban serta yang menimbulkan laba/rugi yang nyata.
2. Economic Exposure

Hal ini menyangkut keadaan yang bersifat strategis karena menggambarkan future earning power
yang dapat dipengaruhi oleh adanya peubahan nilai tukar valuta asing.

3. Translation Exposure

Disini diperlukan cara mengukur pengaruh perubahan nilai valuta asing terhadap laporan keuangan
neraca dan hasil usaha suatu perusahaan, terutama dalam menyusun laporan keuangan konsolidasi
accounting exposure akan selalu muncul pada saat penyusunan laporan keuangan jika di antara akun
laporan keuangan bersangkutan terdapat akun atau pos-pos yang awal kejadiannya dinyatakan
dalam valuta asing. Oleh karena itu, perlu dibedakan metode pencatatan yang antara lain:

Single rate method, menurut metode ini nilai dilaporkan menurut kurs tunggal yang berlaku pada
tanggal neraca.

Current-noncurrent method, menurut metode ini pos-pos valas dibagi dua yaitu:

Akun lancar (current), dilaporkan menurut kurs yang yang berlaku saat itu (current rate).

Akun non lancar (non-current), dilaporkan menurut kurs historis.

Akun laba rugi dijabarkan dengan kurs rata-rata (average rate), kecuali untuk penyusutan dan
amortisasi dinilai dengan kurs historis (historical rate).

Monetary dan non monetary method, dalam metode ini akun-akun valuta asing perusahaan
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

Pos moneter, yaitu pos yang nilai aslinya tidak berubah dan dinilai dengan kurs saat itu (current
rate).

Pos nonmoneter, yaitu pos-pos yang nilai historisnya berubah-ubah tergantung harga pasar dan
untuk itu dinilai dengan historical rate.

Temporal method, yang merupakan modifikasi dari monetary dan nonmonetary method. Dalam hal
ini penentuan kurs didasarkan pada metode pemilihan yang digunakan apakah market value atau
historical value.

Hybrid method, yaitu campuran dari beberapa metode di atas dengan syarat harus dilaksanakan
dengan konsisten.

B. Jenis Perubahan Nilai Kurs Valuta Asing

Perubahan nilai kurs valuta asing umumnya berupa:

Apresiasi atau depresiasi naik atau turunnya nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang asing
yang sepenuhnya tergantung pada kekuatan pasar (permintan dan penawaran valuta asing) baik
dalam ngeri maupun luar negeri.
Devaluasi atau revaluasi naik atau turunnya nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang asing
dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah.

Turunnya nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang asing yang terjadi harian (depresiasi)
sebenarnya mempunyai pengertian sebagaimana devaluasi, tetapi karena perubahan tersebut
sangat kecil, maka tidak dirasakan sebagai devaluasi. Yang dianggap sebagai devaluasi adalah
penurunan nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang asing yang dinyatakan secara resmi
oleh pemerintah, dilakukan secara mendadak, dan ada perbedaan selisih kurs yang besar antara
sebelum dan sesudah devaluasi. Hal ini berlaku juga untuk apresiasi dan revaluasi.

C. Dasar Pemakaian Kurs Dalam Penjabaran Transaksi Valuta Asing

Pengertian selisih kurs menurut Standar Akuntansi Keuangan (1999:10.1) adalah: “Selisih yang
dihasilkan dari pelaporan jumlah unit mata uang asing yang sama dalam mata uang pelaporan pada
kurs yang berbeda.” Jadi selisih kurs yang terjadi akibat transaksi valuta asing (foreign exchange
contract) harus dilaporkan dalam nilai mata uang rupiah.

Pengakuan selisih kurs menurut Standar Akuntansi Keuangan ditentukan sebagai berikut:

“… apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian (settlement
date) pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing. Bila timbulnya dan
penyelesaian suatu transaksi berada dalam periode akuntansi yang sama, maka selisih kurs diakui
pada periode tersebut. Namun, jika timbulnya dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam
beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan
memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing periode.” (Standar Akuntansi Keuangan
1999:103)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penyelesaian dalam suatu transaksi mata uang
asing harus dilakukan dalam periode akuntansi yang bersangkutan dan juga harus memperhitungkan
adanya selisih kurs yang terjadi dari transaksi tersebut. Transaksi valuta asing dibukukan
berdasarkan kurs pada tanggal transaksi dan pada tanggal neraca, saldo aktiva dan kewajiban dalam
valuta asing harus dijabarkan dengan kurs pada tanggal neraca, dan selisih kurs yang timbul
ditampung dalam perhitungan laba rugi periode usaha yang bersangkutan. Sedangkan selisih kurs
yang terjadi pada saat transaksi sebagai akibat dari devaluasi atau revaluasi dapat dibebankan atau
dikreditkan baik langsung pada periode berjalan atau ditangguhkan dan diamortisasi selama
beberapa periode.

Sumber:

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/05/valuta-asing-dan-kurs-valuta-asing.html

Iklan

Anda mungkin juga menyukai