Harus dapat dibedakan antara keuntungan dan kerugian translasi (translation) dan keuntungan
dan kerugian transaksi (transaction) dimana keduanya merupakan keuntungan dan kerugian
akibat nilai tukar.
Dari dua jenis penyesuaian transaksi, keuntungan dan kerugian atas transaksi yang
terselesaikan, timbul ketika nilai tukar yang digunakan untuk mencatat transaksi pada awalnya
berbeda dengan nilai tukar yang digunakan saat penyelesaian.Jenis dua penyesuaian transaksi
adalah keuntungan dan kerugian dari transaksi yang belum terselesaikan timbul ketika laporan
keuangan disusun sebelum suatu transaksi diselesaikan.Namun demikian hingga utang mata
uang asing tersebut benar-benar dilunasi, kerugian nilai tukar belum direalisasi ini memiliki
sifat yang sama dengan kerugian translasi karena berasal dari proses penyajian ulang.
Perbedaan dalam kurs nilai tukar yang timbul pada tanggal yang berbeda menyebabkan
berbagai jenis penyesuaian nilai tukar. Berikut ini adalah bagan yang menjelaskan perbedaan
antara keuntungan dan kerugian transaksi dan translasi.
Dalam transaksi mata uang asing terdapat dua perlakuan akuntansi atau
keuntungan dan kerugian transaksi yang dapat diterapkan yaitu :
Kurs terkini atau kurs penutupan untuk seluruh aktiva dan kewajiban lancar. Pendapatan dan
beban dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar
yang berlaku pada saat pos-pos tersebut diakui. Umumnya ditranslasikan dengan menggunakan
rata-rata tertimbang kurs nilai tukar yang tepat untuk periode tersebut. Berdasarkan metode
kurs kini, laporan konsolidasi tetap mempertahankan hubungan laporan keuangan perusahaan
secara individu pada awalnya (seperti rasio keuangan) pada saat seluruh pos-pos laporan
keuangan dalam mata uang asing ditranslasikan dengan menggunakan satu kurs tunggal.
Metode kurs kini mengasumsikan bahwa seluruh aktiva dalam mata uang lokal menghadapi
risiko nilai tukar karena kurs nilai kini mengubah seluruh aktiva kini luar negeri setiap terjadi
perubahan nilai tukar. Nilai persediaan dan aktiva tetap didukung oleh inflasi lokal.Dengan
mentranslasikan seluruh saldo dalam mata uang asing dengan menggunakan kurs kini
menghasilkan keuntungan dan kerugian translasi setiap kali terjadi perubahan kurs nilai tukar.
Kebanyakan keuntungan dan kerugian ini tidak akan pernah direalisasi penuh.
Metode ini menggabungkan kurs nilai tukar historis dan kurs nilai tukar kini dalam proses
translasi. Metode ini terbagi atas tiga metode yaitu :
Aktiva lancar dan kewajiban lancar anak perusahaan luar negeri ditranslasikan ke dalam mata
uang pelaporan induk perusahaannya berdasarkan kurs kini. Aktiva dan kewajiban tidak lancar
ditranslasikan berdasarkan kurs historis. Pos-pos laporan laba rugi (kecuali depresiasi dan
amortisasi) ditranslasikan sebesar kurs rata-rata yang berlaku. Beban depresiasi dan amortisasi
ditranslasikan sebesar kurs historis yang tercatat saat aktiva tersebut diperoleh.Metode ini tidak
mempertimbangkan unsur ekonomis.
Menggunakan skema klasifikasi neraca untuk menentukan kurs klasifikasi translasi yang tepat.
Aktiva dan kewajiban moneter ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Pos – pos non moneter
aktiva tetap investasi jangka panjang dan persediaan investor di translasikan dengan
menggunakan kurs historis. Pos – pos laporan laba rugi di translasikan dengan menggunakan
prosedur yang sama dengan konsep kini – non kini.
Metode ini melihat bahwa aktiva dan kewajiban menghadapi risiko mata uang asing. Metode
moneter-nonmoneter bergantung pada klasifikasi skema neraca untuk menentukan kurs
translasi yang tepat. Hal ini dapat menghasilkan hasil yang kurang tepat. Metode ini
mentranslasikan seluruh aktiva nonmoneter berdasarkan kurs historis,yang tidak cukup
memadai untuk aktiva yang dinyatakan sebesar nilai pasar kininya (seperti investasi dalam
surat berharga dan persediaan dan aktiva tetap yang nilainya diturunkan menjadi sebesar nilai
pasar). Metode ini juga akan mendistorsikan marjin laba karena menandingkan penjualan
berdasarkan harga dan kurs translasi kini dengan biaya penjualan yang diukur sebesar biaya
perolehan dan kurs translasi historis.
Berdasarkan metode temporal, pos-pos moneter seperti kas, piutang dan utang ditranslasikan
berdasarkan kurs kini. Pos-pos pendapatan dan beban ditranslasikan sebesar kurs yang terjadi
pada saat transaksi berlangsung. Metode temporal memiliki keuntungan dan kerugian yang
sama dengan metode moneter nonmoneter karena sengaja mengabaikan inflasi local, metode ini
memiliki keterbatasan dengan metode translasi lain.Akuntansi biaya historis juga mengabaikan
inflasi.
Ketiga metode yang digunakan yaitu pertama metode kurs kini-non kini dan moneter-non
moneter di gunakan dalam mengindentifikasi aktiva dan kewajiban manakah yang beresiko
atau dapat dilindungi dari resiko mata uang asing.
Metode kurs kini mengasumsikan bahwa seluruh operasi luar negeri menghadapi risiko mata
uang asing karena seluruh aktiva dan kewajiban ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai
tukar akhir tahun.
Metode kini-nonkini mengasumsikan hanya aktiva dan kewajiban lancar yang sangat beresiko,
sedangkan metode moneter-nonmoneter mengasumsikan bahwa aktiva dan kewajiban moneter
yang beresiko.
Metode temporal dirancang unutk mempertahankan dasar teori pengukuran akuntansi yang
digunakan dalam menyusun laporan keuangan yang hendak ditranslasikan.
Berdasarkan data diatas menunjukkan metode translasi yang berbeda memberikan hasil
akuntansi yang beragam, mulai dari kerugian sebesar $450 bila menggunakan metode kurs kini
hingga keuntuungan sebesar $360 bila menggunakan metode moneter – non moneter.
Perbedaan ini cukup besar mengigat seluruh hasilnya didasarkan pada fakta yang sama. Yang
lebih penting lagi, laba terkait operasi yang dilaporkan sebelum translasi mata uang sangat
mungkin akan berubah dilaporkan menjadi kerugian atau laba yang jauh lebih rendah setelah
translasi (atau kebalikannya).
Kedua, translasi dilakukan untuk tujuan yang berbeda. Melakukan translasi akun-akun suatu
anak perusahaan luar negeri dalam rangka konsolidasi akun-akun dengan induk perusahaan
tidak sama dengan melakukan translasi akun-akun perusahaan yang independent dengan
maksud untuk memenuhi kepentingan para pihak luar negeri. Ada tiga pertanyaan yang harus
diperhatikan :
2. Jika ya, metode manakah yang dapat digunakan dan dalam kondisi apakah metode tersebut
diterapkan?
3. Apakah terdapat situasi di mana translasi sama sekali tidak boleh dilakukan ?
Terkait dengan pertanyaan pertama, jeals terlihat bahwa satu metode translasi saja tidak dapat
memenuhi dengan sama translasi yang dilakukan berdasarkan kondisi yang berbeda dan tujuan
yang berbeda. Jadi lebih dari satu metode translasi yang diperlukan.
Terdapat tiga pendekatan translasi yang berbeda yang dapat diterima yaitu :
Objek translasi adalah untuk mengubah unit pengukuran laporan keuangan anak perusahaan
luar negeri kedalam mata uang domestik dan untuk membuat laporan keuangan anak
perusahaan luar negeri sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi yang diterima secara umum
dinegara asal induk perusahaan maka tujuan ini dapat dicapai dengan menggunakan kurs nilai
tukar historis.Prinsip temporal lebih disukai karena secara umum mempertahankan prinsip
akuntansi yang digunakan untuk mengukur aktiva dan kewajiban yang awalnya dinyatakan
dalam mata uang asing.
Merupakan translasi (penyajian ulang) secara langsung dari satu jenis mata uang kedalam mata
uang lainnya. Metode kurs kini lebih teapt digunakan apabila akun-akun anak perusahaan luar
negeri yang ditranslasika tetap mempertahankan mata uang lokal sebagai unit
pengukuran :yaitu jika entitas asing dipandang dari sudut pandang perusahaan lokal. Translasi
berdasarkan kurs kini tidak mengubah segala bentuk hunbungan awal dalam laporan keuangan
mata uan asing, karena seluruh saldo akun hanya perlu dikalikan dengan suatu konstanta.
Pendekatan ini berguna jika akun-akun perusahaan independen ditranslasikan untuk
kepentingan pemegang saham luar negeri atau kelompok pengguna eksternal lainnya.
3. Tidak dilakukan translasi sama sekali
Dilakukan apabila tidak ada translasi yang memadai jika dilakukan antara mata uang yang
sangat tidak stabil dan sangat stabil. Translasi dari satu mata uang itu ke yang lainnya tidak
akan menghasilkan informasi yang bermakna meski menggunakan metode yang manapun. Jika
suatu mata uang cukup tidak stabil sehingga membuat translasi akun tidak dapat dilakukan,
konsolidasi laporan keuangan juga tidak dapat dilakukan. Translasi tidak diperlukan jika
laporan keuangan perusahaan independen dikeluarkan diterbitkan benar-benar untuk tujuan
pemberian informasi bagi para penduduk di negara lain yang berada dalam tingkat
perkembangan ekonomi yang dapat dibandingkan dan memiliki situasi mata uang nasional
yang dapat dibandingkan. Manajer iternasional yang efektif harus mampu mengevaluasi situasi
dan mengambil keputusan yang menyangkut lebih dari satu mata uang.
Dalam hal metode penjualan kembali (resale price method/RPM) atau metode biaya-plus (cost
plus method/CPM) tidak tepat untuk diterapkan, dapat diterapkan metode pembagian laba
(profit split method/PSM) atau metode laba bersih transaksional (transactional net margin
method/TNMM).
Pada contoh tersebut harga pasar sebanding (comparable uncontrolled price) atas barang yang
sama adalah yang dijual kepada PT. X yang tidak ada hubungan istimewa. Dengan demikian
harga yang wajar adalah Rp. 2.000,- per unit. Harga ini dipakai sebagai dasar perhitungan
penghasilan dan/atau pengenaan pajak.
Kondisi yang tepat untuk menggunakan metode CUP ini adalah :
4. barang atau jasa yang ditransaksikan memiliki karakteristik yang identik dalam
kondisi yang sebanding; atau
5. kondisi transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan
Istimewa dengan pihak-pihak yang tidak memiliki Hubungan Istimewa identik
atau memiliki tingkat kesebandingan yang tinggi atau dapat dilakukan
penyesuaian yang akurat untuk menghilangkan pengaruh dari perbedaan kondisi
yang timbul.
Apabila tak ada kondisi di atas yang sesuai, maka metode CUP tidak dapat digunakan dan
Wajib Pajak harus menggunakan metode lainnya yang sesuai.
Dalam menguji kewajaran harga penjualan dari PT. A ke PT. B, dapat diterapkan metode
RPM. Dengan menerapkan metode tersebut maka harga penjualan barang PT. A ke PT. B yang
wajar untuk perhitungan pajak penghasilan/dasar pengenaan pajak adalah Rp. 2.000,- {Rp.
2.500,- – (20% x Rp. 2.500,-)}.
6. tingkat kesebandingan yang tinggi antara transaksi antara Wajib Pajak yang
mempunyai Hubungan Istimewa dengan transaksi antara Wajib Pajak yang tidak
mempunyai Hubungan Istimewa, khususnya tingkat kesebandingan berdasarkan
hasil analisis fungsi, meskipun barang atau jasa yang diperjualbelikan berbeda;
dan
7. pihak penjual kembali (reseller) tidak memberikan nilai tambah yang signifikan
atas barang atau jasa yang diperjualbelikan.
Metode Biaya Plus (CPM)
Metode biaya-plus (cost plus method) atau metode CPM adalah metode Penentuan Harga
Transfer yang dilakukan dengan menambahkan tingkat laba kotor wajar yang diperoleh
perusahaan yang sama dari transaksi dengan pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa
atau tingkat laba kotor wajar yang diperoleh perusahaan lain dari transaksi sebanding dengan
pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa pada harga pokok penjualan yang telah
sesuai dengan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha.
Contoh misalnya PT. A memiliki 25% saham PT. B. Atas penyerahan barang ke PT. B, PT. A
membebankan harga jual Rp. 1.600,- per unit. PT. A tidak melakukan penjualan kepada pihak
ketiga yang tidak ada hubungan istimewa.
Dalam contoh di atas, maka harga yang wajar adalah harga pasar atas barang yang sama
(dengan barang yang diserahkan PT. A) yang terjadi antar pihak-pihak yang tidak ada
hubungan istimewa. Apabila ditemui kesulitan untuk mendapatkan harga pasar sebanding
untuk barang yang sama (terutama karena PT. A tidak menjual kepada pihak yang
tidak ada hubungan istimewa), maka dapat ditanggulangi dengan menerapkan harga pasar
wajar dari barang yang sejenis atau serupa, yang terjadi antar pihak-pihak yang tidak ada
hubungan istimewa.
Dalam hal terdapat kesulitan untuk mendapatkan harga pasar sebanding untuk barang yang
sejenis atau serupa, karena barang tersebut mempunyai spesifikasi khusus, misalnya semi
finished products, maka pendekatan harga pokok plus (cost plus method) dapat
digunakan untuk menentukan kewajaran harga penjualan PT. A.
Misalnya diketahui bahwa PT. A memperoleh bahan baku dan bahan pembantu produksinya
dari para pemasok yang tidak mempunyai hubungan istimewa. Harga pokok barang yang
diproduksi per unit adalah Rp. 1.500,- dan laba kotor yang pada umumnya diperoleh dari
penjualan barang yang sama antar pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa
(comparable mark up) adalah 40% dari harga pokok.
Dengan menerapkan metode harga pokok plus maka harga jual yang wajar atas barang tersebut
dari PT. A kepada PT. B untuk tujuan penghitungan penghasilan kena pajak/dasar pengenaan
pajak adalah Rp. 2.100 {Rp. 1.500 + (40% x Rp. 1.500)}.
Kondisi yang tepat apabila akan menggunakan metode CPM ini adalah
11. transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa sangat terkait
satu sama lain sehingga tidak dimungkinkan untuk dilakukan kajian secara
terpisah; atau
12. terdapat barang tidak berwujud yang unik antara pihak-pihak yang bertransaksi
yang menyebabkan kesulitan dalam menemukan data pembanding yang tepat.
Metode Laba Bersih Transaksional (TNMM)
Metode laba bersih transaksional (transactional net margin method) atau disingkat TNMM
adalah metode Penentuan Harga Transfer yang dilakukan dengan membandingkan persentase
laba bersih operasi terhadap biaya, terhadap penjualan, terhadap aktiva, atau terhadap dasar
lainnya atas transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa dengan
persentase laba bersih operasi yang diperoleh atas transaksi sebanding dengan pihak lain yang
tidak mempunyai Hubungan Istimewa atau persentase laba bersih operasi yang diperoleh atas
transaksi sebanding yang dilakukan oleh pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa
lainnya.
Metode TNMM ini digunakan jika tidak ada kondisi yang cocok yang dapat diterapkan untuk
menggunakan metode CUP, RPM, CPM dan PSM. Dengan kata lain, metode ini adalah metode
terakhir yang bisa digunakan jika metode yang lainnya tidak dapat digunakan.
Kedua, konsep comperative atau international accounting yang menekankan pada upaya
mempelajari dan mencoba memahami perbedaan akuntansi di berbagai Negara. Di sini
menyangkut mengakuan terhadap perbedaan akuntansi dan praktik pelaporan, pemgakuan
terhadap prinsip dan praktik akuntansi di masing-masing Negara, dan kemapuan untuk
mengetahui dampak perbedaan itu dalam pelaporan keuangan. Umumnya pengertian
international accounting adalah menggunakan konsep comparative accounting ini.
Ketiga, universal atau world accounting yang berarti merupakan kerangka atau konsep di mana
kita memiliki satu konsep akuntansi dunia termasuk didalamya teori dan prinsip akuntansi yang
berlaku disemua Negara. Ini merupakan tujuan akhir dari international accounting.