Standar akuntansi untuk bisnis luar negeri serta transaksi pertukaran dalam mata uang asing
dimulai pada tahun 1939 dengan dikeluarkannya Accounting Research (ARB) No.
4. ketentuan ini kemudian diperbaharui dengan ARB No. 43 tahun 1953.
Di Indonesia perkembangan standar akuntansi untuk bisnis internasional berjalan seiring dengan
dikeluarkannya PSAK tahun 1994. Dalam PSAK No. 10 dan 11 dijelaskan standar yang
digunakan oleh perusahaan dalam mencatat transaksi dalam mata uang asing dan dalam
menjabarkan laporan keuangan mata uang asing.
Sejumlah pendekatan untuk menjabarkan laporan keuangan dalam mata uang ke dalam mata uang
domestik (dalam hal ini rupiah), meliputi:
3. Metode Temporal yang mengubah aktiva dan kewajiban moneter pada harga masa lalu,
sekarang dan masa depan sedemikian rupa sehingga mereka bisa dinilai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku sama. Misalnya akun kas, hutang dan piutang, serta aktiva dan
kewajiban yang dinilai dengan harga sekarang atau masa depan dijabarkan ke dalam kurs
sekarang. Dengan metode ini, translasi mata uang merupakan proses konversi pengukuran atau
penyajian ulang nilai tertentu. Metode ini tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur,
melainkan hanya mengubah unit pengukuran. Pos-pos moneter seprti kas, piutang dan utang
ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Pos-pos nonmoneter ditranslasikan dengan kurs yang
mempertahankan dasar pengukuran pada awalnya. Secara khusus, aktiva yang dinilai dalam
laporan mata uang asing sebesar biaya historis ditranslasikan berdasarkan kurs historis. Hal ini
dikarenakan biaya historis dalam mata uang asing yang ditranslasikan dengan kurs nilai tukar
historis menghasilkan biaya historis dalam mata uang domestik. Hal yang sama juga berlaku
untuk pos-pos nonmoneter yang dicatat di luar negeri berdasarkan nilai kini ditranslasikan
dengan kurs kini karena nilai kini dalm mata uang asing yang ditranslasikan dengan
menggunakan kurs nilai tukar kini akan menghasilkan nilai kini dalam mata uang domestik.
Pos-pos pendapatan dan beban ditranslasikan sebesar kurs yang terjadi pada saat transaksi
terkait berlangsung, meskipun kurs-kurs rata dapat digunakan apabila transaksi yang
menyangkut pendapatan atau beban terjadi dalam jumlah yang sangat banyak.
Mata uang asing adalah semua mata uang selain mata uang fungsional dari suatu entitas.
Misalnya diasumsikan sebuah perusahaan Indonesia memiliki perusahaan anak di Jerman, dan
pembukuan di perusahaan anak tersebut menggunakan basis mark Jerman. Jika mata uang
fungsional dari perusahaan anak tersebut adalah mark Jerman, maka rupiah menjadi mata uang
asing. Namun jika rupiah sudah ditentukan sebagai mata uang fungsional pada perusahaan anak,
maka Mark Jerman dengan sendirinya menjadi mata uang asing, sekalipun Mark sebenarnya adalah
mata uang lokal dari segi pencatatan akuntansinya.
Standar ini mengijinkan penggunaan dua metode yang berbeda untuk mengkonversikan laporan
keuangan dari perusahaan anak di luar negeri ke dalam mata uang domestik (dalam hal ini rupiah)
berdasarkan mata uang fungsional dari entitas luar negeri. Jika mata uang fungsional adalah
rupiah maka laporan keuangan dari laporan keuangan dari perusahaan anak di luar negeri
dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan prosedur yang sama dengan metode temporal.
Jika mata uang fungsional adalah mata uang lokal di wilayah perusahaan anak, maka laporan
keuangan perusahaan anak dikonversikan ke Rupiah dengan menggunakan metode kurs sekarang.
Aktiva dan kewajiban dinyatakan dalam denominasi mata uang tertentu jika jumlahnya selalu
disebut dalam mata uang tersebut. Denominasi dapat merujuk kepada: nilai harga yang tercantum
pada sebuah surat berharga. Transaksi yang terjadi didalam satu negara (transaksi lokal)
biasanya dinilai dan dinyatakan dalam mata uang negara tsb. Dalam hal transaksi antar entitas
bisnis negara-negara yang berbeda, jumlah hutang maupun piutang biasanya dilaporkan dalam mata
uang lokal dari negara-negara yang berbeda, jumlah hutang maupun piutang biasanya
dilaporkan dalam mata uang lokal dari negara-negara yang berbeda, jumlah hutang maupun
piutang biasanya dilaporkan dalam mata uang lokal dari negara pembeli ataupun penjual.
Untuk mengukur transaksi dalam mata uang mereka sendiri kebanyakan perusahaan di seluruh
dunia mengambil nilai kurs negosiasi sebagai dasarnya.
Kurs adalah nisbah antara saru unit mata uang dengan jumlah mata uang lain yang setara
dengan mata uang tersebut pada satu periode. Kurs dapat dihitung langsung maupun tidak
langsung. Jika diasumsikan bahwa Rp. 1.600 dapat ditukar dengan 1 Dollar Singapura, maka:
Artinya Rp. 1.600 sama nilainya dengan 1 Dollar Singapura (satu unit mata uang asing)
1 = Rp. 0,000625
Rp. 1.600