Anda di halaman 1dari 11

Pertemuan Ke 13

Akuntansi Keuangan Lanjutan II


STIE IGI
Hery Margono, SE, Ak,MM

Laporan Keuangan Valuta Asing

Advanced Accounting, Beams, Floyd A., Ed.10, Prentice hall, New jersey

Memahami dan mampu menjelaskan tentang:


1. Bagaimana perusahaan suatu induk mem-bukukan investasinya dalam suatu perusa-haan anak
menggunakan metode ekuitas tergan-tung pada penentuan mata uang fungsional perusahaan anak
2. Konsolidasi menurut metode kurs berjalan dan metode temporal
3. Bagaimana suatu lindung nilai atas investasi bersih dalam sebuah perusahaan anak dibukukan
menurut metode kur berjalan dan metode temporal.

Cara Pencatatan Akuntansi Perusahaan Yang


Menggunakan Mata Uang Asing
Transaksi dalam perusahaan tak selalu dengan mata uang yang sama. Tak jarang
perusahaan juga menggunakan mata uang asing untuk transaksinya. Terlebih jika
perusahaan anda berfokus pada ekspor maka penting bagi akuntan untuk menyimak
pergerakan kurs. Pencatatan akuntansinya pasti tak jauh-jauh dengan mata uang asing.
Untuk itu penting bagi perusahaan memahami bagaimana pencatatan akuntansi yang
menggunakan mata uang asing.
Transaksi Yang Umum Menggunakan Mata Uang Asing
Transaksi dengan menggunakan mata uang asing pastilah berhubungan dengan
perdagangan internasional atau penanaman modal dari pihak asing. Ada beberapa contoh
transaksi yang umumnya menggunakan mata uang asing sebagai berikut :
a. Transaksi pembelian barang luar negeri atau impor yang proses pembayarannya
harus menggunakan mata uang tertentu
b. Penjualan produk ke luar negeri atau ekspor barang sehingga alat pembayarannya
menggunakan mata uang yang berbeda dengan dalam negeri
c. Transaksi pinjam meminjam dana seperti penanaman modal dari pihak asing
d. Transaksi memperoleh aktiva atau sebaliknya  yang dinilai dengan menggunakan
mata uang asing
e. Adanya perjanjian dengan menggunakan valuta asing seperti untuk tujuan hedging.
Perlakukan Transaksi Mata Uang Asing Menurut PSAK
Perlakukan transaksi dengan mata uang asing diatur pada PSAK 10. PSAK adalah
singkatan dari pernyataan standar akuntansi keuangan yang digunakan sebagai pedoman
pencatatan keuangan dalam perusahaan. Menurut PSAK 10 perusahaan diperbolehkan
menyajikan laporan keuangan dengan mata uang apapun. Hal ini diperbolehkan karena
sebagai cerminan dari peristiwa yang sesungguhnya. Dalam PSAK 10 disebutkan pula mata
uang fungsional merupakan mata uang yang digunakan dalam transaksi sebagai tolak ukur.
Ada 3 hal yang mempengaruhi mata uang fungsional ini diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Pada pos moneter mata uang asing akan dijabarkan memakai kurs penutup
2. Mata uang asing juga akan dijabarkan memakai kurs pada tanggal ketika nilai wajar
ditentukan pada pos non moneter yang dinilai wajar
3. Pada pos non moneter dapat pula dijabarkan dengan kurs  pada tanggal transaksi
tersebut jika diukur dengan biaya historis
Metode Pencatatan Mata Uang Asing
Ada dua jenis metode pencatatan transaksi mata uang asing yang digunakan yakni single
currency dan multy currency. Single currency ialah pencatatan transaksi mata uang asing
kedalam mata uang dasar yang anda pakai seperti di Indonesia memakai mata uang rupiah
sebagai standar mata uang nasional. Multicurrency merupakan pencatatan transaksi dengan
membukukan langsung kedalam mata uang masing-masing yang digunakan dalam transaksi
tersebut. perbedaan antara metode single currency dengan multi currency ialah sebagai
berikut :
a. Neraca memakai mata uang dasar yakni rupiah untung single currency sedangkan
multi currency menggunakan mata uang negara asal dimana transaksi tersebut
terkait.
b. Dalam menjurnal transaksinya menggunakan akun perantara untuk multy currency
dan untuk single currency tidak menggunakan akun perantara
c. Jika menggunakan metode single currency maka pencatatan transaksi mata uang
akan dicatat secara extracomtable sedangkan multi currency tidak.
d. Apabila memakai single currency seluruh pendapatan dan beban dicatat
menggunakan mata uang rupiah sehingga tak akan timbul selisih kurs seperti pada
multi currency
e. Revaluasi merupakan bagian dari pencatatan secara multi currency sehingga dapat
terdeteksi selisih laba atau rugi dari perbedaan kurs yang digunakan.
Contoh Transaksi  Mata Uang Asing
Untuk lebih mudah memahami kedua metode ini alangkah baiknya jika anda menyimak
contoh kasus seperti berikut ini :
Perusahaan anda pada bulan Juli 2018 melakukan pembelian bank note USD sebesar 1.000
yang pembayarannya dilakukan secara tunai dengan nilai kurs 1 dolar = Rp.14.000 maka
untuk mencatat transaksi ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk pencatatan single currency
Bank Note Rp. 14.000.000
Kas Rp. 14.000.000  
b. Untuk pencatatan multy currency
Bank Notes Rp.14.000.000
Rekening Perantara Rp.14.000.000
Rekening Perantara Rp.14.000.000
Kas Rp.14.000.000
Perlakukan Transaksi Mata Uang Asing Dimata Pajak
Adanya penggunaan mata uang asing dalam transaksi anda juga berpengaruh pada
pelaporan perpajakan.  Menurut undang-undang No.7 tahun 2011 menyatakan bahwa
pencatatan transaksi atau pembukuan diwajibkan menggunakan mata uang rupiah.  Untuk
wajib pajak diatur pula bahwa penyelenggaraan pembukuan bisa menggunakan dolar
Amerika Serikat dan bahasa Inggris jika :
a. Wajib pajaknya merupakan untuk penanaman modal asing
b. WP merupakan kontraktor migas
c. Memiliki afiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri
d. Wajib pajak mendaftarkan sahamnya pada bursa efek luar negeri
e. Ikut terlibat dalam kontrak kerja pertambangan
f. Kontak investasi kolektif
g. Bentuk usaha tetap yang diatur dalam pasal 2 ayat 5 UU Pph.
Dirjen pajak juga mengatur nilai kurs sendiri untuk transaksi menggunakan mata uang
asing sehingga dalam pembuatan faktur pajak juga harus mengikuti kurs yang ditetapkan
oleh pihak perpajakan.

Transaksi mata uang asing


Dalam akuntansi, transaksi dalam mata uang asing, atau transaksi mata uang
asing, atau transaksi valuta asing, terjadi ketika entitas mengadakan transaksi dalam
mata uang yang berbeda dengan mata uang fungsional.

Pencatatan dan penyajian transaksi mata uang


asing
PSAK 10 mengatur tentang kurs valuta asing mana yang digunakan untuk mengukur
kembali mata uang asing ke dalam mata uang fungsional, yaitu sebagai berikut:

Pada saat pengakuan awal


Transaksi dalam mata uang asing harus dicatat sesuai dengan kurs spot pada tanggal
transaksi. Akan tetapi, untuk alasan kepraktisan, PSAK 10 memperbolehkan
penggunaan kurs yang mendekati kurs spot pada tanggal transaksi (paragraf 22).
Sebagai contoh, kurs rata-rata satu bulan dapat digunakan untuk menyajikan ulang
seluruh transaksi dalam mata uang asing yang terjadi selama bulan tersebut. Meskipun
demikian, jika kurs berfluktuasi secara signifikan maka penggunaan kurs rata-rata untuk
periode itu menjadi tidak tepat (paragraf 22).

Pada setiap tanggal pelaporan

 Pos-pos moneter dalam mata uang asing harus diukur kembali menggunakan
kurs penutup;
 Pos-pos nonmoneter yang dicatat pada biaya historis harus dilaporkan
menggunakan kurs tanggal transaksi; dan
 Pos-pos nonmoneter yang dicatat pada nilai wajar harus diukur kembali
menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai wajar tersebut ditentukan.

Pengertian istilah dan penjelasan


Valuta asing adalah mata uang selain mata uang fungsional entitas. Dalam artikel ini,
istilah valuta asing dan mata uang asing memiliki arti yang sama dan bisa
dipertukarkan satu sama lain.

Pos moneter adalah:

 Mata uang yang dimiliki (kas dan setara kas).


 Aset lain yang akan diterima dalam mata uang tertentu yang jumlahnya tetap
atau dapat ditentukan.
 Liabilitas yang akan dibayarkan dalam mata uang tertentu yang jumlahnya tetap
atau dapat ditentukan.

Fitur utama pos moneter adalah adanya hak untuk menerima (atau kewajiban untuk
menyerahkan) sejumlah mata uang yang jumlahnya tetap atau dapat ditentukan. Contoh
pos moneter adalah pensiun dan imbalan kerja lain yang dibayar dengan kas, provisi
yang diselesaikan secara tunai, dan dividen tunai yang diakui sebagai liabilitas.
Sekuritas utang seperti obligasi juga merupakan contoh pos moneter.

Sebaliknya, fitur utama pos nonmoneter adalah tidak adanya hak untuk menerima (atau
kewajiban untuk menyerahkan) mata uang yang jumlahnya tetap atau dapat ditentukan.
Contoh pos nonmoneter adalah uang muka untuk barang dan jasa (contohnya beban
dibayar di muka dan pendapatan diterima di muka), investasi dalam saham, goodwill,
aset tak berwujud, persediaan, aset tetap, dan provisi yang diselesaikan dengan
penyerahan aset nonmoneter.

Kurs spot adalah kurs untuk realisasi segera, merepresentasikan kurs yang berlaku
pada tanggal transaksi.

Kurs penutup adalah kurs spot pada akhir periode pelaporan, merepresentasikan kurs
yang berlaku pada tanggal laporan posisi keuangan.

Selisih kurs adalah selisih yang dihasilkan dari penjabaran sejumlah tertentu satu mata
uang ke dalam mata uang lain pada kurs yang berbeda.

Selisih kurs yang timbul pada penyelesaian pos moneter atau pada proses penjabaran
pos moneter pada kurs yang berbeda dari kurs pada saat pos moneter tersebut
dijabarkan pada pengakuan awal selama periode atau pada periode laporan keuangan
sebelumnya diakui dalam laba-rugi pada periode saat terjadinya.

Baca juga: Mata uang fungsional dan mata uang penyajian

Contoh transaksi mata uang asing


Contoh 1:
PT ABC merupakan entitas yang didirikan di Indonesia dengan tahun pelaporan
keuangan berakhir pada tanggal 31 Desember dan menggunakan Rupiah Indonesia
(IDR) sebagai mata uang fungsional. Pada tanggal 15 Mei 2018, PT ABC membeli
barang seharga USD100.000 dari XYZ Co. ketika kurs pada saat itu adalah USD1 =
IDR9.900. XYZ Co. merupakan entitas yang didirikan di Amerika Serikat yang
menggunakan dolar AS (USD) sebagai mata uang fungsional.

Berdasarkan PSAK 10, transaksi valuta asing ini harus diakui dalam IDR dengan kurs
spot pada tanggal transaksi, yaitu sebagai berikut:

Perhatikan, pada tanggal tersebut PT ABC tidak menyerahkan USD kepada siapapun,
hanya menerima faktur yang senilai USD100.000. Nilai faktur itu kemudian diukur
kembali pada pembukuan PT ABC dalam IDR dengan menggunakan kurs spot tanggal
transaksi. Utang usaha biasa juga disebut utang dagang.

Contoh 2:
Diasumsikan pada tanggal 31 Desember 2018, utang usaha PT ABC pada Contoh 1 di
atas belum dibayar. Kurs yang berlaku pada tanggal 31 Desember 2018 adalah USD1 =
IDR10.500. Utang usaha adalah contoh pos moneter (liabilitas), sehingga utang usaha
yang harus dibayar dalam USD dengan jumlah tetap itu harus dilaporkan menggunakan
kurs penutup (31 Desember 2012) sebesar Rp1.050.000.000.

Jurnal penyesuaian untuk menyajikan piutang usaha dengan kurs penutup adalah
sebagai berikut:

Karena semula utang usaha itu diakui sejumlah IDR990.000.000, akun itu dikredit
(ditambah) IDR60.000.000. Selisih Kurs didebit (diakui sebagai kerugian) sebesar
IDR60.000.000. Setelah penyesuaian di atas, akun piutang usaha ke XYZ Co. bersaldo
Rp1.050.000.000.

Contoh 3:
Pada tanggal 5 Juni 2018 PT DEF melakukan transaksi pembelian sebidang tanah di
Amerika Serikat untuk tujuan investasi. Sesuai dengan PSAK 13, PT DEF memutuskan
untuk menggunakan metode biaya untuk memperlakukan properti investasi tersebut.
Biaya perolehan tanah adalah USD4.000.000. Kurs yang berlaku pada tanggal 5 Juni
2018 adalah USD1 = IDR9.500. Kurs pada tanggal 31 Desember 2018 USD1 =
IDR9.700.

Dalam contoh ini, properti investasi akan diakui pada tanggal 5 Juni 2018 sebesar
IDR38.000.000.000 (USD4.000.000 × IDR9.500). PropertI investasi adalah contoh pos
nonmoneter dan PT DEF mengadopsi metode biaya, sehingga jumlah yang dilaporkan
di laporan posisi keuangan 31 Desember 2018 adalah biaya historis, yaitu
IDR38.000.000.000.

Contoh 4:
Pada tanggal 1 Oktober 2018, PT GHI membeli saham beberapa entitas di Amerika
untuk tujuan spekulasi. Berdasarkan PSAK 55, pelaporan investasi dalam sekuritas
untuk tujuan spekulasi (trading) dilakukan berdasarkan nilai wajar. Biaya investasi
saham yang dikeluarkan PT GHI adalah sebesar USD120.000 dan nilai wajar pada
tanggal 31 Desember 2018 adalah sebesar USD165.000. Kurs spot pada tanggal 1
Oktober 2018 dan 31 Desember 2018 masing-masing adalah USD1 = IDR9.700 dan
USD1 = IDR9.600.

Pada tanggal 1 Oktober 2018, PT GHI mendebit investasi dalam saham sebagai berikut:

Meskipun kas yang dibayarkan dalam transaksi ini berupa USD (valuta asing), pada
saat pengakuan awal PT GHI mencatat investasi ini dalam mata uang fungsional (IDR)
dengan kurs spot yang berlaku pada tanggal transaksi, sehingga berjumlah
Rp1.164.000.000 (USD120.000 × IDR9.700).

Saham dalam kasus ini adalah contoh pos nonmoneter yang dilaporkan dengan nilai
wajar, sehingga nilai wajar aset itu harus diukur kembali menggunakan kurs yang
berlaku pada saat nilai wajar itu ditentukan, yaitu dengan kurs penutup tanggal 31
Desember 2018. Jumlah investasi yang harus dilaporkan di laporan posisi keuangan
adalah IDR1.584.000.000 (USD165.000 × IDR9.600).

Jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2018 adalah sebagai berikut:

Selisih antara nilai wajar investasi dalam saham yang diukur dengan kurs penutup
(IDR1.584.000.000) dengan biaya perolehan yang diukur dengan kurs spot tanggal
transaksi (IDR1.164.000.000), diakui sebagai keuntungan investasi yang tidak direalisasi
dan dilaporkan sebagai komponen penghasilan dalam penghitungan laba-rugi. Karena
investasi bukan pos moneter, tidak ada pengakuan keuntungan/kerugian selisih kurs
sebagaimana yang diatur dalam PSAK 10.
Contoh 5:
PT BATIK merupakan entitas yang didirikan di Indonesia dan menggunakan tahun fiskal
yang berakhir tanggal 31 Desember. Mata uang fungsional PT BATIK adalah Rupiah
Indonesia (IDR).

Pada tanggal 12 Juli 2018, PT BATIK membeli barang dagangan (persediaan) secara
kredit senilai USD10.000 dari SAM Co. Pembayaran oleh PT BATIK dilakukan pada
tanggal 20 November 2018.

Kurs pada tanggal 12 Juli 2018 dan 20 November 2018 masing-masing adalah USD1 =
IDR9.400 dan USD1 = IDR9.700.

Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan PSAK 10, bagaimanakah PT BATIK


mencatat pembelian barang dagangan itu pada tanggal 12 Juli 2018? Meskipun
pada tanggal tersebut, PT BATIK hanya menerima faktur dan belum menyerahkan
pembayaran dalam USD, pencatatan dalam pembukuan harus dilakukan dengan mata
uang fungsional PT BATIK (IDR) dengan kurs spot yang berlaku pada tanggal transaksi
sebagai berikut:

Persediaan adalah aset nonmoneter yang mula-mula diakui dengan biaya perolehan.
Utang usaha dalam USD merupakan liabilitas moneter. Jumlahnya (IDR94.000.000)
ditentukan dengan mengalikan biaya perolehan dalam USD (USD10.000) dengan kurs
spot tanggal 12 Juli 2018 (IDR9.400).

Bagaimanakah PT BATIK mencatat pembayaran faktur pada tanggal 20 November


2018? Meskipun pembayaran USD10.000 mungkin dilakukan dengan USD yang sudah
dimiliki, pencatatan dalam pembukuan PT BATIK tetap menggunakan IDR (mata uang
fungsional) sebagai berikut:

Perhatikan, jumlah utang usaha diukur kembali dengan kurs spot tanggal 20 November
2018 sehingga menjadi bersaldo IDR97.000.000. Selisihnya dengan jumlah utang yang
mula-mula dicatat (IDR94.000.000), yaitu sebesar IDR3.000.000 merupakan kerugian
selisih kurs yang diakui sebagai komponen beban dalam laba-rugi. Jurnal penyelesaian
utang di atas bisa digabungkan menjadi satu jurnal sebagai berikut:
Contoh 6:
Kembali ke kasus PT BATIK sebagaimana diilustrasikan pada Contoh 5. Asumsikan,
utang usaha PT BATIK baru dilunasi pada tanggal 8 Februari 2019. Kurs spot yang
berlaku pada tanggal 31 Desember 2018 (tanggal laporan posisi keuangan) adalah
USD1 = IDR9.500, sedangkan pada tanggal8 Februari 2019 (saat pelunasan) adalah
USD1 = IDR9.700.

Apa saja jurnal yang diperlukan dan bagaimana cara mencatat transaksi-transaksi
di atas dalam pembukuan PT BATIK? Secara akuntansi, ada tiga kejadian yang perlu
dicatat dalam pembukuan PT BATIK, yaitu pada 12 Juli 2018 (ketika faktur/barang
diterima), 31 Desember 2018 (tanggal laporan posisi keuangan), dan 8 Februari 2019
(ketika faktur dibayar). Jurnal-jurnal dimaksud disajikan sebagai berikut:

Perhatikan, utang usaha yang merupakan pos moneter diukur kembali pada tanggal 31
Desember 2018 (pada saat tutup buku) dan 8 Februari 2019 (sesaat sebelum dihentikan
pengakuannya).

Berapakah utang usaha PT BATIK kepada SAM Co. pada 31 Desember 2018 dan 8
Februari 2019? Pada 31 Desember 2018, utang usaha dilaporkan berjumlah
IDR95.000.000 (USD10.000 × IDR9.500). Pada 8 Februari 2019, utang usaha diukur
kembali sehingga menjadi berjumlah IDR97.000.000 (USD10.000 × IDR9.700).

Berapakah kerugian selisih kurs yang diakui masing-masing pada tahun 2018 dan
2019? Kerugian selisih kurs yang diakui pada 2018 adalah IDR1.000.000
(IDR95.000.000 – IDR94.000.000) dan pada 2019 adalah IDR2.000.000 (IDR97.000.000
– IDR95.000.000).

Contoh 7:
Lincoln Co. adalah perusahaan multinasional yang berpusat di Amerika Serikat. Pada
tanggal 31 Desember 2018, Lincoln Co. memiliki piutang usaha yang bersaldo
USD81.300 dan utang usaha yang bersaldo USD38.900 sebelum dibuat ayat jurnal
penyesuaian.

Analisis saldo kedua akun buku besar itu mengungkapkan hal-hal berikut:
Piutang usaha

 USD28.500 dalam mata uang fungsional (USD).


 SEK20.000 (Swedish Krona), dinyatakan dalam USD dengan kurs spot tanggal
transaksi menjadi USD11.800.
 GBP25.000 (British pound sterling), dinyatakan dalam USD dengan kurs spot
tanggal transaksi menjadi USD41.000.

Utang usaha

 USD6.850 dalam mata uang fungsional (USD).


 CAD10.000 (Canadian dollar), dinyatakan dalam USD dengan kurs spot tanggal
transaksi menjadi USD7.600.
 GBP15.000 (British pound sterling), dinyatakan dalam USD dengan kurs spot
tanggal transaksi menjadi USD24.450.

Kurs spot untuk SEK, GBP, dan CAD pada tanggal 31 Desember 2018 berturut-turut
adalah USD0,66, USD1,65, dan USD0,70.

Berapakah jumlah piutang usaha yang seharusnya dilaporkan dalam laporan


posisi keuangan tanggal 31 Desember 2018? Jumlah piutang usaha pada akhir 2018
adalah USD82.950, dihitung sebagai berikut:

Berapakah jumlah utang usaha yang seharusnya dilaporkan dalam laporan posisi
keuangan tanggal 31 Desember 2018? Jumlah utang usaha pada akhir 2018 adalah
USD38.600, dihitung sebagai berikut:

Berapakah jumlah keuntungan/kerugian selisih kurs neto yang seharusnya


dilaporkan dalam laba-rugi Lincoln Co. untuk tahun 2018 terkait piutang usaha
dan utang usaha di atas? Jumlah piutang usaha per pembukuan adalah USD81.300
(USD28.500 + USD11.800 + USD41.000). Jumlah piutang usaha yang diukur kembali
dengan kurs spot 31 Desember 2018 adalah USD82.950. Selisihnya, yaitu USD1.650
merupakan keuntungan selisih kurs.

Jumlah utang usaha per pembukuan adalah USD38.900 (USD6.850 + USD7.600 +


USD24.450). Jumlah utang usaha yang diukur kembali dengan kurs spot 31 Desember
2018 adalah USD38.600. Selisihnya, yaitu USD300 ini juga merupakan keuntungan
selisih kurs.

Dengan demikian, jumlah neto selisih kurs merupakan keuntungan, berjumlah


USD1.950 (USD1.650 + USD300).

Bagaimana cara mencatat penerimaan kas dari semua piutang usaha di atas pada
tanggal tertentu di tahun 2019 ketika kurs spot SEK dan GBP berturut-turut adalah
USD0,67 dan USD1,63? Jurnal untuk mencatat penerimaan kas dari piutang dalam
USD adalah sebagai berikut:

USD adalah mata uang fungsional Lincoln Co., sehingga tidak ada keuntungan atau
kerugian selisih kurs dari transaksi di atas.

Jurnal untuk mencatat penerimaan kas dari piutang dalam SEK adalah sebagai berikut:

Perhatikan, jumlah-jumlah dalam jurnal di atas adalah dalam USD (mata uang
fungsional). Saldo Piutang Usaha (SEK) sebelum penghentian pengakuan adalah
USD13.400 (SEK20.000 × USD0,67). Penyelesaian piutang itu mengakibatkan selisih
kurs sebesar USD200 (USD13.400 – USD13.200) yang merupakan keuntungan.

Jurnal untuk mencatat penerimaan kas dari piutang dalam GBP adalah sebagai berikut:

Perhatikan, jumlah-jumlah dalam jurnal di atas adalah dalam USD (mata uang
fungsional). Saldo Piutang Usaha (GBP) sebelum penghentian pengakuan adalah
USD40.750 (GBP25.000 × USD1,63). Penyelesaian piutang itu mengakibatkan selisih
kurs sebesar USD500 (USD40.750 – USD41.250) yang merupakan kerugian.

Bagaimana cara mencatat pembayaran kas untuk melunasi semua utang usaha di
atas pada tanggal tertentu di tahun 2019 ketika kurs spot ketika kurs spot CAD
dan GBP berturut-turut adalah USD0,71 dan USD1,62?

Anda mungkin juga menyukai