Advanced Accounting, Beams, Floyd A., Ed.10, Prentice hall, New jersey
Pos-pos moneter dalam mata uang asing harus diukur kembali menggunakan
kurs penutup;
Pos-pos nonmoneter yang dicatat pada biaya historis harus dilaporkan
menggunakan kurs tanggal transaksi; dan
Pos-pos nonmoneter yang dicatat pada nilai wajar harus diukur kembali
menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai wajar tersebut ditentukan.
Pos moneter adalah:
Fitur utama pos moneter adalah adanya hak untuk menerima (atau kewajiban untuk
menyerahkan) sejumlah mata uang yang jumlahnya tetap atau dapat ditentukan. Contoh
pos moneter adalah pensiun dan imbalan kerja lain yang dibayar dengan kas, provisi
yang diselesaikan secara tunai, dan dividen tunai yang diakui sebagai liabilitas.
Sekuritas utang seperti obligasi juga merupakan contoh pos moneter.
Sebaliknya, fitur utama pos nonmoneter adalah tidak adanya hak untuk menerima (atau
kewajiban untuk menyerahkan) mata uang yang jumlahnya tetap atau dapat ditentukan.
Contoh pos nonmoneter adalah uang muka untuk barang dan jasa (contohnya beban
dibayar di muka dan pendapatan diterima di muka), investasi dalam saham, goodwill,
aset tak berwujud, persediaan, aset tetap, dan provisi yang diselesaikan dengan
penyerahan aset nonmoneter.
Kurs spot adalah kurs untuk realisasi segera, merepresentasikan kurs yang berlaku
pada tanggal transaksi.
Kurs penutup adalah kurs spot pada akhir periode pelaporan, merepresentasikan kurs
yang berlaku pada tanggal laporan posisi keuangan.
Selisih kurs adalah selisih yang dihasilkan dari penjabaran sejumlah tertentu satu mata
uang ke dalam mata uang lain pada kurs yang berbeda.
Selisih kurs yang timbul pada penyelesaian pos moneter atau pada proses penjabaran
pos moneter pada kurs yang berbeda dari kurs pada saat pos moneter tersebut
dijabarkan pada pengakuan awal selama periode atau pada periode laporan keuangan
sebelumnya diakui dalam laba-rugi pada periode saat terjadinya.
Berdasarkan PSAK 10, transaksi valuta asing ini harus diakui dalam IDR dengan kurs
spot pada tanggal transaksi, yaitu sebagai berikut:
Perhatikan, pada tanggal tersebut PT ABC tidak menyerahkan USD kepada siapapun,
hanya menerima faktur yang senilai USD100.000. Nilai faktur itu kemudian diukur
kembali pada pembukuan PT ABC dalam IDR dengan menggunakan kurs spot tanggal
transaksi. Utang usaha biasa juga disebut utang dagang.
Contoh 2:
Diasumsikan pada tanggal 31 Desember 2018, utang usaha PT ABC pada Contoh 1 di
atas belum dibayar. Kurs yang berlaku pada tanggal 31 Desember 2018 adalah USD1 =
IDR10.500. Utang usaha adalah contoh pos moneter (liabilitas), sehingga utang usaha
yang harus dibayar dalam USD dengan jumlah tetap itu harus dilaporkan menggunakan
kurs penutup (31 Desember 2012) sebesar Rp1.050.000.000.
Jurnal penyesuaian untuk menyajikan piutang usaha dengan kurs penutup adalah
sebagai berikut:
Karena semula utang usaha itu diakui sejumlah IDR990.000.000, akun itu dikredit
(ditambah) IDR60.000.000. Selisih Kurs didebit (diakui sebagai kerugian) sebesar
IDR60.000.000. Setelah penyesuaian di atas, akun piutang usaha ke XYZ Co. bersaldo
Rp1.050.000.000.
Contoh 3:
Pada tanggal 5 Juni 2018 PT DEF melakukan transaksi pembelian sebidang tanah di
Amerika Serikat untuk tujuan investasi. Sesuai dengan PSAK 13, PT DEF memutuskan
untuk menggunakan metode biaya untuk memperlakukan properti investasi tersebut.
Biaya perolehan tanah adalah USD4.000.000. Kurs yang berlaku pada tanggal 5 Juni
2018 adalah USD1 = IDR9.500. Kurs pada tanggal 31 Desember 2018 USD1 =
IDR9.700.
Dalam contoh ini, properti investasi akan diakui pada tanggal 5 Juni 2018 sebesar
IDR38.000.000.000 (USD4.000.000 × IDR9.500). PropertI investasi adalah contoh pos
nonmoneter dan PT DEF mengadopsi metode biaya, sehingga jumlah yang dilaporkan
di laporan posisi keuangan 31 Desember 2018 adalah biaya historis, yaitu
IDR38.000.000.000.
Contoh 4:
Pada tanggal 1 Oktober 2018, PT GHI membeli saham beberapa entitas di Amerika
untuk tujuan spekulasi. Berdasarkan PSAK 55, pelaporan investasi dalam sekuritas
untuk tujuan spekulasi (trading) dilakukan berdasarkan nilai wajar. Biaya investasi
saham yang dikeluarkan PT GHI adalah sebesar USD120.000 dan nilai wajar pada
tanggal 31 Desember 2018 adalah sebesar USD165.000. Kurs spot pada tanggal 1
Oktober 2018 dan 31 Desember 2018 masing-masing adalah USD1 = IDR9.700 dan
USD1 = IDR9.600.
Pada tanggal 1 Oktober 2018, PT GHI mendebit investasi dalam saham sebagai berikut:
Meskipun kas yang dibayarkan dalam transaksi ini berupa USD (valuta asing), pada
saat pengakuan awal PT GHI mencatat investasi ini dalam mata uang fungsional (IDR)
dengan kurs spot yang berlaku pada tanggal transaksi, sehingga berjumlah
Rp1.164.000.000 (USD120.000 × IDR9.700).
Saham dalam kasus ini adalah contoh pos nonmoneter yang dilaporkan dengan nilai
wajar, sehingga nilai wajar aset itu harus diukur kembali menggunakan kurs yang
berlaku pada saat nilai wajar itu ditentukan, yaitu dengan kurs penutup tanggal 31
Desember 2018. Jumlah investasi yang harus dilaporkan di laporan posisi keuangan
adalah IDR1.584.000.000 (USD165.000 × IDR9.600).
Selisih antara nilai wajar investasi dalam saham yang diukur dengan kurs penutup
(IDR1.584.000.000) dengan biaya perolehan yang diukur dengan kurs spot tanggal
transaksi (IDR1.164.000.000), diakui sebagai keuntungan investasi yang tidak direalisasi
dan dilaporkan sebagai komponen penghasilan dalam penghitungan laba-rugi. Karena
investasi bukan pos moneter, tidak ada pengakuan keuntungan/kerugian selisih kurs
sebagaimana yang diatur dalam PSAK 10.
Contoh 5:
PT BATIK merupakan entitas yang didirikan di Indonesia dan menggunakan tahun fiskal
yang berakhir tanggal 31 Desember. Mata uang fungsional PT BATIK adalah Rupiah
Indonesia (IDR).
Pada tanggal 12 Juli 2018, PT BATIK membeli barang dagangan (persediaan) secara
kredit senilai USD10.000 dari SAM Co. Pembayaran oleh PT BATIK dilakukan pada
tanggal 20 November 2018.
Kurs pada tanggal 12 Juli 2018 dan 20 November 2018 masing-masing adalah USD1 =
IDR9.400 dan USD1 = IDR9.700.
Persediaan adalah aset nonmoneter yang mula-mula diakui dengan biaya perolehan.
Utang usaha dalam USD merupakan liabilitas moneter. Jumlahnya (IDR94.000.000)
ditentukan dengan mengalikan biaya perolehan dalam USD (USD10.000) dengan kurs
spot tanggal 12 Juli 2018 (IDR9.400).
Perhatikan, jumlah utang usaha diukur kembali dengan kurs spot tanggal 20 November
2018 sehingga menjadi bersaldo IDR97.000.000. Selisihnya dengan jumlah utang yang
mula-mula dicatat (IDR94.000.000), yaitu sebesar IDR3.000.000 merupakan kerugian
selisih kurs yang diakui sebagai komponen beban dalam laba-rugi. Jurnal penyelesaian
utang di atas bisa digabungkan menjadi satu jurnal sebagai berikut:
Contoh 6:
Kembali ke kasus PT BATIK sebagaimana diilustrasikan pada Contoh 5. Asumsikan,
utang usaha PT BATIK baru dilunasi pada tanggal 8 Februari 2019. Kurs spot yang
berlaku pada tanggal 31 Desember 2018 (tanggal laporan posisi keuangan) adalah
USD1 = IDR9.500, sedangkan pada tanggal8 Februari 2019 (saat pelunasan) adalah
USD1 = IDR9.700.
Apa saja jurnal yang diperlukan dan bagaimana cara mencatat transaksi-transaksi
di atas dalam pembukuan PT BATIK? Secara akuntansi, ada tiga kejadian yang perlu
dicatat dalam pembukuan PT BATIK, yaitu pada 12 Juli 2018 (ketika faktur/barang
diterima), 31 Desember 2018 (tanggal laporan posisi keuangan), dan 8 Februari 2019
(ketika faktur dibayar). Jurnal-jurnal dimaksud disajikan sebagai berikut:
Perhatikan, utang usaha yang merupakan pos moneter diukur kembali pada tanggal 31
Desember 2018 (pada saat tutup buku) dan 8 Februari 2019 (sesaat sebelum dihentikan
pengakuannya).
Berapakah utang usaha PT BATIK kepada SAM Co. pada 31 Desember 2018 dan 8
Februari 2019? Pada 31 Desember 2018, utang usaha dilaporkan berjumlah
IDR95.000.000 (USD10.000 × IDR9.500). Pada 8 Februari 2019, utang usaha diukur
kembali sehingga menjadi berjumlah IDR97.000.000 (USD10.000 × IDR9.700).
Berapakah kerugian selisih kurs yang diakui masing-masing pada tahun 2018 dan
2019? Kerugian selisih kurs yang diakui pada 2018 adalah IDR1.000.000
(IDR95.000.000 – IDR94.000.000) dan pada 2019 adalah IDR2.000.000 (IDR97.000.000
– IDR95.000.000).
Contoh 7:
Lincoln Co. adalah perusahaan multinasional yang berpusat di Amerika Serikat. Pada
tanggal 31 Desember 2018, Lincoln Co. memiliki piutang usaha yang bersaldo
USD81.300 dan utang usaha yang bersaldo USD38.900 sebelum dibuat ayat jurnal
penyesuaian.
Analisis saldo kedua akun buku besar itu mengungkapkan hal-hal berikut:
Piutang usaha
Utang usaha
Kurs spot untuk SEK, GBP, dan CAD pada tanggal 31 Desember 2018 berturut-turut
adalah USD0,66, USD1,65, dan USD0,70.
Berapakah jumlah utang usaha yang seharusnya dilaporkan dalam laporan posisi
keuangan tanggal 31 Desember 2018? Jumlah utang usaha pada akhir 2018 adalah
USD38.600, dihitung sebagai berikut:
Bagaimana cara mencatat penerimaan kas dari semua piutang usaha di atas pada
tanggal tertentu di tahun 2019 ketika kurs spot SEK dan GBP berturut-turut adalah
USD0,67 dan USD1,63? Jurnal untuk mencatat penerimaan kas dari piutang dalam
USD adalah sebagai berikut:
USD adalah mata uang fungsional Lincoln Co., sehingga tidak ada keuntungan atau
kerugian selisih kurs dari transaksi di atas.
Jurnal untuk mencatat penerimaan kas dari piutang dalam SEK adalah sebagai berikut:
Perhatikan, jumlah-jumlah dalam jurnal di atas adalah dalam USD (mata uang
fungsional). Saldo Piutang Usaha (SEK) sebelum penghentian pengakuan adalah
USD13.400 (SEK20.000 × USD0,67). Penyelesaian piutang itu mengakibatkan selisih
kurs sebesar USD200 (USD13.400 – USD13.200) yang merupakan keuntungan.
Jurnal untuk mencatat penerimaan kas dari piutang dalam GBP adalah sebagai berikut:
Perhatikan, jumlah-jumlah dalam jurnal di atas adalah dalam USD (mata uang
fungsional). Saldo Piutang Usaha (GBP) sebelum penghentian pengakuan adalah
USD40.750 (GBP25.000 × USD1,63). Penyelesaian piutang itu mengakibatkan selisih
kurs sebesar USD500 (USD40.750 – USD41.250) yang merupakan kerugian.
Bagaimana cara mencatat pembayaran kas untuk melunasi semua utang usaha di
atas pada tanggal tertentu di tahun 2019 ketika kurs spot ketika kurs spot CAD
dan GBP berturut-turut adalah USD0,71 dan USD1,62?