Anda di halaman 1dari 7

Bab 1

Transaksi Mata Uang Asing dan Instrumen Keuangan


1. Pendahuluan

Perusahaan multinasional melakukan transaksi kegiatan ekspor impor produk dan jasa, dengan
menggunakan berbagai mata uang asing. Misalnya, sebuah perusahaan di Indonesia membeli mesin
rumput secara kredit dari perusahaan di AS, perusahaan AS mengharuskan pembayaran
menggunakan Dolar ($), berarti perusahaan di Indonesia harus menggunakan pedagang mata uang
asing atau bank untuk menukarkan Rupiah (Rp) dengan Dolar ($) untuk membayar mesin rumput
yang dibeli. Selama proses tersebut, perusahaan Indonesia dapat mengalami keuntungan atau
kerugian dari fluktuasi kurs tersebut. Perusahaan multinasional yang terlibat dalam transaksi usaha
internasional, harus menyetujui mata uang yang digunakan dalam kegiatan tersebut. Beberapa
faktor yang mempengaruhi keputusan penggunaan mata uang ini mencakup tingkat familier mata
uang asing, potensi keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan oleh kurs, nasionalisme dan
kepraktisan.

2. Masalah Akuntansi

Transaksi mata uang asing (foreign currency transactions) perusahaan meliputi penjualan,
pembelian dan transaksi lain yang menimbulkan transfer mata uang asing atau pencatatan piutang
atau utang yang nilainya akan dilunasi menggunakan mata uang asing. Sehingga perusahaan akan
membuat laporan keuangan yang 4 menggunakan mata uang rupiah pada saat pelaporan, maka
transaksi dalam bentuk mata uang lain harus disajikan kembali dalam (setara) rupiah sebelum
dicatat ppada pembukuan dan dimasukkan dalam laporan keuangan perusahaan.

3. Kurs Mata uang Asing (foreign currency exchange rates)

Ditentukan setiap hari oleh broker mata uang asing yang bertindak sebagai agen untuk individu
atau negara yang memperdagangkan mata uang asing

A. Penentuan Kurs
Kurs mata uang dapat berubah sewaktu-waktu karena sejumlah faktor ekonomi yang
mempengaruhi permintaan dan penawaran terhadap mata uang tersebut. Penurunan nilai
suatu mata uang dicerminkan oleh penurunan posisi mata uang negara tersebut relatif
terhadap mata uang negara lain. Faktor lain yang menyebabkan fluktuasi kurs adalah
laporan posisi keuangan pembayaran, perubahan suku bunga dan tingkat investasi negara
tersebut serta stabilitas dan proses tata kelola (governance).
B. Kurs Langsung dan Tidak Langsung
Nilai relatif suatu mata uang terhadap mata uang lainnya dapat didihitung dengan dua
(2) cara, yaitu: Kurs Langsung (direct exchange rate-DER) Adalah banyaknya unit mata uang
lokal (local currency units-LCU) yang diperlukan untuk memperoleh satu unit mata uang
asing (foreign urrency unit-FCU).
C. Perubahan Kurs
Mengacu pada semakin menguat atau melemahnya suatu mata uang dibandingkan
dengan mata uang yang lain
Menguatnya Rupiah – Penurunan Kurs Langsung Antara Januari 2011 sampai Maret
2011, kurs langsung turun dari Rp9.032=$1 menjadi Rp8.760=$1, ini menunjukkan bahwa
lebih sedikit mata uang rupiah yang diperlukan untuk memperoleh $1. Ini berarti nilai mata
uang rupiah meningkat terhadap dolar (menguatnya rupiah terhadap dolar). Menguatnya
rupiah berarti:
➢ Lebih sedikit mata uang rupiah yang diperlukan untuk memperoleh satu unit mata
uang asing.
➢ Satu rupiah memperoleh lebih banyak unit mata uang asing.
Dari tabel di atas, maka impor dari Amerika lebih murah untuk konsumen di Indonesia pada
bulan Maret dari pada bulan Januari karena menguatnya nilai rupiah.
D. Kurs Spot dan Kurs Kini dan Kurs Forward
PSAK 10 mengacu pada peggunaan kurs Spot maupun kurs kini untuk mengukur operasi luar
negeri. Kurs Spot (spot rate) adalah kurs yang digunakan dalam penyerahan segera suatu
mata uang. Kurs Kini (current rate) didefinisikan secara sederhana sebagai kurs tunai pada
tanggal laporan posisi keuagan suatu entitas. Kurs Forward (forward exchange rate) adalah
kurs untuk pertukaran mata uang di masa mendatang. Kurs forward pada tanggal tertentu
tidak sama dengan kurs spot pada tanggal yang sama. Selisih antara kurs forward dan kurs
spot pada suatu tanggal tertentu dinamakan spread.
4. Transaksi Mata Uang Asing (foreign curreny transactions)
Adalah aktifitas ekonomi yang dinyatakan dalam mata uang selain dari mata uang pencatatan
suatu entitas.
Transaksi tersebut meliputi sebagai berikut:
1. Pembelian atau penjualan barang/jasa (impor atau ekspor) di mana harganya dinyatakan
dalam mata uang asing.
2. Utang atau piutang pinjaman dalam mata uang asing
3. Pembelian atau penjualan forward exchange contract
4. Pembelian atau penjualan unit mata uang asing

A. Trasaksi Ekspor Impor dala Mata Uang Asing


Akuntansi yang diharuskan untuk transaksi impor atau ekspor dalam mata uang asing
secara kredit adalah sebagai berikut:
1. Tanggal transaksi. Mencatat transaksi pembelian atau penjualan pada nilai setara dolar AS
menggunakan kurs langsung tunai pada tanggal tersebut.
2. Tanggal laporan posisi keuangan. Menyesuaikan utang atau piutang menjadi nilai setara
rupiah pada akhir periode menggunakan kurs langsung sekarang. Mengakui keuntungan atau
kerugian sebagai akibat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan laporan posisi keuangan.
3. Tanggal Penyelesaian. Pertama-tama menyesuaikan utang atau piutang dalam mata uang
asing untuk setiap perubahan kurs antara tanggal laporan posisi keuangan (tanggal trasaksi jika
transaksi tersebut terjadi setelah tanggal laporan posisi keuangan) dengan tanggal penyelesaian,
mencatat setiap keuntungan atau kerugian selisih kurs yang terjadi, kemudian mencatat
penyekesaian utang atau piutang dalam mata uang asing tersebut.
5. Mengelola Risiko Mata Uang Internasional dengan Instrumen Keuangan Kurs Forward Mata
Uang Asing (Foreign Currency Forward Exchange)
Perusahaan yang beroperasi secara internasional sering mengalami risiko bisnis normal,
tetapi juga mengalami risiko tambahan dari perubahankurs mata uang asing. Sehingga
perusahaan multinasional sering kali menggunakan instrument derivatif, seperti kontrak nilai
tukar/kurs forward, opsi mata uang asing (foreign currency option) dan futures mata uang asing
(foreign currency futures).
Instrumen Keuangan (financial instrument) adalah uang tunai, bukti kepemilikan atau
kontrak yang: 1. Membebankan pada satu entitas atas kewajiban kontraktual untuk
menyerahkan uang tunai atau instrument lain, 2. Menyampaikan kepada entitas kedua atas hak
kontraktual untuk menerima uang tunai atau instrument keuangan lain
A. Derivatif yang Ditetapkan sebagai Tujuan Lindung Nilai
Derivatif dapat ditetapkan untuk tujuan lindung nilai atau mengurangi risiko.
Contohnya perusahaan dapat menandatangani kontrak forward yang tidak
mempunyai tujuan untuk saling menghapuskan nilai apapun. PSAK 55 memberikan
persyaratan khusus untuk mengklasifikasikan derivatif untuk tujuan lindung nilai.
Lindung nilai dapat digunakan untuk:
1. Risiko kurs mata uang asing dimana kurs mata uang berubah dari waktu ke
waktu.
2. 2. Risiko tingkat bunga khususnya bagi perusahaan yang mepunyai instrument
utang kurs variabel
3. 3. Risiko komoditas yang mempunyai harga komoditas berjangka yang mungkin
dapat berbeda dari harga spot
B. Forward Exchange Contract
Perusahaan yang beroperasi di mancanegara sering kali menggunakan forward
exchange contract dengan pedagang perantara/broker mata uang asing untuk
menukarkan berbagai mata uang pada kurs dan tanggal tertentu dimasa yang akan
datang. Forward exchange contract ini diperoleh dari broker mata uang asing.
Biasanya kontrak ditulis untuk salah satu mata uang internasional utama.
Dalam transaksi lindung nilai, jika kurs forward lebih tinggi daripada kurs spot,
maka selisih antara kedua kurs ini disebut premi atas forward exchange contract
(premium on the forward exchange ontract); ini berarti mata uang asing akan dijual
pada harga yang lebih tinggi (harga premium), jika kurs forward lebih rendah
daripada kurs spot, maka selisihnya ini disebut diskon atas forward exchange
contract (discount on the forward exchange ontract); ini berarti mata uang asing
akan dijual pada harga yang lebih rendah (harga diskon).
Bab 2
Akuntansi Multinasional: Transaksi Laporan Keuangan Entitas Asing
1. Perbedaan Dalam Prinsip Akuntansi
Bab ini akan membahas tentang translasi (penjabaran) laporan keuangan entitas usaha luar
negeri ke rupiah. Penyajian kembali ini diperlukan, sebelum laporan keuangan tersebut
digabungkan atau dikonsolidasikan dengan laporan keuangan induk perusahaan di Indonesia,
yang sudah dinyatakan dalam rupiah.
Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh entitas induk di Indonesia dalam proses
translasi dan konsolidasi anak perusahaan di luar negeri, adalah:
1. Menerima laporan anak perusahaan dimana mereka berasal
2. Menyajikan laporan keuangan tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia
3. Menstranslasikan laporan keuangan yang diukur dalam mata uang asing menjadi nilai
setara dalam rupiah. Tiap saldo akun entitas luar negeri masing-masing harus
ditranslasikan menjadi nilai setara rupiah sebagai berikut: Akun yang diukur dalam unit
mata uang asing x Nilai tukar yang sesuai = Akun yang diukur dalam nilai setara rupiah
4. Mengonsolidasi akun-akun anak perusahaan yang telah ditranslasikan, yang sudah
diukur dalam rupiah, dengan akun-akun induk perusahaan.
2. Penentuan Mata Uang Fungsional
Fenomena utama pada laporan keuangan yang harus ditranslasikan dari mata uang asing ke
rupiah adalah:
a. Nilai tukar manakah yang harus digunakan untuk menstranslasikan nilai mata uang asing
menjadi mata uang domestik?
b. Bagaimana seharusnya perlakuan atas keuntungan dan kerugian tersebut? Haruskah hal
tersebut dimasukka dalam laba rugi?
Ada tiga (3) kemungkinan nilai tukar yang digunakan dalam mengonversi nilai mata uang asing
menjadi rupiah:
1. Nilai Tukar Sekarang; merupakan nilai tukar pada tanggal akhir neraca.
2. Nilai Tukar Historis; merupakan nilai tukar yang ada pada saat transaksi awal terjadi.
(pada saat asset diterima atau kewajiban diakui).
3. Nilai Tukar Rata-rata; merupakan nilai tukar rata-rata selama satu periode.
3. Translasi Versus
Pengukuran Kembali Laporan Keuangan Asing Ada dua metode untuk menyajikan kembali
laporan keuangan entitas asing kedalam rupiah:
1. Metode Translasi; laporan keuangan entitas asing ke rupiah. Adalah metode yang umum
digunakan dan diterapkan jika mata uang lokal adalah mata uang fungsional entitas
asing. Metode ini sering disebut dengan metode nilai tukar sekarang (current rate
methods).
2. Pengukuran Kembali; laporan keuangan entitas asing ke mata uang fungsional entitas
tersebut. Adalah pengukuran kembali laporan keuangan entitas asing dari mata uang
lokal yang digunakan entitas ke mata uang fungsional entitas asing
4. Translasi Laporan Keuangan Mata Uang Fugsional Menjadi Mata Uang Pelaporan Perusahaan
Indonesia
1. Translasi dilakukan dengan menggunakan nilai tukar sekarang untuk semua asset dan
kewajiban. Nilai tukar ini merupakan spot rate pada tanggal neraca.
2. Pos-pos dalam laporan laba rugi yang digunakan: pendapatan, beban, keuntungan dan
kerugian; harus ditranslasikan menggunakan nilai tukar pada tanggal terjadinya transaksi
yang mendasari, walaupun untuk tujuan praktis dapat menggunakan nilai tukar rata-rata
tertimbang untuk periode tersebut, dengan asumsi bahwa pendapatan dan beban terjadi
merata sepanjang tahun.
3. Akan tetapi, jika timbul keuntungan dan kerugian material dari kejadian tertentu, maka nilai
tukar pada tanggal kejadian tersebut, bukan nilai tukar rata-rata yang digunakan untuk
menstranslasikan hasil transaksi.
5. Pengukuran Kembali Pembukuan Ke Dalam Mata Uang Fugsional
1. Metode pengukuran Kembali bertujuan untuk mendapatkan nilai setara rupiah dari akun-
akun afiliasi asing sehingga dapat dikombinasikan atau dikonsolidasikan dengan laporan
keuangan perusahaan Indonesia. Akan tetapi kurs yang digunakan untuk pengukuran
kembali berbeda dengan kurs yang digunakan untuk penjabaran, sehingga mengakibatkan
nilai rupiah berbeda untuk akun-akun afiliasi.
2. Jika afiliasi asing menggunakan rupiah sebagai mata uang fungsional dan mata uang
pelaporannya, tidak diperlukan pengukuran kembali karena hasil operasi sudah dilaporkan
dalam rupiah.
3. Proses pengukuran Kembali membagi laporan posisi keuangan ke dalam akun moneter
(diukur menggunakan kurs kini) dan nonmoneter (diukur menggunakan kurs historis). Aset
dan liabilitas moneter seperti kas, piutang jangka pendek dan jangka Panjang, utang jangka
pendek dan Panjang atau kerugian dari 8 perubahan kurs. Aset nonmoneter adalah akun
seperti persediaan dan aset tetap, yang nilainya tidak tetap dalam unit moneter.
Bab 3
Pelaporan Segmen dan Interim
A. Plaporan segmen (Segment Reporting)
Perusahaan besar yang terdiversifikasi dapat dipandang sebagai sebuah portofolio aset yang
beroperasi sebagai divisi atau anak perusahaan yang sering kali memiliki cakupan
multinasional. Berbagai komponen perusahaan besar dapat mempunyai tingkat keuntungan
yang berbeda, tingkatan dan jenis risiko yang berbeda, dan kesempatan pertumbuhan yang
berbeda. Permasalahan utama untuk akuntan adalah bagaimana mengembangkan dan
mengungkapkan informasi yang diperlukan untuk mencerminkan perbedaan-perbedaan
mendasar tersebut. Pembahasan berikut menyajikan standar akuntansi untuk pelaporan
komponen operasi, operasi luar negeri dan pelanggan utama dari suatu entitas.

Secara umum, pelaporan segmen mengacu pada pengungkapan tambahan pendapatan,


keuntungan, aset, dan informasi lainnya untuk segmen industri yang dipilih dari suatu entitas
serta pengungkapan tentang operasi luar negerinya.

1. PSAK 5 menyatakan bahwa pengungkapan segmen harus memasukkan pengukuran laba


atau rugi dari segmen yang dilaporkan. Oleh karena itu, laporan akan sama dengan yang
digunakan untuk tujuan pengambilan keputusan internal Apapun yang digunakan dalam
tujuan pengambilan keputusan untuk mengukur laba atau rugi segmen operasi harus
dilaporkan dalam pengungkapan eksternal.
2. PSAK 5 mendefinisikan segmen usaha sebagai komponen dari suatu perusahaan:
Yang terlibat dalam aktivitas bisnis yang mana memperoleh pendapatan dan
menimbulkan beban (termasuk pendapatan dan beban terkait dengan transaksi dengan
komponen lain dari perusahaan yang sama).

Hasil operasi yang dikaji ulang secara reguler oleh pengambil keputusan operasional
perusahaan untuk membuat keputusan tentang sumber daya yang dialokasikan pada segmen
tersebut dan menilai kinerjanya.

Proses penentuan segmen operasi secara terpisah dilaporkan, yaitu segmen yang terpisah
pengungkapan suplemen harus dilakukan, didasarkan pada spesifikasi manajemen segmen
operasi yang digunakan secara internal untuk mengevaluasi posisi keuangan perusahaan dan

kinerja operasi.

Pengungkapan terpisah tersebut diharuskan untuk segmen yang memenuhi paling tidak satu
dari pengujian berikut : pengujian "10 persen signifikansi" :

1. Uji Pendapatan
2. Uji Laba (Rugi)
3. Uji Aset
B. Reporting Segment Information

Dalam pelaporan segmen, berikut ini harus diungkapkan untuk setiap segmen ditentukan secara
terpisah dilaporkan

1. Informasi umum tentang faktor-faktor yang digunakan untuk mengidentifikasi segmen


dilaporkan entitas.
2. Informasi tentang item yang termasuk dalam penentuan aset segmen.

Informasi tentang pendapatan tertentu dan beban termasuk dalam segmen laba atau rugi yang
dilaporkan, aset segmen, dan dasar pengukuran yang digunakan untuk menentukan
keuntungan. Rekonsiliasi dari 'pendapatan, ukuran laba atau rugi segmen, dan segmen' total
aset segmen dilaporkan terhadap jumlah konsolidasi terkait untuk item-item

1. Perusahaan diperbolehkan untuk menyajikan "empat pengungkapan yang diperlukan"


dalam jadwal yang terpisah atau dalam catatan kaki.
2. Sebagian besar perusahaan pengungkapan catatan kaki ini disertai jadwal.

Laporan Interim harus mengungkapkan hal berikut tentang masing-masing segmen yang
dilaporkan:

a. Pendapatan dari pelanggan eksternal


b. Pendapatan antar segmen
c. Sebuah ukuran laba atau rugi segmen

Jumlah aset yang ada telah terjadi perubahan materi dari laporan tahunan terbaru
Setiap perbedaan dari laporan tahunan terbaru dalam definisi segmen operasi atau bagaimana
laba atau rugi segmen dihitung. Rekonsiliasi dari total laba atau rugi segmen ke jumlah
konsolidasi entitas.

Anda mungkin juga menyukai