Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

ADVANCE 2

“ transaksi dalam mata uang asing “

DOSEN PENGAMPU
Rafida Bangki, SE.,M.Ak.,Ak.,CA

DISUSUN OLEH:
NAMA: Wiwing Sri Cahyanti
NIM : E1 18 003

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SULAWESI TENGGARA
2021
Transaksi Mata Uang Asing
A. Pengertian Valuta Asing
Menurut Eng, Lees dan Mauer (1995:84), pengertian dari valuta asing (foreign
exchange) adalah: “Setiap aset atau tuntutan finansial dalam mata uang asing.” Sedangkan
menurut FASB No.52, valuta asing dapat didefinisikan sebagai: “Acurrency other than an
entity’s functional currency” Pada dasarnya kedua pengertian di atas adalah sama, yang dapat
disimpulkan bahwa valuta asing adalah pertukaran mata uang suatu negara terhadap negara
lainnya. Menurut SAK (1999:10.2), suatu transaksi dalam mata uang asing adalah: “Suatu
transaksi yang didenominasi atau membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang asing.”
Jadi, transaksi dalam mata uang asing merupakan transaksi yang terjadi dalam mata uang
yang berbeda, dan memerlukan penyelesaian juga dalam mata uang yang berbeda pula.

Suatu transaksi dalam mata uang asing adalah suatu transaksi yang didenominasi atau
membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul
ketika suatu perusahaan:

a. membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata
uang asing.
b. meminjam (hutang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi dalam
suatu mata uang asing.
c. menjadi suatu pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana.
d. memperoleh atau melepaskan aktiva, menimbulkan atau melunasi kewajiban, yang
e. didenominasi dalam suatu mata uang asing.

Perusahaan-perusahaan yang beroperasi secara internasional memakai berbagai metode


untuk mengekspresikan dalam satuan valuta domestik, aktiva, kewajiban, pendapatan yang
dinyatakan atau telah dikuantifisir dalam valuta asing. Bagi perusahaan yang memiliki
transaksi valuta asing, perusahaan dihadapkan pada tiga forign exchange exposer yang terdiri
dari:

1. Transaction Exposure
Exposure ini menyangkut pencatatan transaksi valuta asing pada saat terjadinya,
kemudian melakukan pengukuran terhadap kejadian yang mencerminkan ketidakpastian yang
timbul dari perubahan jumlah hak dan kewajiban serta yang menimbulkan laba/rugi yang
nyata.

2. Economic Exposure
Hal ini menyangkut keadaan yang bersifat strategis karena menggambarkan future
earning power yang dapat dipengaruhi oleh adanya peubahan nilai tukar valuta asing.
3. Translation Exposure
Disini diperlukan cara mengukur pengaruh perubahan nilai valuta asing terhadap
laporan keuangan neraca dan hasil usaha suatu perusahaan, terutama dalam menyusun
laporan keuangan konsolidasi accounting exposure akan selalu muncul pada saat penyusunan
laporan keuangan jika di antara akun laporan keuangan bersangkutan terdapat akun atau pos-
pos yang awal kejadiannya dinyatakan dalam valuta asing. Oleh karena itu, perlu dibedakan
metode pencatatan yang antara lain:

Single rate method, menurut metode ini nilai dilaporkan menurut kurs tunggal yang berlaku
pada tanggal neraca.
Current-noncurrent method, menurut metode ini pos-pos valas dibagi dua yaitu:
 Akun lancar (current), dilaporkan menurut kurs yang yang berlaku saat itu (current
rate).
 Akun non lancar (non-current), dilaporkan menurut kurs historis.
 Akun laba rugi dijabarkan dengan kurs rata-rata (average rate), kecuali untuk
penyusutan dan amortisasi dinilai dengan kurs historis (historical rate).
Monetary dan non monetary method, dalam metode ini akun-akun valuta asing perusahaan
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
 Pos moneter, yaitu pos yang nilai aslinya tidak berubah dan dinilai dengan kurs saat
itu (current rate).
 Pos nonmoneter, yaitu pos-pos yang nilai historisnya berubah-ubah tergantung harga
pasar dan untuk itu dinilai dengan historical rate.
Temporal method, yang merupakan modifikasi dari monetary dan nonmonetary method.
Dalam hal ini penentuan kurs didasarkan pada metode pemilihan yang digunakan apakah
market value atau historical value.
Hybrid method, yaitu campuran dari beberapa metode di atas dengan syarat harus
dilaksanakan dengan konsisten.

B. Jenis Perubahan Nilai Kurs Valuta Asing


Perubahan nilai kurs valuta asing umumnya berupa:
Apresiasi atau depresiasi naik atau turunnya nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang
asing yang sepenuhnya tergantung pada kekuatan pasar (permintan dan penawaran valuta
asing) baik dalam ngeri maupun luar negeri.
Devaluasi atau revaluasi naik atau turunnya nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang
asing dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah.
Turunnya nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang asing yang terjadi harian
(depresiasi) sebenarnya mempunyai pengertian sebagaimana devaluasi, tetapi karena
perubahan tersebut sangat kecil, maka tidak dirasakan sebagai devaluasi. Yang dianggap
sebagai devaluasi adalah penurunan nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang asing
yang dinyatakan secara resmi oleh pemerintah, dilakukan secara mendadak, dan ada
perbedaan selisih kurs yang besar antara sebelum dan sesudah devaluasi. Hal ini berlaku juga
untuk apresiasi dan revaluasi.

C. Dasar Pemakaian Kurs Dalam Penjabaran Transaksi Valuta Asing


Pengertian selisih kurs menurut Standar Akuntansi Keuangan (1999:10.1) adalah:
“Selisih yang dihasilkan dari pelaporan jumlah unit mata uang asing yang sama dalam mata
uang pelaporan pada kurs yang berbeda.” Jadi selisih kurs yang terjadi akibat transaksi valuta
asing (foreign exchange contract) harus dilaporkan dalam nilai mata uang rupiah.

Pengakuan selisih kurs menurut Standar Akuntansi Keuangan ditentukan sebagai berikut:
“… apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian
(settlement date) pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing. Bila
timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam periode akuntansi yang sama, maka
selisih kurs diakui pada periode tersebut. Namun, jika timbulnya dan diselesaikannya suatu
transaksi berada dalam beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk
setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing
periode.” (Standar Akuntansi Keuangan 1999:103)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penyelesaian dalam suatu transaksi mata
uang asing harus dilakukan dalam periode akuntansi yang bersangkutan dan juga harus
memperhitungkan adanya selisih kurs yang terjadi dari transaksi tersebut. Transaksi valuta
asing dibukukan berdasarkan kurs pada tanggal transaksi dan pada tanggal neraca, saldo
aktiva dan kewajiban dalam valuta asing harus dijabarkan dengan kurs pada tanggal neraca,
dan selisih kurs yang timbul ditampung dalam perhitungan laba rugi periode usaha yang
bersangkutan. Sedangkan selisih kurs yang terjadi pada saat transaksi sebagai akibat dari
devaluasi atau revaluasi dapat dibebankan atau dikreditkan baik langsung pada periode
berjalan atau ditangguhkan dan diamortisasi selama beberapa periode.

transaksi mata uang asing


Dalam akuntansi, transaksi dalam mata uang asing, atau transaksi mata uang asing, atau
transaksi valuta asing, terjadi ketika entitas mengadakan transaksi dalam mata uang yang
berbeda dengan mata uang fungsional.
Pencatatan dan penyajian transaksi mata uang asing
PSAK 10 mengatur tentang kurs valuta asing mana yang digunakan untuk mengukur kembali
mata uang asing ke dalam mata uang fungsional, yaitu sebagai berikut:

Pada saat pengakuan awal


Transaksi dalam mata uang asing harus dicatat sesuai dengan kurs spot pada tanggal
transaksi. Akan tetapi, untuk alasan kepraktisan, PSAK 10 memperbolehkan penggunaan
kurs yang mendekati kurs spot pada tanggal transaksi (paragraf 22). Sebagai contoh, kurs
rata-rata satu bulan dapat digunakan untuk menyajikan ulang seluruh transaksi dalam mata
uang asing yang terjadi selama bulan tersebut. Meskipun demikian, jika kurs berfluktuasi
secara signifikan maka penggunaan kurs rata-rata untuk periode itu menjadi tidak tepat

Pengertian istilah dan penjelasan


Valuta asing adalah mata uang selain mata uang fungsional entitas. Dalam artikel ini, istilah
valuta asing dan mata uang asing memiliki arti yang sama dan bisa dipertukarkan satu sama
lain.

Pos moneter adalah:


Mata uang yang dimiliki (kas dan setara kas).
Aset lain yang akan diterima dalam mata uang tertentu yang jumlahnya tetap atau dapat
ditentukan.
Liabilitas yang akan dibayarkan dalam mata uang tertentu yang jumlahnya tetap atau dapat
ditentukan.
Fitur utama pos moneter adalah adanya hak untuk menerima (atau kewajiban untuk
menyerahkan) sejumlah mata uang yang jumlahnya tetap atau dapat ditentukan. Contoh pos
moneter adalah pensiun dan imbalan kerja lain yang dibayar dengan kas, provisi yang
diselesaikan secara tunai, dan dividen tunai yang diakui sebagai liabilitas. Sekuritas utang
seperti obligasi juga merupakan contoh pos moneter.

Sebaliknya, fitur utama pos nonmoneter adalah tidak adanya hak untuk menerima (atau
kewajiban untuk menyerahkan) mata uang yang jumlahnya tetap atau dapat ditentukan.
Contoh pos nonmoneter adalah uang muka untuk barang dan jasa (contohnya beban dibayar
di muka dan pendapatan diterima di muka), investasi dalam saham, goodwill, aset tak
berwujud, persediaan, aset tetap, dan provisi yang diselesaikan dengan penyerahan aset
nonmoneter.

 Kurs spot adalah kurs untuk realisasi segera, merepresentasikan kurs yang berlaku
pada tanggal transaksi.

 Kurs penutup adalah kurs spot pada akhir periode pelaporan, merepresentasikan kurs
yang berlaku pada tanggal laporan posisi keuangan.

 Selisih kurs adalah selisih yang dihasilkan dari penjabaran sejumlah tertentu satu mata
uang ke dalam mata uang lain pada kurs yang berbeda.

Selisih kurs yang timbul pada penyelesaian pos moneter atau pada proses penjabaran pos
moneter pada kurs yang berbeda dari kurs pada saat pos moneter tersebut dijabarkan pada
pengakuan awal selama periode atau pada periode laporan keuangan sebelumnya diakui
dalam laba-rugi pada periode saat terjadinya.

Contoh transaksi mata uang asing


Contoh 1:
PT ABC merupakan entitas yang didirikan di Indonesia dengan tahun pelaporan keuangan
berakhir pada tanggal 31 Desember dan menggunakan Rupiah Indonesia (IDR) sebagai mata
uang fungsional. Pada tanggal 15 Mei 2018, PT ABC membeli barang seharga USD100.000
dari XYZ Co. ketika kurs pada saat itu adalah USD1 = IDR9.900. XYZ Co. merupakan
entitas yang didirikan di Amerika Serikat yang menggunakan dolar AS (USD) sebagai mata
uang fungsional.

Berdasarkan PSAK 10, transaksi valuta asing ini harus diakui dalam IDR dengan kurs spot
pada tanggal transaksi, yaitu sebagai berikut:

transaksi valuta asing


Perhatikan, pada tanggal tersebut PT ABC tidak menyerahkan USD kepada siapapun, hanya
menerima faktur yang senilai USD100.000. Nilai faktur itu kemudian diukur kembali pada
pembukuan PT ABC dalam IDR dengan menggunakan kurs spot tanggal transaksi. Utang
usaha biasa juga disebut utang dagang.

Contoh 2:
Diasumsikan pada tanggal 31 Desember 2018, utang usaha PT ABC pada Contoh 1 di atas
belum dibayar. Kurs yang berlaku pada tanggal 31 Desember 2018 adalah USD1 =
IDR10.500. Utang usaha adalah contoh pos moneter (liabilitas), sehingga utang usaha yang
harus dibayar dalam USD dengan jumlah tetap itu harus dilaporkan menggunakan kurs
penutup (31 Desember 2012) sebesar Rp1.050.000.000.

Jurnal penyesuaian untuk menyajikan piutang usaha dengan kurs penutup adalah sebagai
berikut:

transaksi mata uang asing


Karena semula utang usaha itu diakui sejumlah IDR990.000.000, akun itu dikredit
(ditambah) IDR60.000.000. Selisih Kurs didebit (diakui sebagai kerugian) sebesar
IDR60.000.000. Setelah penyesuaian di atas, akun piutang usaha ke XYZ Co. bersaldo
Rp1.050.000.000.

Contoh 3:
Pada tanggal 5 Juni 2018 PT DEF melakukan transaksi pembelian sebidang tanah di Amerika
Serikat untuk tujuan investasi. Sesuai dengan PSAK 13, PT DEF memutuskan untuk
menggunakan metode biaya untuk memperlakukan properti investasi tersebut. Biaya
perolehan tanah adalah USD4.000.000. Kurs yang berlaku pada tanggal 5 Juni 2018 adalah
USD1 = IDR9.500. Kurs pada tanggal 31 Desember 2018 USD1 = IDR9.700.

Dalam contoh ini, properti investasi akan diakui pada tanggal 5 Juni 2018 sebesar
IDR38.000.000.000 (USD4.000.000 × IDR9.500). PropertI investasi adalah contoh pos
nonmoneter dan PT DEF mengadopsi metode biaya, sehingga jumlah yang dilaporkan di
laporan posisi keuangan 31 Desember 2018 adalah biaya historis, yaitu IDR38.000.000.000.

Contoh 4:
Pada tanggal 1 Oktober 2018, PT GHI membeli saham beberapa entitas di Amerika untuk
tujuan spekulasi. Berdasarkan PSAK 55, pelaporan investasi dalam sekuritas untuk tujuan
spekulasi (trading) dilakukan berdasarkan nilai wajar. Biaya investasi saham yang
dikeluarkan PT GHI adalah sebesar USD120.000 dan nilai wajar pada tanggal 31 Desember
2018 adalah sebesar USD165.000. Kurs spot pada tanggal 1 Oktober 2018 dan 31 Desember
2018 masing-masing adalah USD1 = IDR9.700 dan USD1 = IDR9.600.

Pada tanggal 1 Oktober 2018, PT GHI mendebit investasi dalam saham sebagai berikut:

transaksi investasi dalam valuta asing


Meskipun kas yang dibayarkan dalam transaksi ini berupa USD (valuta asing), pada
saat pengakuan awal PT GHI mencatat investasi ini dalam mata uang fungsional (IDR)
dengan kurs spot yang berlaku pada tanggal transaksi, sehingga berjumlah Rp1.164.000.000
(USD120.000 × IDR9.700).

Saham dalam kasus ini adalah contoh pos nonmoneter yang dilaporkan dengan nilai
wajar, sehingga nilai wajar aset itu harus diukur kembali menggunakan kurs yang berlaku
pada saat nilai wajar itu ditentukan, yaitu dengan kurs penutup tanggal 31 Desember 2018.
Jumlah investasi yang harus dilaporkan di laporan posisi keuangan adalah IDR1.584.000.000
(USD165.000 × IDR9.600).

Jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2018 adalah sebagai berikut:


transaksi investasi dalam mata uang asing
Selisih antara nilai wajar investasi dalam saham yang diukur dengan kurs penutup
(IDR1.584.000.000) dengan biaya perolehan yang diukur dengan kurs spot tanggal transaksi
(IDR1.164.000.000), diakui sebagai keuntungan investasi yang tidak direalisasi dan
dilaporkan sebagai komponen penghasilan dalam penghitungan laba-rugi. Karena investasi
bukan pos moneter, tidak ada pengakuan keuntungan/kerugian selisih kurs sebagaimana yang
diatur dalam PSAK 10.
Contoh 5:
PT BATIK merupakan entitas yang didirikan di Indonesia dan menggunakan tahun fiskal
yang berakhir tanggal 31 Desember. Mata uang fungsional PT BATIK adalah Rupiah
Indonesia (IDR).

Pada tanggal 12 Juli 2018, PT BATIK membeli barang dagangan (persediaan) secara kredit
senilai USD10.000 dari SAM Co. Pembayaran oleh PT BATIK dilakukan pada tanggal 20
November 2018.

Kurs pada tanggal 12 Juli 2018 dan 20 November 2018 masing-masing adalah USD1 =
IDR9.400 dan USD1 = IDR9.700.

Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan PSAK 10, bagaimanakah PT BATIK mencatat


pembelian barang dagangan itu pada tanggal 12 Juli 2018? Meskipun pada tanggal tersebut,
PT BATIK hanya menerima faktur dan belum menyerahkan pembayaran dalam USD,
pencatatan dalam pembukuan harus dilakukan dengan mata uang fungsional PT BATIK
(IDR) dengan kurs spot yang berlaku pada tanggal transaksi sebagai berikut:

transaksi mata uang asing


Persediaan adalah aset nonmoneter yang mula-mula diakui dengan biaya perolehan. Utang
usaha dalam USD merupakan liabilitas moneter. Jumlahnya (IDR94.000.000) ditentukan
dengan mengalikan biaya perolehan dalam USD (USD10.000) dengan kurs spot tanggal 12
Juli 2018 (IDR9.400).

Bagaimanakah PT BATIK mencatat pembayaran faktur pada tanggal 20 November 2018?


Meskipun pembayaran USD10.000 mungkin dilakukan dengan USD yang sudah dimiliki,
pencatatan dalam pembukuan PT BATIK tetap menggunakan IDR (mata uang fungsional)
sebagai berikut:

transaksi dalam mata uang asing

Perhatikan, jumlah utang usaha diukur kembali dengan kurs spot tanggal 20 November 2018
sehingga menjadi bersaldo IDR97.000.000. Selisihnya dengan jumlah utang yang mula-mula
dicatat (IDR94.000.000), yaitu sebesar IDR3.000.000 merupakan kerugian selisih kurs yang
diakui sebagai komponen beban dalam laba-rugi. Jurnal penyelesaian utang di atas bisa
digabungkan menjadi satu jurnal sebagai berikut:

transaksi valuta asing


Contoh 6:
Kembali ke kasus PT BATIK sebagaimana diilustrasikan pada Contoh 5. Asumsikan, utang
usaha PT BATIK baru dilunasi pada tanggal 8 Februari 2019. Kurs spot yang berlaku pada
tanggal 31 Desember 2018 (tanggal laporan posisi keuangan) adalah USD1 = IDR9.500,
sedangkan pada tanggal8 Februari 2019 (saat pelunasan) adalah USD1 = IDR9.700.

Apa saja jurnal yang diperlukan dan bagaimana cara mencatat transaksi-transaksi di atas
dalam pembukuan PT BATIK? Secara akuntansi, ada tiga kejadian yang perlu dicatat dalam
pembukuan PT BATIK, yaitu pada 12 Juli 2018 (ketika faktur/barang diterima), 31 Desember
2018 (tanggal laporan posisi keuangan), dan 8 Februari 2019 (ketika faktur dibayar). Jurnal-
jurnal dimaksud disajikan sebagai berikut:

transaksi mata uang asing

Perhatikan, utang usaha yang merupakan pos moneter diukur kembali pada tanggal 31
Desember 2018 (pada saat tutup buku) dan 8 Februari 2019 (sesaat sebelum dihentikan
pengakuannya).

Berapakah utang usaha PT BATIK kepada SAM Co. pada 31 Desember 2018 dan 8 Februari
2019? Pada 31 Desember 2018, utang usaha dilaporkan berjumlah IDR95.000.000
(USD10.000 × IDR9.500). Pada 8 Februari 2019, utang usaha diukur kembali sehingga
menjadi berjumlah IDR97.000.000 (USD10.000 × IDR9.700).

Berapakah kerugian selisih kurs yang diakui masing-masing pada tahun 2018 dan 2019?
Kerugian selisih kurs yang diakui pada 2018 adalah IDR1.000.000 (IDR95.000.000 –
IDR94.000.000) dan pada 2019 adalah IDR2.000.000 (IDR97.000.000 – IDR95.000.000).

Contoh 7:
Lincoln Co. adalah perusahaan multinasional yang berpusat di Amerika Serikat. Pada tanggal
31 Desember 2018, Lincoln Co. memiliki piutang usaha yang bersaldo USD81.300 dan utang
usaha yang bersaldo USD38.900 sebelum dibuat ayat jurnal penyesuaian.

Analisis saldo kedua akun buku besar itu mengungkapkan hal-hal berikut:
Piutang usaha
USD28.500 dalam mata uang fungsional (USD).
SEK20.000 (Swedish Krona), dinyatakan dalam USD dengan kurs spot tanggal transaksi
menjadi USD11.800.
GBP25.000 (British pound sterling), dinyatakan dalam USD dengan kurs spot tanggal
transaksi menjadi USD41.000.
Utang usaha
USD6.850 dalam mata uang fungsional (USD).
CAD10.000 (Canadian dollar), dinyatakan dalam USD dengan kurs spot tanggal transaksi
menjadi USD7.600.
GBP15.000 (British pound sterling), dinyatakan dalam USD dengan kurs spot tanggal
transaksi menjadi USD24.450.
Kurs spot untuk SEK, GBP, dan CAD pada tanggal 31 Desember 2018 berturut-turut adalah
USD0,66, USD1,65, dan USD0,70.

Berapakah jumlah piutang usaha yang seharusnya dilaporkan dalam laporan posisi keuangan
tanggal 31 Desember 2018? Jumlah piutang usaha pada akhir 2018 adalah USD82.950,
dihitung sebagai berikut:
transaksi mata uang asing
Berapakah jumlah utang usaha yang seharusnya dilaporkan dalam laporan posisi keuangan
tanggal 31 Desember 2018? Jumlah utang usaha pada akhir 2018 adalah USD38.600,
dihitung sebagai berikut:
transaksi valuta asing
Berapakah jumlah keuntungan/kerugian selisih kurs neto yang seharusnya dilaporkan dalam
laba-rugi Lincoln Co. untuk tahun 2018 terkait piutang usaha dan utang usaha di atas? Jumlah
piutang usaha per pembukuan adalah USD81.300 (USD28.500 + USD11.800 + USD41.000).
Jumlah piutang usaha yang diukur kembali dengan kurs spot 31 Desember 2018 adalah
USD82.950. Selisihnya, yaitu USD1.650 merupakan keuntungan selisih kurs.

Jumlah utang usaha per pembukuan adalah USD38.900 (USD6.850 + USD7.600 +


USD24.450). Jumlah utang usaha yang diukur kembali dengan kurs spot 31 Desember 2018
adalah USD38.600. Selisihnya, yaitu USD300 ini juga merupakan keuntungan selisih kurs.

Dengan demikian, jumlah neto selisih kurs merupakan keuntungan, berjumlah USD1.950
(USD1.650 + USD300).
Bagaimana cara mencatat penerimaan kas dari semua piutang usaha di atas pada tanggal
tertentu di tahun 2019 ketika kurs spot SEK dan GBP berturut-turut adalah USD0,67 dan
USD1,63? Jurnal untuk mencatat penerimaan kas dari piutang dalam USD adalah sebagai
berikut:

transaksi mata uang asing


USD adalah mata uang fungsional Lincoln Co., sehingga tidak ada keuntungan atau
kerugian selisih kurs dari transaksi di atas.
Jurnal untuk mencatat penerimaan kas dari piutang dalam SEK adalah sebagai berikut:

transaksi mata uang asing


Perhatikan, jumlah-jumlah dalam jurnal di atas adalah dalam USD (mata uang fungsional).
Saldo Piutang Usaha (SEK) sebelum penghentian pengakuan adalah USD13.400 (SEK20.000
× USD0,67). Penyelesaian piutang itu mengakibatkan selisih kurs sebesar USD200
(USD13.400 – USD13.200) yang merupakan keuntungan.

Jurnal untuk mencatat penerimaan kas dari piutang dalam GBP adalah sebagai berikut:
transaksi mata uang asing

Perhatikan, jumlah-jumlah dalam jurnal di atas adalah dalam USD (mata uang fungsional).
Saldo Piutang Usaha (GBP) sebelum penghentian pengakuan adalah USD40.750
(GBP25.000 × USD1,63). Penyelesaian piutang itu mengakibatkan selisih kurs sebesar
USD500 (USD40.750 – USD41.250) yang merupakan kerugian.

Bagaimana cara mencatat pembayaran kas untuk melunasi semua utang usaha di atas pada
tanggal tertentu di tahun 2019 ketika kurs spot ketika kurs spot CAD dan GBP berturut-turut
adalah USD0,71 dan USD1,62?
REFERENSI
https://diaryintan-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/diaryintan.wordpress.com/2011/04/27/transaksi-valuta-
asing/amp/?usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D&amp_js_v=a6&amp_gsa=1#referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&csi=0&ampshare=https%3A%2F%2Fdiaryintan.wordpress.com
%2F2011%2F04%2F27%2Ftransaksi-valuta-asing%2F

https://www.warsidi.com/2018/04/transaksi-mata-uang-asing.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai