BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan
kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar
1. Aset
2. Liabilitas
3. Ekuitas
6. Arus kas.
dijadikan sarana dalam memprediksi perusahaan dimasa yang akan datang dan
yang merupakan terbitan terbaru. Dalam SFAC No. 8 dijabarkan tujuan umum
entitas pelapor dimana informasi tersebut berguna untuk para stakeholders yang
membuat keputusan. Tujuan umum dari pelaporan keuangan ini bukan didesain
Gambar 2.1
Semua
Informasi
Financial
yang berguna
reporting dalam
pengambilan
Area yang
secara langsung
keputusan
terpengaruhFAS
Basic B
Scope of
recognition and financial
measurement statements
conceptas
statements
informasi dari pelaporan keuangan yang memiliki tujuan sebagai panduan dalam
sebagai berikut:
the statements themselves, the note to the statements, and the supplementary
disclosure associated with the statements. It does not extend to public or private
statements”.
arus kas, dan profitabilitas perusahaan di masa depan. Informasi yang akan
secara spesifik dalam standar akuntansi atau peraturan lain. Informasi dapat
laporan auditor, dan komunikasi manajemen dalam bentuk surat atau pernyataan
resmi (Suwardjono, 2008). Saat ini belum ada standar yang mengaturmengenai
yang baik akan meningkatkan keberhasilan bisnis dalam dunia usaha secara
yang wajar
yang terjadi. Sehingga perlu dilihat informasi mana yang penting untuk disajikan
sosial adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan
tanggung jawab perusahaan dapat dibagi menjadi tiga level sebagai berikut:
pada level ini tidak dipenuhi akan menimbulkan dampak yang sangat
serius.
Pada level ketiga, menunjukan tahapan ketika interaksi antara bisnis dan
lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam
dokumen strategik yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan
18
tempat perusahaan beroperasi. Hal ini sejalan dengan legitimacy theory yang
perusahaan (Tilt, 1994, dalam Haniffa dkk., 2005). Jika terjadi ketidakselarasan
antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan akan
tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang
Undang Undang No. 40 Tahun 2007 pasal 66 ayat (2) tentang Perseroan
(voluntary).
kinerja sosial.
tenaga kerja, produk, krterlibatan masyarakat dan umum (Hackson dan Milne
Menurut Gray et.al., (1995b) dalam Sembiring (2003) ada dua pendekatan
informasi dalam hubungan masyarakat dan organisasi. Pandangan yang lebih luas
perusahaan.
Salah satu kondisi yang menyebabkan perbedaan antara agen dan pemilik,
informasi ini. Shields dan Young (1993) dalam Fitri (2004) jugamengemukakan
Hal ini jelas akan memberikan pengaruh kepada investor dimana akan sulit secara
perusahaan kepada investor luar yang kurang relevan, disebabkan manajer lebih
memberikan informasi yang bias dan tidak relevan. Akibatnya akan sulit sekali
bagi pemegang saham dan kreditur untuk mengamati secara langsung tingkat
Konflik kepentingan bisa terjadi karena ada kemungkinan agent tidak selalu
keagenan terdapat tiga asumsi sifat manusia, yaitu : (1) pada dasarnya manusia
persepsi masa depan sangat terbatas (bounded rationality), dan (3) manusia selalu
pilihan kebijakan akuntansi oleh manajer untuk berbagai tujuan spesifik dimana
24
melakukan manajaemnlaba.
saham, tingkat keuntungan atau laba yang dicapai oleh manajemen menunjukkan
kinerja yang dilakukan oleh manajemen sehingga pemegang saham akan percaya
bahwa kinerja manajemen perusahaan bagus karena tingkat labanya yang tinggi.
Kedua, perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada
dapat meningkatkan pendapatan maupun laba sehingga memberi posisi yang lebih
baik dalam negosiasi penjadwalan utang dengan pihak kreditor. Ketiga, laba yang
Healy (1985) menyatakan bahwa ada dua pendekatan yang dapat digunakan
jenis akrual, dimana akrual secara luas didefinisikan sebagai porsi item
penerimaan dan pengeluaran (revenue and expenses) pada laporan laba-rugi yang
tidak direpresentasikan oleh arus kas; dan kedua, perubahan kebijakan akuntansi.
total akrual. Asumsi yang digunakan adalah akrual non-diskresi relatif kecil
terhadap akrual diskresi, sehingga total akrual tinggi mengandung akrual diskresi
tinggi. Total akrual dapat dihitung dengan dua cara. Pertama, menghitung
25
perubahan setiap akun neraca yang merupakan subyek akrual; dan kedua,
dideteksi dari empat items akrual yaitu: biaya amortisasi, peningkatan net
account) yang merupakan hasil dari estimasi yang kurang konservatif. Hal ini
dan pencatatan saldo piutang pada awal dan akhir periode. Namun, jika
Penurunan utang dagang dan kewajiban akrual juga merupakan akrual diskresi,
dengan asumsi bahwa penurunan ini berasal dari manajemen yang lebih optimistic
manage akrual yang mengarah pada persistensi laba (Sloan, 1996; Dechow dan
Dichev, 2002). Hal ini dapat dilakukan dengan cara memperbaiki kualitas laporan
Manajemen laba didorong oleh beberapa motivasi. Scott (1997) dalam Dwi
Apriyani (2006) berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang dapat memotivasi
terima. Hal yang sama akan dilakukan oleh manajer dengan kinerja yang
para investor maka manajer akan berusaha untuk menaikkan jumlah laba
yang dilaporkan.
28
Praktek manajemen laba dapat ditinjau dari dua perspektif yang berbeda,
yaitu:
1. Etika Bisnis
laba.
Tinjauan etika manajemen laba yang dilihat dari sudut pandang teori
Godfrey, Hodgson dan Holmes (1997) menjelaskan bahwa riset dan teori
akuntansi positif didasarkan pada asumsi mengenai perilaku individu yang terlibat
keputusan kepada agen. Baik principal maupun agen, kedua-duanya adalah utility
maximizer, maka tidak ada alasan yang dapat diyakini bahwa agen akan selalu
muncul karena adanya perilaku oportunis dari agen, yaitu perilaku manajemen
1. Taking a bath
Dalam bentuk ini manajer akan menurunkan laba untuk tujuan tertentu,
Dalam bentuk ini manajer akan berusaha menaikkan laba untuk tujuan
bahwa tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas adalah merupakan tindakan
yang diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan sistem norma, nilai, kepercayaan
dan definisi yang dikembangkan secara sosial (Suchman, 1995 dalam Rosita
agar kongruen dengan masyarakat luas. Gray et al (1996:46) dalam Ahmad dan
(society), pemerintah individu dan kelompok masyarakat. Untuk itu, sebagai suatu
atau sesuai (congruent) dengan eksistensi sistem nilai yang ada dalam masyarakat
Dasar pemikiran teori ini adalah organisasi atau perusahaan akan terus
untuk sistem nilai yang sepadan dengan sistem nilai masyarakat itu sendiri. Teori
strategi perusahaan.
2.8. PengembanganHipotesis
bisa digambarkan dengan teori legitimasi. teori legitimasi ini hampir memiliki
batasan dan norma yang ada pada masyarakat. Teori legitimasi ini akan merujuk
pada teori etika karena legitimasi mendasarkan pada norma dan batasan yang ada
yang secara etika tidak bisa diterima kebanyakan orang terjadi lebih sedikit pada
perusahaan yang memiliki komitment yang kuat atas tanggung jawab sosial.
akan secara langsung berpengaruh terhadap manajemen laba jika melihat hal
CSR yang lebih banyak akan berdampak pada manajemen laba yang lebih kecil
33
pengungkapan items CSR yang sedikit maka terindikasi adanya manajemen laba
karena adanya 2 perbedaan dasar teori yang digunakan dalam melihat hubungan
tersebut. Kim, Park, dan Wier (2010) menemukan bahwa perusahaan yang
memiliki CSR melakukan manajemen laba yang lebih kecil dengan melalui
mengenai CSR reporting and earnings management: the role of politacal cost.
Hasil yang menemukan hubungan postif bisa dilihat dari penelitiaan Chih
Manajer yang memenuhi semua aspek dari stakeholder akan berupaya melakukan
manajemen laba dengan harapan untuk dapat memberikan sinyal positif kepada
34
semua pihak. Diego Prior (2007) menemukan hubungan positif dan significant
sebagai variabel moderating tidak menemukan kaitan yang positif dan signifikan
manajemen laba