AKUNTANSI MANAJEMEN
“Informasi Akuntansi Penuh (full accounting information) ”
Disusun Oleh :
Acep Sutandi 41152020160
Neni Astini 41152020160134
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
FAKULTAS EKONOMI
Jl. Karapitan No.116 Bandung 40261
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini
yang berjudul “ Informasi Akuntansi Penuh “
Tugas ini dibuat dengan mengacu pada sumber tertulis dan juga berbagai sumber
sebagai landasan pemikiran. Kami menyadari bahwa pembuatan tugas ini tidak luput dari
segala kekurangan dan kesempurnaan. Namun kami telah mengusahakan yang terbaik bagi
pembuatan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB III ....................................................................................................................................................... 54
PENUTUP ................................................................................................................................................. 54
3.1. Kesimpulan ...............................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 56
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dan rekayasanya sangatlah penting untuk diketahui.setelah mengetahui
konsep,karakteristik dan pengembangan manajemen.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Unsur yang membentuk informasi akuntansi penuh adalah total aktiva, total
pendapatan, dan/atau total biaya. Jika informasi akuntansi penuh berupa
aktiva maka informasi ini disebut dengan aktiva penuh (full assets). Jika
informasi akuntansi penuh berupa seluruh sumber yang dikorbankan untuk
suatu objek informasi maka informasi ini disebut dengan biaya penuh (full
costs). Jika informasi akuntansi penuh berupa pendapatan maka informasi
ini disebut dengan pendapatannya penuh (full revenues).
2. Informasi akuntansi penuh selalu bersangkutan dengan objek informasi.
Dalam hubungannya dengan objek informasi, informasi akuntansi penuh
merupakan informasi akuntansi langsung yang terjadi dalam objek informasi
tertentu ditambah dengan bagian yang adil informasi akuntansi tidak
langsung yang dibebankan kepada objek informasi. Jika informasi akuntansi
penuh berupa aktiva, aktiva penuh adalah aktiva langsung yang
bersangkutan dengan objek informasi ditambah dengan bagian yang adil
3
aktiva tidak langsung yang menjadi tanggung jawab objek informasi tersebut.
Jika informasi akuntansi penuh berupa biaya, biaya penuh adalah biaya
langsung objek informasi ditambah bagian yang adil biaya tidak langsung
yang menjadi beban objek informasi tersebut. Jika informasi akuntansi penuh
berupa pendapatan, pendapatan penuh adalah pendapatan langsung suatu
objek informasi ditambah dengan bagian yang adil pendapatan tidak
langsung yang menjadi hak objek informasi tersebut.
2.1.2 Perbedaan Full Accounting Information, Full Cost, dan Full Costing
1. Full accounting information terdiri dari unsur full assets, full revenues,
dan/atau full costs. Full costs merupakan salah satu unsur full accounting
informa-tion.
2. Full cost merupakan total biaya yang bersangkutan dengan objek informasi.
Jika objek informasi berupa produk, full cost merupakan total biaya yang
bersangkutan dengan produk tersebut. Perhitungan full cost suatu produk
dipengaruhi oleh metode penentuan kos produk yang digunakan : full costing
atau variable costing, activity-based costing.
3. Full costing merupakan salah satu metode penentuan kos produk, yang
membebankan seluruh biaya produksi sebagai kos produk, baik biaya
produksi yang berperilaku variabel maupun tetap. Jika perusahaan
menggunakan pendekatan full costing dalam penentuan kos produksinya, full
cost merupakan total biaya produksi (biaya bahan baku + biaya tenaga kerja
langsung + biaya overhead pabrik variabel + biaya overhead pabrik tetap)
ditambah dengan total biaya nonproduksi (biaya administrasi & umum +
biaya pemasaran). Lihat Gambar 2.1 yang memperlihatkan unsur yang
membentuk full cost yang menggunakan pendekatan full costing dalam
penentuan kos produksinya.
4
Full cost dapat pula dihitung dengan menggunakan pendekatan variable
costing dalam perhitungan kos produksinya. Variable costing merupakan salah
satu metode penentuan kos produk, di samping full costing, yang membebankan
hanya biaya produksi yang berperilaku variabel saja kepada produk. Jika
perusahaan menggunakan pendekatan variable costing dalam penentuan kos
produksinya, full cost merupakan total biaya variabel (biaya bahan baku + biaya
tenaga kerja langsung + biaya overhead pabrik variabel + biaya administrasi &
umum variabel + biaya pemasaran variabel) ditambah dengan total biąya tetap
biaya overhead pabrik tetap + biaya administrasi & umum tetap + biaya
pemasaran tetap). Lihat Gambar 2.2 yang memperlihatkan unsur yang
membentuk full cost yang menggunakan pendekatan variable costing dalam
penentuan kos produksinya.
5
Full costing dan variable costing sesungguhnya merupakan metode
penentuan kos sediaan (inventory costing), karena kedua metode tersebut
ditujukan terutama untuk keperluan penilaian sediaan ( inventory valuation) yang
dalam neraca dan dalam perhitungan laba-rugi bagi pihak luar perusahaan.
Karena ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pihak luar, full costing dan variable
cosa ing hanya memfokuskan biaya penuh yang bersangkutan dengan produk,
terbatas pada biaya-biaya yang terjadi dalam fase produksi saja. Biaya-biaya
yang terjadi dalam fase desain dan pengembangan produk serta biaya distribusi
tidak dimasukkan sebagai biaya penuh produk (full cost of product), namun
diperlakukan sebagai biaya periode (period costs). Selain itu, full costing hanya
secara sederhana mengelompokkan biaya menurut fungsi pokok organisasi
perusahaan manufaktur, sehingga biaya dikelompokkan menjadi biaya produksi
(yang terjadi di fungsi produksi) dan biaya nonproduksi (biaya yang terjadi di
fungsi seperti fungsi pemasaran dan fungsi administrasi dan umum). Biaya
produksi merupakan komponen biaya penuh produk, sedangkan biaya
pemasaran dan biaya administrasi dan umum diperlakukan sebagai biaya
periode dalam full costing.
6
sediaan (inventory valuation) yang dicantumkan dalam neraca dan dalam
perhitungan laba-rugi bagi pihak luar perusahaan, maka perbaikan yang
dilakukan oleh variable costing hanya terbatas pada biaya fase produksi saja.
Variable costing hanya memperhitungkan biaya penuh produk terbatas pada
biaya produksi variabel saja. Biaya produksi tetap diperlakukan sebagai biaya
periode. Selain itu, variabilitas biaya menurut variable costing hanya
dihubungkan dengan aktivitas yang bersangkutan dengan jumlah produk yang
diproduksi (unit-level actvities). Oleh karena itu, jika biaya penuh produk tidak
hanya bervariasi dalam hubungannya dengan jumlah produk yang dihasilkan
(unit-level activities), namun sebagian besar yang lain bervariasi dengan aktivitas
yang bersangkutan dengarn batch produksi (batch-related activities) dan aktivitas
yang bersangkutan dengan produk (product-related activities), maka biaya penuh
produk menurut variable costing tidak menggambarkan secara cermat sumber
daya yang dikorbankan untuk produk.
7
Full costing dan variable costing merupakan metode penentuan kos
produk konvensional, yang dirancang berdasarkan kondisi teknologi manufaktur
ada masa lalu. Dengan digunakannya secara luas teknologi informasi dalam
proses pengolahan produk dan dalam pengolahan informasi keuangan, activity-
based costing menjadi alternatif metode penentuan kos produk konvensional.
8
Rincian biaya setiap jenis aktivitas desain, produksi, dan distribusi produk
dalam lingkungan manufaktur maju adalah sebagai berikut:
1. Unit-level activity costs. Biaya ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang
dihasilkan. Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya energi,
dan biaya angkutan adalah contoh biaya yang termasuk dalam golongan ini.
Biaya ini dibebankan kepada produk berdasarkan jumlah unit produk yang
dihasilkan.
2. Batch-related activity costs. Biaya ini berhubungan dengan jumlah batch
produk yang diproduksi. Setup costs, yang merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk menyiapkan mesin dan ekuipmen sebelum suatu order
produksi diproses, biaya,angkutan bahan baku dalam pabrik, biaya inspeksi,
biaya order pembelian adalah contoh biaya yang termasuk dalam golongan
biaya ini. Besar atau kecilnya biaya ini tergantung dari frekuensi order
produksi yang diolah oleh fungsi produksi. Biaya ini tidak dipengaruhi oleh
jumlah unit produk yang diproduksi dalam setiap order produksi.
9
4. Facility-sustaining activity. Biaya ini berhubungan dengan. kegiatan untuk
mempertahankan kapasitas yang dimiliki perusahaan costs. Biaya depresiasi
dan amortisasi, biaya asuransi, biaya gaji karyawan kunci perusahaan
adalah contoh jenis biaya termasuk dalam golongan facility-sustaining
activity-based costs. Biaya ini dibebankan kepada produk atas dasar taksiran
unit produk yang dihasilkan pada kapasitas normal divisi penjual.
1. Pelaporan keuangan.
2. Analisis kemampuan menghasilkan laba (profitability analysis).
3. Jawaban atas pertanyaan "berapa biaya yang telah dikeluarkan untuk
sesuatu?"
4. Penentuan harga jual dalam cost-type contract.
5. Penentuan harga jual normal.
6. Penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan Pemerintah.
7. Penyusunan program.
10
Dalam laporan laba-rugi pada Gambar 2.6 tersebut, manajemen
menyajikan informasi akuntansi penuh, yang berupa informasi masa lalu, yang
terdiri dari pendapatan penuh dan biaya penuh. Pendapatan penuh yang
disajikan untuk pemakai luar harus sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim,
yang hanya berisi pendapatan yang diperoleh perusahaan dari penjualan produk
atau jasa kepada pihak luar. Jika antarunit organisasi perusahaan terjadi
penjualan produk atau jasa, pendapatan penuh tidak boleh berisi pendapatan
dari penjualan intern perusahaan tersebut. Biaya penuh yang disajikan untuk
pemakai luar juga harus sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim. Biaya
produksi yang merupakan pemakai luar unsur biaya penuh harus ditentukan
menurut metode full costing.
11
Jika perusahaan menggunakan pendekatan variable costing dalam
penentuan kos produk, laporan laba-rugi yang berisi informasi akuntansi penuh
disajipada Gambar 2.8.
12
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa unsur informasi
akuntansi penuh untuk kepentingan pelaporan kepada pihak luar perusahaan
adalah berbeda dengan unsur informasi akuntansi penuh untuk kepentingan
pelaporan keuangan kepada pihak intern perusahaan. Pelaporan keuangan
untuk pihak luar perusahaan memerlukan informasi akuntansi penuh yang
disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang lazim, sedangkan pelaporan
keuangan untuk pihak intern perusahaan memerlukan informasi akuntansi penuh
yang penyusunannya tidak terikat pada prinsip akuntansi yang lazim.
13
Dari analisis kemampuan menghasilkan laba menurut produk seperti
terlihat pada Gambar 2.9 tersebut, manajemen akan dapat memperoleh
informasi sumber-sumber penyebab timbulnya laba atau rugi dari tiap-tiap produk
yang diproduksi perusahaan. Pada Gambar 2.8 tersebut, biaya penuh masing-
masing produk digolongkán menurut 4 kelompok aktivitas (activities): aktivitas
mempertahankan fasilitas (facility sustaining activities), aktivitas empertahankan
produk (product sustaining activities), aktivitas yang bersangkutan dengan batch
produk (batch-related activities), dan aktivitas yang bersangkutan dengan unit
yang dihasilkan (unit-level activities), sehingga dengan penyajian biaya seperti
ini, manajemen akan dengan mudah memperoleh informasi konsumsi sumber
daya (resources) oleh setiap aktivitas untuk memproduksi dan memasarkan
produk. Berdasarkan informasi biaya menurut aktivitas ini manajemen berada
dalam posisi dapat mengendalikan berbagai aktivitas pokok perusahaan.
14
membandingkan laba bersilh dengan aktiva yang digunakan olch pusat laba
tersebut untuk mendapatkan laba tersebut. Dalam hal ini diperlukan informasi
pendapatan penuh dan informasi biaya penuh untuk menghitung laba bersih dan
informasi aktiva penuh pusat laba tersebut, sehingga dapat dihitung besarnya
tarif kembalian investasi dengan rumus berikut ini:
Contoh 2
Divisi Produk Konsumen merupakan salah satu divisi dari 3 divisi yang
dimiliki oleh PT A. Aktiva penuh divisi tersebut pada tanggal 31 Desember 20X2
adalah Rp4.000.000.000. Beban modal atas investasi dalam aktiva tersebut
sebesar 20%. Pendapatan penuh yang diperoleh divisi tersebut dalam tahun
20X2 adalah Rp3.600.000.000, sedangkan biaya penuh yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan tersebut adalah Rp2.400.000.000. Kemampuan Divisi
Produk Konsumen diukur dengan cara menghitung tarif kembalian investasi atau
re-sidual income sebagai berikut:
15
Rp3.600.000.000- Rp2.400.000.000
Tarif kembalian investasi = = 30%
Rp4.000.000
Residual income:
16
Di antara berbagai konsep laba tersebut, konsep laba bersih divisi adalah
yang cocok digunakan untuk kepentingan pengukuran kemampuan
menghasilkan laba divisi, karena di dalamnya telah diperhitungkan informasi
pendapatan penuh dan informasi biaya penuh, sehingga mencerminkan semua
faktor penentu kemampuan menghasilkan laba divisi.
1. Kas, piutang dagang, sediaan, dan aktiva tetap yang digunakan langsung
oleh divisi adalah contoh aktiva yang dengan mudah dapat diperhitungkan
sebagai investasi dalam suatu divisi
2. Aktiva divisi yang berasal dari sumber yang tidak memerlukan biaya (inter-est
free) tidak diperhitungkan dalam investment base. Manajer divisi tidak dapat
diukur kinerjanya dari penggunaan aktiva yang tidak memerlukan biaya untuk
17
mendapatkannya. Jika sediaan diperoleh dari pembelian kredit saldo utang
dagang yang tercantum di neraca dikurangkan dari saldo diaan dalam
perhitungan investment base, karena utang dagang merupakan kewajiban
yang tidak berbunga.
3. Divisi tidak dapat dibebani dengan sebagian aktiva kantor pusat, kecuali jika
aktiva kantor pusat tersebut dapat diidentifikasikan secara langsung dengan
kegiatan divisi tersebut.
4. Aktiva divisi yang tidak digunakan secara langsung untuk memperoleh
pendapatan divisi harus dikeluarkan dari perhitungan investasi divisi. Sebagai
contoh adalah investasi dalam bentuk surat berharga, baik untuk jangka
pendek maupun untuk jangka panjang. Aktiva ini merupakan kekayaan divisi
yang ditanamkan dalam perusahaan lain. Oleh karena itu, baik penghasilan
(bunga, dividen) maupun aktivanya sendiri tidak dapat diperhitungkan dalam
penentuan kembali investasi. Konstruksi dalam pelaksanaan juga tidak dapat
diperhitungkan sebagai investasi karena aktiva tersebut belum dapat
mendatangkan pendapatan divisi, begitu juga aktiva tetap yang belum
digunakan dalam kegiatan produktif divisi ( misalnya tanah yang belum
digunakan untuk usaha).
5. Aktiva yang menganggur dalam suatu divisi, namun masih dapat
dimanfaatkan usaha divisi lain, dapat dikeluarkan dari perhitungan investment
base bijakan ini dapat mendorong manajer divisi untuk melepaskan aktiva
yang rendah pemanfaatannya ke divisi lain yang mampu memanfaatkan
aktiva tersebut lebih baik.
Dengan demikian, untuk mengukur kemampuan menghasilkan laba divisi
bagi kepentingan intern perusahaan, unsur dan nilai aktiva yang diperhitungkan
dalam kembalian investasi tidak sama dengan unsur dan nilai aktiva yang
tercantum dalam neraca divisi. Unsur-unsur aktiva yang tidak secara langsung
menghasilkan laba divisi tidak diperhitungkan dalam kembalian investasi.
Sebaliknya untuk aktiva-aktiva yang tidak tercantum dalam neraca divisi, namun
memberikan kontribusi dalam menghasilkan laba divisi (aktiva kantor pusat)
diperhitungkan dalam penghitungan kembalian investasi divisi. Dengan demikian
dalam penghitungan kemampuan menghasilkan laba divisi, informasi aktiva
penuh yang terdiri dari aktiva langsung divisi (yang secara langsung
menghasilkan laba divisi) ditambah bagian yang adil aktiva tidak langsung
(sebagian aktiva kantor pusat yang ikut serta menghasilkan laba divisi)
diperhitungkan sebagai penyebut rumus kembalian investasi divisi.
Contoh 3
18
Misalnya manajemen puncak diminta oleh kreditur jangka panjang dan
pemegang saham untuk melaporkan kemampuan menghasilkan laba
perusahaan. Kembalian investasi yang dihasilkan akan memperlihatkan
kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban
pembayaran dividen dan bunga utang jangka panjang. Dari data pada Gambar
2.11, perhitungan kembalian investasi dilakukan dengan lebih dulu
menambahkan biaya bunga utang jangka panjang (sebesar 4% x Rp50.000.000
= Rp2.000.000) kepada laba bersih sebelum pajak. Sebagai hasilnya laba bersih
naik dari Rp10.500.000 menjadi Rp 12.500.000, dan kembalian investasi PT
Rimendi dalam tahun 20X1 adalah sebesar 10,4% [
Rp12.500.000/(Rp150.000.000 - Rp30.000.000)].
19
Metode penilaian kemampuan menghasilkan laba ini menitikberatkan
pada perhitungan kembalian investasi yang dihasilkan dari investasi yang
dilakukan oleh pemegang sahamı dalam perusahaan. Dari data pada Gambar
2.9, kembalian investasi PT Rimendi dalam tahun 20X1 adalah sebesar 15%
(Rp10.500.000 : Rp70.000.000).
2.2.3 Jawaban atas Pertanyaan "Berapa Biaya yang telah Dikeluarkan untuk
Sesuatu?"
Manajemen secara rutin memerlukan informası biaya yang telah
dikeluarkan oleh perusahaan untuk suatu objek biaya seperti produk, keluarga
produk, jasa aktivitas, pusat biaya, atau perusahaan secara keseluruhan.
Pertanyaan "Berapabiaya yang telah dikeluarkan untuk sesuatu" dapat dijawab
dengan menyajikan informasi biaya penuh yang bersangkutan dengan objek
biaya.
Biaya penuh yang telah dikeluarkan untuk sesuatu berperan bagi manajemen
dalam:
20
Contoh 4
Contoh 5
21
Contoh 6
22
menggambarkan seluruh aktivitas perusahaannya, manajemen dasar untuk
memproyeksikan tindakan-tindakan yang diambil oleh pesaing dipasar.
23
memproduksi sendiri komponen produk tersebut. Jika harga beli komponen
tersebut dari pemasok luar lebih rendah daripada biaya penuh yang telah
dikeluarkan untuk memproduksi komponen produk tersebut, maka penghematan
ini yang memicu pertimbangan membeli atau membuat sendiri.
24
aktivitas secara berkelanjutan (continual improvement) yang digunakan untuk
menghasilkan produk atau jasa pengumpulan informasi biaya penuh masa
lalu ditunjukkan untuk memberikan kemudahan dalam menghilangkan
berbagai pemborosan terjadi dalam aktivitas untuk menghasilkan produk atau
jasa.
Untuk memungkinkan manajemen melakukan penyempurnaan secara
berkelanjutan terhadap aktivitas pembuatan produk atau penyerahan jasa,
mereka perlu mengidentifikasi aktivitas-penambah dan bukan-penambah nilai
sebagaidasar mereka untuk melakukan pengelolaan aktivitas (activity
management)Pengelolaan aktivitas memerlukan perencanaan penghilangan
dan penguranganaktivitas-bukan penambah nilai dan pemilihan serta
pembagian aktivitaspenambah nilai. Manajemen memerlukan hasil
pelaksanaan rencana pengelola aktivitas berupa biaya aktivitas-penambah
dan bukan-penambah nilai, sehingga mereka memperoleh umpan balik
pengurangan biaya yang diperoleh dari pelaksanaan program pengelolaan
aktivitas. Umpan balik ini bermanfaat untuk ngambilan keputusan stratejik,
seperti penentuan harga jual produk dan keputusan membeli atau membuat
sendiri. Informasi biaya-penambah dan bukan penambah nilai dihasilkan oleh
activity-based responsibility accounting system.Uraian lebih lanjut mengenai
activity-based responsibility accounting system dapatdiikuti lebih lanjut dalam
Bab 4 "Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban".
3. Biaya daur hidup produk atau jasa (product life cycle). Umumnya,
akuntansi biaya tradisional hanya menyediakan informasi biaya yang
bersangkutan dengan produk yang diproduksi dalam periode akuntansi
tertentu. Untuk memproduksi produk diperlukan biaya riset dan
pengembangan, biaya tes produksi dan pemasaran, biaya perancangan
kembali bilamana pasar menghendaki perubahan desain, dan biaya-biaya lain
untuk mempertahankan suatu produk agar tetap diperlukan oleh customers.
Biaya-biaya tersebut digolongkan ke dalam kelompok product-sustaining
costs, yang tidak bersangkutan dengan aktivitas produksi dalam periode
akuntansi tertentu. Biaya-biaya tersebut dipengaruhi oleh taksiran jumlah
produk yang akan dihasilkan selama daur hidup produk (product life cycle).
Pengumpulan informasi biaya penuh masa lalu yang berhubungan dengan
produk tertentu selama jangka waktu daur hidup produk akan dapat
memberikan kesempatan kepada manajemen untuk memperbaiki
kemampuan produk dalam menghasilkan laba selama periode tersebut.
Contoh 8
25
Atas dasar data yang disajikan pada Gambar 2.15 tersebut, kemudian dibuat
anggaran pendapatan dan biaya Produk A selama daur hidupnya seperti yang
disajikan pada Gambar 2.18.
26
Biaya mutu (quality costs). Objek informasi dapar berupa mutu produk
ataujasa. Dalam lingkungan persaingan tingkat dunia, produk bermutu (quality
product) merupakan salah satu keunggulan yang diusahakan agar perusahaan
menempati posisi tertentu dalam persaingan tersebut. Dengan demikian,
manajemen memerlukan informasi biaya penuh yang dikaitkan dengan berbagai
aktivitas untuk mempertahankan dan memperbaiki mutu produk atau jasa agar
sesuai dengan mutu yang diharapkan oleh customers. Dalam Bab 1 telah
dijelaskan bahwa JIT manufacturing menuntut dihasilkannya produk yang
memenuhi spesifikasi mutu untuk menjamin kerepatan waktu dan ketepatan
jumlah produk yang diproduksi oleh tahap tertentu proses produksi maupun yang
dihasilkan oleh perusahaan secara keseluruhan.
27
atau kemungkinan adanya mutu produk yang rendah. Jadi, biaya mutu adalah
biaya yang bersangkutan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan, dan
pencegahan produk cacat.
28
jenis biaya kegagalan ini akan hilang jika tidak terjadi produk cacat atau rusak
dalam proses produksi.
29
30
31
Inventory costing. Untuk pertanggungjawaban keuangan kepada
investor dan pihak luar perusahaan yang lain, manajemen secara periodik
memerlukan informasi biaya untuk menghitung kos sediaan produk yang masih
dalam proses dan sediaan produk jadi yang masih ada di gudang pada akhir
periode akuntansi. Untuk kepentingan tersebut, akuntansi biaya memecah biaya
ke dalam biaya produksi dan biaya nonproduksi. Biaya nonproduksi dibebankan
langsung sebagai dan dengan demikian dicantumkan sebagai biaya yang
mengurangipendapatan dalam periode terjadinya. Biaya produksi dipecah
menjadi dua : biaya produksi yang melekat dalam produk yang laku dijual dalam
periode akuntansi dan biaya produksi yang melekat dalam sediaan produk yang
belum laku dijual sampai dengan akhir periode akuntansi tersebut. Biaya
produksi yang melekat dalam produk yang telah laku dijual dalam periode
akuntansi dibebankan sebagai biaya (membentuk kos produk yang dijual) dan
dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari penjualan dalam periode
akuntansi yang bersangkutan. Biaya produksi yang melekat dalam produk yang
belum laku dijual sampai dengan akhir periode akuntansi tertentu dibebankan
sebagai kos sediaan produk (sediaan produk dalam proses dan sediaan produk
jadi) dan disajikan sebagai unsur aktiva lancar di dalam neraca akhir periode
akuntansi.
32
2.2.5 Penyusunan Program
Penyusunan program adalah proses pengambilan keputusan mengenai
program program yang akan dilaksanakan oleh organisasi dan penaksiran jumlah
sumber daya yang akan dialokasikan kepada setiap program tersebut. Program
adalah kegiatan pokok yang telah diputuskan oleh organisasi untuk dilaksanakan
dalam jangka panjang sebagai pelaksanaan strateginya. Dalam perusahaan
yang tujuannya mencari laba, tiap-tiap produk utama merupakan suatu program.
Selain itu, dalam perusahaan tersebut juga dapat dijumpai berbagai program
seperti: program penelitian dan pengembangan produk baru, program pelatihan
karyawan, program hubungan masyarakat, dan lain-lain program. Keputusan
pemilihan berbagai program yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang
dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dan strategi yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Pada prinsipnya harga jual harus dapat menutup biaya penuh ditambah
dengan laba yang wajar. Jika pendekatan full costing digunakan dalam
penentuan kos produk, harga jual produk harus dapat menutup biaya penuh
merupakan jumlah biaya produksi dan biaya nonproduksi, ditambah dengan laba
33
wajar. Jika pendekatan variable costing digunakan dalam penentuan kosbproduk,
harga jual produk harus dapat menutup taksiran biaya penuh, yang merupakan
jumlah biaya variabel (biaya produksi variabel dan biaya nonproduksi variabel)
dan biaya tetap (biaya produksi tetap dan biaya nonproduksi tetap) yang akan
dikeluarkan, ditambah dengan laba wajar. Laba wajar ditentukan sebesar tarif
kembalian investasi yang diharapkan, yang dihitung sebesar persentase tertentu
dari aktiva penuh. Oleh karena itu, dalam keadaan normal, harga jual suatu
produk atau jasa harus dapat menutup taksiran biaya penuh produk atau jasa
tersebut ditambah dengan laba yang wajar.
Untuk dapat menutup biaya penuh suatu produk atau jasa, penentuan
harga jual dalam keadaan normal memerlukan biaya penuh dan aktiva penuh
masa yang akan datang sebagai dasar. Jika pendekatan full costing digunakan
dalam penentuan kos produk, pada prinsipnya rumus penentuan harga jual
adalah sebagai berikut :
Harga Jual = Biaya produksi + Biaya non produksi = Laba yang diharapkan
Jika rumus tersebut dinyatakan dengan cara lain, harga jual sama dengan
biaya produksi ditambah markup (yang besarnya sama dengan biaya
nonproduksi ditambah dengan laba yang diharapkan). Laba yang diharapkan
ditentukan dalam bentuk persentase dari investasi (aktiva penuh). Untuk
mengikuti logika penetapan harga jual, pada Gambar 2.26 disajikan laporan laba-
rugi suatu perusahaan manufaktur yang menggunakan pendekatan full costing
dalam penentuan kos produk.
34
Dengan pendekatan full costing, harga jual dihitung dengan rumus :
Contoh 9
Taksiran biaya produksi untuk kapasitas produksi per tahun 5.000 unit disajikan
pada Gambar 2.27. Total aktiva menurut neraca awal tahun anggaran adalah
Rp4.800.000 dan laba yang diharapkan dari investasi dalam aktiva tersebut
adalah 25%.
Harga jual produk untuk tahun anggaran 20X2 dihitung sebagai berikut:
1.500.00 4.500.000
Bukti bahwa dengan harga jual sebesar Rp1.350 per unit tersebut perusahaan
dapat memperoleh kembalian investasi yang diharapkan dapat dikuti dari
perhitungan yang disajikan pada Gambar 2.28.
Jika pendekatan variable costing digunakan dalam penentuan kos produk, pada
prinsipnya rumus penentuan harga jual adalah sebagai berikut :
35
Jika rumus tersebut dinyatakan dengan cara lain, harga jual sama dengan
biaya variabel ditambah markup (yang besarnya sama dengan biaya tetap
ditambah dengan laba yang diharapkan). Laba yang diharapkan ditentukan
dalam bentuk persentase dari investasi (aktiva penub). Untuk mengikuti logika
penetapan harga jual, pada Gambar 2.29 disajikan laporan laba-rugi suatu
36
perusahaan manufaktur yang menggunakan pendekatan variabel costing dalam
penentuan kos produk.
Contoh 10
37
Biaya tetap + Laba yang diharapkan
Markup =
Biaya variabel
4.025.000
Bukti bahwa dengan harga jual sebesar Rp1.350 per unit tersebut perusahaan
dapat memperoleh kembalian investasi yang diharapkan dapat dikuti dari
perhitungan yang disajikan pada Gambar 2.30.
Dari uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa penentuan harga jual
dalam keadaan normal memerlukan informasi akuntansi penuh masa yang akan
datang khususnya biaya penuh dan aktiva penuh. Pendekatan full costing dalam
penentuan harga jual normal menggunakan biaya penuh yang terdiri dari biaya
produksi dan biaya nonproduksi. Pendekatan variable costing dalam penentuan
harga jual menggunakan biaya penuh yang terdiri dari biaya variabel dan biaya
tetap. Contoh penentuan harga jual dengan pendekatan activity-based costing
dapat diikuti di Bab 8 "Penggunaan Informasi Akuntansi Penuh dalam Penentuan
Harga Transfer."
38
berdasarkan biaya penuh masa yang akan datang ditambah dengan laba yang
diharapkan. Informasi akuntansi penuh yang bermanfaat untuk penetapan harga
jual produk atau yang diatur dengan peraturan pemerintah terdiri dari biaya
penuh masa yang akan datang yang akan dikeluarkan untuk menghasilkan
produk atau jasa dan aktiva penuh yang akan digunakan untuk menghasilkan
produk atau jasa tersebut.
Contoh 11
39
Biaya administrasi & umum + Laba yang
dan biaya pemasaran diharapkan
Presentase markup =
Biaya produksi x Volume produksi
Penuh per unit dalam per unit
Pada target harga jual tersebut perusahaan air bersih akan memperoleh laba
sebesar Rp400.000.000 per tahun (20% x Rp2.000.000.000) seperti dibuktikan
dengan perhitungan laba pada Gambar 2.31.
Dalam penentuan harga jual tersebut diperlukan informasi akuntansi penuh masa
yang akan datang, yang terdiri dari taksiran biaya penuh (biaya produksi penuh
ditambah dengan taksiran biaya nonproduksi berturut-turut sebesar
Rp15.000.000.000 dan Rp1.100.000.000) dan taksiran aktiva penuh yang
dibutuhkan untuk memproduksi dan menjual produk air (Rp2.000.000.000).
40
Perlu diadakan pembedaan istilah alokasi biaya (cost allocation) dengan
pembebanan biaya (cost assignment) dalam perekayasaan informasi biaya
penuh. Alokasi biaya merupakan pembagian biaya tidak langsung kepada
berbagai objek atas suatu dasar alokasi yang lebih bersifat sembarang. Sebagai
contoh dalam alokasi biaya bersama (joint cost allocation), biaya bersama
dialokasikan kepada produk bersama dengan dasar alokasi yang tidak
mencerminkan hubungan sebab akibat antara dasar alokasi dengan biaya. Salah
satu dasar alokasi biaya bersama adalah harga jual relatif, yang menggunakan
anggapan bahwa produk bersama yang memiliki harga jual yang tinggi menyerap
biaya bersama relatif lebih besar dibandingkan dengan produk bersama yang
memiliki harga jual lebih rendah. Padahal, kenyataannya harga jual bukan
merupakan penyebab timbulnya biaya bersama. Dengan demikian, alokasi biaya
bersama menggunakan dasar alokasi yang bersifat sembarang (arbitrary). Dalam
alokasi biaya overhead pabrik juga seringkali dipakai dasar alokasi yang bersifat
sembarang. Sebagai contoh adalah alokasi biaya gudang kepada departemen
produksi yang didasarkan atas biaya bahan baku yang dipakai oleh departemen
produksi. Dasar alokasi ini bersifat sembarang karena biaya gudang yang antara
lain terdiri dari biaya barang gudang, biaya depresiasi gudang, biaya karyawan
gudang, dan biaya administrasi gudang tidak disebabkan oleh pemakaian bahan
baku di departemen produksi. Alokasi biaya biasanya ditujukan untuk
menghasilkan informasi kos sediaan untuk penentuan nilai sediaan (inventory
valuation) bagi kepentingan pelaporan keuangan kepada pihak luar perusahaan.
41
timbulnya) biaya aktivitas tertentu. Sebagai contoh, biaya listrik dibagikan
berdasarkan pemakaian kilowatt hours (kwh), biaya uap dibagikan berdasarkan
pemakaian meter kubik uap, biaya air dibagikan berdasarkan pemakaian liter air.
Dalam hal ini, cost driver (kwh, meter kubik, liter) merupakan penyebab timbulnya
biaya listrik. Semakin besar pemakaian kwh, semakin besar biaya listrik yang
ditimbulkan. Dengan demikian, pembebanan biaya dengan menggunakan cost
driver tersebut akan menghasilkan pembagian biaya yang lebih cermat
menggambarkan konsumsi sumber daya oleh suatu objek informasi, sehingga
mampu menghasilkan informasi biaya penuh yang lebih andal bagi pengambilan
keputusan manajemen (misalnya untuk pengukuran kemampuan produk atau
divisi dalam menghasilkan laba, dan penentuan harga jual). Pembebanan biaya
berdasarkan cost driver dapat digunakan dengan cermat untuk menghitung
bagian yang adil biaya tidak langsung yang dibebankan kepada objek informasi
tertentu.
42
memenuhi kebutuhan manajemen tersebut memerlukan dasar yang adil untuk
membebankan biaya tidak langsung kepada produk atau jasa.
43
Dalam tahap pertama ini, biaya overhead departemen pembantu dialokasikan
kepada departemen produksi dengan menggunakan dasar alokasi tertentu.
Tahap kedua, biaya overhead pabrik yang telah melalui agregasi tahap pertama,
dibebankan kepada produk atas dasar jam tenaga kerja langsung, jam mesin
atau biaya tenaga kerja langsung. Karena biaya overhead dibebankan kepada
produk melalui agregasi, bukan berdasarkan konsumsi sumber daya oleh
aktivitas untuk menghasilkan produk, maka akuntansi biaya tradisional
menimbulkan price distortion. Karakteristik pembebanan biaya overhead pabrik
dalam lingkungan manufaktur tradisional adalah sebagai berikut:
Contoh 12
44
Perhitungan plant wide rate dalam akuntansi biaya tradisional dilakukan sebagai
berikut :
45
tersebut di Departemen X, namun plant-wide rate tidak mampu mencerminkan
perbedaan tersebut.
46
yang memerlukan production run 3 kali lebih banyak dibandingkan dengan
production run yang diperlukan untuk memproduksi Produk F, tidak dibebani
biaya persiapan produksi (setup costs) lebih besar, karena tarif biaya overhead
pabrik dibebankan dengan menggunakan angka rata-rata per departemen.
Begitu pula Produk K yang mengonsumsi waktu inspeksi 22% lebih banyak
dibandingkan dengan waktu inspeksi yang dikonsumsi oleh Produk F tidak
dibebani dengan biaya inspeksi lebih banyak
47
volume produksi dan berupa sunk cost. Dengan demikian, pembebanan biaya
overhead pabrik kepada produk yang menggunakan biaya tenaga kerja langsung
sebagai dasar pembebanan, tidak lagi mencerminkan konsumsi biaya overhead
pabrik oleh produk.
1. Cost pool yang dibentuk harus terdiri aktivitas yang homogen dan dicari cost
driver yang mencerminkan konsumsi biaya yang dikumpulkan dalam cost pool
tersebut oleh cost pool yang lain.
48
2. Dasar yang digunakan untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada
produk disebut cost driver yang mencerminkan faktor yang menyebabkan
konsumsi biaya oleh produk.
Umumnya dua tahap pembebanan biaya overhead pabrik yang digunakan dalam
lingkungan manufaktur maju di atas disebut activity based costing.
Contoh 13
49
Jika hasil pembebanan biaya overhead pabrik dengan pendekatan akuntansi
biaya tradisional dengan pendekatan activity-based costing diperdagangkan,
pendekatan terakhir ini menghasilkan biaya produksi yang lebih menggambarkan
konsumsi biaya overhead pabrik oleh produk. Perbandingan biaya produk yang
dihitung dengan dua pendekatan tersebut disajikan pada Gambar 2.37.
Dari perbandingan kos produk yang dihasilkan dari berbagai pendekatan dalam
pembebana biaya overhead pabrik pada Gambar 2.37 tersebut, terlihat plant
wide rate menghasilkan kos produk kedua jenis produk tersebut sama. Hal ini
disebabkan plant-wide rate tidak memperhitungkan perbedaan konsumsi biaya
overhead pabrik oleh setiap jenis prduk dalam kedua departemen produksi.
50
Tarif biaya overhead pabrik per departeinen juga menghasilkan kos kedua jenis
produk relatif sama, karena metode pembebanan biaya overhead ini tidak
memperhitungkan perbedaan konsumsi non-volume-related overhead costs
(biaya persiapan produksi, biaya inspeksi, biaya tenaga listrik, dan biaya
kesejahteraan karyawan) setiap jenis produk dalam setiap departemen produksi.
Padahal, dalam lingkungan manufaktur maju, komponen non-volume-related
overhead costs Signifikan jumlahnya dalam total biaya produk,
51
yang bersangkutan. Wewenang yang dimiliki manajer tertentu menjadikan dirinya
dalam posisi dapat mengendalikan biaya tersebut. Dengan demikian, biaya yang
mempunyai hubungan erat dengan wewenang manajer tertentu merupakan biaya
terkendalikan bagi manajer tersebut, karena dengan wewenangnya, manajer
tersebut dapat mempengaruhi secara signifikan besarnya biaya tersebut. Biaya
tidak langsung dalam hubungannya dengan wewenang manajer merupakan
biaya yang berada di bawah wewenang pengendalian lebih dari seorang
manajer. Untuk kepentingan pengukuran kinerja manajer, biaya tidak langsung
tersebut perlu dibebankan kepada manajer yang bertanggung jawab untuk
pengendaliannya. Metode pembebanan biaya tidak langsung untuk keperluan
pengukuran kinerja manajer dibahas dalam perekayasaan informasi akuntansi
pertanggungjawaban (Bab 4 Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban).
Pembebanan biaya tidak langsung untuk pelaporan keuangan kepada pihak luar
perusahaan umumnya dilakukan dengan dasar alokasi yang bersifat sembarang.
Oleh karena itu, istilah alokasi biaya lebih tepat digunakan untuk
menggambarkan pembagian biaya tidak langsung kepada berbagai produk untuk
tujuan pelaporan keuangan kepada pihak luar.
Alokasi biaya tidak langsung untuk pelaporan keuangan kepada pihak luar
ditujukan terutama untuk menghasilkan informasi kos sediaan yang sebagai
dasar untuk penilaian sediaan (inventory valuation). Menurut prinsip akuntansi
yang lazim, sediaan harus disajikan dalam neraca berdasarkan prinsip lower of
cost or market. Dengan demikian untuk penyajian nilai sediaan menurut prinsip
akuntansi tersebut, harus ditentukan cost sediaan yang merupakan biaya penuh
(full cost) sediaan yang dihitung berdasarkan pendekatan full costing untuk
penentuan biaya penuh yang bersangkutan dengan sediaan tersebut diperlukan
alokasi biaya pr duksi tidak langsung kepada produk.
Karena menurut prinsip akuntansi yang lazim kos sediaan merupakan hasil
kali kuantitas sediaan dengan biaya produksi per unit, maka untuk menghasilkan
biaya produksi penuh yang bersangkutan dengan sediaan harus diperhitungkan
unsur biaya produksi berikut ini :
52
keuangan kepada pihak luar dengan pembebanan biaya overhead pabrik untuk
kepentingan manajemen adalah terletak pada kecermatan (accuracy) dasar
pembebanan yang dipakai. Untuk kepentingan pengambilan keputusan
manajemen, pembebanan biaya kepada produk harus dapat menjamin dihasilkan
informasi biaya penuh yang teliti, sehingga manajemen akan memperoleh
informasi biaya tanpa distorsi di dalamnya. Jika manajemen menerima informasi
biaya penuh dari hasil proses alokasi biaya yang menggunakan dasar
sembarang (tanpa dilandasi hubungan sebab akibat), manajemen akan salah
menafsirkan informasi biaya penuh yang diterimanya, sehingga akan
menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusannya.
Alokasi biaya bersama ini ditujukan untuk pethiringan nilai sediaan bagi
kepentingan pelaporan keuangan kepada pihak iuar. Seperti telah disinggung di
muka, alokasi biaya bersama ini menggunakan dasar alokasi yang bersifat
sembarang, karena dasar alokasi yang dipakai tidak mencerminkan penyebab
timbulnya biaya bersama. Oleh karena itu, alokasi biaya bersama tidak pernah
ditujukan untuk penyediaan informasi bagi kepentingan pengambilan keputusan
manajemen.
53
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
55
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/230745277/Makalah-Informasi-Akuntansi-Penuh .23
Februari, diakses pada jam 14:05
56