Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“Akuntansi Pertanggungjawaban”

DI SUSUN

OLEH

KELOMPOK 3

1. Nursafitri (105731108317)
2. Sitti Fauziah Yusuf (105731129817)
3. Nurul Jannah (105731131017)
4. Ilfarahayu Rachmad (105731109717)
5. Risawati (105731114617)
6. Miftahul Khaerah (105731107617)

MATA KULIAH AKUNTANSI MANAJEMEN

DOSEN PENGAMPU; AINUN ARIZAH S.pd, M.Si

KELAS AKUNTANSI 17 C

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT ,karena dengan


limpahan rahmat dan hidayahNya akhirnya makalah ini dapat kami
selesaikan dengan baik makalah ini membahas tentang ”Akuntansi
Pertanggungjawaban” .

Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,


penyusunan makalah ini tidak akan berjalan dengan baik. Untuk itu ,kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini


masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan pada masa yang
akan datang.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis


khususnya dan pembaca pada umumnya.

Makassar, 03 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3

A. Akuntansi Pertanggungjawaban Tradisional ......................................... 3


B. Laporan Pertanggungjawaban ................................................................ 6
C. Analisis Penyimpangan dan Anggaran Fleksibel ................................... 8
D. Akuntansi Pertanggungjawaban- Pendekatan Alternatif ........................ 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 13

A. Kesimpulan ............................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka memenuhi tuntutan pertanggungjawaban keuangan daerah


khususnya PP 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Keuangan Daerah dan PP 108 tahun 2000 tentang Tata Cara
Pertanggungjawaban Kepala Daerah, telah disiapkan Pedoman Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah (SAKD) yang terdiri atas 5 (lima) buku yang disusun oleh Tim
Pokja Evaluasi Pembiayaan dan Informasi Keuangan Daerah (SK Menteri
Keuangan No. 355/KMK.07/2001 tanggal 25 Juli 2001). Pedoman SAKD
tersebut dapat digunakan sebagai acuan bagi Pemda dalam menetapkan sistem
akuntansi yang akan diimplementasikan di daerah masing-masing. Untuk
mengimplementasikan sistem ini diperlukan sumber daya manusia yang mengerti
akuntansi dan mampu mengoperasikan sistem akuntansi.

Berhubung sampai dengan saat ini Pemda belum pernah mengoperasikan


sistem akuntansi “double entry” dan pada umumnya SDM Pemda yang memiliki
pengetahuan atau latar belakang pendidikan akuntansi juga masih sedikit maka
diperlukan pelatihan akuntansi bagi pegawai pemda. Walaupun dibeberapa
daerah tertentu tidak dipungkiri telah memiliki SDM yang berlatar belakang
akuntansi cukup memadai, namun pada umumnya masih banyak daerah-daerah
yang belum memiliki SDM akuntansi yang memadai. Oleh karena itu, modul
dasar-dasar akuntansi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan
Pemda agar SDM yang bertugas di unit akuntansi memperoleh pengetahuan dan
pengertian tentang dasar-dasar akuntansi yang akan memudahkan mereka dalam
mempelajari Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Akuntansi Pertanggungjawaban Tradisional?
2. Bagaimana Laporan Pertanggungjawaban itu?
3. Bagaimana Analisis Penyimpangan dan Anggaran Fleksibel?
4. Apa itu Akuntansi Pertanggungjawaban-Pendekatan Alternatif?

1
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui apa itu Akuntansi Pertanggungjawaban Tradisional.
2. Dapat mengetahui apa itu Laporan Pertanggungjawaban.
3. Dapat mengetahui Analisis Penyimpangan Dan Anggaran Fleksibel.
4. Dapat mengetahui apa Itu Akuntansi Pertanggungjawaban-Pendekatan Alternatif.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN TRADISIONAL

Sistem akuntansi pertanggungjawaban (reseponsibility accounting) adalah sistem


akuntansi yang dirancang sedemikian baik sehingga dapat mencatat dan melaporkan
pendapatan dan/atau biaya yang timbul akibat pelaksanaan suatu aktivitas kepada
manajer yang bertanggungjawab terhadap aktivitas tersebut.

Tujuan akuntansi pertanggungjawaban adalah menyediakan informasi yang dapat


digunakan oleh manajemen untuk mengevaluasi efisiensi penggunaan sumber daya
organisasi.Jika hasil evalusi menunjukkan sumber daya oerganisasi digunakan secara
tidak efisien, maka penyebabnya harus diinvestigasi. Jika perlu dilakukan pula tindakan
koreksi yang diarahkan pada usaha untuk menghilangkaan inefisiensi yang sistematis
untuk mencegah terjadinya hal sama di masa mendatang.

 Struktur Organisasi

Penyusunan struktur organisasi tergantung pada pendekatan yang digunakan


perusahaan dalam mengelompokkan aktivitas yang dapat dikelompokkan
berdasarkan fungsi, produk, dan geografis.

1. Pendekatan fungsional mengelompokkan aktivitas perusahaan berdasarkan


fungsi-fungsi pokok perusahaan seperti fungsi produksi, pemasaran, personalia,
dan keuangan
2. Pendekatan produk mengelompokkan aktivitas perusahaan berdasarkan produk
atau kelompok produk yang dihasilkan perusahaan yang manfaat utamanya
adalah koordinasi yang lebih efektif terhadap semua aktivitas yang terkait
dengan produk atau kelompok tertentu.
3. Pendekatan geografis atau pendekatan rasional mengelompokkan aktivitas dan
menentukan tanggung jawab berdasarkan wilayah geografis yang manfaatnya

3
terletak pada koordinasi yang lebih baik dari semua aktivitas dalam wilayah
geografis tertentu.

Berikut ini adalah karakteristik penting organisasi yang mendukung


pengendalian operasional:

1. Tidak terjadi tumpang tindih dalam pembebanan tanggung jawab


2. Setiap manajer memahami tanggung jawabnya dengan jelas
3. Individu yang diberi tanggung jawab harus memiliki kewenangan yang memadai

Persyaratan lain yang dapat mendukung pengendalian adalah bahwa setiap


manajer harus memahami tanggung jawabnya dengan jelas. Perusahaan harus
memiliki bagan organisasi yang menggambarkan secara jelas bidang tanggung jawab
dan jalur pelaporan.Tanggung jawab manajer juga harus dijelaskan secara lengkap
dalam deskripsi tertulis yang dapat diubah, tetapi harus dikomunikasikan kepada
pihak-pihak yang terkait.
 Keterkaitan Struktur Organisasi dan Pelaporan Pertanggungjawaban
Bagan operasi untuk setiap pendekatan menunjukkan pengaturan aktivitas
dan laporan biaya digunakan untuk memberi contoh informasi yang dimasukkan ke
dalam laporan setiap tingkta pertanggungjawban. Secara umum, semakin tinggi
tingkat pertanggungjawaban akan semakin ringkas laporannya.
 Penentuan Pihak yang Mengendalikan Biaya
Sistem akuntansi pertanggungjawaban yang efektif harus memisahkan biaya
terkendali dengan biaya tak terkendali.Menurut pandangan tradisional, asumsi dasar
akuntansi pertanggungjawaban adalah individu yang berwenang mengendalikan
aktivitas harus bertanggungjawab terhadap biaya yang timbul akibat perlaksanaan
aktivitas tersebut, sehingga sistem akuntansi harus memfasilitasi pencatatan biaya
yang terjadi menurut unit-unit operasi dalam perusahaan dan mengidentifikasi biaya
yang dapat dikendalikan oleh manajer suatu unit operasi.
Laporan pertanggungjawaban harus mengelompokka biaya berdasarkan
aktivitas dan keterkendalian sehingga manajer yang bertanggungjawab dapat
mengidentifikasi dengan cepat aktivitas yang perlu diperhatikan. Biaya setiap unsur
4
pengeluaran terdiri atas dua elemen, yaitu harga per unit dan kuantitas unsur yang
digunakan.Harga ditentukan oleh kekuatan pasar sehingga sulit dikendalikan oleh
pihak-pihak dalam perusahaan.

Apabila biaya dapat ditulusur dan dibebankan langsung kepada suatu


departemen (atau unit organisasi lain) dan jumlahnya dipengaruhi oleh perubahan
aktivitas departemen, maka biaya tersebut termasuk biaya yang dapat dikendalikan
oleh manajer departemen. Biaya semacam itu disebut biaya variabel karena jumlah
totalnya berubah menurut perubahan aktivitas yang harus ditentukan dengan
penalaran dan didukung oleh analisis korelasi.Secara teoritis, jika suatu aktivitas
yang ditetapkan sebagai pemicu biaya dapat dikendalikan oleh manajer, maka biaya
dapat dikendalikan oleh manajer tersebut.

 Tanggung Jawab terhadap Biaya Overhead


Banyak unsur overhead yang dapat dibebankan langsung ke suatu
departemen dan menjadi tanggung jawab langsung kepala departemen atau
didistribusikan dalam rangka menghitung tarif pembebanan overhead pabrik ke
semua produk yang dihasilkan dalam suatu periode. Pada beberapa perusahaan,
sistem akuntansi mendistribusikan biaya departemen pemberi jasa ke departemen
pemakai jasa berdasarkan jam pelayanan, pemakaian, atau ukuran aktivitas lainnya.
Tarif penagihan merupakan fungsi tingkat aktivitas dan efisiensi operasi
departemen jasa.Departemen pemakai tidak dapat mengendalikan efisiensi operasi
departemen jasa sehingga tarif penagihan harus ditentukan di muka.Untuk tujuan
pertanggungjawaban, departemen pemakai harus mengetahui harga jasa sebelum
membeli sehingga dapat mempertimbangkan biaya dan maanfaatnya.

Langkah-langkah perhitungan tarif penagihan departemen jasa disajikan


sebagai berikut:

1. Mengestimasi atau menganggarkan biaya yang dapat ditelusur langsung ke


departemen jasa (supervise, tenaga tidak langsung, pajak gaji karyawan,
perlengkapan, depresiasi peralatan)

5
2. Mengalokasikan anggaran biaya bersama ke setiap departemen (mandor pabrik,
depresiasi bangunan, pajak bumi dan bangunan, asuransi, utilistas)
3. Mengalokasikan anggaran biaya departemen jasa ke departmen lain
4. Menghitung tarif penagihan dengan cara membagi jumlah estimasi biaya
departemen jasa dengan jumlah perkiraan jam jasa (atau dasar penagihan lain)
yang akan diberikan pada masa mendatang
Tingkat aktivitas dapat didasarkan pada kapasitas normal atau perkiraan
kapasitas yang ditetapkan dalam anggaran.Jika departemen jasa dapat mengendalikan
tingkat pemakaian kapasitas, maka kapasitas yang diperkirakan harus digunakan
sebagai dasar untuk menentukan tarif penagihan.

B. LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN

Akuntansi pertanggungjawaban melibatkan semua menajer pusat


pertanggungjawaban.Bagian akuntansi perusahaan berperan dalam memberikan bantuan
teknis berupa penyajian laporan harian, mingguan, atau bulanan. Menurut pandangan
tradisional, laporan pertanggungjawaban memiliki dua tujuan utama, yaitu:

1. Memotivasi individu mencapai kinerja yang tinggi dengan melaporkan efisiensi dan
inefisiensi kepada manajer pusat pertaanggungjawaban dan atasannya
2. Memberi informasi yang dapat membantu manajer pusat pertanggungjawaban untuk
mengidentifikasi inefisiensi sehingga mereka dapat mengendalikan biaya menjadi
lebih efisien
Laporan pertanggungjawaban adalah laporan akuntabilitas yang dibuat secara
periodik yang berguna untuk mengevaluasi kinerja.Manajer yang memiliki wewenang
untuk mengendalikan aktivitas harus mempertanggungjawabkan tindakannya dan
disampaikan kepada manajer pusat pertanggungjawaban dan manajer di
atasnya.Kemudian manajer pusat pertanggungjawaban akan dievaluasi dan dimintai
pertanggungjawaban atas penggunaan sumber daya perusahaan.
 Karakteristik Laporan Pertanggungjawaban
1. Laporan harus sesuai dengan struktur organisasi
2. Laporan harus konsisten bentuk dan isinya setiap diterbitkan
6
3. Laporan harus tepat waktu
4. Laporan harus diterbitkan secara teratur
5. Laporan harus mudah dipahami
6. Laporan memuat perincian yang memadai, tetapi tidak berlebihan
7. Laporan harus menyajikan data perbandingan (menbandingkan anggaran atau
standar yang sudah ditentukan dengan hasil sesungguhnya)
8. Laporan harus analitis
9. Laporan untuk manajer operasi harus menyajikan informasi mengenai unit fisik
sekaligus jumlah rupiahnya
Informasi harus ddigunakan agar bermanfaat dan harus dikomunikasikan secara
efektif agar dapat digunakan. Bentuk dan metode pelaporan, baik tertulis seperti
penyajian tabel, bagan, dan grafik maupun laporan lisan sangat penting untuk
diperhatikan.Penyajian lisan efektif terutama karena memberikan kesempatan untuk
menyampaikan informasi, mengajukan pertanyaan, dan menyampaikan pendapat.
 Ilustrasi Laporan Pertanggungjawaban
1. Tingkat 1: Direktur Utama. Merupakan manajer puncak perusahaan.
2. Tingkat 2: Direktur. Perusahaan mempunyai tiga direktur yang bertanggungjawab
terhadap pengelolaan fungsi pemasaran, produksi, dan keuangan.
3. Tingkat 3: Pabrik.
4. Tingkat 4: Departemen. Di setiap pabrik terdapat tiga departemen produksi, yaitu
pengolahan, perakitan, dan penyelesaian.
 Review Struktur Laporan
Sistem pelaporan harus disesuaikan dengan kebutuhan agar dapat
memberikan informasi yang diperlukan semua tingkat manajemen.Laporan harus
menonjolkan pengecualian sehingga cepat mendapat perhatian dari manajer yang
bertanggungjawab tanpa perlu mencari dan membaca secara ekstensif.Jumlah laporan
yang diserahkan kepada manajer juga perlu dievaluasi secara teratur.Sering kali
sistem pelaporan menjadi kacau akibat adanya informasi yang ketinggalan,
terperinci, dan terlalu banyak dengan mengabaikan biaya untuk menyiapkan atau
kelayakannya.

7
C. ANALISIS PENYIMPANGAN DAN ANGGARAN FLEKSIBEL

Tujuan utama akuntansi pertanggungjawaban adalah pengendalian biaya yang


didasarkan pada perbandingan biaya sesungguhnya dengan biaya dianggarkan,
menghubungkan apa yang terjadi dengan apa yang direncanakan (seharusnya) terjadi.
Anggaran didasarkan pada asumsi kondisi dan hasil yang direncanakan.Dalam hal ini
perusahaan dapat menggunakan anggaran statis atau anggaran fleksibel.

Efisiensi biaya dapat ditentukan dengan cara membandingkan antara biaya


sesungguhnya dengan biaya dianggarkan pada volume sesungguhnya. Anggaran
fleksibel mengukur jumlah biaya yang seharusnya pada satu set kondisi tertentu dimana
anggaran yang disesuaikan dengan volume sesungguhnya.

 Penyusunan Anggaran Fleksibel


Anggaran yang disesuaikan denga tingkat aktivitas yang sesungguhnya
disebut anggaran fleksibel (flexible budget). Biaya dianggarkan pada aktivitas
sesungguhnya dapat digunakan untuk menghitung penyimpangan pengeluaran dan
kapasitas menganggur .Penyimpangan tersebut berguna untuk mengevaluasi kinerja
departemen atau pusat biaya.
Penyimpangan pengeluaran (spending variance) adalah perbedaan antara
biaya sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan pada aktivitas sesungguhnya.
Penyimpangan pengeluaran dihitung dengan rumus berikut:

Penyimpangan pengeluaran:

= Biaya sesungguhnya – Biaya dianggarkan pada aktivitas sesungguhnya

= Biaya sesungguhnya-{(Tarif tetap × Tingkat aktivitas dianggarkan) + (Tarif


variabel × Tingkat aktivitas sesungguhnya)}

Penyimpangan kapasitas menganggur (idle capcity variance) adalah


perbedaan antar biaya dianggarkan pada tingkat aktivitas sesungguhnya dengan biaya
yang dibebankan ke produk yang dihasilkan selama satu priode (atau ke departemen
pemakai atas jasa yang diberikan selama satu periode).Penyimpangan kepasitas

8
mengaggur merupakan anggaran overhead pabrik tetap yang kurang atau lebih
dibebankan. Penyimpangan kapasitas dapat dihitung dengan rumus berikut:

Penyimpangan kapasitas mengaggur :

=Biaya dianggarkan pada tingkat aktivitas sesungguhnya – Biaya yang dibebankan

={( Tarif tetap × Tingkat aktivitas dianggakan) + (Tarif variabel × Tingkat aktivitas
sesungguhnya)} – {(Tarif tetap × Tingkat aktivitas sesungguhnya) + (Tarif variabel
× Tingkat aktivitas sesungguhnya)}

=(Tarif tetap × Tarif aktivitas dianggarkan) – (Tarif tetap × Tarif aktivitas


sesungguhnya)

= (Tingkat aktivitas dianggarkan – Tarif aktivitas sesungguhnya) Tarif tetap

Penyimpangan kapasitas menganggur merupakan ukuran pemanfaatan


kapasitas akibat perbedaan antara tingkat kapasitas yang digunakan untuk
menghitung tarif overhead di muka (atau tarif penagihan) dengan tingkat aktivitas
sesungguhnya selama satu periode. Jika tingkat aktivitas yang digunakan untuk
menghitung tarif merupakan taksiran yang akurat mengenai kapasitas yang
seharusnya digunakan, maka penyimpangan kapasitas menganggur merupakan
ukuran efisiensi pemanfaatan fasilitas.Oleh karena sampai tingkat tertentu manajer
memiliki kewenangan untuk mengendalikan tingkat kapasitas yang digunakan, maka
manajer dapat mengendalikan penyimpangan kapasitas menganggur.

 Penyusunan Laporan Penyimpangan

Penyimpangan dihitung dengan membandingkan overhead dianggarkan pada


tingkat aktivitas sesungguhnya (berdasarkan anggaran fleksibel), overhead
sesungguhnya, dan overhead dibebankan. Agar dapat memberikan laporan yang
terperinci kepada manajer operasi, penyimpangan pengeluaran dihitung untuk setiap
unsur overhead dengan cara mengurangkan biaya dianggarkan ke biaya
sesungguhnya. Oleh karena penyimpangan kapasitas menganggur merupakan ukuran

9
pemanfaatan kapasitas departemen, maka hanya perlu dihitung satu penyimpangan
saja dengan cara mengurangkan overhead dibebankan kepada overhead dianggarkan.

Jika laporan pertanggungjawaban akan digunakan untuk mengevaluasi


kinerja dan mengendalikan biaya, maka jumlah biaya setiap unsur yang dilaporkan
harus berkorelasi erat dengan ukuran aktivitas yang digunakan untuk menyusun
anggaran fleksibel. Jika tidak, maka anggaran yang digunakan sebagai pembanding
biaya sesungguhnya tidak dapat diandalkan dan penyimpangan biaya yang
dilaporkan menjadi tidak bermakna.Korelasi yang tinggi juga biasanya terjadi jika
digunakan banyak ukuran aktivitas.

D. AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN-PENDEKATAN ALTERNATIF


Berdasarkan gaya manajemen otokratis, tugas manajer adalah memberikan
arahan kepada karyawan, sehingga manajer harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang luas sekaligus sebagai sumber pemecah masalah.
Pada era 1980-an banyak perusahaan mulai mempertanyakan filosofi manajemen
tradisional dan cara melakukan bisnis. Penurunan pangsa pasar dan peningkatan
persaingan dari luar negeri telah mendorong perusahaan melakukan pengkajian ulang
praktik bisnis yang sudah diterapkan dan mulai bereksperimen dengan pendekatan
alternative. Akibatnya, penerapan manajemen beberapa perusahaan mulai bergeser dari
gaya otokratis berpindah ke gaya partisipatif.
Kritik terhadap kegunaan akuntansi pertanggungjawaban dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
1. Berhubungan dengan perilaku disfungsional manajer yang dievaluasi atas dasar
kinerja yang dilaporkan oleh sis1tem tersebut.
2. Berhubungan dengan kegunaan data yang dihasilkan oleh sistem bagi manajer.
 Perilaku Disfungsional Manajer
Akuntansi pertanggungjawaban tradisional membebankan tanggung jawab
inefisiensi kepada individu dan penyimpangan anggaran (standar) dipandang sebagai
ukuran inefisiensi.Individulah yang di evaluasi, bukan proses bisnisnya, sehingga
individu akan cenderung melakukan segala upaya untuk meminimalkan atau

10
menghilangkan penyimpangan. Hal tersebut dapat menimbulkan perilaku
disfungsional, yaitu:
1. Manajer cenderung mengutamakan kepentingannya sendiri
2. Manajer memusatkan perhatian pada pencapaian anggaran
3. Manajer memusatkan perhatian pada target jangka pendek
4. Manajer yang pandai memanipulasi akan sukses
Langkah efektif untuk memecahkan masalah perilaku disfungsional adalah
dengan menghentikan praktik penggunaan laporan penyimpangan sebagai dasar
untuk mengevaluasi kinerja individu manajer.Laporan penyimpangan harus dipakai
sebagai dasar mengevaluasi efisiensi operasi aktivitas bisnis daripada
individu.Adanya pergeseran fokus pelaporan penyimpangan untuk mengevaluasi
aktivitas dan sisteem bisnis, individu tidak ditempatkan pada posisi untuk membela
tindakannya. Manajer bebas bereksperimen dan menemukan cara baru untuk
memperbaiki proses. Selain itu, tanggungjawab terhadap efisiensi operasi setiap
aktivitas dapat dialihkan dari manajer ke semua karyawan yang terlibat dalam
aktivitas, sehingga mendorong kerja sama dan kerja tim.
 Kegunaan Informasi bagi Manajer
Penyimpangan dilaporkan dengan tujuan:
1. Menjaga agar manajer bertanggung jawab terhadap terjadinya biaya
2. Memberikan informasi yang berguna bagi manajer pusat pertanggungjawaban
dalam upaya mengendalikan aktivitas bisnis menjadi lebih efisien
Adapun masalah yang timbul dalam penentuan pihak yang sesungguhnya
mengendalikan berbagai unsur biaya antara lain:
1. Penggunaan ukuran aktivitas berdasarkan volume
2. Laporan yang terlalu ringkas
3. Data bersifat keuangan
4. Laporan tersedia tidak tepat waktu
Penyimpangan pengeluaran yang diakibatkan oleh perbedaan harga dan
kuantitas sesungguhnya yang dianggrakan oleh suatu departemen tidak memberikan
informasi yang memadai dalam membantu manajer menentukan penyebabnya,
meskipun penyimpangan dihitung dan dilaporkan untuk setiap unsur biaya.Bahkan
11
dalam laporan penyimpangan ada yang menggabungkan lebih dari satu unsur biaya
ke dalam satu kelompok.Selain itu, biaya yang timbul akibat semua peristiwa yang
terjadi selama periode pelaporan dijumlahkan ke dalam satu kelompok biaya.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem akuntansi pertanggungjawaban (reseponsibility accounting) adalah sistem
akuntansi yang dirancang sedemikian baik sehingga dapat mencatat dan melaporkan
pendapatan dan/atau biaya yang timbul akibat pelaksanaan suatu aktivitas kepada
manajer yang bertanggungjawab terhadap aktivitas tersebut.
Laporan pertanggungjawaban adalah laporan akuntabilitas yang dibuat secara
periodik yang berguna untuk mengevaluasi kinerja. Informasi harus ddigunakan agar
bermanfaat dan harus dikomunikasikan secara efektif agar dapat digunakan.Bentuk dan
metode pelaporan, baik tertulis seperti penyajian tabel, bagan, dan grafik maupun
laporan lisan sangat penting untuk diperhatikan.Penyajian lisan efektif terutama karena
memberikan kesempatan untuk menyampaikan informasi, mengajukan pertanyaan, dan
menyampaikan pendapat.
Tujuan utama akuntansi pertanggungjawaban adalah pengendalian biaya yang
didasarkan pada perbandingan biaya sesungguhnya dengan biaya dianggarkan,
menghubungkan apa yang terjadi dengan apa yang direncanakan (seharusnya) terjadi.
Anggaran didasarkan pada asumsi kondisi dan hasil yang direncanakan.Dalam hal ini
perusahaan dapat menggunakan anggaran statis atau anggaran fleksibel.

13
DAFTAR PUSTAKA
 Siregar,Baldric., Suripto,Bambang., Hapsoro,Dody., L.O. Widodo,Eko, dan
Biyanto,Frasto. 2018. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

14

Anda mungkin juga menyukai