DI SUSUN
OLEH
KELOMPOK 6
1. Nursafitri (105731108317)
2. Nur Ilfa (105731108417)
3. Suhandi Kadir (105731108217)
KELAS AKUNTANSI 17 C
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan ................................................................................................... 2
A. Kesimpulan ............................................................................................ 10
B. Saran ...................................................................................................... 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia. Pajak
merupakan sumber penerimaan negara yang sangat potensial. Penerimaan
hasil pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran yang berkaitan dengan
pembangunan yang dilakukan pemerintah untuk kebutuhan masyarakat
Indonesia. Oleh karena itu pajak merupakan iuran wajib yang dipungut dari
warga Negara Indonesia yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang. Untuk mendukung berjalannya pembangun di Indinesia dibutuhkan
peran serta kesadaran masyarakat tentang kewajiban membayar pajak, karena
pada akhirnya hasil penerimaan pajak dari masyarakat juga akan digunakan
untuk kepentingan masyarakat. Sehingga fungsi dari diberlakukannya pajak
adalah pencapaian peningkatan ekonomi suatu negara. Sehingga pajak
merupakan alternatif yang sangat potensial sebagai sumber penerimaan
negara.
Ketentuan dalam pasal 23 UU PPh mengatur pemotongan pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan
Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau
penyelenggaraan kegiatan selain yang telah di potong Pajak Penghasilan
Pasal 21, yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh
tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam
negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pajak Penghasilan pasal 23?
2. Apa saja Objek Pajak Penghasilan pasal 23 ?
3. Bagaimana Tarif Pajak Penghasilan pasal 23 ?
1
4. Apa saja Penghasilan yang tidak Dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23 ?
5. Bagiamana Ketentuan Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 23 ?
6. Bagaimana menghitung Pajak Penghasilan pasal 23?
C. Tujuan
Untuk lebih memahami tentang pajak, terutama Pajak Penghasilan pasal
23.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. Objek PPh Pasal 23
Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 23 sesuai dengan pasal 23 UU
No. 36 Tahun 2008 adalah:
1) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuaransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi.
2) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
3) Royalti.
4) Hadiah, penghargaan, bonus dan sejenisnya selain yang telah dipotong
Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21.
5) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,kecuali
sewa tanah dan/atau bangunan.
6) Imbalan sehunbungan dengan jasa teknik, jasa manajeman, jasa kontruksi,
jasa konsultan, dan jasa lain yang telah dipotong Pajak Penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.
C. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 23
Tarif dari pajak penghasilan (PPh Pasal 23) dikenakan atas Dasar
Pengenaan Pajak (DPP) atau jumlah bruto dari penghasilan. Di dalam PPh
Pasal 23, terdapat dua jenis tarif yang diberlakukan, yaitu 15% dan 2%
tergantung dari objek pajaknya.
Di bawah ini adalah tarif dan objek pajak yang terkena PPh Pasal 23
yang berlaku di Indonesia :
1. Dikenakan 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas:
a. Deviden kecuali pembagian dividen kepada orang pribadi dikenakan
final, bunga, dan royalti;
b. Hadiah, Penghargaan, Bonus, dan sejenisnya selain yang telah
dipotong PPh pasal 21.
2. Dikenakan 2% (dua persen) dari jum;ah bruto tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai, atas :
4
a. Sewa dan Penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
kecuali sewa tanah dan / atau bangunan; dan
b. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa
kontruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong
Pajak penghasilan pasal 21. Jasa lain terdiri dari:
Jasa penilai (appraisal)
Jasa aktuaris;
Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
Jasa perancang (design) ;
Jasa pengeboran (drilling) dibidang penambangan minyak dan gas
bumi (migas) kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap BUT;
Jasa penunjang di bidang penambangan migas;
Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan
selain migas;
Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
Jasa penebangan hutan;
Jasa pengplahan limbah;
Jasa penyediaan tenaga kerja (outsourcing services);
Jasa perantara dan/atau keadenan;
Jasa dibidang perdagangan surat-sura berharga, kecuali yang
dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI, da KPEI;
Jasa custodian/penyimpanan/penitipan kecuali yang dilakukan oleh
KPEI;
Jasa apengisian suara(dubbing) dan/atau sulih suara;
Jasa mix film;
Jasa sehubungan software computer, termasuk perawatan,
pemeliharaan dan perbaikan;
Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas,
AC dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak
5
yang ruang lingkupnya dibidang kontruksi dan mempunyai izin
dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha kontruksi;
Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik,
telepon, air, gas, AC, TV kabel, alat transportasi/kendaraan
dan/atau bangunan lain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang
ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin
dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha kontruksi;
Jasa maklon;
Jasa penyelidikan dan keamanan;
Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer
Jasa pengepakan
Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media masa, media
luar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi;
Jasa pembasmian hama;
Jasa kebersihan atau cleaning service
Jasa catering atau tata boga
D. Pengecualian Objek PPh Pasal 23
Penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan Pajak Pengahsilan
pasal 23 adalah:
1) Penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada bank.
2) Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha
dengan hak opsi.
3) Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
(PT) sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, badan usaka milik
Negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan
usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia
4) Bagian laba yang diterima atau diperolah anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma dan kongsi termasuk pemegang unit penyertaan
kontrak investasi kolektif.
6
5) Sisa hasil usaha kopersi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota.
6) Penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada badan usaha atas jasa
keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan
yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
E. Ketentuan Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 23
Apabila jatuh tempo batas akhir pelaporan atau penyetoran PPh Pasal
23 bertepatan dengan hari libur, termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional,
penyetoran atau pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
7
F. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 23
1) Perhitungan PPh Pasal 23 atas Jasa
a. PT. ABC membayar jasa service kepada CV. Service sebesar Rp.
3.000.000,-
Jawab :
Jika CV. Service mempunyai NPWP maka besarnya PPh pasal 23 :
PPh Pasal 23 = 2% x Rp. 3.000.000
= Rp. 60.000
Jika CV. Service tidak mempunyai NPWP maka besarnya PPh pasal
23 :
PPh Pasal 23 = 2% x Rp. 3.000.000
= Rp. 60.000
Tambahan PPh karena tidak ber-NPWP
= 100% x Rp. 60.000 = Rp. 60.000
Total PPh yang dipotong adalah Rp. 120.000
b. PT Indoraya membayarkan jasa konsultan dari PT Nuansaraya sebesar
Rp120.000.000 (sudah termasuk PPN). PT Nuansaraya tidak
mempunyai NPWP. yang harus dipotong oleh PT Indoraya adalah :
Jawab:
PPh Pasal 23 = 200% x 2% x Rp120.000.000 = Rp4.800.000
2) Perhitungan PPh Pasal 23 atas Dividen
Pada 10 Mei 2015, PT Dahlia mengumumkan akan membagikan
dividen melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dan
melakukan pembayaran dividen tunai kepada PT Melati sebesar
Rp30.000.000 yang melakukan penyertaan modal sebesal 15%.
Jawab:
PPh Pasal 23 = 15% x Rp30.000.000 = Rp4.500.000
3) Perhitungan PPh Pasal 23 atas Sewa
PT Karya Makmur membayar sewa kendaraaan bus pariwisata dengan
nilai sewa sebesar Rp35.000.000 kepada Sugianto Haris. PPh Pasal 23
yang harus dipotong oleh PT Karya Makmur adalah:
8
Jawab:
PPh Pasal 23 = 2% x Rp35.000.000
= Rp700.000
Jawab:
= Rp22.500.000
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
11