Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“Pajak Penghasilan Pasal 23”

DI SUSUN

OLEH

KELOMPOK 6

1. Nursafitri (105731108317)
2. Nur Ilfa (105731108417)
3. Suhandi Kadir (105731108217)

MATA KULIAH PENGANTAR PERPAJAKAN

KELAS AKUNTANSI 17 C

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2018-2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT ,karena dengan


limpahan rahmat dan hidayahNya akhirnya makalah ini dapat kami
selesaikan dengan baik makalah ini membahas tentang ”Pajak Penghasilan
Pasal 23” .

Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,


penyusunan makalah ini tidak akan berjalan dengan baik. Untuk itu ,kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini


masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan pada masa yang
akan datang.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis


khususnya dan pembaca pada umumnya.

Makassar, 15 Mei 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3

A. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 23 ................................................. 3


B. Objek Pajak Penghasilan Pasal 23 ......................................................... 4
C. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 23 ........................................................... 4
D. Pengecualian Objek Pajak Penghasilan 23 ............................................ 6
E. Ketentuan Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan 23 ................. 7
F. Perhitungan Pajak Penghasilan 23 ......................................................... 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 10

A. Kesimpulan ............................................................................................ 10
B. Saran ...................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia. Pajak
merupakan sumber penerimaan negara yang sangat potensial. Penerimaan
hasil pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran yang berkaitan dengan
pembangunan yang dilakukan pemerintah untuk kebutuhan masyarakat
Indonesia. Oleh karena itu pajak merupakan iuran wajib yang dipungut dari
warga Negara Indonesia yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang. Untuk mendukung berjalannya pembangun di Indinesia dibutuhkan
peran serta kesadaran masyarakat tentang kewajiban membayar pajak, karena
pada akhirnya hasil penerimaan pajak dari masyarakat juga akan digunakan
untuk kepentingan masyarakat. Sehingga fungsi dari diberlakukannya pajak
adalah pencapaian peningkatan ekonomi suatu negara. Sehingga pajak
merupakan alternatif yang sangat potensial sebagai sumber penerimaan
negara.
Ketentuan dalam pasal 23 UU PPh mengatur pemotongan pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan
Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau
penyelenggaraan kegiatan selain yang telah di potong Pajak Penghasilan
Pasal 21, yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh
tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam
negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pajak Penghasilan pasal 23?
2. Apa saja Objek Pajak Penghasilan pasal 23 ?
3. Bagaimana Tarif Pajak Penghasilan pasal 23 ?

1
4. Apa saja Penghasilan yang tidak Dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23 ?
5. Bagiamana Ketentuan Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 23 ?
6. Bagaimana menghitung Pajak Penghasilan pasal 23?

C. Tujuan
Untuk lebih memahami tentang pajak, terutama Pajak Penghasilan pasal
23.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21


Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas
penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan
penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21. Biasanya PPh Pasal 23
dikenakan saat adanya transaksi di antara dua pihak. Pihak yang berlaku
sebagai penjual atau penerima penghasilan atau pihak yang memberi jasa
akan dikenakan PPh Pasal 23. Sementara pihak pemberi penghasilan atau
pembeli atau pihak penerima jasa akan memotong dan melaporkannya kepada
kantor pajak.
 Pemotong dan Penerima PPh Pasal 23
a. Pemotong PPh Pasal 23:
1) Badan Pemerintah;
2) Wajib Pajak Badan Dalam Negeri;
3) Penyelenggaraan Kegiatan;
4) Bentuk Usaha Tetap (But);
5) Perwakilan Perusahaan Luar Negeri Lainnya;
6) Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri tertentu, yang ditunjuk oleh
Kepala kantor Pelayanan Pajak sebagai pemotong pajak PPh Pasal 23,
yang meliputi :
a) Akuntan, arsitek, dokter, Notaries, Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT) kecuali PPAT tersebut adalah camat, pengacara, dan
konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas.
b) Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan
pembukuan.
b. Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 23:
1) Wajib Pajak dalam negeri;
2) Badan Usaha TetapBUT)

3
B. Objek PPh Pasal 23
Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 23 sesuai dengan pasal 23 UU
No. 36 Tahun 2008 adalah:
1) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuaransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi.
2) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
3) Royalti.
4) Hadiah, penghargaan, bonus dan sejenisnya selain yang telah dipotong
Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21.
5) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,kecuali
sewa tanah dan/atau bangunan.
6) Imbalan sehunbungan dengan jasa teknik, jasa manajeman, jasa kontruksi,
jasa konsultan, dan jasa lain yang telah dipotong Pajak Penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.
C. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 23
Tarif dari pajak penghasilan (PPh Pasal 23) dikenakan atas Dasar
Pengenaan Pajak (DPP) atau jumlah bruto dari penghasilan. Di dalam PPh
Pasal 23, terdapat dua jenis tarif yang diberlakukan, yaitu 15% dan 2%
tergantung dari objek pajaknya.
Di bawah ini adalah tarif dan objek pajak yang terkena PPh Pasal 23
yang berlaku di Indonesia :
1. Dikenakan 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas:
a. Deviden kecuali pembagian dividen kepada orang pribadi dikenakan
final, bunga, dan royalti;
b. Hadiah, Penghargaan, Bonus, dan sejenisnya selain yang telah
dipotong PPh pasal 21.
2. Dikenakan 2% (dua persen) dari jum;ah bruto tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai, atas :

4
a. Sewa dan Penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
kecuali sewa tanah dan / atau bangunan; dan
b. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa
kontruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong
Pajak penghasilan pasal 21. Jasa lain terdiri dari:
 Jasa penilai (appraisal)
 Jasa aktuaris;
 Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
 Jasa perancang (design) ;
 Jasa pengeboran (drilling) dibidang penambangan minyak dan gas
bumi (migas) kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap BUT;
 Jasa penunjang di bidang penambangan migas;
 Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan
selain migas;
 Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
 Jasa penebangan hutan;
 Jasa pengplahan limbah;
 Jasa penyediaan tenaga kerja (outsourcing services);
 Jasa perantara dan/atau keadenan;
 Jasa dibidang perdagangan surat-sura berharga, kecuali yang
dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI, da KPEI;
 Jasa custodian/penyimpanan/penitipan kecuali yang dilakukan oleh
KPEI;
 Jasa apengisian suara(dubbing) dan/atau sulih suara;
 Jasa mix film;
 Jasa sehubungan software computer, termasuk perawatan,
pemeliharaan dan perbaikan;
 Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas,
AC dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak

5
yang ruang lingkupnya dibidang kontruksi dan mempunyai izin
dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha kontruksi;
 Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik,
telepon, air, gas, AC, TV kabel, alat transportasi/kendaraan
dan/atau bangunan lain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang
ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin
dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha kontruksi;
 Jasa maklon;
 Jasa penyelidikan dan keamanan;
 Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer
 Jasa pengepakan
 Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media masa, media
luar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi;
 Jasa pembasmian hama;
 Jasa kebersihan atau cleaning service
 Jasa catering atau tata boga
D. Pengecualian Objek PPh Pasal 23
Penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan Pajak Pengahsilan
pasal 23 adalah:
1) Penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada bank.
2) Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha
dengan hak opsi.
3) Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
(PT) sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, badan usaka milik
Negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan
usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia
4) Bagian laba yang diterima atau diperolah anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma dan kongsi termasuk pemegang unit penyertaan
kontrak investasi kolektif.

6
5) Sisa hasil usaha kopersi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota.
6) Penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada badan usaha atas jasa
keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan
yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
E. Ketentuan Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 23

PPh Pasal 23 mengatur mengenai jadwal penyetoran dan pelaporan


PPh Pasal 23.

1) PPh Pasal 23 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran,


disediakan untuk dibayar, atau telah jatuh tempo pembayarannya,
tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.
2) PPh Pasal 23 disetor Pemotong Pajak paling lambat tanggal sepuluh bulan
takwim berikutnya setelah bulan saat terutang pajak.
3) Pemotong PPh Pasal 23 diwajibkan menyampaikan SPT Masa
disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat, paling lambat 20 hari
setelah Masa Pajak berakhir.
4) Pemotong PPh Pasal 23 harus memberikan tanda bukti pemotongan
kepada orang pribadi atau badan yang dibebani pajak pengahsilan yang di
potong.
5) Pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 23
dilakukan secara desentralisasi artinya dilakukan di tempat terjadinya
pembayaran atau terutangnya penghasilan yang merupakan objek PPh
Pasal 23, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengawasan terhadap
pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 23 tersebut.

Apabila jatuh tempo batas akhir pelaporan atau penyetoran PPh Pasal
23 bertepatan dengan hari libur, termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional,
penyetoran atau pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

7
F. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 23
1) Perhitungan PPh Pasal 23 atas Jasa
a. PT. ABC membayar jasa service kepada CV. Service sebesar Rp.
3.000.000,-
Jawab :
 Jika CV. Service mempunyai NPWP maka besarnya PPh pasal 23 :
PPh Pasal 23 = 2% x Rp. 3.000.000
= Rp. 60.000
 Jika CV. Service tidak mempunyai NPWP maka besarnya PPh pasal
23 :
PPh Pasal 23 = 2% x Rp. 3.000.000
= Rp. 60.000
Tambahan PPh karena tidak ber-NPWP
= 100% x Rp. 60.000 = Rp. 60.000
Total PPh yang dipotong adalah Rp. 120.000
b. PT Indoraya membayarkan jasa konsultan dari PT Nuansaraya sebesar
Rp120.000.000 (sudah termasuk PPN). PT Nuansaraya tidak
mempunyai NPWP. yang harus dipotong oleh PT Indoraya adalah :
Jawab:
 PPh Pasal 23 = 200% x 2% x Rp120.000.000 = Rp4.800.000
2) Perhitungan PPh Pasal 23 atas Dividen
 Pada 10 Mei 2015, PT Dahlia mengumumkan akan membagikan
dividen melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dan
melakukan pembayaran dividen tunai kepada PT Melati sebesar
Rp30.000.000 yang melakukan penyertaan modal sebesal 15%.
Jawab:
 PPh Pasal 23 = 15% x Rp30.000.000 = Rp4.500.000
3) Perhitungan PPh Pasal 23 atas Sewa
 PT Karya Makmur membayar sewa kendaraaan bus pariwisata dengan
nilai sewa sebesar Rp35.000.000 kepada Sugianto Haris. PPh Pasal 23
yang harus dipotong oleh PT Karya Makmur adalah:
8
Jawab:
 PPh Pasal 23 = 2% x Rp35.000.000
= Rp700.000

4) Perhitungan PPh Pasal 23 atas Hadiah dan Penghargaan


 Pada 20 Maret 2012, PT Abadi memberikan hadiah perlombaan kepada
PT Makmur sebagai juara umum lomba senam sehat sebesar
Rp150.000.000. PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Abadi
adalah:

Jawab:

 PPh Pasal 23 = 15% x Rp150.000.000

= Rp22.500.000

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas


penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan
penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21. pajak merupakan iuran
wajib yang dipungut dari warga Negara Indonesia yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang. Untuk mendukung berjalannya pembangun di
Indinesia dibutuhkan peran serta kesadaran masyarakat tentang kewajiban
membayar pajak, karena pada akhirnya hasil penerimaan pajak dari
masyarakat juga akan digunakan untuk kepentingan masyarakat. Sehingga
fungsi dari diberlakukannya pajak adalah pencapaian peningkatan ekonomi
suatu negara.

B. Saran

10
DAFTAR PUSTAKA

 Suprianto, Edy . Perpajakan Di Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011)


 Mardiasmo. PERPAJAKAN. ( Yogyakarta : ANDI, 2016)
 Peraturan Direktur Jendral Pajak, 2012, (www.pajak.co.id/content/seri-
pph-pajak-penghasilan-pasal-23, diakses 27 Juni 2012.

 Peraturan Direktur Jendral Pajak, 2012, (www.pajak.co.id/content/seri-


pph-pajak-penghasilan-pasal-23, diakses 27 Juni 2012).
 Mardiasmo, PERPAJAKAN, ( Yogyakarta : ANDI, 2016) hlm.285
 Mardiasmo, PERPAJAKAN, ( Yogyakarta : ANDI, 2016) hlm.286
 Mardiasmo, PERPAJAKAN, ( Yogyakarta : ANDI, 2016) hlm.287
 Mardiasmo, PERPAJAKAN, ( Yogyakarta : ANDI, 2016) hlm.288
 Edy Suprianto, Perpajakan Di Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011),
40-41.
 Edy Suprianto, Perpajakan Di Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011),
42

11

Anda mungkin juga menyukai