AKUNTANSI KEPERILAKUAN
“ASPEK KEPERILAKUAN PADA PERENCANAAN LABA DAN PENGANGGARAN”
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 7
ADINDA DWI ARIESTY (206602066)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isi-nya yang sangat sederhana. Pembuatan makalah ini ditujukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keprilakuan. Adapun makalah ini berisi mengenai
“Aspek Keperilakuan PadaPerencanaan Labadan Penganggaran”
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam penulisan selanjutnya serta bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuanbagikitasemua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
HormatKami,
DAFTAR ISI
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 18
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aspek perilaku yang terkait dengan anggaran merujuk pada perilaku manusia yang
terlibat pada saat anggaran tersebut disusun dan diimplemetasikan. Anggaran dapat
mempengaruhi perilaku manusia. Adanya anggaran mengakibatkan manusia membatasi
tindakannya. Anggaran pula yang menyebabkan kinerja manajer selalu dan secara kontinyu
dipantau serta dibandingkan. Hal ini pula yang mengakibatkan timbulnya tekanan. Manajer
seringkali menghadapi permasalahan akibat adanya anggaran seperti misalnya timbulya
over atau under budget, penyimpangan dari anggaran yang diharapkan,dan sebagainya.
Akibatnya anggaran kemudian dianggap sebagai sesuatu yangdapat menghambat atau
mengancam karir.
Keberhasilan anggaran terutama akan ditentukan oleh cara pembuatan anggaran itu
sendiri. Program anggaran yang paling berhasil harus melibatkan manajer dalam tanggung
jawab pengendalian biaya untuk membuat estimasi anggaran mereka sendiri. Pendekatan
dalam penyediaaan data anggaran ini penting terutama apabila anggaran tersebut akan
digunakan untuk mengendalikan dan mengevaluasi aktivitas seorang manajer. Pendekatan
penganggaran yang dianggap paling efektif adalah anggaran yang dibuat dengan kerja sama
dan partisipasi penuh dari manajerpada semuatingkatan.
Manajemen harus selalu menyadari bahwa dimensi manusia dalam penganggaran
merupakan faktor kunci. Mudah bagi manajer untuk menguasai aspek teknis dari program
anggaran, tetapi tidak mudah dalam memasukkan aspek manusia. Manajemen harus ingat
bahwa maksud penyusunan anggaran adalah untuk memotivasi karyawan dan
mengkoordinasikan aktivitas. Untuk mendorong orang supaya bertanggung jawab terhadap
penyusunan anggaran dan terhadap implementasi anggaran untuk mencapai tujuan
organisasi secara efektifdan efisien, perusahaan perlu mempertimbangkan aspek etika dan
perilaku dalam penganggaran.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
1. Pengertian Anggaran
Anggaran dan akuntansi memiliki hubungan yang sangat erat dimana akuntansi
menyajikan data historis yang sangat bermanfaat untuk mengadakan estimasi-estimasi
yang akan dituangkan dalam anggaran yang nantinya akan dijadikan sebagai pedoman
kerja di waktu mendatang. Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara
sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan dan dinyatakan dalam unit
(satuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) mendatang. Orang yang
berwenang dan bertanggung jawab terhadap penyusunann anggaran serta
pelaksanaannya adalah pemimpin perusahaan. Namum siapa atau bagian apa yang
ditugaskan untuk mempersiapkan dan menyusun anggaran tersebut sangat tergantung
pada struktur organisasi dari setiap perusahaan Pada dasarnya aspek keperilakuan dari
penganggaran mengacu pada perilaku manusia yang muncul dalam penyusunan
anggaran dan perilaku manusia yang didorong ketika manusia mencoba untuk hidup
dengan anggaran.
2. Fungsi Penganggaran
1. RasaTidakPercaya
Anggaran merupakan suatu sumber tekanan yang dapat menimbulkan rasatidak
percaya, rasa permusuhan, dan mengarah pada kinerja yang menurun. Riset telah
menemukan sejumlah besar rasa tidak percaya terhadap seluruh proses anggaran pada
tingkat penyelia. Alasannya adalah :
a. Anggaran cenderung untuk terlalu menyederhan akan atau mendistorsi situasi “riil”
dan gagal untuk memungkinkan dimasukannya variasi dalam faktor-faktor eksternal.
b. Anggaran mencerminkan variabel-variabel kualitatif, seperti pengetahuanmengenai
tenaga kerja, kualitas bahan baku, dan efisiensi mesin, secaratidak mencukupi.
2. Resistensi
Meskipun anggaran telah digunakan secara luas dan manfaatnya sangat
didukung anggaran masih ditolak oleh banyak partisipan dalam suatu organisasi. Salah
satu alasan utama untuk hal itu adalah bahwa anggaran menandai dan membawa
perubahan, sehingga merupakan suatu ancaman terhadap status quo. Literature dalam
bidang ilmu social, manajemen, dan perilaku organisasi telah menggambarkan
fenomena dari resistensi karyawan untuk berubah.Banyak orang menjadi terbiasa
dengan cara-cara tertentu untuk melakukan segala sesuatu dan dengan cara- cara tertentu
untuk memandang kejadian, serta tidak tertarik untuk berubah. Merupakan suatu
tantangan bagi manajemen untuk mengatasi resistensi untuk berubah dan untuk berhasil
memperkenalkan inovasi yang meningkatkan kinerja organisasi.
Alasan lain dari resistensi anggaran adalah bahwa proses anggaran memerlukan
waktu dan perhatian yang besar. Manajer atau penyelia mungkin merasa terlalu
terbebani dengan adanya permintaan yang ekstensi batas waktu mereka dan tanggung
jawab rutin mereka. Oleh karena itu, mereka tidak inginuntuk terlibat dalam proses
penyusunan anggaran.
Konflik internal dapat berkembang sebagai akibat dari interaksi yang diperlukan
oleh anggaran antara orang-orang pada berbagai tingkatan organisasi yang berbeda, atau
dapat berkembang pula akibat dari laporan kinerja yang membandingkan satu
departemen dengan departemen lainnya. Gejala-gejala umum dari konflik adalah
ketidakmampuan untuk mencapai kerja sama antar pribadi dan antar kelompok selama
proses penyusunan anggaran.
Konflik internal menciptakan suatu lingkungan kerja yang kompetitif dan
bermusuhan. Konflik dapat menyebabkan orang berfokus pada kebutuhan
departemennya sendiri secara eksklusif dari pada kebutuhan dari organisasi secara total.
Situasi ini menyebabkan keselarasan tujuan menjadi lebih sulit untuk dicapai, hal
tersebut menimbulkan kebencian kepada manajemen dan juga kepada anggaran.
Untuk membuat anggaran berhasil, tekanan ditingkatkan ke bawah danditolak
oleh manajemen tingkat bawah. Sehingga menimbulkan tekanan dankonflik yang lebih
besar. Persaingan antara bawahan mungkin meningkat dan kualitas kerja menurun.
Guna menghilangkan tekanan, kesalahan akan ditimpakan kepada individu atau
kelompok tertentu. Kesemuanya akan mengarah pada konflik yang lebih besar diantara
individu dan organisasi.
Anggaran juga dapat menghambat inisiatif individual dan inovasi yang efektif
biaya, karena metode bisnis yang telah ada dengan probabilitas keberhasilan yang
diketahui lebih dipilih dibandingkan dengan metode baru dengan peluang keberhasilan
yang belum terbukti. Dengan demikian, individu sering kali tidak berani berinovasi.
Lingkungan kerja atau budaya organisasi memengaruhi perilaku dan oleh karena
itu juga memengaruhi proses perencanaan. Perilaku manusia bersifat adaptif dan
berbeda dari satu tindakan tertentu oleh manajemen puncak dapat mendorong perilaku
dan hasil anggaran yang menguntungkan, sementara tindakan yang sama di lingkungan
yang berbeda dapat mendorong perilaku yang tidak diinginkan dan hasil anggaran yang
disfungsional.
Wewenang didelegasikan dan disebarkan dari atas, pekerjaan dan tugas karena
kebutuhan dibagi menjadi bidang-bidang tanggung jawab kecil, yang menciptakan
kebutuhan akan koordinasi yang lebih ketat dan pengendalian formal disepanjang garis
penyelia/bawahan . Dalam struktur manajemen birokratis semacam itu, penyusunan
anggaran yang efektif dianggap lebih sulit karena potensi inefisiensi dalam komunikasi
di dalam organisasi, kurangnya keselarsan tujuan, dan ketidakmampuan dari banyak
orang untuk melihat hubungan antara peran kerja mereka dengan tujuan organisasi
secara keseluruhan. Dalam organisasi birokratis yang besar, system perencanaan harus
didesain untuk mengurangi kemampuan yang melekat dari manajer yang tidak puas
untuk mempraktikkan ketidakpatuhan yang tidak dapat dideteksi.
Sistem perencanaan juga harus berusaha untuk menghilangkan atau mengurangi
ketidakselarasan tujuan yang serius. Ukuran dan kompleksitas dari beberapa organisasi
menimbulkan masalah besar dalam perencanaan, implementasi, dan pengendalian.
Ukuran organisasi mengacaukan proses anggaran dengan cara-cara lain. Misalnya,
manajer pada berbagai tingkatan organisasi dapat menyaring informasi dan meneruskan
ke atas atau ke bawah hanya informasi yang menguntungkan bagi mereka. Manajer atau
penyelia dapat melaksanakan hanya bagian tanggung jawab mereka yang konsisten
dengan tujuan dan kepentingan mereka sendiri.
3. Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan juga memengaruhi lingkungan perencanaan organisasi.
Teori X dari Mc. Gregor menjelaskan gaya kepemimpinan yang otoriter dan
dikendalikan secara ketat, dimana kebutuhan akan efisiensi dan pengendalian
mengharuskan pendekatan manajerial tersebut untuk berurusan dengan bawahannya.
Untuk memantau kinerja bawahan, para pemimpin ini menugaskan staf mereka untuk
mengumpulkan informasi yang memungkinkan dilakukannya pengwasan secara tidak
langsung. Filosofi untuk mendorong perilaku bawahan yang diinginkan adalah : “gaji
mereka dengan baik dan awasi mereka dengan ketat”.
Teori Y dari Mc. Gregor dan gaya kepemimpinan demokratis Likert mendorong
tingkat keterlibatan dan partisipasi karyawan dalam penentuan tujuan dan pengambilan
keputusan. Gaya kepemimpinan demokratis memungkinkan fleksibilitas dalam proses
penyusunan anggaran dan memberikan peluang kepada karyawan untuk terlibat dalam
perancangan arahorganisasi, mengekspresikan ide-ide mereka tentang bagaimana
perusahaan sebaiknya beroperasi, dan memanfaatkan bakat mereka secara efektif. Den
gan pendekatan partisipatif, dibutuhkan waktu yang lebih banyak untuk menyelesaikan
anggaran karena adanya komunikasi dan negosiasi bolak-balik antar departemen. Tetapi,
riset telah mengungkapkan bahwa orang mengidentifikasikan dirinya lebih dekat dengan
anggaran dan melakukan usaha yang lebih besar guna mencapai tujuan yang dinyatakan
ketika mereka berpartisipasi dalam menetapkan tujuan ini.
Keselarasan tujuan
Masalah utama yang di jumpai dalam tahap penetapan tujuan adalah mencapai
suatu tingkat keselarasan tujuan atau kompatibilitas yang mungkin diantara tujuan-
tujuan organisasi, subunit - subunitnya (divisi atau departemen), dan anggota-
anggotanya yang berpartisipasi. Keselarasan tujuan atau kompatibilitas akan terjadi
ketika individu memandang bahwa kebutuhan pribadinya dapat dipenuhi dengan
mencapai tujuan organisasi. Jika tujuan organisasi dipandang sebagai alat untuk
mencapai tujuan pribadi atau untuk memenuhi kebutuhan pribadi, maka tujuan
organisasi akan memotivasi karyawan untuk menyelesaikan tindakan
yangdiinginkan.
Partisipasi
Partisipasi dalam proses penyusunan anggaran diklaim oleh sebagian besar
orang sebagai obat mujarab untuk memenuhi kebutuhan akan harga diri dan
aktualisasi diri dari para anggota organisasi. Partisipasi adalah suatu “proses
pengambilan keputusan bersama oleh dua bagian atau lebih pihak dimana keputusan
tersebut akan memilik dampak masa depan terhadap mereka yang membuatnya.”
Dengan kata lain, pekerja dan manajer tingkat bawah memilikisuara dalam proses
manajemen. Ketika diterapkan kepada perencanaan, partisipasi mengacu pada
keterlibatan manajer tingkat menengah dan bawah dalam pengambilan keputusan
yang mengarah pada penentuan tujuan operasional dan penetapan sasaran kinerja.
Keterlibatan tersebut dapat bervariasi dari hanya sekedar hadir pada pertemuan-
pertemuan anggaran sampai pada partisipasi dalamdiskusi yang berkaitan dengan
kewajaran dari kuota penjualan dan target produksi dan pada hak untuk melakukan
negosiasi dalam menetapkan sasaran dari orang itu sendiri.
Manfaat partisipasi
Salah satu manfaat dari partisipasi yang berhasil adalah bahwa partisipan
menjadi terlibat secara emosi dan bukan hanya secara tugas dalam pekerjaan mereka.
Patisipasi dapat meningkatkan moral dan mendorong inisiatif yang lebih besar pada
semua tingkatan manajemen. Partisipasi yang berarti juga meningkatkan rasa kesatuan
kelompok, yang pada gilirannya cenderung untuk meningkatkan kerja sama antar
anggota kelompok dalam penetapan tujuan. Tujuan organisasi yang dibantu
penetapannya oleh orang-orang tersebut kemudian akan dipandang sebagai tujuan yang
selaras dengan tujuan pribadi mereka. Proses ini disebut dengan internalisasi tujuan.
Kurangnya internalisasi tujuan dapat menimbulkan konflik antara tujuan pribadi
individual dan tujuan yang terkait dengan karyawan. Karena tujuan dan kebutuhan
pribadi biasanya mendominasi tujuan organisasi, kurangnya internalisasi tujuan dapat
dihubungkan dengan penurunan dalam moral produktivitas. Ketika orang
menginternalisasi dan menerima tujuan organisasi,dan ketika terdapat tingkat kesatuan
kelompok yang tinggi, maka persyaratan untuk efisiensi yang maksimal dalam
pencapaian tujuan akan tercapai.
Tahap Implementasi
Anggaran tersebut kemudian diimplementasikan melalui komunikasi kepada
karyawan kunci dalam organisasi. Hal ini menginformasikan kepada mereka
mengenai harapan manajemen, alokasi sumber daya, kuota produksi, dan tenggang
waktu. Untuk membuat anggaran bekerja, semua karyawan harus belajar untuk
melihatnya sebagai wahana positif untuk tindakan organisasi dan sebagai perbaikan
dan bukan sebagai beban atau senjata manajemen.
Pengkomunikasian Anggaran
Pengontrol atau direktur perencanaan bertanggung jawab meng
implementasikan anggaran. Hal ini dicapai dengan mengkomunikasikan sasaran
operasional yang disetujui kepada orang-orang ditingkat organisasi yang lebih
rendah. Untuk menghilangkan beberapa masalah potensial, pengontrol harus
menerjemahkan sasaran organisasi secara keseluruhan kedalam sasaran yang dapat
dipahami bagi setiap sub unit organisasi.
Selain bertujuan untuk menginformasikan manajer tingkat bawah mengenai
tanggung jawab mereka, komunikasi atas sasaran anggaran juga dimaksudkan untuk
memenangkan kepercayaan dari karyawan tingkat bawah. Sebagai contoh, jika
manajemen puncak memiliki keraguan atas kemungkinan mencapai tujuan organisasi,
persepsi ini dapat dikomunikasikan dengan kurang hati-hati kepada bawahan serta
mendorong perilaku yang tidak diinginkan. Dengan demikian, manajemen puncak
harus memastikan bahwa tujuan-tujuan realistis telah ditetapkan. Kemudian,
manajemen puncak dapat menunujukkan keyakinan dalam menyusun anggaran yang
akan menginspirasikan perilaku bawahan yang diinginkan.
KerjasamadanKoordinasi
Implementasi anggaran yang berhasil membutuhkan kerja sama dari orang-
orang dengan beranekaragam keterampilan dan bakat. Direktur perencanaan
sebaiknya mempertimbangkan sepenuhnya bahwa konflik yang muncul didalam
kelompok dapat mengurangi kerja sama antar-subunit. Masalah-masalah ini harus
ditangani segera setelah dideteksi guna menghindari konsekuensi organisasional yang
lebih serius.
TahapPengendaliandanEvaluasiKinerja
Tujuan-tujuan yang dianggarkan jarang dicapai tanpa memantau kemajuan
karyawan secara kontinu terhadap pencapaian tujuan mereka.Dalam tahap
pengendalian dan evaluasi kinerja, kinerja aktual dibandingkan dengan standar yang
dianggarkan guna menentukan bidang-bidang permasalahan dalam organisasi
tersebut dan menyarankan tindakan yang sesuai untuk memperbaiki kinerja yang
dibawah standar. Perbandingan antarabiaya aktual dan biaya yang dianggarkan juga
akan mengindikasikan kinerjadiatasanggaran.
Laporan-LaporanKinerja
Untuk mempertahankan kendali atas biaya dan menjagaagar karyawan
termotivasi ke arah pencapaian sasaran, laporan kinerja sebaiknya disusun dan
didistribusikan paling tidak secara bulanan. Penerbitan laporankinerja yang tepat
waktu memiliki dampak mendorong pada moral karyawan. Efisisensi umpan balik
kinerja akan meningkatkan efisiensi organisasi dengan mengindikasikan sasaran yang
harus direvisi untuk siklus perencanaan yangberikutnya. Manajer dapat
menyimpulkan hal-hal tersebut dari yang diketahuimengenai tingkat aspirasi. Karena
tingkat aspirasi naik ketika kinerja yang berwujud berhadapan atau melebihi
anggaran, kinerja aktual memenuhi atau melampaui anggaran, kinerja yang
menguntungkan dapat menandai bahwa sasaran tersebut sebaiknya dinaikkan untuk
menyesuaikan dengan tingkat aspirasi yang baru.
Laporan kinerja juga dapat mendororng karyawan untuk merasakan tekanan,
kegelisahan, iri hati, kemurahan, kecil hati, dan seterusnya. Kita mengetahui dari ilmu
pengetahuan sosial bahwa orang yang akan bertindak berdasarkan pada sesuatu yang
mereka pikirkan atau rasakan. Dengan demikian, direktur perencanaan sebaiknya
sangat sensitif terhadap reaksi manusia dengan laporan kinerja.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi
seluruh kegiatan perusahaan dan dinyatakan dalam unit (satuan) moneter dan berlaku untuk
jangka waktu (periode) mendatang. Anggaran memiliki beberapa fungsi yang menjadikan
suatu kinerja organisasi dapat terlaksana denganbaik atau dapat dikatakan bahwa anggaran
bisa dijadikan sebagai alat pengendalian manajemen dalam menemukan kekuatan serta
kelemahan dari organisasi tersebut.
Terdapat tiga tahapan dan perilaku dalam proses penyusunan anggaran diantaranya
penetapan tujuan, implementasi,pengendalian dan evaluasi kinerja. Tahapan tersebut harus
dilakukan secara sistematis agar jika terjadi kesalahan akan terdeteksi lebih awal. Dari
penyusunan anggaran tersebut dapat memunculkan konsekuensi disfungsional antara lain
rasa tidak percaya,resistensi,konflik internal serta efek samping lain yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://irma-yuni.blogspot.co.id/2012/06/aspek-keperilakuan-pada-perencanaan.html
Lubis,ArfanIkhsan.2011.AkuntansiKeperilakuan,EdisiKedua.Jakarta:
SalembaEmpat
https://prezi.com/zngqbd6j-qtb/aspek-keprilakuan-pada-perencanaan-laba-dan-
penganggaran/
http://taskseekers.blogspot.co.id/2013/12/aspek-keperilakuan-pada-
perencanaan.html