Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ASPEK KEPRILAKUAN

DARI PERENCANAAN LABA DAN PENGANGGARAN

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3

1. WA ANDI 17 320 005

2. MARDYA ERNING RAHAYU 17 320 015

3. NUR HADIJAH 17 320 039

4. TAUFIK 17 320 041

5. MUHAMAD REDI SAPUTRA 17 320 022

6. HARDIANTI 17 320 029

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERITAS DAYANU IKHASANUDDIN BAUBAU

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya berkat Rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam mata kuliah Akuntansi
Keprilakuan. Makalah ini tentunya dapat terselesaikan dengan baik atas dukunngan berbagai
pihak. Makalah ini dapat terselesaikan dengan materi “aspek keprilakuan dari perencanaan laba
dan penganggaran”.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan masih jauh dari kesempurnaan sehinga perlu dibenahi. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan makalah ini, agar
makalah ini dapat berguna serta bermafaat bagi pengembangan wawasan. Kami berharap makalah
ini dapat bermamfaat bagi pembaca pada umumnya dan penyusun pada khususnya.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penganggaran

2.2 Fungsi Penganggaran

2.3 Aspek Keperilakuan Pada Proses Penyusunan Anggaran

2.4 Konsekuensi Disfunsional Dari Proses Penyusunan Anggaran

2.5 Relevansi Konsep Ilmu Keperilakuan Dalam Lingkungan Perencanaan

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anggaran dan akuntansi memiliki hubungan yang sangat erat dimana akuntansi menyajikan
data historis yang sangat bermanfaat untuk mengadakan estimasi-estimasi yang akan dituangkan
dalam anggaran yang nantinya akan dijadikan sebagai pedoman kerja di waktu mendatang.
Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan
perusahaan dan dinyatakan dalam unit (satuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode)
mendatang. Orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap penyusunann anggaran serta
pelaksanaannya adalah pemimpin perusahaan. Namum siapa atau bagian apa yang ditugaskan
untuk mempersiapkan dan menyusun anggaran tersebut sangat tergantung pada struktur organisasi
dari setiap perusahaan
Pada dasarnya aspek keperilakuan dari penganggaran mengacu pada perilaku manusia yang
muncul dalam penyusunan anggaran dan perilaku manusia yang didorong ketika manusia
mencoba untuk hidup dengan anggaran

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu penganggaran!

2. Apa fungsi penganggaran!

3. Bagaimana aspek keperilakuan pada proses penyusunan anggaran!

4. bagaimana konsekuensi disfunsional dari proses penyusunan anggaran!

5. bagaimana relevansi konsep ilmu keperilakuan dalam lingkungan perencanaan!

1.3 Tujuan

1. Mengetahui penjelasan dari penganggaran

2. Mengetahui fungsi dari penganggaran

3. Mengetahui bagaimana aspe keprilakuan pada proses penyusunan anggaran


4. Mengetahui konsekuensi disfunsional dari proses penyusunan anggaran

5. Mengetahui relevansi konsep ilmu keprilakuan dalam lingkungan perencanaan


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penganggaran

Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh
kegiatan perusahaan dan dinyatakan dalam unit satuan moneter dan berlaku untuk jangka waktu
pendek yakni satu tahun. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa anggaran rencana kerja
berupa taksiran-taksiran yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang dan anggaran
diwujudkan dalam bentuk tertulis yang disusun secara teratur dan sistematis.

Anggaran diterima secara luas sebagai tolok ukur perencanaan dan pengendalian.
Anggaran berdampak langsung terhadap perilaku manusia dan aspek keperilakuan dari
peranggaran mengacu pada perilaku manusia yang muncul dari proses penyusunan anggaran
hingga implementasi terhadap pelaksanaan anggaran.

2.2 Fungsi Penganggaran

Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan suatu proses negosiasi antara manajer
pusat pertanggungjawaban dan atasannya. Dengan demikian anggaran mempunyai dua peran
penting di dalam suatu perusahaan. Pertama, anggaran sebagai alat untuk perencanaan
(planning), dan yang kedua, anggaran berperan sebagai alat untuk pengendalian (control),

Anggaran memiliki beberapa fungsi, yaitu :

1. Anggaran merupakan hasil akhir dari suatu proses perencanaan perusahaan. Sebagai
hasil negosiasi antar anggota perusahaan maka ia mengandung konsesus/kesepakatan
organisasi tentang operasionalisasi tujuan perusahaan dimasa depan.
2. Anggaran merupakan cetak biru bagi pelaksanaan tindakan, yang merefleksikan apa yang
menjadi prioritas-prioritas manajemen dalam mengalokasikan sumber daya-sumber daya
perusahaan. Anggaran juga memberikan indikasi mengenai bagaimana unit-unit kecil
organisasi diarahkan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan perusahaan secara
menyeluruh.
3. Anggaran berfungsi sebagai alat komunikasi internal perusahaan, yang
menghubungkan satu departemen atau divisi dengan lainnya dan dengan manajemen
puncak.
4. Anggaran menyatakan sasaran dalam kriteria kinerja atau standar yang dapat diukur dan
dibandingkan dengan hasil operasi yang dicapai. Dengan demikian dapat dijadikan dasar
bagi evaluasi/penilaian kinerja bagi manajer pusat laba dan biaya.
5. Anggaran berfungsi sebagai alat kontrol yang dapat menunjukkan secara nyata kepada
manajemen mengenai bagian-bagian yang menjadi kekuatan atau kelemahan perusahaan.
Hal ini memungkinkan manajemen menentukan tindakan-tindakan perbaikan yang tepat.
6. Anggaran mencoba untuk mempengaruhi dan memotivasi baik manajer maupun
karyawan untuk terus bertindak dengan cara yang konsisten dengan operasi yang efektif
dan efisien serta selaras dengan tujuan organisasi.

2.3 Aspek Keperilakuan Pada Proses Penyusunan Anggaran


Seperti yang kita ketahui, proses penyusunan anggaran melalui beberapa tahap atau langkah, yaitu:

1. Penetapan tujuan
Aspek keperilakuan yang harus diperhatikan pada tahap penetapan tujuan adalah seluruh
aspek perencanaan yang meliputi partisipasi, kesesuaian tujuan, dan komitmen. Aktivitas
perencanaan dimulai dengan menterjemahkan tujuan organisasi yang luas ke dalam tujuan -
tujuan yang lebih spesifik. Untuk menyusun rencana yang realistis dan menciptakan anggaran
yang praktis, interaksi yang ekstensif diperlukan oleh manajer lini dan direktur memainkan
peranan kunci dalam penyusunan anggaran. Karyawan dan staf perusahaan bertanggungjawab
menginisiasi dan melakukan administrasi atas proses penyusunan anggaran. Disaat
menformulasikan tujuan organisasi dan menterjemahkannya ke dalam target operasi perusahaan,
diperlukan kehati- hatian untuk menetapkan suatu skala prioritas tujuan dan target yang realistis.

Keselarasan dalam tujuan, Jika tujuan organisasi dipandang sebagai alat untuk mencapai
tujuan pribadi atau memenuhi kebutuhan pribadi, maka tujuan organisasi akan memotivasi
karyawan untuk menyelesaikan setiap target yang diinginkan. Jika keselarasan tujuan tidak dapat
ditetapkan, maka berbagai masalah dapat berkembang. Manajer dari tiap unit atau
departemen yang berbeda mungkin bekerja untuk tujuan yang saling bertentangan yang
memunculkan persaingan tidak sehat antar unit departemen. Semangat persaingan yang tidak
sehat itu dapat menggantikan semangat untuk bekerjasama atau perasaan putus asa dapat
menyerap ke berbagai tingkatan manajerial. Motivasi manajer dan karyawan terhadap
pencapaian tujuan organisasi dapat menjadi lemah. Kondisi ini dapat tercermin dalam penurunan
kualitas pelayanan yang diberikan ke pelanggan dan atau kualitas terhadap barang atau
produk yang dihasilkan.

Partisipasi adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh dua bagian atau lebih
pihak di mana keputusan tersebut akan memiliki dampak masa depan terhadap mereka yang
membuatnya. Dengan kata lain, pekerja dan manajer tingkat bawah memiliki suara dalam proses
penetapan tujuan dan penyusunan anggaran.

2. Implementasi
aspek keperilakuan yang harus diperhatikan pada tahap implementasi adalah seluruh
aspek perencanaan yang meliputi komunikasi, kerja sama, dan koordinasi.

Implementasi anggaran yang berhasil membutuhkan kerjasama dari semua karyawan di


setiap level dalam organisasi. Pimpinan puncak harus dapat merangkul keterlibatan kelompok
karyawan dalam proses penyusunan dan implementasi anggaran keseluruhan sehingga konflik
yang muncul dalam setiap kelompok dapat dihindari. Direktur perencanaan sebaiknya menyadari
sikap karyawan terhadap proses penyusunan anggaran. Jika anggaran dianggap kurang dapat
diandalkan oleh manajemen non keuangan maka kecil kemungkinannya bahwa anggaran tersebut
akan dapat diterima. Hal ini menimbulkan masalah yang potensial bagi kinerja organisasi secara
keseluruhan karena unit organisasi tertentu akan tidak dapat bekerjasama sehingga berpotensi
merusak koordinasi antar departemen.

3. Pengendalian dan evaluasi kinerja


aspek keperilakuan yang harus diperhatikan pada tahap pengendalian dan evaluasi kinerja
adalah kebijakan, sikap, tindakan manajemen dalam evalusai kinerja dan tindak lanjut atas
penyimpangan yang terjadi.
Penerbitan laporan kinerja yang tepat waktu memiliki dampak mendorong moral
karyawan. Namun perlu diwaspadai, kurangnya umpan balik kinerja dan penundaan umpan balik
berdasarkan hasil evaluasi kinerja akan menghilangkan moral dan motivasi untuk mencapai kinerja
yang lebih baik. Sebaliknya, berdasarkan hasil riset diketahui bahwa adanya umpan balik yang
positif akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas penugasan atau kegiatan.

2.4 Konsekuensi Disfunsional Dari Proses Penyusunan Anggaran


Penyusunan anggaran dapat menimbulkan dampak psikologis langsung pada karyawan.
Berbagai fungsi anggaran seperti penetapan suatu tujuan, pengendalian dan mekanismen evaluasi
kinerja dapat memicu berbagai konsekuensi disfungsional seperti rasa tidak percaya, resistensi,
konflik internal, dan efek samping lain yang tidak diinginkan. Hal ini memiliki implikasi negatif
seperti kesalahan alokasi sumber daya dan bias dalam evaluasi kinerja bawahan terhadap unit
pertanggung jawaban mereka dan akan menimbulkan kesenjangan atau slack. Oleh karena itu
diperlukan adanya monitoring dan meningkatkan kualitas pengungkapan untuk mengurangi
dampak negatif dari penyusunan anggaran.

A. Rasa tidak percaya


Anggaran merupakan suatu sumber tekanan yang dapat menimbulkan rasa tidak percaya,
rasa permusuhan, dan mengarah pada penurunan kinerja.
1. Anggaran cendrung terlalu menyederhanakan atau mendistorsi situasi rill dan gagal
untuk memungkinkan dimasukkannya variasi dalam faktor-faktor eksternal.
2. Anggaran mencerminkan variabel-variabel kualitatif, seperti pengetahuan mengenai
tenaga kerja, kualitas bahan baku dan efisiensi mesin secara tidak memadai.
3. Anggaran hanya mengkonfirmasi hal yang telah diketahui oleh penyelia.
4. Anggaran sering kali digunakan untuk memanipulasi penyelia sehingga ukuran kinerja
yang diindikasikan dicurigai.
5. Laporan anggaran menekankan pada hasil, bukan pada alasan
6. Laporan anggaran menggangu gaya kepemimpinan penyelia
7. Anggaran cenderung menekankan kegagalan
B. Resistensi
Walaupun anggaran telah digunakan secara luas dan manfaatnya sangat didukung,
anggaran masih ditolak oleh banyak partisipan dalam suatu organisasi. Salah satu alasan utama
adalah anggaran menandai dan membawa perubahan sehingga merupakan suatu ancaman terhadap
status qou. Banyak orang menjadi terbiasa melakukan sesuatu dan memandang kejadian dengan
cara-cara tertentu, serta tidak tertarik untuk berubah.
Alasan lain dari resistensi anggaran adalah proses anggaran memerlukan waktu dan
perhatian yang besar. Manejer atau penyelia mungkin merasa terbebani dengan permintaan yang
ekstensif atas waktu dan tanggung jawab rutin mereka. Oleh karena itu mereka tidak ingin terlibat
dalam proses penyusunan anggaran. Banyak dari alasan tersebut dapat diatasi dengan mendidik
manajer dan penyelia mengenai manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan anggaran.
Contoh : Anggaran menimbulkan penolakan karena orang punya status quo masing-
masing, terbiasa dengan cara-cara lama dan dirugikan secara pribadi. Misal kenikmatan-
kenikmatan yang diperoleh karena memangku jabatan, kalau anggaran dipotong tentu saja akan
menimbulkan keterkejutan.

C. Konflik internal
Anggaran memerlukan interakasi antara orang-orang pada berbagai tingkatan organisasi
yang berbeda. Konflik internal dapat berkembang sebagai akibat dari interaksi ini, atau sebagai
akibat dari laporan kinerja yang membandingkan satu departemen dengan departemen lain. Gejala-
gejala umum dari konflik adalah ketidakmampuan mencapai kerja sama antar pribadi dan antar
kelompok selama proses penyusunan anggaran.
Konflik internal menciptakan suatu lingkungan kerja yang kompetitif dan bermusuhan.
Konflik internal menyebabkan orang berfokus pada kebutuhan departemannye sendiri secara
eksklusif dari pada kebutuhan organisasi secara total. Hal tersebut menimbulkan kebencian pada
manajemen dan anggaran. Oleh karena itu manajemen harus mengidentifikasikan dan
mendiagnosis penyebabnya. Kemudian tindakan untuk menghilangkan konflik internal dan
mengembalikan hubungan kerja yang harmonis dan produktif dapat dimulai.
Contoh : Adanya perbedaan anggaran pada departemen tertentu tanpa ada penjelasan
kepada departemen lain.
D. Efek samping lain yang tidak diinginkan
Anggaran barangkali menghasilkan pengaruh lain yang tidak diinginkan. Salah satu
pengaruhnya adalah terbentuknya kelompok-kelompok informal yang kecil yang menentang
tujuan anggaran. Tujuan awal mereka adalah mengurangi ketegangan dari konflik internal seperti
menggeser tanggung jawab ke departemen lain, memertanyakan validitas data yang dianggarkan
dan melakukan lobi untuk menurunkan standar. Hal-hal tersebut bertentangan dengan tujuan
organisasi sehingga justru menimbulkan ketegangan.
Efek lain, anggaran sering kali dipandang sebagai alat tekanan manajerial. Orang-orang
merasakan tekanan ketika manajemen puncak berusaha memperbaiki efisiensi. Sedikit tekanan
memang diperlukan tetapi tekanan yang berlebihan dapat dihubungkan dengan frustasi, emosi
yang meningkat dan penyakit fisik yang ditimbulkan oleh stress.
Tekanan anggaran bagi para penyelia lebih bahaya karena mereka tidak mampu
melimpahkan tanggung jawab pada bawahannya, sehingga pada akhirnya mereka melakukan
tindakan disfungsional. Salah satunya mendistorsi proses pengukuran dengan memanipulasi data
atau membuat keputusan operasi yang meningkatkan kinerja tapi merugikan perusahan pada
jangka panjang.
Efek samping lainnya yang tidak diinginkan adalah penekanan yang berlebihan pada
kinerja departemental dan kurang menekankan pada kinerja organisasi secara keseluruhan.
Anggaran dapat menghambat inisiatif individual dan inovasi yang efektif biaya karena metode
bisnis dengan probabilitas keberhasilan yang diketahui lebih dipilih dibangingkan dengan metode
baru dengan peluang keberhasilan yang belum terbukti.

2.5 Relevansi Konsep Ilmu Keperilakuan Dalam Lingkungan Perencanaan


1. Dampak dari lingkungan perencanaan
Lingkungan perencanaan mengacu pada struktur, proses, dan pola-pola interaksi dalam
penetapan kerja. Hal ini meliputi tingkat formalitas dalam interaksi manusia, penerimaan
manajemen puncak terhadap ide-ide baru, prosedur dan perangkat untuk membuat agar pekerjaan
dilakukan, perasaan identifikasi dengan organisasi, tingkat kohesi dari tenaga kerja dan seterusnya.
Lingkungan dari suatu organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ukuran dan
struktur, gaya kepemimpinan, jenis sistem pengendalian, dan stabilitas lingkungan. Lingkungan
kerja mempengaruhi prilaku sehingga mempengaruhi proses perencanaan. Tindakan manajemen
mendorong prilaku karyawan, dan respon karyawan bisa menerima atau menolak.

2. Ukuran dan struktur organisasi


Ukuran organisasi dipandang sebagai jumlah karyawan, nilai rupiah dari pabrik fisik,
volume penjualan, jumlah kantor cabang, atau ukuran kuantitatif lainnya yang membedakan
organisasi. Struktur organisasi mengacu pada hubungan formal dan informal antara para anggota
organisasi meliputi jumlah lapisan wewenang, jumlah kantor atau posisi pada setiap lapisan,
tanggungjawab dari setiap kantor, dan prosedur untuk membuat pekerjaan dilakukan.
Ukuran organisasi mempengaruhi struktur organisasi. Perusahaan kecil, perencanaan dan
pengendalian relatif sederhana. Sebaliknya perusahaan besar harus mengembangkan struktur
birokrasi yang kompleks sehingga penyusunan anggaran yang efektif lebih sulit karena potensi
inefisiensi komunikasi didalam organisasi, kurangnya keselarasan tujuan,dan ketidakmampuan
dari banyak orang untuk melihat hubungan antara peran kerja mereka dengan tujuan organisasi
secara keseluruhan.
Ukuran dan kompleksitas dari beberapa organisasi menimbulkan masalah besar dalam
perencanaan, implementasi dan pengendalian. Contoh: direktur perusahaan harus
mengkoordinasikan tingkat produksi, penjualan dan perdediaan dengan wakil direktur produksi,
penjualan, keuangan dan pemasaran. Sementara wakil direktur harus mengoperasikan departemen
mereka sendiri dalam batasan rupiah yang telah dianggarkan. Masalah lainnya, manajer dapat
menyaring informasi dan meneruskan ke atas atau ke bawah hanya informasi yang menguntungkan
bagi mereka atau mengerjakan bagian tanggungjawab sesuai kepentingan mereka sendiri.
Lingkungan perencanaan juga dipengaruhi oleh tingkat wewenang atau hak prerogatif
untuk pengambilan keputusan, biasanya dinyatakan dengan istilah sentralisasi dan desentralisasi.
Organisasi tersentralisasi ditandai dengan konsentrasi pengambilan keputusan pada tingkatan
manajerial yang lebih tinggi. Perusahaan-perusahaan tersentraliasi membutuhkan sistem untuk
memantau seluruh aktivitas organisasi secara ketat. Organisasi terdesentraliasi ditandai dengan
pengambilan keputusan pada manajer tingkat bawah karena itu dibutuhkan suatu sistem yang
meningkatkan partisipasi, kerjasama, dan koordinasi tingkat perusahaan.

3. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan juga mempengaruhi lingkungan perencanaan organisasi. Mc Gregor
menjelaskan gaya kepemimpinan yang dikenal dengan teori X dan teori Y. Teori X
mengimplikasikan bahwa anggaran akan disusun oleh manajemen puncak (pengontrol atau
direktur perencanaan) dan dikenakan pada manajemen tingkat bawah. Gaya kepemimpinan
otoriter, anggaran dipandang sebagai alat pengendalian manajemen untuk memastikan kepatuhan
karyawan. Kelebihan teori X ini yaitu secara nyata mengkoordinasi dan pengendalian atas aktivitas
khususnya ketika tanggungjawab atas tugas tersebut tidak jelas. Kelebihan lain, gaya
kepemimpinan ini efisien dalam kasus perbedaan bahasa dan budaya. Namun kelemahannya, tidak
mendorong partisipasi dan dapat menimbulkan tekanan anggaran yang berlebihan, kegelisahan
dan rusaknya motivasi. Teori Y adalah gaya kepemimpinan demokratis, mendorong keterlibatan
dan partisipasi karyawan dalam penentuan tujuan dan pengambilan keputusan. Kelebihannya
yaitu, proses penyusunan anggaran lebih fleksibel dan memberikan peluang bagi karyawan untuk
terlibat dalam perancangan arah organisasi, mengekspresikan ide-ide mereka dan memanfaatkan
bakat mereka secara efektif. Namun kelemahannya adalah dibutuhkan waktu yang lebih banyak
untuk menyelesaikan anggaran karena komunikasi dan negoisasi bolak-balik antar departemen.

4. Stabilitas Lingkungan Organisasi


Lingkungan eksternal meliputi iklim politik dan ekonomi, ketersediaan pasokan, struktur
industry yang melayani organanisasi, hakikat persaingan dan lain-lain. Lingkungan yang stabil
mengenakan risiko yang terbatas dan memungkinkan proses penetapan tujuan menjadi demokratis
dan partisipatif. Lingkungan yang berubah dengan cepat menghasilkan situasi yang beresiko
tinggi. Untuk menghadapi perubahan semacam itu, keputusan harus dibuat dengan cepat dan tegas,
dalam kasus ini gaya kepemimpinan otoriter terbukti lebih efisien dibandingkan dengan gaya
kepemimpinan yang demokratis dan partisipatif.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh
kegiatan perusahaan dan dinyatakan dalam unit satuan moneter dan berlaku untuk jangka waktu
pendek yakni satu tahun. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa anggaran rencana kerja
berupa taksiran-taksiran yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang dan anggaran
diwujudkan dalam bentuk tertulis yang disusun secara teratur dan sistematis.

Anggaran diterima secara luas sebagai tolok ukur perencanaan dan pengendalian.
Anggaran berdampak langsung terhadap perilaku manusia dan aspek keperilakuan dari
peranggaran mengacu pada perilaku manusia yang muncul dari proses penyusunan anggaran
hingga implementasi terhadap pelaksanaan anggaran.

proses penyusunan anggaran melalui beberapa tahap atau langkah, yaitu:

1. Penetapan tujuan
Aspek keperilakuan yang harus diperhatikan pada tahap penetapan tujuan adalah seluruh
aspek perencanaan yang meliputi partisipasi, kesesuaian tujuan, dan komitmen. Aktivitas
perencanaan dimulai dengan menterjemahkan tujuan organisasi yang luas ke dalam tujuan -
tujuan yang lebih spesifik. Untuk menyusun rencana yang realistis dan menciptakan anggaran
yang praktis, interaksi yang ekstensif diperlukan oleh manajer lini dan direktur memainkan
peranan kunci dalam penyusunan anggaran. Karyawan dan staf perusahaan bertanggungjawab
menginisiasi dan melakukan administrasi atas proses penyusunan anggaran. Disaat
menformulasikan tujuan organisasi dan menterjemahkannya ke dalam target operasi perusahaan,
diperlukan kehati- hatian untuk menetapkan suatu skala prioritas tujuan dan target yang realistis.

2. Implementasi
aspek keperilakuan yang harus diperhatikan pada tahap implementasi adalah seluruh
aspek perencanaan yang meliputi komunikasi, kerja sama, dan koordinasi.

Implementasi anggaran yang berhasil membutuhkan kerjasama dari semua karyawan di


setiap level dalam organisasi. Pimpinan puncak harus dapat merangkul keterlibatan kelompok
karyawan dalam proses penyusunan dan implementasi anggaran keseluruhan sehingga konflik
yang muncul dalam setiap kelompok dapat dihindari. Direktur perencanaan sebaiknya menyadari
sikap karyawan terhadap proses penyusunan anggaran. Jika anggaran dianggap kurang dapat
diandalkan oleh manajemen non keuangan maka kecil kemungkinannya bahwa anggaran tersebut
akan dapat diterima. Hal ini menimbulkan masalah yang potensial bagi kinerja organisasi secara
keseluruhan karena unit organisasi tertentu akan tidak dapat bekerjasama sehingga berpotensi
merusak koordinasi antar departemen.

3. Pengendalian dan evaluasi kinerja


aspek keperilakuan yang harus diperhatikan pada tahap pengendalian dan evaluasi kinerja
adalah kebijakan, sikap, tindakan manajemen dalam evalusai kinerja dan tindak lanjut atas
penyimpangan yang terjadi.

Penerbitan laporan kinerja yang tepat waktu memiliki dampak mendorong moral
karyawan. Namun perlu diwaspadai, kurangnya umpan balik kinerja dan penundaan umpan balik
berdasarkan hasil evaluasi kinerja akan menghilangkan moral dan motivasi untuk mencapai kinerja
yang lebih baik. Sebaliknya, berdasarkan hasil riset diketahui bahwa adanya umpan balik yang
positif akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas penugasan atau kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA

http://slidepdf.com/reader/full/aspek-keperilakuan-pada-penganggaran-dan-laba di akses pada


senin 21 oktober 2019 pukul 10:00

https://www.academia.edu/6509214/MAKALAH_AKUNTANSI_KEPRILAKUAN_KEL_5
diakses pada senin 21 oktober 2019 pukul 10:20

https://www.academia.edu/24548674/Aspek_Keperilakuan_pada_Perencanaan_Laba_dan_Penga
nggaran di akses pada rabu 23 oktober 2019 pukul 20:34

https://id.scribd.com/doc/303762376/Makalah-Aspek-Keperilakuan-Pada-Perencanaan-Laba-
dan-Penganggaran di akses pada rabu 23 oktober 2019 di akses pukul 20:50

https://www.coursehero.com/file/33829930/Makalah-Aspek-Keperilakuan-Pada-Perencanaan-
Laba-dan-Penganggaran415doc/ di akses pada sabtu 26 oktober 2019 pukul 20:27

Anda mungkin juga menyukai