Dosen Pengampu:
Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE, M.Si., Ak. CA
Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan paper tentang Aspek Keprilakuan Pada
Akuntansi Pertanggungjawaban. Dengan baik meskipun mungkin masih ada kekurangan
didalamnya. Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ida Bagus Putra Astika, S.E.,
M.Si., Ak., CA selaku Dosen mata kuliah Akuntansi Keperilakuan kelas D5 yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap paper ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam rangkuman ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik dan saran demi perbaikan rangkuman yang telah kami buat di masa yang akan datang.
Semoga rangkuman ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................1
1.3. Tujuan....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................2
2.1. Definisi Akuntansi Pertanggungjawaban...............................................................2
2.2. Akuntansi Pertanggungjawaban dan Akuntansi Tradisional.................................2
2.3. Penetapan Pertanggungjawaban............................................................................3
2.4. Perencanaan, Pengumpulan Data, dan Pelaporan..................................................4
2.5. Asumsi Keprilakuan Akuntansi Pertanggungjawaban..........................................5
2.6. Case Study: Review Artikel Terbaru Terkait Topik...............................................7
BAB III PENUTUP..............................................................................................................11
3.1. Simpulan..............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
kepada siapa para manajer tersebut bertanggung jawab dan mampu melakukan
pengendalian. Berbagai data operasional tidak hanya diklasifikasikan, diakumulasikan,
dan dilaporkan berdasarkan jenisnya, tetapi juga berdasarkan individu-individu yang
telah diberikan tanggung jawab atasnya.
Oleh karena itu, akuntansi pertanggungjawaban tidak mengalokasikan biaya
gabungan ke segmen-segmen yang memperoleh manfaat daripadanya, melainkan
membebankan biaya tersebut kepada individu di segmen yang menginisiasikan dan
mengendalikan terjadinya biaya tersebut. Akuntansi pertanggungjawaban melaporkan
baik siapa yang membelanjakan uang tersebut maupun apa yang dibeli oleh uang
tersebut. Oleh karena itu, akuntansi pertanggungjawaban menambahkan dimensi
manusia pada perencanaan, akumulasi data, dan pelaporan. Karena biaya yang
dianggarkan dan diakumulasikan sepanjang garis tanggung jawab, laporan yang
diterima manajer segmen sangat sesuai untuk evaluasi kinerja dan alokasi penghargaan.
Akuntansi pertanggungjawaban menimbulkan kesadaran terhadap biaya dan
pendapatan di seluruh organisasi serta memotivasi manajer segmen untuk berusaha ke
arah pencapaian tujuan.
2.3. Penetapan Pertanggungjawaban
Bertanggung jawab terhadap sesuatu membuat seseorang merasa kompeten dan
penting. Hal tersebut mengimplikasikan wewenang pengambilan keputusan dan dapat
memotivasi mereka untuk memperbaiki kinerjanya. Tanggung jawab adalah
pemenuhan dari suatu pekerjaan. Pengaruh perilaku yang menguntungkan dari
pembebanan tanggung jawab atas fungsi-fungsi tertentu kepada individu didukung
dengan riset – riset empiris. Namun, saling ketergantungan dari berbagai segmen suatu
organisasi sering kali menimbulkan kesulitan dalam membuat gambaran tanggung
jawab yang jelas. Manajer segmen dengan tanggung jawab atas tugas tertentu tidaklah
independen satu sama lain dan tanggung jawab mereka dapat saja tumpang tindih.
Individu hanya mampu diskresi dan kendali yang tebatas terhadap sumber daya yang
diperlukan untuk meksanakan tugas yang merupakan bertanggungjawab mereka. Para
staf yang bukan menjadi mata rantai dalam rantai komando dan tidak diberi tanggung
jawab secara spesifik tentu saja tidak sesuai dengan struktur pertanggungjawaban.
Oleh karena itu, konstruksi atas suatu kerangka pertanggung-jawaban yang
seimbang benar-benar sulit dan sering kali membutuhkan kompromi. Faktor paling
penting dalam menggambarkan pertanggungjawaban adalah masalah tingkat diskresi
dan pengendalian atas sumber daya yang diperlukan guna melaksanakan fungsi atau
3
tugas yang didelegasikan. Para manajer segmen sebaiknya hanya dimintai
pertanggungjawaban atas faktor-faktor oerasioal yang mereka kendalikan. Dalam
kondisi apa pun, alokasi biaya arbitrer yang digunakan dalam perhitungan biaya produk
tidak boleh digunakan dalam menetapkan pertanggungjawaban. Karena pengendalian
dalam suatu lingkup jarang yang lengkap, “pengaruh signifikan” sering kali dianggap
cukup membebankan tanggung jawab. Pada tahun 1956, komite konsep dan stndar
biaya dari America Accounting Association (AAA) menerbitkan beberapa pedoman,
tetapi sekaligus memperingati bahwa penerapannya harus disertai dengan penilaian dan
akal sehat yang baik.
2.4. Perencanaan, Pengumpulan Data, dan Pelaporan
2.4.1. Anggaran Pertanggungjawaban
Karakteristik dari anggaran pertanggungjawaban adalah bahwa manajer
pusat pertanggungjawaban dibebani target kinerja hanya untuk pos-pos
pendapatan dan biaya yang mereka kendalikan. Walaupun kepala dari pusat
pertanggungjawaban tidak memiliki kendali sepenuhnya atas elemen-elemen
biaya tertentu, jika mereka mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
jumlah biaya yang terjadi, maka biaya-biaya tersebut bisa dianggap “dapat
dikendalikan” pada tingkat mereka dan dapat dibebankan kepada pusat
pertanggungjawaban mereka. Proses penyusunan anggaran akan paling
efektif jika dimulai dari tingkat organisasi atau tingkat jaringan paling bawah
untuk anggaran disusun dan kemudian diteruskan ke tingkat yang lebih tinggi
melalui suatu rantai komando yang berbentuk seperti piramida. Setiap orang
bertanggung jawab atas suatu pusat biaya dianggap bertanggung jawab untuk
menyiapkan estimasi-estimasi anggaran untuk pos-pos beban yang dapat
dikendalikan olehnya. Pada tingkat wewenang selanjutnya, estimasi-estimasi
tersebut ditinjau, dikoordinasikan, dan dimodifikasi ketika diperlukan,
sampai estimasi-estimasi tersebut akhirnya digabungkan kedalam anggaran
operasi secara keseluruhan pada tingkat manajemen puncak.
2.4.2. Akumulasi Data
Jenis akumulasi data ini memberikan kepada manajemen informasi
yang terkait dengan beberapa dimensi dari operasinya. Dimasa lalu,
akumulasi data tiga dimensi secara teknik sulit karena hanya ada sistem
manual atau semiotomatis yang tersedia untuk akumulasi data. Tetapi,
4
peralatan pemrosesan data secara elektronik sekarang ini memungkinkan
akumulasi dan perincian data dengan cara apa pun yang diinginkan
5
telah jelas yang menerima perhatian segera. Oleh karena itu, pusat tanggung
jawab seringkali menganggap laporan kinerja sebagai alat yang menekankan
kegagalan.
6
ada suatu kepercayaan bahwa mereka diawasi dan dikendalikan oleh para
atasannya. Penentuan pencapaian sasaran yang dihubungkan dengan akuntasi
pertanggungjawaban akan meningkatkan komunikasi diantara mereka dengan
terbuka, dan mereka dapat menentukan ukuran dan strategi yang hendak
dicapai. Oleh karena itu hal yang paling menentukan dalam sistem akuntansi
tanggung jawab adalah penerimaan dari manajer tanggung jawab atas
tanggung jawab yang dilimpahkan secara adil serta keinginannya untuk tetap
dijaga akuntabilitasnya. Keinginan manajer untuk menerima tanggung jawab
bergantung atas bagaimana mereka mempersepsikan penentuan dan
pengendalian atas manusia dan sumber daya yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas.
5. Capability of Inducing Cooperation
Akuntansi pertanggungjawaban mampu meningkatkan kerjasama
organisasi yang memperlihatkan para manajer bekerja untuk mencapai tujuan
bersama. Akuntansi pertanggungjawaban juga menunjukan tingkat loyalitas
mereka, kemampuan mereka dalam membuat keputusan mereka sendiri di
dalam kerangka tanggungjawab yang didelegasikan kepada mereka. Mereka
merasa menjadi bagian penting dalam organisasi sehingga mereka merasa
dihargai dan akan bersama-sama mempunyai keinginan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Semangat kerjasama mereka akan tercipta dan
meningkat dan menyakinkan mereka bahwa mereka sedang mencapai tujuan
yang dirumuskan bersama. Mereka merasa menjadi sesuatu hal yang penting,
dan tentu saja mereka akan berpikir bahwa jika terjadi kegagalan tentulah
akan mempengaruhi masa depan.
2.6. Case Study : Review Artikel Terbaru Terkait Topik
1. Judul
PERANAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI ALAT
PENGENDALIAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI (Studi Kasus pada
PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor)
2. Latar Belakang Masalah
PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya melakukan pembagian pertanggungjawaban wewenang pada
setiap pusat pertanggungjawaban. Pusat pertangungjawaban yang ada di dalam
PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor adalah pusat biaya, pusat pendapatan, pusat
7
laba, dan pusat investasi. Yang termasuk pusat biaya pada PDAM Tirta
Pakuan Kota Bogor adalah Departemen Produksi. Dalam bagian produksi ini
fungsi jabatannya yaitu mengkoordinir dan mengendalikan kegiatan
pengembangan serta pengelolaan produksi air, baik yang berasal dari mata air
maupun permukaan (sungai) sesuai standar kualitas yang ditetapkan. Bagian
produksi terdiri dari sub-sub bagian yaitu: Sub Bagian Sumber Air, Sub
Bagian Pengolahan Air, Sub Bagian Laboratorium. Pengendalian biaya
merupakan usaha untuk mengarahkan seperangkat variable ke arah tercapainya
tujuan. Pengendalian biaya harus mampu menjawab tantangan terhadap faktor-
faktor yang kurang efisien, dan harus mampu mengarahkan pengeluaran yang
terjadi di tingkat manajemen manapun dalam perusahaan, agar sesuai dengan
anggaran atau rencana yang ditetapkan.
3. Pembahasan
1) Pengaruh akuntansi pertanggungjawaban terhadap sistem
pelaporan pertanggungjawaban
Laporan pertanggungjawaban PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor
merupakan salah satu laporan yang dirancang seseorang atau kelompok
dalam melaksanakan tanggung jawabnya yang berisi perbandingan
antara anggaran dan realisasinya serta penyimpangannya. Laporan ini
digunakan untuk melihat pelaksanaan operasi yang selanjutnya
mengambil tindak lanjut dan sesuai dengan cermin ke depan supaya
tujuan utama PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor dapat tercapai. Dari
berbagai laporan harian, laporan bulanan disusun laporan tahunan yang
merupakan penjumlahan lapoaran selama satu tahun untuk penilaian
kinerja dari setiap departemen atau divisi. Dalam hal ini penulis akan
menjelaskan bentuk laporan intern harian, bulanan dan tahunan yang
terdapat pada PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor.
2) Pengaruh akuntansi pertanggungjawaban terhadap laporan
harian dan laporan bulanan
a. Laporan Harian pada PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor
Laporan harian berisi tentang informasi pemakaian bahan kimia
(PAC), situasi Intake ciherang pondok, pencatatan debit air
baku, produksi dan distribusi IPA Cipaku, Mata air Bantar
Kumbang dan Level Reservior Cipaku.
8
b. Laporan Bulanan
Laporan bulanan ini dilaporkan oleh setiap departemen atau
divisi. Pelaporan bulanan ini sebagai bentuk penilaian atas
tanggungjawab dan wewenang yang telah didelegasikan,
apakah sasaran atau target yang telah ditetapkan sudah
dilaksanakan sebagaimana mestinya dan apakah terdapat
kesulitan dalam pencapaian tingkat keberhasilan.
3) Pengaruh akuntansi pertanggungjawaban terhadap penganggaran
beberapa departemen
a. Departemen Pemeliharaan
Pada departemen pemeliharaan mesin, laporan bulanan dibuat
berdasarkan besarnya biaya-biaya yang telah dikeluarkan tiap
satu bulan yang tentunya berhubungan dengan pemeliharaan
mesin. Pada tiap bulan dicantumkan anggaran biaya untuk
setiap bulan termasuk biaya yang tidak terduga yang harus
dikeluarkan tentunya yang mempunyai kaitan erat dengan
produksi tersebut.
b. Departemen Produksi
Pada departemen produksi, laporan bulanan di buat berdasarkan
besarnya biaya yang dikeluarkan tiap satu bulan yang
berhubungan langsung terhadap produksi air. Besarnya
pengeluaran biaya bulanan juga harus dicantumkan pada
anggaran produksi, guna menilai tingkat efisiensi yang
bersangkutan apakah melebihi atau kurang dari biaya yang
dianggarkan.
4. Simpulan
Berdasarkan uraian dan hasil penelitian yang dilakukan pada PDAM Tirta
Pakuan Kota Bogor, penulis menarik kesimpulan, sebagai berikut.
1) Penerapan akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya sangat berperan
pada PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor, karena dengan adanya
penerapan akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya memudahkan
pihak manajemen untuk menentukan tujuan dan sasaran khususnya
biaya produksi yang sesuai dengan perencanaan biaya yang sudah
9
ditetapkan serta untuk menentukan kebijakan, program yang akan
dilaksanakan dan dianggarkan.
2) Penilaian biaya bahan kimia produksi yang dikeluarkan dengan cara
membandingkan anggaran dengan realisasinya. Penyusunan anggaran
dilaksanakan oleh divisi khusus atau dewan direksi, anggaran tersebut
dibuat untuk mengetahui tindakan yang harus diambil oleh pihak
manajemen yang kemudian dibandingkan dengan hasil biaya-biaya
yang dikeluarkan dalam laporan keuangan biaya bahan kimia atau
realisasi.
3) Akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya sangat penting untuk
membantu pihak manajemen dalam mengontrol biaya yang dikeluarkan
oleh PDAM sehingga mencegah terjadinya pembengkakan biaya.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun
sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan pendapatan dilakukan
sesuai dengan pusat pertangungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat
ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggungjawab atas penyimpangan biaya
dan pendapatan yang dianggarkan. akuntansi pertanggungjawaban merupakan media
pengendalian biaya atau pendapatan dengan menghubungkan biaya atau pendapatan
dengan tempat dimana biaya atau pendapatan tersebut dikeluarkan atau diperoleh oleh
penanggungjawab dari tempat tersebut.
Akuntansi pertanggungjawaban berbeda dengan adanya akuntansi secara
tradisional, hal ini dikarenakan adanya beberapa penetapan akan pertanggungjawaban
sehingga berpengaruh pada bagaimana perencanaan, pengumpulan data dan
pelaporannya. Kemudian, asumsi yang timbul dari sikap dan perilaku sebagai dasar
akuntansi keperilakuan tercermin dari asumsi-asumsi salah satunya tentang akuntansi
pertanggungjawaban yang terbagi menjadi beberapa bagian asumsi.
11
DAFTAR PUSTAKA
12