Anda di halaman 1dari 15

AKUNTANSI KEPRILAKUAN

ASPEK KEPRILAKUAN PADA AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN

Dosen Pengampu:
Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE, M.Si., Ak. CA

Disusun Oleh:
KELOMPOK 2

I Kadek Yasa Astawa 2007531073/3


A. A. Sri Pramita 2007531077/4

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan paper tentang Aspek Keprilakuan Pada
Akuntansi Pertanggungjawaban. Dengan baik meskipun mungkin masih ada kekurangan
didalamnya. Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ida Bagus Putra Astika, S.E.,
M.Si., Ak., CA selaku Dosen mata kuliah Akuntansi Keperilakuan kelas D5 yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap paper ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam rangkuman ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik dan saran demi perbaikan rangkuman yang telah kami buat di masa yang akan datang.
Semoga rangkuman ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun.

Denpasar, 14 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................1
1.3. Tujuan....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................2
2.1. Definisi Akuntansi Pertanggungjawaban...............................................................2
2.2. Akuntansi Pertanggungjawaban dan Akuntansi Tradisional.................................2
2.3. Penetapan Pertanggungjawaban............................................................................3
2.4. Perencanaan, Pengumpulan Data, dan Pelaporan..................................................4
2.5. Asumsi Keprilakuan Akuntansi Pertanggungjawaban..........................................5
2.6. Case Study: Review Artikel Terbaru Terkait Topik...............................................7
BAB III PENUTUP..............................................................................................................11
3.1. Simpulan..............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam akuntansi keprilakuan yang berbicara tentang perilaku selalu berbarengan
dengan akuntansi pertanggungjawaban yang merupakan penjelas akuntansi
perencanaan, pengukur, pengevaluasi kinerja organisasi, pemegang kendali bagi orang-
orang yang bertanggung jawab dalam menjalankan operasi, jawaban bagi setiap
masalah umum pada akuntansi manajemen, dan komponen penting dari sistem
pengendalian karena pada laporan pertanggungjawaban mencakup semua aspek
perilaku yang akan dikendalikan oleh perusahaan. Akuntansi pertanggungjawaban
merupakan salah satu bidang dari akuntansi manajemen yang dihubungkan dengan
wewenang yang dimiliki oleh setiap manajer. Dengan kata lain, akuntansi
pertanggungjawaban merupakan media pengendalian biaya atau pendapatan dengan
menghubungkan biaya atau pendapatan dengan tempat dimana biaya atau pendapatan
tersebut dikeluarkan atau diperoleh oleh penanggungjawab dari tempat tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam rangkuman materi perkuliahan ini yaitu
sebagai berikut.
1. Bagaimana definisi akuntansi pertanggungjawaban?
2. Bagaimana akuntansi pertanggungjawaban dan akuntansi tradisional?
3. Bagaimana penetapan pertanggungjawaban?
4. Bagaimana perencanaan, pengumpulan data, dan pelaporan?
5. Bagaimana asumsi keprilakuan akuntansi pertanggungjawaban?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari rangkuman materi perkuliahan ini yaitu sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui definisi akuntansi pertanggungjawaban.
2. Untuk mengetahui bagaimana akuntansi pertanggungjawaban dan akuntansi
tradisional.
3. Untuk mengetahu bagaimana penetapan pertanggungjawaban.
4. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan, pengumpulan data, dan pelaporan.
5. Untuk mengetahui bagaimana asumsi keprilakuan akuntansi
pertanggungjawaban.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Akuntansi Pertanggungjawaban


Menurut Mulyadi (2002), akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem
akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya
dan pendapatan dilakukan sesuai dengan pusat pertangungjawaban dalam organisasi,
dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggungjawab
atas penyimpangan biaya dan pendapatan yang dianggarkan. Definisi tersebut
mengatakan bahwa akuntansi pertanggungjawaban mengelompokkan organisasi atas
pusat-pusat pertanggungjawaban, sehingga apabila terjadi penyimpangan atas anggaran,
maka pihak manajemen dapat mencari orang yang bertanggungjawab atas
penyimpangan yang terjadi. Akuntansi pertanggungjawaban bertujuan untuk
memastikan bahwa seluruh individu yang ada dalam setiap tingkatan perusahaan telah
memberikan kontribusinya terhadap tujuan perusahaan secara maksimal. Hal tersebut
dapat dicapai dengan membagi suatu perusaahaan ke pusat-pusat pertanggungjawaban
individual yang memberikan suatu kerangka kerja untuk pengambilan keputusan secara
terdesentralisasi dan partisipatif di tingkat perusahaan dalam menetapkan tujuan
kinerja.
2.2. Akuntansi Pertanggungjawaban dan Akuntansi Tradisional
Akuntansi pertanggungjawaban berbeda dengan akuntansi konvensional dalam
hal cara operasi direncanakan dan cara data akuntansi diklasifikasikan serta
diakumulasikan. Dalam akuntansi konvensional, data diklasifikasi berdasarkan hakikat
atau fungsinya dan tidak digambarkan sebagai individu-individu yang bertanggung
jawab atas terjadinya pengendalian terhadap data tersebut. Oleh karena itu akuntansi
konvensional mempunyai nilai yang terbatas bagi manajer dalam memantau efisiensi
dari aktivitas harian mereka.
Akuntansi pertanggungjawaban meningkatkan relevansi dari informasi akuntansi
dengan menetapkan suatu kerangka kerja untuk perencanaan, akumulasi data, dan
pelaporan yang sesuai dengan struktur organisasional dan hierarki pertanggungjawaban
dari suatu perusahaan. Akuntansi pertanggungjawaban memberikan suatu sentuhan
pribadi terhadap mekanisme akumulasi data yang impersonal dalam akuntansi
konvensional dengan membahasnya bersama manajer segmen secara langsung, serta
dengan menyediakan tujuan dan hasil kinerja aktual atas faktor – faktor operasional

2
kepada siapa para manajer tersebut bertanggung jawab dan mampu melakukan
pengendalian. Berbagai data operasional tidak hanya diklasifikasikan, diakumulasikan,
dan dilaporkan berdasarkan jenisnya, tetapi juga berdasarkan individu-individu yang
telah diberikan tanggung jawab atasnya.
Oleh karena itu, akuntansi pertanggungjawaban tidak mengalokasikan biaya
gabungan ke segmen-segmen yang memperoleh manfaat daripadanya, melainkan
membebankan biaya tersebut kepada individu di segmen yang menginisiasikan dan
mengendalikan terjadinya biaya tersebut. Akuntansi pertanggungjawaban melaporkan
baik siapa yang membelanjakan uang tersebut maupun apa yang dibeli oleh uang
tersebut. Oleh karena itu, akuntansi pertanggungjawaban menambahkan dimensi
manusia pada perencanaan, akumulasi data, dan pelaporan. Karena biaya yang
dianggarkan dan diakumulasikan sepanjang garis tanggung jawab, laporan yang
diterima manajer segmen sangat sesuai untuk evaluasi kinerja dan alokasi penghargaan.
Akuntansi pertanggungjawaban menimbulkan kesadaran terhadap biaya dan
pendapatan di seluruh organisasi serta memotivasi manajer segmen untuk berusaha ke
arah pencapaian tujuan.
2.3. Penetapan Pertanggungjawaban
Bertanggung jawab terhadap sesuatu membuat seseorang merasa kompeten dan
penting. Hal tersebut mengimplikasikan wewenang pengambilan keputusan dan dapat
memotivasi mereka untuk memperbaiki kinerjanya. Tanggung jawab adalah
pemenuhan dari suatu pekerjaan. Pengaruh perilaku yang menguntungkan dari
pembebanan tanggung jawab atas fungsi-fungsi tertentu kepada individu didukung
dengan riset – riset empiris. Namun, saling ketergantungan dari berbagai segmen suatu
organisasi sering kali menimbulkan kesulitan dalam membuat gambaran tanggung
jawab yang jelas. Manajer segmen dengan tanggung jawab atas tugas tertentu tidaklah
independen satu sama lain dan tanggung jawab mereka dapat saja tumpang tindih.
Individu hanya mampu diskresi dan kendali yang tebatas terhadap sumber daya yang
diperlukan untuk meksanakan tugas yang merupakan bertanggungjawab mereka. Para
staf yang bukan menjadi mata rantai dalam rantai komando dan tidak diberi tanggung
jawab secara spesifik tentu saja tidak sesuai dengan struktur pertanggungjawaban.
Oleh karena itu, konstruksi atas suatu kerangka pertanggung-jawaban yang
seimbang benar-benar sulit dan sering kali membutuhkan kompromi. Faktor paling
penting dalam menggambarkan pertanggungjawaban adalah masalah tingkat diskresi
dan pengendalian atas sumber daya yang diperlukan guna melaksanakan fungsi atau

3
tugas yang didelegasikan. Para manajer segmen sebaiknya hanya dimintai
pertanggungjawaban atas faktor-faktor oerasioal yang mereka kendalikan. Dalam
kondisi apa pun, alokasi biaya arbitrer yang digunakan dalam perhitungan biaya produk
tidak boleh digunakan dalam menetapkan pertanggungjawaban. Karena pengendalian
dalam suatu lingkup jarang yang lengkap, “pengaruh signifikan” sering kali dianggap
cukup membebankan tanggung jawab. Pada tahun 1956, komite konsep dan stndar
biaya dari America Accounting Association (AAA) menerbitkan beberapa pedoman,
tetapi sekaligus memperingati bahwa penerapannya harus disertai dengan penilaian dan
akal sehat yang baik.
2.4. Perencanaan, Pengumpulan Data, dan Pelaporan
2.4.1. Anggaran Pertanggungjawaban
Karakteristik dari anggaran pertanggungjawaban adalah bahwa manajer
pusat pertanggungjawaban dibebani target kinerja hanya untuk pos-pos
pendapatan dan biaya yang mereka kendalikan. Walaupun kepala dari pusat
pertanggungjawaban tidak memiliki kendali sepenuhnya atas elemen-elemen
biaya tertentu, jika mereka mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
jumlah biaya yang terjadi, maka biaya-biaya tersebut bisa dianggap “dapat
dikendalikan” pada tingkat mereka dan dapat dibebankan kepada pusat
pertanggungjawaban mereka. Proses penyusunan anggaran akan paling
efektif jika dimulai dari tingkat organisasi atau tingkat jaringan paling bawah
untuk anggaran disusun dan kemudian diteruskan ke tingkat yang lebih tinggi
melalui suatu rantai komando yang berbentuk seperti piramida. Setiap orang
bertanggung jawab atas suatu pusat biaya dianggap bertanggung jawab untuk
menyiapkan estimasi-estimasi anggaran untuk pos-pos beban yang dapat
dikendalikan olehnya. Pada tingkat wewenang selanjutnya, estimasi-estimasi
tersebut ditinjau, dikoordinasikan, dan dimodifikasi ketika diperlukan,
sampai estimasi-estimasi tersebut akhirnya digabungkan kedalam anggaran
operasi secara keseluruhan pada tingkat manajemen puncak.
2.4.2. Akumulasi Data
Jenis akumulasi data ini memberikan kepada manajemen informasi
yang terkait dengan beberapa dimensi dari operasinya. Dimasa lalu,
akumulasi data tiga dimensi secara teknik sulit karena hanya ada sistem
manual atau semiotomatis yang tersedia untuk akumulasi data. Tetapi,

4
peralatan pemrosesan data secara elektronik sekarang ini memungkinkan
akumulasi dan perincian data dengan cara apa pun yang diinginkan

2.4.3. Pelaporan Pertanggungjawaban


Produk akhir dari hasil sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah
laporan pertanggungjawaban atau laporan kinerja secara periodik. Laporan-
laporan ini merupakan media lewat mana biaya-biaya dikendalikan, efisiensi
manajerial diukur, dan pencapaian tujuan dinilai. Untuk meningkatkan
efisiensi, sistem pelaoran pertanggungjawaban seharusnya didasarkan pada
apa yang disebut dnegan “laporan bentuk piramida” atau prinsip “teleskop”.
Hal ini berarti bahwa setiap manajer pusat pertanggungjawaban hanya
menerima laopran pengendalinannya sendiri dan bahwa laporan rinci tingkat
terendah diterbitkan terlebih dahulu. Mengendalikan laporannnya masing-
masing dan laporan detailnya untuk tingkat yang lebih bawah ditampilkan
pertama.
2.5. Asumsi Keprilakuan Akuntansi Pertanggungjawaban
Rencana pertanggungjawaban, akumulasi data, dan sistem pelaporan semuanya
berdasarkan pada asumsi operasi dan prilaku manusia, termasuk :
1. Management By Exception (MBE)
MBE sangat efektif untuk mengatur dan mengontrol aktivitas
organisasi, manajer harus berkonsentrasi pada deviasi anggaran atau tujuan
dasar. Karakteristik laporan periodik dari akuntansi pertanggungjawaban yang
ideal adalah menggambarkan manajemen dalam area deviasi dari aturan yang
telah ditentukan dan termasuk menentukan tindakan perbaikan untuk
penguatan atau perbaikan perilaku. Manajemen berdasarkan perkecualian
mengasumsikan bahwa untuk mengelola dan mengendalikan aktivitas
organisasi dengan paling efektif, manajer sebaiknya mengonsntrasikan
perhatian mereka pada bidang-bidang dimana hasil aktual menyimpang secara
substansional dari tujuan yang dianggarkan atau standar. Hal diatas
mengasumsikan bahwa untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan
organisasi secara efektif, manajer hanya perlu memusatkan perhatiannya pada
wilayah dimana hasil nyata berbeda dengan target atau standar anggaran.
Sayangnya, hanya perbedaan yang tidak diinginkan dan titik masalah yang

5
telah jelas yang menerima perhatian segera. Oleh karena itu, pusat tanggung
jawab seringkali menganggap laporan kinerja sebagai alat yang menekankan
kegagalan.

2. Management By Objective (MBO)


MBO memberi fasilitas kepada manajer dan bawahannya untuk
memformulasikan tujuan dan aktivitas untuk pusat pertanggungjawaban.
Akuntansi pertanggungjawaban menyediakan kerangka yang ideal untuk
memformulasikan tujuan secara detail. Akuntansi pertanggungjawaban
memfasilitasi management by objective. Hal ini merupakan pendekatan
manajemen yang dirancang untuk mengatasi keslahan tanggapan manusiawi
yang yang sering timbul oleh usaha untuk mengendalikan operasi berdasarkan
dominasi. Sebagai sebuah cara pengendalian manajemen, MBO memfasilitasi
keinginan untuk tidak didominasi dengan memberi manajer dan bawahannya
sebuah kesempatan untuk secara bersama merumuskan pencapaian dan
kegiatan bagi pusat tanggung jawab masing-masing.
3. Coincidence Between Responsibility Network And Organizational Structure
Akuntansi pertanggungjawaban mengasumsikan pengendalian
organisasi ditingkatkan melalui penciptaan sebuah jaringan pusat
tanggungjawab yang selaras dengan struktur organisasi. Niat manejemen
tingkat atas untuk mendelegasikan dijelaskan melalui hierarki kewenangan
atau struktur organisasi. Namun demikian, banyak organisasi yang dilanda
kelemahan yang hebat mengenai delegasi. Hal ini berakibat pada usaha saling
melewati tugas dan tanggung jawab. Karena pusat pertanggung jawaban
merupakan dasar dari keseluruhan sitem akuntansi pertanggung jawaban,
kerangka kerja untuk seharusnya di desain secara hatihati. Struktur organisasi
harus di analisis terhadap kelemahan dalam pendelegasian dan penyebaran.
4. Acceptance of Responsibility
Unsur yang terpenting dalam keberhasilan penerapan sistem akuntansi
pertanggungjawaban adalah bahwa manajer pusat pertanggungjawaban
menerima tanggungjawab dan tugas yang diberikan kepadanya dengan layak
dan kesediaan mereka melaksanakannya. Ketika sistem akuntansi
pertanggungjawaban mengukur keberhasilan mereka atau kegagalan mereka,

6
ada suatu kepercayaan bahwa mereka diawasi dan dikendalikan oleh para
atasannya. Penentuan pencapaian sasaran yang dihubungkan dengan akuntasi
pertanggungjawaban akan meningkatkan komunikasi diantara mereka dengan
terbuka, dan mereka dapat menentukan ukuran dan strategi yang hendak
dicapai. Oleh karena itu hal yang paling menentukan dalam sistem akuntansi
tanggung jawab adalah penerimaan dari manajer tanggung jawab atas
tanggung jawab yang dilimpahkan secara adil serta keinginannya untuk tetap
dijaga akuntabilitasnya. Keinginan manajer untuk menerima tanggung jawab
bergantung atas bagaimana mereka mempersepsikan penentuan dan
pengendalian atas manusia dan sumber daya yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas.
5. Capability of Inducing Cooperation
Akuntansi pertanggungjawaban mampu meningkatkan kerjasama
organisasi yang memperlihatkan para manajer bekerja untuk mencapai tujuan
bersama. Akuntansi pertanggungjawaban juga menunjukan tingkat loyalitas
mereka, kemampuan mereka dalam membuat keputusan mereka sendiri di
dalam kerangka tanggungjawab yang didelegasikan kepada mereka. Mereka
merasa menjadi bagian penting dalam organisasi sehingga mereka merasa
dihargai dan akan bersama-sama mempunyai keinginan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Semangat kerjasama mereka akan tercipta dan
meningkat dan menyakinkan mereka bahwa mereka sedang mencapai tujuan
yang dirumuskan bersama. Mereka merasa menjadi sesuatu hal yang penting,
dan tentu saja mereka akan berpikir bahwa jika terjadi kegagalan tentulah
akan mempengaruhi masa depan.
2.6. Case Study : Review Artikel Terbaru Terkait Topik
1. Judul
PERANAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI ALAT
PENGENDALIAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI (Studi Kasus pada
PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor)
2. Latar Belakang Masalah
PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya melakukan pembagian pertanggungjawaban wewenang pada
setiap pusat pertanggungjawaban. Pusat pertangungjawaban yang ada di dalam
PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor adalah pusat biaya, pusat pendapatan, pusat

7
laba, dan pusat investasi. Yang termasuk pusat biaya pada PDAM Tirta
Pakuan Kota Bogor adalah Departemen Produksi. Dalam bagian produksi ini
fungsi jabatannya yaitu mengkoordinir dan mengendalikan kegiatan
pengembangan serta pengelolaan produksi air, baik yang berasal dari mata air
maupun permukaan (sungai) sesuai standar kualitas yang ditetapkan. Bagian
produksi terdiri dari sub-sub bagian yaitu: Sub Bagian Sumber Air, Sub
Bagian Pengolahan Air, Sub Bagian Laboratorium. Pengendalian biaya
merupakan usaha untuk mengarahkan seperangkat variable ke arah tercapainya
tujuan. Pengendalian biaya harus mampu menjawab tantangan terhadap faktor-
faktor yang kurang efisien, dan harus mampu mengarahkan pengeluaran yang
terjadi di tingkat manajemen manapun dalam perusahaan, agar sesuai dengan
anggaran atau rencana yang ditetapkan.
3. Pembahasan
1) Pengaruh akuntansi pertanggungjawaban terhadap sistem
pelaporan pertanggungjawaban
Laporan pertanggungjawaban PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor
merupakan salah satu laporan yang dirancang seseorang atau kelompok
dalam melaksanakan tanggung jawabnya yang berisi perbandingan
antara anggaran dan realisasinya serta penyimpangannya. Laporan ini
digunakan untuk melihat pelaksanaan operasi yang selanjutnya
mengambil tindak lanjut dan sesuai dengan cermin ke depan supaya
tujuan utama PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor dapat tercapai. Dari
berbagai laporan harian, laporan bulanan disusun laporan tahunan yang
merupakan penjumlahan lapoaran selama satu tahun untuk penilaian
kinerja dari setiap departemen atau divisi. Dalam hal ini penulis akan
menjelaskan bentuk laporan intern harian, bulanan dan tahunan yang
terdapat pada PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor.
2) Pengaruh akuntansi pertanggungjawaban terhadap laporan
harian dan laporan bulanan
a. Laporan Harian pada PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor
Laporan harian berisi tentang informasi pemakaian bahan kimia
(PAC), situasi Intake ciherang pondok, pencatatan debit air
baku, produksi dan distribusi IPA Cipaku, Mata air Bantar
Kumbang dan Level Reservior Cipaku.

8
b. Laporan Bulanan
Laporan bulanan ini dilaporkan oleh setiap departemen atau
divisi. Pelaporan bulanan ini sebagai bentuk penilaian atas
tanggungjawab dan wewenang yang telah didelegasikan,
apakah sasaran atau target yang telah ditetapkan sudah
dilaksanakan sebagaimana mestinya dan apakah terdapat
kesulitan dalam pencapaian tingkat keberhasilan.
3) Pengaruh akuntansi pertanggungjawaban terhadap penganggaran
beberapa departemen
a. Departemen Pemeliharaan
Pada departemen pemeliharaan mesin, laporan bulanan dibuat
berdasarkan besarnya biaya-biaya yang telah dikeluarkan tiap
satu bulan yang tentunya berhubungan dengan pemeliharaan
mesin. Pada tiap bulan dicantumkan anggaran biaya untuk
setiap bulan termasuk biaya yang tidak terduga yang harus
dikeluarkan tentunya yang mempunyai kaitan erat dengan
produksi tersebut.
b. Departemen Produksi
Pada departemen produksi, laporan bulanan di buat berdasarkan
besarnya biaya yang dikeluarkan tiap satu bulan yang
berhubungan langsung terhadap produksi air. Besarnya
pengeluaran biaya bulanan juga harus dicantumkan pada
anggaran produksi, guna menilai tingkat efisiensi yang
bersangkutan apakah melebihi atau kurang dari biaya yang
dianggarkan.
4. Simpulan
Berdasarkan uraian dan hasil penelitian yang dilakukan pada PDAM Tirta
Pakuan Kota Bogor, penulis menarik kesimpulan, sebagai berikut.
1) Penerapan akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya sangat berperan
pada PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor, karena dengan adanya
penerapan akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya memudahkan
pihak manajemen untuk menentukan tujuan dan sasaran khususnya
biaya produksi yang sesuai dengan perencanaan biaya yang sudah

9
ditetapkan serta untuk menentukan kebijakan, program yang akan
dilaksanakan dan dianggarkan.
2) Penilaian biaya bahan kimia produksi yang dikeluarkan dengan cara
membandingkan anggaran dengan realisasinya. Penyusunan anggaran
dilaksanakan oleh divisi khusus atau dewan direksi, anggaran tersebut
dibuat untuk mengetahui tindakan yang harus diambil oleh pihak
manajemen yang kemudian dibandingkan dengan hasil biaya-biaya
yang dikeluarkan dalam laporan keuangan biaya bahan kimia atau
realisasi.
3) Akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya sangat penting untuk
membantu pihak manajemen dalam mengontrol biaya yang dikeluarkan
oleh PDAM sehingga mencegah terjadinya pembengkakan biaya.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun
sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan pendapatan dilakukan
sesuai dengan pusat pertangungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat
ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggungjawab atas penyimpangan biaya
dan pendapatan yang dianggarkan. akuntansi pertanggungjawaban merupakan media
pengendalian biaya atau pendapatan dengan menghubungkan biaya atau pendapatan
dengan tempat dimana biaya atau pendapatan tersebut dikeluarkan atau diperoleh oleh
penanggungjawab dari tempat tersebut.
Akuntansi pertanggungjawaban berbeda dengan adanya akuntansi secara
tradisional, hal ini dikarenakan adanya beberapa penetapan akan pertanggungjawaban
sehingga berpengaruh pada bagaimana perencanaan, pengumpulan data dan
pelaporannya. Kemudian, asumsi yang timbul dari sikap dan perilaku sebagai dasar
akuntansi keperilakuan tercermin dari asumsi-asumsi salah satunya tentang akuntansi
pertanggungjawaban yang terbagi menjadi beberapa bagian asumsi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfan Ikhsan. 2010. Akuntansi Keperilakuan. 2. Jakarta: Salemba Empat.

12

Anda mungkin juga menyukai