Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ASPEK KEPERILAKUAN PADA AKUNTANSI PERTANGGUNG


JAWABAN

Dosen Pengampu : Sufitrayati, S.E., M.Si.

Disusun oleh :

Ahmad Aulia Fansyuri (2215020052)

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan pada Sumber dari segala Ilmu Pengetahuan, Sang
Maha Kuasa Allah SWT, yang telah memberikana kami nikmat kesempatan dan
kesehatan sehingga dapat menyelesaikan makalah dalam bentuk yang sangat sederhana
ini. Tak lupa shawalat serta salam kami curahkan pada Baginda Besar yang telah
menyebarkan agama Islam yang sudah terbukti kebenaranya dan semakin terbukti
kebenarannya Rasulullah Muhammad SAW.
Kami menyadari bahwa makalah Akuntansi Keprilakuan ini masih jauh dari
tingkat kempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun dimasa yang akan datang. Kami juga sangat berterimakasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu kami, baik dalam segi motivasi, penulisan, dan output dari
penyelesaian makalah ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas amal yang telah diberikan
kepada kami dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan masyarakat
pada umumnya. Aamiin
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………...

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………

A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………………
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………
C. TUJUAN PENELITIAN…………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………...

A. PENGERTIAN DAN TUJUAN DARI AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN..


B. PERBEDAAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN DENGAN AKUNTANSI
KONVENSIONAL…………………………………………………..
C. PUSAT-PUSAT TIPE PERTANGGUNGJAWABAN……………
D. PERENCANAAN, AKUMULASI DATA DAN PELAPORAN BERDASARKAN
PUSAT PERTANGGUNGJAWBAN……………………………………………..
E. ASUMSI KEPERILAKUAN DARI AKNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN…
F. KORELASI JENIS-JENIS PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN DENGAN
STRUKTUR ORGANISASI…………………………………………………………..

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………..

A. KESIMPULAN…………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting) merupakan istilah yang


digunakan dalam menjelaskan akuntansi perencanaan serta pengukuran dan evaluasi
kinerja organisasi sepanjang garis pertanggungjawaban. Garis pertanggungjawaban
ini meliputi pendapatan, serta biaya-biaya yang diakumulasikan dan dilaporkan oleh
pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban merupakan bagian dalam
organisasi yang diakumulasikan secara menyeluruh untuk kepentingan pencatatan.

Akuntansi pertanggungjawaban adalah jawaban akuntansi manajemen terhadap


pengetahuan umum bahwa masalah-masalah bisnis dapat dikendalikan seefektif
mungkin dengan mengendalikan orang-orang yang bertanggung jawab untuk menjalankan
operasi tersebut.

Salah satu tujuan akuntansi pertanggungjawaban adalah untuk memastikan bahwa


individu-individu pada seluruh tingkatan di perusahaan telah memberikan kontribusi yang
memuaskan terhadap pencapaian tujuan perusahaan secara menyeluruh.

Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu bidang dari akuntansi manajemen


yang dihubungkan dengan wewenang yang dimiliki oleh setiap manajer atau dengan kata
lain akuntansi pertanggungjawaban merupakan media pengendalian biaya atau pendapatan
dengan menghubungkan biaya atau pendapatan dengan tempat dimana biaya atau
pendapatan tersebut dikeluarkan atau diperoleh oleh penanggungjawab dari tempat tersebut.

Jadi Akuntansi pertanggungjawaban adalah komponen yang penting dari sistem


pengendalian ke suatu perusahaan. Yang dimana manfaatnya memberikan suatu kerangka
kerja yang berari untuk melakukan perencanaan, agregasi data, dan peaporan hasil kinerja
operasi disepanjang jalur pertanggungjawaban dan pengendalian.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dan tujuan dari akuntansi pertanggungjawaban?


2. Apa perbedaan akuntansi pertanggungjawaban dengan akuntansi konvensional?
3. Apa pusat-pusat tipe pertanggungjawaban?
4. Apa itu perencanaan, akumulasi data, dan pelaporan berdasarkan pusat
pertanggungjawaban?
5. Bagaimana asumsi keperilakuan dari akuntansi pertanggungjawaban?
6. Apa saja Korelasi Jenis-Jenis Pusat Pertanggungjawaban Dengan Struktur
Organisasi?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan dari akuntansi pertanggung jawaban
2. Untuk mengetahui perbedaan akuntansi pertanggungjawaban dengan akuntansi
konvensional
3. Untuk mengetahui pusat-pusat tipe pertanggungjawaban
4. Untuk mengetahui perencanaan, akumulasi data dan pelaporan berdasarkan pusat
pertanggungjawaban
5. Untuk mengetahui bgaimana asumsi keperilakuan dari akuntansi
pertanggungjawaban
6. Untuk mengetahui perencanaan, akumulasi data dan pelaporan berdasarkan pusat
pertanggungjawaban

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Tujuan Akuntansi Pertanggungjawaban
Secara umum akuntansi pertanggungjawaban dapat dikatakan sebagai suatu sistem
yang meliputi perencanaan, pengukuran, dan evaluasi informatika atau laporan akuntansi
dalam suatu organisasi yang terdiri dari beberapa pusat pertanggungjawaban dipimpin
oleh seorang manajer yang bertanggungjawab atas aktivitas yang dipimpinnya. (Siegel &
Marconi, 1989:96)
Mulyadi, (2001 : 169) menjelaskan bahwa salah satu tujuan diterapkannya akuntansi
pertanggungjawaban adalah untuk mengendalikan biaya, dengan cara menggolongkan,
mencatat, meringkas, dan menghubungkan langsung dengan pejabat atau orang yang
bertanggungjawab atas terjadinya biaya yang dikendalikan olehnya.
Tujuan lain diterapkannya akuntansi pertanggungjawaban adalah sebai berikut :
a) Dengan akuntansi pertanggungjawaban, pengelompokkan dan pelaporan biaya
dilakukan untuk tiap tingkatan manajemen hanya dibebani dengan biaya – biaya
yang berada dibawah pengendaliannya atau yang berada dibawah
tanggungjawabnya. Dengan demikian biaya dapat dikendalikan dan diawasi secara
efektif dan efisien.
b) Untuk pengendalian biaya, karena selain biaya-biaya dan pendapatan
diklasifikasikan menurut pusat pertanggungjawaban, biaya dan pendapatan yang
dilaporkan juga harus dibandingkan dengan anggaran yang telah ditetapkan
terlebih dahulu. Sehingga akuntansi pertanggungjwaban juga memungkinkan
beroperasinya suatu sistem anggaran dengan baik.
c) Membantu manajemen dalam pengendalian dengan melihat penyimpangan
realisasi dibandingkan dengan anggaran yang ditetapkan.
d) Dapat digunakan sebagai salah satu alat perencanaan untuk mengetahui kriteria-
kriteria penilaian prestasi unit usaha tertentu.
e) Dapat digunakan sebagai pedoman penting langkah yang harus dibuat oleh
perusahaan dalam rangka pencapaian sasaran perusahaan.
f) Dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam rangka penilaian kinerja (performance)
bagian-bagian yang ada dalam perusahaan, karena secara berkala top manajemem
menerima laporan pertanggungjawaban dari setiap tingkatan manajemen dan top
manajer dapat menilai performance dari setiap bagian dilihat dari ditetapkan untuk
setiap bagian yang menjadi tanggungjawabnya.

B. Perbedaan Akuntansi Pertanggungjawaban dengan Akuntansi Konvensional

Perbedaan mendasar akuntansi pertanggungjawaban dan akuntansi konvesional


adalah terletak pada perencanaan, klasifikasi, dan pengumpulan data. Akuntansi
konvesional mengklasifikasikan data berdasarkan pada sifat atau fungsi dari biaya,
sedangkan akuntansi pertanggungjawaban lebih menitik beratkan pada
pertanggungjawaban atas kejadian dan kontrol secara individual.
Akuntansi pertanggungjawaban juga memperhatikan aspek manusia dalam
perancanaan, akumulasi data dan pelaporan, karena perencanaan biaya dilakukan dengan
sistem anggaran dan diakumulasikan berdasarkan pertanggungjawabannya, dengan
demikian akuntansi pertanggungjawaban mendorong manajer untuk mencapai tujuan.
Akuntansi pertanggung jawaban tidak mengalokasikan biaya gabungan ke
segmen-segmen yang memperoleh manfaat dari padanya melainkan membebankan biaya
tersebut kepada individu di segmen yang menganisiasi dan mengendalikan terjadinya
biaya tersebut. Misalnya saja, manajer dari departemen jasa perbaikan dan pemeliharaan
yang bertanggung jawab untuk memelihara peralatan di departemen-departemen lain
sebaiknya dianggap bertanggung jawab terhadap biaya yang berkaitan dengan tugasnya
itu.
Akuntansi konvensional akan mengalokasikan gaji ini berdasarkan waktu yang
digunakan untuk setiap aktifitas. Sebaliknya, akuntansi pertanggung jawaban akan
membebankan total gaji tersebut kepada atasan yang bertanggung jawab atas aktifitas
orang tersebut.
C. Tipe – Tipe Pusat Pertanggungjawaban

Istilah pusat pertanggungjawaban diguanakan untuk menunjukkan unit organisasi


yang dikelola oleh seorang manajer yang bertanggungjawab (Supriyono,2001).
Penentuan pusat-pusat pertanggungjawaban memerlukan desentralisasi.
Desentralisasi berati pendelegasian wewenang pembuatan keputusan pada
tingkatan manajemen yang lebih rendah. Suatu pusat pertanggungjawaban dibentuk untuk
mencapai salah satu atau beberapa tujuan. Tujuan suatu pusat pertanggungjawaban secara
individual diharapkan dapat membantu pencapaian tujuan suatu oraganisasi sebagai suatu
keseluruhan. Dalam prakteknya suatu pusat pertanggungjawaban diserahi tanggungjawab
yang spesifik dan melihat dari luas tanggungjawab yang dipikulnya. Pusat
Pertanggungjawaban merupakan suatu segmen bisnis yang managernya
bertanggungjawab terhadap serangkaian kegiatan-kegiatan tertentu. (Hansen dan Mowem
2009). Pusat pertnggungjawaban adalah organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer
yang bertanggungjawab terhadap aktivitas yang dilakukan. (Anthony dan Govindarajan
2009).
Pusat pertanggungjawaban dikelompokan dalam empat kategori. Setiap kategori
mencerminkan rentang dan diskresi atas pendapatan dan/atau biaya serta lingkup
pengendalian dari manajer yang bertanggungjawab.(Lubis 2010)
Umumnya pusat pertanggungjawaban diklasifikasikan ke dalam :
a) Cost Center (Pusat Biaya) merupakan pusat pertanggungjawaban atau suatu unit
organisasi yang prestasi manajernya dinilai atas dasar biaya dalam pusat
pertanggungjawaban yang dipimpinnya.
Pusat biaya merupakan bidang tanggungjawab yang menghasikan suatu produk
atau memberikan suatu jasa. Manajer uang bertanggung jawab atas pusat biaya
memiliki kendali hanya atas penggunaan sumber daya fisik dan manusia yang diperlukan
untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Selama proses perencanaan para
manajer pusat biaya hanya diberikan kuota produksi dan dapat berpartisipasi dalam
menentukan tujuan biaya yang realistis dan adil untuk tingkat output yang diantisipasi.
Hasil kinerja yang dilaporkan secara periodik dalam bentuk laporan yang
membandingkan biaya actual yang terjadi dan biaya yang dianggarkan. Frekuensi dari
umpan balik bergantung pada sensifitas dan materialitas dari faktor-faktor operasional
yang berada dibawa kendalinya. Pusat-pusat biaya merupakan bentuk pusat
pertanggungjawaban yang digunakan secara luas. Secara umum pusat biaya dapat
dibedakan menjadi pusat biaya teknik atau pusat biaya standart dan pusat biaya
kebijakan.
b) Revenue Center (Pusat Pendapatan) merupakan pusat pertanggungjawaban atau
suatu unit organisasi yang prestasi menajernya dinilai atas dasar pendapatan dalam
pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya.
Jika tangungjawab utama seorang menejer adalah penghasilan pendapatan, maka
segmennya sebaiknya diperlakukan sebagai pusat pendapatan. Contoh-contoh dari pusat
pendapatan meliputi departemen pemasaran, pusat distribusi, bagian barang jualan di
toko serba ada atau tenaga penjualan individual. Manajer hanya memiliki kendali
terhadap biaya pemasaran langsung dan kinerja mereka akan diukur dalam hal
kemampuan mereka untuk mencapai target penjualan yang ditentukan sebelumnya dalam
batasan beban tertentu. Untuk memperoleh manfaat motivasional dan pengendalian yang
efektif, manajer pusat pendapatan sebaiknya berpartisipasi dalam proses penentuan tujuan
dan menerima umpan balik yang tepat waktu atas hasil kinerja mereka.
c) Profit Center (Pusat Laba) merupakan pusat pertanggungjawaban atau suatu unit
organisasi yang prestasi manajernya dinilai atas dasar pendapatan, biaya dan
sekaligus aktiva atau modal atau investasi pada pusat pertanggungjawaban yang
dipimpinnya. Jadi prestasi manajer ini dinilai atas dasar laba dan investasi yang
diperlukan untuk memperoleh laba.
Pusat laba adalah segmen dimana manajer memiliki kendali, baik atas pendapatan
maupun biaya. Tanggung jawab mereka lebih luas dibandingkan dengan tanggung jawab
dari pusat pendapatan dan pusat biaya karena mereka bertanggung jawab atas fungsi
distribusi dan manufaktur. Contoh-contoh umum dari pusat laba adalah divisi korporat
yang memproduksi dan menjual produknya. Kinerja manajer pusat laba dievaluasi
berdasarkan target laba yang direncanakan seperti tingkat pengembalian minimum yang
diharapkan dan tingkat halangan untuk laba residual. Untuk meningkatkan keprihatinan
manajer terhadap aspek-aspek ini, system penghargaan dan evaluasi kinerja sebaiknya
juga memasukan ukuran-ukuran untuk mengevaluasi kinerja mereka dalam hal aspek
jangka panjang dan tingkat keberhasilan yang dalam hal ini sebaiknya mempengaruhi
alokasi penghargaan.
d) Pusat Investasi
Manajer pusat investasi bertanggung jawab terhadap investasi dalam asset serta
pengendalian atas pendapatan dan biaya. Mereka diharapkan mencapai keseimbangan
yang sehat antara laba yang dicapai dan investasi dalam sumber daya yang digunakan.
Kriteria yang digunakan dalam mengukur kinerja mereka dan menentukan penghargaan
mereka meliputi tingkat pengembalian atas asset, hasil perputaran, dan laba residual.
Karena mereka bertanggung jawab terhadap setiap aspek dari operasi, manajer pusat
investasi ini dievaluasi dengan cara yang sama seperti eksekutif puncak. Karakteristik
Akuntansi pertanggungjawaban antara lain (Adharawati, 2010): Adanya
identifikasi pusat pertanggungjawaban, Standar ditetapkan sebagai tolak ukur kinerja
manajer yangbertanggungjawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu, Kinerja manajer
diukur dengan membandingkan realisasi dengan anggaran, Manajer secara individual
diberi penghargaan atau hukuman berdasarkan kebijakan manajemen yang lebih tinggi.

D. Perencanaan, Akumulasi Data, dan Pelaporan Berdasarkan Pusat


Pertanggungjawaban

Setelah struktur network dari pertanggungjawaban ditetapkan maka dilakukan


perencanaan, akumulasi data dan pelaporan. Elemen cost danrevenue keduanya ada
dalam anggaran dan dalam akumulasi hasil aktual.
1) Responsibility Budget (Anggaran Pertanggungjawaban)
Secara kronologis kita akan membandingkan antara anggaran yang telah
ditetapkan dengan pendapatan dalam segmen network. Hal ini akan menjadi dasar untuk
mengevaluasi kinerja karyawan dengan unit organisasi. Karakteristik dari anggaran
pertanggungjawaban adalah tujuan kinerja pusat pertanggungjawaban hanya untuk
mengontrol cost danrevenue yang dikontrolnya, setelah mempertimbangkan
biayacontrollable yang spesifik dalam pusat pertanggungjawaban.
Controllable cost tidak sama dengan direct cost, banyak yang termasuk direct
cost seperti misalnya depresiasi peralatan, dimana tidakcontrollable dalam level pusat
biaya dan seharusnya tidak bertanggungjawab atas deperesiasi atau biaya lainnya yang
formulanya tidak berdampak pada tindakan supervisor, hanya contorllable yang
ditetapkan oleh kepada pusat biaya, sehingga manajemen memiliki dasar untuk
membandingkan antara aktual denngan kinerja yang diharapkan untuk menjudgement
efektivitas supervisor pusat biaya dengan semua level serta untuk mengidentifikasikan
sebab-sebab tidak efisiensi.
Proses anggaran yang efektif dimulai dari level yang paling bawah dalam
organisasi untuk memperbandingkan antara anggaran yang diestimasikan untuk semua
biaya yang diestimasi untuk semua biaya yang dikontrolnya. Untuk otoritas yang lebih
tinggi mereview estimasi,cooperative dan memodifikasi bila diperlukan, sampai pada
akhirnya mengkombinasikan semua anggaran untuk level top manajemen.
2) Data Accumulation (Akumulasi Data)
Akumulasi data merupakan fasilitas perbandingan secara periodik dari berbagai
macam rencana anggaran. Akumulasi dari aktual incomedan item expense sangat perlu
untuk bentuk dari networkpertanggungjawaban.
Ada tiga dimensi dari pengklasifikasian antara biaya dan pendapatan selama
proses akumulasi data: (1) cost diklasifikasikan oleh pusat pertanggungjawaban (2) pusat
yang lainnya yang terdiri daricontrollable dan noncontrollable (3) tipe cost atau line item
seperti gaji, perlengkapan, bahan baku dan sewa. Disini tipe akumulasi data yang
disediakan manajemen yang sebagian berdimensi operasi, dahulu tiga dimensi akumulasi
data tersebut tidak dapat digunakan karena secara teknis tidak praktis sebab hanya
manual dan semi manual untuk akumulasi data.
3) Responsibility Reporting (Pelaporan pertanggungjawaban)
Hasil akhir dari sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah pelaporan
pertanggungjawaban secara periodik atau laporan kinerja. Laporan merupakan media
untuk melaporkan biaya yang dikontrol, pengukuran efisiensi manajemen serta
pencapaian tujuan.
Untuk efisiensi laporan hendaknya berbentuk piramid artinya manajer
pertanggungjawaban menerima hanya satu laporan, laporan yang sifatnya detail ada pada
level tingkat paling bawah yang diterbitkan pertama lalu yang dilaporkan pada level yang
lebih tinggi, hasil yang dilaporkan pada level yang lebih tinggi isinya semakin ringkas.
Major akuntansi pertanggungjawaban memberikan kontribusi bagi manajemen dalam
mengontrol biaya dan efisiensi dari pertanggungjawaban yang telah ditetapkan.
Selanjutnya Mulyadi, menjelaskan bahwa prosedur penyusunan pelaporan
pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :
 Tiap-tiap pusat pertanggungjawaban setiap periodenya (bulan/triwulan) menyusun
laporan atas biaya yang terjadi dan menjadi tanggungjawab departemen atau
bagiannya. Biaya yang dilaporkan oleh tiap-tiap pusat pertanggungjawaban adalah
biaya yang sesungguhnya terjadi (actual cost).
 Laporan atas biaya yang seungguhya terjadi ini, diserahkan kepada penyusun
laporan perusahaan keseluruhan (biasanya departemen/staff controller/bagian
akuntansi).
 Bagian penyusunan laporan perusahaan keseluruhan (controller/bagian akuntansi)
mengolah data-data yang berasal dari laporan tiap-tiap pusat pertanggungjawaban.
 Kemudian bagian penyusunan laporan perusahaan menyusun
(controller/pengawas/bagian akuntansi) membandingkan antara anggaran yang
tersedia dan biaya yang sesungguhnya terjadi.
 Terakhir, controller atau pengawas intern mengirimkan laporan
pertanggungjawaban tersebut ke masing-masing pusat pertanggungjawaban yang
dinilai dan kepada atasan dari pusat pertanggungajawaban tersebut.

E. Asumsi Keprilakuan dari Akuntansi Pertanggungjawaban

Rencana pertanggungjawaban, akumulasi data, dan sistem pelaporan semuanya


berdasarkan pada asumsi operasi dan prilaku manusia, termasuk :
1. Management By Exception (MBE) / Manajemen berdasarkan perkecualian yaitu
adanya kecukupan kontrol operasi yang efektif.
MBE sangat efektif untuk mengatur dan mengontrol aktivitas organisasi, manajer
harus berkonsentrasi pada deviasi anggaran atau tujuan dasar. Karakteristik laporan
periodik dari akuntansi pertanggungjawaban yang ideal adalah menggambarkan
manajemen dalam area deviasi dari aturan yang telah ditentukan dan termasuk
menentukan tindakan perbaikan untuk penguatan atau perbaikan perilaku.
Manajemen berdasarkan perkecualian mengasumsikan bahwa untuk mengelola
dan mengendalikan aktivitas organisasi dengan paling efektif, manajer sebaiknya
mengonsntrasikan perhatian mereka pada bidang-bidang dimana hasil aktual
menyimpang secara substansional dari tujuan yang dianggarkan atau standar
Hal diatas mengasumsikan bahwa untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan
organisasi secara efektif, manajer hanya perlu memusatkan perhatiannya pada wilayah
dimana hasil nyata berbeda dengan target atau standar anggaran. Sayangnya, hanya
perbedaan yang tidak diinginkan dan titik masalah yang telah jelas yang menerima
perhatian segera. Oleh karena itu, pusat tanggung jawab seringkali menganggap laporan
kinerja sebagai alat yang menekankan kegagalan.
Manajer tingkat bawah cenderung melihat laporan semacam ini sebagai hukuman
dan bukan sebagai informasi. Untuk mengubah pandangan semacam ini, maka sistem
penghargaan perusahaan haruslah mensejajarkan pencapaian target dengan kinerja
sukses.
2. Management By Objective (MBO) / Manajemen berdasarkan tujuan Dalam akuntansi
pertanggungjawaban, manajemen mengontrol dirinya sendiri. Disini orang – orang
melakukan tugas sendiri sebab mereka percaya mereka mampu mengarahkan sendiri
dalam pekerjaan mereka. MBO memberi fasilitas kepada manajer dan bawahannya
untuk memformulasikan tujuan dan aktivitas untuk pusat pertanggungjawaban.
Akuntansi pertanggungjawaban menyediakan kerangka yang ideal untuk
memformulasikan tujuan secara detail.
Akuntansi pertanggungjawaban memfasilitasi management by objective. Hal ini
merupakan pendekatan manajemen yang dirancang untuk mengatasi keslahan tanggapan
manusiawi yang yang sering timbul oleh usaha untuk mengendalikan operasi berdasarkan
dominasi. Sebagai sebuah cara pengendalian manajemen, MBO memfasilitasi keinginan
untuk tidak didominasi dengan memberi manajer dan bawahannya sebuah kesempatan
untuk secara bersama merumuskan pencapaian dan kegiatan bagi pusat tanggung jawab
masing-masing.
3. Coincidence Between Responsibility Network And Organizational Structure
/ Kesesuaian antara jaringan pertanggung jawaban dan struktur organisasi.
Akuntansi pertanggungjawaban mengasumsikan pengendalian organisasi
ditingkatkan melalui penciptaan sebuah jaringan pusat tanggungjawab yang selaras
dengan struktur organisasi. Niat manejemen tingkat atas untuk mendelegasikan dijelaskan
melalui hierarki kewenangan atau struktur organisasi. Namun demikian, banyak
organisasi yang dilanda kelemahan yang hebat mengenai delegasi. Hal ini berakibat pada
usaha saling melewati tugas dan tanggung jawab.
Karena pusat pertanggung jawaban merupakan dasar dari keseluruhan sitem
akuntansi pertanggung jawaban, kerangka kerja untuk seharusnya di desain secara hati-
hati. Struktur organisasi harus di analisis terhadap kelemahan dalam pendelegasian dan
penyebaran.
4. Acceptance of Responsibility / Penerimaan tanggung jawab
Unsur yang terpenting dalam keberhasilan penerapan sistem akuntansi
pertanggungjawaban adalah bahwa manajer pusat pertanggungjawaban menerima
tanggungjawab dan tugas yang diberikan kepadanya dengan layak dan kesediaan mereka
melaksanakannya.
Para manajer akan merasa bersedia menerima tugas dan tanggungjawab tersebut
dengan baik jika mereka merasa dibutuhkan secara fisik dan sumber daya. Mereka akan
melaksanakannya dengan baik jika budaya organisasi dimana tempat mereka
menjalankan tugas memberikan kebebasan untuk melaksanakan tugas dengan cara-cara
mereka sendiri. Budaya organisasi yang ada juga harus dapat memberikan toleransi jika
mereka mengalami kegagalan. Dan para manajer hendaknya diberikan kebebasan untuk
mengeluarkan pendapat dan pandangan mereka sendiri tanpa adanya rasa takut.
Ketika sistem akuntansi pertanggungjawaban mengukur keberhasilan mereka atau
kegagalan mereka, ada suatu kepercayaan bahwa mereka diawasi dan dikendalikan oleh
para atasannya. Penentuan pencapaian sasaran yang dihubungkan dengan akuntansi
pertanggungjawaban akan meningkatkan komunikasi diantara mereka dengan terbuka,
dan mereka dapat menentukan ukuran dan strategi yang hendak dicapai.
Oleh karena itu hal yang paling menentukan dalam sistem akuntansi tanggung
jawab adalah penerimaan dari manajer tanggung jawab atas tanggung jawab yang
dilimpahkan secara adil serta keinginannya untuk tetap dijaga akuntabilitasnya.
Keinginan manajer untuk menerima tanggung jawab bergantung atas bagaimana mereka
mempersepsikan penentuan dan pengendalian atas manusia dan sumber daya yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas.
5. Capability of Inducing Cooperation / kapasitas untuk mendorong kerja sama
Akuntansi pertanggungjawaban mampu meningkatkan kerjasama organisasi yang
memperlihatkan para manajer bekerja untuk mencapai tujuan bersama. Akuntansi
pertanggungjawaban juga menunjukan tingkat loyalitas mereka, kemampuan mereka
dalam membuat keputusan mereka sendiri di dalam kerangka tanggungjawab yang
didelegasikan kepada mereka. Mereka merasa menjadi bagian penting dalam organisasi
sehingga mereka merasa dihargai dan akan bersama-sama mempunyai keinginan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Semangat kerjasama mereka akan tercipta dan
meningkat dan menyakinkan mereka bahwa mereka sedang mencapai tujuan yang
dirumuskan bersama. Mereka merasa menjadi sesuatu hal yang penting, dan tentu saja
mereka akan berpikir bahwa jika terjadi kegagalan tentulah akan mempengaruhi masa
depan.
Akuntansi pertanggung jawaban meningkatkan kerja sama organisasional dengan
menunjukkan kepada manajer bagaimana aktifitas merka sesuai dengan gambaran
keseluruhan dan bahwa setiap orang bekerja untuk tujuan bersama. Akuntansi
pertanggungjawaban memperbaiki kerjasama organisasi dengan menunjukkan manajer
dimana kegiatan mereka dan juga semua bekerja menuju tujuan bersama.Hal ini juga
meningkatkan loyalitas, percaya diri, dan perasaan untuk merasa penting. Jiwa kerjasama
yang ditimbulkan akan meningkat karena mereka akan percaya bahwa mereka bekerja
menuju tujuan bersama dan sebagai sebuah bagian penting dari organisasi.

F. Korelasi Jenis-Jenis Pusat Pertanggungjawaban Dengan Struktur Organisasi

Untuk berfungsinya dengan memadai, pusat pertanggungjawaban seharusnya


serupa mungkin dengan struktur organisasi. Pendekatan-pendekatan yang digunakan
dalam mendisain struktur organisasi dan membebankan tanggungjawab bervariasi dari
perusahaan ke perusahaa bergantung pada pemilihan manajemen puncak dan gaya
kepemimpinan. Berbagai pendekatan tersebut dapat dklasifikasikan sebagai struktur
vertikal dan horizontal. (Lubis 2010).
Selanjutnya kaitannya dengan pertanggungjawaban, Siegel (1989), menyatakan
pendekatan yang digunakan untuk mendesain struktur organisasi dan pemberian
tanggungjawab pada perusahaan tergantung kepada pilihan manajemen puncak dan gaya
kepemimpinan. Beberapa struktur organisasi meliputi :
 Vertical Structure : Organisasi di bentuk berdasarkan fungsi-fungsi yang ada.
Misalnya terdapatnya fungsi produksi, penjualan, dan keuangan. Masing-masing
fungsi yang ada dapat dibagi dalam beberapa pusat pertanggungjawaban. Fungsi
produksi menggunakan cost center, fungsi penjualan menggunakan revenue center,
sedangkan top manajemen berfungsi sebagai control dan pembuat kebijakan terhadap
investasi.
 Horizontal Structure : Organisasi di bentuk berdasarkan area geografis. Setiap
pimpinan bagian melakukan control terhadap pusat laba ataupun investasi. Mereka
bertanggungjawab terhadap produksi, penjualan, dan keuangan dan semua fungsi
yang ada di grup/wilayah masing-masing.
Akuntansi pertanggungjawaban sebagai kontrol perusahaan dengan diciptakannya
jaringan kerja yang bersamaan dengan struktur organisasi. Top manajemen membaginya
dalam struktur organisasi dan ditetapkan otoritas dan pertanggungjawabannya. Setiap
manajer pusat pertanggungjawaban hendaknya berusaha untuk mengendalikan berbagai
aktivitas yang berada dibawahnya dan mengkomunikasikannya kepada bagian yang
terkait.

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu kajian dalam akuntansi yang lebih
memfokuskan diri pada aspek-aspek tanggung jawab dari satu atau lebih anggota organisasi atas
suatu pekerjaan, bagian, atau segmen tertentu. Tidak hanya hal itu saja, akuntansi pertanggungjawaban
juga melibatkan aspek-aspek keperilakuan dari anggota organisasi. Hal ini disebabkan karena akuntansi
pertanggungjawaban dapat dipandang sebagai alat pengendalian bagi organisasi. Masing-masing
individu, kelompok, maupun divisi dapat dijelaskan kinerjanya dari laporan-laporan
yang diungkapkan dalam akuntansi pertanggungjawaban. Oleh karena itu, aspekaspek
keperilakuan juga menjadi sorotan penting dalam implementasi akuntansipertanggungjawaban.

Permasalahan yang terkait keperilakuan dalam akuntansi pertanggungjawaban dapat


berdampak serius, baik bagi individu maupun organisasi. Perilaku menyimpang dari yang apa
diharapkan, rendahnya motivasi, dan tidak layaknya para manajer pusat pertanggungjawaban
adalah contoh-contoh dari dampak yang dihasilkan akibat gagalnya pusat pertanggungjawaban
untuk mengakomodasi aspek-aspek keperilakuan secara tepat. Dengan demikian, aspek
keperilakuan menjadi aspek penting lain di samping aspek perancangan jaringan pusat
pertanggungjawaban.
DAFTARPUSTAKA

Al-Nsour, M. (2017) ‘Relationship Between Incentives And Organizational Performance


For Employees In The Jordanian Universities’, International Journal Of Business
And Management, 7(1), Pp. 78–89.

Andani, K. N.,Sujana, E.And Sulindawati, N.L.G.E.(2017)‘AnalisisPengaruh Penerapan


Akuntansi Pertanggungjawaban Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan Motivasi
Kerja Sebagai Variabel Moderasi’, Jurusan Akuntansi Program S1, 7(1), Pp. 1–11.

Arningsih, N. L. P. F. (2019) ‘Pengaruh Penggunaan Teknologi Informasi, Efektivitas


Sistem Informasi Akuntansi, KepercayaanAtasSistem Informasi Akuntansi, Sistem
Pengendalian Intern Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bank Perkreditan Rakyat Di
Kabupaten Buleleng Dan Bangli’.

Astut, T. P., Sitawati, R. And Tukijan (2019) ‘Pengaruh Kreativitas Dan Perilaku Inovatif
Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Mediasi
(Studi Pada Hotel Pandanaran Semarang)’, Jurnal Ekonomi Manajemen Dan
Akuntansi, (47), Pp. 53–64.

Dita, M. A. And Putra2, I. W. (2016) ‘Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Akuntansi


Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Integritas KaryawanSebagai Variabel
Pemoderasi’, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 15(1), Pp. 614–640.
Fajrina, N.N., Militina, T.And Achmad, G. N.(2020) ‘Employee Performance In Pt Bpd
Kaltim Kaltara Samarinda’, International Journal Of Economics, Business And
Accounting Research (Ijebar), 4(1), Pp. 55–65.
Galib, M. And Hidayat, M. (2018) ‘Analisis Kinerja Perusahaan Dengan
MenggunakanPendekatanBalancedScorecard’, Jurnal Stieamkop, 2(1),Pp. 92–112.
Hasan And Iqbal, M. (2002) Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan
Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hendrawaty, E. (2017) Excess Cash Dalam Perspektif Teori Keagenaan. Bandar
Lampung: Cv. Anugrah Utama Raharja.

Hudayati, A. (2020) ‘PerkembanganPenelitianAkuntansiKeperilakuan:Berbagai


TeoriDan Pendekatan Yang Melandasi’, Jaai, 6(2), Pp. 81–96.

Anda mungkin juga menyukai