Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dunia usaha semakin berkembang pesat, dengan
teknologi yang semakin canggih sudah banyak digunakan untuk mendukung
semua kegiatan perusahaan untuk tercapainya tujuan perusahaan yang telah
ditetapkan. Dalam usaha untuk mencapai tujuannya, maka setiap perusahaan
akan berusaha untuk meningkatkan efektivitas maupun efisiensi kerja. Untuk
mengkoordinasikan kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuan, maka
perusahaan akan mempersiapkan strategi-strategi sebagai arahan didalam
mencapai tujuan. Untuk memastikan bahwa perusahaan melaksanakan
strateginya secara efektif dan efisien, manajemen melakukan suatu proses
yang disebut dengan pengendalian.
Salah satu bentuk pengendalian adalah dengan memperhatikan
masalah operasional dengan anggaran keuangan sebagai pedukung kegiatan
dengan melakukan penyususan rencana aggaran pada waktu yang lebih awal,
melalui pembentukan pusat-pusat pertanggungjawaban, serta laporan anggaran
dan realisasinya dari setiap pusat pertanggungjawaban untuk dapat
menentukan prestasi pusat pertanggungjawaban.
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan sistem akuntansi yang
mengakui berbagai pusat pertanggungjawaban pada keseluruhan perusahaan
yang mencerminkan rencana dan tindakan setiap pusat pertanggungjawaban
dengan menetapkan pendapatan dan biaya tertentu.
Sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan metode
pengendalian biaya.Biaya dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban
dihubungkan dengan manajer yang memiliki wewenang untuk mengkonsumsi
sumber daya.Karena sumber daya yang digunakan harus dinyatakan dalam
satuan uang dan itu merupakan biaya, maka sistem akuntansi
pertanggungjawaban merupakan satu metode pengendalian biaya yang
memungkinkan manajemen untuk melakukan pengelolaan biaya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban?
2. Apa Pengertian dari Akuntansi Pertanggungjawaban Tradisional?
3. Apa Pengertian dari Akuntansi Pertanggungjawaban Kontemporer?
4. Apa Perbedaan antara Akuntansi Pertanggungjawaban Tradisional dan
Kontemporer ?
5. Apa saja Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban ?
6. Bagaimana Pengukuran Kinerja dari Pusat Pertanggungjawaban?
7. Bagaimana Alternatif Pengukuran Kinerja Lainnya?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian dari Akuntansi Pertanggungjawaban.
2. Mengetahui Pengertian dari Akuntansi Pertanggungjawaban Tradisional.
3. Mengetahui Pengertian dari Akuntansi Pertanggungjawaban Kontemporer.
4. Mengetahui Perbedaan antara Akuntansi Pertanggungjawaban Tradisional
dan Kontemporer.
5. Mengetahui Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban.
6. Mengetahui Pengukuran Kinerja dari Pusat Pertanggungjawaban.
7. Mengetahui Alternatif Pengukuran Kinerja Lainnya.

2
3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu konsep dari
akuntansi manajemen dan sistem akuntansi yang dikaitkan dan disesuaikan
dengan pusat-pusat pertanggungjawaban yang ada dalam organisasi. Istliah
akuntansi pertanggungjawaban ini akan mengarah pada proses akuntansi yang
melaporkan sampai bagaimana baiknya manajer pusat pertanggungjawaban
dapat memanage pekerjaan yang langsung dibawah pengawasannya dan yang
merupakan tanggungjawabnya atau suatu sistem yang mengukur rencana dan
tindakan dari setiap pusat pertanggungjawaban.
Menurut Hansen, Mowen definisi akuntansi pertanggungjawaban
adalah sebagai berikut: ”Akuntansi pertanggungjawaban adalah Sistem yang
mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban
menurut informasi yang dibutuhkan oleh para manajer untuk mengoperasikan
pusat pertanggungjawaban mereka.”
Sedangkan akuntansi pertanggungjawaban menurut L.M. Samryn
adalah sebagai berikut: “Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu
sistem akuntansi yang digunakan untuk mengukur kinerja setiap pusat
pertanggungjawaban sesuai dengan informasi yang dibutuhkan manajer untuk
mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka sebagai bagian dari sistem
pengendalian manajemen.
Dari berbagai definisi diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai
akuntansi pertanggungjawaban sebagai berikut :
1. Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem akuntansi yang
disusun berdasarkan struktur organisasi yang secara tegas memisahkan
tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing tingkat
manajemen.
2. Akuntansi pertanggungjawaban mendorong para individu, terutama para
manajer untuk berperan aktif dalam mencapai tujuan perusahaan secara
efektif dan efisien.
3. Penyusunan anggaran dalam akuntansi pertanggungjawaban ialah
berdasarkan atas pusat-pusat pertanggungjawaban. Dari laporan
pertanggungjawaban dapat diketahui perbandingan antara realisasi dengan
anggarannya, sehingga penyimpangan yang terjadi dapat dianalisa dan
dicari penyelesaiannya dengan manajer pusat pertanggungjawabannya.
4. Akuntansi pertanggungjawaban melaporkan hasil evaluasi dan penilaian
kinerja yang berguna bagi pimpinan dalam penyusunan rencana kerja
periode mendatang, baik untuk masing-masing pusatpertanggungjawaban
maupun untuk kepentingan perusahaan secara keseluruhan.
Sedangkan menurut Mulyadi dikemukakan: “Akuntansi
pertanggungjawaban adalah suatu sistem yang disusun sedemikian rupa
sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan penghasilan dilakukan
dengan bidang pertanggungjawaban dalam organisasi dengan tujuan agar
dapat ditunjuk orang atau kelompok yang bertanggungjawab terhadap
penyimpangan dari biaya dan penghasilan yang dianggarkan”.
Didalam pengertian di atas Mulyadi menyimpulkan bahwa syarat
untuk dapat menerapkan akuntansi pertanggungjawaban :
1. Struktur organisasi
Dalam akuntansi pertanggungjawaban struktur organisasi harus
menggambarkan aliran tanggungjawab, wewenang dan posisi yang jelas
untuk setiap unit kerja dari setiap tingkat manajemen selain itu harus
menggambarkan pembagian tugas dengan jelas pula. Dimana organisasi
disusun sedemikian rupa sehingga wewenang dan tanggungjawab tiap
pimpinan jelas. Dengan demikian wewenang mengalir dari tingkat
manajemen atas ke bawah, sedangkan tanggungjawab adalah sebaliknya.
2. Anggaran
Dalam akuntansi pertanggungjawaban setiap pusat
pertanggungjawaban harus ikut serta dalam penyusunan anggaran karena
anggaran merupakan gambaran rencana kerja para manajer yang akan
dilaksanakan dan sebagai dasar dalam penilaian kerjanya.
Diikutsertakannya semua manajer dalam penyusunan.

4
3. Penggolongan biaya
Karena tidak semua biaya yang terjadi dalam suatu bagian dapat
dikendalikan oleh manajer, maka hanya biaya-biaya terkendalikan yang
harus dipertanggung jawabkan olehnya.Pemisahan biaya kedalam biaya
terkendalikan dan biaya tak terkendalikan perlu dilakukan dalam akuntansi
pertanggungjawaban.
a. Biaya terkendalikan adalah biaya yang dapat secara langsung
dipengaruhi oleh manajer dalam jangka waktu tertentu.
b. Biaya tidak terkendalikan adalah biaya yang tidak memerlukan
keputusan dan pertimbangan manajer karena hal ini tidak dapat
mempengaruhi biaya karena biaya ini diabaikan.
4. Sistem akuntansi
Oleh karena biaya yang terjadi akan dikumpulkan untuk setiap
tingkatan manajer maka biaya harus digolongkan dan diberi kode sesuai
dengan tingkatan manajemen yang terdapat dalam struktur organisasi.
Setiap tingkatan manajemen merupakan pusat biaya dan akan dibebani
dengan biaya yang terjadi didalamnya yang dipisahkan antara biaya
terkendalikan dan biaya tidak terkendalikan. Kode perkiraan diperlukan
untuk mengklasifikasikan perkiraan-perkiraan baik dalam neraca maupun
dalam laporan rugi laba.
5. Sistem pelaporan biaya
Bagian akuntansi biaya setiap bulannya membuat laporan
pertanggungjawaban untuk tiap-tiap pusat biaya. Setiap awal bulan dibuat
rekapitulasi biaya atas dasar total biaya bulan lalu, yang tercantum dalam
kartu biaya. Atas dasar rekapitulasi biaya disajikan laporan
pertanggungjawaban biaya. Isi dari laporan pertanggungjawaban
disesuaikan dengan tingkatan manajemen yang akan menerimanya. Untuk
tingkatan manajemen yang terrendah disajikan jenis biaya, sedangkan
untuk tiap manajemen diatasnya disajikan total biaya tiap pusat biaya yang
dibawahnya ditambah dengan biaya-biaya yang terkendalikan dan terjadi
dipusat biayanya sendiri.

5
Di dalam pelaksanaan akuntansi pertanggungjawaban terdapat
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, seperti yang dikemukakan oleh
Mulyadi, diantaranya sebagai berikut :
1. Struktur organisasi yang menetapkan secara jelas dan tegas
menggambarkan pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab untuk
setiap unit dalam struktur organisasi.
2. Penyusunan anggaran yang dilakukan oleh tiap tingkatan manajemen
dalam organisasi perusahaan.
3. Adanya pemisahan biaya sesuai dengan dapat dikendalikan tidaknya suatu
biaya oleh seorang manajer pusat biaya tertentu dalam perusahaan.
4. Adanya klasifikasi dan kode rekening yang disesuaikan dengan tingkatan
manajemen dalam perusahaan.
5. Sistem pelaporan biaya pada setiap tingkatan perusahaan telah memenuhi
syarat dalam penerapan akuntansipertanggungjawaban.
B. Akuntansi Pertanggungjawaban Tradisional
Akuntansi pertanggungjawaban tradisional hanya dapat diterapkan
dalam kondisi bisnis yang stabil; tidak ada fluktuasi nilai tukar mata uang
yang signifikan, tidak ada inflasi, tingkat suku bunga relatif stabil, pendapatan
masyarakat stabil, persaingan tidak tajam. Dalam kondisi yang demikian
program kerja dan anggaran mudah disajikan dan kinerja manajamen mudah
diukur karena biaya-biaa relatif mudah dikendalikan. Organisasi perusahaan
dapat diklasifikasikan berdasar unit-unit kerja fungsional yang dipimpin oleh
manajer, sehingga peranan individu sebagai manajer atau pekerja sangat
dominan.
Namun dalam praktek bisnis dewasa ini, persaingan sangat tajam dan
inovasi teknologi cepat berkembang sehingga perkembangan bisnis sangat
dinamis, sehingga akuntansi pertanggungjawaban tradisional sulit diterapkan
karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya, antara lain:
1. Berfokus internal, yaitu pembuatan standar biaya, anggaran dan analisa
varian biaya dan pendapatan.

6
2. Penekanannya pada penghematan biaya dan pengukuran kinerja
keuangan return on investment (ROI) dan return on equity (ROE)
3. Model ini mengabaikan klasifikasi biaya yang bernilai tambah dan biaya
yang tidak bernilai tambah.
4. Model ini hanya menggunakan varian sebagai alat untuk memberi
insentif.
C. Akuntansi Pertanggungjawaban Kontemporer
Akuntansi Pertanggungjawaban Kontemporer adalah sistem akuntansi
pertanggung jawaban yang diterapkan pada situasi bisnis ang dinamis yang
melibatkan proses seluruh tim manajamen yang bertujuan reduksi biaya dan
peningkatan kualitas melalui mata rantai nilai. Seluruh tim manajemen harus
bertanggungjawab atas kesuksesan operasional, mulai dari riset sampai dengan
layanan purna jual produk yang dihasilkan.
1. Berfokus kerjasam tim dan mata rantai nilai.
2. Penekanannya pada reduksi biaa dan perbaikan terus menerus di segala
bidang.
3. Model ini menekankan pentingna klasifikasi biaya yang bernilai tambah
dan biaya yang tidak bernilai tambah.
4. Model ini hanya menggunakan keberhasilan kerja tim yaitu peningkatan
kualitas dan pengurangan biaya sebagai alat untuk memberi insentif.
D. Perbedaan Antara Akuntansi Pertanggungjawaban Tradisional dan
Kontemporer
Pimpinan puncak suatu organisasi bisnis dalam mencapai sasaran dan
tujuan organisasi yang dipimpinnya ia harus:
1. Memberi wewenangkepada manajer di bawahnya.
2. Meminta tanggung jawab atas wewenang ang diberikan
3. Menetapkan ukuran kinerja
4. Mengevaluasi kinerja berdasarkan ukuran kinerja ang telah ditetapkan
5. Memberikan imbalan layak dan memanusiakan manusia.
Setelah seseorang (manajer) diberi wewenang, ia diminta tanggung
jawab sesuai dengan wewenang yang dimilikinya, maka lahir akuntansi

7
pertanggung jawaban dalam bentuk tradisional dan kontemporer. Perbedaan
kedua jenis akuntansi pertanggung jawaban tersebut disajikan dalam bentuk
tabel berikut:

Tabel Perbedaan Akuntansi Pertanggungjawaban Tradisional dengan


Kontemporer
Keterangan Tradisional Kontemporer
Lingkungan Stabil Dinamis

Orientasi Kemampuan Individu Kemampuan Tim

Model berpikir Arsial, Analitik Holistik, Dialektik

Keuangan Unit Organisasi Mata rantai nilai

Standar  Standar yang bisa dicapai  Kepuasan Pelanggan


pengukuran  Anggaran Statis  Proses yang Optimal
kinerja

Pengukuran Perbandingan biaya aktual Efektivitas, Just In Time


kinerja dengan biaya standar dan Produktivitas

Dasar imbalan Kinerja anggaran Kinerja tim, mata rantai


kepada individu nilai kelompok

Karakteristik Mudah dikendalikan Sulit dikendalikan


biaya

E. Klasifikasi Pusat Pertanggungjawaban.

8
Pusat pertanggungjawaban adalah suatu model pengendalian dan
evaluasi kinerja anak perusahaan, cabang atau divisi yang didasarkan pada
wewenang yang diberikan. Mereka yang diberi wewenang harus membuat
laporan secara akuntansi untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan atas
wewenang yang telah diterima.
Akuntansi pertanggungjawaban pada umumnya digunakan oleh suatu
segmen bisnis dimana manajernya bertanggungjawab terhadap kegiatan-
kegiatan tertentu, antara lain:
1. Pusat Biaya
Suatu pusat pertanggungjawaban dimana manajernya hanya
bertanggungjawab mengenai biaya. Contohnya adalah manajer pabrik, ia
bertanggungjawab atas efisiensi biaya produksi; wewenangnya adalah
menentukan besarnya biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya tidak langsung pabrik. Manajer pabrik harus dapat
memproduksi komoditi yang berkualitas bagus dengan biaya per unit ang
serendah-rendahnya; tujuanna adalah agar komoditi mampu bersaing di
pasar dan perusahaan memperoleh laba ang direncanakan. Kinerjanya
dievaluasi berdasarkan efisiensi biaya produksi.
2. Pusat Pendapatan
Suatu pusat pertanggungjawaban dimana manajernya hanya
bertanggungjawab mengenai penjualan. Contohnya manajer pemasaran, ia
bertanggungjawab atas peningkatan jumlah komoditi yang dijual dan
jumlah pendapatan; wewenangnya adalah menentukan strategi dan taktik
pemasaran yang berhubungan dengan: pengembangan produk dan bauran
produk, ditribusi, promosi, harga, memuaskan pelanggan, dan menjadikan
pelanggan setia terhadap komoditi yang dijual. Semua energi divisi
pemasaran ini hakikatnya adalah meluaskan pangsa pasar, meningkatkan
penjualan, dan efisiensi biaa pemasaran.

3. Pusat Laba

9
Suatu pusat pertanggungjawaban diman manajernya
bertanggungjawab mengenai pendapatan dan biaya. Contohnya manajer
cabang, manajer anak perusahaan, dimana ia memiliki wewenang dalam
mengelola pendapatan dan biaya. Setiap keputusannya harus berdasarkan
pada benefit cost ratio, atau perhitungan untung rugi pada setiap transaksi
bisnis yang diputuskan. Kinerjanya dievaluasi berdasarkan kemampuan
memperoleh laba.
4. Pusat Investasi
Suatu pusat pertanggungjawaban dimana manajernya
bertanggungjawab mengenai pendapatan, biaya dan investasi. Contohnya
manajer yang diberi wewenang untuk melakukan proyek investasi yang
berhubungan dengan sumber pembiayaan dan penggunaan dana untuk
investasi dan untuk operasi. Ia harus memperoleh sumber pembiayaaan
dengan biaya modal serendah-rendahnya dan dapat menginvestasikan pada
proyek bisnis yang efektif dan efisien. Kinerjanya dievaluasi berdasarkan
hasil atas investasi.
F. Pengukuran Kinerja
1. Pengukuran Kinerja Pusat Biaya (Cost Center)
Pusat biaya dilakukan dalam tiga kategori yaitu: biaya produksi,
biaya pemasaran dan biaya administrasi. Ketiga pusat biaya itu lazim
disebut biaya operasi. Biaya-biaya itu dibuat standar dahulu, kemudian
dibuat anggaran. Manajemen bekerja atas dasar standar dan anggaran
sebagai pedoman. Standar dan anggaran harus disesuaikan dengan setiap
perubahan kondisi ang terjadi di lingkungan bisnis, baik kondisi ekonomi,
sosial dan politik. Oleh sebab itu standar dan anggaran harus fleksibel
terhadap setiap perubahan, agar manajemen dapat melaksanakan program
kerja dengan baik.
2. Pengukuran Kinerja Pusat Pendapatan (Revenue Center)
Manajer pusat pendapatan diukur dari kemampuannya memperoleh
pendapatan. Itu bisa dilakukan meluaskan pangsa pasar agar jumlah unit
yang dijual meningkat pada harga yang tepat (harga sama dengan

10
pesaing), atau meningkatkan harga pada jumlah unit yang dijual tetap.
Yang paling baik adalah jumlah unit yang dijual meningkat, pada harga
yang meningkat (harga lebih tinggi dibanding pesaing). Manajer pusat
pendapatan harus menfokusnya pada kegiatan pemasaran dengan cara
meningkatkan segmentasi pasar, memposisikan produk, dan
menentukan kebijakan marketing mix yang tepat.
3. Pengukuran Kinerja Pusat Laba (Profit Center)
Kinerja pusat laba dapat diukur dengan :
a. Gross Profit Margin = Laba Kotor atas Penjualan
Penjualan
b. Operating Profit Margin = Laba Operasi
Penjualan
c. Net Profit Margin = Laba Bersih
Penjualan
d. Return On Asset = Laba Bersih
Total Assets
e. Return On Equity = Laba Bersih
Total Ekuitas / Total Modal Sendiri

4. Pengukuran Kinerja Pusat Investasi (Invesment Center)


Pengukuran dan evaluasi kinerja pusat investasi yang lazim
digunakan adalah:
a. Return on Investment (ROI)
Tingkat hasil atas investasi atau return on investment adalah
kemampuan manajemen dalam mengoperasikan harta untuk
mendapatkan laba. Laba perusahaan dibedakan menjadi: laba kotor
atas penjualan, laba operasi dan laba bersih. Pada umumnya
ROI dihitung dari laba operasi atas harta atau laba bersih atas harta.

b. Laba residu (Residual Income)

11
Laba residu dalam perhitungan ini dianggap sebagai laba
ekonomi, sedangkan laba bersih disebut laba akuntansi. Dengan
demikian jika laba bersih diketahui, maka dapat dihitung nilai
perusahaan dan nilai tambah ekonomi.
G. Alternatif Pengukuran Kinerja Lainnya
Seperti di jelaskan di atas ROI dan Residual Income (RI) adalah
ukuran kuantitatif secara akuntansi. Dimana harta yang digunakan dalam
operasi untuk memperoleh pendapatan dan laba didasarkan pada nilai
perolehan. Di samping ukuran kuantitatif secara akuntansi, prestasi manajer
dapat diukur dengan kemampuannya untuk memperluas:
1. Pangsa Pasar
Manajemen yang mampu memperluas pangsa pasar adalah dapat
dikatakan sukses, walaupun dalam jangka pendek, dengan luasnya pasar
itu belum tentu menghasilkan laba sesuai diharapkan. Tetapi jangka
panjang, jika pangsa pasar itu dapat dikelola dengan baik, maka akan
dapat mengahsilkan laba sesuai yang diharapkan. Di samping itu dengan
suksesnya meraih pangsa pasar yang luas menunjukkan bahwa perusahaan
itu memiliki tiga kekuatan utama yaitu kualitas produk bagus, harga
kompetitif, dan ketrampilan managerial pemasaran yang tinggi.
Luasnya pangsa pasar identik dengan besarnya volume penjualan.
Pada umumnya perusahaan yang memiliki volume penjualan tinggi, akan
memperoleh laba operasi yang tinggi pula, bila manajemen mampu
menghemat biaya operasi. Hubungan kemampuan meningkatkan volume
penjualan dengan penghematan biaya operasi merupakan dua dimensi
penting dalam manajemen operasi.
Di samping itu, manajemen yang mampu meluaskan pangsa pasar,
artinya mampu menciptakan daerah pasar baru dan mampu memenangkan
persaingan. Kemampuan menciptakan daerah baru merupakan wujud dari
kreativitas dari semua orang yang terlibat dalam divisi pemasaran.
Sedangkan kemampuan memenangkan persaingan merupakan wujud
dariketerampilan dan keberanian menghadapi persaing dan pelanggan.

12
Kreativitas, keterampilan, dan keberanian divisi pemasaran merupakan
modal pasar dalam mencipta, merebut, menguasai, dan mempertahankan
pangsa pasar. Makin luas pangsa pasar, makin populer komoditi suatu
perusahaan.
2. Keluhan Pelanggan
Pelanggan adalah “raja” atau “roh” bagi suatu perusahaan. Tanpa
pelanggan, keberadaan suatu perusahaan akan lenyap. Pelanggan harus
dibina, agar mereka loyal terhadap komoditi kita. Oleh sebab itu semua
pengaduan, keluhan, dan kerewelan pelanggan harus ditanggapi dan
diselesaikan dengan baik. Hubungan pelanggan dengan perusahaan adalah
merupakan hubungan yang menentukan adanya sesuatu, artinya
menentukan adanya laba.
Laba (laba operasi) hakikatnya dalah pendapatan (income)
pelanggan yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan laba semua kehidupan
suatu perusahaan berjalan normal, maka laba adalah “darah” bagi
perusahaan, yaitu bagi pemilik, bagi manajer, bagi karyawan, bagi
kreditur, bagi pemerintah hal ini pungutan pajak, dan bagi pengembangan
perusahaan. Makin konstan pertumbuhan laba suatu perusahaan, makin
cerah hari depan perusahaan, artinya makin cerah hari depan semua orang
yang melibatkan diri dalam perusahaan. Untuk mempertahankan dan
meningkatkan laba salah satu syaratnya adalah mempertinggi loyalitas
pelanggan dan memperkecil keluhan atau pengaduan prlanggan.
3. Ratio Perputaran Karyawan
Loyalitas pelanggan harus diikuti oleh loyalitas karyawan. Kedua
loyalitas itu merupakan dua sisi pada satu keping mata uang. Pelanggan
yang loyal tanpa dibarengi oleh karyawan yang loyal, akan membuat tahap
demi tahap perusahaan menuju ke tahap penurunan, terutama penurunan
produktivitas kerja. Wujud dari karyawanyang loyal adalah karyawan
yang setia, tidak masuk-keluar perusahaan, atau tidak sering ganti
karyawan karena karyawan yang lainnya keluar.

13
Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang karyawannya
seumur hidup tetap kerja dalam perusahaan yang bersangkutan. Itu berarti
karyawan itu senang bekerja dalam perusahaan yang bersangkutan.
Kesenangan itu disebabkan oleh dua hal yaitu memproleh imbalan yang
layak dan dimanusiakan. Jika kedua unsur tersebut diperolehnya, maka
karyawan yang berpikiran normal tidak akan pindah keperusahaan lain.
Perusahaan, dimana karyawannya tidak pernah keluar (pindah)
keperusahaan lain, dan jumlahnya selalu meningkat menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik, artinya manajemennya
profesional.
4. Pengembangan Karyawan
Karyawan adalah motor penggerak perusahaan. Alat kerja atau
harta perusahaan tidak ada artinya apa-apa jika tidak digerakkan oleh
karyawan. Agar gerak harta itu cepat untuk memperoleh pendapatan dan
laba, maka karyawan harus dikembangkan dan ditingkatkan
keterampilannya danpengetahuannya melalui pendidikan dan pelatihan. Di
samping itu karyawan harus dipromosi, atau dikemabangkan kariernya,
mereka harus makin tinggi posisinya dan makin baik penghasilannya.
Pengembangan karyawan adalah suatu keharusan dalam hubungan
kerja. Karena perusahaan selalu ingin memodernisasi alat kerjanya. Oleh
sebab itu agar alat kerja itu dapat dioperasikan dengan baik oleh karyawan,
maka karyawan harus ditingkatkan pengetahuannya dan keterampilannya.
Karyawan hakikatnya adalah motor penggerak dan sekaligus pelayan alat
kerja (teknologi) yang dipakai perusahaan. Makin canggih teknologi, harus
makin tinggi keterampilan dan pengetahuan karyawan. Pengembangan
karyawan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, yang diukur
dengan tiga komponen utama yaitu kemampuan, motivasi, dan tersedianya
input. Produktivitas karyawan dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Kemampuan = Keterampilan x Pengetahuan
b. Motivasi = Sikap positif terhadap pekerjaan x Situasi kondusif
c. Potensi = Kemampuan x Motivasi

14
d. Produktivitas = Potensi x Tersedianya input
5. Penghargaan Kinerja Manajer
Manajer hakikatnya adalah mediator antara karyawan dan pemilik
perusahaan. Mereka adalah orang tengah. Di satu sisi mereka mewakili
pemilik, disisi lain mereka adalah karyawan yang setiap saat dapat
diberhentikan oleh pemilik. Sebagai orang tengah, manajer memiliki posisi
yang strategis; mereka menyusun strategi, kebijakan, program kerja, dan
anggaran. Disamping itu mereka mengendalikan kegiatan operasi. Manajer
mempunyai fungsi yang startegis dan taktis dalam kehidupan perusahaan;
mereka pemikir sekaligus pelaksana. Di tangan manajerlah hakikatnya
visi, misi, tujuan, dan sasaran perusahaan dapat di wujudkan. Oleh sebab
itu manajer harus dihargai prestasinya.
Teknik mengukur dan menghargai prestasi manajer pada umunya
adalah dengan jalan memberi insentif berupa material dan non-material.
Penghargaan material berupa pemberian bonus uang tunai atau saham
partisipasi, kenaikan jabatan, pemberian fasilitas perumahan, kendaraan
dan sebagainya. Sedangkan penghargaan non-material berupa tanda jasa,
seperti surat penghargaan dan sebagainya, yang berarti bahwa manajer
harus dimanusiakan, bukan dujadikan “alat” pemilik modal untuk
mencapai tujuannya.
Manajer yang dihargai secara materiil dan non-material akan
bekerja lebih efektif, efisien dan produktif. Karena sebagai manusia
mereka memiliki kesadaran bahwa pada hakikatnya dirinya sebagai
karyawan, dimanapun dan kapanpun selama mereka tetap bekerja pada
orang lain (perusahaan lain) sebagai manajer. Kesadaran inilah yang
membuat dirinya menuntut penghargaan non-material, artinya aktualisi
diri, bahwa ia memiliki eksistensi yang lebih daripada yang lainnya
(karyawan lainnya). Manajer yang hanya dihargai secara material saja,
akan menjadi manajer “kutu loncat”, pindah dari perusahaan yang satu ke
perusahaan yang lainnya. Manajer yang demikian ini hakikatnya adalah
manajer yang tidak memiliki hari depan.

15
16

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu konsep dari
akuntansi manajemen dan sistem akuntansi yang dikaitkan dan disesuaikan
dengan pusat-pusat pertanggungjawaban yang ada dalam organisasi. Istliah
akuntansi pertanggungjawaban ini akan mengarah pada proses akuntansi yang
melaporkan sampai bagaimana baiknya manajer pusat pertanggungjawaban
dapat memanage pekerjaan yang langsung dibawah pengawasannya dan yang
merupakan tanggungjawabnya atau suatu sistem yang mengukur rencana dan
tindakan dari setiap pusat pertanggungjawaban.
B. Saran
17

DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. Akuntansi Manajemen (Konsep, Manfaat dan Rekayasa). Jakarta;


Salemba Empat, edisi 2, 1993.
Utari, Dewi, et al. Akuntansi Manajemen (Pendekatan Praktis). Jakarta: Mitra
Wacana Media, 2018.

Anda mungkin juga menyukai