Anda di halaman 1dari 7

RESUME RESPONSIBILITY ACCOUNTING

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Akuntasi Manajemen Lanjutan

Disusun Oleh :

Asep Saepudin (51621220060)


Kelas : A.2 Reguler B

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2022
1. Pengertian Akuntasi Pertanggungjawaban
Disamping itu ada beberapa pendapat mengenai pengertian akuntansi
pertanggungjawaban, antara lain dikemukakan oleh Supriyono (2017:73) “Akuntansi
pertanggungjawaban adalah sistem akuntansi yang digunakan untuk merencanakan,
mengukur, dan mengevaluasi kinerja organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab para manajernya”. Sedangkan menurut Lubis (2014:219) “Akuntansi
pertanggungjawaban merupakan salah satu kajian dalam akuntansi yang lebih
memfokuskan diri pada aspek-aspek tanggung jawab dari salah satu atau lebih anggota
organisasi atas suatu pekerjaan, bagian, atau segmen tertentu. Tidak hanya hal itu saja,
akuntansi pertanggungjawaban juga melibatkan aspek-aspek keperilakuan dari anggota
organisasi”.
Sehingga dapat disimpulkan dari pendapat diatas bahwa akuntansi
pertanggungjawaban adalah suatu informasi akuntansi yang dirancang oleh perusahaan
yang digunakan untuk merencanakan, mengukur, dan mengevaluasi aspek-aspek tanggung
jawab dari salah satu atau lebih anggota organisasi sesuai dengan wewenang dan
tanggungjawab dari manajernya.
Seperti yang dikemukan oleh Mulyadi yang dikutip dari jurnal Mandak, Andre (2013),
syarat-syarat Akuntansi pertanggungjawaban sebagai berikut :
a. Struktur organisasi yang menetapkan secara tegas wewenang dan tanggung jawab
tiap tingkatan manajemen;
b. Anggaran biaya yang disusun untuk tiap tingkatan manajemen;
c. Penggolongan biaya apakah sesuai atau tidak pengendaliannya (controllability)
biaya oleh manajemen tertentu dalam operasi;
d. Terdapatnya susunan kode rekening perusahaan yang dikaitkan dengan
kewenangan pengendalian pusat pertanggungjawaban;
e. Sistem pelaporan biaya kepada manajer yang bertanggungjawab (responsibility
reporting)
2. Tujuan dan Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban
Menurut Mulyadi (2001:175), informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berupa
informasi yang akan datang bermanfaat untuk:
a. Informasi akuntansi sebagai dasar penyusunan anggaran;
b. Informasi akuntansi sebagai penilaian kinerja manager pusat pertanggungjawaban;
c. Informasi akuntansi sebagai pemotivasi manager
d. Informasi akuntansi memungkinkan pengelolaan aktivitas;
e. Informasi akuntansi memungkinkan pemantauan efektivitas program pengelolaan
aktivitas.
Sedangkan tujuan akuntansi pertanggungjawaban adalah mengajak para karyawan
untuk melakukan pekerjaan yang benar serta dapat bertanggungjawab atas penyimpangan
biaya maupun penghasilan (pendapatan) perusahaan.Adapun keuntungan dari akuntansi
pertanggungjawaban itu sendiri adalah individu dalam organisasi ikut berperan serta dalam
mencapai sasaran perusahaan secara efektif dan efisien.
3. Faktor-Faktor yang Menunjang Efektifitas Penerapan Sistem Akuntansi
Pertanggungjawaban
Menurut Supriyono (2005:374) mengemukakan bahwa: Akuntansi
pertanggungjawaban dapat digunakan dengan baik jika didukung oleh faktor-faktor
berikut:
a. Luas wewenang dan tanggung jawab pembuatan keputusan harus ditentukan
dengan baik melalui struktur organisasi;
b. Manajer pusat pertanggungjawaban harus berperan serta dalam penentuan tujuan
yang digunakan untuk mengukur kinerjanya;
c. Manajer pusat pertanggungjawaban harus berusaha untuk mencapai tujuan yang
ditentukan untuknya dan untuk pusat pertanggungjwabannya
d. Manajer pusat pertanggungjawaban harus bertanggung jawab atas kegiatan pusat
pertanggungjawaban yang dapat dikendalikannya;
e. Hanya biaya, pendapatan, laba dan investasi yang terkendalikan oleh manajer pusat
pertanggungjawaban yang harus dimasukkan kedalam laporan kinerjanya;
f. Laporan kinerja dan umpan baliknya untuk manajer pusat pertanggungjawaban
harus disajikan tepat waktu;
g. Laporan kinerja menyajikan secara jelas selisih yang terjadi, tindakan koreksi, dan
tindakan lanjutannya sehingga memungkinkan diterapkannya prinsip
pengecualian;
h. Harus ditentukan dengan jelas peranan kinerja manajemen terhadap struktur balas
jasa atau perangsang dalam perusahaan.;
i. Sistem akuntansi pertanggungjawaban hanya mengukur salah satu kinerja manajer
pusat pertanggungjawaban, yaitu kinerja keuangan. Selain kinerja keuangan,
seorang manajer dapat dinilai kinerjanya atas dasar tingkat kepuasan karyawan,
moral dan sebagainya.
4. Pusat Pertanggungjawaban
4.1 Pengertian Pusat Pertanggungjawaban
Menurut Hansen dan Mowen (2005:116), “Pusat pertanggungjawaban merupakan
suatu segmen bisnis yang manajernya bertanggung jawab terhadap serangkaian
kegiatan-kegiatan tertentu”. Dengan pusat pertanggungjawaban maka akan tercipta
kondisi di mana rencana yang disusun oleh manajemen dapat terealisir dan mampu
mendorong setiap pelaku organisasi untuk bekerja dengan. Menurut Krisna (2006:105),
terdapat dua sifat dari pusat pertanggungjawaban:
a. Tujuan suatu pusat pertanggungjawaban secara individual diharapkan dapat
membantu pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan (goal congruence);
b. Penggunaan input menjadi output pada tiap-tiap pusat pertanggungjawaban. Yang
perlu diperhatikan adalah adanya hubungan langsung dan tidak langsung antara
input dengan output yang dihasilkan oleh pusat pertanggungjawaban. Contoh
departemen produksi, antara input yang digunakan dengan output yang dihasilkan
berhubungan langsung, yang berarti terdapat ukuran yang pasti dari input yang
dibutuhkan untuk membuat suatu output. Sedangkan pada biaya iklan dengan
output yang akan dihasilkan yaitu pendapatan yang meningkat dari iklan tidak dapat
diukur secara pasti.
4.2 Klasifikasi Pusat Pertanggungjawaban
Menurut Hansen dan Mowen (2005:116), ”Ada 4 pusat pertanggungjawaban yaitu
pusat biaya, pusat laba, pusat pendapatan, dan pusat investasi”.
a. Pusat Biaya (Cost Center)
b. Pusat Pendapatan (Revenue Center)
c. Pusat Laba (Profit Center)
d. Pusat Investasi (Invesment Center )
4.3 Hubungan Stuktur Organisasi dengan Pusat Pertanggungjawaban
Menurut Sofyandi dan Gurniwa (2007:14) ”Struktur organisasi adalah pola formal
bagaimana orang dan pekerjaan dikelompokkan”. Struktur organisasi merupakan
kerangka hubungan antar satuan organisasi yang di dalamnya terdapat pejabat, tugas
dan wewenang yang masing-masing mempunyai peran tertentu dalam kesatuan yang
utuh. Pusat pertanggungjawaban merupakan dasar untuk seluruh sistem akuntansi
pertanggungjawaban, oleh karena itu kerangka pusat pertanggungjawaban harus
dirancang secara seksama.
Struktur organisasi harus dianalisis untuk mengetahui kemungkinan adanya
kelemahan dalam pendelegasian wewenang. Struktur organisasi merupakan syarat
utama dalam penerapan konsep akuntansi pertanggungjawaban di mana struktur
organisasi merupakan gambaran dari pusat-pusat pertanggungjawaban sehingga
terdapat hubungan yang kuat antara struktur organisasi dan sistem akuntansi
pertanggungjawaban.
5. Pusat Pertanggungjawaban Biaya
5.1 Pengertian dan Klasifikasi Pusat Pertanggungjawaban Biaya
Menurut Gunawan dan Yunita (2007:50), ”Pusat biaya (cost center) adalah suatu
pusat tanggung jawab di mana manajernya bertanggung jawab untuk mengendalikan
biaya yang terjadi di unit tersebut, dan tidak bertanggung jawab dari segi keuangan,
untuk laba maupun investasi dari unitnya”. Pusat tanggung jawab ini secara finansial
hanya bertanggung jawab atas terjadinya biaya. Pusat pertanggungjawaban biaya dapat
dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Pusat Biaya Teknik
b. Pusat Biaya Kebijakan
5.2 Biaya yang Terkendali dan Biaya yang Tak Terkendali
Berikut adalah contoh biaya terkendali dan Tidak terkendali adalah antara lain :
a. Biaya asuransi mesin-mesin pabrik adalah biaya yang terkendali (controllable
cost) oleh pejabat yang diberi wewenang untuk melindungi kekayaan perusahaan
dan tentu saja tidak terkendali (uncontrollable cost) oleh mandor produksi.
b. Biaya iklan surat kabar menjadi biaya terkendalikan (controllable cost) oleh
manajer pemasaran jika ia memiliki kekuasaan untuk mengotorisasi biaya dan jenis
iklan surat kabar. Di lain pihak biaya penyusutan mesin dan perlengkapan pabrik
tidak akan terkendalikan (uncontrollable cost) oleh manajer pemasaran jika ia tidak
memiliki wewenang untuk mengotorisasi pemakaian mesin pabrik.
6. Anggaran Biaya
6.1 Definisi dan Klasifikasi Anggaran
Pengertian anggaran menurut Bustami dan Nurlela (2006:01), ”Adalah pernyataan-
pernyataan dalam kuantitas yang dinyatakan secara formal, disusun secara sistematis,
dinyatakan dalam unit moneter dan berlaku untuk jangka waktu tertentu dimasa yang
datang”. Menurut Nafarin (2007:31-35), ”Anggaran dapat diklasifikasikan dari
beberapa segi yaitu: segi dasar penyusunan, cara penyusunan, jangka waktu, segi
bidang, kemampuan menyusun, segi fungsi, dari segi metode penentuan harga pokok
produk dan dari segi klasifikasi pusat biaya”.
6.1.1 Dari segi Dasar Penyusunan
• Anggaran Variabel atau anggaran Fleksibel
• Anggaran Tetap (Fixed Budget)
6.1.2 Dari Segi Jangka Waktu
• Anggaran Jangka Pendek ( Short-range Budget)
• Anggran Jangka Panjang (long-range Bugdet)
6.1.3 Dari Segi Bidang
• Anggaran Operasional (Operational Budget)
• Anggaran Keuangan (Financial Budget)
6.1.4 Dari segi kemampuan Menyusun
• Anggaran Komprehensif (Comprehensive Budget)
• Anggaran Parsial (Partially Budget)
6.1.5 Dari Segi Fungsi
• Anggaran Tertentu (Appropiation Budget)
• Anggaran Kinerja (Performance Budget)
6.1.6 Dari Segi Metode Penentuan Harga Pokok Produk
• Anggaran Berdasar Fungsional (Functional Based Budget)
• Anggaran Berdasar Sifat ( Charecteristic Budget)
• Anggaran Berdasar Kegiatan (Activity Based Budget)
6.1.7 Berdasarkan Klasifikasi Pusat Biaya
• Anggaran Biaya Teknik
• Anggaran Biaya Kebijakan

Anda mungkin juga menyukai