Menurut Anthony dan Govindarajan yang diahlibahasakan oleh Kurniawan dan Krista
(2012:171) "Pusat pertanggungjawaban merupakan unit organisasi yang dipimpin oleh
seorang manajer yang bertanggungjawab terhadap aktivitas yang dilakukan". Menurut
Hongren dan Datar (2005:233) “Pusat pertanggungjawaban adalah bag
ian, segmen, atau sub unit dari organisasi yang manajernya
bertanggungjawab atas sekumpulan aktivitas tertentu.”
Menurut Anthony dan Govindarajan yang diahlibahasakan oleh Kurniawan dan Krista
(2012:171) "Pusat pertanggungjawaban merupakan unit organisasi yang dipimpin oleh
seorang manajer yang bertanggungjawab terhadap aktivitas yang dilakukan".
Abu Nazar (2010: 477) dalam Al-Bawab (2012:611) mengemukakan hahwa: Akuntansi
pertanggungjawahan disebut juga sebagai sistem penyusunan lapran biaya operasi dan
pendapatan secara periodik untuk masing-masing pusat pertanggungjawaban. Maksudnya
ialah agar manajer senior dapat melaksanakan fungsi perencanaan dan pengendalian.
Apabila pendapat Polirneni dan Nazar dikombinasi, maka sistem akuntansi pertanggung-
jawaban meliputi;
(1) Sistem pengumpulan data pusat pertanggung-jawahan,
(2) Sistem penyusunan laporan kinerja pusat pertanggung-jawaban, dan
(3) Penggunaan laporan dalam perencanaan dan pengendalian.
Tiga unsur tersebut dapat digunakan sebagai indikator akuntansi pertanggungjawahan.
Laporan hiaya operasi berarti meilputi biaya produksi (engineer costs) dan biaya
kebijakan (discretionary costs).
Ray H. Garrison (1995) mengemukakan bahwa: The basic idea behind responsibility
accounting is that manager’s performance should be judged by how well he or she
manages those items directly under his or her control. Dalam pengertian luas, manajer
termasuk juga para supervisor yang secara struktural berada di bawah manajer.
Mereka juga memiliki bagian tersendiri yang menjalankan beberapa akivitas tertentu
bersama dengan beberapa personil pelaksana di bawahnya. Misalnya, manajer pusat laba
memiliki supervisor yang bertanggung-jawab terhadap fungsi pemasaran, dan fungsi
operasional atau produksi. Biaya-biaya yang terjadi di departernen produksi adalah biaya
produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan Biaya overhead pabrik
(BOP).
Sedangkan beberapa tujuan akuntansi perta nggungjawaban lainnya menurut Hidayat dan
Tin (2012: 189) adalah sebagai berikut:
1. Dapat digunakan sebagai salah satu alat perencanaan untuk mengetahui kriteria-
kriteria penilaian unit usaha tertentu.
2. Dapat digunakan sebagai pedoman penting langkah yang harus dibuat oleh
perusahaan dalam rangka pencapaian sasaran perusahaan.
Dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam rangka penilaian kinerja (performance) bagian
- bagian yang ada dalam perusahaan, karena secara berkala top manajemen menerima
laporan pertanggungj awaban dari setiap tingkatan manajemen dan top manajer dapat
menilai performance dari setiap bagian dilihat dari ditetapkan untuk setiap bagian yang
menjadi tanggungjawabnya.
Dari ketiga jenis pusat pertanggungjawaban yang telah dijelaskan sebelumnya, ketiganya terkait
dengan upaya pengalokasian tanggung jawab tertentu. Pusat biaya terkait erat dengan
pengalokasian baya ke unit kerja tertentu, pusat pendapatan terkait erat dengan upaya
pengalokasian tanggung jawab untuk memperoleh pendapatan dan biaya pada suatu divisi
tertentu, dan pusat investasi merupakan bagian dari upaya mengalokasikan tanggung jawab
untuk memperoleh pendapatan serta biaya dengan menggunakan model tertentu.
Dari ketiga jenis pusat pertanggungjawaban tersebut, sering ali pusat biaya memperoleh
perhatian yang lebih sering karena upaya untuk mengalokasikan biata secara adil ke berbagai
unit pada suatu perusahaan merupakan persoalan yag sangat sering terjasi. Berbagai
perusahaan lebih sering mengahdapai persoalan yang terkait dengan pusat biaya, dibandingkan
persoalan yang terkait dengan pusat pertanggungjawaban pendapatan dan pusat
pertanggungjawaban investasi.
Secara umum, biaya yang dikeluarkan perusahaan selama suatu periode tertentu, dialokasikan
dengan tujuan:
1. Meramalkan dampak ekonomis dari keputusan yang dibuat para pengelola organisasi
perusahaan.
2. Memberikan motivasi bagi para pengelola organisasi
3. Pengukuran pendapatan/laba dan aktiva/asset
4. Penetapan harga
Karena itu, dalam proses pengalokasian baiaya keempat faktor tersebut harus dijadikan dasar
pertimbangan bagi para manajemen puncak agar alsan proses pengalokasian biaya lebih jelas.
Setelah tujuan ditetapkan, manajemen puncak perusahaan harus mempertimbangkan harus
mempertimbangkan beberapa unsur pendukunf yang dapat mempengaruhi keberhasilan
pengalokasian dan pengendalian biaya.
Beberapa fakor yang memepengaruhi pengendalian biaya secara bertanggung jawab adalah:
1. Faktor internal
Terdapat sejumlah faktor internal unit kerja yang berpengaruh terhadap kemampuan unit
kerja tersebut dalam mengendalikan iaya yang berada dalam lingkup tanggung jawabnya,
antara lain:
Produkivitas unit kerja
Perilaku biaya
Tenaga kerja yang digunakan
Kekerabatan para pekerja
2. Saling ketergantungan dengan departemen lain
Hubungan dan saling keterkaitan satu departemen dengan departemen lainnya akan sangat
mempengaruhi kemampuan setiap depatemen dalam mengendalikan biaya yang menjad
yaggung jawabnya. Kualitas kerja sama antara satu deartemen dengan departemen lainnya
dalam mengendalikan biaya departemen tersebut akan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti:
Keandalan setiap departemen
Kerja sama anatardepartemen
Keluwesan setiap departemen
3. Faktor lingkungan
Lingkungan organisasi adalah segala sesuatu di luar organisasi di mana organisasi tersebut
beroperasi. Lingkungan organisasi juga berpengaruh terhadap kemampuan setiap
departemen dalam mengendalikan biayanya. Faktor-faktr lingkungan mencakup”
Pangsa pasar yang dimiliki
Pendapat agen dan rekanan
Tingka inflasi
Stabilitas politik
Nilai tukar mata uang
Ketiga faktor tersebut harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh manajemen puncak ketika
marencang sistem pengendalian biaya bagi perusahaan. Mengabaika ketiga hal tersebut dapat
menyebabkan sistem pengendalian biaya yang disusun kuarang efektif dalam mencapai
sasarannya.
Dari berbagai jenis niaya yang dikenal dalam sebuah perusahaan manufkatur, mulai dari biaya
bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead, biaya pemasaran, hingga
biaya administrasi dan umum, biasanya biaya-biaya tersebut dapat dibebankan dengan jelas ke
departemen tertentu, kecuali biaya overhead. Biaya verhead biasanya terdiri dari biaya bahan
penolong, biaya tenaga kerja penolong, dan biaya pabrikasi lainnya. Biaya pabrikasi lainya terdiri
dari berbagai biaya yang mendukung proses produksi, seperti biaya listrik, biaya penyusustan
aktiva tetap, biaya pemeliharaan, dan berbagai biaya lainya. Biaya pabrikasi semacam itu tidak
dapat dibebankan secara langsung ke suatu departemen tertentu, karena saling kali yang
menikamati manfaat dari biaya semacam itu tidak hanya satu departemen saja, tetapi beberapa
departemen sekaligus. Jadi, pembebanan biaya pabrikasi semacam itu ke suatu departemen
tertentu memerlukan perhitungan khusus.
Karena sebagian biaya overhead dapat langsung dibebankan ke suatu departemen tertentu
secara jelas dan sebagian lagi tidak, maka sering kali perusahaan menentukan tarif overhead
tertentu sebagai dasar perhitungan biaya overhea. Metode yang sering digunakan untuk
menghitung tariff overhead adalah dengan mendistribusikan total biaya overhead yang
dikeluarkan pada berbagai kegiatan, produk, atau pekerjaan. Namun, prosedur pengalokasian
ini tidak dapat diterapkan pada pengendalian biaya dalam akuntansi pertanggungjawaban.
1. Membuat anggaran baya untuk setiap departemen jasa menurut sifatnya (kepenyeliaanm
perlengkapan, listrik).
2. Mengelompokkan biaya ke dala kelompok biaya tetap dan biaya variabel.
Menentukan tariff dengan membagi total anggraan biaya departemen dengan jumlah jam
pelayanan yang dibutuhkan.
Penentuan tanggung jawab harus jelas diantara manajer yang satu dengan manajer yang
lain. Hal ini dimaksudkan agar pengukuran kinerja manajer dilakukan dengan tepat.
Pengukuran kinerja yang tepat akan menentukan besar-kecilnya rewards secara tepat
pula. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kinerja ialah financial atau non
financial. Manajer dapat menggunakan salah satu atau keduanya untuk mengukur kinerja.
Ketidakjelasan ini bisa disebabkan oleh pelimpahan wewenang yang tidak tegas.
Selanjutnva Hansen dan Mowen (2003) mengatakan bahwa, “the objectives of this model
is to influence behavior in such as a way that individual and organization initiatives are
aligned to achieve a common goal or goals.”
Untuk itu sangat pernting menetapkan sejak awal tentang informasi apa yang perlu
dilaporkan, mekanisme pelaporan dan bagaimana sistem pelaporan perusahaan disusun
untuk kepentingan pihak luar maupun utntuk kepentingan pihak dalam.
1. Struktur organisasi
Dalam akuntansi pertanggungjawaban struktur
organisasi harus menggambarkan aliran tanggung
jawab, wewenang dan posisi yang jelas untuk settiap
unit kerja dari setiap tingkat manajemen. Selain itu
harus menggambarkan pembagian tugas dengan jelas
pula. Dimana organisaasi disusun sedemikian rupa
sehingga wewenang mengalir dari tingkat manajemen
dari atas ke bawah, sedangkan tanggungjawab
sebaliknya.
2. Anggaran.
Dalam akuntansi pertanggungjawaban setiap pusat
pertanggunngjawaban harus ikut serta dalam
penyusunan anggaran karena anggaran merupakan
gambaran rencana kerja para manajer yang akan
dilaksanakan dan sebagai dasar dalam penilaian
kerjanya, diikut sertakannya semua para manajer
dalam penyusunan.
3. Pemisahan biaya terkendali dan tidak terkendali
Karena tidak semua biaya yang terjadi dalam suatu
bagian dapat dikendalikan yang harus ditanggung
jawabkan olehnya. Pemisahan biaya kedalam biaya
terkendali dan biaya tidak terkendali perlu
dilakukan dalam akuntansi pertanggungjawaban.
a. Biaya terkendali adalah biaya yang dapat secara
langsung dipengaruhi oleh manajer dalam jangka
waktu tertentu.
b. Biaya tidak terkendali adalah biaya yang tidak
memerlukan keputusan dan pertimbangan manajer
karena hal ini tidak dapat mempengaruhi biaya
karena biaya ini diabaikan.
4. Klasifikasi dan kode rekening untuk akuntansi
pertanggungjawaban.
Oleh karena biaya yang terjadi akan dikumpulkaan
untuk setiap tingkatan manajer maka biaya harus
digolongkan dan diberi kode sesuai dengan tingkatan
manajemen yang terdapat dalam struktur organisasi.
Setiap tingkatan manajemen merupakan pusat biaya dan
akan dibebani dengan biaya yang terjadi didalamnya
yang dipisahkan antara biaya terkendali dan biaya
tidak terkendali. Kode perkiraan diperlukan untuk
mengklasifikasikan perkiraan-perkiraan baik dalam
neraca maupun dalam laporan rugi-laba.
5. Laporan pertanggungjawaban
Pusat Pertanggungjawaban
Menurut Hansen dan Mowen dalam buku Akuntansi
Manajemen Pengertian Pusat pertanggungjawaban itu sendiri
adalah suatu segmen bisnis yang manajernya bertanggung
jawab terhadap serangkaian kegiatan tertentu.
Sedangkan menurut Samrin dalam buku Akuntansi
Manajemen Suatu Pengantar “Pusat pertanggungjawaban
merupakan satu bagian dalam organisasi yang dimiliki
kendali atas terjadinya biaya, perolehan pendapatan, atau
penggunaan investasi”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pusat
pertanggungjawaban merupakan suatu unit bagian dari
organisasi yang dipimpin seorang manajer yang bertanggung
jawab atas hasil dari aktivitas pusat pertanggungjaban
yang dipimpinnya.
1. Pusat biaya terukur (enginereed expense center) yang sebagian besar biayanya
mempunyai hubungan sebab akibat dengan outputnya seperti departemen
prodeksi dan
2. Pusat biaya tak terukur (disccretinery expense center) yang sebagian besar
biayanya mempunyai hubungan tak langsung dengan outputnya seperti
departemen penelitian dan pengembangan.
JURNAL