Anda di halaman 1dari 14

Definisi Akuntansi Pertanggungjawaban

Menurut Hansen dan mowen dalam buku Akuntansi Manajemen “Akuntansi


pertanggungjawaban (responsibility
accounting) adalah sistem yang mengukur berbagai hasil
yang dicapai oleh setiap pusat peranggungjawaban menurut
informasi yang dibutuhkan para manajer untuk
mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka”.

Menurut Anthony dan Govindarajan yang diahlibahasakan oleh Kurniawan dan Krista
(2012:171) "Pusat pertanggungjawaban merupakan unit organisasi yang dipimpin oleh
seorang manajer yang bertanggungjawab terhadap aktivitas yang dilakukan". Menurut
Hongren dan Datar (2005:233) “Pusat pertanggungjawaban adalah bag
ian, segmen, atau sub unit dari organisasi yang manajernya
bertanggungjawab atas sekumpulan aktivitas tertentu.”

Lain halnya menurut Mulyadi (1997:188) “Akuntansi


pertanggungjawaban adalah suatu sistem Akuntansi yang
disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan serta
pelaporan biaya dan pendapatan dilakukan sesuai dengan
pusat pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan
agar dapat ditunjuk orang atau kelompok orang yang
bertanggung jawab atas penyimpangan biaya atau pendapatan
yang dianggarkan.

akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang mengakui berbagai


pusat - pusat tanggung jawab pada keseluruhan organisasi dan mencerminkan rencana
dan tindakan setiap pusat tanggung jawab itu dengan menetapkan penghasilan dan biaya
tertentu bagi pusat yang memiliki tanggung jawab yang bersangkuta n (Rudianto
2013:176).

Menurut Anthony dan Govindarajan yang diahlibahasakan oleh Kurniawan dan Krista
(2012:171) "Pusat pertanggungjawaban merupakan unit organisasi yang dipimpin oleh
seorang manajer yang bertanggungjawab terhadap aktivitas yang dilakukan".

Definisi akuntansi pertanggungjawaban menurut Henry Simamora


(2012:253) , adalah sebagai berikut:
“Akuntansi pertangungjawaban adalah sebuah sistem pelaporan informasi yang
mengklasifikasikan data finansial menurut bidang-bidang pertanggungjawaban di dalam
sebuah organisasi dan melaporkan berbagai aktivitas setiap bidang dengan hanya meny
ertakan kategori-kategori pendapatan dan biaya yang dapat dikendalikan oleh manajer
yang bertanggung jawab.”

Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2012:229), adalah sebagai berikut:“Akuntansi


pertanggungjawaban adalah alat fundamental untuk pengendalian manajemen dan
ditentukan melalui empat elemen penting, yaitu pemberian tanggung jawab, pembuatan
ukuran kinerja atau benchmarking, pengevaluasian kinerja dan pemberian penghargaan.”
Polimeni et.al (1986:890) mengemukakan bahwa, responsibility accounting is a system
designed to accumulate and report costs by individual levels if responsibility. Definisi ini
menekankan bahwa responsibility accounting memiliki 2 elemen utama yaitu:
(1) sistem yang di rancang untuk mengumpulkan biaya yang terjadi pada pusat
pertanggungjawahan yang dipimpin nich manajer secara individu, dan
(2) Sistem yang dirancang untuk menyusun laporan biaya pada pusat pcrtanggung-
jawaban yang dipimpin oleh manajer secara individu.

akuntansi pertanggungjawaban dapat juga dipahami


sebagai suatu sistem akuntansi yang mengakui berbagai
pusat pertanggungjawaban pada keseluruhan organisasi itu,
serta mencerminkan rencana dan tindakan setiap pusat
pertanggungjawaban dengan menetapkan penghasilan dan
biaya tertentu bagi pusat pertanggungjawaban yang
bersangkutan yang memiliki tanggung jawab.

Abu Nazar (2010: 477) dalam Al-Bawab (2012:611) mengemukakan hahwa: Akuntansi
pertanggungjawahan disebut juga sebagai sistem penyusunan lapran biaya operasi dan
pendapatan secara periodik untuk masing-masing pusat pertanggungjawaban. Maksudnya
ialah agar manajer senior dapat melaksanakan fungsi perencanaan dan pengendalian.

Apabila pendapat Polirneni dan Nazar dikombinasi, maka sistem akuntansi pertanggung-
jawaban meliputi;
(1) Sistem pengumpulan data pusat pertanggung-jawahan,
(2) Sistem penyusunan laporan kinerja pusat pertanggung-jawaban, dan
(3) Penggunaan laporan dalam perencanaan dan pengendalian.
Tiga unsur tersebut dapat digunakan sebagai indikator akuntansi pertanggungjawahan.
Laporan hiaya operasi berarti meilputi biaya produksi (engineer costs) dan biaya
kebijakan (discretionary costs).
Ray H. Garrison (1995) mengemukakan bahwa: The basic idea behind responsibility
accounting is that manager’s performance should be judged by how well he or she
manages those items directly under his or her control. Dalam pengertian luas, manajer
termasuk juga para supervisor yang secara struktural berada di bawah manajer.
Mereka juga memiliki bagian tersendiri yang menjalankan beberapa akivitas tertentu
bersama dengan beberapa personil pelaksana di bawahnya. Misalnya, manajer pusat laba
memiliki supervisor yang bertanggung-jawab terhadap fungsi pemasaran, dan fungsi
operasional atau produksi. Biaya-biaya yang terjadi di departernen produksi adalah biaya
produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan Biaya overhead pabrik
(BOP).

Selanjutnya Po1imeni et. al (1986:890) mengemukakan bahwa, setiap supervisor area


hanya dibebani biaya yang menjadi tanggug jawab dan dibawah kendalinya. Halnya ini
juga yang menyebabkan responsibility accounting sering diberi nama yang keliru sehagai

teknik pengendalian. Namun demikian, akhirnya Polimeni et. Al (1986:890) menegaskan


bahwa: to the contrary, responsibility accounting is both a “planning” and “control”
technique.

Akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting) adalah sistem


akuntansi yang mengakui berbagai pusat tanggung jawab pada keseluruhan
organisasi, dan mencerminkan rencana serta tindakan setiap pusat
tanggung jawab itu dengan menetapkan penghasilan dan biaya tertentubagi
pusat yang memiliki tanggung jawab bersangkutan.

Penjelasan di atas menekankan bahwa responsibility accounting diterapkan dalam


perencanaan dan pengendalian. Artinya, laporan biaya, pendapatan, laba rugi, dan
laporan pusat investasi sangat berguna dalam penyusunan anggaran dan pengendalian
operasional pada setiap pusat pertanggungjawaban. Hal ini memang mutlak bagi manajer
ketika menjalankan fungsi manajerialnya.
Tujuan Akutansi Pertanggungjawaban

Sedangkan beberapa tujuan akuntansi perta nggungjawaban lainnya menurut Hidayat dan
Tin (2012: 189) adalah sebagai berikut:
1. Dapat digunakan sebagai salah satu alat perencanaan untuk mengetahui kriteria-
kriteria penilaian unit usaha tertentu.
2. Dapat digunakan sebagai pedoman penting langkah yang harus dibuat oleh
perusahaan dalam rangka pencapaian sasaran perusahaan.
Dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam rangka penilaian kinerja (performance) bagian
- bagian yang ada dalam perusahaan, karena secara berkala top manajemen menerima
laporan pertanggungj awaban dari setiap tingkatan manajemen dan top manajer dapat
menilai performance dari setiap bagian dilihat dari ditetapkan untuk setiap bagian yang
menjadi tanggungjawabnya.

Menurut Hansen dan Mowen (2012:229) dikemukakan bahwa:


“Akuntansi pertanggungjawaban bertujuan mempengaruhi perilaku dalam cara tertentu
sehingga seseorang atau kegiatan perusahaan akan disesuaikan untuk mencapai tujuan
bersama.”

Buku biru akmen

Alokasi Biaya Akuntansi Pertanggungjawaban

Dari ketiga jenis pusat pertanggungjawaban yang telah dijelaskan sebelumnya, ketiganya terkait
dengan upaya pengalokasian tanggung jawab tertentu. Pusat biaya terkait erat dengan
pengalokasian baya ke unit kerja tertentu, pusat pendapatan terkait erat dengan upaya
pengalokasian tanggung jawab untuk memperoleh pendapatan dan biaya pada suatu divisi
tertentu, dan pusat investasi merupakan bagian dari upaya mengalokasikan tanggung jawab
untuk memperoleh pendapatan serta biaya dengan menggunakan model tertentu.

Dari ketiga jenis pusat pertanggungjawaban tersebut, sering ali pusat biaya memperoleh
perhatian yang lebih sering karena upaya untuk mengalokasikan biata secara adil ke berbagai
unit pada suatu perusahaan merupakan persoalan yag sangat sering terjasi. Berbagai
perusahaan lebih sering mengahdapai persoalan yang terkait dengan pusat biaya, dibandingkan
persoalan yang terkait dengan pusat pertanggungjawaban pendapatan dan pusat
pertanggungjawaban investasi.

Secara umum, biaya yang dikeluarkan perusahaan selama suatu periode tertentu, dialokasikan
dengan tujuan:

1. Meramalkan dampak ekonomis dari keputusan yang dibuat para pengelola organisasi
perusahaan.
2. Memberikan motivasi bagi para pengelola organisasi
3. Pengukuran pendapatan/laba dan aktiva/asset
4. Penetapan harga

Karena itu, dalam proses pengalokasian baiaya keempat faktor tersebut harus dijadikan dasar
pertimbangan bagi para manajemen puncak agar alsan proses pengalokasian biaya lebih jelas.
Setelah tujuan ditetapkan, manajemen puncak perusahaan harus mempertimbangkan harus
mempertimbangkan beberapa unsur pendukunf yang dapat mempengaruhi keberhasilan
pengalokasian dan pengendalian biaya.

Beberapa fakor yang memepengaruhi pengendalian biaya secara bertanggung jawab adalah:
1. Faktor internal
Terdapat sejumlah faktor internal unit kerja yang berpengaruh terhadap kemampuan unit
kerja tersebut dalam mengendalikan iaya yang berada dalam lingkup tanggung jawabnya,
antara lain:
 Produkivitas unit kerja
 Perilaku biaya
 Tenaga kerja yang digunakan
 Kekerabatan para pekerja
2. Saling ketergantungan dengan departemen lain
Hubungan dan saling keterkaitan satu departemen dengan departemen lainnya akan sangat
mempengaruhi kemampuan setiap depatemen dalam mengendalikan biaya yang menjad
yaggung jawabnya. Kualitas kerja sama antara satu deartemen dengan departemen lainnya
dalam mengendalikan biaya departemen tersebut akan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti:
 Keandalan setiap departemen
 Kerja sama anatardepartemen
 Keluwesan setiap departemen
3. Faktor lingkungan
Lingkungan organisasi adalah segala sesuatu di luar organisasi di mana organisasi tersebut
beroperasi. Lingkungan organisasi juga berpengaruh terhadap kemampuan setiap
departemen dalam mengendalikan biayanya. Faktor-faktr lingkungan mencakup”
 Pangsa pasar yang dimiliki
 Pendapat agen dan rekanan
 Tingka inflasi
 Stabilitas politik
 Nilai tukar mata uang

Ketiga faktor tersebut harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh manajemen puncak ketika
marencang sistem pengendalian biaya bagi perusahaan. Mengabaika ketiga hal tersebut dapat
menyebabkan sistem pengendalian biaya yang disusun kuarang efektif dalam mencapai
sasarannya.

Dari berbagai jenis niaya yang dikenal dalam sebuah perusahaan manufkatur, mulai dari biaya
bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead, biaya pemasaran, hingga
biaya administrasi dan umum, biasanya biaya-biaya tersebut dapat dibebankan dengan jelas ke
departemen tertentu, kecuali biaya overhead. Biaya verhead biasanya terdiri dari biaya bahan
penolong, biaya tenaga kerja penolong, dan biaya pabrikasi lainnya. Biaya pabrikasi lainya terdiri
dari berbagai biaya yang mendukung proses produksi, seperti biaya listrik, biaya penyusustan
aktiva tetap, biaya pemeliharaan, dan berbagai biaya lainya. Biaya pabrikasi semacam itu tidak
dapat dibebankan secara langsung ke suatu departemen tertentu, karena saling kali yang
menikamati manfaat dari biaya semacam itu tidak hanya satu departemen saja, tetapi beberapa
departemen sekaligus. Jadi, pembebanan biaya pabrikasi semacam itu ke suatu departemen
tertentu memerlukan perhitungan khusus.

Karena sebagian biaya overhead dapat langsung dibebankan ke suatu departemen tertentu
secara jelas dan sebagian lagi tidak, maka sering kali perusahaan menentukan tarif overhead
tertentu sebagai dasar perhitungan biaya overhea. Metode yang sering digunakan untuk
menghitung tariff overhead adalah dengan mendistribusikan total biaya overhead yang
dikeluarkan pada berbagai kegiatan, produk, atau pekerjaan. Namun, prosedur pengalokasian
ini tidak dapat diterapkan pada pengendalian biaya dalam akuntansi pertanggungjawaban.

Sistem pengendalian biaya dalam akuntansi pertanggungjawaban dapat menggunakan sistem


alkasi biaya overhead berdasarkan jam pemakaian atau jam kerja pada departemen yang
menrima manfaat dari jasa overhead tertentu (biaya pemeliharaan). Distribusi ini dapat
dipandang sebagai pembelian oleh departemen yang meneria dan diandang sebagai penjualan
oleh departemen yang memberi jasa. Distribusi kepada departemen penerima didasarkan pada
tarif tertentu, seperti tarif penagihan, tarif jam kerja terjual, tariff pembebanan, atau tariff
transfer. Metode ini didasarkan pada pemikiran bahwa departemen-departemen tersebut
membeli jasa dengan cara yang sama seperti membeli bahan langsung dan mengangkat pekerja
langsung.

Penentuan tariff penagihan antardepartemen dapat dilakukan dengan menempuh serangkain


langkah-langkat berikut:

1. Membuat anggaran baya untuk setiap departemen jasa menurut sifatnya (kepenyeliaanm
perlengkapan, listrik).
2. Mengelompokkan biaya ke dala kelompok biaya tetap dan biaya variabel.

Menentukan tariff dengan membagi total anggraan biaya departemen dengan jumlah jam
pelayanan yang dibutuhkan.

Peran Responsibility Accounting


Laporan tersebut dapat digunakan sehagai alat perencanaan, pengendalian, dan
pengukuran kinerja manajer, apakah tercapai atau tidak. Jika kinerja yang ditetapkan
dapat dicapai, maka wajar jika manajer mendapat rewards, tetapi jika sebaliknya, maka
wajar pula jika manajer memperoleh punishment.

Hansen and Mowen (2003:380-381) menegaskan bahwa “the management accounting


system plays a key role in measuring action and outcomes and in defining the rewards to
be received by individuals. This role is referred to as responsibility accounting and is
fundamental tool of managerial control.”

Elemen-Elemen Responsibility Accounting


Hansen dan Mowan (2003) mengemukakan bahwa “the resposibility accounting model
is defined by four essential elements:
(1) assigning responsibility
(2) establishing performance measures or benchmarks
(3) evaluating performance, and
(4) assigning rewards.
Dalam bahasa yang sederhana akuntansi pertanggungjawaban dapat dijelaskan dengan 4
elemen utama, yaitu:
(1) menentukan tanggung-jawab,
(2) menetapkan ukuran kinerja,
(3) mengevaluasi kinerja, dan
(4) menentukan hadiah (rewards).

Penentuan tanggung jawab harus jelas diantara manajer yang satu dengan manajer yang
lain. Hal ini dimaksudkan agar pengukuran kinerja manajer dilakukan dengan tepat.
Pengukuran kinerja yang tepat akan menentukan besar-kecilnya rewards secara tepat
pula. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kinerja ialah financial atau non
financial. Manajer dapat menggunakan salah satu atau keduanya untuk mengukur kinerja.
Ketidakjelasan ini bisa disebabkan oleh pelimpahan wewenang yang tidak tegas.

Selanjutnva Hansen dan Mowen (2003) mengatakan bahwa, “the objectives of this model
is to influence behavior in such as a way that individual and organization initiatives are
aligned to achieve a common goal or goals.”

SYARAT-SYARAT AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN

Sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan sistem yang berusaha


menciptakan kondisi agar rencana yang disusun oleh manajemen dapat terealisir dan
mampu mendorong setiap pelaku organisasi untuk bekerja dengan benar dan bertanggung
jawab. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu:
1. Pembentukan Pusat-pusat Pertanggungjawaban.
Tahap pertama yang harus dilakukan adalah pembentukan pusat-pusat
pertanggungjawaban dalam organisasi yang merupakan fokus pengendalian
manajemen. Unit-unit organisasi dapat berbentuk departemen, bagian, seksi
atau suatu tim kerja dibawah tanggung jawab seorang manajer.
2. Penetapan Anggaran dan Standar
Sistem akuntansi pertanggungjawaban tradisional menggunakan anggaran dan
standar sebagai dasar untuk pengukuran prestasi. Dalam sistem akuntansi
pertanggungjawaban konvensional, standar merupakan ukuran relatif stabil
untuk periode waktu tertentu dan cenderung mendukung hasil yang dicatat
saat sekarang.
3. Penilaian Prestasi
Dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban, prestasi diukur dengan
membandingkan antara hasil sesungguhnya dengan budget dan standard.
4. Laporan Pertanggungjawaban.
Dalam penilaian prestasi, diperlukan sitem pelaporan yang dapat memantau
kinerja masing-masing pusat pertanggungjawaban.

Untuk itu sangat pernting menetapkan sejak awal tentang informasi apa yang perlu
dilaporkan, mekanisme pelaporan dan bagaimana sistem pelaporan perusahaan disusun
untuk kepentingan pihak luar maupun utntuk kepentingan pihak dalam.

Menurut Mulyadi (2001) syarat-syarat untuk menerapkan


akuntansi pertanggungjawaban terdiri dari:

1. Struktur organisasi
Dalam akuntansi pertanggungjawaban struktur
organisasi harus menggambarkan aliran tanggung
jawab, wewenang dan posisi yang jelas untuk settiap
unit kerja dari setiap tingkat manajemen. Selain itu
harus menggambarkan pembagian tugas dengan jelas
pula. Dimana organisaasi disusun sedemikian rupa
sehingga wewenang mengalir dari tingkat manajemen
dari atas ke bawah, sedangkan tanggungjawab
sebaliknya.
2. Anggaran.
Dalam akuntansi pertanggungjawaban setiap pusat
pertanggunngjawaban harus ikut serta dalam
penyusunan anggaran karena anggaran merupakan
gambaran rencana kerja para manajer yang akan
dilaksanakan dan sebagai dasar dalam penilaian
kerjanya, diikut sertakannya semua para manajer
dalam penyusunan.
3. Pemisahan biaya terkendali dan tidak terkendali
Karena tidak semua biaya yang terjadi dalam suatu
bagian dapat dikendalikan yang harus ditanggung
jawabkan olehnya. Pemisahan biaya kedalam biaya
terkendali dan biaya tidak terkendali perlu
dilakukan dalam akuntansi pertanggungjawaban.
a. Biaya terkendali adalah biaya yang dapat secara
langsung dipengaruhi oleh manajer dalam jangka
waktu tertentu.
b. Biaya tidak terkendali adalah biaya yang tidak
memerlukan keputusan dan pertimbangan manajer
karena hal ini tidak dapat mempengaruhi biaya
karena biaya ini diabaikan.
4. Klasifikasi dan kode rekening untuk akuntansi
pertanggungjawaban.
Oleh karena biaya yang terjadi akan dikumpulkaan
untuk setiap tingkatan manajer maka biaya harus
digolongkan dan diberi kode sesuai dengan tingkatan
manajemen yang terdapat dalam struktur organisasi.
Setiap tingkatan manajemen merupakan pusat biaya dan
akan dibebani dengan biaya yang terjadi didalamnya
yang dipisahkan antara biaya terkendali dan biaya
tidak terkendali. Kode perkiraan diperlukan untuk
mengklasifikasikan perkiraan-perkiraan baik dalam
neraca maupun dalam laporan rugi-laba.
5. Laporan pertanggungjawaban

Salah satu unsur penting dalam akuntansi


pertanggugjawaban adalah laporan pertanggungjawaban
kepada manajer yang bertanggung jawab. Laporan
pertanggungjawaban berisi informasi yang berguna
bagi pengambilan kepusan manajer. Pada akuntansi
biaya setiap bulannya membuat laporan
pertanggungjawaban untuk tiap-tiap pusat biaya.
Setiap awal bulan dibuat rekapitulasi biaya atas
dasar total biaya bulan lalu, yang tercantum dalam
kartu biaya. Atas dasar rekapitulasi biaya disajikan
laporan pertanggungjawaban biaya. Isi dari laporan
pertanggungjawaban disesuaikan dengan tingkat
manajemen yang akan menerima.

KARAKTERISTIK AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN

Menurut Mulyadi (2001:191) ada empat karakteristik


sistem akuntansi pertanggungjawaban, yaitu:
1. Adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban.
Sistem pertanggungjawaban mengidentifikasi pusat
pertanggungjawaban sebagai unit organisasi seperti
departemen, keluarga produk, tim kerja atau
individu. Apapun satuan pusat pertanggungjawaban
yang dibentuk, sistem akuntansi pertanggungjawaban
membebankan tanggung jawab kepada individu yang
diberi wewenang. Tanggung jawab dibatasi pada satuan
keuangan seperti biaya.
2. Standar yang ditetapkan sebagai tolak ukur kinerja
menajer yang bertanggung jawab atas pusat
pertanggungjawaban tertentu.
Setelah pusat pertanggungjawaban diidentifikasikan
dan ditetapkan, sistem akuntansi pertanggungjawaban
menghendaki ditetapkannya biaya standar sebagai
dasar untuk menyusun anggaran. Anggaran berisi biaya
standar yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang
telah ditetapkan. Biaya standar dan anggaran
merupakan ukuran kinerja manajer pusat
pertanggungjawaban dalam mewujudkan sasaran yang
ditetapkan dalam anggaran.
3. Kinerja manajer diukur dengan membandingkan
realisasi dengan anggaran.
Pelaksanaan anggaran merupakan penggunaan sumber
daya oleh manajer pusat pertanggungjawaban dalam
mewujudkan sasaran yang ditetapkan dalam anggaran.
Penggunaan sumber daya ini di ukur dengan informasi
akuntansi pertanggungjawaban yang mencerminkan

ukuran kinerja manajer pusat pertanggunngjawaban


dalam mencapai sasaran anggaran.
4. Manajer secara individual diberi penghargaan atau
hukuman berdasarkan kebijakann manajemen yang lebih
tinggi.
Sistem penghargaan dan hukuman dirancang untuk
memacu para manajer dalam mengelola biaya untuk
mencapai target standar biaya yang dicantumkan dalam
anggaran. Atas dasar evaluasi penyebab terjadinya
penyimpangan biaya yang direalisasikan dari biaya
yang dianggarkan, para manajer secara individual
diberi penghargaan atau hukuman menurut sistem
penghargaan dan hukuman yang ditetapkan berdasarkan
kebijakan manajemen yang lebih tinggi.

Pusat Pertanggungjawaban
Menurut Hansen dan Mowen dalam buku Akuntansi
Manajemen Pengertian Pusat pertanggungjawaban itu sendiri
adalah suatu segmen bisnis yang manajernya bertanggung
jawab terhadap serangkaian kegiatan tertentu.
Sedangkan menurut Samrin dalam buku Akuntansi
Manajemen Suatu Pengantar “Pusat pertanggungjawaban
merupakan satu bagian dalam organisasi yang dimiliki
kendali atas terjadinya biaya, perolehan pendapatan, atau
penggunaan investasi”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pusat
pertanggungjawaban merupakan suatu unit bagian dari
organisasi yang dipimpin seorang manajer yang bertanggung
jawab atas hasil dari aktivitas pusat pertanggungjaban
yang dipimpinnya.

Jenis-Jenis Pusat Pertanggungjawaban


Menurut Hansen dan Mowen dalam buku Akuntansi
Manajemen “Ada empat jenis pusat pertanggungjawaban”:
1. Pusat biaya (cost center) adalah suatu pusat
pertanggungjawaban yang kinerja manajernya diukur
berdasarkan biayanya (nilai masukan). Dalam pusat
biaya, keluarannya tidak dapat atau tidak perlu
diukur dalam wujud pendapatan. Hal ini disebabkan
karena adanya kemungkinan keluaran pusat biaya
tersebut tidak dapat diukur secara kuantitatif, atau
kemungkinan manajer pusat biaya tersebut tidak dapat

bertanggung jawab atas keluaran pusat biaya


tersebut.

. Pusat biaya dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Pusat biaya terukur (enginereed expense center) yang sebagian besar biayanya
mempunyai hubungan sebab akibat dengan outputnya seperti departemen
prodeksi dan
2. Pusat biaya tak terukur (disccretinery expense center) yang sebagian besar
biayanya mempunyai hubungan tak langsung dengan outputnya seperti
departemen penelitian dan pengembangan.

Pusat penghasilan yaitu pusat pertanggung-jawaban yang berwenang menentukan


berbagai kebijaksanaan yang angat mempengaruhi besarnya penghasilan. Sebagai contoh
adalah depaartemen pemasaran yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan dalam
mencapai penjualan tertentu. Suatu penghasilan dapat terdiri atas pusat penghasilan keci-
kecil berupa segmen daerah peenjualan atau segmen jenis produk tertentu atau konsumen
tertentu. Dalam pusat penghasilan tidak berarti tidak ada pengeluaran biaya sama sekali,
namun biaya yang terjadi umumnya tidak menunjang secara langsung dengan prestasi
penghasilan yang dicapai.

2. Pusat pendapatan (revenue center) adalah pusat


pertanggungjawaban yang menejernya diberi wewenang
untuk mengendalikan pendapatan pusat
petanggungjawaban tersebut. Manajer pusat pendapatan
diukur kinerjanya dari pendapatan yang diproleh
pusat pertanggungjawabannya dan tidak dimintai
pertanggungjawaban mengenai masukannya, karena dia
tidak dapat mempengaruhi pemakaian masukan tersebut.
3. Pusat laba (profit center) adalah pusat
pertanggungjawaban yang manajernya diberi wewenang
untuk mengendalikan pendapatan dan biaya pusat
pertanggungjawaban tersebut.
4. Pusat investasi (investment center) adalah pusat
laba yang manajernya diukur kinerjanya dengan
menghubungkan laba yang diperoleh dengan investasi
yang dilakukan oleh pusat pertanggungjawaban
tersebut. Ukuran prestasi manajer pusat investasi
dapat berupa rasio antara laba dengan investasi yang
digunakan untuk memperoleh laba tersebut.
Ingga, Ibrahim. 2017. Akuntansi Manajemen: Implementasi dalam Kasus Indonesia.
Yogyakarta:Deepublish

Buku biru akmen

JURNAL

BUKU MERAH AKMEN (50)

Anda mungkin juga menyukai