Anda di halaman 1dari 16

 Pusat biaya, suatu pusat pertanggungjawaban di mana seorang manjer bertangg

ung jawab hanya terhadap biaya-biaya.


 Pusat pendapatan, suatu pusat pertanggungjawaban di mana seorang
manajer bertanggung jawab hanya terhadap penjualan.
 Pusat laba, suatu pusat pertanggungjawaban di mana seorang manajer
bertanggung jawab terhadap pendapatan dan biaya.
 Pusat investasi, suatu pusat pertanggungjawaban di mana seorang manajer
bertanggung jawab terhadap pendapatan, biaya, dan investas
MAKALAH

1. AKUNTANSI PERTANGGUNG JAWABAN TRANSFER PRICING


2. BALANCED SCORECARD
3. ANALISIS COST VOLUME PROFIT

Disusun Oleh :

NAMA : JEVAN CHRISTIAN


NIM : 2161201109
KELAS : 3.2 MANAJEMEN

Dosen Pengampu :
DINI ONASIS, SE, SH, MM, MH, AK, CA, ACPA
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
TAHUN AKADEMIK 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan rahmat
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul AKUNTANSI
PERTANGGUNG JAWABAN TRANSFER PRICING, BALANCED SCORECARD
(4 PERSPEKTIF), ANALISIS COST VOLUME PROFIT tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Pengantar Akuntansi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Penyusunan Laporan Keuangan Kulino bagi para pembaca
dan juga bagi penulis. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak DINI ONASIS,
SE, SH, MM, MH, AK, CA, ACPA. selaku Dosen Pengantar Akuntansi dan Biaya yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN

Tujuan Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Akuntansi Dan Biaya
2. Untuk menambah bacaan di Universitas Ilmu Ekonomi
3. Untuk mengetahui dari Akuntansi Pertanggungjawaban transfer Pricing
4. Untuk mengetahui dari Balanced ScoreCard
5. Untuk mengetahui dari Analais Cost Volume Profit
6. Untuk Menambah wawasan para Mahasiswa penting nya dari ketiga materi makalah
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

I. AKUNTANSI PERTANGGUNG JAWABAN TRANSFER PRICING


A. Defenisi Akuntansi Pertanggung Jawaban
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem yang disusun
sedemikian rupa sesuai dengan sifat dan kegiatan perusahaan dengan tujuan agar
masing-masing unit organisasi dapat mempertanggungjawabkan hasil kegiatan unit
yang berada dibawah pengawasannya. Menurut sistem ini, unit-unit yang ada dalam
organisasi di bagi menjadi pusat-pusat pertanggungjawaban, dan keseluruhan pusat
pertanggungjawaban ini membentuk jenjang hirarki dalam organisasi. Setiap pusat
pertanggungjawaban mempunyai manajer yang bertanggungjawab atas kegiatan
yang terjadi di dalam pusat yang dipimpinnya, dan secara periodik manajer tersebut
akan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya kepada pimpinan perusahaan. Dari
hasil kerja para manajer pusat pertanggungjawaban kemudian dinilai prestasi yang
telah dicapai oleh masing-masing manajer. Dan berdasarkan analisa ini, para
manajer mencoba mencari jawaban mengapa hasil yang dicapai tidak sesuai dengan
apa yang telah direncanakannya.

B. Akuntansi Pertanggungjawaban
Ada beberapa pendapat mengenai definisi akuntansi pertanggungjawaban,
antara lain dikemukakan oleh Hansen dan Mowen (2009:229) mengatakan bahwa.
"Akuntansi pertanggungjawaban adalah alat fundamental untuk pengendalian
manajemen dan ditentukan melalui empat elemen penting, yaitu pemberian
tanggungjawab, pembuatan ukuran kinerja atau benchmarking, pengevaluasian
kinerja, dan pemberian penghargaan."
Menurut Mulyadi (1997:188), Mengatakan Bahwa "Akuntansi pertanggung
jawaban adalah suatu system akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga
pengumpulan serta pelaporan biaya dan pendapatan dilakukan sesuai dengan pusat
pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau
kelompok yang bertanggungjawab atas penyimpangan biaya dan atau pendapatan
yang dianggarkan". Sehingga berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan
Bahwa akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu system yang membandingkan
rencana (anggaran) dengan tindakan (hasil sesungguhnya) dari setiap pusat
pertanggungjawaban yang digunakan untuk mengukur kinerja seseorang atau
kegiatan perusahaan danatau suatu departemen dalam pencapaian tujuan
perusahaan.
Menurut Hansen (2012:116) Mengatakan Bahwa "Akuntansi pertanggung
jawaban sebagai suatu sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh
setiap pusat pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan oleh para
manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka". Lebih lanjut
Hansen (2012:229) menjelaskan bahwa dalam akuntansi pertanggungjawaban
memiliki empat elemen penting yaitu pembebanan tanggung jawab, pembuatan
ukuran kinerja atau benchmarking. pengevaluasian kinerja dan pemberian
penghargaan. Selanjuntya Anthony & Grovind (2005:42) mendefinisikan bahwa
akuntansi pertanggungjawaban merupakan bagian dari sistem pengontrolan
akuntansi yang merupakan salah satu faktor yang nantinya akan mendukung
implementasi strategi, dimana strategi tersebut merupakan rencana pencapaian
tujuan organisasi.

C. Tujuan dan Manfaat dari Akuntansi Pertanggungjawaban


1. Tujuan
Tujuan akuntansi pertanggungjawaban adalah mengajak para karyawan
untuk melakukan pekerjaan yang benar serta dapat bertanggungjawab atas
penyimpangan biaya maupun penghasilan (pendapatan) perusahaan. Adapun
keuntungan dari akuntansi pertanggungjawaban itu sendiri adalah individu
dalam organisasi ikut berperan serta dalam mencapai sasaran perusahaan
secara efektif dan efisien..
2. Manfaat
a) Informasi akuntansi sebagai dasar penyusunan anggaran.
b) Informasi akuntansi sebagai penilaian kinerja manager pusat
pertanggungjawaban.
c) Informasi akuntansi sebagai pemotivasi manager.
d) Informasi akuntansi memungkinkan pengelolaan aktivitas
e) Informasi akuntansi memungkinkan pemantauan efektivitas program
pengelolaan aktivitas
D. Pusat Pertanggungjawaban
Pusat pertanggungjawaban adalah suatu unit organisasi yang dipimpin oleh
seorang manajer yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas aktivitas unit
yang dipimpinnya.
Pusat pertanggungjawaban dapat berupa unit organisasi seperti seksi, segmen,
departemen, divisi atas sebuah perusahaan.

E. Jenis Pusat Pertanggungjawaban


Empat tipe pusat pertanggungjawaban yang didasarkan kepada sifat masukan
dalam bentuk biaya dan keluaran dalam bentuk pendapatan ataupun secara bersama-
sama yaitu:
 Pusat Pendapatan (Revenue Centre)
 Pusat Pembiayaan (Cost Centre)
 Pusat Laba (Profit Centre)
 Pusat Investasi (Investment Centre)

F. Definisi Akuntansi Transfer Pricing 


Istilah transfer pricing sering kita temui dalam kegiatan transaksi
perusahaan. Lebih tepatnya, terkait dengan pengurusan perpajakan perusahaan.
Sebelum membahas transfer pricing lebih jauh, mari kita simak pengertian transfer
pricing dari beberapa sumber berikut ini:
 Transfer pricing merupakan jumlah harga atas penyerahan barang atau
imbalan atas penyerahan jasa yang telah disepakati oleh kedua belah pihak
dalam transaksi bisnis finansial maupun transaksi lainnya (Gunadi, 1997: 222).
 Transfer pricing merupakan bagian dari suatu kegiatan usaha dan perpajakan
yang bertujuan untuk memastikan apakah harga yang diterapkan dalam transaksi
antara perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa telah didasarkan atas
prinsip harga pasar wajar (arm’s length price principle) (Darussalam dan Danny
Septriadi, 2013: 7). 
 Transfer pricing merupakan harga yang diperhitungkan untuk pengendalian
manajemen atas transfer barang dan jasa antar-pusat pertanggungjawaban laba
atau biaya, termasuk determinasi harga untuk barang, imbalan atas jasa, tingkat
bunga pinjaman, beban atas persewaan dan metode pembayaran serta
pengiriman uang (Mohammad Zain, 2007:294).
Atau secara singkat, transfer pricing bisa kita artikan sebagai suatu
kebijakan yang diatur oleh perusahaan untuk menentukan harga transfer atas suatu
transaksi, baik harga atas barang, jasa, harta tak berwujud, ataupun transaksi
finansial yang dilakukan oleh perusahaan. 

G. Tujuan Transfer Pricing


Dalam buku transfer pricing (Darussalam, Danny Septriadi dan Bawono
Kristiaji, 2013) dijelaskan bahwa secara konsep transfer pricing dapat diaplikasikan
untuk tiga tujuan yang berbeda, yaitu:
1. Dari sisi hukum perseroan, transfer pricing dapat digunakan sebagai alat untuk
meningkatkan efisiensi dan sinergi antara perusahaan dengan pemegang
sahamnya.
2. Dari sisi akuntansi manajerial, transfer pricing dapat digunakan untuk
memaksimumkan laba suatu perusahaan melalui penentuan harga barang atau
jasa oleh suatu unit organisasi dari suatu perusahaan kepada unit organisasi
lainnya dalam perusahaan yang sama.
3. Dari perspektif perpajakan, transfer pricing adalah suatu kebijakan harga dalam
transaksi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

H. Konotasi Negatif Transfer Pricing


Dalam prakteknya, transfer pricing sering dikaitkan dengan kegiatan
manipulasi harga transfer untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang. Oleh
karena itu, transfer pricing juga lekat makna ‘pejorative’.
Makna ‘pejorative’ di sini memiliki arti pengalihan atas penghasilan kena
pajak dari suatu perusahaan dalam suatu grup perusahaan multinasional ke
perusahaan lain dalam grup perusahaan yang sama di negara yang memiliki tarif
pajak lebih rendah. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk mengurangi total beban
pajak dari grup perusahaan multinasional tersebut.

I. Peraturan Mengenai Transfer Pricing


Di Indonesia, aturan mengenai transfer pricing secara umum diatur dalam
Pasal 18 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (UU
PPh). Pasal tersebut menyebutkan bahwa Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak
berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib
pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan wajib pajak lainnya sesuai
dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan
istimewa.
Aturan lebih lanjut dan detail tentang transfer pricing juga dituangkan dalam
Peraturan Dirjen Pajak Nomor 32 Tahun 2011. Di dalam aturan tersebut disebutkan
pengertian arm’s length principle yaitu harga atau laba atas transaksi yang
dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa ditentukan
oleh kekuatan pasar, sehingga transaksi tersebut mencerminkan harga pasar yang
wajar.
Tidak hanya itu, Ditjen Pajak juga telah mengeluarkan aturan lebih lanjut
terkait dengan transfer pricing yang tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 213/PMK.03/2016 tentang Jenis Dokumen dan/atau Informasi Tambahan
yang Wajib Disimpan oleh Wajib Pajak yang Melakukan Transaksi dengan Para
Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa, dan Tata Cara Pengelolaannya.

II. BALANCED SCORECARD


Balanced scorecard adalah sistem manajemen yang bertujuan untuk
menerjemahkan tujuan strategis organisasi ke dalam serangkaian tujuan kinerja yang,
pada gilirannya, diukur, dipantau, dan diubah jika perlu untuk memastikan bahwa tujuan
strategis organisasi terpenuhi.
A. Pengertian Balanced Scorecard
Balanced Scorecard merupakan alat untuk memantau keputusan strategis yang
diambil oleh perusahaan berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya dan
yang harus menembus setidaknya melalui empat aspek keuangan, pelanggan, proses
internal dan pembelajaran & pertumbuhan.
Salah satu poin kunci dari balanced scorecard adalah memperluas evaluasi
kinerja prospek yang selama ini selalu sangat terfokus pada aspek keuangan
B. Manfaat Balanced Scorecard
1. Perencanaan strategi yang lebih baik dan terstruktur
Dengan balanced scorecard, perusahaan bisa merancang kerangka kerja yang
kuat untuk membangun dan mengkomunikasikan strategi.
Model bisnis divisualisasikan dalam peta strategi yang membantu manajer
untuk berpikir tentang hubungan sebab-akibat antara beberapa tujuan strategis yang
berbeda.
Proses menciptakan peta strategi memastikan bahwa keberhasilan dalam suatu
perusahaan bisa dicapai melalui serangkaian tujuan strategis yang saling terkait. Hal
ini berarti bahwa hasil kinerja serta faktor pendukung kinerja diidentifikasi untuk
membuat gambaran utuh tentang strategi perusahaan.

2. Meningkatkan komunikasi strategi dan ketepatan eksekusi


Adanya gambaran strategi secara menyeluruh dan saling terkait tentu
membuka peluang bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan strategi secara
internal dan eksternal.
Dengan balanced scoreboard, setiap divisi dalam perusahaan dipacu untuk
berkolaborasi satu sama lain untuk mencapai goals perusahaan yang mana akan
berdampak pada sistem kinerja perusahaan yang lebih terbuka dan dinamis.

3. Memudahkan tiap karyawan untuk melihat bagaimana goals individual


mereka berkaitan dengan strategi perusahaan
Dikarenakan kerangka kerja yang telah terbangun dengan jelas, balanced
scorecard akan membantu tiap karyawan untuk menyelaraskan tujuan mereka
dengan goals perusahaan
Karyawan bisa secara mandiri menghubungkan apa yang bisa mereka lakukan
untuk kemajuan tim dan perusahaan.

4. Memastikan strategi tetap berjalan pada track-nya


Dengan balanced scorecard, perusahaan bisa mengukur dan memantau
perkembangan perusahaan menuju goals. Sehingga jika terjadi sesuatu di luar dari
perencanaan perusahaan bisa langsung sigap tanggap untuk mengupayakan
bagaimana kondisi bisa terkendali kembali.
III.ANALISIS COST VOLUME PROFIT
Analisis Cost-Volume-Profit (CVP) merupakan model yang sangat berguna
untuk perencanaan dan pengambilan keputusan manajemen dalam menentukan unit
yang harus dijual untuk mencapai laba yang diinginkan.
Analisis CVP mendeskripsikan hubungan antara unit yang dijual, biaya, harga
jual, dan profit, yang dapat menjelaskan beberapa isu penting dalam pengambilan
keputusan manajemen seperti dampak pengurangan biaya tetap total terhadap profit,
dampak kebijakan kenaikan harga jual produk terhadap profit, dan lain-lain.
Manajer dapat menggunakan analisis CVP untuk analisis sensitivitas atas
beberapa alternatif skenario karena risiko perubahan harga jual, perubahan biaya tetap,
perubahan biaya variabel, dan perubahan tarif pajak.

B. Konsep Dasar CVP


Analisis CVP diformulasikan dari konsep sederhana perhitungan profit. Profit
dihitung dari pengurangan antara pendapatan total (total revenue) dengan biaya total
(total cost).

Pada kondisi break-even, profit sama dengan nol, maka:

Keterangan:
P = Price
vc = Variable cost per unit
FC = Fixed cost
Formula analisis CVP di atas digunakan untuk menentukan berapa unit yang
harus dijual pada kondisi break-even atau profit sama dengan nol. Satuan pengukuran
unit penjualan sangat bervariasi, tergantung jenis dan karakteristik produk atau jasa
yang disediakan perusahaan. Contoh satuan pengukuran unit: kilogram, tonnage,
container, pallet, carton, liter, penumpang, transaksi, trip, dan lain-lain.
Pada kondisi break-even point, total revenue sama dengan total cost.
Begitu break-even point telah dicapai, maka semua total fixed cost sudah tertutupi
oleh contribution margin yang dihasilkan. Setiap tambahan unit yang dijual hanya
memerlukan tambahan biaya variabel. Contribution margin yang dihasilkan dari setiap
tambahan unit di atas break-even merupakan profit yang dihasilkan.
Untuk mengkonversi unit yang harus dijual menjadi jumlah penjualan dalam
satuan rupiah, maka kita mengalikan Q dengan P, atau dengan menggunakan formula
CVP dengan pembagi contribution margin ratio (CMR). Umumnya perusahaan lebih
menyukai penggunaan break-even dalam satuan penjualan.
Formula CVP untuk menentukan berapa unit yang harus dijual (Q) atau berapa
penjualan (S) yang harus dicapai agar perusahaan mencapai target profit yang
diinginkan.
Jika target profit dihitung dalam ukuran laba bersih (net income), maka perlu
ditentukan nilai operating income-nya berdasarkan tarif pajak. Top
management umumnya lebih tertarik pada target net income. Dalam penggunaan
analisis CVP, target net income dikonversi terlebih dahulu menjadi target operating
income.

C. Penggunaan Analisis CVP


Penerapan analisis CVP untuk pengambilan keputusan manajemen:
 Menentukan unit yang harus dijual agar perusahaan tidak rugi atau profit sama
dengan nol.
 Menentukan jumlah penjualan minimal agar perusahaan tidak rugi atau profit
sama dengan nol.
 Menentukan unit yang harus dijual atau berapa jumlah penjualan agar
perusahaan mencapai target laba operasi (operating income) yang diinginkan.
 Memilih alternatif skenario kebijakan iklan, otomasi mesin pabrik, menaikkan
harga jual produk atau jasa, dan lain-lain, dengan pilihan skenario yang dapat
memberikan profit maksimal.
 Menganalisis sensitivitas atas risiko ketidakpastian harga jual, biaya, dan
market.
 Menganalisis margin of safety dan leverage.
Model CVP dibangun berdasarkan asumsi sebagai berikut:
 Fungsi CVP merupakan fungsi linear.
 Harga jual, biaya variabel per unit, dan biaya tetap total dapat diidentifikasi
secara akurat dan tidak ada perubahan sepanjang range yang relevan.
 Unit yang diproduksi semuanya terjual.
 Tidak ada perubahan dalam komposisi sales-mix untuk analisis CVP multiple
produk.
 Harga jual dan biaya diasumsikan diketahui dan nilainya pasti.
Asumsi penting dalam analisis CVP adalah harga jual dan biaya diketahui
dengan pasti (certainty). Dalam prakteknya, asumsi ini jarang terjadi. Risiko dan
ketidakpastian sering terjadi dalam lingkungan bisnis yang dinamis dan banyak
mengalami perubahan. Risiko dan ketidakpastian menjadi bagian penting yang perlu
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan bisnis.
Manajer mengelola risiko dan ketidakpastian menggunakan beberapa cara.
Umumnya risiko dikelola melalui identifikasi risiko, penilaian risiko, dan mitigasi
risiko. Akuntansi manajemen menyediakan alat untuk mengidentifikasi dan menilai
risiko melalui penggunaan margin of safety dan operating leverage.
Margin of safety merupakan ekspektasi unit yang dijual atau penjualan yang
dapat diraih di atas break-even. Operating leverage merupakan penggunaan fixed
cost untuk menghasilkan perubahan persentase yang lebih tinggi dalam profit atas
peningkatan aktivitas penjualan. Operating leverage diukur dalam satuan degree of
operating leverage (DOL) dengan formula sebagai berikut:
Perusahaan dengan degree of operating leverage tinggi, umumnya
menggunakan lebih banyak fixed costs, yang mengakibatkan variable costs akan
menurun, peningkatan contribution margin dan penurunan profit, maka ini menandakan
peningkatan risiko. Peningkatan fixed costs umumnya terjadi apabila manajer memilih
penggunaan automasi proses produksi dibandingkan dengan penggunaan sistem manual.

Perbedaan pilihan penggunaan automasi dengan sistem manual dan dampaknya


terhadap risiko ditunjukkan dalam tabel berikut:

Proses produksi yang menggunakan sistem automasi, biaya tetap reltif lebih
tinggi, sementara biaya variabel cenderung lebih rendah, sehingga
menghasilkan contribution margin per unit yang relatif tinggi. Perusahaan yang
menggunakan automasi mengharuskan unit penjualan yang lebih tinggi, agar skala
ekonomis dapat dicapai.
Dibandingkan dengan sistem automasi, sistem manual memberikan
kemungkinan risiko yang lebih kecil bila unit penjualan yang dicapai sedikit.
Penggunaan degree of operating leverage dapat membantu Manajer dalam
menentukan seberapa berisiko atas penerapan sistem automasi dengan biaya tetap
yang lebih tinggi.
Manajer menggunakan analisis sensitivitas untuk mengidentifikasi risiko dan
mengembangkan skenario keputusan manajemen. Teknik yang umumnya digunakan
dalam analisis sensitivitas adalah what-if.
Dalam analisis CVP, penggunaan teknik what-if, Manajer mengembangkan
skenario pilihan strategis jika ada perubahan harga jual, biaya variabel per unit, dan
biaya tetap total. Keputusan strategis didasarkan pada skenario yang memberikan profit
paling tinggi.

BAB III
PENUTUP

I. KESIMPULAN
Informasi mengenai pengertian akuntansi pertanggungjawaban transfer pricing,
manfaat dan juga dua tahap perkembangannya. Tentunya setiap perusahaan pasti
memiliki perkembangan pertanggungjawaban yang tidak sama, sehingga hal tersebut
bisa disesuaikan terkait kebutuhan masing-masing. Transfer pricing juga mekanisme
penetapan harga yang tidak wajar atas transaksi penyediaan barang atau penyerahan jasa
oleh pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa (related parties). Transfer pricing
biasanya dilakukan perusahaan-perusahaan multinasional. Sehingga akan sangat baik
untuk membandingkan kelebihan dan juga kekurangan masing-masing untuk
menentukan mana yang terbaik dan lebih akurat. Jika ingin mendapatkan laporan
pertanggungjawaban dengan waktu yang cepat dan juga mudah, maka sebuah
perusahaan harus memiliki sistem akuntansi berbasis online yang tepat. Hal tersebut
akan memudahkan proses pemantauan laporan keuangan dari berbagai divisi. Dijamin
pengalaman dalam mengelola akuntansi pertanggungjawaban jadi lebih mudah dan
menghemat banyak waktu.
Informasi Mengenai Balanced Score Card empat perspektif Pengukuran kinerja
dengan Balanced Scorecard memadukan empat perspektif bisnis, yaitu keuangan,
pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan sehingga
menghasilkan pengukuran yang lebih menyeluruh dan terinci. dapat Mengukur kinerja
PT. Dan Perusahaan dengan menggunakan metode Balanced Scorecard menghasilkan
total pengukuran kinerja yang lebih koheren dibandingkan dengan pengukuran kinerja
secara tradisional.
Informasi Mengenai Analisis Cost Volume Profit adalah Suatu analisa yang
menggambarkan bagaimana perubahan biaya variabel, biaya tetap, harga jual, volume
penjualan dan bauran penjualan akan mempengaruhi laba perusahaan. Analisis biaya
volume laba menghasilkan informasi dampak perubahan harga jual, biaya dan/atau
volume penjualan terhadap laba bersih. Dalam penyusunan anggaran, berbagai
kemungkinan pilihan harga jual, volume penjualan, dan biaya selalu dihadapi oleh
manajemen. Dalam proses penyusunan anggaran, manajemen memerlukan berbagai
parameter. Berbagai parameter tersebut memberikan bantuan yang penting bagi
manajemen, dalam mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan dalam proses
penyusunan anggaran perusahaan

II. SARAN
Akuntansi Pertanggungjawaban Transfer Pricing
a. Manajer harus lebih tanggap akan kemungkinan yang akan terjadi di masa yang
akan datang sehingga dalam pelaksanaannya perusahaan tidak mengalami sisi
negatif antara realisasi dan anggaran yang telah dibuat sebelumnya yang dapat
menurunkan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan.
b. Manajer sebaiknya melakukan analisis dan koreksi terhadap penyimpangan yang
tidak menguntungkan kemudian mengajukan rekomendasi menanggapi
penyimpangan materil yang terjadi. Dan dari sisi hukum perseroan, transfer
pricing dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi dan sinergi
antara perusahaan dengan pemegang sahamnya

Balanced Scorecard
1. Perusahaan dapat menggunakan metode Balanced Scorecard sebagai
pengukuran kinerja perusahaan yang lebih lengkap dibandingkan pengukuran
kinerja keuangan.
2. Perusahaan harus meningkatkan kinerja dalam proses operasi secara tepat waktu
dan menambah variasi produk untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Analisis Cost Volume Profit


Diharapkan para pembaca dapat lebih memahami mengenai analisis biaya
volume laba sehingga dapat menambah pengetahuan para pembaca dan dapat
diterapkan pada kegiatan ekonomi sehari-hari. Selain itu diharapkan para manajer
dapat lebih menguasai dengan baik mengenai penerapan analisis biaya volume laba
diperusahannya.

Anda mungkin juga menyukai