Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
DINI ONASIS, SE, SH, MM, MH, AK, CA, ACPA
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
TAHUN AKADEMIK 2022-2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan rahmat
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul AKUNTANSI
PERTANGGUNG JAWABAN TRANSFER PRICING, BALANCED SCORECARD
(4 PERSPEKTIF), ANALISIS COST VOLUME PROFIT tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Pengantar Akuntansi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Penyusunan Laporan Keuangan Kulino bagi para pembaca
dan juga bagi penulis. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak DINI ONASIS,
SE, SH, MM, MH, AK, CA, ACPA. selaku Dosen Pengantar Akuntansi dan Biaya yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Akuntansi Dan Biaya
2. Untuk menambah bacaan di Universitas Ilmu Ekonomi
3. Untuk mengetahui dari Akuntansi Pertanggungjawaban transfer Pricing
4. Untuk mengetahui dari Balanced ScoreCard
5. Untuk mengetahui dari Analais Cost Volume Profit
6. Untuk Menambah wawasan para Mahasiswa penting nya dari ketiga materi makalah
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Akuntansi Pertanggungjawaban
Ada beberapa pendapat mengenai definisi akuntansi pertanggungjawaban,
antara lain dikemukakan oleh Hansen dan Mowen (2009:229) mengatakan bahwa.
"Akuntansi pertanggungjawaban adalah alat fundamental untuk pengendalian
manajemen dan ditentukan melalui empat elemen penting, yaitu pemberian
tanggungjawab, pembuatan ukuran kinerja atau benchmarking, pengevaluasian
kinerja, dan pemberian penghargaan."
Menurut Mulyadi (1997:188), Mengatakan Bahwa "Akuntansi pertanggung
jawaban adalah suatu system akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga
pengumpulan serta pelaporan biaya dan pendapatan dilakukan sesuai dengan pusat
pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau
kelompok yang bertanggungjawab atas penyimpangan biaya dan atau pendapatan
yang dianggarkan". Sehingga berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan
Bahwa akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu system yang membandingkan
rencana (anggaran) dengan tindakan (hasil sesungguhnya) dari setiap pusat
pertanggungjawaban yang digunakan untuk mengukur kinerja seseorang atau
kegiatan perusahaan danatau suatu departemen dalam pencapaian tujuan
perusahaan.
Menurut Hansen (2012:116) Mengatakan Bahwa "Akuntansi pertanggung
jawaban sebagai suatu sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh
setiap pusat pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan oleh para
manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka". Lebih lanjut
Hansen (2012:229) menjelaskan bahwa dalam akuntansi pertanggungjawaban
memiliki empat elemen penting yaitu pembebanan tanggung jawab, pembuatan
ukuran kinerja atau benchmarking. pengevaluasian kinerja dan pemberian
penghargaan. Selanjuntya Anthony & Grovind (2005:42) mendefinisikan bahwa
akuntansi pertanggungjawaban merupakan bagian dari sistem pengontrolan
akuntansi yang merupakan salah satu faktor yang nantinya akan mendukung
implementasi strategi, dimana strategi tersebut merupakan rencana pencapaian
tujuan organisasi.
Keterangan:
P = Price
vc = Variable cost per unit
FC = Fixed cost
Formula analisis CVP di atas digunakan untuk menentukan berapa unit yang
harus dijual pada kondisi break-even atau profit sama dengan nol. Satuan pengukuran
unit penjualan sangat bervariasi, tergantung jenis dan karakteristik produk atau jasa
yang disediakan perusahaan. Contoh satuan pengukuran unit: kilogram, tonnage,
container, pallet, carton, liter, penumpang, transaksi, trip, dan lain-lain.
Pada kondisi break-even point, total revenue sama dengan total cost.
Begitu break-even point telah dicapai, maka semua total fixed cost sudah tertutupi
oleh contribution margin yang dihasilkan. Setiap tambahan unit yang dijual hanya
memerlukan tambahan biaya variabel. Contribution margin yang dihasilkan dari setiap
tambahan unit di atas break-even merupakan profit yang dihasilkan.
Untuk mengkonversi unit yang harus dijual menjadi jumlah penjualan dalam
satuan rupiah, maka kita mengalikan Q dengan P, atau dengan menggunakan formula
CVP dengan pembagi contribution margin ratio (CMR). Umumnya perusahaan lebih
menyukai penggunaan break-even dalam satuan penjualan.
Formula CVP untuk menentukan berapa unit yang harus dijual (Q) atau berapa
penjualan (S) yang harus dicapai agar perusahaan mencapai target profit yang
diinginkan.
Jika target profit dihitung dalam ukuran laba bersih (net income), maka perlu
ditentukan nilai operating income-nya berdasarkan tarif pajak. Top
management umumnya lebih tertarik pada target net income. Dalam penggunaan
analisis CVP, target net income dikonversi terlebih dahulu menjadi target operating
income.
Proses produksi yang menggunakan sistem automasi, biaya tetap reltif lebih
tinggi, sementara biaya variabel cenderung lebih rendah, sehingga
menghasilkan contribution margin per unit yang relatif tinggi. Perusahaan yang
menggunakan automasi mengharuskan unit penjualan yang lebih tinggi, agar skala
ekonomis dapat dicapai.
Dibandingkan dengan sistem automasi, sistem manual memberikan
kemungkinan risiko yang lebih kecil bila unit penjualan yang dicapai sedikit.
Penggunaan degree of operating leverage dapat membantu Manajer dalam
menentukan seberapa berisiko atas penerapan sistem automasi dengan biaya tetap
yang lebih tinggi.
Manajer menggunakan analisis sensitivitas untuk mengidentifikasi risiko dan
mengembangkan skenario keputusan manajemen. Teknik yang umumnya digunakan
dalam analisis sensitivitas adalah what-if.
Dalam analisis CVP, penggunaan teknik what-if, Manajer mengembangkan
skenario pilihan strategis jika ada perubahan harga jual, biaya variabel per unit, dan
biaya tetap total. Keputusan strategis didasarkan pada skenario yang memberikan profit
paling tinggi.
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Informasi mengenai pengertian akuntansi pertanggungjawaban transfer pricing,
manfaat dan juga dua tahap perkembangannya. Tentunya setiap perusahaan pasti
memiliki perkembangan pertanggungjawaban yang tidak sama, sehingga hal tersebut
bisa disesuaikan terkait kebutuhan masing-masing. Transfer pricing juga mekanisme
penetapan harga yang tidak wajar atas transaksi penyediaan barang atau penyerahan jasa
oleh pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa (related parties). Transfer pricing
biasanya dilakukan perusahaan-perusahaan multinasional. Sehingga akan sangat baik
untuk membandingkan kelebihan dan juga kekurangan masing-masing untuk
menentukan mana yang terbaik dan lebih akurat. Jika ingin mendapatkan laporan
pertanggungjawaban dengan waktu yang cepat dan juga mudah, maka sebuah
perusahaan harus memiliki sistem akuntansi berbasis online yang tepat. Hal tersebut
akan memudahkan proses pemantauan laporan keuangan dari berbagai divisi. Dijamin
pengalaman dalam mengelola akuntansi pertanggungjawaban jadi lebih mudah dan
menghemat banyak waktu.
Informasi Mengenai Balanced Score Card empat perspektif Pengukuran kinerja
dengan Balanced Scorecard memadukan empat perspektif bisnis, yaitu keuangan,
pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan sehingga
menghasilkan pengukuran yang lebih menyeluruh dan terinci. dapat Mengukur kinerja
PT. Dan Perusahaan dengan menggunakan metode Balanced Scorecard menghasilkan
total pengukuran kinerja yang lebih koheren dibandingkan dengan pengukuran kinerja
secara tradisional.
Informasi Mengenai Analisis Cost Volume Profit adalah Suatu analisa yang
menggambarkan bagaimana perubahan biaya variabel, biaya tetap, harga jual, volume
penjualan dan bauran penjualan akan mempengaruhi laba perusahaan. Analisis biaya
volume laba menghasilkan informasi dampak perubahan harga jual, biaya dan/atau
volume penjualan terhadap laba bersih. Dalam penyusunan anggaran, berbagai
kemungkinan pilihan harga jual, volume penjualan, dan biaya selalu dihadapi oleh
manajemen. Dalam proses penyusunan anggaran, manajemen memerlukan berbagai
parameter. Berbagai parameter tersebut memberikan bantuan yang penting bagi
manajemen, dalam mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan dalam proses
penyusunan anggaran perusahaan
II. SARAN
Akuntansi Pertanggungjawaban Transfer Pricing
a. Manajer harus lebih tanggap akan kemungkinan yang akan terjadi di masa yang
akan datang sehingga dalam pelaksanaannya perusahaan tidak mengalami sisi
negatif antara realisasi dan anggaran yang telah dibuat sebelumnya yang dapat
menurunkan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan.
b. Manajer sebaiknya melakukan analisis dan koreksi terhadap penyimpangan yang
tidak menguntungkan kemudian mengajukan rekomendasi menanggapi
penyimpangan materil yang terjadi. Dan dari sisi hukum perseroan, transfer
pricing dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi dan sinergi
antara perusahaan dengan pemegang sahamnya
Balanced Scorecard
1. Perusahaan dapat menggunakan metode Balanced Scorecard sebagai
pengukuran kinerja perusahaan yang lebih lengkap dibandingkan pengukuran
kinerja keuangan.
2. Perusahaan harus meningkatkan kinerja dalam proses operasi secara tepat waktu
dan menambah variasi produk untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.