AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN
A. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu konsep dari akuntansi manajemen
dan sistem akuntansi yang dikaitkan dan disesuaikan dengan pusat-pusat pertanggungjawaban
yang ada dalam organisasi. Istilah akuntansi pertanggungjawaban ini akan mengarah pada
proses akuntansi yang melaporkan sampai bagaimana baiknya manajer pusat
pertanggungjawaban dapat memanage pekerjaan yang langsung dibawah pengawasannya dan
yang merupakan tanggungjawabnya atau suatu sistem yang mengukur rencana dan tindakan
dari setiap pusat pertanggungjawaban.
Menurut Hansen, Mowen definisi akuntansi pertanggungjawaban adalah sebagai
berikut: “Akuntansi pertanggungjawaban adalah Sistem yang mengukur berbagai hasil yang
dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan oleh para
manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka.” Sedangkan akuntansi
pertanggungjawaban menurut LM Samryn (2001: 258) adalah sebagai berikut : “Akuntansi
pertanggungjawaban merupakan suatu sistem akuntansi yang digunakan untuk mengukur
kinerja setiap pusat pertanggungjawaban sesuai dengan informasi yang dibutuhkan manajer
untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka sebagai bagian dari sistem
pengendalian manajemen.”
Dari berbagai definisi diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai akuntansi
pertanggungjawaban sebagai berikut :
1. Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem akuntansi yang disusun
berdasarkan struktur organisasi yang secara tegas memisahkan tugas, wewenang dan
tanggungjawab dari masing-masing tingkat manajemen.
2. Akuntansi pertanggungjawaban mendorong para individu, terutama para manajer untuk
berperan aktif dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien.
3. Penyusunan anggaran dalam akuntansi pertanggungjawaban adalah berdasarkan pusat
pusat pertanggungjawaban. Dari laporan pertanggungjawaban dapat diketahui
perbandingan antara realisasi dengan anggarannya, sehingga penyimpangan yang terjadi
dapat dianalisa dan dicari penyelesaiannya dengan manajer pusat
pertanggungjawabannya.
1. Akuntansi pertanggungjawaban melaporkan hasil evaluasi dan penilaian kinerja yang
berguna bagi pimpinan dalam penyusunan rencana kerja periode mendatang, baik untuk
masing-masing pusat pertanggungjawaban maupun untuk kepentingan perusahaan
secara keseluruhan.
1
Akuntansi Manajemen
2
Akuntansi Manajemen
Setiap tingkatan manajemen merupakan pusat biaya dan akan dibebani dengan biaya
yang terjadi didalamnya yang dipisahkan antara biaya terkendalikan dan biaya tidak
terkendalikan. Kode perkiraan diperlukan untuk mengklasifikasikan perkiraan-perkiraan
baik dalam neraca maupun dalam laporan rugi laba.
5. Sistem Pelaporan Biaya
Bagian akuntansi biaya setiap bulannya membuat laporan pertanggungjawaban untuk
tiap-tiap pusat biaya. Setiap awal bulan dibuat rekapitulasi biaya atas dasar total biaya
bulan lalu, yang tercantum dalam kartu biaya. Atas dasar rekapitulasi biaya disajikan
laporan pertanggungjawaban biaya. Isi dari laporan pertanggungjawaban disesuaikan
dengan tingkatan manajemen yang akan menerimanya. Untuk tingkatan manajemen yang
terendah disajikan jenis biaya, sedangkan untuk tiap manajemen diatasnya disajikan total
biaya tiap pusat biaya yang dibawahnya ditambah dengan biaya-biaya yang terkendalikan
dan terjadi dipusat biayanya sendiri.
Di dalam pelaksanaan akuntansi pertanggungjawaban terdapat beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi, seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi adalah sebagai berikut :
a. Struktur organisasi yang menetapkan secara jelas dan tegas menggambarkan
pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab untuk setiap unit dalam struktur
organisasi.
b. Penyusunan anggaran yang dilakukan oleh tiap tingkatan manajemen dalam organisasi
perusahaan.
c. Adanya pemisahan biaya sesuai dengan dapat dikendalikan tidaknya suatu biaya oleh
seorang manajer pusat biaya tertentu dalam perusahaan.
d. Adanya klasifikasi dan kode rekening yang disesuaikan dengan tingkatan manajemen
dalam perusahaan.
e. Sistem pelaporan biaya pada setiap tingkatan perusahaan telah memenuhi syarat dalam
penerapan akuntansi pertanggungjawaban
2. Standar Ditetapkan sebagai Tolok Ukur Kinerja Manajer yang Bertanggungjawab atas
Pusat Pertanggungjawaban Tertentu.
4
Akuntansi Manajemen
5
Akuntansi Manajemen
Laporan pertanggungjawaban yang disajikan harus memuat ciri-ciri pokok sebagai berikut:
95
Akuntansi Manajemen
F. Pusat Pertanggungjawaban
96
Akuntansi Manajemen
pertanggungjawaban pada dasarnya dibentuk untuk rnencapai sasaran tertentu yang selaras
dengan sasaran umum organisasi.
a. Masukan Keluaran Sumber daya yang Produk/Jasa Digunakan
Setiap pusat pertanggungjawaban membutuhkan masukan yang berupa sejumlah
bahan baku, tenaga kerja, ataupun jasa-jasa yang akan di proses dalam pusat
pertanggungjawaban, hasil proses tersebut menghasilkan keluaran yang berupa produk
atau jasa. Ada empat tipe pusat pertanggungjawaban yang didasarkan kepada sifat
masukan dalam bentuk biaya dan keluaran dalam bentuk pendapatan ataupun secara
bersama-sama yaitu :
Pusat Pendapatan (Revenue Center)
Pusat Pembiayaan (Cost Center)
Pusat Laba (Profit Center)
Pusat Investasi (Investment Center)
1) Pusat Pendapatan
Pusat pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban yang keluarannya dapat
diukur dengan satuan moneter, sedangkan masukannya tidak. Jadi, prestasi
manajernya dinilai atas dasar pendapatan pada pusat pertanggungjawaban yang
dipimpin. Dalam pusat pendapatan, keluaran (dalam bentuk pendapatan) diukur
dengan satuan moneter, tetapi tidak terdapat hubungan yang erat dan nyata antara
masukan (biaya) dengan pendapatan. Sebenarnya pengukuran prestasi manajer pusat
pendapatan yang hanya berdasarkan tingkat penjualan dipandang terlalu sempit.
Pengukuran itu perlu ditambah dengan penilaian prestasi atas dasar laba atau
kontribusi laba bruto, yaitu dengan menganalisis laba kotor dengan laba bruto yang
diharapkan atau dianggarkan.
2) Pusat Pembiayaan (Cost Center)
Pusat biaya adalah bentuk segmen terkecil dari aktivitas atau pusat
pertanggungjawaban yang hanya bertanggungjawab dalam mengendalikan biaya-
biaya yang terjadi didalamnya tanpa menghubungkan dengan nilai uang dari keluaran
yang dihasilkan. Sebuah pusat biaya tidak mengendalikan penjualan atau aktivitas
perusahaan. Laba sebuah departemen yang berbentuk pusat biaya sulit ditentukan
karena adanya masalah dalam alokasi pendapatan. Tujuan dari manajer pusat biaya
ini adalah meminimalkan perbedaan antara realisasi biaya dengan anggarannya.
Pusat biaya dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu :
97
Akuntansi Manajemen
98
Akuntansi Manajemen
3) Pusat Laba
Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban dimana baik masukan (biaya yang
dikonsumsi) maupun keluarannya (pendapatan yang berhasil dicapai) dapat diukur
dengan satuan moneter. Selisih antara pendapatan dengan biaya adalah laba yang
diperoleh atau rugi yang diderita. Pembentukan pusat laba memerlukan perincian
tugas, pendelegasian wewenang dan tanggung jawab serta dukungan informasi agar
manajer yang bersangkutan dapat merencanakan kegiatan-kegiatan pada unit
kerjanya dengan baik.
4) Pusat Investasi
Pusat investasi merupakan pusat pertanggungjawaban yang paling luas,
karenanya manajer berwenang dalam mengendalikan pendapatan dan biayanya, baik
biaya operasi maupun biaya yang timbul sehubungan dengan usaha memperoleh
sumber daya dan menentukan barang modal yang akan dibeli. Masalah utama dalam
sebuah pusat investasi adalah laba yang dihasilkan dan harta yang digunakan untuk
memperoleh laba tersebut, yaitu apakah yang dihasilkan telah sebanding dengan
modal yang diinvestasikan. Manajemen pusat investasi diharapkan memperoleh laba
sebesar jumlah yang ditetapkan untuk setiap nilai rupiah yang diinvestasikan.
Prestasi pusat investasi ini diukur dengan menilai tingkat Residual, Income maupun
tingkat Return On Investment.
99
Akuntansi Manajemen
100
Akuntansi Manajemen
101
Akuntansi Manajemen
yang lainnya, tergantung dari jenis perusahaan, ukurannya, jumlah operasi tambahan ataupun
faktor-faktor khusus yang menjadi ciri perusahaan.
102
Akuntansi Manajemen
103
Akuntansi Manajemen
yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh manajer suatu pusat pertanggungjawaban dalam
jangka waktu tertentu.
Untuk memisahkan biaya kedalam terkendalikan dan tidak terkendalikan pada
kenyataannya seringkali menemui kesulitan. Hanya sedikit biaya yang menjadi tanggung
jawab seseorang. Pedoman untuk menetapkan apakah suatu biaya dapat dibebankan sebagai
tanggung jawab seorang manajer pusat pertanggungjawaban menurut Mulyadi (2001:168),
adalah sebagai berikut:
1. Jika seorang manajer memiliki wewenang, baik dalam pemerolehan maupun penggunaan
jasa, ia harus dibebani dengan biaya jasa tersebut.
2. Jika seorang manajer dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah biaya tertentu melalui
tindakannya sendiri, ia dapat dibebani dengan biaya tersebut.
Meskipun seorang manajer tidak dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah biaya
tertentu melalui tindakan langsungnya sendiri, ia dapat juga dibebani biaya tersebut, jika
manajemen puncak menghendaki agar ia manaruh perhatian sehingga ia dapat membantu
manajer lain yang bertanggung jawab untuk mempengaruhi biaya tersebut.
104
Akuntansi Manajemen
105
Akuntansi Manajemen
Tolak ukur pengukuran kinerja terletak pada standar yang berorientasi pada proses,
standar tersebut berkaitan dengan efisiensi proses dan keluaran proses. Standar dibuat untuk
mendukung perubahan yang berguna mencapai tingkat ideal. Standar merupakan perubahan
dalam hal ini bersifat dinamis agar dapat merefleksikan kondisi baru dengan tujuan baru dan
mempertahankan bahkan meningkatkan perbaikan yang akan mampun dicapai. Ukuran
kinerja merupakan campuran dari faktor operasional dan keuangan yang berhubungan dengan
proses.
Pada tabel berikut, dipaparkan perbedaan antara akuntansi pertanggungjawaban
tradisional dengan akuntasi pertanggungjawaban kontemporer.
O. Harga Transfer
Harga transfer adalah harga yang dibebankan kepada suatu divisi ketika menyediakan
barang-barang atau jasa kepada divisi lain dalam organisasi yang sama. Biasanya untuk proses
produksi dalam tahap berikutnya. Misalnya PT. Inti Putra memiliki tiga divisi yaitu X, Y dan
Z. Profit center untuk mengukur kinerja masing-masing divisi Y dapat dijual kepasar atau
ditansfer ke divisi Z, dan produk divisi Z dapat dijual kepasar. Santunan nilai produk yang
ditansfer dari divisi X ke divisi Y dan dari divisi Y ke divisi Z disebut harga transfer.
106
Akuntansi Manajemen
Contoh 1: dalam kasus PT. Inayah Group menetapkan harga transfer berdasarkan biaya,
maka harga transfer dapat dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh biaya yang
dikeluarkan entitas penjual .
107
Akuntansi Manajemen
Harga transfer pada metode ini adalah seluruh biaya yang dikeluarkan entitas
penjual yaitu divisi A dan Divisi B. Harga transfer divisi A kepada divisi B adalah
Rp6.590.000 per unit, dimana harga tersebut nerupakan keseluruhan biaya yang
dikeluarkan oleh divisi A. Harga transfer ke divisi C adalah sebesar Rp12.280.000,
dimana harga tersebut merupakan keseluruhan biaya unit yang dikeluarkan oleh divisi
B. Divisi B tidak memperoleh laba atas penjualan atas divisinya, akan tetapi divisi C
memperoleh laba atas penjualannya kepada pembeli dari luar perusahaan sebesar
Rp22.284.000,-
Contoh 2 : PT. Agung Mandiri memiliki dua divisi Y dan Z. Divisi Y mempunyai hasil
produksi berupa catridge untuk printer inkjet dan divisi Z memproduksi printer inkjet.
Divisi Z untuk bahan bakunya bisa membeli dari luar perusahaan atau membeli dari
divisi Y. Begitu pula divisi Y bisa menjual produknya kepihak luar perusahaan yaitu
kepasaran bebas atau divisi Z dengan asumsi para divisi diberi otonomi penuh oleh PT.
Agung Mandiri dalam segala hal, maka divisi Z dapat menentukan harga jual yang
menguntungkan.
Margin yang diinginkan divisi Y adalah 20% dari biaya produksi maka harga transfer
apabila divisi Z mengambil bahan-bahan dari divisi Y adalah : Rp420.000 + (20%x
Rp420.000) = Rp504.000. jumlah Rp540.000,- per unit merupakan harga transfer divisi Y
berdasarkan metode harga pokok ditambah laba (cost plus transfer pricing). Pada
umumnya harga ini sedikit dibawah harga pasar bebas, bahkan seringkali marginnya
sangat kecil atau tidak ada karena dalam divisi Y ada kapasitasnya menganggu, sehingga
dengan hanya memberikan harga sama dengan harga pokok produksinya, divisi Z sudah
menyerap biaya overhead yang tetap.
108
Akuntansi Manajemen
Dalam hal kapasitas menganggur dengan metode harga pokok akan membantu
cabang/divisi tersebut untuk menaikan laba, baik laba divisi maupun laba perusahaan
secara keseluruhan
Kelemahan metode harga pokok
Dari sudut negatif maka, sangat sulit atau tidak bisa digunakan sebagai alat
pengukur kemampuan perusahaan/divisi yang menghasilkan produk yang ditansfer
dalam memasarkan produknya.
109
Akuntansi Manajemen
dari perusahaan luar. Solusi yang dimungkinkan pada keadaan ini adalah metode
harga transfer berdasarkan biaya.
c. Metode Harga Transfer Negoisasi (Negoitiated Transfer Pricing)
Metode harga transfer negoisasi diperkenankan jika ketiadaan harga pasar terjadi.
Suatu organisasi membolehkan divisi pembelian dan divisi penjualan untuk
menegosiasikan harga transfer diantara mereka, cara penentuannya dengan persetujuan
antara unit yang akan memakai produk dan unit yang menghasilkan produk. Unit
tersebut nantinya akan bertanggung jawab atas harga transfer yang dinegoisasinya.
Misalnya sebagai contoh perusahaan mobil mempunyai unit divisi, divisi satu
membuat rangka mobil tipe MPV, divisi dua membuat rangka mobil untuk tipe mobil
SUV dan divisi tiga memproduksi lampu dan kaca spion yang dibuat divisi tiga. Lampu
dan kaca spion jarang/sulit dicari atau tidak ada dipasaran bebas, sehingga sukar
menentukan biayanya. Dalam hal ini bisa digunakan harga transfer negoisasi berdasar
pada persetujuan antara divisi yang membutuhkan dan divisi yang membuat.
Keunggulan metode harga transfer negoisasi :
1. Melindungi otonomi divisi dan konsisten dengan semangat desentralisasi
2. Apabila produk dari pembuatan yang ditransfer mempunyai kapasitas
menganggur, sedangkan pasar dari produk tersebut sempit (capital market) maka
akan menguntungkan perusahaan secara keseluruhan
3. Manajer divisi cenderung memiliki informasi yang lebih baik tentang biaya dan
laba potensial atas transfer disbanding pihak-pihak lain dalam perusahaan.
Kelemahan metode harga transfer negosiasi :
1. Negoisasi dapat memakan banyak waktu dan tenaga
2. Negoisasi dapat menimbulkan persaingan diantara manajer divisi yang terlibat.
Apabila barang tersebut sangat dibutuhkan oleh divisi yang akan memakai
barang, sedang di pasaran bebas jarang terdapat barang tersebut, maka pihak
pembuat barang menjadi pihak yang menang dalam kompromi penentuan harga.
Sedangkan pihak yang membutuhkan akan menerima saja harga barang tersebut.
110
Akuntansi Manajemen
SOAL
111
112