Anda di halaman 1dari 12

BAB I

I. Pendahuluan

I.1. Latar Belakang

Berdirinya suatu perusahaan pada dasarnya dimaksudkan untuk mencapai

beberapa tujuan yang telah direncanakan, antara lain meningkatkan kekayaan

perusahaan dengan cara meningkatkan laba, melayani kepentingan masyarakat,

mencapai pertumbuhan yang pesat serta mempertahankan kelangsungan hidup

perusahaan. Keadaan seperti ini tentunya akan menyebabkan organisasi dalam

perusahaan akan bertambah besar dan menuntut perusahaan untuk

menyesuaikan diri agar dapat mempertahankan kelangsungan usahanya melalui

akuntansi pertanggungjawaban dalam mengukur hasil kinerja yang dicapai oleh

setiap pusat pertanggungjawaban.

Manajemen perusahaan bertanggungjawab atas perencanaan, pencapaian sasaran

pelaksanaan, dan hasil pelaporan menyampaikan laporan pertanggungjawaban

melalui akuntansi pertanggungjawaban. Dengan demikian, manajemen harus

memperhatikan kinerja pusat pertanggungjawaban agar dapat berjalan dengan

efektif. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan Lubis (2016: 204) bahwa tujuan

sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah memastikan bahwa individu-

individu pada seluruh tingkatan di perusahaan telah memberikan kontribusi yang

memuaskan terhadap pencapaian tujuan perusahaan secara menyeluruh. Hal ini

dicapai dengan membagi suatu perusahaan ke pusat-pusat pertanggungjawaban


2

individual (suatu jaringan tanggung jawab) yang memberikan suatu kerangka

kerja untuk pengambilan keputusan secara terdesentralisasi dan partisipatif di

tingkat perusahaan dalam menetapkan tujuan perusahaan. Setiap pusat

pertanggungjawaban akan mengendalikan biaya dan rencana-rencana yang akan

dibuat. Setiap aktivitas yang dihasilkan serta pengeluaran yang dikeluarkan

harus bisa dipertanggungjawabkan keberadaannya. Kepala bidang dalam

sebuah organisasi yang bertanggungjawab dalam proses perencanaan,

pencapaian, sasaran atau hasil dari pelaporan harus disampaikan pada pusat

pertanggungjawaban. Proses kerja yang seperti ini akan menghasilkan efektivitas

dan efisiensi dalam organisasi tersebut.

Kebijakan yang ditetapkan dalam pusat pertanggungjawaban dalam organisasi

tersebut dapat membantu organisasi dalam memperoleh hasil yang sesuai dan

yang diinginkan. Akuntansi pertanggungjawaban dapat pula membantu

organisasi untuk mengetahui serta menilai penyimpangan yang terjadi. Sebagai

contoh pelaporan akan pembelanjaan materil yang bernominal besar dapat

dikatakan sebagai penyimpangan jika tidak adanya bukti pendukung yang kuat

serta pertanggungjawaban dari pembelian tersebut. Pengeluaran yang jumlahnya

lebih besar dari biaya yang telah direncanakan atau dianggarkan sebelumnya

dapat dikatakan sebagai ketidak sesuaian dalam realisasi anggaran.

Perusahaan yang menerapkan sistem akuntansi pertanggungjawaban akan

membentuk pusat-pusat pertanggungjawaban. Pada pusat perbelanjaan, pusat

pertanggungjawaban merupakan tiap-tiap unit divisi yang dipimpin oleh


3

kepala bagian divisi yang bertanggungjawab atas seluruh kegiatan yang ada pada

divisi yang dipimpinnya, setiap unit divisi menyusun rencana program dan

anggaran sampai melakukan penyusunan laporan pertanggungjawaban. Pusat

biaya merupakan salah satu pusat pertanggungjawaban, dimana unit divisinya

hanya bertanggungjawab atas biaya-biaya yang terjadi tanpa menghubungkannya

dengan keluaran yang dihasilkan.

Pengendalian biaya menurut Surjadi (2015: 3) adalah serangkaian kegiatan

monitoring dan evaluasi yang dimaksudkan agar tujuan yang telah ditetapkan

perusahaan dapat dicapai dengan biaya seminal mungkin. Pengendalian biaya

pada perusahaan perlu dilakukan agar perusahaan dapat melaksanakan

operasional secara efektif dan efisien. Diharapkan dengan melakukan operasional

perusahaan secara efektif dan efisien maka perusahaan dapat mencapai tujuan

yang diinginkan. Keberhasilan perusahaan untuk mencapai laba yang diinginkan

dipengaruhi oleh pengendalian atas biaya yang dilakukan.

Pengendalian biaya adalah bagaimana manajemen mengambil tindakan dalam

mengarahkan aktivitas yang sedang dilaksanakan agar berjalan sesuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan. Pengendalian biaya perusahaan harus melalui

beberapa prosedur seperti menetapkan standar (anggaran) yang dijadikan sebagai

tolak ukur, mencatat hasil dari realisasi, serta melakukan perbandingan antara

pelaksanaan hasil realisasi dengan standar-standar yang telah ditetapkan.

Pengendalian biaya yang memadai dapat dilakukan dengan menerapkan sistem

akuntansi pertanggungjawaban. Hubungan antara sistem


4

akuntansi pertanggungjawaban berbasis anggaran sebagai alat pengendalian biaya

terletak pada fungsi pengendaliannya, yaitu faktor manusianya. Hal ini disebabkan

karena manusia adalah subjek yang melakukan aktivitas-aktivitas perusahaan

sekaligus pemegang peranan yang penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya

pelaksanaan pengendalian biaya di perusahaan tersebut.

Pertanggungjawaban berbasis anggaran berperan sebagai alat pengendalian biaya. Hal ini
dapat dilihat pada setiap instansi atau perusahaan Perseroan Terbatas (PT), seperti yang
terdapat pada PT. Lili Consulting Mataram yaitu salah satu perusahaan yang bergerak
dibidang Jasa konsultan yang menyediakan jasa pelayanan invetasi dalam dan luar negeri,
keimigrasian, perizinan, keuangan dan perpajakan. Aktivitas-aktivitas tersebut dibagi
menjadi tiga divisi yaitu divisi pengurusan izin tinggal orang asing, divisi perizinan
perusahaan dan divisi keuangan dan perpajakan. Perusahaan ini berdiri pada bulan
Oktober 2009 Nomor : AHU-61411.AH.01.01 Tahun 2009, di dalam pelaksanaan
operasional kantor dipimpin oleh seorang direktur sekaligus pemilik perusahaan, akan
tetapi tidak berangsur lama setelah dibiayai dan dialihkan kepada direktur yang baru
dengan Akta Perubahan Nomor : AHU-AN.01.03-0269013 yang mengakibatkan
terjadinya perubahan system manajemen. Hal ini yang menyebabkan perusahaan tersebut
memiliki kebijakan yang baru khususnya dalam hal penganggaran.
Perubahan manajemen dalam perusahaan terjadi setelah gempa Lombok ditahun 2018
tepatnya dibulan Oktober yang menyebabkan terjadinya efesiensi di level manajemen dan
karyawan. Pada masa kepemimpinan direktur yang baru ketiga divisi di perusahaan
dipimpin dan dikontrol oleh satu manajer saja yang mana sebelumnya setiap divisi
memiliki manager masing -masing. perubahan ini menyebabkan pengendalian biaya
untuk ketiga divisi menjadi kurang efisien dan efektif sehingga pengendalian biaya dalam
perusahaan tidak terkontrol dan menyebabkan realisasi dari anggaran pada tahun 2019
lebih besar dari yang sudah direncanakan.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan di atas maka penulis

mengambil judul “Akuntansi Pertanggungjawaban berbasis anggaran sebagai alat


pengendalian biaya pada PT. Lili Consulting Mataram”

I.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dan uraian permasalahan di atas, maka masalah yang dapat
diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Adanya efesiensi di level manajemen dan karyawan
2. Pengendalian biaya yang tidak efesien dan efektif.

I.3. Pembatasan Permasalahan


Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis memberikan batasan pada
penerapan akuntansi pertanggungjawaban berbasis anggaran sebagai alat pengendalian
biaya pada PT. Lili Consulting.

I.4. Rumusan Masalah


Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah penerapan akuntansi pertanggungjawaban berbasis anggaran
sebagai alat pengendalian biaya pada PT. Lili Consulting Mataram?
2. Apakah akuntansi pertanggungjawaban berbasis anggaran berperan sebagai
alat pengendalian biaya pada PT. Lili Consulting Mataram?

I.5. Tujuan Penelitian


Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang dilakukan
adalah:
1. Memberikan penjelasan tentang akuntansi pertanggungjawaban berbasis
anggaran pada PT. Lili Consulting Mataram
2. Untuk mengetahui peranan akuntansi pertanggungjawaban berbasis anggaran
sebagai alat pengendalian biaya operasional pada PT. Lili Consulting Mataram.
I.6. Manfaat Penelitian

Dari data dan informasi yang dikumpulkan dari hasil penelitian, maka diharapkan
bermanfaat bagi:

1. Akademik

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai kebulatan studi program Starta Satu (S-1) pada
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nasional (STEKNAS) Mataram jurusan akuntansi dan
hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi pembaca
yang akan melakukan penelitian dalam bidang yang sama yaitu dibidang akuntansi
pertanggungjawaban.

2. Teoritis

Untuk menambah pemahaman dan wawasan serta lebih mendukung teori yang telah ada
yang dikutip dari literatur-literatur yang akurat yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti yaitu tentang akuntansi pertanggungjawaban dengan anggaran sebagai alat
pengendalian biaya.

3. Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi perusahaan untuk lebih
meningkatkan efektifitas akuntansi pertanggungjawaban dalam pengendalian biaya
perusahaan serta dapat memperoleh pengetahuan tentang konsep dan praktik sebenarnya
di lapangan mengenai pelaksanaan akuntansi pertanggungjawaban dengan anggaran
sebagai alat bantu pengendalian biaya sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang telah
diperoleh di bangku kuliah dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan
pengetahuan penelitian.
II. Tinjauan Pustaka
II.1. Landasan Teori
II.1.1. Akuntansi Pertanggungjawaban

Menurut Widia Astuty, dkk, (2015:214) Akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting)


merupakan suatu sistem akuntansi yang digunakan untuk mengukur kinerja setiap pusat
pertanggungjawaban sesuai dengan informasi yang dibutuhkan manajer untuk mengoperasikan pusat
pertanggungjawaban mereka sebagai bagian dari sistem pengendalian manajemen. Dan akuntansi
pertanggungjawaban merupakan media pengendalian biaya (input) dan atau pendapatan (output) dengan
menghubungkan biaya dan atau pendapatan tersebutdengan tempat dimana biaya atau penghasilan
terjadi. Manajemen bertanggung jawab untuk menciptakan hubungan yang optimum antara biaya
(input) dengan pendapatan (output). Melalui konsep pusat pertanggungjawaban tersebut, maka kinerja
manajer dan kinerja unit organisasi dapat dinilai tingkat efisiensi dan efektifitasnya.

II.1.2. Pengertian Pusat Pertanggungjawaban

Pusat pertanggungjawaban (responsibility center) merupakan suatu segmen bisnis yang manajernya
bertanggung jawab terhadap serangkaian kegiatan-kegiatan tertentu (Hansen dan Mowen 2009:560). Sedangakan
Robert N. Anthony dan Vijay Govindarajan (2009:171) meyatakan pusat pertanggungjawaban adalah organisasi
yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab terhadap aktivitas yang dilakukan.

II.1.3. Pengertian Anggaran

Sasongko dan Parulian (2015:2), berpendapat bahwa “Anggaran adalah rencana


kegiatan yang akan dijalankan oleh manajemen dalam satu periode yang tertuang secara
kuantitatif. Informasi yang dapat diperoleh dari anggaran di antaranya jumlah produk
dan harga jualnya untuk tahun depan”.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum anggaran merupakan
suatu rencana kerja yang disusun secara sistematis yang dinyatakan dalam satuan uang,
barang atau jasa untuk waktu periode yang akan datang.

II.1.4. Biaya Terkendali dan Biaya Tidak Terkendali

Definisi biaya terkendali menurut Daljono (2009:21) adalah biaya di mana dapat
mempengaruhi ada tidaknya dan besar kecilnya biaya tersebut. Apabila seorang manajer
tidak dapat mempengaruhi suatu biaya melalui kebijakannya, maka biaya tersebut
merupakan biaya tidak terkendali.
II.1.5. Klasifikasi dan Kode Rekening

Dalam akuntansi pertanggungjawaban, biaya dan pendapatan dikumpulkan dan


dilaporkan untuk setiap jenjang manajemen. Agar dapat terlaksana dengan baik, maka
diperlukan suatu bagan perkiraan yang diberi kode tertentu yang memuat perkiraan-
perkiraan yang ada di neraca maupun pada perhitungan laba rugi. Proses ini
mengakibatkan setiap tingkatan manajemen atau setiap bagian dalam perusahaan yang
merupakan pusat pertanggungjawaban akan dibebani dengan biaya yang terjadi di
dalamnya. Biaya tersebut harus dipisahkan menjadi biaya terkendali dan tidak terkendali
berdasarkan kepentingannya di dalam laporan keuangan dan dalam persiapan pembuatan
laporan (Rahman,2014:27).

II.1.6. Pengertian Pengendalian


Menurut Harahap (2011:89) Pengendalian merupakan suatu Tindakan pengawasan yang disetai
Tindakan pelurusan (korektif)

II.1.7. Pengertian Biaya


Pengertian biaya menurut Mulyadi (2015:8) “Biaya adalah pengorbanan sumber
ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.” Pengertian biaya menurut Dunia dan
Abdullah (2012:22) yaitu “Biaya adalah pengeluaran- pengeluaran atau nilai
pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk masa yang akan
datang, atau mempunyai manfaat melebihi satu periode akuntansi”. Sedangkan
pengertian biaya menurut Siregar dkk (2014:23) yaitu “Cost adalah pengorbanan
sumber ekonomi untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapkan memberikan
manfaat sekarang atau masa yang akan datang.”

II.1.8. Pengertian Pengendalian Biaya

Pengendalian merupakan aktivitas dalam mengatur dan mengawasi kegiatan sesuai


dengan rencana yang telah ditetapkan dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam setiap
organisasi apapun pengendalian sangat diperlukan, karena pengendalian diterapkan untuk
menjaga agar apa yang telah disusun atau direncanakan dapat berjalan sebagaimana
mestinya.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Satori (2011: 23) mengungkapkan

bahwa penelitian ini mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan

yang bersifat deskriptif seperti proses suatu langkah kerja, formula suatu resep, pengertian-

pengertian tentang suatu konsep yang beragam, karakterisik suatu barang dan jasa, gambar-

gambar, gaya-gaya, tata cara suatu budaya, model fisik suatu artifak dan lain sebagainya.

Selain itu, Sugiyono (2012:9) juga mengemukakan penelitian kualitatif sebagai metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivme, digunakan untuk meneliti pada

kondisi objek alamiah, dimana peneliti adalah seagai instrumen kunci, teknik pengumpulan

data dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Sukmadinata (2011:73) mengungkapkan penelitian deskriptif kualitatif ditujukan untuk

mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah

maupun rekayasa manusia, yang lebih memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas,

keterkaitan antar kegiatan. Selain itu, penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan,

manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel yang diteliti, melainkan menggambarkan

suatu kondisi yang apa adanya. Satu-satunya perlakuan yang diberikan hanyalah penelitian

itu sendiri, yang dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.


3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Januari 2020 sampai dengan April 2019.

2. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian di Lili Consulting

yang berada di kota Mataram

3.3 Sumber Data

Sumber data yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama melalui prosedur dan teknik

pengambilan data yang dapat berupa wawancara.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang di peroleh secara tidak langsung, yang biasanya berupa data

dokumentasi dan arsip-arsip resmi.

3.4 Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Manajer, bagian akuntansi dan kasir Lili Consulting

2. Objek Penelitian

Akuntansi pertanggungjawaban berbasis anggaran sebagai alat pengendalian biaya pada PT.
Lili Consulting Mataram
3.5 Teknik Pengumpulan Data

1. Dokumentasi

Metode dokumentasi, digunakan untuk mengumpulkan data berupa sejarah berdirinya Lili

Consulting, dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi penerimaan kas dan sistem

akuntansi pengeluaran kas serta catatan yang digunakan dalam sistem akuntansi penerimaan

kas dan sistem akuntansi pengeluaran kas.

2. Observasi

Mengamati secara langsung tanpa mediator suatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan

yang dilakukan objek tersebut. Kegiatan observasi meliputi melakukan pengamatan dan

pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, dan hal-hal lain yang diperlukan

dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan.

3. Wawancara

Metode wawancara, digunakan untuk menguatkan hasil dari metode dokumentasi yaitu

mengenai tugas serta tanggung jawab masing-masing bagian dan fungsi dokumen yang

digunakan dalam sistem akuntansi penerimaan kas dan sistem akuntansi pengeluaran kas.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh

dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke

dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, untuk melakukan sintesa, menyusun ke

dalam pola, memilih mana yang penting


dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

sendiri dan orang lain (Sugiyono, 2012).

Langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data menurut Miles dan Huberman (2009),

yaitu sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan, perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan

dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan, sehingga data itu

memberi gambaran yang jelas tentang hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi.

2. Penyajian Data

Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang disesuaikan dan

klarifikasi untuk mempermudah penulis dan menguasai data dan tidak terbenam dalam

setumpuk data.

3. Simpulan atau Verifikasi

Penulis membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah diproses melaui reduksi dan

penyajian data. Kesimpulan selama penelitian berlangsung makna-makna yang muncul dari

data yang diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya sehingga diperoleh

kesimpulan yang jelas kebenaran dan kegunaannya.

Anda mungkin juga menyukai